Kejang tanpa disertai demam pada anak dapat disebabkan oleh karena : 1. Kelainan
pada otak seperti :
Trauma kepala
Perdarahan di otak
Peradangan di otak
Keganasan
Apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami serangan tanpa kejang.
Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak
boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat
membahayakan anak.
Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. "Setiap menit, kejang
bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke otak. Bayangkan apa yang
terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa
menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan."
Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada
anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan terjadi kejang
berulang.
"Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut," bilang Merry. Dokter akan
mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang
lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik. Artinya,
tak terjadi kelainan neurologis dan mental. Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi
kejang lagi? "Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama."
Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah kejang.
Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas
kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak
yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala
besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak
"Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan,"
kata Merry yang lalu menjabarkannya satu per satu di bawah ini.
* Kelainan neurologis
Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang. Contoh,
akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam
jaringan otak (hipoksia).
* Bukan neurologis
Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang
lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran
darah, keracunan obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.
* Faktor keturunan
Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang
demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko
tinggi mengalami kejang yang sama.
Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak , truma, bekuan
darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan gejala putus alcohol
dan
1. Intrakranial
Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular
2. Ekstra cranial
3. Idiopatik
Pemeriksaan minimum untuk kejang tanpa demam pada anak menurut Ngastiyah (2000: 233)
meliputi: 1. Glukosa puasa: Batas normalnya lebih dari 10 g/dl. Hipoglikemia dapat menjadi
faktor presipitasi kejang. 2. Kalium: Batas normal kalium laki-laki 1,0 - 1,2 mmol/ L. Bila ada
kerusakan jaringan, kalium akan keluar dari sel dan masuk ke dalam cairan ekstraseluler. Jika
penurunan kalium dalam urine dapat menunjukan hiperkalemia (serum kalium meningkat) dan
sebaliknya. 3. Natrium : Batas normal natrium laki-laki 135 - 145 mmol/ L. Pada cairan
ekstraseluler kadar natrium urine biasanya rendah dan kadar natrium serum rendah tidak
normal / normal akibat memodilusi atau kadar meningkat. 4. EEG (Elektroensefalografi) adalah
suatu cara untuk melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur
aktivitas otak. Gelombang otak untuk menentukan karakteristik dari gelombang pada masing-
masing tipe dari aktifitas kejang. 5. Pemeriksaan scan CT adalah suatu prosedur yang digunakan
untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
Dalam penanggulangan kejang demam menurut IKA-FKUI (2005: 850) ada 4 faktor yang perlu
dikerjakan yaitu: 9 1. Memberantas kejang secepat mungkin. Bila pasien datang dalam keadaan
konvulsi, obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Pemberian dosis
sesuai dengan BB. Kurang dari 10 kg pemberiannya 0,5 -0,75 mg / kg BB dengan minimal dalam
spuit 0,75 mg. Bila BB diatas 20 kg pemberiannya 0,5 mg / kg BB. Bila kejang belum juga
berhenti dapat diberikan fenobarbital atau poraldehid 4 % per I.V. 2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang sebagai
berikut: a. Semua pakaian ketat dibuka. b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung. c. Usahakan untuk jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
d. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen. e. Fungsi vital harus
diawasi secara ketat, jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan libernasi dengan
kompres alkohol dan air es. 3. Pengobatan rumat. Setelah kejang diatasi harus di susul
pengobatan rumat, daya kerja diazepam sangat singkat yang berkisar antara 45-60 menit. Oleh
karena itu harus diberikan obat antiepilepsi dengan daya kerja lebih lama, misalnya fenobarbital
yang diberikan langsung setelah kejang berhenti. 10 Dengan diazepam dosis awal pada neonatus
30 mg, umur 1 bulan - 1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun keatas 75 mg, sedangkan cara
pemberian secara I.M. 4. Mencari dan mengobati penyebab. Penyebab kejang demam
sederhana dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius
bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit
tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang pertama kali sebaiknya dilakukan
fungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak, misalnya
meningitis.
9. Pemeriksaan fisik apa saja yg harus kita lakukan pada pasien kejang?
10. Terapi apa saja yang dapat kita berikan pada penderita kejang?
11. Kalsifikasi kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang
mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal
berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi
atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang
tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang
disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus
b. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal
dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 –
3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak
diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai
reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan
hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.(Lumbang Tebing,
1997)