KEJANG DEMAM
A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Kejang damam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38 derajat celcius) yang disebabkan oleh
sesuatau proses ekstra kranium. Kejang demam merupakan kelainan
neurologis yang paling sering di jumpai pada anak, terutama pada golongan
umur 6 bulan sampai 4 tahun (A. Aziz AlimulHidayat, 2009).
Kejang demam ialah suatau kejang yang terjadi pada usia antara 3
bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam namun tanpa adanya
tanda tanda infeksi intrakranial atau penyebab yang jelas (A. Aziz
AlimulHidayat, 2009).
2. ETIOLOGI
menurut Roy Meadow dan Simon Newell, 2006 :
a. Disebabkan oleh suhu yang tinggi
b. Timbul pada permulaan penyakit infeksi (extra Cranial), yang
disebabkan oleh banyak macam agent:
1) Bakteri:
Penyakit pada Tractus Respiratorius (pernafasan), Pharingitis
(radang tenggorokan),Tonsilitis (amandel), Otitis Media (infeksi
telinga), Bronchitis (radang paru-paru).
2) Virus:
Varicella (cacar), Morbili (campak), Dengue (virus penyebab
demam berdarah).
3. PATOFISIOLOGI
(A. Aziz AlimulHidayat, 2008)
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak
diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah
oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui
system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi
oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan
permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar
sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan
sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan
konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak
misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari
patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang
anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan
orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion
K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya
lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan
yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang.
Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa.Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15
menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi
untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan
terjadinya asidosis.
4) Kejang atonik
Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak
mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.Singkat dan terjadi
tanpa peringatan.
6. TANDA GEJALA
(Roy Meadow danSimon Newell, 2006)
Umumnya demam kejang berlangsung singkat, berupa serangan
kejang klonik atau tonik-tonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga
terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kelaukan atau hanya
sentakan atau kelaukan fokal.
Sebagian besar kejang berlangusng kurang dari 6 menit dan kurang 80
% berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri.
Setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak,
tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali
tanpa deficit neurology. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama
dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang
berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang yang pertama.
Dan orang tua akan mneggambarkan manifestasi kejang tonik-klonik
(yaitu, tonik-kontraksi otot, ekstensi eksremitas, kehlangan control defekasi
dan kandung kemih, sianosis dan hilangnya kesadaran.
7. PENATALAKSANAAN(Sodikin, 2012)
a. Non farmakologik :
1) Pertahanan suhu tubuh stabil.
2) Menjelaskan cara perawatan anak demam.
3) Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta
menjelaskan tujuan.
4) Posisi tenang : posisikan anak miring( semi pronasi ) dengan leher
ekstensi sehingga sekresi dapat keluar dari mulut.
5) Jika pernafsan sulit buka saluran nafas dengan ekstensi leher secara
hati-hati angkat rahang ke depan jangan letakan apapun kedalam
mulut, berikan O2 jika tersedia.
b. Farmakologi :
1) Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi konvulsan dapat
diindikasikan pada anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu antara
lain : kejang fokal atau kejang lama, abnormalitas neurology, kejang
tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan kejang
multiple kurang dari 24 jam.
2) Periksa gula darah.
3) Jika kejang berlanjut berikan diazepam.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
2) Pola eliminasi
3) Pola tidur
Yang perlu dikaji meliputi jam tidur, waktu tidur dan lamanya
tidur serta kebiasaan sebelum tidur
5) Pola aktifitas
Anak tampak lemah, gelisah atau cengeng.
2) Riwayat kelahiran
Kelahiran spontan atau dengan bantuan – bantuan, aterm atau
premature. Perlu juga ditanyakan berat badan lahir, panjang badan,
ditolong oleh siapa dan melahirkan di mana.
4) Tumbuh kembang
Mengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
dengan tingkat usia, baik perkembangan emosi dan sosial.
5) Imunisasi
Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur pemberiannya.
Apakah imunisasi lengkap, jika belum apa alasannya.
5) Riwayat psikologis
Reaksi pasien terhadap penyakit, kecemasan pasien dan orang tua
sehubungan dengan penyakit dan hospitalisasi.
e. Pemeriksaan fisik
1) Pengukuran pertumbuhan : Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala
2) Pengukuran fisiologis : Suhu biasanya di atas 38 C, nadi cepat,
pernafasan (mungkin dyspnea nafas pendek, nafas cepat, sianosis)
3) Keadaan umum : Pasien tampak lemah, malaise
4) Kulit : Turgor kulit dan kebersihan kulit
5) Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala dan warna rambut serta
kebersihannya
6) Mata : Konjungtiva, sklera pucat / tidak, pupil dan palpebra
7) Telinga : Kotor / tidak, mungkin ditemukan adanya Otitis Media
Akut / Kronis
8) Hidung umumnya tidak ada kelainan
9) Mulut dan tenggorokan : Bisa dijumpai adanya tonsillitis
10) Dada : Simetris / tidak, pergerakan dada
11) Paru – paru : Bronchitis kemungkinan ditemukan
12) Jantung : Umumnya normal
13) Abdomen : Mual – mual dan muntah
14) Genetalia dan anus : Ada kelainan / tidak
15) Ekstremitas : Ada kelainan / tidak.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) CT-Scan
Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema,
infark, lesi congenital dan hemogragik.
2) MRI (Magnetic Resenance Imaging )
Menentukan adanya perubahan / patologis SSP
3) Rontgen Tengkorak
Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk
mengetahui adanya fraktur
4) Pemeriksaan Laboratorium
Meliputi :
a) Glukosa darah
b) Kalsium fungsi ginjal dan hepar
c) Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi
d) Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
e) Pemeriksaan serologi imunologi
2. DIAGNOSA
a. Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret.
c. Resiko terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfagia sekunder terhadap gangguan motorik
mulut.
d. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan ketidak mampuan
mengontrol gerakan sekunder terhadap spastisitas.\
e.
3. INTERVENSI
a. hipetermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
tujuan : tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
kriteria hasil : suhu klien antara 36-37 derajat celcius
intervensi :
1) awasi suhu dan tanda tanda vital setiap jam
rasional :sebagai dasar menentukan intervensi selanjutnya
2) obsevasi tanda tanda vital
rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
intervensi selanjutnya
3) berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan
air hangat pada daerah dahi dan ketiak
rasional : dengan memberikan kompres maka akan terjadi proses
konduksi atau perpindahan panas dengan bahan perantara.
4) Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal dan
menyerap keringat
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian
yang tebal.
5) Kolaborasi pemberia obat anti piretik
Rasional : sebagai pengontrol panas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
Tujuan : bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret
Kriteria hasil : jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya
pengelusaran sekret, suara nafas bersih
Intervensi
1) Kaji bersihan jalan nafas klien
Rasional : sebagai indikator dalam menentukan tindakan
selanjutnya
2) Auskultasi bunyi nafas
Rasional : ronchi menandakan adanya sekret
3) Berikan posisi yang nyaman
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi sekret ( semi prone dan
slide liying )
4) Lakukan suction sesuai indikasi
Rasional : membantu mengeluarkan sekret
5) Kolaborasi pemberian ekspectoran
Rasional : mengencerkan dahak
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI. 2005. Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Info medika.