PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian penyakit ISPA
Untuk mengetahui penyebab penyakit ISPA
Untuk mengetahui klasifikasi penyakit ISPA
Untuk mengetahui komplikasi penyakit ISPA
Untuk mengetahui patofisiologis penyakit ISPA
Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit ISPA
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ
mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik,
namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini
tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat
dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia. (FKUI, 1998).
Etiologi
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah
virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus
diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus
mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan
bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang
cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian
atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan
keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada
anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan
cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
(www.google.com)
Klasifikasi ISPA
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. sebagai berikut:
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau
meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia
2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa,
bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat (DEPKES, 1998)
Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan
penyebaran infeksi.
Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak
kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih besar,
nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah
sinus frontalis dan maksilaris. Proses sinusitis sering menjadi kronik
dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak
besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang
timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral
ataupun bilateral. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan
memberikan antibiotic. Penutupan tuba eusthachii Tuba eusthachii yang
buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung
kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).
Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang
tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau
memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan
menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-
kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau
diare.
Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia. Selain itu dapat pula
terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta (Adelle,
2002)
Patofisiologis
Penyakit ini adalah virus. Masa menular beberapa jam sebelum gejala
timbul sampai 1-2 hari sesudah gejala hilang. Komplikasi timbul akibat
invasi sekunder bakteri pathogen seperti pneumokokus, streptokokus,
haemophilus influenzae atau stafilokokus. Masa tunasnya adalah 1-2
hari, dengan faktor predisposisi kelelahan, gizi buruk, anemia dan
kedinginan. Pada umumnya penyakit terjadi pada waktu pergantian
musim. Komplikasi lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil dari
pada anak yang lebih besar. (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit : 1995)
Penatalaksanaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan
mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak
menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini
diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas
dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal,
mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk
melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit.
Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia
dapat di diagnosa dan diklasifikasi. Pengobatan berdasarkan klasifikasi
ISPA
A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Anak
Nama : An. R
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Bawahan Selan
II. ASSESMENT
An. R umur 2 tahun dengan ISPA
III. PLANNING
1. Mencuci tangan pakai sabun di bawah air mengalir dengan teknik 7
langkah.
Mencuci tangan sudah dilakukan.
2. Menjalin hubungan baik dan komunikasi dengan pasien dan keluarga
dengan bersikap ramah dan sopan.
Hubungan baik sudah terjalin.
3. Melakukan pemeriksaan umum pada anak, seperti anamnesa,
pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan telah dilakukan.
4. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada keluarga pasien, suhu 37,5ᵒC,
nadi 108x/menit, respirasi 36x/menit.
Hasil pemeriksaan sudah diberitahukan kepada keluarga pasien, yaitu
pada saat ini anak mengalami infeksi saluran pernapasan.
5. Memberikan KIE tentang:
a. Nutrisi
- Makanan yang bergizi tinggi
- Menghindarkan anak dari makanan yang tidak terjamin kesehatannya
juga minuman es
- Beri air putih yang banyak untuk mengencerkan dahak
b. Menganjurkan anak untuk di kompres dengan air bersih, tidak perlu air
es dan air hangat
c. Menganjurkan untuk memposisikan tidur anak dengan kepala agak
ditinggikan agar anak tidak sesak.
KIE sudah diberikan pada keluarga pasien.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat :
- Amoxicillin 500 mg tablet puyer/bungkus/3x/8 jam
- Gliceryl Guaiacolate 100 mg tablet puyer/bungkus/3x/8jam
- Chlorperinamin Maleat 4mg tablet puyer/bungkus/3x/8jam
- Paracetamol syrup 120mg/5ml 3x ¼ sendok takar/8jam
Diminum setelah makan agar tidak mengiritasi lambung
Obat telah diberikan sesuai aturan.
7. Menganjurkan Ibu untuk membawa anaknya kembali control ulang ke
rumah sakit jika obat sudah habis atau anak belum sembuh dan jika ada
keluhan.
Ibu bersedia untuk membawa anaknya kembali.
8. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan ke dalam asuhan kebidanan
dalam bentuk SOAP.
Hasil pemeriksaan telah di dokumentasikan.