Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEORI ROYS ADAPTASI

Disusun Oleh:

ERNI PURNAMASARI (SR20214054)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2021/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah g berjudul TEORI ROYS ADAPTASI tepat waktu.
Makalah TEORI ROYS ADAPTASI disusun guna memenuhi tugas Dosen TRI WAHYUNI,M.Kep pada
bidang mata pelajaran falsafah di kampus STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang [topik makalah].

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku guru pembimbing mata
ajaran falsafah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

PONTIANAK, 23 Oktober 2020.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................................
D. Manfaat.....................................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................................................

A. Sejarah.......................................................................................................................................
B. Filosofi Model............................................................................................................................
C. Asumsi Dasar Teori....................................................................................................................

BAB III STUDI KASUS.......................................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................................................

BAB V PENUTUP.............................................................................................................................

A. Ksimpulan..........................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai indivdu,kelompok situasi, atau kejadian
tertentu yang berkaitan dengan desiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan
konsep dan peryataan yang berfokus pada suatu kejadian dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual
keperawatan di kembangkaan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan dari
parakdikma keperawatan. Model konseptual keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan
sebagai seorang perawat.

Ada berbagai model konseptual keperawatan berdasarkaan pandangan ahli dalam bidang
keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy. Roy dalam teorinnya menjelaskan empat
macam elemen esensian dalam adaptasi keperawatan yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan .model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu meningkatkan
kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara adaptif menurut teori Roy.

B. Tujuan
1. Tujuan umum : mampu memahami konsep model keperawatan menurut teori Roy

2. Tujuan khusus :

a. Paham Pengertian teori roy


b. Paham konseptual teori roy
c. Mampu menghubungkan teori Roy dengan proses keperawatan
d. Mampu menilai proses keperawatan di rumah sakit dengan konsep Roy

C. Manfaat
Mahasiawa dapat memahami konsep model teori Roy
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori model Roy dalam keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.  Sejarah
Roy lahir pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles, California. Roy menyelesaikan
pendidikan Diploma Keperawatan pada tahun 1963 di Mount Saint Mary’s College, Los
Angeles dan menyelesaikan Master Keperawatan di California University pada tahun 1966.
Roy menyelesaikan PhD Sosiologi pada tahun 1977 di Universitas yang sama. Roy bersama
Dorothy E. Johnson mengembangkan teori model konseptual keperawatan. Ketika bekerja
sebagai perawat anak, Roy melihat suatu perubahan besar pada anak dan mereka
berkemampuan untuk beradaptasi dalam respon yang lebih besar terhadap perubahan fisik
dan psikologis. Roy mengembangkan dasar konsep keperawatannya pada tahun 1964- 1966
dan baru dioperasionalkan pada tahun 1968. Pada saat itu Mount Saint Mary’s College
mengadopsi teori adaptasi sebagai dasar filosofi kurukulum keperawatannya. Roy menjabat
sebagai asisten Professor pada Departemen Nursing di Mount Saint Mary’s College pada
tahun 1982.

B. Filosofi Model
Adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dan banyak digunakan sebagai falsafah
dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia
adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi
kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks, sehingga
dituntut untuk melakukan adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri,
adalah berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas
diri dari keadaan rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Jadi ada 4 faktor penting dari Roy adalah manusia, sehat-sakit, lingkungan dan keperawatan
yang saling terkait, yaitu sbb:

Manusia
 Sistem adaptasi dengan proses koping
 Menggambarkan secara keseluruhan bagian – bagian
 Terdiri dari individu atau dalam kelompok (keluarga, organisasi, masyarakat, bangsa dan
masyarakat secara keseluruhan)
 Sistem adaptasi dengan cognator dan regulator, subsistem bertindak untuk memelihara
adaptasi dalam 4 model adaptasi : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling
ketergantungan.
Lingkungan
 Semua kondisi, keadaan dan pengaruh lingkungan sekitar, pengaruh perkembangan dan
tingkah laku individu dalam kelompok dengan beberapa pertimbangan saling
menguntungkan individu dan sumber daya alam.
 Tiga jenis stimulasi : fokal stimulasi, kontekstual stimulasi, dan residual stimulasi.
 Stimulasi bermakna dalam adaptasi semua manusia termasuk perkembangan keluarga dan
budaya.
SEHAT-SAKIT
 Kesehatan merupakan pernyataan dan proses keutuhan dan keseluruhan refleks individu
dan lingkungan yang saling menguntungkan.
 Adaptasi : proses dan hasil dimana dengan berfikir dan merasakan seperti individu dan
kelompok, menggunakan kesadaran dengan memilih untuk membuat kesatuan individu dan
lingkungan.
 Respon adaptif : respon yang meningkatkan integritas dalam masa antara tujuan dan sistem
individu, yang bertahan, tumbuh, reproduksi, penguasaan, personal dan perubahan
lingkungan
 Inefektif respon : respon tidak berkontribusi untuk keutuhan pencapaian tujuan
 Tujuan adaptasi menunjukkan kondisi proses kehidupan yang menggambarkan tiga
perbedaan level yaitu : integrasi, kompensasi dan kompromi.

KEPERAWATAN
 Keperawatan adalah ilmu dan praktek yang memperluas kemampuan adaptasi dan
mempertinggi perubahan individu dan lingkungan.
 Tujuan adalah meningkatkan adaptasi untuk individu dan kelompok dalam empat adaptasi
model yang berkontribusi untuk kesehatan, kualitas hidup dan kematian dengan
bermartabat.
 Ini adalah pekerjaan pengkajian tingkah laku dan faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi
dan intervensi untuk mempertinggi kemampuan dan memperluas interaksi lingkungan.

C.  Asumsi Dasar Teori


Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan asumsi dasar
model teori ini adalah :
1. Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif. Kemampuan
beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu ; penyebab utama terjadinya
perubahan, terjadinya perubahan dan pengalaman beradaptasi.
2. Individu selalu berada dalam rentang sehat – sakit, yang berhubungan erat dengan
keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan adaptasi.
Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh akan
menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu tersebut berespon melalui upaya
atau perilaku tertentu. Setiap manusia selalu berusaha menanggulangi perubahan status
kesehatan dan perawat harus merespon untuk membantu manusia beradaptasi terhadap
perubahan ini.
Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya;
1. Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan
mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang individu.
2. Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik internal maupun
eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara
subyektif.
3. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai
dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan
observasi.

Proses adaptasi yang dikemukakan Roy:


1. Mekanisme koping. Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama
mekanisme koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia tersebut,
yang ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang sebagai proses yang
otomatis pada tubuh. Kedua yaitu mekanisme koping yang didapat dimana coping
tersebut diperoleh melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya
2. Regulator subsistem. Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuh
yaitu saraf, proses kimiawi, dan sistem endokrin.
3. Cognator subsistem. Proses koping seseorang yang menyertakan empat sistem
pengetahuan dan emosi: pengolahan persepsi dan informasi, pembelajaran,
pertimbangan, dan emosi.
Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak terhadap respon
adaptasi diantaranya, sbb:
a. Fungsi Fisiologis; Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi
neurologis dan endokrin. Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola
interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang
lain.
c. Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta
yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun
kelompok.

Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:


i. Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat
mencapai tujuan atau keseimbangan sistem tubuh manusia.
ii. Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari
terminologi keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat
mencapai tujuan yang akan diraih.

Respon tersebut selain menjadi hasil dari proses adaptasi selanjutnya akan juga menjadi
umpan balik terhadap stimuli adaptasi.

Input (Stimulus):
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri:  yaitu dengan
menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri
(Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat
berlawanan atau responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari
besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh manusia.
 
Mekanisme Koping:
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri (stuart, sundeen; 1995). Manusia sebagai suatu sistim yang dapat
menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Mekanisme koping bawaan dan dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki, umumnya
dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan sebelumnya
oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang dipelajari, dikembangkan melalui
strategi seperti melaui pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui
selama menjalani kehidupan berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan
terhadap stimulus yang dihadapi.

 Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam batasan


yang sesuai dengan tujuan “human system”.
 Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang
sesuai dengan tujuan “human system.

Dua Mekanisme Coping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistim Regulator dan
Susbsistim Kognator.   Regulator dan Kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam
hubungannya terhadap empat effektor atau cara penyesuaian diri yaitu: Fungsi
Phisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan Interdependensi.

Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive adalah espon adaptive
(dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak dapat menyesuaikan diri).
Respon-respon yang adaptive itu mempertahankan atau meningkatkan intergritas,
sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback,
respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia
sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang berhubungan dengan
metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap
respon sakit (maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien
mempunyai masalah keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).
Subsistem Regulator dan Kognator
Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan dengan perubahan
lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan Biologis, Psikhologis dan social. Subsistim
Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf,
kimia tubuh, dan organ endokrin. Subsistim regulator merupakan mekanisme kerja
utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan. Subsistim
Kognator  adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan
emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat
alasan dan emosional.

Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk diproses oleh subsistim
Regulator dan Cognator. Respon-respon susbsistem tersebut semua diperlihatkan pada
empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan Interdependensi (Kozier, Erb, Blais,
Wilkinson;1995).
Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:
1. Perubahan Fungsi Fisiologis
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan
keseimbangan.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal bagian
korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan
epenefrin dan non epinefrin), sirkulasi dan oksigen.
1. Perubahan konsep diri
Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan
respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap
dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.
2. Perubahan fungsi peran
Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.
Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.
3. Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing komponen
menjadi satu kesatuan yang utuh.
Contoh :  kecemasan berpisah.

Cara penyesuaian diri diatas ditentukan dengan menganalisa dan mengkatagorikan


perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan hasil dari aktivitas Kognator dan
Regulator yang diobservasi.

Kebutuhan dasar untuk intergritas yang mencakup : Intergritas Fisik, Psikhologis dan
Sosial. Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim regulator maupun dalam
subsistem kognator dan digambarkan sebagai proses yang menghubungkan dua
subsistem tersebut. Input-input untuk regulator diubah menjadi persepsi. Persepsi
adalah proses dari kognator dan respon-respon yang mengikuti sebuah persepsi
adalah Feedback baik untuk kognator maupun Regulator.

Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus (stressor) lingkungan


sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan diluar (external) manusia.(Faz
Patrick & Wall,1989).   “Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh
manusia berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor
biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External
dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu sebagai
ancaman”(dikutip oleh Nursalam;2003).
 

2.Tingkat Adaptasi

Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga
kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi
seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus. Stimulus 
merupakan masukan ( Input ) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif.           Lebih
lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain: 1) stimulus
fokal, 2) stimulus kontektual, dan 3) stimulus residual.
 Stimulus Fokal
yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab terjadinya infeksi
 Stimulus Kontektual.
yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan
tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya
tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.
 Stimulus Residual
yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya
keadaan tidak sehat, atau disebut dengan Faktor Predisposisi, sehingga terjadi kondisi
Fokal, misalnya ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.
 
3.Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)
Kesehatan dipandang  sebagai keadaan dan proses menjadi manusia  secara utuh dan
integrasi  secara keseluruhan . Integritas  atau keutuhan manusia  meyatakan secara
tidak langsung  bahwa kesehatan  atau kondisi  tidak terganggu  mengacu  kelengkapan 
atau kesatuan  dan kemungkinan tertinggi  dari pemenuhan   potensi manusia. Jadi
intergrasi  adalah sehat  sebaliknya  kondisi tidak ada integrasi adalah kurang sehat.
Definisi kesehatan ini  lebih dari tidak adanya sakit  tapi termasuk  penekanan  pada
kondisi baik. Dalam model adaptasi  keperawatan   konsep sehat dihubungkan dengan
konsep adaptasi. Adaptasi  yang tidak memerlukan energi  dari koping  yang tidak efektif 
dan memungkinkan  manusia berespon  terhadap stimulus yang lain. Mengurangi dan
tidak menggunakan energi  ini dapat  meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi
kesehatan, ini adalah pembebasan energi  yang dihubungkan  dengan konsep adaptasi
dan kesehatan. Adaptasi adalah  komponen pusat  dalam model adaptasi  keperawatan
didalamnya menggambarkan  manusia sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri .
Adaptasi  dipertimbangkan  baik proses  koping  terhadap stressor  dan produk akhir dari
koping. Proses  adaptasi termasuk fungsi  holistik  untuk mempengaruhi kesehatan 
secara positif  dan itu meningkatkan integritas. Proses  adaptasi  termasuk semua
interaksi manusia dan lingkungan dan dua bagian proses. Bagian pertama dari proses ini
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan
sebuah respon.  Perubahan-perubahan itu adalah stressor-strassor atau stimulus focal
dan ditengahi oleh faktor-faktor kontekstual dan residual. Bagian bagian stressor
menghasilkan interaksi  yang biasanya  disebut stress, bagian kedua dari stress adalah
nekanisme koping yang merangsang menghasilkan respon adaftif atau inefektif .  Produk
adaptasi  adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah  kondisi yang
meningkatkan  tujuan-tujuan manusia yang meliputi: kelangsungan hidup, pertumbuhan
dan pengeuasaan yang disebut Intergritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi
keseimbangan  dinamik yang meliputi peningkatan dan penurunan respon respon.
Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga keseimbangan
dinamik dari manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi.
Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai
adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yeng lebih
tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi kemudian disebut adalah suatu fungsi dari
stimulus yang masuk dan tingkatan adaptasi lebih spesifik, fungsi yang lebih tinggi antara
stimulus fokal dan sistim adaptasi.
 
Roy menggambarkan  keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek . Sebagai  ilmu,  
keperawatan   “mengobservasi,mengklasifikasi dan menghubungkan  “ proses yang
secara positif   berpengaruh  pada status kesehatan  (1983) Sebagai  disiplin  praktek
keperawatan  menggunakan  pendekatan pengetahuan secara ilmiah  untuk
menyediakan pelayanan  pada orang-orang (1983) Lebih spesifik  dia mendefinisikan 
keperawatan sebagai ilmu  dan praktek  dari peningkatan adaptasi  untuk tujuan 
mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi  individu
dan kelompok dalam situasi yang berkaitan  dengan kesehatan. Jadi model  adaptasi 
keperawatan  menggambarkan  lebih spesifik  perkembanganilmu keperawatan  dan
praktek keperawatan  yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model
tersebut  keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh  kehidupan manusia yang 
berinteraksi  dengan perubahan lingkungan  dan jawaban  terhadap stimulus internal
dan eksternal  yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor  yang tidak biasa  (focal
stimulus) atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa
menjadi koping yang  tidak efektif  manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak
harus, bagaimanapun diinterpretasi  untuk memberi arti bahwa  aktivitas  tidak hanya 
diberikan  ketika manusia  itu sakit . Roy menyetujui pendekatan  holistic keperawatan 
dilihat  sebagai proses  untuk mempertahankan  keadaan baik  dan tingkat fungsi yang
tinggi  . Keperawatan terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan . Tujuan keperawatan adalah  mempertinggi interaksi manusia dengan
lingkungan.  Jadi peningkatan  adaptasi  dalam tiap  4 cara menyesuaikan diri : yaitu
fungsi fisiologi, konsep diri , fungsi peran dan  interdependensi. Harapan terhadap
peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas
hidup dan kematian yang bermanfaat. Tujuan keperawatan diraih  ketika stimulus fokal
berada didalam suatu area tingkatan adapatasi manusia, dan ketika stimulus fokal
tersebut tidak ada dalam area , manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau
respon efektif . Adaptasi tidak memerlukan  energi dari upaya koping yang tidak efektif
dan memungkinkan individu untuk merespon  stimulus yang lain . Kondisi tersebut 
dapat mencapai peningkatan penyembuhan  dan kesehatan . Jadi , peranan penting
adaptasi  sangat ditekankan pada konsep ini. Tujuan dari  adaptasi adalah  membantu
perkembangan aktivitas keperawatan,  yang digunakan  pada proses  keperawatan
meliputi  pengkajian,diagnosa keperawatan, intervensi,dan evaluasi.
Adaptasi model keperawatan ditetapkan “ data apa yang dikumpulkan,bagaimana
mengindentifikasi masalah dan tujuan utama, pendekatan apa yang dipakai dan
bagaimana mengevaluasi efektifitas   proses keperawatan. Unit unit analisis dari 
pengkajian keperawatan adalah  interaksi manusia dengan lingkungan . Proses
pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian . Tingkat pertama mengumpulkan
data  tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri . Data-data
tersebut  dikumpulkan dari hasil observasi penilaian respon  dan  komunikasi dengan
individu. Dari data tersebut   perawat membuat alas an sementara  tentang apakah
perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua  pengkajian  adalah 
mengumpulkan  data  tentang focal, kontekstual, dan residual  stimuli. Sebelum tingkat
pengkajian ini  perawat  mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi perilaku
yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting  untuk
menetapkan  factor-faktor  utama  yang mempengaruhi perilaku. Intervensi
keperawatan dibawa dalam  konteks proses keperawatan  dan meliputi  pengelolaan
atau manipulasi stimulus focal,kontekstual dan residual. Manipulasi  atau pengaturan 
stimulus  ( baik internal dan eksternal) bisa termasuk didalam penghilangan,
peningkatan, pengurangan , pemeliharaan atau merubah stimulus. Melalui pengelolaan 
factor-faktor stimulus , pencetus tidak efektifnya perilaku  diubah atau  meningkatkan
kemampuan individu untuk mengatasi masalah. Itu adalah memperlebar penyesuaian
diri. Jadi stimulus akan  jatuh ke area yang   dibangun oleh tingkat penyesuaian diri
manusia dan perilaku adaptif  akan terjadi . Intervensi keperawatan berikutnya ,
mengevaluasi hasil akhir perilaku  dan memodifikasi pendekatan-pendekatan 
keperawatan  sesuai kebutuhan  Ini harus dicatat  bahwa dalam model  manusia
dihormati sebagai individu yang berpartisipasi aktif  dalam  perawatan dirinya. Tujuan
disusun berdasarkan tujuan  yang saling menguntungkan.
Menurut Roy, kapan Keperawatan itu dibutuhkan?. Jawabannya adalah: Manusia
sebagai Sistem Adaptive (dapat menyesuaikan diri), sakit atau memilki potensi sakit.
Biasanya ketika mengalami stress atau kelemahan/kekurangan mekanisme Coping,
biasanya manusia berusaha untuk menanggulangi yang tidak efektif. Menusia berusaha
meminimalkan kondisi yang tidak efektif yang memelihara yang adaptive. Dengan
peningkatan adaptasi menusia terbebas dari pemakaian energi dan enegi tersebut dapat
digunakan untuk stimulus yang lain.

4.Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan.

Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan  konsep-konsep lain dalam
model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah manusia sebagai adaptif sistem
yang menerima stimulus  dari lingkungan internal dan eksternal. Stimulus-stimulus ini
mungkin berada dalam area atau di luar area adaptasi manusia  dan subsistem regulator 
dan kognator digunakan untuk mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan 4
cara penyesuaian diri. Saat stimulus jatuh dalam  area adaptasi manusia, respon adaptif
akan terjadi  dan energi dibebaskan untuk berespon terhadap stimulus lain. Dalam hal
ini meningkatkan integritas atau kesehatan. Keperawatan mendorong adaptasi melalui
penggunaan proses keperawatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan.

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN


 
 Fungsi Fisiologis
Contohnya :
 oksigenasi yaitu kebutuhan tubuh terhadap oksigen seperti ventilasi peertukaran gas dan
transport gas
 memenuhi kebutuhan integritas kulit dengan memandikan pasien yang tidak sadar atau
kondisinya lemah
 Konsep diri;
Contohnya : memenuhi kebutuhan spiritual maksudnya melaksanakan orientasi,
membantu pasien beribadah, memperhatikan setiap keluhan pasien
 Fungsi peran;
Contoh : meyakinkan pada pasien bahwa ia adlah tetap sebagai individu yang berguna
bagi masyarakat dan keluarga, bersifat terbuka dan komunikatif pada pasien.
 Interdependen;
Contoh : membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum membantu pasien
memenuhi kebutuhan kebersihan diri.

BAB III
STUDI KASUS
 Tanggal 30 Nopember Ny. B, 65 tahun, beralamat di jalan Salemba Tengah Jakarta
Pusat, Pendidikan SMA, Suku Jawa, Status Perkawinan sudah Menikah, pekerjaan
pedagang, agama Islam, Jaminan kesehatan tidak ada (umum). Penanggung jawab Tn. A,
tempat tinggal di Salemba Tengah Jakarta Pusat. (Tempat tinggal di gang padat dan
kumuh), hubungan dengan Klien sebagai Suami. Diagnosa Medis : GE, Alasan Masuk
Rumah Sakit, Mencret-mencret, mual dan muntah.tindakan Pembedahan /
penatalaksanaan : Tidak ada riwayat tindakan pembedahan. Pemahaman Klien tentang
perawatan Rumah Sakit : Klien mengatakan bahwa dia memutuskan membutuhkan
perawatan di Rumah Sakit karena mencret terus menerus (>10 x/hari), sudah minum
banyak tapi mencret tidak berkurang. Keluarga beranggapan untuk mengurangi mencret
dengan minum yang banyak. Riwayat kesehatan sebelumnya yang relevan : Diare,
Riwayat Alergi: Tidak ada. Obat yang biasa dikonsumsi di rumah : Tidak ada, Dokter yang
menangani : dr. Budiono Sp.PD. hasil pemeriksaan ditemukan turgor menurun, nadi :
110 x/mnt halus, tekanan darah : 90/80 mmhg, suhu : 36 C, respirasi rate : 20 x/mnt,
bibir kering, merasa haus dan lemas. Ekstremitas dingin, peristaltic usus meningkat,
nyeri perut, Hasil I PENGKAJIAN A BIODATA c. Nama pasien : Ny. D d. Umur : 65 tahun e.
Alamat : Jl. Salemba Tengah Jakrta Pusat f. Pendidikan terakhir : SMA g. Suku / bangsa :
Jawa / Indonesia h. Agama : Islam i. Status perkawinan : Kawin j. No Reg. : 008 k.
Diagnosa Medis : GE B Riwayat Keperawatan : Ny. D MRS karena mencret-mencret,
sudah minum banyak tapi belum teratasi. Sebelumnya pernah mengalami sakit yang
sama tetapi tidak sampai MRS. C. Kondisi saat ini : Klien BAB cair > 10 x/hari, turgor tidak
menurun, tanda vital : TD = 90/80 mmhg. N = 110 x/mnt halus, RR = 20 x/mnt, S = 36 C.
Bibir kering, merasa haus dan lemas. Ekstremitas dingin peristaltic usus meningkat dan
nyeri perut, D. Riwayat keluarga : Salah satu anggota keluarga pernah ada yang
mengalami diare tetapi tidak sampai MRS

BAB IV

PEMBAHASAN
Pengkajian mode fisiologis 1. Pengkajian perilaku a. Oksigenasi 1) Tekanan darah : 90/80
mm Hg. 2) Nadi : 110 x / menit 3) Pernafasan : 20 x / menit b. Nutrisi : 1) Nafsu makan
menurun, mual 2) Jenis Nutrisi : Cair c. Eliminasi BAK 1) jumlah : kurang lebih 300 cc/ hari. 2)
Karakteristik : jernih. d. Eliminasi BAB 1) pola : lebih dari 10 x/hari 2) konsistensi : cair e.
Aktivitas dan istirahat 1) Aktifitas lemah 2) Tidur hanya dapat beberapa menit saja f..
Proteksi : 1) Mengalami dehidrasi 2) kulit warna pucat, ekstremitas dingin g. Indra perasa 1)
Penglihatan :.Normal 2) Pendengaran : Normal 3) Nyeri perut h. Cairan dan elektrolit 1)
Intake: jelek. 2) Output : kurang lebih 300 cc/ hari. 3) Dehidrasi 4) Keseimbangan cairan dan
elektrolit: i. Fungsi neurologis 1) Tingkat kesadaran : dapat berorentasi terhadap orang,
waktu dan tempat dengan baik ( komposmentis ). 2) Reflek dasar dan sentuhan dalam batas
normal. j. Fungsi endokrin : Dalam batas normal.

 Pengkajian stimuli : Perilaku Lemas stimuli Focal contekstual residual Usia 65 tahun Nyeri
perut, mual, muntah, mencret Belum pernah MRS karena diare II.

Perbandingan antara rencana keperawatan menurut Roy dan NIC NOC NIC - NOC DX NOC
NIC PHISIOLOGY BASIC PHISIOLOGY COMPLEK BEHAVIOR SAFETY FAMILY HEALTH SYSTEM
1. (Dx NIC- NOC) Kekurangan volume cairan 2. (Dx Roy) Dehidrasi: cairan dan elektrolit
Keseimbangan elektrolit & asam basa Keseimbangan cairan Hidrasi.Status nutrisi miksi &
intake cairan Eliminasi bowel Status keanggotaan Pengetahuan terapi Termoregulasi
Eliminasi urin Cairan Seimbang Cairan & Elektolir stabil Asam basa seimbangsistem Buffer
efektif manajemen nutrisi kaketer urin Mmanajemen elktrolit Manejemen elektolit;
hiperkalsemia Manajemen elektrolit; hiperkalemi Manajemen elektrolit; hipermagnesi a
Manakemen elektrolit; hipo kalemi Manajemen elektrolit; hipokalsemia Manajemen
elektrolit; hipo natremia Manajemen elektrolit; hipo hospatemia Monitor elektrolit
Surveilens Monitor tanda vital. Manajemen cairan elektrolit Manajemen cairan Monitor
cairan Manajemen hipovolemic Pemasangan IV Terapi IV Manajemen volume shock
Cegah syok Feeding komplek Termoregulasi Regulasi Hemodinamik Manajemen medikasi
infasiv Ambil sampel darah arteri. :untuk mencegah dan mengatasi terjadinya diare
diperlukan intervensi : a. Health education b. Teaching individual c. Teaching proseudre
atau threatment 2. Family : pada NIC tidak ada intervensi family padahal utnuk
pemenuhan kebutuhan intake cairan perlu dukungan keluarga untuk membantu
pemenuhan cairan (family support). 3. Health sistem : pada NIC tidak ada padahal
diperlukan intervensi untuk : a. Dokumentasi (informasi manajement) b. Discharge
planning Kesimpulan Menurut pendapat kelompok masalah klien dapat diatasi dengan
cepat bila semua komponen dalam NIC ada dan dilakukan.

 Proses keperawatan menurut teori adaptasi Roy terdiri dari : Pengkajian perilaku,
pengkajian stimulus, diagnosa keperawatan, tujuan, rencana tindakan dan evaluasi.
Keenam elemen ini sama dengan 5 fase dari proses keperawatan. 1. Pengkajian a.
Pengkajian perilaku adalah fisiologis yaitu : kebutuhan oksigen, nutrisi, eliminasi, aktivitas
dan istirahat, perlindungan, sensasi, cairan dan elektrolit, fungsi saraf, sfungsi endokrin.
Konsep Diri yaitu physical self (body sensation dan body Image), the personal self (self
consistency, self ideal, moral-ethical-spiritual self). Fungsi Peran mengidentifikasi pola
interaksi sosial individu dengan orang lain, dengan 3 klasifikasi yaitu primer, sekunder dan
tersier. b. Pengkajian stimulus terdiri dari stimulus fokal, kontekstual dan residual. 2.
Diagnosa keperawatan, menggunakan 3 cara yaitu : tipologi diagnosa menurut Roy,
respon klien yang paling menonjol pada satu mode adaptif, menyimpulkan respon klien
dari satu atau lebih mode adaptif yang terkait dengan stimulus yang sama. 3. Rencana
tindakan dan implementasi berfokus pada kemampuan koping individu atau tingkat
adaptasinya. 4. Evaluasi dengan cara membandingkan data-data yang ditemukan pada
pasien dengan indikator yang telah dibuat. 5. Penerapan konsep teori adaptasi Roy dapat
disesuaikan dengan Nursing Intervention Classification dan Nursing Out come
Classification. SARAN Penerapan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan konsep
teori Roy tetap perlu memandang melalui paradigma keperawatan yang terdiri dari
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan, sehigga penerapannya dapat disesuikan
dengan klien dan tatanan pelayanan kesehatan.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
 Memandang klien sebagai system yang adaptif
 Tujuan keperawatan : membantu orang untuk beradaptasi terhadap perubahan tersebut
 Kebutuhan untuk perawatan timbul pada saat klien tidak dapat beradaptasi terhadap
perubahan
 
 
B. SARAN
Mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang
pemerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Roy dilapangan atau di rumah
sakit, sehingga dpat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dlam
pelayanan keperwatan atau asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott:
Raven Publisher

Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London,
William Heinemann Medical Books

Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.


George B.J. Nursing Theorist: The Base for Profesional Nursing Practice, California:
Appleton & Lange. 1990.

Kozier, E.B, Erb, G. L, et. All. Fundamental of Nursing: Concept, Process and Practice. 5 th
ed. California: Addison-Wesley Publ. 1995.

Marriner-Tommey, A. Nursing Theorist and Their Work, 3rd ed. St. Louis: Mosby
Company. 1994.

Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California:
Appleton & Large. 1991.

Anda mungkin juga menyukai