Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

STRUMA

OLEH :

NAMA : NI NYOMAN INDAH SARI

NIM : P07120317024

( TINGKAT III A / SEMESTER V )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


LAPORAN PENDAHULUAN
STRUMA

A. KONSEP TEORITIS
1. Pengertian
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid
dalam jumlah banyak, sehingga menimbulkan keluhan sepeti berdebar-
debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan
menurun, mata mebesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (Nuratif &
Kusuma, 2016).
Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan
pembengkakan di bagian depan leher (Dorland, 2002).
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang
merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk
yang umum dari masalah ini adalah penyakit Graves, sedangkan bentuk
yang lain adalah toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisis yang
menimbulkan sekresi TSH meningkat, tiroiditis subakut dan berbegai
bentuk kanker tiroid (Doenges, 2012).

2. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon thyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar thyroid antara lain:
1. Defisiensi iodium
2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon
thyroid
3. Penghambatan sentesa hormon oleh zat kimia (seperti sustansi dalam
kol, lobak, kacang kedelai).
4. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan
Penyebab kelainan ini bermacam-macam, pada setiap orang dapat
dijumpai masa karena kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama
masa pubertas, pertumbuhan, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause,
infeksi atau stress lain. Pada masa-masa tersebut dapat dijumpai
hiperplasia dan involusi kelenjar tiroid. Perubahan ini dapat
menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur yang
dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah di daerah tersebut
sehingga terjadi iskemia.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala awal biasanya muncul pada penderita struma :
a. Perasaan kaku atau mengganjal di tenggorokan
b. Kesulitan dalam bernafas
c. Kesulitan menelan
d. Pembengkakan pada daerah leher
e. Suara serak

4. Klasifikasi
Klasifikasi dan karakteristik struma nodusa menurut Manjoer dalam
Nuratif & Kusuma (2016) antara lain :
a. Bersdasarkan jumlah nodul
- Struma nodusa soliter: jika jumlah nodul hanya satu
- Struma multi nodusa: jika jumlah nodul lebih dari satu
b. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif
- Nodul dingin
- Nodul hangat
- Nodul panas
c. Berdasarkan konsistensinya
- Nodul lunak
- Nodul kristik
- Nodul keras
- Nodul sangat keras
d. Berdasarkan fisiologisnya :
- Eutiroid : aktivitas kelenjar tiroid normal
- Hipotiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal
- Hipertiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan

e. Berdasarkan klinisnya :

Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)

- Difusa : endemik goiter, gravid


- Nodusa : neoplasma

Toksik (hipertiroid)

- Difus : grave, tirotoksikosis primer


- Nodusa : tirotoksikosis skunder

5. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh
untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium
diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling
banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi
bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon
kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel
koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk
tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan
pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon
dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3)
merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan
dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid
sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan
umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
6. Menifestasi Klinis
a. Akibat berulangnya hyperplasia dan involusi dapat terjadi berbagai
bentuk degenerasi sebagai fibrosis, nekrosis, klasifikasi,
pembentukan kista dan perdarahan dalam kista tersebut. Pada
umumnya kelainan yang dapat menampakkan diri sebagai struma
nodusa adalah edenoma, kista perdarahan tiroditis dan karsinoma.
b. Sedangkan menifestasi klinis penderita dengan hipotiroidisme nyata,
berupa : kurang energi, rambut rontok, intoleransi dingin, berat badan
naik, konstipasi, kulit kering dan dingin, suara parau, serta lambat
dalam berpikir.
c. Pada hipotiroidisme, kelenjar tiroidsering tidak teraba. Kemungkinan
terjadi karena atrofi kelenjar akibat pengobatan hipotiroiddisme
memakai yodium radioaktif sebelumnya tau setelah tiroditiditis
autoimun.

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan sidik tiroid
Berfungsi untuk melihat bentuk, ukuran, lokasi dan yang bermasalah
pada bagian-bagian tiroid.
b. Pemeriksaan USG
Berfungsi untuk melihat beberapa bentuk kelainan dan
konsistensinya.
c. Biopsi aspirasi jarum halus
d. X Ray ( foto leher)
e. Termografi
Suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada
suatu tempat.
8. Penatalaksanaan
a. Operasi
b. Yodium radioaktif
Memberikan radioaktif dengan dosis yang tinggi pada kelanjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau
dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat menguranggi
gondok sekitar 50%
c. Pemberian tiroksin dan Anti-Tiroid
Digunakan untuk menyusutkan ukuran struma

9. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid strom). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada
pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar
tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060 F),
dan apabila tidak diobati menyebabkan kematian.
10. Pathway
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Insomnia. Sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan
koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : Atrofi otot
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda :Disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur,
peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat.
Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis)
c. Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses (diare)
d. Integritas ego
Gejala : mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda : emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
e. Makanan/ cairan
Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak,makanannya sering, kehausan,
mual dan muntah.
Tanda : Pembesaran tiroid, goiter, edema non-pitting terutama
daerah pretibial.
f. Neurosensori
Tanda : Bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan
perilaku, seperti: binggung, disorientasi, gelisah, peka
rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma. Tremor halus
pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-
sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri orbital, fotofobia
h. Pernapasan
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat. Takipnea, dispnea, edema
paru (pada krisis tirotoksikosis)
i. Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan,
alergi terhadap iodium (mungkin digunakan terhadap
pemeriksaan).
Tanda : Suhu meningkat diatas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat
dan kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus,
eksoftalmus: retraksi, iritasi pada konjungtiva, dan berair.
Pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang
menjadi sangat parah.

2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peruahan irama
jantung
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napasberhubungan dengan obstruksi
trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang adari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi kurang, disfagia.
d. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan
/otot dan edema pasca operasi
e. Resiko infeksi.
f. Gangguan rasa nyaman
g. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita
suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
3. Intervensi keperawatan
NANDA NOC NIC
Ketidakefektifan bersihan jalan  Respirasi status : ventilation Airway Suction
napas  Respiratory status: airway - Pastikan kebutuhan oral/ tracheal
Defenisi: ketidakmampuan untuk patency suctioning
membersihkan sekresi atau obstruksi Kriteria hasil - Auskultasi suara nafas sebelum dan
dari saluran pernapasan untuk  Mendemonstrasikan batuk efektif sesudah suctioning
mempertahankan kebersihan jalan suara nafas yang bersih, tidak ada - Informasikan kepada klien dan keluarga
nafas. sianosis dan dispneu ( mampu tentang suctioning
Batasan karakteristik: mengeluarkan sputum, mampu - Minta klien nafas dalam sebelum
- Tidak ada batuk bernafas dengan mudah, tidak ada suctioning
- Suara nafas tambahan persed lips) - Berikan O2 dengan menggunakan nasal
- Perubahan frekuensi nafas  Menunjukkan jalan nafas yang paten untuk memfasilitasi suksion nasotrakheal
- Perubahan irama nafas (klien tidak merasa tercekik, irama - Gunakan alat yang streril setiap
- Sianosis nafas, frekuensi nafas, dan rentang melakukan tindakan
- Kesulitan berbicara atau normal, tidak ada suara abnormal) - Anjurkan klien untuk beristirahta dan
mengeluarkan suara  Mampu mengidentifikasikan dan nafas dalam setelah kateter dikeluarkan
- Penurunan bunyi nafas mencegah faktor yang dapat dari nasotrakheal
- Dispneu menghambat jalan nafas - Monitor status oksigen pasien
- Sputum dalam jumlah yang - Ajarakan keluarga bagaimana cara
berlebihan melakukan suction
- Batuk yang tidak efektif - Hentikan suction dan berikan oksigen
- Orthopneu apabila pasien menunjukkan bradikardi,
- Gelisah peningkatan saturasi O2, dll
- Mata terbuka lebar Airway Management
Faktor-faktor yang berhubungan - Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift
- Lingkungan atau jaw trust bila perlu
Perokok pasif - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Mengisap asap ventilasi
merokok - Identifikasi pasien perlunya pemasangan
- Obstruksi jalan nafas alat jalan nafas buatan
Spasme jalan nafas - Pasang mayo bila perlu
Mukus dalam jumlah berlebihan - Lakukan fisoterapi dada bila perlu
Eksudat dalam jalan alveoli - Keluarkan secret dengan batuk atau
Materi asing dalam jalan nafas suction
Adanya jalan nafas buatan - Auskultasi suara nafas, catat aadanya
Sekresi bertahan atau sisa sekresi suara tambahan
Sekresi dalam bronki - Lakukan suction pada mayo
- Fisiologis - Berikan bronkodilator bila perlu
Jalan napas alergik - Berikan pelembab udara dengan kasa
Asma basah NaCl lembab
PPOM - Atur intake atau cairan mengoptimalkan
Jiperplasi dinding bronkial keseimbangan
Infeksi - Monitor respirasi dengan status O2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang  Nutritional status: food and Nutrition Management
dari kebutuhan tubuh fluid intake - Kaji adanya alergi makanan
Defenisi: asupan nutrisi tidak cukup  Nutritional status: nutrient - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
untuk memenuhi kebuthan metabolik intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Batasan karakteristik:  Weight control dibuthkan pasien
- Kram abdomen Kriteria hasil: - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- Nyeri abdomen  Adanya peningkatan berat badan intake
- Menghindari makanan sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- Berat badan 20% atau lebih  Berat badan ideal sesuai dengan protein dan vit. C
dibawah berat badan ideal tinggi badan - Berikan subtansi gula
- Kerapuhan kapiler  Mampu mengidentifikasi - Berikan makanan yang terpilih
- Diare kebuthan nutrisi - Monitor jumlah nutrisi dan kalori
- Kehilangan rambut berlebihan  Tidak ada tanda malnutrisi - Berikan informasi tentang kebutuhan
- Bising usus hiperaktif  Menunjukkan peningkatan dari nutrisi
- Kurang makan fungsi pengecapan dari menelan Nutrition Monitoring
- Kurang informasi  Tidak terjadi penurunan berat - BB pasien dalam batas normal
- Kurang minat pada makanan badan yang berarti - Monitoring adanya penururnan BB
- Penururnan berat badan dengan - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
asupan makanan adekuat biasa dilakukan
- Kesalahan konsepsi - Monitor lingkungan selama makan
- Kesalahan informasi - Monitor kulit kering dan pigmentasi
- Membran mukosa pucat - Monitor turgor kulit
- Ketidakmampuan memakan - Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
makanan mudah patah
- Tonus otot menurun - Monitor mual muntah
- Mengeluh gangguan sensasi rasa - Monitor kadar albumin, total protein dan
- Mengeluh asupan maknan kurang kadar ht
dari RDA - Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Cepat kenyang setelah makan - Monitor konjungtiva
- Sariawan rongga mulut - Monitor
- Steatorea
- Kelemahan otot pengunyah
- Kelemahan otot untuk menelan
Faktor yang berhubugan
- Faktor biologis
- Faktor ekonomi
- Ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi
- Ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
- Ketidakmampuan menelan
makanan
- Faktor psikologis
Nyeri akut  Pain level - Lakukan pengkajian nyeri secara
Defenisi : pengalaman sensori dan  Pain control konfrensif termasuk lokasi, karakteristik,
emosional yang tidak menyenangkan  Comfort level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
yang muncul akibat kerusakan jaringan Kriteria hasil : presipitasi
yang aktual atau potensial atau  Mampu mengontrol nyeri ( tahu - Observasi reaksi nonverbal dan
digambarkan dalam hal kerusakan penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan
sedemikian rupa ( internatioanal menggunakan teknik - Gunakan komunikasi therapeutik untuk
Assotiation for study of pain) : awitan nonfarmakologi, untuk menguranggi mengetahui pengalaman nyeri pasien
yang tiba-tiba atau lambat dari nyeri, mencari bantuan) - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
intesnsitas ringan hingga berat dengan  Melaporkan bahwa nyeri berkurang nyeri
akhir yang dapat antisipasi atau dengan menggunakan menejemen - Evaluasi respon nyeri dimasa lampau
diprediksi dan berlangsung< 6 bulan nyeri - Evaluasi bersama pasien dengan tim
Batasan karakteristik :  Mampu mengenali nyeri ( skala, kesehatan lain tentang ketidakefektifan
- Perubahan selera makan intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) kontrol nyeri masa lampau
- Perubahan tekanan darah  Menyatakan rasa nyaman setelah - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
- Perubahan frekuensi jantung nyeri berkurang dan menemukan dukungan
- Perubahan frekuensi pernafasan - Kontrol lingkungan yang dapat
- Laporan isyarat mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Diaforesis ruangan , pencahayaan dan kebisiangan
- Perilaku distraksi - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Mengekspresikan perilaku - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (
- Masker wajah farmakologi, nonfarmakologi dan
- Sikap melindungi area nyeri interpersonal)
- Fokus menyempit - Kaji tipe sumber nyeri untuk menentukan
- Indikasi nyeri yang dapat intervensi
diamati - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Perubahan posisi untuk - Berikan analgesik untutk mengurangi
menghindari nyeri nyeri
- Sikap tubuh melindungi - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Dilatasi pupil - Tingkatkan istirahat
- Melaporkan nyeri secara verbal - Kolaborasi dengan dokter jika ada
- Gangguan tidur keluhan dan tidakan nyeri tidak berhasil
Faktor berhubungan : - Monitor penerimaan pasien tentang
Agen cedera (mis; biologis, fisik, zat manajemen nyeri
kimia, psikologi Analgesic administration
- Tentukan lokasi. Karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
- Cek istruksi dokter tantang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dengan analgesik ketika
pemberian lebih dari satu tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
- Tentukan analgesik pilihan rute
pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute secara IV, Imuntuk pengobatan
nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
- Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
- Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan
gejala.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,Mailynn E. (2012) . Rencana Asuhan Keperwatan..Penerbit Buku


kedokteran EGC. Jakarta

Nuratif & Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktik Berdasarkan Penerapan


Diagnosa NANDA, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus. Mediaaction.
Yogyakarta
Longmore, et all. (2014). Buku Saku Kedokteran Oxfort Edisi 8. Jakarta. EGC

Price and Wilson. 2008. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, alih
bahasa : Peter Anugerah. edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai