Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TENTANG

TEORI KEPERAWATAN MENURUT CALISTHA ROY

Dosen pengajar : Ns. Fahmi Hidayat DW, S.Kep

DISUSUN OLEH:

~ Desi Putri Ananda ~ Naufal Muhtadin

~ Meiditawati Ginting ~ Wildan Firdaus

STIKES DR.SISMADI JAKARTA UTARA

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 

TAHUN AJARAN 2020


DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................................. i

Kata Pengantar …………………………………………………………………..................... ii

BAB I  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang …………………………………………………..................................... 1

1.2  Rumusan Masalah ………………………………………………………......................... 1

1.3  Tujuan ………………………………………………………………............................. 2

1.4 Manfaat ............................................................................................................................ 2

BAB II  ISI PEMBAHASAN

2.1 Pengertian…………………………………………………………………....................... 3

2.2 Konsep dasar dan model keperawatan Calistha Roy……................................................. 3

2.3 Model Konseptual Calistha Roy………………………………….................................... 5

2.4 Teori Penegasan………………………………………................................................... 7

2.5 Teori Calistha Roy………………………………………………………......................... 10

2.6 Kelebihan dan kelemahan Calistha Roy……………………............................................ 18

BAB III  PENUTUP

3.1 Kesimpulan……........................………………………………………………………… 20

3.2 Saran………………………………………………………………………...................... 20

DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

            Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt.Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah “Teori Keperawatan Calistha Roy”.

            Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi
tugas perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sismadi Jakarta.

            Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, atas semua bantuan, bimbingan
dan kemudahan yang telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih belum sempurna sehingga kritik, koreksi dan saran dari semua
pihak untuk menyempurnakan makalah kami senjutnya senantiasa akan kami terima dengan
tangan terbuka.

            Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ns Fahmi Hidayat
DW,S.Kep selaku dosen yang telah memberikan serta membimbing kami untuk tugas
makalah ini.

            Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami maupun
kepada pembaca umumnya.

                                                                                     Jakarta, 13 November 2020

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi
atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang
terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu
kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan
dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak
dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan
perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan
dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.

Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam
bidang keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya
menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa
bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan
perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki
sistem adaptif yang selalu beradaptsi.

1.2  Rumusan Masalah

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :

a. Apa pengertian dan konsep dasar model keperawatan Callista Roy?

b. Apa kelebihan dan kelemahan konsep dan teori model praktek Sister
Callista Roy?

1
1.3 Tujuan

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunitas Keperawatan.

1.4 Manfaat

Untuk menambah pengetahuan tentang Teori Keperawatan Menurut Calistha Roy.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian

Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstak dan dapat di
organisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide
untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri
merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola nyata atau suatu pernyataan
yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang du dasari oleh fakta-fakta yang
telah di obserfasi tapi kurang absolute atau bukti secara langsung.

Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-usaha untuk


menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori keperawatan
dapat di bedakan  apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam


keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja
dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan
dalam menentukan model praktek keperawatan, mengingat dalam model keperawatan
mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang di dasari sebuah
model, adanya tujuan praktek yang ingin di capai dalam memberikan pelayanan kepada
kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan alam hal ini dibutuhkan
oleh perawat dalam mengembangkan tujuannya.

2.2  Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy

Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika
mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang
lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.

3
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah
humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.

Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin
tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama
dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah
laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk
mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.

Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang
bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :

a)  tujuan eksistensi manusia

b)   gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia

c)   aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.

d)  nilai dan arti kehidupan.

Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari
konsep mayor Callista Roy,

a. sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan
sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan
umpan balik.

b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan
residual.

c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.

e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan


tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.

4
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha
tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.

g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal dan proses endokrin.

h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.

i.  model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan
konsep diri.

j.  respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai
tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.

k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan.

l.  konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan

m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam


hubungannya di lingkungan sosial.

n.  interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.

2.3  Model Konseptual Callista Roy

Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema
yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok,
situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus
adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan
dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :

5
Keperawatan

Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek.


Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan
proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan
pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan
adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan
menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan.
Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan
keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan
adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah
dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang
tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti
ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.

Manusia

Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif
manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control,
output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif
dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara
adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai
sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat
sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa
unit untuk beberapa tujuan.

Kesehatan

Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan
terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan
konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini
manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua
interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses,

6
proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan
proses yang kedua adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

Lingkungan

Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif.

2.4 TEORI PENEGASAN

Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu

 Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
 Efektor mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran
dan Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap
empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan.

a. Mode Fungsi Fisiologi

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy


mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri
dari 4 bagian yaitu :

1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).

2.  Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).

3.  Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).

7
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan
semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).

5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).

6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).

7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).

8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral


dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan
dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).

9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

b. Mode Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.

8
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.

2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal
yang berat dalam area ini.

c. Mode fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya .

d. Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian
dan saling menghargai.

Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam


menerima sesuatu untuk dirinya.

Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.


Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi
dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu
memberi dan menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-
respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon
yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik
respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.

9
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan
perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social.
Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.

2.5  Teori Calista Roy

Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy


(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan
di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :

1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi
dengan lingkungan.

2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan


biopsikososial.

3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk


beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik
positif maupun negatif.

4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk
menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.

5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia.

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan


keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai
“Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.

10
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan
untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.

System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan
penjelasan sebagai berikut :

1.Input

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi,


bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi
dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.

a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera,
misalnya infeksi .

b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara
subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan
respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.

c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada
tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai
pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman
nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.

2. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan
subsistem.

a)  Subsistem regulator

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.


Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia,
neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord
yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang
dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.

11
b)  Subsistem kognator

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari
regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator
kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan
emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih
atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement
(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih
sayang.

3. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan
umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif
atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas
seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi
dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan
ini.

Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol
seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan
secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang
menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik
untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu
mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut
merupakan bagian sub sistem adaptasi.

Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep


keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta
nilai yang dimilikinya diantaranya:

12
a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi dengan
lingkungannya.

b. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai
dengan perubahan yang terjadi.

c. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy, diantaranya:

-Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan
mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.

-Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus
internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi,
diukur secara subjektif.

-Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau
sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan
observasi.

d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:

-Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya


oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan
elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.

-Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain.

-Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.

-Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,


cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun
kelompok.

e. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu
melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.

13
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi.
Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan
asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan
lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan
berikut :

-Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar

-Pengembangan konsep diri positif

-Penampilan peran sosial

-Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan

Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien


dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan
keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut Roy
terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :

1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)

Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga,


kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai system
adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan
yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara system dan lingkungan. Interaksi
yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal.
Dengan perubahan tersebut individu harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap
individu secara kontunyu beradaptasi.

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi.

14
Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas
kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu
: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model adaptasi
keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang
dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif
manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai
satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau
beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri
individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang
umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang
mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu
sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi
yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.

2. Keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan


dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan
fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi


berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan
stimulus input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau
keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang
akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon
yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada
umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh
individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul
releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

15
3. Konsep sehat

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai tingkatan
tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam
upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social.
Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi
tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.

Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap


rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat
individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan
sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

4. Konsep lingkungan

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan
eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang
dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang
diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari
dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai
suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat
dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan
sekitar.Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan
proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian
tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut
sama dengan proses keperawatan secara umum.

16
a) Pengkajian

Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian


tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang
perilaku klien sebagai suatu system adaptif  berhubungan dengan masing-masing mode
adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian
pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-
masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic.

Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien


tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat.
Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian
tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual
dan residual yang berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi
respon adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol,
merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping
dan gaya, strea fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik.

b) Perumusan diagnosa keperawatan

Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :

·  Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4
mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith
adalah “hypoxia”.

·Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan


berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka
diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung
berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.

· Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus
yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia
bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah
“kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca
yang panas”

17
c) Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah


ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan
kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan
dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi
meningkat.Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan
penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi
harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.

d) Implementasi

Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi


fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang
pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.

e) Evaluasi

Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang


ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

2.6  Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy

Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat


mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para
perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam
penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model
konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh
Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi
fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga
bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual,
sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.

18
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya
individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah
terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien
dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan
tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien.
Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor
bagi para pasiennya.

19
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out
come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh
penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat
dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang
berasal dari system dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan
artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan
penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem
adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan
suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya.

3.2  Saran

Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep
dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan
model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan
dengan etika, norma dan budaya.

Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada
situasi sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal,
kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada
daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien
mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme
koping yang lain.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.

Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California:
Appleton & Large. 1991.

Ann Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work. 1998: Mosby

erathenurse.blogspot.com/…/model-konseptual-keperawatan.htm.

nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-c

www.geocities.com/…/vanessa/roy1.htm

www.rase.urg.uk/search09/indek.asp

Anda mungkin juga menyukai