Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Amru sofian,2012).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badannya 2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-
bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram. (Nugroho Iman santosa)

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir
rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(Wong,2009).

BBLR merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat


badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayah,2005).

Dalam hal ini dibedakan menjadi :

1) Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.

2) Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)


Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
2. KLASIFIKASI
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari
1500 gram.
3) Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga
kelompok :
1) Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2) Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap.
3) Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.

Ada dua macam BBLR yaitu :


1) Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi
yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
2) Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
untuk masa gestasi itu.

3. ETIOLOGI
Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013).
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah,yaitu :
a. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamilan atau disebut juga neonates preterm atau BBLR. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan premature atau
BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
c. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
d. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
e. Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
f. Primigravidarum.
g. Usia ibu < 20 tahun.
h. Faktor kehamilan
i. Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda,
anomaly congenital.
j. Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.

Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni adalah :


1) LK <33 cm, LD < 30 cm.
2) Gerakan otot bmasih hipotonis.
3) Umur kehamilan <37 minggu.
4) Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan halus.
5) Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
6) Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan pelipis
lengan.
7) Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
8) Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.
b. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Menurut
Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR

Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan


pertumbuhan terjadi berminggu-minggu.

b. Disporpotionate IUGR

Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa


minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang
mempengaruhi BBLR pada dismatur adalah :
- Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)

- Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali


pusat).
- Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan)
- Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

4. Patofisiologi (Pathway)
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini
akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama
dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa
glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan
hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya
sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung
dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan
tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru
dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)
5. Manisfestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat badan
rendah adalah :
a. Sebelum lahir
- Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
- Pergerakan janin lebih lambat.
- Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.

b. Setelah bayi lahir

- Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.

- Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.

- Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan intra uterine.

- Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.

Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :


a. Berat badan dari 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. LD < 30 cm.
d. LK < 33 cm.
e. Umur kehamilan < 37 minggu
f. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
g. Otot hipotonik lemah.
h. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
i. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

6. Tanda dan Gejalah


a. Prematuriktas Murni
 Berat badan kurang dari 2500 gram, Panjang badan kurang dari
45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada
kurang dari 30 cm.
 Masa gestrasi kurang dari 37 minggu
 Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilap dan licin
 Kepala lebih besar daripada badan
 Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan
 Lemak subkutan kurang
 Ubun-ubun dan sutura lebar
 Rambut tipis dan halus
 Tulang rawan dan daun telinga immature
 Puting susu belum terbentuk dengan baik
 Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat
terlihat
 Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora (perempuan)
 Bayi masih lemah, Otot masih hipotonik
 Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan
sering mengalami serangan apnue
 Reflek tonick neck lemah
 Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
 Dismastur

b. Preterm sama dengan bayi prematur murni


Posterm:
 Kulit pucat atau bernod, mekonium kering keriput, tipis
 Verniks caseaosa tipis atau tidak ada
 Jaringan lemak dibawah kulit tipis
 Banyak tampak agresif, kulit dan aktif
 Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
 (pantiawati, 2010)

7. Komplikasi BBLR
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas
pada bayi).
b. Hipoglikemia simtomatik.
c. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang
berikutnya.
d. Asfiksia neonetorom.
e. Hiperbulirubinemia.

8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit.
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

9. Penatalaksanaan BBLR
a. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator.
b. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup
hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam
incubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan
untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator
hanya dipakai popok untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan
sebagainyasehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.

c. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau
lengan baju. Sebelum memasukan bayi kedalam incubator. Incubator
terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan
BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.

d. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.

Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit.
Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah
memegang bayi.

e. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk
membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan
pilihan utama, dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan
glucose 5% yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari
1000 gram
B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Riwayat Maternal

Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)

Kehamilan ganda ( gemeli)

Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang

Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya

Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll

Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll

Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok

b. Riwayat Kelahiran

Gestasi : 24- 37 minggu

BB : < 2500 gram

APGAR SKORE

c. Sistem kardiovaskuler

HR : 120-160 x/menit

Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan
tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis
d. Sistem gastrointestinal

Abdomen menonjol

Pengeluaran mekonium: 12-24 jam

Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah

Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital

Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).

e. Sistem integumen

Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan

Kulit tipis, transparan, halus dan licin

Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak

Terdapat edema umum atau lokal

Kuku pendek

Rambut sedikit dan halus

Garis tangan sedikit dan halus

f. Sistem muskuloskeletal

Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus


dan lunak

Tulang kepala dan tulang rusuk lunak

Reflek kurang dan letargi

g. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran
kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah
digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata
umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).

Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik


pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama
dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka
tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior
dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.

h. Pernafasan

Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak


teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal,
atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada
auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).

i. Keamanan

Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.Wajah


mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau
tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau
sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh..
Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada
pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.

j. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae
mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
b) Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder
terhadap defisiensi surfaktan
c) Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang
tinggi dan intake yang kurang adekuat
e) Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi
termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
f) Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia
g) Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik
h) Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
i) Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman,
taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan
perawatan intensif
j) Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya,
perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang
dari RS
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan

1. Pola nafas tidak Pola nafas yang  Berikan posisi kepala sedikit
efektif b/d tidak efektif ekstensi
adekuatnya  Berikan oksigen dengan metode
ekspansi paru yang sesuai
Kriteria :  Observasi irama, kedalaman
dan frekuensi pernafasan
 Kebutuhan
oksigen
menurun

 Nafas spontan,
adekuat
 Tidak sesak.
 Tidak ada retraksi

Pertukaran gas
adekuat
 Lakukan isap lendir kalau perlu
 Berikan oksigen dengan metode
Gangguan
Kriteria : yang sesuai
pertukaran gas b/d
2.  Observasi warna kulit
kurangnya ventilasi  Tidak sianosis.
 Ukur saturasi oksigen
alveolar sekunder  Analisa gas darah
 Observasi tanda-tanda
terhadap defisiensi normal
perburukan pernafasan
 Saturasi oksigen
surfaktan normal.  Lapor dokter apabila terdapat
tanda-tanda perburukan
pernafasan
 Kolaborasi dalam pemeriksaan
analisa gas darah
 Kolaborasi dalam pemeriksaan
surfaktan

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan


Keperawatan

3. Resiko tinggi Hidrasi baik  Observasi turgor kulit.


gangguan  Catat intake dan output
keseimbangan  Kolaborasi dalam pemberian
keseimbangan Kriteria: cairan intra vena dan elektrolit
cairan dan elektrolit  Kolaborasi dalam pemeriksaan
 Turgor kulit
b/d elektrolit darah
elastik
ketidakmampuan
 Tidak ada edema
ginjal
 Produksi urin 1-2
mempertahankan
cc/kgbb/jam
keseimbangan
 Elektrolit darah
cairan dan elektrolit
dalam batas
normal

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
Nutrisi adekuat  Berikan ASI/PASI dengan
dengan tidak
metode yang tepat
adekuatnya
 Observasi dan catat toleransi
persediaan zat besi,
4. Kriteria : minum
kalsium,
 Timbang berat badan setiap
metabolisme yang  Berat badan naik
hari
tinggi dan intake 10-30 gram / hari
 Catat intake dan output
yang kurang  Tidak ada edema
 Kolaborasi dalam pemberian
adekuat  Protein dan
total parenteral nutrition kalau
albumin darah
perlu
dalam batas
normal

Resiko tinggi
hipotermi atau
hipertermi b/d
imaturitas fungsi
termoregulasi atau
perubahan suhu
Suhu bayi stabil  Rawat bayi dengan suhu
lingkungan
lingkungan sesuai
 Suhu 36,5 0
C -
 Hindarkan bayi kontak langsung
37,2 0C
dengan benda sebagai sumber
 Akral hangat
dingin/panas
 Ukur suhu bayi setiap 3 jam
atau kalau perlu
5
 Ganti popok bila basah
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan

6. Resiko tinggi terjadi Perfusi jaringan baik  Ukur tekanan darah kalau perlu
gangguan perfusi  Observasi warna dan suhu kulit
 Tekanan darah
jaringan b/d  Observasi pengisian kembali
normal
imaturitas fungsi kapiler
 Pengisian kembali
kardiovaskuler  Observasi adanya edema
kapiler <2 detik
perifer
 Akral hangat dan
 Kolaborasi dalam pemeriksaan
tidak sianosis
laboratorium
 Produksi urin 1-2
 Kolaborasi dalam pemberian
cc/kgbb/jam
obat-obatan
 Kesadaran
composmentis

Tidak ada injuri


Kriteria :

Resiko tinggi injuri  Kesadaran  Cegah terjadinya hipoksia


susunan saraf pusat composmentis  Ukur saturasi oksigen
b/d hipoksia  Gerakan aktif dan  Observasi kesadaran dan
terkoordinasi aktifitas bayi
 Tidak ada kejang  Observasi tangisan bayi
7.
ataupun twitching  Observasi adanya kejang
 Tidak ada  Lapor dokter apabila ditemukan
tangisan kelainan pada saat observasi
melengking  Ukur lingkar kepala kalau perlu
 Hasil USG kepala  Kolaborasi dalam pemeriksaan
dalam batas USG kepala
normal

Bayi tidak terinfeksi

Kriteria :

 Suhu 36,5 0
C -
37,2 0C
 Darah rutin  Hindari bayi dari orang-orang
normal yang terinfeksi kalau perlu
rawat dalam inkubator
Resiko tinggi infeksi  Cuci tangan sebelum dan
b/d imaturitas sesudah kontak dengan bayi
fungsi imunologik  Lakukan tehnik aseptik dan
antiseptik bila melakukan
prosedur invasif

8.

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan


Keperawatan

 Lakukan perawatan tali pusat


 Observasi tanda-tanda vital
 Kolaborasi pemeriksaan darah
rutin
 Kolaborasi pemberian antibiotika

 Kaji kulit bayi dari tanda-tanda


kemerahan, iritasi, rash, lesi dan
lecet pada daerah yang tertekan
9. Resiko tinggi Integritas kulit baik
 Gunakan plester non alergi dan
gangguan integritas
seminimal mungkin
kulit b/d imaturitas
 Ubah posisi bayi dan
struktur kulit Kriteria :
pemasangan elektrode atau
 Tidak ada rash sensor
 Tidak ada iritasi
 Tidak plebitis
 Membelai bayi sebelum
malakukan tindakan
 Mengajak bayi berbicara atau
merangsang pendengaran bayi
Gangguan persepsi- dengan memutarkan lagu-lagu
sensori : yang lembut
Persepsi dan sensori
penglihatan,  Memberikan rangsang cahaya
baik
10. pendengaran, pada mata
penciuman, taktil  Kurangi suara monitor jika
b/d stimulus yang memungkinkan
Kriteria :
kurang atau  Lakukan stimulas untuk refleks
berlebihan dari  Bayi berespon menghisap dan menelan dengan
lingkungan terhadap stimulus memasang dot
perawatan intensif

 Memberikan kesempatan pada


ortu berkonsultasi dengan dokter
 Rujuk ke ahli psikologi jika perlu
 Berikan penkes cara perawatan
bayi BBLR di rumah termasuk
pijat bayi, metode kanguru, cara
Koping keluarga memandikan
tidak efektif b/d  Lakukan home visit jika bayi
kondisi kritis pada pulang dari RS untuk menilai
bayinya, Koping keluarga kemampuan orang tua merawat

perawatan yang efektif bayinya

lama dan takut


Kriteria :
untuk merawat

11. bayinya setelah  Ortu kooperatif


dg perawatan
pulang dari RS
bayinya.
 Pengetahuan ortu
bertambah
 Orang tua dapat
merawat bayi di
rumah

4. Implementasi
Penatalaksanaan implemantasi keperawatan merupakan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah direncanakan.Selama kegiatan
pelaksanaan bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan
kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien. (Santosa.
NI,1989;62)

5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subjektif dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.
(Santosa. NI,1989;62)
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, R dkk 2011, Penata Laksanaan Kegawat Daruratan Pediatrik, Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta, EGC.

Wong, 2003, Keperawatan pediatri, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai