Anda di halaman 1dari 11

1. Apa saja yang bias menyebabkan kejang tanda demam ?

Kejang tanpa disertai demam pada anak dapat disebabkan oleh karena : 1. Kelainan
pada otak seperti :

 Trauma kepala
 Perdarahan di otak
 Peradangan di otak
 Keganasan

2. Kelainan bukan berasal dari otak :

 Gangguan elektrolit seperti kekurangan kalium


 Gula darah rendah
 Keracunan obat/bahan kimia
 Epilepsi

2. PERTOLONGAN PERTAMA JIKA TERJADI SERANGAN kejang ?

Apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami serangan tanpa kejang.

(terlihat bengong, bingung, tidak berespon, gerakan tidak bertujuan)

1. Dampingi penderita tersebut. Biarkan serangan berhenti sendiri, Coba terangkan


kejadian yang terjadi pada orang sekitarnya
2. Jauhkan benda-benda berbahaya
3. Jangan menahan gerakan penderita tersebut
4. Secara perlahan jauhkan penderita dari bahaya
5. Setelah serangan, ajak penderita bicara dan tetaplah bersamanya sampai kesadaran
benar-benar pulih

Apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami serangan kejang.

( kejang kaku, kelojotan, terjatuh)

1. Tetap tenang, biarkan serangan berhenti sendiri


2. Catat lama kejang
3. Hindari penderita dari trauma (baringkan penderita di lantai, jauhkan benda-benda
berbahaya, tempatkan sesuatu yang lembut di bawah kepala)
4. Longgarkan segala sesuatu yang mellingkari leher (kerah baju, dasi) serta periksa
identitas pasien
5. Jangan menahan gerakan-gerakan pasien
6. Jangan letakkan apapun di mulut penderita
7. Perlahan miringkan pasien pada saat serangan kejang berhenti untuk mengalirkan
ludah dan cairan mulut keluar dan jaga jalan nafas tetap bersih.
8. Setelah serangan, ajak bicara penderita, jangan tinggalkan sebelum kesadarannya
pulih. Penderita mungkin memerlukan tidur atau istirahat.

Panggil ambulans/tenaga kesehatan, jika :

1. Kejang berlangsung lebih lama dari 5 menit


2. Jika kesadaran dan pernapasan tidak membaik setelah serangan berakhir
3. Jika kejang berulang tanpa pulihnya kesadaran diantara kejang
4. Jika perasaan bingung berlangsung lebih dari 1 jam
5. Jika kejang terjadi di dalam air dan kita curiga air masuk ke saluran pernapasannya.
Hal tersebut akan merusak jantung dan paru.
6. Jika ini merupakan kejang pertama atau penderita mengalami trauma/terluka, hamil
dan penderita diabetes. Pasien diabetes akan mengalami kejang jika kadar gula darah
terlalu tinggi atau rendah.

Penulis: Dr. Setyo Handryastuti, SpA(K)

3. Apa yg harus diwaspadai ketika kejang ?

Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak
boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat
membahayakan anak.
Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. "Setiap menit, kejang
bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke otak. Bayangkan apa yang
terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa
menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan."
Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada
anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan terjadi kejang
berulang.

4. Berapa lama kita memonitor kejang pasien tersebut

"Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut," bilang Merry. Dokter akan
mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang
lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik. Artinya,
tak terjadi kelainan neurologis dan mental. Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi
kejang lagi? "Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama."

Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah kejang.
Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas
kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak
yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala
besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak

5. Apa saja yang bias menyebabkan kejang?

"Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan,"
kata Merry yang lalu menjabarkannya satu per satu di bawah ini.
* Kelainan neurologis

Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang. Contoh,
akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam
jaringan otak (hipoksia).
* Bukan neurologis

Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang
lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran
darah, keracunan obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.
* Faktor keturunan

Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang
demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko
tinggi mengalami kejang yang sama.

Etiologi

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak , truma, bekuan

darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan gejala putus alcohol
dan

gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik subcutan, sabagian kejang merupakan

idiopatuk ( tidak diketahui etiologinya )

1. Intrakranial

Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik

Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular

Infeksi : Bakteri virus dan parasit

Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri

2. Ekstra cranial

Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan elektrolit


(Na dan K)

Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat

Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan

kekurangan asam amino

3. Idiopatik

Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5

(Lumbang Tebing, 1997)

6. Pemeriksaan penunjang apa yang bias kita lakukan ?

Pemeriksaan minimum untuk kejang tanpa demam pada anak menurut Ngastiyah (2000: 233)
meliputi: 1. Glukosa puasa: Batas normalnya lebih dari 10 g/dl. Hipoglikemia dapat menjadi
faktor presipitasi kejang. 2. Kalium: Batas normal kalium laki-laki 1,0 - 1,2 mmol/ L. Bila ada
kerusakan jaringan, kalium akan keluar dari sel dan masuk ke dalam cairan ekstraseluler. Jika
penurunan kalium dalam urine dapat menunjukan hiperkalemia (serum kalium meningkat) dan
sebaliknya. 3. Natrium : Batas normal natrium laki-laki 135 - 145 mmol/ L. Pada cairan
ekstraseluler kadar natrium urine biasanya rendah dan kadar natrium serum rendah tidak
normal / normal akibat memodilusi atau kadar meningkat. 4. EEG (Elektroensefalografi) adalah
suatu cara untuk melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur
aktivitas otak. Gelombang otak untuk menentukan karakteristik dari gelombang pada masing-
masing tipe dari aktifitas kejang. 5. Pemeriksaan scan CT adalah suatu prosedur yang digunakan
untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.

7. Apa yang harus kita lakukan ketika kejang ?

Dalam penanggulangan kejang demam menurut IKA-FKUI (2005: 850) ada 4 faktor yang perlu
dikerjakan yaitu: 9 1. Memberantas kejang secepat mungkin. Bila pasien datang dalam keadaan
konvulsi, obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Pemberian dosis
sesuai dengan BB. Kurang dari 10 kg pemberiannya 0,5 -0,75 mg / kg BB dengan minimal dalam
spuit 0,75 mg. Bila BB diatas 20 kg pemberiannya 0,5 mg / kg BB. Bila kejang belum juga
berhenti dapat diberikan fenobarbital atau poraldehid 4 % per I.V. 2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang sebagai
berikut: a. Semua pakaian ketat dibuka. b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung. c. Usahakan untuk jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
d. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen. e. Fungsi vital harus
diawasi secara ketat, jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan libernasi dengan
kompres alkohol dan air es. 3. Pengobatan rumat. Setelah kejang diatasi harus di susul
pengobatan rumat, daya kerja diazepam sangat singkat yang berkisar antara 45-60 menit. Oleh
karena itu harus diberikan obat antiepilepsi dengan daya kerja lebih lama, misalnya fenobarbital
yang diberikan langsung setelah kejang berhenti. 10 Dengan diazepam dosis awal pada neonatus
30 mg, umur 1 bulan - 1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun keatas 75 mg, sedangkan cara
pemberian secara I.M. 4. Mencari dan mengobati penyebab. Penyebab kejang demam
sederhana dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius
bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit
tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang pertama kali sebaiknya dilakukan
fungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak, misalnya
meningitis.

8. Manifestasi klinis dari kejang ?


Kejang telah di klasifikasikan dalam beberapa klasifikasi berdasarkan etiologi
baik itu idiopatik (primer) atau gejala (sekunder). Klasifikasi kejang pertama kali
diusulkan oleh Gastaut pada tahun 1970 dan kemudian disempurnakan berulang kali
oleh International League Againts Epilepsy (ILAE) pada tahun 1981, dengan
klasifikasi sebagai berikut :2,9,10
1. Kejang Parsial (fokal)
1.1. Kejang parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)
1.1.1. Dengan gejala motorik
1.1.2. Dengan gejala sensorik
1.1.3. Dengan gejala otonomik
1.1.4. Dengan gejala psikik
1.2. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)
1.2.1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran
1.2.1.1. Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran
1.2.1.2. Dengan automatisme
1.2.2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejang
1.2.2.1. Dengan gangguan kesadaran saja
1.2.2.2. Dengan automatisme
1.3. Kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik atau klonik)
1.3.1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum
1.3.2. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum
1.3.3. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan
berkembang menjadi kejang umum
2. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)
2.1. lena/ absens
2.2. mioklonik
2.3. klonik
2.4. tonik
2.5. tonik-klonik
2.6. atonik/ astatik
3. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan
9
1. Kejang parsial simplek
Serangan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala
berupa:
“deja vu”: perasaan di mana pernah melakukan sesuatu yang sama
sebelumnya.
Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat
dijelaskan
Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum pada
bagian tubih tertentu. - Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian
tubuh tertentu
Halusinasi
2. Kejang parsial kompleks
Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya
bertahan lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan
besar tidak akan mengingat waktu serangan. Gejalanya meliputi:
Gerakan seperti mencucur atau mengunyah
Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan
pakaiannya
Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan berkeliling
dalam keadaan seperti sedang bingung
Gerakan menendang atau meninju yang berulang-ulang
Berbicara tidak jelas seperti menggumam.
10
3. Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal)
Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua tahap:
tahap tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini
pasien dapat hanya mengalami tahap tonik atau klonik saja. Serangan jenis ini
biasa didahului oleh aura. Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum
serangan dapat berupa: merasa sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga
berdengung.
Pada tahap tonik pasien dapat: kehilangan kesadaran, kehilangan
keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan yang
jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah.
Pada saat fase klonik: terjadi kontraksi otot yang berulang dan tidak
terkontrol, mengompol atau buang air besar yang tidak dapat dikontrol, pasien
tampak sangat pucat, pasien mungkin akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur
setelah serangan semacam ini.
4. Kejang absans / Petit Mal
Kejang ini di bagi menjadi kejang absans tipikal atau petit mal dan kejang
atipikal.Kejang absenstipikal ditandai dengan berhentinya aktivitas motorik motorik
anak secara tiba-tiba,kehilangan kesadaran sementara secara singkat,yang di sertai
dengan tatapan kosong.Sering tampak kedipan mata berulang saat episode kejang
terjadi.Episode kejang terjadi kurang dari 30 detik.Kejang ini jarang di jumpai pada
anak berusia kurang dari 5 tahun. Kejang absans atipikal di tandai dengan gerakan
11
seperti hentakan berulang yang bisa ditemukan pada wajah dan ekstremitas dan
disertai dengan perubahan kesadaran.
5. Kejang Mioklonik
Kejang yang ditandai dengan gerakan kepala seperti terjatuh secara tiba-tiba
dan di sertai dengan flexi lengan.Kejang tipe ini dapat terjadi ratusan kali perhari

9. Pemeriksaan fisik apa saja yg harus kita lakukan pada pasien kejang?

Pemeriksaan fisik harus menapis sebab sebab terjadinya serangan kejang


dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada pasien
yang berusia lebih tua sebaiknya dilakukan auskultasi didaerah leher untuk
mendeteksi adanya penyakit vaskular. pemeriksaan kardiovaskular sebaiknya
dilakukan pada pertama kali serangan kejang itu muncul oleh karena banyak kejadian
yang mirip dengan serangan kejang tetapi penyebabnya kardiovaskular seperti sinkop
kardiovaskular. Pemeriksaan kulit juga untuk mendeteksi apakah ada sindrom
neurokutaneus seperti “ café au lait spots “ dan “ iris hamartoma” pada
neurofibromatosis, “ Ash leaf spots” , “shahgreen patches” , “ subungual fibromas” ,
“ adenoma sebaceum” pada tuberosclerosis, “ port - wine stain “ ( capilarry
hemangioma) pada sturge-weber syndrome. Juga perlu dilihat apakah ada bekas
gigitan dilidah yang bisa terjadi pada waktu serangan kejang berlangsung atau apakah
ada bekas luka lecet yang disebabkan pasien jatuh akibat serangan kejang, kemudian
apakah ada hiperplasi ginggiva yang dapat terlihat oleh karena pemberian obat
fenitoin dan apakah ada “dupytrens contractures” yang dapat terlihat oleh karena
pemberian fenobarbital jangka lama.
12
Pemeriksaan neurologi meliputi status mental, “gait“ , koordinasi, saraf
kranialis, fungsi motorik dan sensorik, serta refleks tendon. Adanya defisit neurologi
seperti hemiparese ,distonia, disfasia, gangguan lapangan pandang, papiledema
mungkin dapat menunjukkan adanya lateralisasi atau lesi struktur di area otak yang
terbatas. Adanya nystagmus , diplopia atau ataksia mungkin oleh karena efek toksis
dari obat anti epilepsi seperti karbamasepin,fenitoin, lamotrigin. Dilatasi pupil
mungkin terjadi pada waktu serangan kejang terjadi.” Dysmorphism “ dan gangguan
belajar mungkin ada kelainan kromosom dan gambaran progresif seperti demensia,
mioklonus yang makin memberat dapat diperkirakan adanya kelainan
neurodegeneratif. Unilateral automatism bisa menunjukkan adanya kelainan fokus di
lobus temporalis ipsilateral sedangkan adanya distonia bisa menggambarkan kelainan
fokus kontralateral dilobus temporalis.

10. Terapi apa saja yang dapat kita berikan pada penderita kejang?
11. Kalsifikasi kejang

Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai

dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang

mioklonik.

a. Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah

dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal

berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau

pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi

atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang

tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang

disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus

b. Kejang Klonik

Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal

dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 –

3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak

diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat

trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.

c. Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai

reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan

hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.(Lumbang Tebing,

1997)

11. diagnosis banding dari kejang?

Anda mungkin juga menyukai