Anda di halaman 1dari 118

DRAFT SKRIPSI

PENGARUH TERAPI CUPPING THERAPY TERHADAP KADAR ASAM


URAT PADA PENDERITA GOUT DI KLINIK MARI SEMBUH
YOGYAKARTA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :
Priwanti

KP.19.01.385

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
DRAFT SKRIPSI

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP KADAR ASAMURAT


PADA PENDERITA GOUT DI KLINIK MARI SEMBUH
YOGYAKARTA

Diajukan Oleh :
Priwanti
KP 19.01.385

Telah Diperiksa dan disetujui pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Murgi Handari, S., KM., M.Kes Nur Anisah, S., Kep., Ns., M.Kep., Sp, KJ

Siap Dilakukan Ujian Skripsi Didepan Dewan Penguji


Pada Tanggal : …………

Mengetahui,
Ketua Prodi Ilmu Keperawatan dan Ners

Yuli Ernawati, S., Kep., Ns., M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul "Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout
" tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah
sebagai pedoman untuk melaksanakan penelitian dalam pembuatan skripsi pada
Stikes Wira Husada Yogyakarta dan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
jurusan ilmu keperawatan pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun
materiil sehingga proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini
penulis tujukan kepada:

1. Dr. Dra Ning Rintiswati, M.Kes. selaku ketua Stikes Wira Husada
Yogyakarta
2. Yuli Ernawati, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku ketua Prodi Keperawatan S1 Stikes
Wira Husada Yogyakarta
3. Murgi Handari, SKM., M.Kes selaku pembimbing 1 Stikes Wira Husada
Yogyakarta
4. Nur Anisah, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. KJ selaku pembimbing 2 Stikes Wira
Husada Yogyakarta

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena ini penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk terwujudnya proposal skripsi ini yang lebih baik dan
bermanfaat bagi semua

Yogyakarta, 09 Oktober
2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
E. Ruang Lingkup ...................................................................................... 6
F. Keaslian Penelitian ................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10
A. Landasan Teori .................................................................................... 10
B. Kerangka Teori .................................................................................... 50
C. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 51
D. Hipotesis .............................................................................................. 51
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 52
A. Metode Penelitian ............................................................................... 52
B. Variabel Penelitian .............................................................................. 52
C. Definisi Operasional ............................................................................ 54
D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 56
E. Alat dan metode Pengumpulan Data ................................................... 58
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 58
G. Etika Penelitian .................................................................................... 59
H. Rencana Jalannya Penelitian................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Nilai kadar asam urat darah .................................................................. 14
Tabel. 3 1 Skema Rancangan one group pretest-posttest design .......................... 52
Tabel 3.2 Definisi Operasional............................................................................... 55

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Titik-titik Bekam ............................................................................... 31
Gambar 2.2: titik bekam asam urat. ....................................................................... 32
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ............................................................................... 50
Gambar 2.4 Kerangka Konsep ............................................................................... 51

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit asam urat merupakan kondisi yang dapat menyebabkan gejala

nyeri yang tak tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas di area

persendian. Semua sendi di tubuh beresiko terkena asam urat, tetapi sendi yang

paling sering terserang adalah jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki.

Umumnya, penyakit asam urat dapat lebih mudah menyerang pria, khususnya

mereka yang berusia di atas 30 tahun. (Fadhil Rizal, 2020)

Secara alamiah, asam urat merupakan senyawa yang diproduksi oleh

tubuh untuk mengurai purin. Purin merupakan zat alami yang memiliki

beberapa fungsi penting bagi tubuh. Mulai dari mengatur pertumbuhan sel

hingga menyediakan energi. Nantinya, ketika sudah selesai digunakan tubuh,

asam urat akan dibuang melalui urine. Namun, terkadang tubuh dapat

menghasilkan terlalu banyak asam urat atau ginjal mengalami gangguan

sehingga mengeluarkan terlalu sedikit asam urat. (Fadhil Rizal, 2020)

Asam urat dapat menumpuk dan membentuk kristal urat tajam seperti

jarum di sendi atau jaringan di sekitarnya yang menyebabkan rasa sakit,

peradangan, danpembengkakan. Asam urat masih menjadi masalah yang serius

dengan manifestasitidak hanya terbatas pada sendi, namun juga menimbulkan

ganguan fungsi ginjal hingga kondisi gagal ginjal ronik, jantung dan mata.

(Fadhil Rizal, 2020)

Penegakkan diagnosa dan penanganan yang tepat diperlukan untuk

1
2

meminimalisir berbagai komplikasi akibat keadaan ini. Edukasi yang baik dan

perubahan pola hidup termasuk diet harus dilakukan selanjutnya diperlukan

juga terapi farmakologis untuk serangan akut, terapi pencegahan dan terapi

jangka panjang berupa urate-lowering agent, baik golongan xanthine oxidase

inhibitor maupun uricisuric agent (Febrianto & Jamaludin, 2020)

Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap

100.000 orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia

dibawah 34 tahun sebesar 32% dan diatas 34 tahun sebesar 68% , World Health

Organization (WHO) tahun 2013 menyatakan bahwa sebesar 81% penderita

asam urat di Indonesia hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71%

cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas

(Budi Sungkawa, 2019)

Berdasarkan data dari Profil Dinas Kesehatan DIY tahun 2022

menunjukan Kab. Sleman memiliki jumlah yang cukup tinggi, yaitu 12.827 jiwa

yang mengalami penyakit otot dan jaringan ikat salah salah satunya penyakit

asam urat. Sedangkan data kasus penyakit asam urat di Dinas Kesehatan

Kabupaten Sleman tahun 2022 berjumlah 343 kasus yang terdiri dari 44 kasus

lama dan 299 kasus baru yang menyebar di 25 puskesmas dan jumlah kasus

tertinggi berada di puskesmas Godean 1 sebanyak 196 kasus, puskesmas Depok

II berjumlah 92 kasus, puskesmas Mlati II sebanyak 24 kasus dan puskesmas

Seyengan 24 kasus dengan rentang usia penderita asam urat terbanyak yaitu 40

tahun ke atas. Dari data ini terlihat penderita asam urat mengalami peningkatan

di Kabupaten Sleman ( Profil Kab. Sleman 2022 ). Dari data kasus asam urat di
3

kabupaten Sleman maka peneliti akan melakukan penelitian di Klinik Mari

Sembuh, peneliti memilih penelitian di Klinik Mari Sembuh degan alasan di

wilayah puskesmas Godean 1 hanya ada 1 tempat praktik mandiri

komplamenter yang melayani perawatan pasien asam urat dengan

komplamenter terapi bekam.

Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan pemberian obat. Namun,

pemberian obat asam urat ini akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya.

Obat- obatan yang diberikan berfungsi untuk meredakan nyeri sekaligus

mencegah serangan asam urat di masa mendatang. Obat-obatan untuk

meredakan nyeri asam urat antara lain: obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID),

seperti aspirin (Bufferin), ibuprofen (Advil, Motrin), dan naproxen (Aleve),

Colchicine (Colcrys, Mitigare), Kortikosteroid. (Emi Mariani, 2022)

Selain obat-obat yang diberikan untuk mengatasi asam urat bisa dengan

memberikan salah satunya dengan pemberian terapi adalah dengan pemberian

terapi bekam. Bekam merupakan istilah yang dikenal dalam bahasa melayu,

bahasa arab mengenalnya sebagai Hijamah, dalam bahasa inggris di kenal

sebagai cupping, sedangkan orang indonesia mengenalnya sebagai kop. (Emi

Mariani, 2022)

Pengunaan terapi bekam merupakan bagian dari terapi tradisional dan

terapi komplamenter (Traditional and complementary medicine) TCM

khususnya pada muslim. Terapi bekam dianggap berkhasiat untuk berbagai

penyakit, terutama penyakit yang terkait dengan tergangunya sistem peredaran

darah ditubuh seperti asam urat. (Risniati dkk, 2019)


4

Terapi bekam diyakini oleh masyarakat islam di Indonesia sebagai

metode yang dianjurkan oleh Rasullullsh untuk mengobati berbagai kondisi

penyakit.Terapi bekam juga digunakan oleh praktisi bekam untuk menegakkan

diagnose penyakit pasien (Febrianto & Jamaludin, 2020)

Bekam (hijamah) menurut kamus besar bahasa Indonesian adalah

mengeluarkan darah dari badan seseorang dengan menelungkupkan mangkuk

panas pada kulit menjadi bengkak, kemudian digores dengan benda tajam

supaya darahnya keluar. Bekam merupakan salah satu terapi komplementar

yang dalam teknik pengobatanya menggunakan sarana gelas, tabung, atau

bambu yang prosesnya diawali dengan melakukan pengekopan pada titik

bekam, sehinggamenimbulkan bendungan lokal di permukaan kulit. Pada teknik

bekam basah,setelah terjadi bendungan lokal, prosesnya dilanjutkan dengan

penyayatan permukaan kulitmemakai pisau bedah atau penusukan jarum bekam

agar darah kotor bisa dikeluarkan (Rafida et al., 2022).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal

22 September 2023, sejak bulan Januari-Juli 2023, terdapat 1800 pasien untuk

melakukan terapi bekam di Klinik Mari Sembuh. Terdiri dari laki-laki sebanyak

950 orang dan Perempuan 850 orang. Pasien yang dibekam karena asam urat

kurang lebih 300 orang perbulan , Pasien yang datang berobat karena asam urat

mulai dari rentang usia antara 25-60 tahun (Sumber wawancara, 2023).

Hasil wawancara dengan terapis di klinik mari sembuh, mereka

mengatakanpasien yang datang ke klinik dengan keluhan asam urat merasa lelah

kalua harus minum obat terus menerus, takut efek samping obat dan malasa
5

pergi ke rumah sakit, terapi yang dipilih pasien untuk mengatasi asam urat

adalah bekam. Hasil wawancara dengan pasien asam urat Setelah di terapi

bekam pasien selalu merasa nyaman, letihnya berkurang, badan lebih segar, dan

tidur lebih nyenyak (Sumber wawancara, 2023).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh terapi bekam terhadap kadar

asam urat pada penderita gout di klinik Mari Sembuh Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap kadar asam urat pada

penderita gout di Klinik Mari Sembuh Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengtahui kadar asam urat pada penderita gout sebelum diberikan

terapi bekam di klinik Mari Sembuh Yogyakarta.

b. Mengetahui kadar asam urat pada penderita gout setelah dilakukan

terapi bekam di klinik Mari Sembuh Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini sebagai dasar informasi ilmiah tentang pengaruh

terapibekam terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita gout

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Mahasiswa Keperawatan STIKES Wira Husada


6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa

di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta.

b) Penderita Gout di Klinik Mari Sembuh Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

penderita gout sebagai terapi alternatif untuk meminimalkan

penggunaan obat-obat kimia.

c) Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian, serta mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap kadar

asam urat pada penderita gout.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi pada penelitian ini masuk ke lingkup keperawatan

medikal bedah dan terapi komplementer.

2. Ruang Lingkup Responden

Responden dalam penelitian ini adalah penderita gout yang berobat di

KlinikMari Sembuh.

3. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Mari Sembuh Yogyakarta.

4. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan

Desember 2023.
7

F. Keaslian Penelitian

1. Syahri rafida, (2022) dengan judul: “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap

Kadar Asam Urat (Uric Acid) Pada Penderita Gout Arthritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Korleko” metode penelitian ini adalah pre eksperimen

dengan rancangan pre post test control group design. Jumlah subjek

penelitian 40 orang diambil secara observasi, Kadar asam urat penderita

Gout arthritis sebelum melakukan terapi bekam adalah rata-rata tinggi

sebanyak 40 responden (100%). Kadar asam urat penderita gout arthritis

sesudah melakukan terapi bekam dengan klasifikasi kadarasam urat tinggi

sebanyak 14 responden, 35%), kadar asam urat sedang sebanyak 26

responden (65%), pada penelitian yang akan dilakukan peneliti mengambil

judul “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita

Gout Di Klinik Mari Sembuh Yogyakarta” tempat penelitian dilakukan di

klinik mari sembuh yogyakarta, responden yang akan di ambil sebanyak

15 responden, dengan metode yang digunakan yakni pre experimental

dengan menggunakan rancangan pre post test design, penelitian ini

menggunakan uji statistik wilcoxon.Persamaan pada penelitian ini adalah

sama-sama menggunakan terapi bekam untuk menurunkan kadar asam urat

pada penderita gout, metode penelitian ini juga menggunakan pre

eksperimen. Perbedaan pada penelitian ini adalah uji statistik penelitian

menggunakan uji shapiro wilk, dalam rancangan penelitian ini tidak

terdapat kelompok pembanding (kontrol).

2. Astuti ardi putri, 2019 dengan judul “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap
8

Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sitiung 1” metode penelitian adalah pre experimental design dengan

menggunakan rancangan one group pretest-posttest dengan menggunakan

teknik sampel total sampling, jumlah responden dalam penelitian ini

sebanyak 32 orang, sebanyak 14 (43,8%) responden mengalami asam urat

golongan I kadar asam urat pada lansia setelah diberikan terapi bekam

(post-test) sebanyak 14 (53,1%) responden mengalami asam urat normal.

Penelitian ini menggunakan uji statistik uji T . Padapenelitian yang akan

dilakukan peneliti mengambil judul “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap

Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout Di Klinik Mari Sembuh

Yogyakarta” tempat penelitian dilakukan di klinik mari sembuh

yogyakarta,responden yang akan di ambil sebanyak 15 responden, dengan

metode yang digunakan yakni pre experimental dengan menggunakan

rancangan pre post test design, penelitian ini menggunakan uji statistik

wilcoxon. Persamaan dalampenelitian ini adalah sama sama menggunakan

metode pre eksperimen dan variabel independent nya sama sama

menggunakan terapi bekam. Perbedaan pada penelitian ini adalah uji

statistik nya dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan uji

statistik uji shapiro wilk, dalam rancangan penelitian ini tidak tedapat

kelompok pembanding (kontrol).

3. Neneng fitria ningsih, 2017 dengan judul “Pengaruh Terapi Bekam

Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita Hiperuremia di Rumah Sehat

Khaira Bangkinang” jumlah subyek dalam penelitian ini sebanyak 45


9

orang responden yang dipilih secara accidental sampling. Rata-rata kadar

asam urat sebelum dan sesudah dilakukan terapi bekam dari 7.160 mg/dl

menjadi 4.540 mg/dl dimana terjadi penurunan sebesar 2.620 mg/dl.

Penelitian ini menggunakan quarsi exsperimen. pada penelitian yang akan

dilakukan peneliti mengambil judul “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap

Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout Di Klinik Mari Sembuh

Yogyakarta” tempat penelitian dilakukan di klinik mari sembuh

yogyakarta, responden yang akan di ambil sebanyak 15 responden,dengan

metode yang digunakan yakni pre experimental dengan menggunakan

rancangan pre post test design, penelitian ini menggunakan uji statistik

wilcoxon.Persamaan pada penelitian ini adalah sama sama menggunakan

variabel independent terapi bekam, sedangkan perbedaan dalam penelitian

ini yakni variabel dependen, uji statistik menggunakan uji shapiro wilk,

rancangan penelitian, dalam rancangan penelitian ini tidak tedapat

kelompok pembanding (kontrol).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

1. Asam Urat

a. Pengertian Asam Urat

Asam urat atau gout Athritis merupakan penyakit dimana

terjadi penumpukan asam urat (uric acid) dalam tubuh yang berlebihan

Penyakit ini bisa akibat produksi asam urat memang meningkat, atau

proses pembuangannya melalui ginjal menurun atau akibat peningkatan

asupan makanan yang kaya purin. Penyakit ini bisa akibat produksi asam

urat memang meningkat, atau proses pembuangannya melalui ginjal

menurun atau akibatpeningkatan asupan makanan yang kaya purin.

(Hansildaar, et al,2021) Asam urat atau gout adalah salah satu jenis

penyakit radang sendi yang terjadi akibat penumpukan kristal asam urat.

Kondisi ini paling sering terjadi pada jempol kaki, tetapi bisa juga

menyerang sendi di jari kaki yang lain, lutut, atau pergelangan kaki. Pada

kondisi normal, asam urat larut dalam darah dan dikeluarkan melalui

urine. Namun, pada penderita gout, asam urat menumpuk di dalam tubuh

dan membentuk kristal. Jika terbentuk di sendi, kristal ini dapat memicu

peradangan yang menimbulkan gejala nyeri dan bengkak.

Nyeri dan bengkak akibat penyakit asam urat umumnya terjadi

dalam bentuk serangan yang terjadi sekitar 1–2 kali dalam setahun.

Meski jarang terjadi, serangan nyeri ini bisa sangat mengganggu dan bisa

bertahan hingga 7–10 hari (Meva Nareza, 2020).

10
11

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu

zat yang bernama purin. Zat purin adalah zat alami yang merupakan salah

satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua

sumber utama purin yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan

purin yang didapatkan dari asupan makanan seperti tanaman atau

hewan. Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh yaitu

sebagai antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Metabolisme

tubuh secara alami menghasilkan asam urat. Asamurat menjadi masalah

ketika kadar di dalam tubuh melewati batas normal (Noviyanti, 2015).

b. Penyebab asam urat

Menurut Ahmad (2011) penyebab asam asam urat yaitu :

1). Faktor dari luar

Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau faktor dari

luar.Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan

karna nutrisi dan konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.

2). Faktor dari dalam

Faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan metabolism

yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40

tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat. Selain itu, asam

urat bisa disebabkan oleh penyakit darah, penyakit sumsum tulang dan

polisitemia, konsumsi obat-obatan, alcohol, obesitas, diabetes melitus

juga bisa menyebabkan asam urat.


12

c. Tanda dan Gejala Asam Urat

Penyebab utama penyakit asam urat atau gout adalah meningkatnya kadar

asam urat dalam darah atau hiperurisemia. Serangan gout pertama

biasanya hanya mengenai satu sendi dan berlangsung selama beberapa

hari. Gejalanya menghilang secara bertahap dan tidak timbul gejala

sampai terjadi serangan berikutnya (Bangun, 2008). Beberapa gejala dan

tanda dari penyakit asam uratyaitu:

a) Bengkak, merah dan kaku di bagian tertentu.

b) Terasa nyeri hebat pada sendi yang terkena penyakit dan terasa panas

saat bagian yang bengkak disentuh. Rasa nyeri ini terjadi karena

kristal- kristal purin yang bergesekan saat sendi bergerak.

c) Serangannya dapat terjadi sewaktu-waktu akibat mengkonsumsi

makanan yang kaya purin. Terkadang serangannya terjadi secara

berulang-ulang. Jika hanya pegal linu pada otot dan sendi tanpa nyeri

hebat maka dapat dipastikan bukan radang sendi.

d ) Gejala asam urat menyebabkan bagian yang terserang berubah bentuk.

Gejala ini dapat terjadi di tempurung lutut, punggung lengan, tendon

belakang, pergelangan kaki, dan daun telinga. Gejala ini lebih

banyakdialami oleh para pria yang berusia lebih dari 30 tahun sekitar

90% dan pada wanita umumnya terjadi saat mengalami masa

menopause 10% (Rifiani dkk,2016).

d. Diagnosis Asam Urat

Menurut Suparta dan Astika, (2010), selain dari wawancara dan


13

pemeriksaan fisik, terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang akan

dilakukan untuk menegakan diagnosis asam urat antara lain :

1) Pemeriksaan cairan sendi untuk melihat penumpukan kristal di

bawahmikroskop (Erika, 2020),

2) Pemeriksaan darah untuk melihat kadar sel darah putih, kolestrol,

trigliserida, dan asam urat dalam darah.

3) Pemeriksaan urine untuk melihat kadar asam urat yang dilakukan

lewaturine.

4) Pemeriksaan USG dan CT scan untuk melihat kondisi sendi

5) Pemeriksaan radiologi untuk melihat gambaran penumpukan asam

uratpada sendi.

e. Kadar asam urat darah

Salah satu penyebab yang mempengaruhi asam urat adalah

olahraga terlalu berat atau aktivitas fisik yang terlalu berat. Aktivitas fisik

merupakan setiap Gerakan tubuh yang diakibatkan kerja otot rangka dan

meningkatkan pengeluaran tenaga serta energi. Aktivitas ini mencangkup

aktivitas yang dilakukan di sekolah, di tempat kerja, aktivitas dalam

keluarga atau rumah tangga, aktivitas selama dalam perjalanan dan

aktivtas lain yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang sehari-hari

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Tingkat kadar asam urat biasa berbeda-beda tergantung jenis

kelamin, usia , dan gaya hidup pada kondisi tertentu, ginjal tidak dapat

mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga menyebabkan


14

penumoukan atau kelebihan asam urat dalam darah. Penumpukan zat

asam urat ini terbentuk dalam bentuk kristal dan dapat terjadi

dipersendian maupun didalam ginjal itu sendiri. Kondisi penumpukan

inilah yang disebut dengan gout

Nilai normal kadar asam urat dalam darah dibagi menjadi tiga kategori

menurut ( Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018 ) yaitu :

Tabel 2.1. Nilai kadar asam urat darah


Kategori Pria Wanita
Rendah 2.5 mg/dl 1.5 mg/dl
Normal 2.5-7.0 mg/dl 1.5-6.0 mg/dl
Tinggi >7.0 mg/dl > 6.0 mg/dl

Pada kadar asam urat normal, asam urat tidak berbahaya karena

berfungsi untuk antioksidan alami di dalam plasma. Pada kadar asam urat

tinggi maka fungsidari asam urat akan hilang dan berbahaya. Kadar asam

urat yang tinggi di dalam darah melebihi batas normal menyebabkan

penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainya.

Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan

meradang.

f. Patofisiologi Asam Urat

Keadaan normal, asam urat di dalam darah pada pria dewasa

kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila

konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat

menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout

tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara

mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat
15

mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan

dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang

berulang-ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan

thopi akan mengendapdibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan

dan telinga. Akibat penumpukanNefrolitiasis urat ( batu ginjal ) dengan

disertai penyakit ginjal kronis (Junita, 2020).

Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal

monosodium urat dari depositnya dalam tofi ( crystals shedding ). Pada

beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia asimptommatik kristal

urat ditemukan pada sendi metatarsophalangeal dan patella yang

sebelumnya tidak pernah mendapat seranganakut. Dengan demikian, gout

dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat peranan temperature,

pH, dan kelarutan urat timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan

sodium urat pada temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki

dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat pada

metatarsofalageal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan

yang berulang-ulang pada daerah tersebut.

g. Komplikasi Asam Urat

1) Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah terjadi peningkatan kadar asam urat di atas

normal. Dikatakan hiperurisemia apabila kadar asam urat > 7 mg/dl

padapria dan > 6 mg/dlpada wanita. Hiperurisemia merupakan salah

satu tanda awal tubuh terserang peradangan sendi akut. Nyeri sendi
16

dengan latar belakang hiperurisemia masih menjadi masalah serius

karena manifestasinya tidak hanya terbatas pada sendi, namun

juga menimbulkan gangguan fungsi ginjal, jantung dan mata.

Penyebab hiperurisemia dan gout adalah produksi asam urat dalam

tubuh yang meningkat akibat gangguan metabolisme purin bawaan

dan kelebihan konsumsimakanan kadar purin tinggi. Penyebab

lainnya pembuangan asam urat yang berkurang. Ini disebabkan

karena mengkonsumsi obat- obatan seperti obat antituberkulosis,

diuretik dan salisilat. Olahraga terlalu berat, keracunan, hipertensi

dan gagal ginjal juga merupakan penyebab peningkatan asam

urat.Peningkatan kadarasam urat bisa terjadikarena gabungan antara

produksi berlebih dan pembuangan yang berkurang (Nadia Octavia,

2021).

2) Tophi

Salah satu bahaya asam urat yang tidak segera diobati adalah

penumpukan kristal padat di bawah kulit, hingga akhirnya

membentuk benjolan kecil berwarna putih yang disebut tophi. Di

dalam tophi, bisa terdapat cairan yang berbentuk seperti pasta gigi.

Tophi biasanya muncul di ibu jari kaki, siku, lengan, telinga, jari

tangan, lutut, tumit, atau sepanjang punggung pergelangan kaki.

Ketika serangan asam urat datang, tophi bisa meradang,

membengkak, dan terasa menyakitkan, hingga membuat

penderitanya kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari (Nadia


17

Octavia, 2021).

3) Kerusakan sendi

Bahaya asam urat selanjutnya adalah dapat kerusakan sendi.

Kondisi ini terjadi ketika kadar asam urat di dalam darah sudah tidak

terkontrol, sehingga menyebabkan jaringan sendi menjadi rusak

secara permanen. Biasanya, kerusakan sendi akan muncul setelah

tophi timbul di bagian sendi yang meradang. Kondisi ini merupakan

masalah yang cukup serius, maka diperlukan prosedur operasi untuk

memperbaiki ataumengganti sendi yang rusak (Nadia Octavia, 2021).

4) Batu ginjal

Batu ginjal juga merupakan salah satu bahaya asam urat jika

dibiarkan tanpa pengobatan. Saat asam urat menumpuk, lama-lama

akanterbentuk batu ginjal. Jika hal ini terus dibiarkan, penumpukan

batu ini dapat mengganggu fungsi ginjal dan akhirnya menyebabkan

gagal ginjal.(Nadia Octavia, 2021)

5) Penyakit jantung koroner

Asam urat yang tinggi juga erat kaitannya dengan penyakit

jantung koroner. Kondisi ini terjadi akibat adanya penyumbatan

kristalasam urat di pembuluh darah yang dibawa oleh darah. (Nadia

Octavia,2021).

6) Diabetes

Asam urat yang dibiarkan tanpa pengobatan juga diketahui

memiliki kaitan terhadap terjadinya diabetes. Sebuah penelitian


18

mengungkapkan bahwa kadar asam urat tinggi (hiperurisemia) di

dalamdarah dapat meningkatkan risiko diabetes hingga 20 persen.

Selain berbagai penyakit di atas, bahaya asam urat juga

bisa muncul berupa penyakit katarak, sindrom mata kering, dan

pengkristalan asam urat di dalam paru-paru. Jika Anda memiliki

penyakit asam urat, segera periksakan diri ke dokter dan jalani

pengobatan sesuai anjuran dokter, demi mencegah komplikasi lebih

lanjut (Allert Benedicto Ieuan Noya, 2019).

h. Prognosis Asam Urat

Dengan diagnosis asam urat dini, terapi penurun asam urat seumur

hidup memungkinkan sebagian besar pasien untuk hidup normal. Bagi

banyak pasien dengan penyakit lanjut, penurunan kadar urat serum

secara agresif dapat mengatasi tophi dan meningkatkan fungsi sendi.

Asam urat umumnya lebih parah pada pasien yang gejala awalnya

muncul sebelum usia 30 tahun dan memiliki kadar asam urat serum awal

> 9 mg/dL (> 0,5mmol/L). Tingginya prevalensi sindrom metabolik dan

penyakit kardiovaskular kemungkinan meningkatkan angka kematian

pada penderita asam urat (Sarah F, 2022).

Beberapa pasien tidak mengalami perbaikan yang cukup dengan

pengobatan. Alasan yang umum mencakup pendidikan yang tidak

memadai yang diberikan kepada pasien, ketidakpatuhan, alkoholisme,

dan terutama pengobatan hiperurisemia yang tidak dilakukan oleh

dokter.
19

i. Penatalaksanaan Asam Urat

Penatalaksanaan asam urat secara umum menurut Noviyanti

(2015) dapat diatasi dengan mengunakan terapi farmakologi dan terapi

nonfarmakologi

1) Farmakologi

Pengobatan modern ini bisa diperoleh dengan mengunakan resep

dokter.Obat-obatnya antara lain :

a. Obat anti inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang berfungsi

untukmengatasi nyeri sendi akibat proses peradangan.

b. Kortikosteroid, yang berfungsi sebagai obat anti radang dan

menekanreaksi imun.

c. Alopurinol, obat yang paling umum digunakan untuk

menghambat produksi asam uraty dengan menghambat

xanthine oksidase, mencegah peningkatan kadar asam urat.

2) Non-Farmakologi

a. Pola hidup sehat : makan makanan yang mengandung rendah

purin, olahraga.

3) Komplementer

a. Terapi akupuntur, akupresure, dan terapi bekam

2. Terapi Bekam

a. Pengertian

Bekam adalah salah satu pelayanan kesehatan tradisional yang

sedang berkembang di Masyarakat Indonesia. Pelayanan kesehatan


20

tradisional ini merupakan perawatan kesehatan tradisional tertua di

dunia, berusia ribuan tahun dan telah dipraktikkan oleh berbagai macam

peradaban besar kuno didunia, termasuk Mesir, Persia, Babilonia, Cina,

India, Yunani dan Romawi(Efrianty, 2021).

Bekam sudah dikenal sejak zaman dulu. Pada zaman Nabi

Muhammad Salallahualaihiwassallam, beliau menggunakan tanduk

kerbau atau sapi, tulang unta, dan gading gajah sebagai alat cuppingnya.

Adapun pada zamanmasyarakat Cina kuno menyebut hijamah sebagai

“perawatan tanduk” karena tanduk digunakan untuk menggatikan kaca.

Sementara itu, orang- orang di Eropa menggunakan lintah sebagai alat

untuk hijamah (Yeti Syarifah & Fristaria, 2019).

Bekam adalah metode pengobatan yang dalam teknik

pengobatanya menggunakan sarana gelas atau tabung yang

ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan

lokal. Terjadinya bendungan lokal disebabkan tekanan negatif dari

gelas atau tabung yang digunakan agar terjadi pengumpulan darah

lokal. Kemudian darah yang telah terkumpul dikeluarkan dari kulit

dengan dihisap, dengan tujuan meningkatkan sirkulasi energi/Qi dan

darah/Xue, menimbulkan efek analgetik, anti bengkak, serta mengusir

patogen angin dingin maupun anginlembab (Sueni et al., 2021).

b. Jenis Bekam

Terapi bekam terbagi menjadi dua jenis, yaitu bekam kering dan

bekam basah. Bekam kering mencakup bekam luncur (moving cup),


21

bekam api, dan bekam tarik. Teknik bekam luncur dilakukan dengan

meng-kop bagian tubuh tertentu, lalu meluncurkan kop tersebut ke

bagian tubuh yang lain dan untuk bekam tarik dilakukan dengan cara

meng- kop beberapa detik kemudian kop ditarik dan ditempelkan

kembali pada kulit. Sedangkan untukbekam basah yaitu, kita lakukan

bekam kering terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan penyayatan

menggunakan pisau bedah atau menggunakan jarum bekam/lanset, lalu

di hisap lagi menggunakan kop untuk mengeluarkan darah kotor dari

dalam tubuh. Yang membedakan antara bekam kering dan bekam

basah, adalah ada tidaknya darah yang dikeluarkan (Sinaga et al., 2019).

Menurut Ridho (2015) mengatakan bahwa bekam terbagi menjadi

4 jenis yaitu: bekam basah, bekam kering, bekam api dan Moksibusi.

1) Bekam Basah

Bekam basah adalah proses pembekaman dengan melakukan

sayatan untuk mengeluarkan darah yang ada di kapiler

epidermisdan mengeluarkan patogen yang berada dari luar tubuh

seperti angin, panas, dan api serta darah statis.

2) Bekam Kering

Bekam kering adalah pengkopan dengan pompa tanpa

mengeluarkan darah, bekam kering mengeluarkan patogenangin,

panas, dan api. Bekam kering tidak mengeluarkan darah tetapi

mengeluarkan energi.
22

3) Bekam Api

Bekam api adalah proses pembekaman dengan bantuan api

sebagai media pembuatan ruang hampa udara dalam gelas vakum.

Bekam api mengeluarkan patogen angin, dingin, dan lembab yang

tidak bisa dikeluarkan dengan bekam basah dan bekam kering.

Rahman (2016 dalam Setiyawan, 2021). Mengatakan bahwa ada

tambahan 2 jenis bekam yaitu bekam luncur dan tarik:

4) Bekam Luncur/Moving Cup

Bekam Luncur adalah bekam dengan mengkop bagian tubuh

yang lain, teknik bekam ini biasanya untuk pemanasan pasien

yang berfungsi untukmelancarkan peredaran darah, pelemasan

otot,dan menyehatkan kulit. Bekam Luncur Bekam jenis ini biasa

dilakukan terhadap orang yang tulang rawannya terkilir, biasanya

terjadi didaerah punggung. Bekam ini cukup dilakukan dengan cara

meletakkan satu buah gelas bekam. Selanjutnya, udara yang ada

dalam gelas tersebut dikeluarkan dengan cara disedot sesuai

dengankebutuhan. Setelah itu padabagian punggung diolesi dengan

minyakzaitun agar gelas bekam dapat digerakkan dari satu tempat

ke tempat lain. Hal ini dikarenakan bahwa minyak zaitun dapat

menjadikan punggung licin, karena itulah bekam ini disebut bekam

luncur.

5) Bekam Tarik

Untuk jenis bekam kedua yaitu bekam tarik, teknik bekam


23

ini dilakukan dengan cara ditarik-tarik. Dibekam beberapa detik

kemudianditarik dan ditempelkanlagi hingga kulit yang dibekam

menjadi merah

b. Mekanisme Kerja bekam

Bekam dikenal dengan metode CPC (Cupping Pungture

Cupping). Dalam prosesnya, melalui 5 fase yaitu : Cupping,

Skarifikasi, Bloodletiting,Dressing, Effek (Budi Sungkawa, 2019).

1) Cupping

Cupping atau penghisapan merupakan fase pertama dalam

terapi bekam. Penghisapan pertama bertujuan untuk memberikan

tekanan negative pada kulit ataumembuat kondisi hipoksia lokal

parsial. Saat terjadi hipoksia, tubuh akan melakukanimprovisasi

adaftif yaitu dengan meng aktifasi gen Hipoxia Includable Factor

(HIF) yang akanberinteraksi dengan enzim dan faktor transkripsi

lainya untuk mengendalikan vaskularisasi dan pertumbuhan

jaringan (Gregg, 2011 dalam Setiyawan, 2021).

Saat hipoksia berlanjut, sinyal HIF mengarah pada respon

adaftifagar mengurangi permintaan oksigen dan meningkatkan

pasokan oksigen yangbertujuan mencapai keseimbangan baru

(Sumartini & Susila, 2021). Aktivasi dari HIF 1alfa akan

merangsang sekresi Erythropoietin (Epo) di ginjal. Selain HIF

1alfa,terdapat HIF 2alfa yang juga merangsang proses

Erythropoiesis (pembentukan sel darah merah dan hemoglobin)


24

melalui ginjal dan sumsum tulang belakang, sehingga berdampak

pada peningkatan kadar hemoglobin (Tirtana, 2023).

Selain itu, saat dilakukan cupping/penghisapan pertama pada

kulit akanmenstimulus saraf-saraf pada kulit. Rangsanganini akan

dilanjutkanpada cornu posterior medulla spinalis melalui syaraf A

delta dan C, sertatraktus spinothalamikus ke arah thalamus yang

akan meningkatkan endorphin.Meningkatnya endorphin akan

memperbaiki suasana hati dan meningkatkan perasaan nyaman

(Peterson, 2007 dalam Setiyawan, 2021).

2) Skarifikasi

Skarifikasi merupakan fase kedua dari proses

bekam.Skarifikasi dilakukan dengan melakukan penusukan atau

penyayatan dangkal menggunakan pisau bedah steril. Insisi ini

dilakukan pada kedalaman 0,1 mm dan panjang 0.5 cm dalam

2atau lebih baris masing masing dengan jumlah 4,6 atau

10sayatan. Perlukaan pada kulit tidak menyebabkan kerusakan

yang serius karena dilakukan dengan kondisi steril, bahkan sangat

bagus bagi kulit karena terjadi peningkatan sirkulasi darah dan

nutrisi ke kulit Perlukaan kulit menstimulus sistem imun melalui

komponen respon imun bawaan pada kulit. Tiga peptide

antimikroba yaitu cathelicidins, defensin, dan dermcidins

bertindak sebagai antimikroba dengan meningkatkan aktivitas

kekebalan tubuh bawaan, imunitas humoral, cell mediad immune


25

response dan secara langsung menghambat pertumbuhan

pathogen (Barak, 2005 dalam Setiyawan, (2021).

Tusukan pada kulit juga akan menyebabkan keluarnya

Heat ShockProtein (HSP 70) yang akan mengaktivasi Nitric Oxide

(NO), Proliferasi sel, diferensiasi, angiogenesis,

neovaskularisasi, dan inisiasi proses inflamasi sehingga memicu

pengeluaran mediator inflamasi seperti netrofil dan macrophage

(Sumartini & Susila,2021).

3) Bloodletiting

Bloodletting merupakan fase ketiga dari proses bekam yaitu

pengeluaran darah dengan penghisapan. Darah yang keluar

memiliki viskositas yang kental, hal ini disebabkan darah

mengandung lipoprotein dari bahan hidofilik dan hidrofobik.

Berdasarkan teori taibah, bekam mirip seperti fungsi ekskresi

ginjal sehingga bekam disebut dengan ginjal buatan yang

melakukan filtrasi kapiler kulit. Namun bekam memiliki tekanan

yang lebih tinggi dalam mengeksresikan partikel dari pada

tekanan filtrasi di glomeruli ginjal. Ekskresi pada ginjal hanya

terbatas hanya pada bahan hidrofilik saja, namun bekam mampu

mengeluarkan bahan hidrofilik dan juga bahan hidrofobik

((Bolon et al, 2022).

c. Fungsi dan Manfaat Bekam

Bekam selain sebagai sunnah nabi Muhammad


26

Salallahu’alaihiwassalam, bekam juga memiliki manfaat preventif dan

kuratif.Preventif atau pencegahan maksudnya adalah bekam menjadi

salah satu saranauntuk mencegah dari penyakit. Dalam hal ini sudah

terdapat banyak penelitian terkait manfaat bekam untuk mencegah

berbagai penyakit dan gejala degeneratif seperti hipertensi, diabetes,

kolestrol, rematik dll. Sedangkan kuratif atau penyembuhan

maksudnya adalah bekam menjadi salah satu sarana terapi untuk

memperoleh kesembuhan dari suatu penyakit, antara lain hipertensi,

diabetes, sakit kepala, nyeri dan lain-lain (Putri, 2019).

Menurut Shuting dkk, (2018) mengatakan bahwa Ada bukti kuat

dari uji coba secara acak bahwa bahkan sedikit penurunan tekanan

darah dapat membantu mencegah kejadian kardiovaskular dan

terutama stroke. Menurut Ridho (2015), mengatakan bahwa beberapa

penyakit secara medis yang bisa dilakukan pengobatan

berbekam,beberapa penyakit itu adalah sebagai berikut:

1). Nyeri Muskuloskeletal

Back pain dan lumbar pain, cervical spondilodis dan HNP,

fibromyalgia dan fibrositis, osteoarthritis genu, prolaps discus

lumbal, neck and shoulder pain, persisten

LBP (Low Back Pain), skleletal pain in general, shoulder

backmyofascitis, traumaticstrain, sprain, and post fracture

condition.
27

2). Penyakit kardiovaskular

Hipertensi, edema, aritmia, penjakit jantung iskemik, penyakit

jantung koroner, trombosis vaskular.

3). Penyakit hematologi:

Thalasemia (untuk mengeluarkan kelebihan serum iron, ferritin

dan fragmented cells), sideroblastic anemia, hemosiderosis dan

hemochrematosis.

4). Penyakit kulit:

Akne vulgaris, atopic dermatitis, urtikaria kronik idiophatic.

5). Kondisi metabolik:

Gout dan arthritis gout, gangguan tiroid, hormonal

imbalance,

Hiperlipidemia dan hypercholesteromia, diabetes melitus,

hipertrigliserida.

6). Sistem pernapasan:

Commond cold, asma bronchial, sinusitis kronis, tonsilitis,

otitismedia, motionsickness.

7). Penyakit gastrointestinal:

Gastritis, iritable bowel sindrom,chron’s disease, colitis

ulcerative.

8). Penyakit neurologi:

Carpal tunel syndrome (CTS), epilepsi, migraine, stroke,

trigeminal neuralgia,infark cerebral tahap awal.


28

9). Penyakit autoimmune:

Systemic lupus erythematosus, myasthenia gravis, multiple

sclerosis, rheumatoid

d. Alat-Alat Bekam

Proses bekam diperlukan berbagai macam alat-alat yang

dibutuhkanuntukpengobatan terapi bekam. Menurut Ridho (2012), alat-

alat yang digunakan yaitu:

1). Cupping set

2). Lancing devise (untuk memasang jarum)

3). Lanset /jarum steril

4). Handscoon dan masker

5). Sphygmomanometer dan Stetoskop

6). Kassa steril dan kapas

7). Baskom

8). Alkohol

9). Bak sampah medis

e. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Bekam

Menurut Ridho (2012) mengatakan bahwa ada banyak hal yang

harus diperhatikan sebelum dilakukan terapi Bekam. Hal-hal tersebut

adalah sebagai berikut:

Daerah anggota tubuh yang dilarang untuk dibekam:

1) Lubang alamiah seperti mata, telinga, hidung, mulut, puttingsusu,

alatkelamin,dan dubur.
29

2) Area tubuh yang banyak simpul limpa (kelenjar limfe).

3) Area tubuh yang dekat pembuluh besar.

4) Bagia tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan luka.

Kondisi pasien yang tidak boleh dibekam:

1) Terkena infeksi terbuka dan cacar air.

2) Penderita diabetes mellitus.

3) Penderita kelainan darah (hemophilia)

4) Penderita penyakit anemia dan penderita hipotensi

5) Penderita Leukimia/kanker darah

6) Anak-anak yang dehidrasi.

7) Wanita hamil dan wanita yang sering keguguran.

f. Titik-titik Bekam

Berikut ini merupakan titik-titik bekam menurut kaidah akupuntur

menurut (Widodo& Mustofa, 2017) titik-titik tersebut antara lain:

1). BI-13 Feishu: titik Su paru-paru, Indikasi secara umum: untuk

mengatasimasalah batuk, dyspnea, demam dan keringat malam hari

serta bermasalah pada paru-paru lainnya.

2). BI-14 Juesyinshu: titik Su selaput jantung, Indikasi secara umum:

untukmengatasi masalah batuk, cardialgia, rasa penuh didada dan

muntah.

3). BI-18 Ganshu: titik Su hati, Indikasi secara umum: untuk penyakit

hati, sakit punggung, sakithidung, dan sakitmata.

4). BI-19 Danshu: titik Su kandung empedu, Indikasi secara umum:


30

untuk mengatasi gangguan pada kandung empedu, hepatitis dan

nyeri pada daerah punggung.

5). BI-20 Pishu: titik Su limpa, gangguan pencernaan, anemia dannyeri

punggung.

6). BI-21 Weishu: titik Su lambung, Indikasi secara umum: untuk

mengatasi gangguan lambung, pencernaan, sakitpunggung serta

tidak nafsu makan(anorexia).

7). BI-22 Sanjianshu: titik Su tiga penghangat, Indikasi secara umum:

untuk mengatasi gangguan pada ususserta mengatasipenyakit

disentri.

8). BI-23 Senshu: titik Su ginjal, Indikasi secara umum: untuk

mengatasi gangguan pada ginjal, kolik ginjal, infeksiginjal,

inpotensi, nokturia, gangguan menstruasi serta gangguan mental.

9). BI-25 Danchangsu: titik Su usus besar Indikasi secara umum: untuk

mengatasigangguan pada usus besar dan lumbago.

10). BI-27 Xiaochangsu: titik Su usus halus Indikasi secara umum:

digunakan untuk mengatasi penyakit tractus urinarius, diare serta

konstipasi.

11). BI-28 Zhonglushu: titik Su kandung kemih Indikasi secara umum:

untukmengatasipermasalahan pada kandung kemih, ginjal, tractus

urinarius, diare serta konstipasi.Titik bekam yang digunakan dalam

penelitian ini adalah, GB 20/Fenchi, GB21/jianjing, GV 14/Dazhu,

BL 15/Xinxhu, BL23 Shenshu.


31

Gambar 2.1: Titik-titik Bekam

g. Titik bekam pada penderita asam urat

Terapi bekam bisa di lakukan pada titik-titik tersebut

dimulaidari titik alkahil nomor 1 dan dilanjutkan dengan titik nomor 2

kanan dankiri. Untuk titik bekam nomor 3 sampai 6 tergantung kaki

sebelah mana yang mengalami asam urat yang akan di lakukan

pembekaman diatasnya.(Abdullah Almuttaqien, 2018).


32

Gambar 2.2: titik bekam asam urat.

• Nomor 1 merupakan titik bekam al kahil yang terkenal mampu

mengobati 72 jenis penyakit

• Nomor 2 merupakan titik bekam yang letaknya di pinggang sejajar

dengan letak ginjal kanan dan kiri

• Nomor 3 letaknya di punggung kaki sekitar 3 jari di atas sendi

jempol kaki

• Nomor 4 letaknya di bawah mata kaki sebelah dalam

• Nomor 5 letak titiknya berada 3 jari diatas mata kaki dalam

• Nomor 6 letak titik bekamnya berada di tengah betis

• Letak titiknya berada dua jari dibawah pergelangan tangan

• Letak nya 2 jari diatas pergelangan tangan

• Letaknya di samping luas sekita 4 jari dibawah jari kelingking

h. Mekanisme Kerja Bekam

Banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan berbagai efek

terapibekam dan mekanisme kerjanya. Beberapa peneliti mengusulkan

proses biologis dan mekanismeyang terkait saat dilakukan bekam yaitu

: “Pain-Gate Theory” (PGT), “Diffuse NoxiousInhibitory Controls”

(DNICs), “Reflex Zone Theory” (ZRT), “Nitric Oxide Theory”,

“Activation of Immune System Theory” (AIST), dan “Blood

Detoxification Theory” (BDT) (Al-Bedah dkk, 2019).

1 ) Pain-Gate Theory (PGT)

Teori ini secara komprehensif menjelaskan bagaimana rasa sakit


33

ditransmisikan dari titik awalnya ke otak, dan bagaimana rasa sakit

itu diproses di otak yang mengirimkan kembali sinyal eferen,

pelindung ke area yang distimulasi atau terluka. Dilaporkan bahwa

kerusakan lokal pada kulit dan pembuluh kapiler bertindak sebagai

stimulus nosiseptif iniadalah penjelasan berdasarkan hipotesis saraf

dimana bekam mempengaruhi nyeri kronis dengan mengubah

pemrosesan sinyal pada tingkat nosiseptor baik dari sumsum tulang

belakang dan otak (Gavin &Kustriyani, 2022).

Teori Gerbang Rasa Sakit adalah salah satu teori pengurangan rasa

sakityang paling berpengaruh. Melzack dan Wall (1965) dalam (Al-

Bedah, 2019) mengusulkan bahwa serabut saraf tipis dan besar

(sentuhan, tekanan, getaran) membawa sinyal nyeri dari tempat

cedera ke dua tujuan dikornu dorsalis medula spinalis. ke otak

sementara interneuron penghambat menghambat aktivitas sel

transmisi.

Aktivitas pada serat berdiameter tipis dan besar menggairahkan sel

transmisi. Aktivitas serat tipis menghambat sel penghambat

(cenderung memungkinkan sel transmisi) dan aktivitas serat

berdiameter besar menggairahkan sel penghambat (cenderung

menghambataktivitas sel transmisi). Jadi, semakin besar aktivitas

serat (sentuhan, tekanan, getaran), semakin sedikit rasa sakit yang

dirasakan. Diharapkan aktivasinosiseptor dengan bekam dan terapi

refleks lainnya dapat merangsang serabut “A” dan “C” dengan


34

keterlibatan jalur nyeri spinothalamo- cortical. Perlu diketahui

bahwa nosiseptor perifer disensitisasi oleh faktormetabolik seperti

laktat, adenosin trifosfat, dan sitokin.

Ketika stimulus diterapkan pada kulit, itu menghasilkan

peningkatan jumlah unit serat reseptor aktif sebagai informasi

tentang stimulus yang ditransmisikan ke otak. Karena banyak serat

yanglebih besar tidak aktif tanpa adanya perubahan stimulus,

stimulasi cenderung menghasilkan peningkatan relatif yang tidak

proporsional pada serat besar dibandingkan aktivitas serat kecil.

Jadi, jika stimulus tekanan lembut diterapkan secara tiba- tiba pada

kulit, tendangan aferen mengandung impuls serat besar yang tidak

hanya memicu sel "T" tetapi juga menutup sebagian gerbang

prasinaps.

Dan jika intensitas stimulus ditingkatkan, lebih banyak unit serat

reseptor direkrut dan frekuensi penembakan unit aktif meningkat.

Efek positif dan negatif yang dihasilkan dari input serat besar dan

serat kecil cenderung saling berlawanan, dan oleh karena itu output

dari sel “T” meningkat secara perlahan. Jika stimulasi

berkepanjangan, serat besar mulai beradaptasi, menghasilkan

peningkatan relatif dalam aktivitas serat kecil. Akibatnya,gerbang

dibuka lebih jauh, dan output sel "T" naiklebih tajam. Jika aktivitas

latar belakang stabil serat besar secara artifisial dinaikkan pada saat

ini dengan getaran atau goresan (manuver yang mengatasi


35

kecenderungan serat besar untuk beradaptasi), keluaran sel

menurun (Liin & Hadi, 2020).

Terapi bekam dapat mengurangi rasa sakit melalui efek

antinosiseptif dan dengan melawan iritasi. Namun, saat ini,

tidakjelas sejauh mana bekam menginduksi mekanisme

tersebut.Tetapi diyakini bahwa bekam merangsang reseptor rasa

sakit yang mengarah pada peningkatan frekuensi impuls, oleh

karenaitu pada akhirnya mengarah pada penutupan gerbang rasa

sakitdan karenanya pengurangan rasa sakit. Jadi, validasi teori

tersebut dengan studi klinis ilmiah sangat diperlukan (Al- Bedah

dkk, 2019).

2) Diffuse Noxious Inhibitory Controls (DNICs)

Teori lain yang berkaitan dengan pengurangan nyeri sebagai

mekanisme kerja terapi bekam adalah Diffuse Noxious Inhibitory

Controls. DNIC menandakan penghambatan aktivitas di neuron

spinal nosiseptif tipe rentang dinamis atau konvergen yang dipicu

oleh stimulusberbahaya kedua yang jaraknya jauh.

Fenomena ini diduga mendasari prinsip counterirritation untuk

mengurangi rasa sakit. Di sini "satu rasa sakit menutupi yang lain",

ataurasa sakit menghambat rasa sakit. Sistem penghambat rasa sakit

ini dapat dengan mudah dipicu dalam pengaturan eksperimental.

Khususnya istilah modulasi nyeri terkondisi (CPM) menggantikan

"kontrol penghambatan berbahaya" atau efek seperti DNIC.


36

Namun, para ahli merekomendasikan penggunaan 'kontrol

penghambatan berbahaya yang menyebar' untuk menggambarkan

mekanisme penghambatan yang dimediasi batang otak yang lebih

rendah yang diamati secara langsung dalam penelitian pada

hewan,dan CPM untuk menggambarkan korelasi perilaku manusia.

Sebagian besar pekerjaan mengenai teori ini dilakukan pada

sindrom nyeri idiopatik seperti sindrom iritasi usus besar, gangguan

temporomandibular,fibromyalgia, dan sakit kepalatipe tegang, yang

telah menunjukkan respons yang baik terhadap terapi bekam.

Kerusakan lokal pada kulit danpembuluh kapiler yang disebabkan

oleh bekam dapat menyebabkan stimulus nosiseptif yang

mengaktifkan DNIC. Mekanisme ini membutuhkan stimulus

pengkondisian yang kuat untuk peredaman nyeri, yang mungkin

setidaknya sebagian tergantung pada efek distraksi, dan mungkin

bertindak dengan memicu DNIC atau dengan menghilangkan

oksidan dan mengurangi stres oksidatif.

Terapi bekam dapat menghasilkan efek analgesik melalui saraf

yang sensitif terhadap rangsangan mekanik. Mekanisme ini mirip

dengan akupunktur karena mengaktifkan Av dan C serabut saraf

yang terkait dengan sistem DNIC, jalur modulasi nyeri yang

digambarkan sebagai fenomena 'nyeri menghambat nyeri (Al-

Bedah dkk, 2019).

3) Reflex Zone Theory (RZT)


37

Terapi bekam pada zona tertentu atau area segitiga bahuyang

berhubungan secara segmental dengan saraf median untuk

mengobati sindrom carpal tunnel telah dipraktikkan dalam

pengobatan tradisional Eropa dan didukung oleh berbagai

penelitian. Hanya stimulasi hisap dilakukan pada titik yang

terganggu dan setelah itu sel darah merah dari sistem vaskular

dibawa ke daerah jaringan sekitarnya tanpa melukai pembuluh

kapiler. Ini dikenal sebagai diapedesis kering. Disarankan bahwa

prinsip hubungan antara satu bagian tubuh dan yang laindapat

dipahami dalam hal interaksi saraf, otot dan jalur kimia (Al- Bedah

dkk,2019).

RZT tergantung pada premis bahwa tanda dan gejala penyakit

yang terkait dengan satu dermatom dapat tercermin dalam

perubahan pada dermatom tetangganya.Perubahan warna dan

tekstur kulit seperti itu atau keringat muncul dari tahap awal

penyakit. Sato dkk (1997) dalam Al-Bedah dkk, (2019)

menggambarkan bahwa respon organ viseral terhadap stimulasi

somatik dan menunjukkan bukti kuat bahwa stimulasi struktur

somatik termasuk kulit dan sendi perifer dapat memiliki

efeksubstansial pada fungsi kardiovaskular, kandung kemih, dan

gastrointestinal pada hewan percobaan. Refleks ini lebih kompleks

dan dapat menjadi rangsang dan penghambatan fungsi viseral

yang bekerja melalui jalur tulang belakang dan pusat supraspinal


38

dan kortikal(Al- Bedah dkk, 2019).

Terapi bekam, ketika organ yang sakit mengirimkan sinyal ke

kulitmelalui saraf otonom, kulit merespons dengan menjadi lunak

dan nyeridisertai pembengkakan. Reseptor kulit diaktifkan ketika

cangkir terapkanke kulit. Seluruh proses akan menghasilkan

peningkatan sirkulasi darah dan suplai darah ke kulit dan organ

dalam melalui koneksi saraf (Al- Bedah dkk, 2019).

Ilmu medis barat membuktikan bahwa apabila dilakukan

pembekaman pada satu poin maka kulit (kutis), jaringan bawah

kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akanterjadi kerusakan dari cell

mast dan lain-lain. Akibat dari kerusakan ini akan

dilepaskanbeberapa zat seperti serotonin, histamin, bradikinin,

slowreacting subtabce(SRS), serta zat- zat lain yang belum

diketahui. Dari zat-zat ini lah yang menyebabkan terjadinya

dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang

dibekam.

Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari

tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadi perbaikan

mikrosirkulasi pembuluh darah, akibatnya timbul efek relaksasi

(pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum

akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting

adalah dilepaskannya corticotrophin releasing faktor (CRF), serta

releasing factors lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya


39

menyebabkan terbentuknya ACTH,corticotrophin, dan

corticosteroid. Corticoseroid ini mempunyai efek

menyembuhkanperadangan serta menstabilkan permeabilitas sel

(Rafida et al., 2022).

4) Release of Nitric Oxide theory

Nitric Oxide (NO) adalah molekul gas pemberi sinyal yang

memediasi vasodilatasi dan mengatur aliran dan volume darah.

NO mengatur tekanan darah, berkontribusi pada respons imun,

mengontrol neurotransmisi dan berpartisipasi dalamdiferensiasi

sel dan dalam banyak fungsi fisiologis lainnya. Terapi bekam

dapatmenyebabkanpelepasan NO dari sel endotel dan, karenanya,

menginduksi perubahan biologis tertentu yang menguntungkan.

Mekanisme ini dijelaskan oleh "Release of Nitric Oxide dan teori

peningkatan sirkulasi darah". Sebuah percobaan

eksperimentalmelaporkan peningkatan ekspresi NO sintase,enzim

yang memproduksi NO dari L- arginin lebih tinggi di sekitar titik

akupunktur kulit tikus. Khususnya, zat aktif Endothelium-Derived

Relaxing Factor (EDRF) yang dipulihkan dari perfusat selama

penerapan stimulus telah diidentifikasi secara farmakologi dan

kimia sebagai NO (Widodo & Mustofa, 2017).

EDRF adalah zat humoral tidak stabil yang dilepaskan dari

arteri dan vena yang memediasi aksi vasodilator yang bergantung

pada endotel. Selanjutnya tindakan NO pada otot polos pembuluh


40

darah sangat mirip dengan EDRF. Studi menunjukkan bahwa

sintesis nitrat sangat penting untuk akumulasi kolagen luka dan

perolehan kekuatan mekanik. Bekam melebarkan kapiler topikal

dan meningkatkan aliran darahdermal, yang telah dibuktikan oleh

banyak penelitian. Pembuluh darah di daerah yangdirawat dengan

bekam melebar dengan pelepasan vasodilator seperti adenosin,

noradrenalin, dan histamin, yang menyebabkan peningkatan

sirkulasi darah (Mukhsinin, 2012).

Menurut Tagil dkk, (2014). menemukan aktivitas

mieloperoksidase yang lebih tinggi, aktivitas superoksida

dismutase yang lebih rendah, kadar malondialdehid dan nitrit

oksida yang lebih tinggi dalam darah bekam dibandingkan

dengan darah vena. Tampaknya nitric oxide yang berasal dari sel

endotel akibat terapi bekam menyebabkan vasodilatasi, penurunan

resistensi pembuluh darah, penurunan tekanan darah,

penghambatan agregasi dan adhesi trombosit, penghambatan

adhesi dan migrasileukosit, dan penguranganproliferasi otot polos,

dan semua ini efek mencegah perkembangan aterosklerosis

(Sumartini & Susila, 2021)

5) Activation of Immune System Theory

Teori dari aktivasi sistem imun dan pertahanan tubuh,

dikatakan bahwa praktisi mulai memahami tindakan terapi bekam

melalui pengaturan imunoglobulin dan hemoglobin, dan berbagai


41

efek imunologisnya. Bekam menurunkan kadar IgE dan IL- 2

serum dan meningkatkan kadar C3 serum yang ditemukan

abnormal pada sistem imun. Bekam kemungkinan akan

mempengaruhi sistem kekebalan tubuh melalui tigajalur. Pertama,

bekam mengiritasi sistem kekebalan tubuh dengan membuat

peradangan lokal buatan. Kedua, bekam mengaktifkan sistem

komplementer atau pelengkap. Ketiga, bekam meningkatkan

tingkat produk kekebalan tubuh sepertiinterferon dan tumor

necrotizing factor (Febrianto & Jamaludin, 2020).

Menurut Zhang dkk, (2001) dalam Al-Bedah 2019)

melaporkan bahwa bekam dapat meningkatkan regulasi

oksihemoglobin dan deoksihemoglobin. Sebagai pembawa

hemoglobin, sel darah merah merupakan sistem pertahanan yang

penting, bekerja untuk mengenali antigen, dan mengeliminasi

kompleks imun, sel tumor, dan sel efektor,serta mengikat kuman

dan virus, serta mengatur fungsi imun. Selain itu, Zhong, dkk.

(1999) dalam Al-Bedah (2019) menemukan nilai absolut dari roset

reseptor C3b dan kompleks imun sel darah merah meningkat

secara signifikan setelah bekam pindah, yang menunjukkan bahwa

bekam bergerak dapat meningkatkan fungsi kekebalan sel darah

merah.Chen dan Li (2004) dalam Al-Bedah (2019) menyatakan

bahwa suggilasi bekam adalah manifestasi dari auto-hemolisis,

yang dapat menghasilkan zat seperti histamin, dan akibatnya


42

memperkuat aktivitasjaringan dan organ serta kekebalan.

Studi terbaru dilakukan oleh Yang Guo dkk, (2017)

mengusulkan bahwa lingkungan mikro berubah ketika

merangsang permukaan kulit, dan sinyal fisik berubah menjadi

sinyal biologis, yang juga berinteraksi antara satu sama lain di

dalam tubuh. Kaskade pensinyalan ini mengaktifkan sistem

kekebalan neuroendokrin, yang menghasilkan efek terapeutik.

Lebih banyak studi imunologi diperlukan untuk mengukur dan

memvalidasi asumsi awal (Al-Bedah, 2019).

6) Blood detoxification theory

Teori ini membahas penghapusan zat beracun dari daerah

yang terkena di manacangkir diterapkan. Menurut teori

detoksifikasi darah, ada penurunan kadar asam urat,HDL, LDL 57

dan struktur molekul serta fungsi hemoglobin (Hb) dan

penyesuaian hematologis lainnya. Teori ini menjelaskan

bagaimana tubuh dibebaskan dari racun dan bahan berbahaya

melalui mekanisme yang mendasari terapi bekam. Dari sudut

pandang fisika, untuk membersihkan racun, hisapan tekanan

negatif yang dihasilkan oleh bekam menguntungkan ekstraksi

racun yang dihasilkan oleh cairan purulen, eksudasi, dan kuman,

serta enzim histolytic.

Bekam juga mempromosikan pertumbuhan granulasi dan

pemulihan luka. Beberapa penelitian melaporkanperbedaan


43

signifikan dalam banyak parameter biokimia, hematologi, dan

imunologis antara darah vena dan darah bekam. Dalam bekam,

aliran darah cenderung memecah penghalang dan menciptakan

jalan bagi racun untuk dikeluarkan dari tubuh. Beberapacangkir

dapat ditempatkan pada tubuh pasien secara bersamaan. Bekam

dapat berperan dalam ekskresi sel darah merah tua. Kadar asam

urat, urea, trigliserida dan kolesterol secara signifikan tinggi dalam

darah bekam basah. Dalam kasus radangsendi gout akut, bekam

pada daerah yang terkena dilaporkan untuk menghentikan rasa

sakit, melarutkan lembab beracun dan menghilangkan stasis darah

dan meningkatkan sirkulasi darah.

Mekanisme Bekam Terhadap Penurunan Tekanan darah

pada Hipertensi. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Oleh

(Setyawan, 2020) mengatakan bahwa terjadi penurunan nilai MAP

(Mean ArterialPressure) pada pasien hipertensi setelah dilakukan

bekam. MAP merupakan salah satu indikator evaluasi dari

penatalaksanaanhipertensi. Selain itu nilai MAP berhubungan

dengan mortalitas pada pasien stroke perdarahan intraserebral

(Haryuni, 2017).

Penurunan nilai MAP dapat dijelaskan melalui tiga jalur

mekanisme, yaitu mekanisme pelepasan Nitric Oxide, endorphin

dan detoksifikasi darah. Pertama melalui pelepasan Nitric Oxide

yang juga dikenal sebagai nitrogen monoksida, merupakan zat


44

yang berfungsi sebagai perantara vasodilatasi dan mengatur 59

volumedan aliran darah.

Mukhsinin (2022) mengatakan bahwa produksi endogen Nitric

Oxide (NO) akan meningkat setelah terjadi cedera dan luka pada

kulit. Berdasarkan hal tersebut, maka tusukan atau sayatan saat

bekam mungkin memberikan efekpeningkatan Nitric Oxide (NO).

Tusukan pada kulit saat proses bekam akan menyebakan kerusakan

sel mast yangakan mengeluarkan beberapa zat seperti serotonin,

histamine, bradikinin, slow reacting substance yang selanjutkan

akan terjadi pelepasan Nitric Oxide (NO). (Sumartini & Susila,

2021)

Dapat disimpulkan bahwa NO yang menjadi faktor elastisitas

endotel memiliki peran penting dalam kelancaran sirkulasi darah,

sehingga peningkatan NO saat terapi bekam yang dilakukan dapat

memberikan efek vasodilatasi yang akan berdampak pada

penurunan nilai MAP akibat dari penurunan tekanan darah sistol

dan diastole (Sinaga et al., 2019).

Kedua melalui mekanisme pelepasan hormone endorphin.

Saat dilakukan cupping atau penghisapan pertama pada kulit akan

menstimulus saraf-saraf pada kulit. Rangsangan ini akan

dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui syarafA

delta dan C, sertatraktus spinothalamikuske ke arah thalamus yang

akan meningkatkan βendorphin. Selain itu, efek tekanan negatif


45

saat cuping pertama dan skarifikasi akan menstimulus sel

keratinosit di kulit untuk meningkatkan ekspresi HSP70 (Heat

Shock Protein) dan β endorphin (Subadi dkk, 2017).

Hal ini menjadi salah satu alasan saat melakukan skarifikasi

pada proses bekam, kedalaman tidak lebih dari0,1 mm karena

disana akan ditemukan sel keratinosit yang harapanya dapat

menstimulus peningkatkan endorphin. Meningkatnya

endorphinakan akanmemperbaiki suasana hati dan meningkatkan

perasaan nyaman (Efrianty et al., 2021) Hal ini menjadi salah satu

alasan saat melakukanskarifikasi pada proses bekam, kedalaman

tidak lebih dari 0,1 mm karena disana akan ditemukan sel

keratinosit yang harapanya dapat menstimulus peningkatkan

endorphin.

Meningkatnya endorphinakanakan memperbaiki suasana hati

dan meningkatkan perasaan nyaman Hal ini menjadi salah satu

alasan saat melakukan skarifikasi pada proses bekam, kedalaman

tidak lebihdari 0,1mm karena disana akan ditemukan sel keratinosit

yang harapanya dapat menstimulus peningkatkan endorphin.

Meningkatnya endorphinakan akan memperbaiki suasana hati dan

meningkatkan perasaan nyaman (Febrianto & Jamaludin, 2020)

Ketiga, melalui mekanisme detoksifikasi darah. Menurut teori

“Blood detoxification theory”, Darah yang dikeluarkan saat proses

bekam mengandung CPS (causative phatological substance),


46

cairan intertisial, eritrosit tua/rusak, bahan hidrofilik dan

hidrofobik dalam bentuk lipoprotein. Dua jenis lipoprotein yaitu

lipoprotein berdensitas rendah (LDL) dan lipoprotein berdensitas

tinggi (HDL). Tingginya LDL dalam darah akan menghambat

produksi NO yang selama ini menjadi faktor elastisitas endotel,

sehingga akan berdampak pada peningkatan tekanan darah.

Banyaknya zat radikal bebas yang keluar saat bekam

menyebabkan darah memiliki vikositas yang kental. Vikositas

menjadi salah satu faktor yang 61 mempengaruhi tekanan darah.

Bekam mungkin dapat menurunkan vikositas darah akibat dari

pengeluaran lipoprotein, CPS dan cairan intertisial (Sumartini &

Susila,2021).

i. Hubungan Terapi bekam dan Asam Urat

Pada pasien hiperurisemia apabila mendapat perlakuan terapi

bekam, maka kadar asam uratnya akan mengalami penurunan sesuai

dengan alat pengukurasam urat digital yang dilakukan sebelum dan

sesudah perlakuan terapibekam. Efek bekam terhadap kadar asam urat,

bekam bisa mengeluarkan kristalasam urat dari persendian dan jaringan

di sekitarnya, sehingga rasa nyeri berkurang, tidak terjadi peradangan,

dan pembengkakan pada persendian. Jika semua gejala ini benar-benar

ada, ia akan berkurang secara bertahap.

Bekam melalui zat nitrit oksida (NO) berfungsi mengurangi

pembengkakan sendi yang sakit, dan bekam mengandung zat


47

prostaglandin dari tempat yang sakit sehingga mengurangi rasa sakit.

Pada dasarnya bekam mempunyai fungsi membuang toksin dan hasil

metabolit lain (asam urat) yang sudah rusak dan menjadi sampah

sehingga dapat memberikan dampak merusak bagi tubuh. Selain itu

bekam juga mempunyai kemampuan untuk memperbaiki fungsi ginjal

sehingga dapat memetabolisme dan membuang kelebihan asam urat

dengan lebih baik, serta bekam juga mampu meningkatkan kerja ginjal

dalam mengekskresikan purin melalui urin.

Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, maka

selanjutnya respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun

dimulai. Di sini bekam berperan mengeluarkan kristal asam urat dari

persendian dan jaringan di sekitarnya melalui darah kotor, sehingga

kadar asam urat menurun dan rasa nyeri berkurang, tidak terjadi

peradangan, warna merah, atau pembengkakan pada persendian yang

disebabkan oleh respon inflamasi pada asam urat.

Terapi bekam mempunyai mekanisme fisiologis untuk

mengekskresi kelebihan substansi yang tidak diinginkan dalam darah

dan cairan interstisial yang dapat mengganggu kimia darah dan

homeostasis fisiologis. Kebutuhan terhadap al-hijamah sebagai cara

pengobatan meningkat lebih banyak pada masyarakat moderen dimana

insidensi beberapa penyakit meningkat seperti penyakit metabolic

seperti hyperlipidemia, gout dan hipertensi dan lain lain (Sayed, 2014).

Penelitian Astuti, (2019) bahwa terapi bekam efektif menurunkan kadar


48

asam urat. Efek dari terapi bekam terhadap asam urat yaitu bekambisa

mengeluarkan kristal asam urat dari persendian dan jaringan

disekitarnya, sehingga rasa nyeri berkurang dan tidak terjadi

peradangan, warna merah, atau pembengkakan pada persendian

(Roidah, 2014).

Menurut Amani, (2004) mekanisme kerja terapi bekam terjadi di

bawah kulit dan otot yang terdapat banyak titik saraf. Titik-titik ini

saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehigga

bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang sakit namun pada

titik simpul saraf terkait (Sutomo, 2008).

Efek bekam terhadap kadar asam urat:

1) Bekam bisa mengeluarkan kristal asam urat dari persendian dan

jaringan di sekitarnya, sehingga rasa nyeri berkurang dan tidak

terjadi peradangan, warna merah, atau pembengkakan pada

persendian. Jika semua gejala ini benar-benar ada, ia akan

berkurangsecara bertahap.

2) Bekam, melalui zat nitrit oksida (NO) berfungsi mengurangi

pembengkakan sendi yang sakit.

3) Bekam mengandung zat prostaglandin dari tempat yang sakit

sehingga mengurangi rasa sakit.

4) Bekam memicu sekresi zat endorfin dan enkefalin di dalam tubuh

yang berfungsi sebagai pereda nyeri alami.

5) Bekam meredakan rasa nyeri dengan Gate Control Theory.


49

6) Jika ada masalah lain di dalam tubuh, yang menjadi penyebab

terjadinya gout, seperti sakit ginjal, maka terapi bekam membantu

meningkatkan kemampuan kerja ginjal dalam mengeluarkan

Kristalasam urat di dalam urin.

Terapi bekam memberikan efek yang positif terhadap penurunan

serum kadar asam urat di dalam darah terhadap pasien gout baik secara

kombinasi dengan obat medis maupun secara tunggal. Adapun

frekuensi pemberian terapi bekam dengan frekuensi yang sama

sebanyak dua kali dengan interval waktu 1 bulan. Sampel darah diambil

melalui darah kapiler kemudian diukur mengunakan rapid test untuk

pengujian kadar asam urat sebelum dilakukan bekam dan 1 jam setelah

diberi perlakuan bekam kedua. ( Astuti, 2013 )

j. Keungulan Terapi Bekam di banding terapi lain

Terapi bekam atau Al-Hijamah dikenal sebagai terapi Kesehatan,

dari kata Al-Hijamah berasal dari kata Al-Haj yang secara literatur

berarti menghisap. Bekam memiliki kedudukan yang spesial karena

bekam menjadi salah satu pengobatan yang dianjurkan oleh Nabi

Muhammad SAW. Terapi bekam telah ada pada zaman Nabi

Muhammad SAW dengan bukti banyaknya hadist yang menganjurkan

untuk melakukan pengobatan dengan bekam. Bekam merupakan terapi

terbaik Bersama kayu gaharu dalam metode pengobatan alternatif

menggunakan vacuum cups. Titik bekam berada dipermukaan kulit,

bisa merupakan titik akupuntur, akupesurr, refleksi, titik tung, tho dan
50

sebaginya. ( El Sayed et al , 2013 )

B. Kerangka Teori

Faktor Resiko
1. Usia Gejala Gout
2. Makanan yang 1. Pembengkakan sendi Gout
dikonsumsi kadar 2. Nyeri pada persendian
purin tinggi 3. Terdapat benjolan
3. Sum-sum tulang
belakang
4. Polisitmia
Penatalaksana
5. Obesitas 1. Farmakologi
- Obat anti inflamasi Non-
Steroid 1. Kadar asam urat normal pada
- Kortikosteroid wanita 2,4-6,0mg/dl
- Alopurino 2. Kadar asam urat normal laki-
2. Non famarkologi
laki 3,5-7,0mg/dl
- Pola hidup sehat
- Terapi akupuntur
- Akupresure
- Terapi bekam

Faktor yang
mempengaruhi
Usia
Pola Makan

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Sumber modifikasi : Bangun, ( 2018), Nadia Octavia, (2021), Noviyanti, (2015),


Suherman, ( 2010).
51

C. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka kerangka

teoritis pada penelitian ini adalah pengaruh terapi bekam terhadap penurunan

asam urat pada penderita gout di klinik mari sembuh yogyakarta digambarkan

seperti dibawahini

Terapi Bekam Kadar Asam Urat

Variabel Penganggu
a. Usia
b. Pola Makan
c. Pola Aktivitas

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Diteliti :
Tidak diteliti :

D. Hipotesis

1. Hipotesis Alternatif (Ha) yaitu ada pengaruh terapi bekam terhadap

kadar asamurat pada penderita gout diklinik Mari Sembuh Yogyakarta

2. Hipotesis Nol (H0) yaitu tidak ada pengaruh terapi bekam terhadap

kadar asamurat pada penderita gout diklinik Mari Sembuh Yogyakart


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian

Desain pada penelitian ini menggunakan pre eksperimental design dengan

rancangan One Group pretest posttest design. Rancangan pada penelitian ini

tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah

dilakukan observasi pertama (Pretest) yang memungkinkan menguji

perubahan-perubahan yang terjadisetelah adanya eksperimen (Notoatmodjo,

2010).

Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengukuran

awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi bekam, setelah itu

diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali posttest (pengukuran

akhir). Bentuk rancangan sebagai berikut :

Tabel. 3 1 Skema Rancangan one group pretest-posttest design


Pretest Perlakuan Post test
O1 X O2
Sumber : Notoatmodjo (2010)

Keterangan :

O1 : pengukuran kadar asam urat sebelum diberikan terapi bekam

X : Terapi bekam dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 1 bulan

O2 : Pengukuran kadar asam urat setelah dilakukan terapi bekam.

B. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2015) variabel adalah atribut atau obyek yang

memiliki variasi antara satu sama lainnya. Membantu dalam menentukan

alat-alat pengumpulan data serta teknis analisa data yang digunakan maka

52
53

kita perlu melakukan identifikasi variabel dalam sebuah penelitian.

Penelitian ini melibatkanvariabel dependen dan variabel independen.

1. Variabel Independent

Variabel independent merupakan variabel yang dapat

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel

dependen. Penelitian ini variabel Independenya adalah terapi bekam.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons akan muncul

sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain. Variabel

dependen/terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel

independen/bebas (Nursalam, 2015). Variabel dependen adalah kadar

asam urat pada Penderita gout.

3. Variabel Penganggu

Variabel pengganggu merupakan variabel yang mengganggu

pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

Notoatmodjo (2012). Variabel pengganggu dalam penelitian ini yaitu

kebisingan, cuaca kerja dan getaran. Variabel penganggu pada

penelitian ini yakni :

a. Usia

Tidak karena usia untuk penelitian ini tidak ditentukan dari usia
54

b. Pola Makan

Dikendalikan karena pola makan dapat memicu peningkatan kadar

asam urat termasuk konsumsi alkohol, makanan tinggi purin seperti

seafood dan daging dapat meningkatkan resiko asam urat.

c. Pola Aktivitas

Tidak dikendalikan karena aktivitas responden dapat berbeda beda tiap

individu nya.

C. Definisi Operasional

Menurut Masturoh dan Anggita (2018) definisi operasional adalah

definisi s variabel-variabel yang akan diteliti secara operasional di lapangan.

Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur,

maka variabel harus diberi batasan atau definisi operasional variabel.

Definisi ini diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data

(variabel) itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan

responden yang lain (Notoatmodjo, 2010). Definisi operasinal dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:


55

Tabel 3.2 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala
Kadar Asam Kadar asam urat Easy Touch Gcu Tinggi Interval
Urat adalah hasil sisa Meter Device Pria : > 7.0 mg/dl
metabolisme purin Wanita : > 6.0 mg/dl
dalam darah
penderita asam urat Normal
diklinik mari sembuh Pria : 2.5 – 7.0 mg/dl
yang diukur Wanita : 1.5-6.0 mg/dl
mengunakan easy
touch gcu meter Rendah
device sebelum dan Pria : < 2.5 mg/dl
sesudah dilakukan Wanita : < 1.5 mg/dl
terapi bekam. (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia,
2018)

Terapi bekam Terapi bekam adalah SOP


pada penderita terapi yang dilakukan
asam urat dengan cara
pemfakuman di kulit
dan pengeluaran
darah dari sayatan
kulit di 9 titik, yaitu
alkahil, pinggang,
punggung kaki,
bawah mata kaki, 3
jari diatas mata kaki
dan ditengah betis,
dua jari dibawah
pergelangan tangan,
dua jari diatas
pergelangan tangan,
dibawah jari
kelingking ( sesuai
letak saki ) pada
penderita asam urat
yang dilakukan setiap
2 minggu sekali
sekali selama 2 kali
56

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit dari hasil

pengukuran yang menjadi objek penelitian (Riduwan, 2014) populasi

dalam penelitian ini adalah penderita asam urat yang berobat di Klinik Mari

Sembuh. Berdasarkan data dari Klinik Mari Sembuh rata-rata pasien asam

urat tiap bulanadalah 300 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono, (2017) tentang ukuran sampel dalam penelitian

eksprimen semu yaitu jumlah anggota sampel pada masing-masing

kelompok 10-20 responden. Senada dengan itu, Mahmud, (2011)

berpendapat bahwa ukuran minimal sampel yang dapat diterima

berdasarkan metode penelitian experimental minimal 15 responden.

Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,

pengambilan sampel secara purposive sampling didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-

sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini diperlukan adanya kriteria sampel, dengan tujuan untuk

mengurangi bias dari hasil penelitian. Adapun kriteria sampel dibagi

menjadi dua yaitu inklusi dan ekslusi. Inklusi adalah karakteristik umum

subjek penelitian dari populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.

Sedangkan eksklusi adalahmenghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab misalnya


57

subjek menolak berpartisipasi Nursalam (2015).

a. Kriteria Inkulsi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian

darisuatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti Nursalam

(2017). Kriteria inklusi penelitian ini sebagai berikut :

1) Bersedia menjadi responden dengan mendatangani surat

persetujuan

2) Pasien yang tidak mengkonsumsi obat hiperuresemia

3) Pasien gout dengan uric acid wanita > 6,0 mg/dl, dan laki-laki >

7,0mg/dl

b. Kriteria Ekskulsi

Kriteria eksklusi merupakan karakteristik yang terdapat pada

sampelyang telah memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat

disertakan dalam subjek penelitian Nursalam (2017). Kriteria

eksklusi penelitian ini sebagai berikut :

1) Pasien yang memiliki penyakit lain yang dapat mempengaruhi

kadarasammurat (contoh: gagal ginjal kronik).

2) Pasien yang berhenti menjalani terapi bekam dan penyembuhan

dengan mengkonsumsi obat-obatan.


58

E. Alat dan metode Pengumpulan Data

1. Alat dan Bahan

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

alatdeteksi asam urat digital easy multicheck, strip asam urat, alkohol

swab, pen lancet dan jarumlancet. Bahan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sampel darah kapiler sebelum dan sesudah terapi bekam

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka akan diolah melalui beberapa tahap

sebagaiberikut:

a. Editing

Mengumpulkan seluruh sampel, melakukan pemeriksaan kadar asam

urat,serta mengumpulkan data yang didapat dari responden penelitian

b. Coding

Memberikan kode untuk memudahkan proses analisis data di

komputer.

c. Entry data

Memasukkan data ke software komputer untuk di analisis dengan

program statistik.

2. Analisa Data

a. Analisis Unvariat

Analisa unvariat ialah analiasis seluruh variabel yang ada dalam

penelitian, dalam penelitian ini adalah karakteristik responden dan


59

kadar asam urat.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan untuk menguji hipotesis pengaruh

terapi bekam terhadap penurunan kadar asam urat. Dilakukan uji

normalitas data terlebih dahulu untuk menentukan jenis uji statistik,

uji normalitas data mengunakan uji Shapiro- Wilk. Bila data

berdistribusi normal untuk mengetahui pengaruh terapi bekam

menggunakan uji statistik paired t test, sedangkan bila berdistribusi

tidak normal menggunakan uji statistik Wilcoxon. Uji statistik tersebut

dianalisis dengan tingkat kemaknaan 5 % atau 0,05, sehingga jika p-

value < 0,05maka hasil uji statistik dinyatakan bermakna ( signifikan

) atau menunjukkan ada pengaruh, dan apabila p-value > 0,05 bearti

hasil perhitungan statistic tidak bermakna atau tidak ada pengaruh.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian tersebut antara lain :

1. Mendapatkan Persetujuan Dari Responden

Sebelum melakukan sebuah penelitian maka peneliti harus

memintakafn persetujuan responden dalam keikutsertaannya menjadi

responden. Sebelumnya responden diberitahu tentang tujuan dilakukannya

penelitian.

2. Menjamin Kerahasiaan Responden

Untuk menjamin kerahasiaan responden, maka peneliti dalam

pengisian instrumen penelitian maupun penyajian hasil penelitian nama


60

responden tidak dicantumkan, melainkan diganti dengan member nomer

kode responden.

3. Menjamin Keamanan Responden

Dalam melakukan penelitian yang dalam tindakannya peneliti

melakukan invasi pada tubuh manusia maupun tindakan yang dapat

menginvasi pemikiran responden, maka peneliti harus menjamin pada

responden bahwa invasi tersebut tidak akan membahayakan atau aman

untuk kesehatan dan keselamatan responden.

4. Etichal Clereance

Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti mengajukan

permohonan dan persetujuan ke instansi terkait untuk dilaksanakan

penelitian.

H. Rencana Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Pengajuan judul dan penyusunan proposal.

b. Meminta surat permohonan izin untuk melakukan studi pendahuluan

di Klinik Mari Sembuh.

c. Menyusun proposal

d. Menyusun instrument penelitian

e. Menganalisa data hasil studi pendahuluan

f. konsultasi proposal, seminar proposal dan revisi proposal penelitian.

g. Mengurus surat ijin penelitian dengan pihak kampus dan klinik yang

digunakan tempat penelitian.


61

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti melakukan bersama dengan tiga orang trapis sebagai asisten

peneliti

b. Melakukan perkenalan dan penjelasan kepada responden dengan

memberitahukan tentang tujuan, manfaat penilitian dan persetujuan

dengan responden

c. Melakukan cek kadar asam urat pasien gout sebelum melakukan

bekam basah

d. Melakukan terapi bekam kurang lebih 15-30 menit

e. Mengecek kembali kadar asam urat pasien gout setelah melakukan

bekam

3. Tahap Akhir

a. Setelah penelitian selesai, dilanjutkan dengan pengolahan data dan

penyajian data dalam bentuk skripsi

b. Melakukan konsultasi dengan pembimbing terkait laporan hasil

penelitian.

c. Seminar hasil penelitian.

d. Revisi hasil penelitian.

e. Menyusun naskah publikasi.

f. pengumpulan hasil penelitian.


LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Scedhule

No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 41 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan judul
2. Penyusunan Bab
I
3. yusunan BabII

4. Penyusunan
BabIII
5. Ujian proposal
6. Revisi proposal
penelitian

7. gajuan Ethical
Clearance

8. Penelitian
9. Ujianhasil
10. Revisiakhir
11. Naskah publikasi
.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BEKAM

No Kegiatan
Tahap Pre Interaksi
1 Cek catatan keperawatan
2 Kesiapan diri sebelum pemeriksaan, cek catatan perkembangan
pasien, persiapan form pemeriksaan. Mencuci tangan
3 Persiapan Alat :
a.Cupping set basah
Pisau bedah atau pen bekam
Ganggang pisau
Antiseptik
Minyak zaitun atau minyak herbal yang lain
Desinfektan dan sabun pencuci
Kasa steril dan kapas
Hand glover, celemek, dan masker
Baskom
Cawan atau kom, bak instrument, tromol, dan korentang set
Bengkok dan nampan stainless
Alat cukur dan gunting rambut
Semprot alkohol, klem arteri, dan rak tindakan
Sphighmomanometer dan Stetoscop
Sterilisator
Meja atau bed tindakan
Bak sampah medis
Tahap Orientasi
1 Memberikan salam dan Pemperkenalkan diri
2 Menanyakan keluhan/perasaan klien
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4 Beri kesempatan klien untuk bertanya
5 Tahap Kerja
6 Menjaga privasi klien
7 Mengatur posisi yang nyaman menurut klien
8 Mengatur lingkungan yang tenang dan nyaman
9 Melakukan pemeriksaan awal: Menanyakan keluhan klien untuk
menentukan keadaan umum, dan Mengidentifikasi pengalaman pesien
terhadap bekam
10 Mempersiapkan klien dan minta ijin klien saat tindakan
Pasien dalam keadan rileks, nyaman dan jangan terlalu tegang dan
takut
Pasien dalam tidak terlalu kenyang
Pastikan pasien tidak dalam keadaan mengkonsumsi
pengencer darah
Pasien harus menceritakan penyakit yang diderita
Pasien hendaknya selalu berdoa untuk kesembuhan dirinya.
11 Teknik Bekam Basah
Lepaskan baju pasien sesuai area yang akan di bekam
Lakukan Asepsis (prinsip mempertahankan keadaan bebas kuman pada
pembedahan atau prinsip steril) dengan antiseptik
Oleskan minyak herbal/ zaitun pada area yang akan di bekam luncur.
Desinfeksi area/titik bekam dengan alcohol.
Langkah berikutnya adalah pengkopan atau bekam kering pada titik-
titik bekam yang akan kita ambil. Bekam kering ini dilakukan
maksimal 5 menit, hal ini untuk menghindari adanya hipoksia jaringan
yang terlalu lama sehingga dikhawatirkan bisa muncul vesikel atau
bula.
Lepaskan kop, lakukan penyayatan/perlukaan pada setiap
area yang sudah dilakukan bekam kering. Sayatan dilakukan dengan cepat, tipis,
tidak panjang (maksimal 0,5 cm), tidak ada sayatan panjang tunggal, sayatan
dilakukan oleh terapis yang sudah mengikuti pelatihan bekam sayat.
Arah sayatan yang dianjurkan adalah mengikuti garis langer
Setelah dilakukan penyayatan maka lakukan pengkopan kembali
Darah yang terlihat mulai keluar, biarkan darah keluar mengisi ruang dalam kop
sampai batas maksimal waktu 5 menit, waktu pengeluaran darah ditampung di
dalam kop jika terlalu lama maka sangat rentan luka semakin melebar.
Bersihkan darah dengan membuka kop dan dilakukan pembersihan dengan
mengelap medan bekam dan darah yang berada di dalam kop. (Gunakan kasa
steril untuk membersihkan kulit area bekam).
Arah pengelapan diusahakan searah dengan sayatan sehingga tidak membuat
luka semakin melebar.
Setelah selesai, alat-alat bekam harus dilakukan dekontaminasi atau
pembersihan alat kemudian dilanjutkan dengan disenfeksi menggunakan
rendaman clorin 5% dalam baskom selama 10-15 menit.
Kemudian lakukan sterilisasi dengan menggunakan sterilisasi infra merah dan
ozon yang merupakan mesin sterilisator 2 pintu. Atau menggunakan teknik
sterilisasi dengan memasukan kop kedalam air mendidih 100 0 C hingga 3-
5
menit.

12 Merapihkan pakaian pasien


13 Merapihkan alat yang telah dipakai.
14 Melakukan komunikasi selama tindakan
Tahap Terminasi
1 Mencuci tangan
2 Menjelaskan hasil tindakan dan evaluasi respon klien
3 Membuat kontrak selanjutnya
4 Mengakhiri kontrak dengan klien.
5 Mendokumentasikan hasil tindakan
Sumber : Klinik Mari Sembuh Yogyakarta
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Pemeriksaan Kadar Asam Urat

No Kegiatan
1 Persiapan Alat
Handscoon
Multi check pemeriksaan asam urat
Blood lancet
Alcohol swab
Tissue
Strip asam urat
2 Tahap Preinteraksi
Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
Cuci tangan
Siapkan alat-alat
3 Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi

Memperkenalkan nama perawat

Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan klien atau keluarga


Menjelaskan tentang kerahasiaan
4 Tahap Kerja
Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum melakukan
kegiatan
Menanyakan keluhan utama saat ini
Memulai kegiatan sesuai dengan prosedur
Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
Pelaksanaan
Penilaian Asam Urat
Memberi tahu posisi pasien
Desinfeksi jari pasien pada area penusukan
Menusukkan lancet dijari pasien
Memasukkan darah pasien kedalam strip yang telah terpasang pada alat
Menutup area penusukan menggunakan alcohol swab
Menunggu hasil pemeriksaan selama 10 detik dan membaca hasi
PROTOKOL PENELITIAN
Judul Penelitian

Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Asam Urat Pada PenderitaGout Di Klinik
Mari Sembuh Yogyakarta

Mengajukan surat ijin penelitian dan permohonan Etical Clerence dari

Ketua Prodi IKP Ners STIKES Wira Husada Yogyakarta

Surat Ijin Penelitian dari Ketua Prodi IKP Ners STIKES Wira Husada Yogyakarta

Sampaikan

Kepada Ketua STIKES Wira Husada Yogyakarta dan permohonan Ijin

Etical Clereance bagian Komisi Etik STIKES Wira Husada Yogyakarta

Menjelaskan kepada responden mengenai penelitian dan

menandatangani lembar informed consent

Melakukan Pengumpulan Data

Analisa Data

Melakukan pembahasan dan hasil analisa data

Pengambilan kesimpulan berdasarkan analisa data


SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : Priwanti

Asal Instiusi : STIKES Wira Husada Yogyakarta

Alamat : Jl. Babarasari,Glendogan, Caturtunggal, Depok, Sleman.

Akan mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Terapi Cupping Therapy

Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout Di Klinik Mari Sembuh Yogyakarta “

penelitian mengharapkan Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktu untuk dapat

membantu peneliti dalam pengumpulan data, baik menjawab pertanyaan dalam sesi

wawancara maupun menjawab pertanyaan yang sudah disampaikan peneliti. Jawaban

hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan saja, tanpa ada maksud lain. Dalam

menjawab semua pertanyaan ini diharapkan berdasarkan kenyataan yang dialami

Bapak/Ibu. Jawab yang anda berikan akan kami jaga kerahasiaannya.

Hormat peneliti.

Priwanti
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONCENT)
“ Pengaruh Terapi Cupping Therapy Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita
Gout Di Klinik Mari Sembuh Yogyakarta “

A. Saya, priwanti mahasiswa STIKES Wira Husada Yogyakarta, akan


melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Terapi Cupping Therapy
Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout Di Klinik Mari Sembuh
Yogyakarta “, saya mengajak Bapak/Ibu untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian
ini dengan bersedia menjadi responden penelitian. Penelitian ini membutuhkan
subejek peneliti sekitar 15 responden. Dengan jangka waktu keikutsertaan
wawancara, dan pengisian kuesoner sekitar 20-30 menit. Informasi yang dapat dari
wawancara dan pengisian kuesoner akan dijaga kerahasiaannya, diantaranya data
pribadi ( nama, usia, jenis kelamin dan alamat ). Informasi kepatuhan diet,
kepatuhan berpbat, kebiasaan merokok, dan lain-lain. Hanya peneliti dan petugas
pengumpulan data yang mendapatkan akses untuk melihat informasi dari Anda.
B. Prosedur Peneliti
Apabila Anda bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, Anda akan
diminta untuk mendatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk
anda simpan, dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah Anda
diminta untuk mengisi identitas diri Anda. Kemudian Anda diminta untuk
mengisi kuesoner tentang kebiasaan merokok, kepatuhan diet, dan kepatuhan
berobat yang Anda lakukan selama satu minggu terakhir.
C. Keuntungan Menjadi Responden
Kuntungan yang anda dapat adalah Anda mengetahui tentang faktor resiko
asam urat dengan mengetahui penyebab terjadi nya asam urat maka Anda
dapat melakukan upaya pencegahan maupun perbaikan agar tidak terjadi
gejala asam urat .
D. Kerugian dan ketidaknyamanan yang mungkin terjadi
Wawancara dan proses lain dalam pengumpulan data penelitian ini
membutuhkan waktu sehingga mengganggu aktivitas Anda.
E. Kebebasan untuk Menolak
Anda bebas menentukan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa
adanya paksaan. Jika Anda kemudian di tengah perjalanan pengumpulan data
memutuskan untuk mengundurkan diri dari responden penelitian, maka Anda
juga diberi kebebasan untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.
F. Keakuratan Data
Selama proses pengumpulan data, Anda diharapkan memberikan
informasi yang sebenar-benarnya, sehingga hasil penelitian memberikan
gambaran yang akurat.
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya, dan semua


pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti dan paham tentang penelitian
yang akan dilakukan. Jika saat proses berjalan penelitian nanti ada hal yang ingin saya
tanyakan, maka saya dapat bertanya kepada saudari priwanti.
Dengan mendatangani formulir ini saya telah ssetuju untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini sebagai responden penelitian.

Tanggal
Tanda tangan responden

Nama jelas ( ………………………………)

Tanda tangan saksi

Nama jelas ( ………….…………………….)

Mengetahui
Peneliti

( Priwanti )
No.Hp. 085217330166
PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP KADAR ASAM URAT
PADA PENDERITA GOUT DI KLINIK MARI SEMBUH
YOGYAKARTA

No DATA IDENTITAS PASIEN KODE

1 No ID Pasien : ………………………………………….

2 Nama Pasien : ………………………………………….

3 Alamat : ……………………………………………….

RT ….. RW …. Desa/Kel …………………………….

Kec …………………… Kota ………………………..

4 Jenis Kelamin :
a. Pria

b. Wanita
5 Usia : …………………………………………………….

6 Tinggi Badan : …………………………………………..

Berat Badan : ……………………………………………

7 Status :

a. Menikah

b. Belum menikah

c. Duda/janda

8 Nomor telepon yang dapat dihubungi : ……………………

9 Lama mengidap asam urat : ……………………………….

10 Obat yang di konsumsi :……………………………………

11 Diet/Tidak ………………………………………………….
DAFTAR KADAR ASAM URAT

No Nama Jenis kelamin Usia Kadar Asam Urat


(Inisial) (L/P) Sebelum Sesudah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Didalam bab ini menguraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari

data yang telah dikumpulkan dan berkaitan dengan Pengaruh Cupping Therapy

Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout Di Klinik Mari Sembuh

Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 oktober 2023 sampai 28

november 202, jumlah responden sebanyak 15 orang. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh dari cupping therapy terhadap kadar asam urat pada

penderita gout di Klinik Mari Sembuh.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di klinik mari sembuh yang berada di Jl. Tegal

Melati No.84 B, Waras, Jongkang, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penterapis

mengatakan bahwa saat pasien datang ke klinik akan dilakukan pengkajian terlebih

dahulu, kemudian akan diberikan edukasi mengenai terapi apa yang sebaiknya

dilakukan oleh pasien sesuai dengan kondisinya. Penterapis juga biasanya akan

menyarankan untuk mengkombinasikan terapi bekam dengan akupuntur untuk

pasien yang menderita hipertensi, selain itu penterapis mengatakan bahwa pasien

juga biasanya mengkombinasikan pengobatannya dengan mengkonsumsi obat

obatan herbal.
4.2 Analisis Univariat
a. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 8 53,3 53,3 53,3
Perempuan 7 46,7 46,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

Dalam penelitian ini, data jenis kelamin responden telah dianalisis untuk

mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai distribusi jenis kelamin dalam

sampel. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki jenis

kelamin laki-laki yaitu sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 53,3%.

Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang atau sebesar 46,7%. Menurut

Regab et al, 2017 pada perempuan berisiko menderita gout atrhitis pada setelah masa

menopause karena terjadi gangguan produksi hormone esterogen dimana hormone

eterogen dan asam urat dikeluarkan saat mensturasi. Hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa populasi responden dalam penelitian ini cenderung berjenis

kelamin laki-laki daripada jenis kelamin perempuan.


b. Usia Responden

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid 23 2 13,3 13,3 13,3
25 3 20,0 20,0 33,3
26 1 6,7 6,7 40,0
31 2 13,3 13,3 53,3
54 2 13,3 13,3 66,7
55 1 6,7 6,7 73,3
56 2 13,3 13,3 86,7
60 1 6,7 6,7 93,3
63 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa usia responden

cukup beragam dari interval 23 tahun hingga 63 tahun.

Sehingga, usia responden tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu

dari usia 21 hingga 40 tahun, 41 hingga 60 tahun dan diatas 60 tahun. Diketahui

bahwa terdapat 8 responden yang berada dalam rentang usia 21 hingga 40 tahun, 6

responden berada dalam interval usia 41 hingga 60 tahun dan diketahui juga bahwa

hanya terdapat 1 responden yang berada dalam interval usia diatas 60 tahun.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berada

dalam interval usia 21 hingga 40 tahun. Menurut Nining, 2017 kejadian

hiperurisemia bisa terjadi pada semua tingkat usia namun kejadian ini meningkat

pada laki-laki dewasa >30 tahun dengan perempuan setelah menopause atau

berusia>40 tahun.
c. Kadar Asam Urat

1) Sebelum Terapi Bekam

Kadar Asam Urat (Sebelum)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 2 13,3 13,3 13,3
Tinggi 13 86,7 86,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

Pada penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dari semua responden

diketahui hanya 2 responden yang memiliki kadar asam urat normal sebelum

dilakukan terapi bekam. Sedangkan 13 responden yang lainnya memiliki kadar

asam urat yang dikategorikan tinggi. Sehingga diketahui bahwa sebagian besar

dari responden pada penelitian ini memiliki tingkat kadar asam urat yang tinggi.

Sehingga, nantinya akan dilihat pengaruh dari terapi bekam terhadap kadar asam

urat. Pada perempuan beresiko menderita gout arthritis setelah masa menoupouse

karena terjadi produksi hormone esterogen yang berfungsi mengeluarkan kadar

purin (Regab, 2017). Tingginya penderita gout atrhitis disebabkan oleh beberapa

hal salah satunya adalah gaya hidup zaman sekarang yang serba instan selain itu

adanya pola hidup yang tidak sehat, asuhan makanan tidak terkontrol dan terjadi

penumpukan nutrisi dalam tubuh, dan menyebabkan kerja ginjal menjadi berat

dan menjadi mengendapan asam urat.


2) Setelah Terapi Bekam

Kadar Asam Urat (Sesudah)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 7 46,7 46,7 46,7
Tinggi 8 53,3 53,3 100,0
Total 15 100,0 100,0

Pada penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa setelah dilakukan

terapi bekam dari semua responden 7 responden memiliki kadar asam urat normal.

Sedangkan 8 responden lainnya memiliki kadar asam urat yang dikategorikan

tinggi. Sehingga diketahui bahwa sebagian besar dari responden pada penelitian ini

memiliki tingkat kadar asam urat yang tinggi. Namun, hal ini telah mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dari sebelumnya. Sebelum dilakukan terapi

bekam diketahui bahwa hanya 2 responden yang memiliki kadar asam urat normal.

Namun, setelah dilakukannya terapi bekam terjadi peningkatan dengan 7 responden

yang memiliki kadar asam urat normal.

Mekanisme bekam dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah, yaitu

melalui rangsangan pada kulit berupa sentuhan, pijatan, sayatan pisau bekam atau

lancet akan menyebakan sel mast melepaskan beberapa zat seperti, serotonin,

histamin, bradikinin, slow reacting sub stance (SRS). Histamin bermanfaat dalam

proses perbaikan sel yang sakit, anti radang, serta memacu pembentukan reticul

endothelial cell, yang akan meningkatkan daya resistensi dan imunitas (kekebalan)

tubuh. Di sisi lain, berbagai zat yang dilepaskan akibat mekanisme bekam tersebut

menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah kapiler. Reaksi itu

menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluhdarah yang memicu


timbulnya efek relaksasi otot- 39 otot yang kaku dan memperbaiki kerja ginjal,

sehingga asam urat dalam darah dapat dikeluarkan melalui ginjal (Ningsih, 2017).

4.3 Analisis Bivariat

a. Uji Normalitas

Hipotesis yang digunakan pada pengujian normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Berikut merupakan hasil yang diperoleh pada penelitian ini:

Te sts of Norm ality


a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-W ilk
Kelompok St atist ic df Sig. St atist ic df Sig.
Kadar Asam Urat Sebelum ,126 15 ,200* ,955 15 ,603
Sesudah ,162 15 ,200* ,924 15 ,218
*. This is a lower bound of the true signific anc e.
a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan uji Normalitas diperoleh p-

value sebesar 0,603 untuk data sebelum dilakukan terapi bekam, dan sebesar 0,218

setelah dilakukannya terapi bekam . Yang mana nilai tersebut besar dari α (0,05),

sehingga dapat diambil keputusan Terima H0 dan dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal. Sehingga asumsi normalitas telah terpenuhi. Maka uji statistik

lanjutan yang dapat digunakan adalah statistika parametrik menggunakan uji

Parsial atau uji t.


b. Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap

kadar asam urat. Hipotesis uji yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 : β1 = 0, artinya terapi bekam tidak berpengaruh untuk menurunkan kadar

asam urat

H1 : β1 ≠ 0, artinya terapi bekam berpengaruh untuk menurunkan kadar asam

urat

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Error
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Kadar Asam Urat
1 (Sebelum) - Kadar ,89333 ,72355 ,18682 ,49265 1,29402 4,782 14 ,000
As am Urat (Ses udah)

Berdasarkan hasil penelitian diatas, diketahui bahwa diperoleh p-value yang

kecil dari α (0,05) yaitu sebesar 0,000. Hal ini dapat diambil keputusan bahwa

Tolak H0 dikarenakan p-value < α. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

terapi bekam berpengaruh untuk menurunkan kadar asam urat.


c. Kondisi Kadar Asam Urat Responden

Kadar Asam Urat (Sebelum) * Kadar Asam Urat (Sesudah) Crosstabulation

Kadar Asam Urat


(Sesudah)
Normal Tinggi Total
Kadar Asam Urat Normal Count 2 0 2
(Sebelum) % within Kadar Asam
100,0% ,0% 100,0%
Urat (Sebelum)
% within Kadar Asam
28,6% ,0% 13,3%
Urat (Sesudah)
% of Total 13,3% ,0% 13,3%
Tinggi Count 5 8 13
% within Kadar Asam
38,5% 61,5% 100,0%
Urat (Sebelum)
% within Kadar Asam
71,4% 100,0% 86,7%
Urat (Sesudah)
% of Total 33,3% 53,3% 86,7%
Total Count 7 8 15
% within Kadar Asam
46,7% 53,3% 100,0%
Urat (Sebelum)
% within Kadar Asam
100,0% 100,0% 100,0%
Urat (Sesudah)
% of Total 46,7% 53,3% 100,0%

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahu bahwa sebelum

dilakukannya terapi bekam terhadap responden terdapat 2 responden yang memiliki

kadar asam urat normal dan 13 responden memiliki kadar asam urat tinggi. Setelah

dilakukannya terapi bekam, diketahui bahwa terdapat peningkatan 5 responden

memiliki kadar asam urat normal. Sehingga total terdapat 7 responden yang

memiliki kadar asam urat normal. Sedangkan 8 responden sisanya masih memiliki

kadar asam urat dalam kategori tinggi. Hal ini sudah menunjukkan bukti dari

penelitian bahwa terdapat pengaruh dari dilakukannya terapi bekam terhadap

responden yang ditandai dengan bertambahnya 5 responden dengan kadar asam

urat normal.
B. Pembahasan Penelitian

Jenis kelamin dan rentang usia responden menjadi faktor penting dalam

konteks terapi bekam terhadap kadar asam urat. Dari data yang terkumpul, terlihat

bahwa mayoritas responden adalah laki-laki dengan usia dominan antara 21 hingga

40 tahun. Hal ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap pemahaman

efektivitas terapi bekam. Pertama, perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan

perempuan dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap terapi bekam. Fisiologi

tubuh, termasuk metabolisme dan distribusi lemak, berbeda antara laki-laki dan

perempuan.

Oleh karena itu, respon terhadap terapi bekam, yang mungkin berkaitan

dengan perubahan metabolisme, dapat bervariasi antara kedua kelompok ini.

Kedua, rentang usia yang dominan pada rentang 21 hingga 40 tahun juga relevan

karena tubuh manusia mengalami perubahan yang signifikan seiring bertambahnya

usia. Respon terhadap terapi bekam mungkin berbeda dalam kelompok usia yang

berbeda karena faktor-faktor seperti tingkat aktivitas hormon, elastisitas jaringan,

dan kemampuan tubuh untuk memulihkan diri dapat bervariasi. Dalam konteks

pengaruh terapi bekam terhadap kadar asam urat, pemahaman tentang perbedaan

ini penting karena dapat membantu menilai efektivitas terapi pada kelompok-

kelompok tertentu.

Hal ini menunjukkan bahwa desain dan hasil dari terapi bekam mungkin

memiliki perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan, serta antara

berbagai kelompok usia. Oleh karena itu, penyesuaian atau pendekatan khusus
mungkin diperlukan dalam memberikan terapi ini, terutama dalam konteks

menangani masalah kesehatan tertentu seperti kadar asam urat yang tinggi.

Sebelum melibatkan diri dalam terapi bekam, analisis terhadap kadar asam urat

dari responden menunjukkan sebuah pola yang signifikan. Mayoritas responden

didapati memiliki tingkat kadar asam urat yang berada dalam kategori yang tinggi,

sedangkan jumlah yang memiliki kadar normal sangatlah terbatas. Hal ini

memberikan gambaran kondisi dasar yang dimiliki oleh responden sebelum mereka

menjalani intervensi terapi bekam.

Fakta bahwa sebagian besar responden memiliki kadar asam urat yang tinggi

sebelum terapi bekam mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang terkait

dengan tingkat asam urat dalam tubuh. Tingkat asam urat yang tinggi dapat

memiliki konsekuensi serius seperti risiko terjadinya penyakit asam urat, yang

biasanya ditandai dengan pembentukan kristal asam urat di sendi dan jaringan

sekitarnya. Kondisi dasar ini memberikan dasar yang penting dalam menilai

efektivitas terapi bekam.

Perubahan yang terjadi pada tingkat asam urat setelah terapi menjadi indikator

penting untuk mengevaluasi keberhasilan terapi tersebut. Fakta bahwa hanya

sedikit responden yang memiliki kadar asam urat normal sebelum terapi

menunjukkan bahwa ada ruang yang besar untuk perbaikan dan peningkatan

kondisi kesehatan dengan penerapan terapi tersebut. Dengan demikian, pemahaman

terhadap kondisi awal responden sebelum intervensi terapi bekam menjadi dasar

penting dalam menilai keberhasilan dan dampak dari terapi tersebut terhadap

penurunan kadar asam urat pada subjek penelitian.


Pasca pelaksanaan terapi bekam, terjadi perubahan yang signifikan pada

jumlah responden yang berhasil mencapai kadar asam urat dalam rentang normal.

Meskipun sebagian responden masih menunjukkan tingkat asam urat yang tinggi,

observasi menunjukkan adanya peningkatan yang cukup positif dari kondisi awal

sebelum intervensi terapi bekam. Perubahan ini menandakan efek dari terapi bekam

dalam menurunkan tingkat asam urat pada sebagian besar responden. Fakta bahwa

sejumlah besar responden mampu mengalami penurunan kadar asam urat mereka

ke dalam rentang normal menunjukkan potensi yang kuat dari terapi bekam dalam

menangani masalah kesehatan terkait kadar asam urat yang tinggi.

Meskipun sebagian responden masih mempertahankan kadar asam urat yang

tinggi, perlu dicatat bahwa adanya peningkatan jumlah responden yang mencapai

kadar asam urat normal memberikan bukti yang meyakinkan akan efektivitas

terapi. Hal ini menunjukkan bahwa terapi bekam memiliki dampak yang positif

terhadap sebagian besar responden dalam mengelola dan menurunkan kadar asam

urat mereka. Dengan demikian, hasil ini memberikan indikasi yang

menggembirakan bahwa terapi bekam memiliki potensi untuk menjadi solusi yang

efektif dalam menurunkan kadar asam urat, meskipun hasilnya mungkin bervariasi

di antara individu.

Fokus pada peningkatan jumlah responden dengan kadar asam urat normal

menunjukkan bahwa terapi ini dapat memberikan manfaat klinis yang signifikan

dalam menangani masalah kesehatan terkait kadar asam urat yang tinggi.

Penggunaan uji statistik menjadi krusial dalam mengevaluasi pengaruh terapi

bekam terhadap kadar asam urat. Hasil dari uji statistik tersebut menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan secara statistik antara kondisi sebelum dan

setelah penerapan terapi bekam. Nilai p yang diperoleh dari uji statistik sangatlah

penting dalam menafsirkan hasil penelitian ini. Ketika nilai p dari uji statistik

menunjukkan nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (α),

yang biasanya adalah 0.05, hal ini menandakan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan secara statistik. Dalam konteks ini, nilai p yang lebih kecil dari α

menunjukkan bahwa terapi bekam berpengaruh secara nyata terhadap penurunan

kadar asam urat.

Dengan kata lain, hasil uji statistik ini memberikan bukti yang kuat bahwa

perbedaan dalam kadar asam urat sebelum dan setelah terapi bekam bukanlah

kebetulan belaka, melainkan merupakan dampak yang signifikan dari intervensi

terapi tersebut. Nilai p yang signifikan secara statistik mengindikasikan bahwa

terapi bekam memiliki efek yang nyata dalam menurunkan kadar asam urat pada

responden penelitian.

Oleh karena itu, dari perspektif statistik, hasil ini memberikan dukungan yang

kuat terhadap hipotesis bahwa terapi bekam memiliki pengaruh yang nyata dalam

mengurangi kadar asam urat. Hal ini memperkuat kesimpulan bahwa terapi bekam

dapat menjadi pilihan yang efektif dalam menangani masalah kesehatan terkait

kadar asam urat yang tinggi, serta menunjukkan relevansi pentingnya terapi

tersebut dalam konteks perawatan kesehatan.

Hasil dari penelitian ini memberikan indikasi yang sangat menarik terkait

potensi terapi bekam sebagai pilihan yang efektif dalam menurunkan kadar asam

urat. Observasi menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada sebagian


besar responden, di mana mereka berhasil mengubah tingkat asam urat yang

sebelumnya tinggi menjadi dalam rentang normal setelah menjalani terapi bekam.

Pentingnya temuan ini terletak pada fakta bahwa terapi bekam telah

menghasilkan perubahan yang signifikan pada mayoritas responden. Perubahan ini

mencakup penurunan yang cukup besar dari tingkat asam urat yang tinggi menuju

rentang yang dianggap normal secara klinis. Hal ini memberikan bukti yang kuat

tentang efektivitas terapi bekam dalam menangani dan mengurangi tingkat asam

urat yang tinggi pada subjek penelitian. Potensi terapi bekam sebagai pilihan yang

efektif untuk menurunkan kadar asam urat menjadi sangat jelas melalui perubahan

yang diamati pada sebagian besar responden.

Transformasi dari kondisi tinggi menjadi normal memberikan indikasi bahwa

terapi ini tidak hanya berpotensi menjadi solusi yang efektif tetapi juga mungkin

memberikan manfaat kesehatan yang signifikan. Dalam konteks penelitian ini,

perubahan yang signifikan pada sebagian besar responden menunjukkan bahwa

terapi bekam memiliki dampak yang konsisten dan positif dalam menurunkan

tingkat asam urat. Hal ini memberikan dorongan kuat dalam menyarankan bahwa

terapi bekam dapat dipertimbangkan sebagai salah satu opsi terapi yang efektif

dalam manajemen kadar asam urat, terutama bagi individu yang menghadapi

masalah kesehatan terkait asam urat yang tinggi.

Penting untuk diakui bahwa penelitian memiliki keterbatasan tertentu yang

perlu dipertimbangkan dalam menafsirkan hasil dan kesimpulan yang diperoleh.

Dua keterbatasan yang dapat diidentifikasi dalam konteks penelitian terapi bekam

terhadap kadar asam urat adalah terkait dengan ukuran sampel dan durasi terapi.
Pertama, ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini mungkin tidak

mencakup semua variasi yang mungkin ada dalam populasi yang lebih besar.

Penggunaan sampel yang lebih besar akan memungkinkan representasi yang lebih

baik dari populasi umum, dan dengan demikian, hasil yang lebih dapat diandalkan.

Dengan memperluas sampel, penelitian selanjutnya dapat menghasilkan

generalisasi yang lebih kuat terkait efektivitas terapi bekam dalam menurunkan

kadar asam urat. Kedua, durasi terapi yang diamati dalam penelitian ini mungkin

tidak cukup lama untuk menilai dampak jangka panjang dari terapi bekam terhadap

kadar asam urat.

Pengamatan yang berkelanjutan dan jangka panjang akan membantu dalam

memahami efek terapi bekam tidak hanya secara immediate tetapi juga terhadap

perubahan jangka panjang pada tingkat asam urat. Hal ini penting untuk

mengevaluasi keberlanjutan efek terapi dan memahami apakah efek positifnya tetap

konsisten atau menurun seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, rekomendasi

untuk penelitian selanjutnya adalah untuk memperluas ukuran sampel dan

memperpanjang durasi pengamatan terapi bekam.

Dengan demikian, penelitian selanjutnya akan dapat memberikan gambaran

yang lebih komprehensif tentang efektivitas dan keberlanjutan dari terapi bekam

dalam menurunkan kadar asam urat. Dengan pengembangan metodologi yang lebih

luas, penelitian masa depan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap

pemahaman kita tentang manfaat serta efek jangka panjang dari terapi bekam

dalam konteks penanganan kadar asam urat yang tinggi


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh terapi

bekam terhadap kadar asam urat pada penderita gout di Klinik Mari Sembuh

Yogyakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penelitian menunjukkan bahwa terapi bekam memiliki efek yang signifikan

dalam menurunkan kadar asam urat pada pasien gout. Mayoritas pasien sebelum

terapi bekam memiliki kadar asam urat yang tinggi, namun setelah terapi, terjadi

peningkatan yang cukup baik dengan sebagian besar responden berhasil

mencapai kadar asam urat dalam rentang normal.

2. Hasil uji statistik menegaskan bahwa terapi bekam secara statistik signifikan

berpengaruh dalam menurunkan tingkat asam urat pada pasien gout. Hal ini

diindikasikan oleh nilai p yang signifikan secara statistik, menunjukkan bahwa

terapi bekam efektif dalam menghasilkan perubahan yang nyata pada tingkat

asam urat.

3. Penelitian memberikan indikasi kuat bahwa terapi bekam di Klinik Mari Sembuh

Yogyakarta memiliki potensi sebagai pilihan terapi yang efektif dalam

menangani kadar asam urat pada penderita gout. Temuan ini memberikan dasar

yang kuat untuk mempertimbangkan terapi bekam sebagai opsi yang berpotensi

memberikan manfaat klinis yang signifikan bagi pasien gout dalam menurunkan

tingkat asam urat.


B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian ini menjadi landasan informasi ilmiah yang penting mengenai

pengaruh terapi bekam terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita gout.

Relevansi dan bukti empiris dari penelitian ini memberikan kontribusi yang

berarti dalam memperkaya pengetahuan ilmiah tentang terapi alternatif untuk

menangani masalah kesehatan spesifik.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang berharga bagi

mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta.

Informasi yang terkandung dalam penelitian dapat digunakan sebagai dasar

untuk memahami efek terapi bekam pada penurunan kadar asam urat pada pasien

gout, memperkaya pemahaman mereka dalam bidang perawatan kesehatan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga bagi

penderita gout yang mencari alternatif terapi untuk mengurangi kadar asam urat

tanpa tergantung pada obat-obatan kimia. Terapi bekam dapat dianggap sebagai

opsi yang layak untuk dipertimbangkan sebagai bagian dari perawatan gout yang

holistik.

4. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pemahaman pengaruh terapi bekam

terhadap kadar asam urat pada penderita gout, serta pengalaman dalam

melakukan penelitian di lapangan kesehatan. Informasi yang terkandung dalam

penelitian ini dapat memberikan landasan untuk penelitian lanjutan atau


perluasan pengetahuan tentang terapi alternatif dalam menangani kondisi

kesehatan spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Bekam, T., Terhadap, B., Kadar, P., Urat, A., Tirtana, A., & Habib, M. (2023).
Journal of Health (JoH ). 10(1), 38–46.

Bolon, C. M. T., Manurung, R., Silalahi, B., Siregar, S., Medan, U. I., Medan, U. I.,
Artikel, I., Makan, P., Urat, A., Bolon, C. M. T., & Medan, U. I. (2022).
Peningkatan pengetahuan keluarga tentang asam urat di dusun ii desa paku
kecamatan galang kabupaten deli serdang.2(1), 28–31.

Budi Sungkawa, H. (2019). Penurunan Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida


Dengan Teknik Bekam Pada Penderita Hiperkolesterolemia. Meditory: The
Journal of Medical Laboratory, 7(1), 1–6.https://doi.org/10.33992/m.v7i1.460

Efrianty, N., Sari, P. M., & Kurniawan, R. (2021). Penerapan Terapi Bekam Pada
Pasien AsamUrat Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat. Lentera Perawat,
2(2).
http://jurnal.stikesalmaarif.ac.id/index.php/lenteraperawat/article/view/169

Febrianto, F., & Jamaludin, J. (2020). Penerapan Terapi Bekam Terhadap Penurunan
Kadar AsamUrat Darah Pada Pasien Gout Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukolilo II Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Jurnal Profesi Keperawatan
(JPK), 7(1), 50–64.

Gavin, H. P., & Kustriyani, M. (2022). Upaya Deteksi Dini Penyakit Degenerative Dan
Pemberian Terapi Bekam Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Asrama Brimob
Pasadena Bambankerep Ngaliyan Semarang. Community Development
Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2), 790–795.
https://doi.org/10.31004/cdj.v3i2.4652

Liin, R., & Hadi, I. (2020). Hijp : Health Information Jurnal Penelitian.
Jurnal.Poltekkes-Kdi, 12, 114. https://myjurnal.poltekkes-
kdi.ac.id/index.php/HIJP

Mukhsinin, K. P. (2012). Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan SesudahTerapi


Bekam Basah ( Al-Hijamah ) Oleh : 43.

Putri, A. A. (2019). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Pada Lansia diWilayah Kerja Puskesmas Sitiun 1. MENARA Ilmu, XIII(8), 30–
38.

Rafida, S., Aupia, A., Mamben, A., Wanasaba, D., Timur, L., Aryad, Z., Daya, M.,
Timur, L.,

Penderita, P., & Urat, A. (2022). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Kadar Asam Urat
( UricAcid ) Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja. Pro Health
Jurnal.
Sari, M. T. (2019). Upaya Peningkatan Pengetahuan Tentang Asam Urat. Abdimas
Kesehatan, 1(2),132–137.

Sinaga, D. F., Welkriana, P. W., & Farizal, J. (2019). Perbedaan Kadar Trigliserida
Wanita Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam. Jurnal Media Kesehatan, 12(2),
45–51. https://doi.org/10.33088/jmk.v12i2.430

Sueni, Haniarti, & Rusman, A. D. P. (2021). Analisis Penyebab Faktor Resiko


Terhadap Peningkatan Penderita Gout ( Asam Urat ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Suppa Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Analysis

Of the Causes of Risk Factorcrs For the Increase in Patients With Gout ( Gout ) in the
Work Area. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 4(1), 1–9.
http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes

Sumartini, R., & Susila, A. (2021). Efektivitas Terapi Bekam Basah Terhadap
Penurunan KadarAsam Urat Di Wilayah Kerja Puskesmas Cilegon . Jurnal
Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI), 2(1), 2746–2579.

Widodo, S., & Mustofa, A. (2017). Bekam basah menurunkan kadar asam urat dalam
darah pada penderita hiperurisemia di kota semarang. Prosiding Seminar
Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat,
September, 361–370.

Yeti Syarifah, N., & Fristaria, R. (2019). Gambaran Penderita Penyakit Asam Urat di
DusunKaranglo Sidomoyo Godeam Sleman Yogyakarta. Mikki, 08(2), 85–90.

Hansildaar, at al (2021). Cardiovascular Risk In Inflammatory Arthritis: Rheumatoid


Arthritis And Gout. Elsevier Public Health Emergency Collection, 3(1), Pp,
E58-E70

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung.

Alfabeta, Jurnal kesehatan.

Bolon et al. (2022). Literature review pengaruh pemberian bekam basah terhadap
hipertensi. Kesehatan, 351–363.

Efrianty, at. a. (2021). pengertian bekam. Kemekes.


http://ejournal2.bkpk.kemkes.go.id/index.php/jpppk/article/download/2658/1
757/

Meva Nareza. (2020). Pengertian Asam Urat. 58–60.


https://www.alodokter.com/rematik-asam-urat

Nadia Octavia. (2021). Komplikasi Asam Urat. Klikdokter.


https://www.klikdokter.com/info-sehat/otot-sendi/komplikasi-asam-urat- yang-
harus-anda-waspadai.
Noviyanti. (2015). Asam urat metabolisme purin. Kesehatan, 15–16.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/218/3/BAB II.pdf

Nursalam. (2017). Kriteria inklusi dan eksklusi. Metopen.


http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2412/55/Bab 4 %282%29.pdf

Riduwan. (2014). Pengertian Populasi. 12–13. http://repository.poltekkes-


denpasar.ac.id/9788/5/BAB IV Metode Penelitian.pdf

Sarah f. (2022). Gout. Kesehatan.


https://www.msdmanuals.com/professional/musculoskeletal-and-connective-
tissue-disorders/crystal-induced-arthritides/gout#v906562

Suparta dan Astika. (2010). diagnosis asam uraat. Kemenkes.


https://linksehat.com/artikel/asam-urat

Yeti Syarifah & Fristaria. (2019). Manfaat terapi bekam terhadap kesehatan.
Kemenkes. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/537/manfaat-terapi-
bekam-dalam-kesehatan#:~:text=Bekam sudah dikenal sejak zaman,%2C
tulang unta%2C gading gajah.

Feri Apriyanto, Yeti Hurhayati DS. Kadar Asam Urat Dengan Terapi Bekam di
Titik Zohrul Qodam Pada Penderita Hiperuresemia di Rumah Pengobatan Iklas
Karanganyar. 2019;6(1):1-46.

Evania Zuhriyah Aulfah Arozi1 TAW. Pengaruh Terapi Bekam terhadap Kadar
Kolesterol Total pada Pasien Hiperkolesterolemia di Klinik Pengobatan Islami
Refleksi dan Bekam Samarinda. 2018.

Putri AA. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sitiung 1. MENARA Ilmu. 2019;XIII(7).

Again K, Ave C, Ave SK. Comparison Biochemistries of Obtained Blood Products


between The Hijama and Phlebotomy Techniques of Traditional Islamic
Remedy; Healthy Young Adults at Fasting State Abstract. iMedpub Journals.
2016;2:1-6.

Laboratorium JT. Gambaran Kadar Asam Urat Darah Metode Basah ( Uricase-PAP
) Pada Sampel Serum dan Plasma. 2016;5(1).

Arjani I. Gambaran Kadar Asam Urat, Glukosa Darah Dan Tingkat Pengetahuan
Lansia Di Desa Samsam Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan.
Meditory: The Journal of Medical Laboratory. 2018;6(1):46-55
Frequencies

Frequency Table

Jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 8 53,3 53,3 53,3
Perempuan 7 46,7 46,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

Hasil analisis Persentase


Laki-laki 8 orang atau sebesar 53,3%
Perempuan 7 orang atau sebesar 46,7%

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid 23 2 13,3 13,3 13,3
25 3 20,0 20,0 33,3
26 1 6,7 6,7 40,0
31 2 13,3 13,3 53,3
54 2 13,3 13,3 66,7
55 1 6,7 6,7 73,3
56 2 13,3 13,3 86,7
60 1 6,7 6,7 93,3
63 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0
Frequencies

Frequency Table

Kadar Asam Urat (Sebelum)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 2 13,3 13,3 13,3
Tinggi 13 86,7 86,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

Kadar Asam Urat (Sesudah)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 7 46,7 46,7 46,7
Tinggi 8 53,3 53,3 100,0
Total 15 100,0 100,0
Explore

Kelompok

De scri ptives

Kelompok St atist ic St d. E rror


Kadar Asam Urat Sebelum Mean 7,9467 ,49047
95% Confidenc e Lower Bound 6,8947
Int erval for Mean Upper Bound
8,9986

5% Trimmed Mean 7,8852


Median 7,5000
Variance 3,608
St d. Deviat ion 1,89957
Minimum 5,00
Maximum 12,00
Range 7,00
Int erquartile Range 2,20
Sk ewness ,573 ,580
Kurtos is ,456 1,121
Sesudah Mean 7,0533 ,45438
95% Confidenc e Lower Bound 6,0788
Int erval for Mean Upper Bound
8,0279

5% Trimmed Mean 6,9815


Median 6,8000
Variance 3,097
St d. Deviat ion 1,75982
Minimum 4,30
Maximum 11,10
Range 6,80
Int erquartile Range 1,80
Sk ewness ,927 ,580
Kurtos is 1,252 1,121
Te sts of Norm ality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-W ilk
Kelompok St atist ic df Sig. St atist ic df Sig.
Kadar Asam Urat Sebelum ,126 15 ,200* ,955 15 ,603
Sesudah ,162 15 ,200* ,924 15 ,218
*. This is a lower bound of the true signific anc e.
a. Lilliefors Significance Correction

Hasil Uji Normalitas


Kadar asam urat sebelum → nilai Signifikansi / probabilitas (p) 0,603 > 0,05 maka
dinyatakan normal
Kadar asam urat sesudah → nilai Signifikansi / probabilitas (p) 0,218 > 0,05 maka
dinyatakan normal
Maka uji Statistik yang digunakan adalah Statistik parametrik menggunakan Paired
Sample t-Test

Kadar Asam Urat

Stem-and-Leaf Plots
Kadar Asam Urat Stem-and-Leaf Plot for
Kelompok= Sebelum

Frequency Stem & Leaf

,00 0 .
13,00 0 . 5567777788899
1,00 1 . 1
1,00 Extremes (>=12)

Stem width: 10,00


Each leaf: 1 case(s)

Kadar Asam Urat Stem-and-Leaf Plot for


Kelompok= Sesudah

Frequency Stem & Leaf

2,00 4 . 39
,00 5 .
6,00 6 . 000578
4,00 7 . 0158
1,00 8 . 0
,00 9 .
1,00 10 . 1
1,00 Extremes (>=11,1)
Stem width: 1,00
Each leaf: 1 case(s)
Normal Q-Q Plots

Normal Q-Q Plot of Kadar Asam Urat

for Kelompok= Sebelum


2

1
Expected Normal

-1

-2

6 8 10 12
Observed Value
Normal Q-Q Plot of Kadar Asam Urat

for Kelompok= Sesudah


2

1
Expected Normal

-1

-2

4 6 8 10 12
Observed Value
Detrended Normal Q-Q Plots

Detrended Normal Q-Q Plot of Kadar Asam Urat

for Kelompok= Sebelum


0.6

0.4
Dev from Normal

0.2

0.0

-0.2

-0.4

6 8 10 12
Observed Value
Detrended Normal Q-Q Plot of Kadar Asam Urat

for Kelompok= Sesudah

0.75

0.50
Dev from Normal

0.25

0.00

-0.25

4 6 8 10 12
Observed Value
9
12.00

24

10.00
Kadar Asam Urat

8.00

6.00

4.00

Sebelum Sesudah
Kelompok
T-Test

Pa ired Sa mpl es Stati stics

St d. Error
Mean N St d. Deviat ion Mean
Pair Kadar Asam
7,9467 15 1,89957 ,49047
1 Urat (Sebelum)
Kadar Asam
7,0533 15 1,75982 ,45438
Urat (Sesudah)

Rata-rata kadar asam urat sebelum terapi 7,9467


Rata-rata kadar asam urat sebelum terapi 7,9467
Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair Kadar Asam Urat
1 (Sebelum) & Kadar 15 ,925 ,000
As am Urat (Ses udah)

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Error
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Kadar Asam Urat
1 (Sebelum) - Kadar ,89333 ,72355 ,18682 ,49265 1,29402 4,782 14 ,000
As am Urat (Ses udah)

Hasil uji Paired Sample t-Test


Nilai signifikansi / Probabilitas (p) 0,000 < 0,05 maka dapat dinyatakan ada perbedaan
kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam

Rata-rata kadar asam urat sebelum terapi 7,9467 > Rata-rata kadar asam urat sebelum
terapi 7,9467
Kesimpulan: Cupping Therapy berpengaruh dalam menurunkan kadar asam urat pada
penderita gout di Klinik Mari Sembuh Yogyakarta
Crosstabs

Kadar Asam Urat (Sebelum) * Kadar Asam Urat (Sesudah) Crosstabulation

Kadar Asam Urat


(Sesudah)
Normal Tinggi Total
Kadar Asam Urat Normal Count 2 0 2
(Sebelum) % within Kadar Asam
100,0% ,0% 100,0%
Urat (Sebelum)
% within Kadar Asam
28,6% ,0% 13,3%
Urat (Sesudah)
% of Total 13,3% ,0% 13,3%
Tinggi Count 5 8 13
% within Kadar Asam
38,5% 61,5% 100,0%
Urat (Sebelum)
% within Kadar Asam
71,4% 100,0% 86,7%
Urat (Sesudah)
% of Total 33,3% 53,3% 86,7%
Total Count 7 8 15
% within Kadar Asam
46,7% 53,3% 100,0%
Urat (Sebelum)
% within Kadar Asam
100,0% 100,0% 100,0%
Urat (Sesudah)
% of Total 46,7% 53,3% 100,0%

Crosstabulation:
Sebelum terapi bekam terdapat 2 orang dengan kadar asam urat Normal
dan 13 orang dengan kadar asam urat Tinggi
Setelah terapi bekam terdapat 7 orang dengan kadar asam urat Normal
dan 8 orang dengan kadar asam urat Tinggi
Crosstabs

Jenis kelamin * Kadar Asam Urat (Sebelum) Crosstabulation

Kadar Asam Urat


(Sebelum)
Normal Tinggi Total
Jenis kelamin Laki-laki Count 0 8 8
% within Jenis kelamin ,0% 100,0% 100,0%
% within Kadar Asam
,0% 61,5% 53,3%
Urat (Sebelum)
% of Total ,0% 53,3% 53,3%
Perempuan Count 2 5 7
% within Jenis kelamin 28,6% 71,4% 100,0%
% within Kadar Asam
100,0% 38,5% 46,7%
Urat (Sebelum)
% of Total 13,3% 33,3% 46,7%
Total Count 2 13 15
% within Jenis kelamin 13,3% 86,7% 100,0%
% within Kadar Asam
100,0% 100,0% 100,0%
Urat (Sebelum)
% of Total 13,3% 86,7% 100,0%
Crosstabs

Jenis kelamin * Kadar Asam Urat (Sesudah) Crosstabulation

Kadar Asam Urat


(Sesudah)
Normal Tinggi Total
Jenis kelamin Laki-laki Count 4 4 8
% within Jenis kelamin 50,0% 50,0% 100,0%
% within Kadar Asam
57,1% 50,0% 53,3%
Urat (Sesudah)
% of Total 26,7% 26,7% 53,3%
Perempuan Count 3 4 7
% within Jenis kelamin 42,9% 57,1% 100,0%
% within Kadar Asam
42,9% 50,0% 46,7%
Urat (Sesudah)
% of Total 20,0% 26,7% 46,7%
Total Count 7 8 15
% within Jenis kelamin 46,7% 53,3% 100,0%
% within Kadar Asam
100,0% 100,0% 100,0%
Urat (Sesudah)
% of Total 46,7% 53,3% 100,0%

Anda mungkin juga menyukai