Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan keperawatan lansia
berbasis IPTEK keperawatan
Disusun oleh:
Leyla Sukawati
NIM P3.73.20.1.19.017
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
D. Fase – fase
Lima fase siklus agresif menurut (Videbeck, 2008)
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan agresif/
perilaku kekerasan (Dermawan dan Rusdi 2013).
1) Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan
atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau
menyakiti orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan kelegaan
pada individu.
2) Perilaku frustasi: Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/
terhambat
3) Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapakn perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan dengan
tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
4) Agresif/perilaku kekerasan merupakan hasil dari kemarahan yang sangat
tinggi atau ketakutan (panik).
Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat
menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah pada perilaku kekerasan.
Respon rasa marah bisa diekspresikan secara eksternal (perilaku
kekerasan) maupun internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif,
menggunakan kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa
menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan lega, menurunkan
ketegangan sehingga perasan marah dapat teratasi. Apabila perasaan
marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan biasanya dilakukan
individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tidak menyelesaikan
masalah, bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan
perilaku destruktif.
Perilaku yang tidak asertif seperti menekan rasa marah dilakukan
individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan
marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian
akan menimbulakn rasa bermusuhan yang lama dan suatu saat akan
menimbulkan perasaaan destruktif yang ditunjukan kepada diri sendiri.
(Dermawan dan Rusdi 2013).
G. Mekanisme Koping
Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme
koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan koping yang
konstruktif dalam mengekpresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi.
1. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu seperti
pada mulanya yang membangkitkan emosi.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang tidak baik
3. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa
yang benar-benar dilakukan orang lain.
C. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Perilaku Kekerasan, (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronik