MINI RISET
Oleh
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK DAN
TERAPI DZIKIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PADA PASIEN DI RUANGAN CVCU
RSUD PROF. H. ALOEI SABOE
KOTA GORONTALO
MINI RISET
Oleh
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini yang
adalah benar-banar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain,
baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
MINI RISET
OLEH
Mengetahui,
Oleh
Penguji :
Lusiani Ahmad. 2017. Perbandingan efektivitas terapi music klasik dan terapi
dzikir terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU RSUD Prof. Aloei Saboe
Kota Gorontalo. Mini Riset. Profesi Ners. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I
DR. Rosmin Ilham S.Kep, Ns, MM dan Pembimbing II Idris Pakaya,S.Kep, Ns.
Penyakit Jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan
menjadi salah satu penyebab terjadinya kecemasan. Salah satu intervensi yang
telah terbukti efektif untuk mengurangi kecemasan adalah teknik relaksasi berupa
terapi music klasik dan terapi dzikir. Tujuan penelitian untuk mengetahui
Perbandingan efektivitas terapi music klasik dan terapi dzikir terhadap tingkat
kecemasan pada pasien CVCU.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Two-Group Pretest-
Posttest Design. Pengambilan sampel dengan cara Sampling Insidental, jumlah
sampel sebanyak 5 orang pada tiap terapi. Hasil penelitian dianalisa dengan
menggunakan uji T berpasangan didapatkan pada terapi music nilai p-value =
0,006 (α <0,05) yang berarti ada pengaruh terapi music klasik terhadap tingkat
kecemasan pada pasien, dan pada terapi zikir nilai p-value = 0,001 (α <0,05) yang
berarti ada pengaruh terapi zikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien. Hasil uji
banding menggunakan independent t-test didapatkan ρ value 0,000 (<0,05) artinya
ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pada pasien. Kesimpulannya
terapi zikir lebih efektif dibandingkan terapi music klasik. Saran, terapi music
klasik dan terapi dzikir dapat diterapkan sebagai salah satu terapi yang dapat
menurunkan tingkat kecemasan.
Puji syukur ku panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Mu hingga
hamba dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu
langkah awal bagiku untuk meraih cita-citaku dimasa depan.
Kupersembahkan karya tulis ini kepada kedua orang tuaku “Yasir M Ahmad” dan
“Nurlaila Badu”, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, bantuan baik moril
dan materil serta dukungan yang diberikan selama ini.
riset ini. Dalam penyusunan mini riset ini, penulis banyak menemukan tantangan
dan hambatan tetapi karena besarnya semangat serta kemauan penulis yang tingi,
mini riset ini, oleh sebab itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas
segala kritikan dan saran yang membangun guna penyempurnaan mini riset ini.
ini, penulis menyadari bahwa tidak lepas dari bantuan orang lain. Sehubungan
dengan hal tersebut, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang turut membantu dan memberikan kontribusi pemikiran baik
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Syamsu Qamar Badu, M.Pd., selaku Rektor Universitas
Negeri Gorontalo.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.Pd., selaku Wakil Rektor I
3. Bapak Eduart Wolok, ST., MT., selaku Wakil Rektor II Universitas Negeri
Gorontalo.
4. Bapak Dr. Fence M. Wantu, SH., MH., selaku Wakil Rektor III Universitas
Negeri Gorontalo.
5. Bapak Prof. Dr. Hi. Hasanudin Fatsah, M.Hum., M.Si., selaku Wakil Rektor
6. Ibu Dr. Hj. Linjte Boekoesoe, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Olahraga dan
7. Ibu Risna Podungge, S.Pd, M.Pd., selaku Wakil Dekan I Fakultas Olahraga
8. Ibu dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes., selaku Wakil Dekan II Fakultas Olahraga
9. Bapak Ruslan, S.Pd, M.Pd., selaku Wakil Dekan III Fakultas Olahraga dan
10. Ibu dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes., selaku Ketua Program Studi Ilmu
11. Ibu dr. Vivien Novariana A. Kasim, M.Kes., selaku Sekretaris Program Studi
12. Ibu DR. Rosmin Ilham, S.Kep. Ns, MM., selaku Pembimbing akademik,
terima kasih atas segala bimbingan, arahan dan petunjuknya sehingga peneliti
13. Bapak Idris Pakaya S.Kep, Ns., selaku Pembimbing Klinik, terima kasih atas
15. Seluruh Bapak dan Ibu Staf Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Negeri Gorontalo, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.
16. Pihak-pihak terkait seperti Staff Perawat Ruangan CVCU RSUD Prof. H.
Aloe Saboe Kota Gorontalo terima kasih atas segala fasilitas, bantuan dan
17. Seluruh Bapak dan Ibu yang telah bersedia menjadi responden dalam
18. Kepada Lisa Ahmad, Safrin Ahmad, beserta keluarga besar, terima kasih atas
doa restu, bantuannya baik moril dan materil, serta dorongan dan motivasinya
19. Teman seperjuangan peminatan CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota
NERS V.
21. Keluarga besar GMK Aam, Epan Dj, Epan Gode, ibnu, Amad, Kiki, Tamam,
Upik, Vita, Pinyu, Ica, Zia, Nola, Mutia. Terima kasih atas segala kesetia-
diharapkan saran serta kritikan yang membangun demi kesempurnaan mini riset
ini. Terima kasih atas segala bantuan, bimbingan dari semua pihak. Semoga Allah
Lusiani Ahmad
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Lebih dari 80% kematian
menengah. Tahun 2008, sebanyak 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit
penyakit tidak menular. Proposi penyakit menular menurun dari 44% menjadi
mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60% (Depkes, 2009 dalam Sukarni,
2014).
menunjukan bahwa pada tahun 2008 terdapat 17 juta atau sekitar 48% dari
Amerika risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20% untuk usia ≥40
tahun dengan kejadian >650.000 kasus baru yang diagnosis gagal jantung
bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam
responden umur ≥15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah di
diagnosis dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung
tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%) untuk yang terdiagnosis, menurun
sedikit pada umur ≥75 tahun (0,4%) tetapi untuk gejala tertinggi pada umur
maupun psikis dan sakit menjadi salah satu penyebab terjadinya kecemasan
pada individu maupun keluarga terlebih dengan kondisi sakit terminal dan
dirawat di ruang CVCU (Intensive Cardiac Care Unit) (Ismail, 2015). CVCU
terkonsentrasi dan lengkap. Unit ini memiliki tenaga perawat yang terlatih
khusus dan berisi peralatan yang memantau dan dukungan khusus untuk
ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan
yang terbatas maupun hal-hal yang aneh (Said, 2005). Cemas banyak terjadi
populasi dengan penyakit jantung cukup tinggi yakni 28% sampai 44%
(Budiman, 2015).
diruangan CVCU RSUD Prof.Dr.H. Aloe Saboe Kota Gorontalo didapatkan rata-
rata klien yang dirawat mempunyai riwayat penyakit jantung, merasa gelisah dan
mengaku kesulitan untuk tidur. Hal ini terjadi dikarenakan mereka yang
yang adekuat sehingga mereka cenderung sesak nafas dan gelisah sehingga
menyebabkan kecemasan yang ringan sampai berat (Smeltzer & Bare, 2001).
yang diikuti dengan penyebutan allah kemudian pasien akan meminta salah
satu keluarga mereka untuk menemani didalam ruangan CVCU. Salah satu
intervensi yang telah terbukti efektif untuk mengurangi kecemasan dan telah
sering digunakan adalah teknik relaksasi berupa terapi zikir dan terapi music
zikrullah yang dilakukan dengan sikap rendah hati dan suara yang lemah
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mardiyono dkk (2007) (dalam Sari &
Febriany, 2012) menyatakan efek dzikir terhadap kecemasan pasien yang akan
cemas.
merehabilitasi, mendidik dan melatih anak - anak dan orang dewasa yang
pasien yang belum pernah menjalani ekstraksi gigi dari hasil pengukuran fisik
tekanan darah, nadi, dan respirasi dengan hasil rata-rata sebesar 36,84%,
sedangkan pasien yang sudah pernah menjalani prosedur ekstraksi gigi sebesar
11,11%.
Berdasarkan pernyataan diatas terapi Dzikir dan terapi music klasik sama
sama dapat menurunkan kecemasan, untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti
perbandingan tingkat kecemasan antara yang diberikan terapi dzikir atau terapi
music klasik di ruang CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo.
berikut :
gangguan cemas pada populasi dengan penyakit jantung cukup tinggi yakni
gelisah dan mengaku kesulitan untuk tidur. Hal ini terjadi dikarenakan
sampai berat
terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU RSUD Prof. Aloe Saboe Kota
Gorontalo.
Manfaat yang bisa diperoleh bagi rumah sakit adalah data dan hasil
untuk mengatasi kecemasan melalui terapi zikir dan terapi music klasik.
pengetahuan dan wawasan tentang terapi zikir dan terapi music klasik
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Kecemasan
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal
pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami
perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir
kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.
Contoh: individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang
4. Panik yaitu individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang.
kepribadian pecah/despersonalisasi.
2.1.3 Gejala – gejala kecemasan
bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat
2004).
a) Faktor predisposisi
1) Teori psikoanalitik
2) Teori interpersonal
3) Teori behavior
diinginkan.
dalam keluarga.
5) Teori perspektif biologi
b) Faktor Presipitasi
identitas harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi dari seseorang.
Secara etimologi, dzikir berasal dari bahasa Arab, yaitu dzakara, yadzkuru,
dzikr (راTTTTTذكر ذكTTTTTر يTTTTT )ذكyang berarti menyebut, mengingat. Dzikir secara
terminologi antara lain, menurut prof. Dr. H. Abue Bakar Atjeh, dzikir ialah
ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Tuhan dengan hati,
2017).
antara lain: Dzikir sebagai terapi jiwa Islam, Sebagai agama rahmatan lil
batin seseorang. Shalat misalnya yang didalamnya terdapat penuh doa dan
sebagai salah satu terapi yang mampu menumbuhkan rasa aman, tentram dan
surat ar-Ra’du : 28, telah disebutkan bahwa Allah akan memberikan rasa
melingkungi akan mereka para malikat dan meliputi atas mereka rahmat, dan
turun atas mereka sakinah (rasa tentram dan tenang yang mendalam), dan
Allah mengingat mereka disisi-Nya” Secara psikologis efek dari zikir yang
kehadiran Allah yang senantiasa hadir dalam diri manusia dalam kondisi
dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia (Suhartini, 2008).
Menurut Aditia (2012), jenis musik yang digunakan untuk terapi antara
lain musik instrumental dan musik klasik. Musik klasik adalah sebuah musik
yang dibuat dan ditampilkan oleh orang yang terlatih secara professional
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih,
melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat cemas (Musbikin, 2009). Hal
Relaksasi terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur pada Pasien Intensive Care
adalah 56 responden pasien ICU terdiri dari 28 diberikan relaksasi dzikir dan
menilai ceklist tingkat kecemasan dan kualitas tidur sebelum dan sesudah
kecemasan 0,001 dan kualitas tidur 0,001, sedangkan pada kelompok kontrol
p-value tingkat kecemasan 0,001 dan kualitas tidur 1,00. Pada uji independen
tingkat kecemasan p-value 0,001 dan kualitas tidur 0,001. Relaksasi dzikir
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada pasien ICU .
Pada kelompok kontrol hasil satitistik ada perbedaan yang cukup signifikan
penelitian yang akan saya lakukan yaitu pada penelitian sudiarto menguji satu
yang di teliti ada dua yaitu tingkat kecemasan dan kualitas tidur, sedangkan
penelitian saya mempunyai 2 variabel independen yaitu terapi zikir dan music
terapi musik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang rawat
beda rumah saki elisabeth medan. Desain penelitian ini menggunakan quasi
design. Populasi pada penelitian ini adalah pasien pre operasi di ruang rawat
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sign rank test, diperoleh p = 0,000 dimana p <
0,05, yang artinya ada pengaruh yang bermakna antara terapi musik terhadap
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang rawat bedah Rumah Sakit
saya lakukan adalah pada sampel yang di uji. Penelitian ini menggunakan
sampel pasien pre operatif di ruang rawat bedah sedangkan penelitian yang
dilakukan yaitu 1 variabel independen yaitu terapi music dan terapi zikir
Penyakit Kardiovaskuler
(Budiman, 2015),
Gambar 2.1. Kerangka Teori (Ismail, 2015), (Jevon &
Ewens, 2009), (Sari A. ,
2015)
Tingkat Kecemasan
Keterangan :
= Variabel independen
= Variabel dependen
= Pengaruh
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi Eksperiment yang bertujuan untuk melihat
ada pengaruh terapi zikir dan terapi music klasik terhadap tingkat kecemasan
2011).
K1 01 X 02
K2 01 X 02
Keterangan :
01 : Sebelum Terapi
02 : Setelah Terapi
X : Pemberian Terapi
1. Variabel Independent (bebas) yaitu Terapi zikir dan terapi music klasik
3.5.1. Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruangan CVCU RSUD Prof.Dr. Aloe
3.5.2. Sampel
digunakan sebagai sampel dan cocok digunakan sebagai sumber data (Sujarweni,
2014). Jumlah sampel yang akan digunakan adalah sebanyak 10 orang untuk
1. Kriteria Inklusi
informed consent.
2. Kriteria Eksklusi
ditetapkan oleh peneliti dan dipergunakan untuk menggali data, sehingga proses
kegiatan pengumpulan data dapat berlangsung sistematis (Susilo & Hary, 2013).
Dalam penelitian ini, data primer dapat diperoleh dari hasil pengukuran
yang dilakukan sebelum dan sesudah terapi dzikir dan music klasik dalam
Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari Kepala RSUD Prof. Dr.
2. Coding
Coding merupakan mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari
3. Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah melewati
pengkodean maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang
sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-
4. Cleaning
1. Analisa Univariat
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan tindakan terapi Dzikir dan
2. Analisa Bivariat
independen yaitu terapi zikir dan terapi music klasik dan variabel dependen
yang dimana syarat dari uji t berpasangan adalah data berdistribusi normal.
Jika didapatkan data tidak berdistribusi normal maka uji yang di pakai adalah
hal-hal berikut :
Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghargai hak responden.
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
3. Confidentially (Kerahasiaan)
Studi Pendahuluan
Permohonan Penelitian
Hasil Penelitian
Mini riset ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo pada tanggal 16 Juni – 2 Juli 2017 diruangan
CVCU. RSUD Prof. H. Aloe Saboe merupakan salah satu rumah sakit
wongkaditi timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo dengan luas lahan
5,4 Ha. RSUD Prof. H. AloeSaboe memiliki berbagai ruangan intensif salah
CVCU merupakan salah satu ruang intensif di RSUD Aloe Saboe Kota
ruangan VIP yang masing – masing dilengkapi oleh monitor untuk observasi.
Jumlah perawat yang bertugas di ruangan CVCU sebanyak 18. Dengan latar
dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat
pendidikan pasien.
yang terbanyak adalah umur 46-55 tahun berjumlah 6 responden (60 %), umur 46-
55 tahun yaitu berjumlah 3 responden (30 %), sedangkan umur 26-35 tahun
berdasarkan jenis kelamin di Di Ruangan CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota
Gorontalo yang terbanyak adalah SMP yang berjumlah 4 responden (40 %), SMA
yaitu berjumlah 3 responden (30 %), SD yaitu berjumlah 2 responden (20 %),
Tabel 4.4 Tingkat Kecemasan pasien yang diberikan terapi Dzikir di Ruangan
CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo
Tingkat Kecemasan
Responden
Nilai Sebelum Jenis Nilai Sesudah Jenis
R1 29 Berat 15 Ringan
R2 23 Sedang 14 Ringan
R3 36 Berat 18 Ringan
R4 30 Berat 14 Ringan
R5 36 Berat 16 Ringan
Rata-rata 30,8 15,4
Sumber Data Primer 2017
berdasarkan tingkat kecemasan pasien yang diberikan terapi dzikir pada responden
responden 3 dan 5 Rata-rata tingkat kecemasan sebelum terapi dzikir adalah 30,8
5 dan tingkat kecemasan tertinggi yaitu 18 (ringan) pada responden 3 dan 5. Rata-
berdasarkan tingkat kecemasan pasien yang diberikan terapi music klasik pada
pada responden 2 dan 5. Rata-rata tingkat kecemasan sebelum terapi music klasik
dan 5. Rata-rata tingkat kecemasan sebelum terapi music klasik adalah 23,4
pada pasien di ruangan CVCU sebelum dan sesudah terapi dzikir pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.6 Perbedaan Mean tingkat kecemasan Sebelum Dan Sesudah Terapi
Dzikir
Sebelum Sesudah
Variabel
X±SD X±SD ρ value
Tingkat 30.80±5.450 15.40±1.673 0,001
Kecemasan
Sumber Data Primer 2017
sebelum diberi terapi dzikir adalah 30.80. Sedangkan setelah diberikan terapi
dzikir menjadi 15.40. Hasil uji Paired t-test didapatkan ρ value 0,000 (<0,05)
artinya ada pengaruh terapi Dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien
pada pasien di ruangan CVCU sebelum dan sesudah terapi Musik klasik pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.7 Perbedaan Mean tingkat kecemasan Sebelum Dan Sesudah Terapi
Musik Klasik
Sebelum Sesudah
Variabel
X±SD X±SD ρ value
Tingkat 29.00±3.606 23.40±2.608 0,006
Kecemasan
Sumber Data Primer 2017
sebelum diberi terapi music klasik adalah 29.00 . Sedangkan setelah diberikan
terapi music klasik menjadi 23.40. Hasil uji Paired t-test didapatkan ρ value 0,006
(<0,05) artinya ada pengaruh terapi music klasik terhadap tingkat kecemasan pada
Efektifitas Terapi Dzikir dan Terapi Musik klasik terhadap tingkat kecemasan
Tabel 4.8 Perbandingan Efektifitas Terapi Dzikir dan Terapi Musik klasik
terhadap tingkat kecemasan pada pasien di ruangan CVCU
Terapi Musik
Terapi Dzikir
Variabel Klasik
ρ value
X±SD X±SD
0,000
Tingkat 15.40±1.673 23.40±2.607
Kecemasan
Sumber Data Primer 2017
setelah diberi terapi music klasik adalah 23.40. Sedangkan setelah diberikan terapi
didapatkan ρ value 0,000 (<0,05) artinya ada perbedaan yang signifikan tingkat
kecemasan pada pasien ruangan CVCU yang diberikan terapi music klasik dan
terapi Dzikir.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Tingkat kecemasan pada pasien yang dilakukan terapi music klasik di
menjelaskan tentang terapi music klasik serta menjelaskan tentang tujuan dan
manfaat dari terapi music klasik, kemudian jika responden bersedia responden
diberikan terapi music klasik selama 25 menit. Setelah diberikan terapi kemudian
dari 5 responden didapatkan nilai mean tingkat kecemasan sebelum diberi terapi
music klasik adalah 29.00. Sedangkan setelah diberikan terapi music klasik
menjadi 23.40. Hasil uji menggunakan uji Paired t-test didapatkan ρ value 0,006
(<0,05) artinya ada pengaruh terapi music klasik terhadap tingkat kecemasan pada
emosional. Hal ini terlihat dari adanya perubahan yang signifikan dari kecemasan
sedang menjadi kecemasan ringan, menurut peneliti hal ini mungkin saja
yaitu usia dan tingkat pendidikan, pada mini riset terdapat 80% responden dengan
usia dewasa tua sampai lansia dan tingkat pendidikan terdapat 40% dari responden
hanya sampai tingkat pendidikan SD. Menurut Kaplan dan shadock (1997) dalam
(Lutfa, 2015) yang menyatakan gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada
usia dewasa dan Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam
mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat
Kemudian pada responden yang diberikan terapi music klasik tingkat kecemasan
responden ke 4 hanya berubah pada nilainya tidak pada jenis kecemasannya, hal
ini dipengaruhi oleh selera responden terhadap music klasik, menurut Teori
kompleksitas musik, familiaritas dan baru tidaknya lagu tersebut. Bunyi musik
yang dianggap familiar adalah bila musik tersebut dialami sebagai memberikan
kecemasan, nyeri, strees, dan menimbulkan mood yang positif. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Savitry, 2016) yang menyatakan bahwa
terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien preoperasi. Hasil uji
intervensi ada penurunan tingkat kecemasan yang bermakna secara statistic pada
Terapi musik merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengurangi
dengan kondisi dan situasi fisik/tubuh, emosi, mental, spiritual, kognitif dan
dianut oleh pasien itu sendiri. Seseorang dalam keadaan cemas maka sistem saraf
simpatik akan meningkatkan kerja detak jantung, tekanan darah, dan pernafasan.
Sebaliknya ketika seseorang dalam keadaan santai, berbaring, nafas menjadi pelan
teratur maka sistem parasimpatik yang berkerja lebih aktif. Dalam terapi ini musik
adalah fasilitator untuk membuat keadaan seseorang menjadi rileks dan nyaman
sehingga kerja system saraf parasimpatik akan berkerja lebih dominan. Hal ini
didukung oleh penelitian (Suhartini, 2016) yang menyatakan bahwa terapi musik
4.6.2 Tingkat kecemasan pada pasien yang dilakukan terapi dzikir di Ruang
pasien. Setelah itu klien akan diwawancara tentang perasaannya yang kemudian
akan di ukur pada lembar kuisioner tingkat kecemasan, kemudian diberikan terapi
dzikir selama 25 menit. Setelah diberikan terapi kemudian pasien diukur kembali
didapatkan nilai mean tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi dzikir 30.80.
Sedangkan setelah diberikan terapi dzikir menjadi 15.40. Hasil uji menggunakan
uji Paired t-test didapatkan ρ value 0,000 (<0,05) yang mempunyai arti ada
pengaruh terapi Dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien diruangan CVCU
memberikan ketenangan pada pasien, karena pada terapi ini pasien diajak untuk
pikiran yang dapat membuat diri pasien tidak cemas. proses intervensi terhadap
sebagai suatu hal yang berbeda dengan aturan agama yang diyakininya.
Bagi umat muslim keimanan yang penting adalah percaya pada Allah dan Al-
keadaan relaks, dengan kata lain kombinasi respon relaksasi dengan melibatkan
keyakinan akan melipat gandakan manfaat yang didapat dari respon relaksasi
yaitu penurunan kecemasan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Perwitaningrum & Suryo, 2016) menyatakan bahwa terapi relaksasi zikir dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien dispepsia. Hasil uji beda Mann
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada saat pascates. Hal ini
lafadz Alloh secara terus menerus dengan pelan dan ritmis akan dapat
akan menimbulkan rasa tenang dan aman. Secara biopsikologi, zikir akan
saraf parasimpatik yang memiliki fungsi kerja berlawanan dengan saraf simpatik,
terjadi penurunan tanda-tanda vital seperti detak jantung, irama nafas dan tekanan
stress. Seiring dengan penurunan tingkat hormon penyebab stress, maka seluruh
badan mulai berfungsi pada tingkat lebih sehat dengan lebih banyak energy untuk
4.6.3 Analisa perbandingan efektivitas terapi zikir dan terapi music klasik
didapatkan bahwa nilai mean tingkat kecemasan setelah diberi terapi music klasik
adalah 23.40. Sedangkan setelah diberikan terapi Dzikir menjadi 15.40. Hasil uji
perbandingan yang signifikan antara terapi music klasik dan terapi zikir.
Terbukti ketika malam hari pasien kembali merasakan kecemasan, hal ini dapat
diketahui ketika peneliti mengkaji post test pada sebagian item yang harus dikaji
di pagi hari maka pasien mengeluh tidur tidak pulas, sering kencing dan lain
sebagainya. Adapun pada terapi dzikir maka kecemasan baik yang berupa gejala
yang indah akan masuk telinga dalam bentuk suara (audio), menggetarkan
sel-sel rambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju
otak dan menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan dan otak kiri. Yang akan
perasaan ini diakibatkan karena musik klasik dapat menjangkau wilayah kiri
dan fungsi endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional, jaras
serat otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu saraf
simpatis dan para simpatis. Kedua saraf ini dapat mempengaruhi kontraksi dan
Namun dari data yang didapat ternyata lebih efektif menggunakan dzikirl
dibandingkan terapi musik klasik, karena Terapi Dzikir memiliki aspek yang
membentuk koping baru untuk mengatasi kecemasan. Sehingga secara garis besar
dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi dzikir mempunyai dua poin penting,
memiliki irama yang indah dan juga secara psikologis dapat memotivasi dan
dihadapi. Sedangkan dalam terapi musik, hanya memiliki satu poin saja, yaitu
syaraf simpatis dan mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatis (sholeh, 2005
dalam Sudiarto & Suwondo, 2015). Sistem saraf parasimpatik yang memiliki
penurunan tingkat hormon penyebab stress, maka seluruh badan mulai berfungsi
pada tingkat lebih sehat dengan lebih banyak energy untuk penyembuhan
(Sugiarto, 2015). Selain itu terapi dzikir membantu individu membentuk persepsi
yang lain selain ketakutan, yaitu keyakinan bahwa semua konflik akan dapat
dihadapi dengan baik dengan bantuan Alloh SWT. Saat seorang membiasakan
berzikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan Alloh SWT, berada dalam
yang menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 orang. Waktu yang
5.1 Simpulan
value 0,006 (<0,05) artinya ada pengaruh terapi music klasik terhadap
Saboe Kota Gorontalo. Menurut New zealand society for music therapy
menimbulkan mood yang positif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Savitry, 2016) yang menyatakan bahwa terapi musik dapat
0,000 (<0,05) yang mempunyai arti ada pengaruh terapi Dzikir terhadap
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Perwitaningrum &
Suryo, 2016) menyatakan bahwa terapi relaksasi zikir dapat menurunkan
didapatkan bahwa nilai mean tingkat kecemasan setelah diberi terapi music
value 0,000 (<0,05). Dari data tersebut dapat terlihat adanya perbandingan
5.2 Saran
1. Bagi responden
klasik dan terapi dzikir sebagai bentuk penanganan non farmakologi dari
kecemasan
3. Bagi Peneliti
aplikasi terapi music klasik dan terapi dzikir pada pasien cvcu untuk
menurunkan kecemasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arini. (2015). Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung Yang di
Rawat Inap di RSUD. DR.Soetomo.Surabaya. Retrieved juni 10, 2017,
from http://repository.wima.ac.id
Azzahra, M. (2016). Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Dengan Terapi Musik
Kesukaan Terhadap Tingkat Depresi Mahasiswa Tugas Akhir Fisioterapi
S1 di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas muhammadiyah surakarta.
Naskah Publikasi, 1-14.
Elfida, D. (2012). Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecemasan Pada Ibu
Hamil. Jurnal Psikologi , Volume 8 Nomor 2, 80-89.
Jevon, P., & Ewens, B. (2009). Pemantauan Pasien Kritis seri ketrampilan klinis
esensial untuk perawat edisi kedua. Jakarta: Erlangga.
Laili, F. (2014). Zikir sebagai psikoterapi dalam gangguan kecemasan lansia. Vol.
5, No. 1, 133-150.
Novita, D. (2012). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open
Reduction And Internal Fixation (ORIF) Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Retrieved juni 8, 2017, from
http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20328120&lokasi=lokal
Sari, J. N., & Febriany, N. (2012). Pengaruh Dzikir terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operatif Kanker Serviks. Retrieved juni 6, 2017,
from https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/view/327
Savitry, W. (2016). Terapi Musik dan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre
Operatif. Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, 1-6.
(INFORM CONSENT)
Dengan hormat,
Gorontalo, 2017
Peneliti Responden
Lusiani Ahmad ( )
Lampiran 2 : Lembar Karakteristik Responden
Kode Responden :
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
4. Pendidikan :
Prosedur :
NO PROSEDUR
Pre interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8 Menanyakan keluhan utama klien
9 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
11 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
12 Identifikasi pilihan musik klien.
13 Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik.
14 Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
15 Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
16 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama
mendengarkan musik.
17 Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan klien.
18 Pastikan tape musik/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik.
19 Dukung dengan headphone jika diperlukan.
20 Nyalakan music dan lakukan terapi music.
21 Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
22 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama.
23 Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat musik atau bernyanyi
jikan diinginkan dan memungkinkan saat itu.
24 Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
25 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
26 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
27 Identifikasi pilihan musik klien.
Terminasi
28 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
29 Simpulkan hasil kegiatan
30 Berikan umpan balik positif
31 Kontrak pertemuan selanjutnya
32 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
33 Bereskan alat-alat
34 Cuci tangan
Dokumentasi
35 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
- Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
- Lama tindakan
- Jenis terapi music yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
- Respon pasien.
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan
Lampiran 4
serangan musuh-musuhnya.
B. Langkah-langkah
Langkah-langkah respon rileksasi menurut Dr.dr
3. Tutup mata
4. Kendurkan otot-otot
C. Kriteria Evaluasi
dilakukan.
Nomor Responden :
Nama Responden :
Tanggal Pemeriksaan :
NO Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Jumlah Skor
Skor :
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
Karakteristik Responden
Statistics
N Valid 10 10 10
Missing 0 0 0
Sum 13 41 23
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
PrePost
10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
Zikir
Descriptives
Median 20.50
Variance 80.322
Minimum 14
Maximum 36
Range 22
Interquartile Range 17
Cases
Descriptives
Median 26.00
Variance 17.511
Minimum 20
Maximum 34
Range 14
Interquartile Range 7
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
• Terapi Musik
N Correlation Sig.
Paired Differences
Pair 1 Pre
Musik -
5.600 2.302 1.030 2.741 8.459 5.439 4 .006
Post
Musik
• Terapi Dzikir
N Correlation Sig.
Paired Differences
Group Statistics
PostPost Equal
varianc
es 1.493 .257 5.774 8 .000 8.00000 1.38564 4.80471 11.19529
assume
d
Equal
varianc
es not 5.774 6.817 .001 8.00000 1.38564 4.70552 11.29448
assume
d
Lampiran 11
Master Tabel
Terapi Zikir
Nilai Sebelum Jenis Nilai Sesudah Jenis
Responden Jenis Kelamin Usia Pendidikan
Terapi Kecemasan Terapi Kecemasan
R1 L 55 SMA 29 Berat 15 Ringan
R2 L 59 SMP 23 Sedang 14 Ringan
R3 L 52 SMP 36 Berat 18 Ringan
R4 P 48 SMA 30 Berat 14 Ringan
R5 P 63 SMA 36 Berat 16 Ringan
Terapi Musik
Nilai Sebelum Jenis Nilai Sesudah Jenis
Responden Jenis Kelamin Usia Pendidikan
Terapi Kecemasan Terapi Kecemasan
R1 L 28 SMP 25 Sedang 20 Ringan
R2 L 64 SMP 30 Berat 22 Sedang
R3 L 48 SD 34 Berat 26 Sedang
R4 P 52 D3 26 Sedang 23 Sedang
R5 L 47 SD 30 Berat 26 Sedang
67
Lampiran 12
Dokumentasi Penelitian
68
Saat Diberikan Terapi Zikir
69