Anda di halaman 1dari 87

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK DAN

TERAPI DZIKIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN


PADA PASIEN DI RUANGAN CVCU
RSUD PROF. H. ALOEI
ALOE SABOE
KOTA GORONTALO

MINI RISET

Oleh

LUSIANI AHMAD, S.KEP

NIM: 841 716 037

PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK DAN
TERAPI DZIKIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PADA PASIEN DI RUANGAN CVCU
RSUD PROF. H. ALOEI SABOE
KOTA GORONTALO

MINI RISET

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti


Ujian Profesi Ners

Oleh

LUSIANI AHMAD, S.KEP

NIM: 841 716 037

PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini yang

berjudul “PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK DAN

TERAPI DZIKIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI

RUANGAN CVCU RSUD PROF. H. ALOE SABOE KOTA GORONTALO”

adalah benar-banar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain,

baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat

dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Gorontalo, Juli 2017

LUSIANI AHMAD, S.KEP


NIM. 841 716 037
LEMBAR PERSETUJUAN

Perbandingan Efektivitas Terapi Musik Klasik dan Terapi Dzikir


Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Di Ruangan CVCU
RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo

MINI RISET

OLEH

LUSIANI AHMAD, S.Kep


841 716 037

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

DR. Rosmin Ilham, S.Kep, Ns, MM Idris Pakaya, S.Kep, Ns

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes


NIP. 19771028 200812 2 003
LEMBAR PENGESAHAN

Mini Riset yang berjudul

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK DAN


TERAPI DZIKIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN
DI RUANGAN CVCU RSUD PROF. H. ALOE SABOE
KOTA GORONTALO

Oleh

LUSIANI AHMAD, S.Kep


841 716 037
Telah dipertahankan didepan dewan penguji

Hari/Tanggal : Sabtu, 8 juli 2017

Waktu : 08.00 – selesai

Penguji :

1. Rhein R Djunaid, S.Kep, Ns, M.Kes ……………………………

2. DR. Rosmin Ilham, S.Kep, Ns, MM ……………………………

3. Idris Pakaya S.Kep. Ns ……………………………

Gorontalo, Juli 2017


Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Negeri Gorontalo

dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes


NIP: 19771028 200812 2 003
ABSTRAK

Lusiani Ahmad. 2017. Perbandingan efektivitas terapi music klasik dan terapi
dzikir terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU RSUD Prof. Aloei Saboe
Kota Gorontalo. Mini Riset. Profesi Ners. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I
DR. Rosmin Ilham S.Kep, Ns, MM dan Pembimbing II Idris Pakaya,S.Kep, Ns.
Penyakit Jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan
menjadi salah satu penyebab terjadinya kecemasan. Salah satu intervensi yang
telah terbukti efektif untuk mengurangi kecemasan adalah teknik relaksasi berupa
terapi music klasik dan terapi dzikir. Tujuan penelitian untuk mengetahui
Perbandingan efektivitas terapi music klasik dan terapi dzikir terhadap tingkat
kecemasan pada pasien CVCU.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Two-Group Pretest-
Posttest Design. Pengambilan sampel dengan cara Sampling Insidental, jumlah
sampel sebanyak 5 orang pada tiap terapi. Hasil penelitian dianalisa dengan
menggunakan uji T berpasangan didapatkan pada terapi music nilai p-value =
0,006 (α <0,05) yang berarti ada pengaruh terapi music klasik terhadap tingkat
kecemasan pada pasien, dan pada terapi zikir nilai p-value = 0,001 (α <0,05) yang
berarti ada pengaruh terapi zikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien. Hasil uji
banding menggunakan independent t-test didapatkan ρ value 0,000 (<0,05) artinya
ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pada pasien. Kesimpulannya
terapi zikir lebih efektif dibandingkan terapi music klasik. Saran, terapi music
klasik dan terapi dzikir dapat diterapkan sebagai salah satu terapi yang dapat
menurunkan tingkat kecemasan.

Kata Kunci : Penyakit Jantung Kecemasan, Terapi Musik Klasik, Terapi


Dzikir

Daftar Pustaka : 40 (2006-2017)


MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Dan bahwa setiap pengalaman mestilah dimasukkan ke dalam kehidupan, guna


memperkaya kehidupan itu sendiri. Karena tiada kata akhir untuk belajar seperti
juga tiada kata akhir untuk kehidupan”
(Annemarie S)
“Barang siapa bertaqwa kepada allah, niscaya akan diberi jalan keluar dari setiap
urusannya dan diberi pertolongan dari tempat yang tak terduga, dan barang siapa
yang bertawakal kepada Allah, niscaya akan di cukupi segala kebutuhannya”
(Q.S Ath-Thalaq:2-3)
“Jika seseorang bepergian dengan tujuan untuk mencari ilmu, maka Allah SWT
akan menjadikan perjalanannya bagaikan perjalanan menuju surga”.
(Nabi Muhammad SAW)

Puji syukur ku panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Mu hingga
hamba dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu
langkah awal bagiku untuk meraih cita-citaku dimasa depan.

Kupersembahkan karya tulis ini kepada kedua orang tuaku “Yasir M Ahmad” dan
“Nurlaila Badu”, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, bantuan baik moril
dan materil serta dukungan yang diberikan selama ini.

Almamater Tercinta Tempat Aku Menimba Ilmu


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KATA PENGANTAR

Sujud syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

dan karuniaNya, sehingga penulis memiliki kekuatan untuk menyelesaikan mini

riset ini. Dalam penyusunan mini riset ini, penulis banyak menemukan tantangan

dan hambatan tetapi karena besarnya semangat serta kemauan penulis yang tingi,

maka segala hambatan tersebut dapat terselesaikan.

Penulis menyadari banyak kekeliruan dan kekhilafan dalam penyusunan

mini riset ini, oleh sebab itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas

segala kritikan dan saran yang membangun guna penyempurnaan mini riset ini.

Adapun keberhasilan dalam pelaksaan penelitian dan penyusunan mini riset

ini, penulis menyadari bahwa tidak lepas dari bantuan orang lain. Sehubungan

dengan hal tersebut, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang turut membantu dan memberikan kontribusi pemikiran baik

dalam pelaksanaan maupun penyusunan mini riset ini.

Ucapan terima kasih yang mendalam penulis khaturkan kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Syamsu Qamar Badu, M.Pd., selaku Rektor Universitas

Negeri Gorontalo.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.Pd., selaku Wakil Rektor I

Universitas Negeri Gorontalo.

3. Bapak Eduart Wolok, ST., MT., selaku Wakil Rektor II Universitas Negeri

Gorontalo.
4. Bapak Dr. Fence M. Wantu, SH., MH., selaku Wakil Rektor III Universitas

Negeri Gorontalo.

5. Bapak Prof. Dr. Hi. Hasanudin Fatsah, M.Hum., M.Si., selaku Wakil Rektor

IV Universitas Negeri Gorontalo.

6. Ibu Dr. Hj. Linjte Boekoesoe, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Olahraga dan

Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.

7. Ibu Risna Podungge, S.Pd, M.Pd., selaku Wakil Dekan I Fakultas Olahraga

dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.

8. Ibu dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes., selaku Wakil Dekan II Fakultas Olahraga

dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.

9. Bapak Ruslan, S.Pd, M.Pd., selaku Wakil Dekan III Fakultas Olahraga dan

Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.

10. Ibu dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo

11. Ibu dr. Vivien Novariana A. Kasim, M.Kes., selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo.

12. Ibu DR. Rosmin Ilham, S.Kep. Ns, MM., selaku Pembimbing akademik,

terima kasih atas segala bimbingan, arahan dan petunjuknya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan mini riset ini.

13. Bapak Idris Pakaya S.Kep, Ns., selaku Pembimbing Klinik, terima kasih atas

segala bimbingan, arahan dan petunjuknya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan mini riset ini.


14. Bapak Rhein Djunaid,S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Penguji , terima kasih telah

memberikan masukan, bimbingan, motivasi, serta kritik dan saran kepada

peneliti demi kesempurnaan mini riset ini.

15. Seluruh Bapak dan Ibu Staf Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Negeri Gorontalo, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.

16. Pihak-pihak terkait seperti Staff Perawat Ruangan CVCU RSUD Prof. H.

Aloe Saboe Kota Gorontalo terima kasih atas segala fasilitas, bantuan dan

kerjasamanya selama berlangsungnya penelitian.

17. Seluruh Bapak dan Ibu yang telah bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini, terima kasih atas partisipasinya.

18. Kepada Lisa Ahmad, Safrin Ahmad, beserta keluarga besar, terima kasih atas

doa restu, bantuannya baik moril dan materil, serta dorongan dan motivasinya

pula peneliti mampu menyelesaikan mini riset ini.

19. Teman seperjuangan peminatan CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota

Gorontalo terima kasih telah bersama-sama dengan peneliti sejak awal

penelitian hingga saat ini.

20. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan

NERS V.

21. Keluarga besar GMK Aam, Epan Dj, Epan Gode, ibnu, Amad, Kiki, Tamam,

Upik, Vita, Pinyu, Ica, Zia, Nola, Mutia. Terima kasih atas segala kesetia-

kawanan, bantuan dan motivasinya selama ini.

Akhirnya penulis memohon ketulusan hati untuk dapat dimaafkan dan

diharapkan saran serta kritikan yang membangun demi kesempurnaan mini riset
ini. Terima kasih atas segala bantuan, bimbingan dari semua pihak. Semoga Allah

SWT senantiasa mencurahkan rahmatNya kepada kita semua. Amin.

Gorontalo, J uli 2016


Penulis,

Lusiani Ahmad
DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ v


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................ 8
2.1 Konsep Kecemasan................................................................................... 8
2.1.1 Definisi Kecemasan ......................................................................... 8
2.1.2 Tingkat Kecemasan.......................................................................... 8
2.1.3 Gejala-gejala Kecemasan .............................................................. 10
2.1.4 Faktor Menimbulkan Kecemasan .................................................. 11
2.2 Konsep Terapi Dzikir.............................................................................. 13
2.3 Konsep Terapi Musik Klasik ................................................................. 14
2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................................. 15
2.6 Kerangka Teori ....................................................................................... 17
2.7 Kerangka Konsep ................................................................................... 18
2.8 Hipotesis ............................................................................................... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 19
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 19
3.2 Desain Penelitian .................................................................................... 19
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 20
3.4 Definisi Operasional ............................................................................... 20
3.5 Populasi dan Sampel ............................................................................... 21
3.5.1 Populasi ........................................................................................ 21
3.5.2 Sampel .......................................................................................... 21
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................... 22
3.7 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 23
3.7.1 Data Primer ................................................................................... 23
3.7.2 Data Sekunder................................................................................ 23
3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................. 23
3.8.1 Pengolahan Data ............................................................................ 23
3.8.2 Analisa Data .................................................................................. 24
3.9 Etika Penelitian ...................................................................................... 25
3.10 Hipotesis Statistik ................................................................................ 26
3.11 Alur Penelitian ...................................................................................... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 28
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................ 28
4.2 Gambaran Umum Responden ................................................................. 28
4.3 Karakteristik Responden ......................................................................... 29
4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ...................................... 29
4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 29
4.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan tingkat pendidikan ................... 30
4.3 Analisa Univariat .................................................................................... 31
4.4.1 Distribusi tingkat kecemasan pasien yang diberikan Terapi Dzikir . 31
4.4.2 Distribusi tingkat kecemasan pasien yang diberikan Terapi Musik
klasik ..................................................................................................... 31

4.4 Analisa Bivariat ...................................................................................... 32


4.5.1 Nilai Tingkat Kecemasan Pada Pasien Di Ruangan CVCU Sebelum

Dan Sesudah Dilakukan Terapi Dzikir. ............................................ 32


4.5.2 Tingkat Kecemasan Pada Pasien Di Ruangan CVCU Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Terapi Musik
Klasik……………………………………………………………..…33
4.5.3 Perbandingan Efektivitas Terapi music klasik dan Terapi Dzikir
Terhadap Tingkat Kecemasan. ...................................................... 34

4.5 Pembahasan ............................................................................................ 34


4.6.1 Tingkat kecemasan pada pasien yang dilakukan terapi music klasik di
Ruang CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo.
........................................................................ …………………..34
4.6.2 Tingkat kecemasan pada pasien yang dilakukan terapi dzikir di
Ruang CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo .......... 37
4.6.3 Analisa perbandingan efektivitas terapi zikir dan terapi music klasik
terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU RSUD Prof. H.
Aloe Saboe Kota Gorontalo .......................................................... 39
4.6 Keterbatasan Dalam Penelitian ............................................................. 42

BAB V Simpulan Dan Saran ............................................................................. 43


5.1 Simpulan ...................................................................................... 43
5.2 Saran ............................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................... 20


Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur ............................................ 29
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ............................... 30
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan Pendidikan .................................. 30
Tabel 4.6 Distribusi tingkat kecemasan pasien yang diberikan Terapi Dzikir ... 31
Tabel 4.7 Distribusi tingkat kecemasan pasien yang diberikan Terapi Musik
Klasik ............................................................................................... 32
Tabel 4.8 Perbandingan Efektivitas Terapi music klasik dan Terapi Dzikir
Terhadap Tingkat Kecemasan. .......................................................... 34
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 17


Gambar 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 18
Gambar 3.1 Desain Penelitian ........................................................................... 19
Gambar 3.2 Alur Penelitian ............................................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ........................................ 49


Lampiran 2 Lembar Karakteristik Responden ................................................... 50
Lampiran 3 SOP Terapi musik .......................................................................... 51
Lampiran 4 SOP Terapi Dzikir ......................................................................... 54
Lampiran 5 Lembar Observasi Penelitian.......................................................... 57
Lampiran 6 Kuisioner HARS ........................................................................... 58
Lampiran 7 Statistik SPSS Karakteristik Responden.......................................... 61
Lampiran 8 Statistik SPSS Uji Normalitas Data ................................................ 62
Lampiran 9 Statistik SPSS Uji T Berpasangan................................................... 64
Lampiran 10 Statistik SPSS Uji Independen T test ............................................ 66
Lampiran 11 Master .......................................................................................... 67
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 68
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi

jantung dan pembuluh darah, seperti: Penyakit Jantung Koroner, Penyakit

Gagal jantung atau Payah Jantung (Budiman, 2015). Penyakit Jantung

merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Lebih dari 80% kematian

penyakit kardiovaskuler terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan

menengah. Tahun 2008, sebanyak 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit

kardiovaskuler, diperkirakan 7,3 juta disebabkan penyakit jantung koroner. Di

Indonesia, saat ini terjadi pergeseran proporsi dari penyakit menular ke

penyakit tidak menular. Proposi penyakit menular menurun dari 44% menjadi

28%, sebaliknya penyakit tidak menular termasuk penyakit jantung

mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60% (Depkes, 2009 dalam Sukarni,

2014).

Data yang diperoleh World Health Organization (WHO) tahun 2012

menunjukan bahwa pada tahun 2008 terdapat 17 juta atau sekitar 48% dari

total kematian disebabkan oleh gagal jantung kongestif. Pada penelitian di

Amerika risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20% untuk usia ≥40

tahun dengan kejadian >650.000 kasus baru yang diagnosis gagal jantung

selama beberapa dekade terakhir . kejadian gagal jantung meningkat dengan

bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam

waktu lima tahun (Arini, 2015).


Prevalensi gagal jantung di Indonesia menurut Riskesdas (2013) Sebesar

0,3 data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara pada

responden umur ≥15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah di

diagnosis dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung

(Riskesdas, 2013). Di Sulawesi utara sendiri prevalensi gagal jantung

mencapai (0,4%) untuk yang terdiagnosis dan (0,14%) untuk prevalensi

gejala. Penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan bertambanya umur,

tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%) untuk yang terdiagnosis, menurun

sedikit pada umur ≥75 tahun (0,4%) tetapi untuk gejala tertinggi pada umur

≥75 tahun (1,1%) (RISKESDES, 2013).

Keadaan sakit merupakan keadaan patologis yang terjadi baik fisik

maupun psikis dan sakit menjadi salah satu penyebab terjadinya kecemasan

pada individu maupun keluarga terlebih dengan kondisi sakit terminal dan

dirawat di ruang CVCU (Intensive Cardiac Care Unit) (Ismail, 2015). CVCU

adalah pelayanan rumah sakit yang memberikan asuhan keperawatan secara

terkonsentrasi dan lengkap. Unit ini memiliki tenaga perawat yang terlatih

khusus dan berisi peralatan yang memantau dan dukungan khusus untuk

pasien yang membutuhkan perawatan dan observasi intensive dan

komprehensif pada pasien dengan gangguan kardiovaskular yang tidak di

operasi dan masih berada dalam kondisi kritis sehingga memerlukan

pemantauan hemodinamik yang sangat ketat. Perawatan intensif biasanya

hanya disediakan untuk pasien-pasien dengan kondisi kritis yang memiliki

peluang baik untuk bertahan hidup. Pasien-pasien sakit kritis cenderung


mengalami kehilangan tidur, kualitas tidur buruk, dan peningkatan kecemasan

(Jevon & Ewens, 2009).

Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan

ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan

yang terbatas maupun hal-hal yang aneh (Said, 2005). Cemas banyak terjadi

pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler, Prevalensi gangguan cemas pada

populasi dengan penyakit jantung cukup tinggi yakni 28% sampai 44%

(Budiman, 2015).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada pasien selama 3 hari

diruangan CVCU RSUD Prof.Dr.H. Aloe Saboe Kota Gorontalo didapatkan rata-

rata klien yang dirawat mempunyai riwayat penyakit jantung, merasa gelisah dan

mengaku kesulitan untuk tidur. Hal ini terjadi dikarenakan mereka yang

menderita penyakit jantung mengalami kesulitan mempertahankan oksigenasi

yang adekuat sehingga mereka cenderung sesak nafas dan gelisah sehingga

menyebabkan kecemasan yang ringan sampai berat (Smeltzer & Bare, 2001).

Dari hasil wawancana dengan beberapa responden ditemukan bahwa untuk

mengatasi kecemasan tersebut, pasien selalu melakukan teknik nafas dalam

yang diikuti dengan penyebutan allah kemudian pasien akan meminta salah

satu keluarga mereka untuk menemani didalam ruangan CVCU. Salah satu

intervensi yang telah terbukti efektif untuk mengurangi kecemasan dan telah

sering digunakan adalah teknik relaksasi berupa terapi zikir dan terapi music

klasik (Sari A. , 2015).

Terapi zikir sebagai perbuatan menyebut, menuturkan, mengingat,

menjaga, mengerti dan perbuatan baik dapat menurunkan tingkat kecemasan


Karena secara psikologis, mengingat Allah dalam alam kesadaran akan

menimbulkan penghayatan akan kehadiran Allah. Selain itu, pelaksanaan

zikrullah yang dilakukan dengan sikap rendah hati dan suara yang lemah

lembut akan membawa dampak relaksasi dan ketenangan (Rofiqah, 2016).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mardiyono dkk (2007) (dalam Sari &

Febriany, 2012) menyatakan efek dzikir terhadap kecemasan pasien yang akan

dioperasi juga menunjukkan nilai yang signifikan ( p= <0.05). Penelitian

tersebut (n=70) menggunakan kata kata Subhannallah selama 25 menit

sebelum dilakukan operasi dimana seluruh pasien menunjukkan hasil tidak

cemas.

Terapi music klasik yang merupakan bentuk terapi yang menggunakan

musik secara sistematis, terkontrol dan terarah untuk: menyembuhkan,

merehabilitasi, mendidik dan melatih anak - anak dan orang dewasa yang

menderita gangguan fisik, mental, atau emosional (maryunani, 2011 dalam

Azzahra, 2016). Sebuah penelitian oleh Mantiri, 2015 menyatakan bahwa

terapi musik klasik mampu menurunkan kecemasan pasien. Penggunaan terapi

musik klasik pada prosedur ekstraksi gigi mampu menurunkan kecemasan

pasien yang belum pernah menjalani ekstraksi gigi dari hasil pengukuran fisik

tekanan darah, nadi, dan respirasi dengan hasil rata-rata sebesar 36,84%,

sedangkan pasien yang sudah pernah menjalani prosedur ekstraksi gigi sebesar

11,11%.

Berdasarkan pernyataan diatas terapi Dzikir dan terapi music klasik sama

sama dapat menurunkan kecemasan, untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti
perbandingan tingkat kecemasan antara yang diberikan terapi dzikir atau terapi

music klasik di ruang CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, masalah dapat diidentifikasikan sebagai

berikut :

1) Cemas banyak terjadi pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler, Prevalensi

gangguan cemas pada populasi dengan penyakit jantung cukup tinggi yakni

28% sampai 44%

2) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada pasien selama 3 hari

diruangan CVCU RSUD Prof.Dr.H. Aloe Saboe Kota Gorontalo didapatkan

rata-rata klien yang dirawat mempunyai riwayat penyakit jantung, merasa

gelisah dan mengaku kesulitan untuk tidur. Hal ini terjadi dikarenakan

mereka yang menderita penyakit jantung mengalami kesulitan

mempertahankan oksigenasi yang adekuat sehingga mereka cenderung

sesak nafas dan gelisah sehingga menyebabkan kecemasan yang ringan

sampai berat

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana perbandingan efektivitas terapi music klasik dan terapi dzikir

terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU RSUD Prof. Aloe Saboe Kota

Gorontalo.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum


Menganalisis perbandingan efektivitas terapi zikir dan terapi music

klasik terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Teridentifikasi tingkat kecemasan pasien di ruang CVCU yang

diberikan terapi music klasik

2) Teridentifikasi tingkat kecemasan pasien di ruang CVCU yang

diberikan terapi zikir

3) Teranalisis perbandingan efektivitas terapi music klasik dan terapi

Dzikir terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Responden

Manfaat yang bisa diperoleh bagi responden adalah membantu dalam

mengatasi kecemasan melalui terapi zikir dan terapi musik klasik

1.5.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit

Manfaat yang bisa diperoleh bagi rumah sakit adalah data dan hasil

penelitian dapat dijadikan sumber informasi dan bahan pertimbangan

untuk mengatasi kecemasan melalui terapi zikir dan terapi music klasik.

1.5.3 Manfaat bagi Peneliti


Manfaat yang bisa diperoleh bagi peneliti adalah meningkatkan

pengetahuan dan wawasan tentang terapi zikir dan terapi music klasik

dalam menurunkan kecemasan.

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Kecemasan

2.1.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang

merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal

maupun wujudnya (Wiramihardja, 2005).

Menurut (Kaplan, Sadock, dan Grebb, 2010 dalam Agita, 2012)

kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan

merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,

pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan

identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami

siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi

gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya

Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan

tingkahlaku. Baik tingkahlaku normal maupun tingkahlaku yang menyimpang.

Pada gangguan emosi dan gangguan tingkahlaku, kecemasan merupakan

masalah pelik (Gunarsa, 2008).

2.1.2 Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan

yang dialami oleh individu yaitu sebagai berikut:

1. Kecemasan Ringan yaitu dihubungkan dengan ketegangan yang dialami

sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,

menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu

memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan


kreatifitas. Contohnya: Seseorang yang menghadapi ujian akhir, pasangan

dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, individu yang tiba-

tiba di kejar anjing menggonggong.

2. Kecemasan Sedang yaitu Individu terfokus hanya pada pikiran yang

menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat

melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya : pasangan suami

istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko tinggi,

keluarga yang menghadapi perpecahan (berantakan), individu yang

mengalami konflik dalam pekerjaan.

3. Kecemasan Berat yaitu lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat

perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir

tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi

kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.

Contoh: individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang

dicintai karena bencana alam, individu dalam penyanderaan.

4. Panik yaitu individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang.

Karena hilangnya control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun

dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya

kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan

hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya

disertai dengan disorganisasi kepribadian. Contoh: individu dengan

kepribadian pecah/despersonalisasi.
2.1.3 Gejala – gejala kecemasan

Gejala - gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan

dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing,

nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang

bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat

memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Sundari,

2004).

Menurut Nevid dkk (2005) (dalam Elfida, 2012) gejala -gejala

kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :

a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh

bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang,

merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.

b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,

terguncang, melekat dan dependen

c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu,

perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi

dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera

terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,

pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.

2.1.4 Faktor yang Menimbulkan Kecemasan

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecemasan menurut Stuart (2007)

(dalam Budiman, 2015) , yaitu :

a) Faktor predisposisi
1) Teori psikoanalitik

Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul karena

konflik antara elemen kepribadian yaitu id (insting) dan super ego

(nurani ). Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang

sedang superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan

norma budayanya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elememen

yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego

bahwa ada bahaya.

2) Teori interpersonal

Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasan takut terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan

Juga berhubungan dengan perpisahan dan kehilangan yang

menimbulkan kelemahan spesifik.

3) Teori behavior

Kecemasan merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

4) Teori perspektif keluarga

Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif

dalam keluarga.
5) Teori perspektif biologi

Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus Benzodiapine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur

kecemasan. Penghambat asam amino butirik-gamma neuro regulator

(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan kecemasan sebagaimana endomorfin.

Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang

mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.

Kecemasan dapat disertai gangguan fisik dan menurunkan kapasitas

seseorang untuk mengatasi stressor.

b) Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi adalah factor-faktor yang dapat menjadi pencetus

terjadinya kecemasan (Stuart, 2007 dalam Budiman, 2015). Faktor

pencetus tersebut adalah :

1) Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi

ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kemampuan untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

identitas harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi dari seseorang.

2.2 Konsep Terapi Dzikir

Secara etimologi, dzikir berasal dari bahasa Arab, yaitu dzakara, yadzkuru,

dzikr (‫را‬TTTTT‫ذكر ذك‬TTTTT‫ر ي‬TTTTT‫ )ذك‬yang berarti menyebut, mengingat. Dzikir secara
terminologi antara lain, menurut prof. Dr. H. Abue Bakar Atjeh, dzikir ialah

ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Tuhan dengan hati,

dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan Tuhan dan membersihkannya

dari sifat-sifat yang tidak layak untuk-Nya, selanjutnya manusia memuji

dengan puji-pujian dan sanjungan – sanjungan dengan sifat – sifat yang

sempurna, sifat – sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian (Warni,

2017).

Dzikir mempunyai manfaat yang besar terutama dalam dunia modern

seperti sekarang, manfaat dzikir dalam kehidupan menurut Amin Syukur

antara lain: Dzikir sebagai terapi jiwa Islam, Sebagai agama rahmatan lil

alamin menawarkan suatu konsep dikembangkannya nilai-nilai ilahiah dalam

batin seseorang. Shalat misalnya yang didalamnya terdapat penuh doa dan

dzikir, dapat di pandang sebagai malja’ (tempat berlindung) ditengah badai

kehidupan modern’ disinilah misi Islam untuk menyejukkan hati manusia.

Dzikir fungsional, akan mendatangkan manfaat, antara lain mendatangkan

kebahagiaan, menentramkan jiwa, obat penyakit hati dan menurunkan

kecemasan (Subandi, 2009).

Dari beberapa psikoterapi Islam yang pernah dilakukan, zikir diyakini

sebagai salah satu terapi yang mampu menumbuhkan rasa aman, tentram dan

ketenangan yang mendalam sebagai anugerah dari Allah (tumakninah). Dalam

surat ar-Ra’du : 28, telah disebutkan bahwa Allah akan memberikan rasa

tenang melalui mengingat-Nya (zikrullah). Dalam riwayat Imam Muslim juga

telah disebutkan bahwa Rasulullah dalam haditsnya telah mengatakan bahwa


“Apabila duduk suatu kaum mengucapkan zikir kepada Allah, maka

melingkungi akan mereka para malikat dan meliputi atas mereka rahmat, dan

turun atas mereka sakinah (rasa tentram dan tenang yang mendalam), dan

Allah mengingat mereka disisi-Nya” Secara psikologis efek dari zikir yang

terjadi dalam dimensi alam sadar akan menumbuhkan penghayatan akan

kehadiran Allah yang senantiasa hadir dalam diri manusia dalam kondisi

apapun (Laili, 2014).

2.3 Konsep Terapi Musik Klasik

Musik adalah suatu komponen yang dinamis yang bisa mempengaruhi

baik psikologis maupun fisiologis bagi pendengarnya (Novita, 2012). Terapi

musik adalah suatu terapi kesehatan menggunakan music dimana tujuannya

adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif,

dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia (Suhartini, 2008).

Menurut Aditia (2012), jenis musik yang digunakan untuk terapi antara

lain musik instrumental dan musik klasik. Musik klasik adalah sebuah musik

yang dibuat dan ditampilkan oleh orang yang terlatih secara professional

melalui pendidikan musik.

Pemberian terapi musik klasik membuat seseorang menjadi rileks,

menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih,

melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat cemas (Musbikin, 2009). Hal

tersebut terjadi karena adanya penurunan Adrenal Corticotropin Hormon

(ACTH) yang merupakan hormon stres (Djohan, 2006).


2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Sudiarto, 2015 yang berjudul Pengaruh

Relaksasi terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur pada Pasien Intensive Care

Unit, desain penelitian ini menggunakan quasi Experimental dengan

rancangan Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel pada peneletian ini

adalah 56 responden pasien ICU terdiri dari 28 diberikan relaksasi dzikir dan

28 kelompok kontrol. Data dianalisis secara univariat dengan tabel distribusi

frekuensi, sedangkan data bivariat menggunakan Paired t-test, Wilcoxon dan

Mann-whitney. Prosedur penelitian dilakukan dengan mengobservasi dan

menilai ceklist tingkat kecemasan dan kualitas tidur sebelum dan sesudah

perlakuan. Relaksasi dzikir berpengaruh terhadap perubahan tingkat

kecemasan dan kualitas tidur. Pada kelompok perlakuan p-value tingkat

kecemasan 0,001 dan kualitas tidur 0,001, sedangkan pada kelompok kontrol

p-value tingkat kecemasan 0,001 dan kualitas tidur 1,00. Pada uji independen

tingkat kecemasan p-value 0,001 dan kualitas tidur 0,001. Relaksasi dzikir

berpengaruh terhadap tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada pasien ICU .

Pada kelompok kontrol hasil satitistik ada perbedaan yang cukup signifikan

walaupun masih dalam kategori kecemasan berat. Perbandingan dengan

penelitian yang akan saya lakukan yaitu pada penelitian sudiarto menguji satu

variabel independen yaitu terapi relaksasi zikir kemudian variabel dependen

yang di teliti ada dua yaitu tingkat kecemasan dan kualitas tidur, sedangkan

penelitian saya mempunyai 2 variabel independen yaitu terapi zikir dan music

klasik, 1 variabel dependen yaitu tingkat kecemasan.


Penelitian yang dilakukan oleh Simbolon, 2015 yang berjudul pengaruh

terapi musik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang rawat

beda rumah saki elisabeth medan. Desain penelitian ini menggunakan quasi

eksperiment dengan menggunakan desain penelitian one-group pra-post test

design. Populasi pada penelitian ini adalah pasien pre operasi di ruang rawat

bedah Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Sampel penelitian sebanyak 17

orang, dengan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan

menggunakan metode purposive sampling yang mendapatkan hasil bahwa

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sign rank test, diperoleh p = 0,000 dimana p <

0,05, yang artinya ada pengaruh yang bermakna antara terapi musik terhadap

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang rawat bedah Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan Tahun 2015. Perbandingan dengan penelitian yang

saya lakukan adalah pada sampel yang di uji. Penelitian ini menggunakan

sampel pasien pre operatif di ruang rawat bedah sedangkan penelitian yang

akan dilakukan menggunakan sampel pasien yang ada di ruangan CVCU.

Kemudian dari variabel yang digunakan penelitian ini menggunakan 1

variabel independen yaitu terapi musik. Sedangkan penelitian yang akan

dilakukan yaitu 1 variabel independen yaitu terapi music dan terapi zikir

kemudian akan dilihat bagaimana perbandingan terapi tersebut.

2.5 Kerangka Teori

Penyakit Kardiovaskuler

Pasien-pasien sakit kritis


kondisi sakit dan dirawat di cenderung mengalami
ruang CVCU (Intensive kehilangan tidur, kualitas
Cardiac Care Unit) tidur buruk, dan
peningkatan kecemasan
Kecemasan adalah kondisi
Intervensi mengurangi kejiwaan yang penuh
kecemasan dengan kekhawatiran dan
ketakutan akan apa yang
mungkin terjadi

Terapi Dzikir Terapi Musik Klasik


Sumber :

(Budiman, 2015),
Gambar 2.1. Kerangka Teori (Ismail, 2015), (Jevon &
Ewens, 2009), (Sari A. ,
2015)

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

Terapi Dzikir Terapi Musik Klasik

Tingkat Kecemasan

Keterangan :

= Variabel independen

= Variabel dependen

= Pengaruh
Gambar 2.2. Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Hipotesis penelitian yaitu Perbandingan Efektivitas Terapi Dzikir dan

Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat Kecemasan di Ruangan CVCU RSUD

Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruangan CVCU RSUD Prof. Dr. H. AloeSaboe

Kota Gorontalo pada juni 2017

3.2 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi Eksperiment yang bertujuan untuk melihat

ada pengaruh terapi zikir dan terapi music klasik terhadap tingkat kecemasan

diruang CVCU RSUD Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo dengan

menggunakan metode pendekatan one grup pre-post test design (Nursalam,

2011).

Subjek Pre Test Perlakuan Post Test

K1 01 X 02

K2 01 X 02
Keterangan :

K1 : Subjek terapi Dzikir

K2 : Subjek terapi musik

01 : Sebelum Terapi

02 : Setelah Terapi

X : Pemberian Terapi

Gambar 3.1 : Desain Penelitian

3.3 Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independent (bebas) yaitu Terapi zikir dan terapi music klasik

2. Variabel Dependen (terikat) yaitu tingkat kecemasan

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah

pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007).

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skor Skala
Variabel Terapi zikir adalah SOP - -
independen ucapan lisan, gerakan (Standar
t: Terapi raga maupun getaran Operasion
dzikir dan hati sesuai dengan al
terapi cara-cara yang Prosedur)
music diajarkan agama,
klasik dalam rangka
mendekatkan diri
kepada Allah SWT.

Terapi musik klasik


adalah terapi
mendengarkan musik
klasik yang memiliki
tempo yang berkisar
antara 60-80 beats
per menit selaras
dengan detak jantung
manusia
Variabel Kecemasan adalah Skala Penilaian Interval
Dependent: suatu perasaan yang HARS pelaksanaan
kecemasan sifatnya umum, dengan
dimana seseorang kategori :
merasa ketakutan kurang dari
14 = tidak
atau kehilangan
ada
kepercayaan diri yang kecemasan
14 – 20 =
tidak jelas asal
kecemasan
maupun wujudnya ringan
21 – 27 =
kecemasan
sedang
28 – 41 =
kecemasan
berat
42 – 56 =
kecemasan
berat sekali
3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruangan CVCU RSUD Prof.Dr. Aloe

Saboe Kota Gorontalo

3.5.2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai objek penelitian melalui sampling. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik pengambilan sampel dengan Sampling Insidental yaitu

pengambilan sampel yang berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel dan cocok digunakan sebagai sumber data (Sujarweni,

2014). Jumlah sampel yang akan digunakan adalah sebanyak 10 orang untuk

masing-masing terapi yang disesuaikan dengan :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien yang bersedia menjadi responden dan mau menandatangani

informed consent.

b. Pasien yang dapat mengerti dan bisa berkomunikasi dengan baik.

c. Pasien dengan usia 20 – 70 tahun

d. Pasien dengan pendengaran baik

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang tidak mengikuti terapi secara penuh.


b. Pasien yang mengundurkan diri

3.6 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1995) Instrumen penelitian adalah alat bantu yang

ditetapkan oleh peneliti dan dipergunakan untuk menggali data, sehingga proses

kegiatan pengumpulan data dapat berlangsung sistematis (Susilo & Hary, 2013).

Instrument Instrumen penelitian yang digunakan peneliti yakni dengan

menggunakan lembar karakteristik responden, recorder yang berisikan dzikir dan

music klasik, SOP pengukuran tingkat kecemasan.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Data Primer

Dalam penelitian ini, data primer dapat diperoleh dari hasil pengukuran

yang dilakukan sebelum dan sesudah terapi dzikir dan music klasik dalam

lembar observasi yang terlah disediakan.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari Kepala RSUD Prof. Dr.

H. Aloe Saboe Kota Gorontalo berupa data jumlah pasien.

3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data


Dalam pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan
yaitu
1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data.

2. Coding
Coding merupakan mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari

responden ke dalam bentuk angka atau bilangan.

3. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah melewati

pengkodean maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang

sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-

entry data dari kuesioner ke paket program komputer.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-

entry apakah ada kesalahan atau tidak (Notoatmodjo, 2012).

3.8.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan

tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan tindakan terapi Dzikir dan

terapi musik klasik.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk memperoleh gambaran pengaruh

independen yaitu terapi zikir dan terapi music klasik dan variabel dependen

yaitu tingkat kecemasan. Dalam penelitian ini menggunakan uji t berpasangan

yang dimana syarat dari uji t berpasangan adalah data berdistribusi normal.

Jika didapatkan data tidak berdistribusi normal maka uji yang di pakai adalah

uji Wilcoxon (Suyanto, 2011).


3.9 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini, sebelumnya peneliti

menentukan etika penelitian terhadap calon responden dengan memperhatikan

hal-hal berikut :

1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed concent adalah

agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghargai hak responden.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Anonymity merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentially (Kerahasiaan)

Etika keperawatan ini merupakan masalah etika keperawatan dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin


kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011).

3.10 Hipotesis Statistik

H0 : Tidak ada perbandingan Terapi music klasik dan terapi Dzikir

Terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU

H1 : Ada perbandingan Terapi Terapi music klasik dan terapi Dzikir

Terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU

3.11 Alur Penelitian

Penelitian dilaksanakan sesuai alur penelitian yang digambarkan dalam

bentuk skema sebagai berikut :

Studi Pendahuluan

Permohonan Penelitian

Pengambilan Sampel Penelitian Berdasarkan


Kriteria Inklusi

Penjelasan tentang penelitian dan persetujuan untuk


menjadi responden

Pretest : Melakukan Pengukuran tingkat kecemasan dengan


menggunakan kuisioner hars kemudian mencatat hasilnya

Intervensi: Terapi Dzikir dan Terapi Musik Klasik


1. Mengatur posisi klien tidur atau duduk
2. Menginstruksikan klien untuk meletakkan headphone ditelinga dan
mengkonsentrasikan pikiran mengikuti alunan Dzikir atau Musik klasik

Postest : Melakukan Pengukuran Kembali tingkat kecemasan Pada


hari 2 Intervensi Menggunakan kuisioner Kemudian hasilnya
dicatat dilembar observasi

Pengumpulan Data dan


Pengolahan Data

Hasil Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian

Mini riset ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H.

Aloei Saboe Kota Gorontalo pada tanggal 16 Juni – 2 Juli 2017 diruangan

CVCU. RSUD Prof. H. Aloe Saboe merupakan salah satu rumah sakit

alternatif dan rujukan utama untuk berobat bagi masyarakat di Provinsi

Gorontalo serta sebagian masyarakat dari luar Provinsi Gorontalo.. RSUD

Prof. H. Aloe Saboe beralamat di jalan prof. H. aloesaboe kelurahan

wongkaditi timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo dengan luas lahan

5,4 Ha. RSUD Prof. H. AloeSaboe memiliki berbagai ruangan intensif salah

satunya yaitu CVCU.

CVCU merupakan salah satu ruang intensif di RSUD Aloe Saboe Kota

Gorontalo. CVCU memiliki 8 tempat tidur pasien, 1 ruangan isolasi dan 2

ruangan VIP yang masing – masing dilengkapi oleh monitor untuk observasi.

Jumlah perawat yang bertugas di ruangan CVCU sebanyak 18. Dengan latar

belakang pendidikan Ners sejumlah 2 orang, Sarjana sejumlah 2 orang Dan

Diploma sebanyak 14 orang.

4.2 Gambaran Umum Responden

Secara umum, jumlah pasien yang dijadikan responden di ruangan

CVCU Prof. H. AloeSaboe Kota Gorontalo yaitu sebanyak 10 orang,

intervensi terapi dzikir 5 responden dan intervensi terapi music klasik

sebanyak 5 responden. Responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sejumlah 7


orang, dan responden yang paling banyak berumur 46-55 tahun. Data analisis

dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat

pendidikan pasien.

4.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu berdasarkan jenis

kelamin, umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi responden

berdasarkan umur pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur Di Ruangan CVCU RSUD


Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo
Umur (Tahun) Frekuensi (N) Presentase (%)
26-35 1 10 %
46-55 6 60 %
56-65 3 30 %
Total 10 100 %
Sumber : Data Primer,2017

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 10 distribusi responden

berdasarkan umur di Ruang CVCU RSUD Prof. H. AloeSaboe Kota Gorontalo

yang terbanyak adalah umur 46-55 tahun berjumlah 6 responden (60 %), umur 46-

55 tahun yaitu berjumlah 3 responden (30 %), sedangkan umur 26-35 tahun

berjumlah 1 orang (10 %)

4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin pada tabel sebagai berikut :


Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Di Ruangan CVCU
RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo
Umur (Tahun) Frekuensi (N) Presentase (%)
Laki-laki 7 70 %
Perempuan 3 30 %
Total 10 100 %
Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 10 distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin di Di Ruangan CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota

Gorontalo yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 7 responden (70%) dan

perempuan sebanyak 3 responden (30%)

4.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi responden

berdasarkan pendidikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Di Ruangan CVCU


RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo
Pendidikan Frekuensi (N) Presentase (%)
SD 2 20 %
SMP 4 40 %
SMA 3 30 %
D3 1 10 %
Total 10 100
Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 10 distribusi responden

berdasarkan pendidikan Di Ruangan CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota

Gorontalo yang terbanyak adalah SMP yang berjumlah 4 responden (40 %), SMA

yaitu berjumlah 3 responden (30 %), SD yaitu berjumlah 2 responden (20 %),

sedangkan D3 berjumlah 1 responden (10 %).


4.4 Analisa Univariat

4.4.1 Distribusi tingkat kecemasan pasien yang diberikan Terapi Dzikir


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh tingkat kecemasan

pasien yang diberikan Terapi Dzikir pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4 Tingkat Kecemasan pasien yang diberikan terapi Dzikir di Ruangan
CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo
Tingkat Kecemasan
Responden
Nilai Sebelum Jenis Nilai Sesudah Jenis
R1 29 Berat 15 Ringan
R2 23 Sedang 14 Ringan
R3 36 Berat 18 Ringan
R4 30 Berat 14 Ringan
R5 36 Berat 16 Ringan
Rata-rata 30,8 15,4
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari 5 distribusi responden

berdasarkan tingkat kecemasan pasien yang diberikan terapi dzikir pada responden

di ruang CVCU, tingkat kecemasan terendah sebelum intervensi yaitu 23 (sedang)

pada responden 2 dan tingkat kecemasan tertinggi yaitu 36 (berat) pada

responden 3 dan 5 Rata-rata tingkat kecemasan sebelum terapi dzikir adalah 30,8

. tingkat kecemasan terendah sesudah intervensi yaitu 14 (ringan) pada responden

5 dan tingkat kecemasan tertinggi yaitu 18 (ringan) pada responden 3 dan 5. Rata-

rata tingkat kecemasan sebelum terapi dzikir adalah 15,4

4.4.2 Distribusi tingkat kecemasan pasien yang diberikan Terapi Musik


klasik
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh tingkat kecemasan
pasien yang diberikan Terapi Musik klasik pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5 Tingkat Kecemasan pasien yang diberikan terapi musik klasik di
Ruangan CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo
Tingkat Kecemasan
Responden
Nilai Sebelum Jenis Nilai Sesudah Jenis
R1 25 Sedang 20 Ringan
R2 30 Berat 22 Sedang
R3 34 Berat 26 Sedang
R4 26 Sedang 23 Sedang
R5 30 Berat 26 Sedang
Rata-rata 29 23,4
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa dari 5 distribusi responden

berdasarkan tingkat kecemasan pasien yang diberikan terapi music klasik pada

responden di ruang CVCU, tingkat kecemasan terendah sebelum intervensi yaitu

25 (sedang) pada responden 1 dan tingkat kecemasan tertinggi yaitu 30 (berat)

pada responden 2 dan 5. Rata-rata tingkat kecemasan sebelum terapi music klasik

adalah 29 . tingkat kecemasan terendah sesudah intervensi yaitu 20 (ringan) pada

responden 1 dan tingkat kecemasan tertinggi yaitu 26 (sedang) pada responden 3

dan 5. Rata-rata tingkat kecemasan sebelum terapi music klasik adalah 23,4

4.5 Analisa Bivariat

4.5.1 Tingkat Kecemasan Pada Pasien Di Ruangan CVCU Sebelum Dan

Sesudah Dilakukan Terapi Dzikir.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh tingkat kecemasan

pada pasien di ruangan CVCU sebelum dan sesudah terapi dzikir pada tabel

sebagai berikut :
Tabel 4.6 Perbedaan Mean tingkat kecemasan Sebelum Dan Sesudah Terapi
Dzikir
Sebelum Sesudah
Variabel
X±SD X±SD ρ value
Tingkat 30.80±5.450 15.40±1.673 0,001
Kecemasan
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian diketahui mean tingkat kecemasan

sebelum diberi terapi dzikir adalah 30.80. Sedangkan setelah diberikan terapi

dzikir menjadi 15.40. Hasil uji Paired t-test didapatkan ρ value 0,000 (<0,05)

artinya ada pengaruh terapi Dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien

diruangan CVCU RSUD Prof.H. AloeSaboe Kota Gorontalo.

4.5.2 Tingkat Kecemasan Pada Pasien Di Ruangan CVCU Sebelum Dan

Sesudah Dilakukan Terapi Musik Klasik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh tingkat kecemasan

pada pasien di ruangan CVCU sebelum dan sesudah terapi Musik klasik pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.7 Perbedaan Mean tingkat kecemasan Sebelum Dan Sesudah Terapi
Musik Klasik
Sebelum Sesudah
Variabel
X±SD X±SD ρ value
Tingkat 29.00±3.606 23.40±2.608 0,006
Kecemasan
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 4.7 hasil penelitian diketahui mean tingkat kecemasan

sebelum diberi terapi music klasik adalah 29.00 . Sedangkan setelah diberikan

terapi music klasik menjadi 23.40. Hasil uji Paired t-test didapatkan ρ value 0,006

(<0,05) artinya ada pengaruh terapi music klasik terhadap tingkat kecemasan pada

pasien di ruangan CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo.


4.5.3 Perbandingan Efektivitas Terapi music klasik dan Terapi Dzikir

Terhadap Tingkat Kecemasan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh Perbandingan

Efektifitas Terapi Dzikir dan Terapi Musik klasik terhadap tingkat kecemasan

pada pasien di ruangan CVCU pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.8 Perbandingan Efektifitas Terapi Dzikir dan Terapi Musik klasik
terhadap tingkat kecemasan pada pasien di ruangan CVCU
Terapi Musik
Terapi Dzikir
Variabel Klasik
ρ value
X±SD X±SD
0,000
Tingkat 15.40±1.673 23.40±2.607
Kecemasan
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 4.8 hasil penelitian diketahui mean tingkat kecemasan

setelah diberi terapi music klasik adalah 23.40. Sedangkan setelah diberikan terapi

Dzikir menjadi 15.40. Hasil uji banding menggunakan independent t-test

didapatkan ρ value 0,000 (<0,05) artinya ada perbedaan yang signifikan tingkat

kecemasan pada pasien ruangan CVCU yang diberikan terapi music klasik dan

terapi Dzikir.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Tingkat kecemasan pada pasien yang dilakukan terapi music klasik di

Ruang CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo.

Sebelum dilakukan intervensi pada pasien terlebih dahulu peneliti

menjelaskan tentang terapi music klasik serta menjelaskan tentang tujuan dan

manfaat dari terapi music klasik, kemudian jika responden bersedia responden

diminta untuk menandatangani inform consent dan mengisi lembar karakteristik

responden untuk mengetahui karakteristik responden seperti usia dan tingkat


pendidikan pasien. Setelah itu klien akan diwawancara tentang perasaannya yang

kemudian akan di ukur pada lembar kuisioner tingkat kecemasan, kemudian

diberikan terapi music klasik selama 25 menit. Setelah diberikan terapi kemudian

pasien diukur kembali tingkat kecemasannya. Berdasarkan data hasil penelitian

dari 5 responden didapatkan nilai mean tingkat kecemasan sebelum diberi terapi

music klasik adalah 29.00. Sedangkan setelah diberikan terapi music klasik

menjadi 23.40. Hasil uji menggunakan uji Paired t-test didapatkan ρ value 0,006

(<0,05) artinya ada pengaruh terapi music klasik terhadap tingkat kecemasan pada

pasien di ruangan CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa terapi musik dapat

memberikan efek yang menenangkan bagi responden, dapat mengurangi

kegelisahan, membuat perasaan menjadi rileks, santai, serta dapat menstabilkan

emosional. Hal ini terlihat dari adanya perubahan yang signifikan dari kecemasan

sedang menjadi kecemasan ringan, menurut peneliti hal ini mungkin saja

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, salah satunya

yaitu usia dan tingkat pendidikan, pada mini riset terdapat 80% responden dengan

usia dewasa tua sampai lansia dan tingkat pendidikan terdapat 40% dari responden

hanya sampai tingkat pendidikan SD. Menurut Kaplan dan shadock (1997) dalam

(Lutfa, 2015) yang menyatakan gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada

usia dewasa dan Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam

mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat

pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus.

Kemudian pada responden yang diberikan terapi music klasik tingkat kecemasan
responden ke 4 hanya berubah pada nilainya tidak pada jenis kecemasannya, hal

ini dipengaruhi oleh selera responden terhadap music klasik, menurut Teori

Berlyne (1971) dalam (Az Zahra, 2016), menyebutkan bahwa ketika

mendengarkan musik, pendengar akan memperhitungkan faktor-faktor seperti

kompleksitas musik, familiaritas dan baru tidaknya lagu tersebut. Bunyi musik

yang dianggap familiar adalah bila musik tersebut dialami sebagai memberikan

rasa nyaman atau menyenangkan.

Menurut New zealand society for music therapy (NZSMT) dalam

(Economicdeu, 2012) menyatakan bahwa terapi musik terbukti efektivitasnya

untuk implementasikan pada bidang kesehatan, karena musik dapat menurunkan

kecemasan, nyeri, strees, dan menimbulkan mood yang positif. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Savitry, 2016) yang menyatakan bahwa

terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien preoperasi. Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa menggunakan paired sample t-test pada kelompok

intervensi ada penurunan tingkat kecemasan yang bermakna secara statistic pada

responden kelompok intervensi (t=5,08,df=24, p<0,05), artinya ada pengaruh

terapi musik terhadap tingkat kecemasan pasien preoperasi di Bangsal Bedah

Ruang Melati Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Terapi musik merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengurangi

kecemasan yang menghubungkan antara aspek penyembuhan musik itu sendiri

dengan kondisi dan situasi fisik/tubuh, emosi, mental, spiritual, kognitif dan

kebutuhan sosial seseorang (Natalina, 2013). Benenzon (1997) dalam (Simbolon,

2015) mengemukakan bahwa kesesuaian musik sangat di pengaruhi oleh


pendidikan, falsafah yang dianut, tatanan klinis dan latar belakang budaya yang

dianut oleh pasien itu sendiri. Seseorang dalam keadaan cemas maka sistem saraf

simpatik akan meningkatkan kerja detak jantung, tekanan darah, dan pernafasan.

Sebaliknya ketika seseorang dalam keadaan santai, berbaring, nafas menjadi pelan

teratur maka sistem parasimpatik yang berkerja lebih aktif. Dalam terapi ini musik

adalah fasilitator untuk membuat keadaan seseorang menjadi rileks dan nyaman

sehingga kerja system saraf parasimpatik akan berkerja lebih dominan. Hal ini

didukung oleh penelitian (Suhartini, 2016) yang menyatakan bahwa terapi musik

efektif untuk menurunkan perubahan respon fisiologis seperti tekanan darah,

respirasi dan nadi terhadap kecemasan yang dirawat diruang ICU-ICCU.

4.6.2 Tingkat kecemasan pada pasien yang dilakukan terapi dzikir di Ruang

CVCU RSUD Prof. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo.

Sebelum dilakukan intervensi pada pasien terlebih dahulu responden

menandatangani inform consent dan mengisi lembar karakteristik responden

untuk mengetahui karakteristik responden seperti usia, dan tingkat pendidikan

pasien. Setelah itu klien akan diwawancara tentang perasaannya yang kemudian

akan di ukur pada lembar kuisioner tingkat kecemasan, kemudian diberikan terapi

dzikir selama 25 menit. Setelah diberikan terapi kemudian pasien diukur kembali

tingkat kecemasannya. Berdasarkan data hasil penelitian dari 5 responden

didapatkan nilai mean tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi dzikir 30.80.

Sedangkan setelah diberikan terapi dzikir menjadi 15.40. Hasil uji menggunakan

uji Paired t-test didapatkan ρ value 0,000 (<0,05) yang mempunyai arti ada
pengaruh terapi Dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien diruangan CVCU

RSUD Prof.H. AloeSaboe Kota Gorontalo.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa terapi zikir dapat

memberikan ketenangan pada pasien, karena pada terapi ini pasien diajak untuk

mengingat nikmat-nikmat tuhan sehingga dapat lebih merelaksasikan tubuh dan

pikiran yang dapat membuat diri pasien tidak cemas. proses intervensi terhadap

klien yang mempertimbangkan keyakinan agama yang dianut menjadi penting

untuk menghindari resistensi apabila proses yang dilakukan dirasakan klien

sebagai suatu hal yang berbeda dengan aturan agama yang diyakininya.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan 100% responden berkeyakinan islam.

Bagi umat muslim keimanan yang penting adalah percaya pada Allah dan Al-

Quran sebagai sumber pengetahuan yang sempurna.

Menurut Benson (2000) dalam (Sudiarto & Suwondo, 2015) Respon

relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut akan mempercepat terjadinya

keadaan relaks, dengan kata lain kombinasi respon relaksasi dengan melibatkan

keyakinan akan melipat gandakan manfaat yang didapat dari respon relaksasi

yaitu penurunan kecemasan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Perwitaningrum & Suryo, 2016) menyatakan bahwa terapi relaksasi zikir dapat

menurunkan tingkat kecemasan pada pasien dispepsia. Hasil uji beda Mann

Whitney U menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada saat pascates. Hal ini

ditunjukkan dari nilai p < 0,05 yang berarti signifikan.


Menurut (Purwanto, 2010) menyatakan Zikir sebagai salah satu bentuk

ibadah dalam agama Islam merupakan relaksasi religius, dengan mengucapkan

lafadz Alloh secara terus menerus dengan pelan dan ritmis akan dapat

menimbulkan respon relaksasi. Pengulangan lafadz tersebut disertai keyakinan

terhadap kasih sayang-Nya, perlindungan-Nya dan sifat-sifat baik-Nya yang lain

akan menimbulkan rasa tenang dan aman. Secara biopsikologi, zikir akan

membuat seseorang merasa tenang sehingga menekan kerja sistem syaraf

simpatetis dan mengaktifkan kerja syaraf parasimpatetis (Saleh, 2014). Sistem

saraf parasimpatik yang memiliki fungsi kerja berlawanan dengan saraf simpatik,

akan memperlambat atau memperlemah kerja alat-alat internal tubuh. Sehingga

terjadi penurunan tanda-tanda vital seperti detak jantung, irama nafas dan tekanan

darah, ketegangan otot, tingkat metabolisme, dan produksi hormon penyebab

stress. Seiring dengan penurunan tingkat hormon penyebab stress, maka seluruh

badan mulai berfungsi pada tingkat lebih sehat dengan lebih banyak energy untuk

penyembuhan (Sugiarto, 2015).

4.6.3 Analisa perbandingan efektivitas terapi zikir dan terapi music klasik

terhadap tingkat kecemasan di Ruangan CVCU RSUD Prof. H. Aloe

Saboe Kota Gorontalo.

Berdasarkan data hasil mini riset yang dilakukan pada 10 responden,

didapatkan bahwa nilai mean tingkat kecemasan setelah diberi terapi music klasik

adalah 23.40. Sedangkan setelah diberikan terapi Dzikir menjadi 15.40. Hasil uji

banding menggunakan independent t-test didapatkan ρ value 0,000 (<0,05). Dari


data tersebut dapat terlihat hipotesis statistic H1 diterima yang berarti ada

perbandingan yang signifikan antara terapi music klasik dan terapi zikir.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa terapi musik memang

dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dapat terlihat dari menurunya

ketegangan, pernafasan, tekanan darah, nadi (respon fisiologis). Akan tetapi

setelah terapi musik selesai dilaksanakan, pasien kembali dihadapkan pada

keadaan yang akan dihadapinya, sehingga rasa cemas kembali meningkat.

Terbukti ketika malam hari pasien kembali merasakan kecemasan, hal ini dapat

diketahui ketika peneliti mengkaji post test pada sebagian item yang harus dikaji

di pagi hari maka pasien mengeluh tidur tidak pulas, sering kencing dan lain

sebagainya. Adapun pada terapi dzikir maka kecemasan baik yang berupa gejala

fisiologis ataupun psikologis mengalami penurunan yang signifikan.

Ketika diperdengarkan music klasik, maka harmonisasi dalam musik klasik

yang indah akan masuk telinga dalam bentuk suara (audio), menggetarkan

genderang telinga, mengguncangkan cairan ditelinga dalam serta menggetarkan

sel-sel rambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju

otak dan menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan dan otak kiri. Yang akan

memberikan dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan. Perubahan

perasaan ini diakibatkan karena musik klasik dapat menjangkau wilayah kiri

kortek cerebri (Purna,2006 dalam Andora, 2016).

Dari korteks limbik, jaras pendengaran dilanjutkan ke hipokampus, dan

meneruskan sinyal musik ke Amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran

yang bekerja pada tingkat bawah sadar, sinyal kemudian diteruskan ke


hipotalamus. Hipotalamus merupakan area pengaturan sebagian fungsi vegetative

dan fungsi endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional, jaras

pendengaran diteruskan ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju

serat otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu saraf

simpatis dan para simpatis. Kedua saraf ini dapat mempengaruhi kontraksi dan

relaksasi organ-organ. Relaksasi dapat merangsang pusat rasa ganjaran sehingga

timbul ketenangan (Wardani, 2015).

Namun dari data yang didapat ternyata lebih efektif menggunakan dzikirl

dibandingkan terapi musik klasik, karena Terapi Dzikir memiliki aspek yang

sangat diperlukan dalam mengatasi kecemasan, yakni kemampuanya dalam

membentuk koping baru untuk mengatasi kecemasan. Sehingga secara garis besar

dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi dzikir mempunyai dua poin penting,

memiliki irama yang indah dan juga secara psikologis dapat memotivasi dan

memberikan dorongan semangat dalam menghadapi problem yang sedang

dihadapi. Sedangkan dalam terapi musik, hanya memiliki satu poin saja, yaitu

memiliki nada yang indah (Wahyunita, 2014).

Terapi dzikir memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini

dikarenakan ketika dzikir diperdengarkan dan sampai ke otak, Dzikir akan

membuat seseorang merasa tenang sehingga kemudian menekan kerja sistem

syaraf simpatis dan mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatis (sholeh, 2005

dalam Sudiarto & Suwondo, 2015). Sistem saraf parasimpatik yang memiliki

fungsi kerja berlawanan dengan saraf simpatik, akan memperlambat atau

memperlemah kerja alat-alat internal tubuh. Sehingga terjadi penurunan tanda-


tanda vital seperti detak jantung, irama nafas dan tekanan darah, ketegangan otot,

tingkat metabolisme, dan produksi hormon penyebab stress. Seiring dengan

penurunan tingkat hormon penyebab stress, maka seluruh badan mulai berfungsi

pada tingkat lebih sehat dengan lebih banyak energy untuk penyembuhan

(Sugiarto, 2015). Selain itu terapi dzikir membantu individu membentuk persepsi

yang lain selain ketakutan, yaitu keyakinan bahwa semua konflik akan dapat

dihadapi dengan baik dengan bantuan Alloh SWT. Saat seorang membiasakan

berzikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan Alloh SWT, berada dalam

lindungan-Nya yang kemudian akan membangkitkan percaya diri, kekuatan,

perasaan aman, tentram dan bahagia (Perwitaningrum & Suryo, 2016).

4.6.4 Keterbatasan Dalam Penelitian

Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan, diantaranya adalah Peserta

yang menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 orang. Waktu yang

terbatas dalam penelitian.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan data Hasil uji menggunakan uji Paired t-test didapatkan ρ

value 0,006 (<0,05) artinya ada pengaruh terapi music klasik terhadap

tingkat kecemasan pada pasien di ruangan CVCU RSUD Prof. H. Aloe

Saboe Kota Gorontalo. Menurut New zealand society for music therapy

(NZSMT) dalam (Economicdeu, 2012) menyatakan bahwa terapi musik

terbukti efektivitasnya untuk implementasikan pada bidang kesehatan,

karena musik dapat menurunkan kecemasan, nyeri, strees, dan

menimbulkan mood yang positif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Savitry, 2016) yang menyatakan bahwa terapi musik dapat

menurunkan tingkat kecemasan pasien preoperasi.

2. Berdasarkan Hasil uji menggunakan uji Paired t-test didapatkan ρ value

0,000 (<0,05) yang mempunyai arti ada pengaruh terapi Dzikir terhadap

tingkat kecemasan pada pasien diruangan CVCU RSUD Prof.H.

AloeSaboe Kota Gorontalo. Menurut Benson (2000) dalam (Sudiarto &

Suwondo, 2015) Respon relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut

akan mempercepat terjadinya keadaan relaks, dengan kata lain kombinasi

respon relaksasi dengan melibatkan keyakinan akan melipat gandakan

manfaat yang didapat dari respon relaksasi yaitu penurunan kecemasan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Perwitaningrum &
Suryo, 2016) menyatakan bahwa terapi relaksasi zikir dapat menurunkan

tingkat kecemasan pada pasien dispepsia.

3. Berdasarkan data hasil mini riset yang dilakukan pada 10 responden,

didapatkan bahwa nilai mean tingkat kecemasan setelah diberi terapi music

klasik adalah 23.40. Sedangkan setelah diberikan terapi Dzikir menjadi

15.40. Hasil uji banding menggunakan independent t-test didapatkan ρ

value 0,000 (<0,05). Dari data tersebut dapat terlihat adanya perbandingan

yang signifikan antara terapi music klasik dan terapi zikir.

5.2 Saran

1. Bagi responden

Responden diharapkan mengetahui manfaat dari terapi music

klasik dan terapi dzikir dalam menurunkan kecemasan.

2. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit khususnya ruangan CVCU dapat meningkatkan

kualitas pelayanan dengan menerapkan dan mengedukasikan terapi music

klasik dan terapi dzikir sebagai bentuk penanganan non farmakologi dari

kecemasan

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat sebagai wadah menambah wawasan tentang

aplikasi terapi music klasik dan terapi dzikir pada pasien cvcu untuk

menurunkan kecemasannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aditia, R. (2012). Manfaat Musik Instrumental. Retrieved juni 8, 2017, from


http://aditiarahargian.com/?p=52

Agita, C. (2012). Kecemasan. Retrieved Juni 10, 2017, from


eprints.uny.ac.id/9709/2/BAB%202%20-07104244004.pdf

Andora, N. (2016). Pengaruh Murratal Terhadap Penurunan Tekanan Darah


Tinggi di Posyandu Lansia Kabupaten Lampung Tengah. Muhammadiyah
Journal Of Nursing, 1-6.

Arini. (2015). Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung Yang di
Rawat Inap di RSUD. DR.Soetomo.Surabaya. Retrieved juni 10, 2017,
from http://repository.wima.ac.id

Artiluhung, T. (2012). Pengaruh pendekatan terhadap kecemasan siswa dalam


pembelajaran aquatik pada siswa SMPN 3 Darangdan. Universitas
Pendidikan Indonesia, 42-52.

Azzahra, M. (2016). Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Dengan Terapi Musik
Kesukaan Terhadap Tingkat Depresi Mahasiswa Tugas Akhir Fisioterapi
S1 di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas muhammadiyah surakarta.
Naskah Publikasi, 1-14.

Budiman, F. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan


pada pasien IMA di ruangan CVCU RSUP Prof. Kandou Manado. e-
Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 3, 1-7.

Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress.

Economicdeu. (2012). Health science Journal. . Volume 6, Issue 3, -.

Elfida, D. (2012). Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecemasan Pada Ibu
Hamil. Jurnal Psikologi , Volume 8 Nomor 2, 80-89.

Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Ismail, T. (2015). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan ICU-ICCU


terhadap kecemasan keluarga pasien di rumah sakit umum daerah dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen 2015. StikesKusumaHusada, 1-10.

Jevon, P., & Ewens, B. (2009). Pemantauan Pasien Kritis seri ketrampilan klinis
esensial untuk perawat edisi kedua. Jakarta: Erlangga.
Laili, F. (2014). Zikir sebagai psikoterapi dalam gangguan kecemasan lansia. Vol.
5, No. 1, 133-150.

Lutfa, U. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien


Dalam Tindakan Kemoterapi Di Rumah Sakit DR.Moewardi Surakarta.
Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, Vol. 1, 187-192.

Mantiri, M. (2015). Gambaran Kecemasan pasien menggunakan terapi musik


klasik pada prosedur ekstraksi gigi di RSGM PSPDG-FK Unsrat. Jurnal e-
GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, 595 - 602.

Musbikin, I. (2009). Kehebatan Musik Untuk Mengasah Kecerdasan Anak.


Jakarta: IHDINA.

Natalina, D. (2013). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana


Media.

Notoatmodjo, S. (2012). Metedologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Novita, D. (2012). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open
Reduction And Internal Fixation (ORIF) Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Retrieved juni 8, 2017, from
http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20328120&lokasi=lokal

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Perwitaningrum, C., & Suryo, y. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Zikir


Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Dispepsia. Jurnal
Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2, 147-164.

Purwanto, S. (2010). Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius Untuk Mengurangi


Gangguan Insomnia. Tesis, -.

RISKESDES. (2013). Penyakit Jantung. Retrieved juni 10, 2017, from


http://www.litbang.depkes.go.id

Rofiqah, T. (2016). Konseling Religius: Mengatasi Rasa Kecemasan Dengan


Mengadopsi Terapi Zikir Berbasis Religiopsikoneuroimunologi. Jurnal
KOPASTA, 75-85.

Said, M. b. (2005). Konseling terapi. Jakarta: Gema insani press.

Saleh. (2014). Berdzikir untuk Kesehatan Syaraf. Jakarta: Penerbit Zaman.


Sari, A. (2015). Pelatihan Teknik Relaksasi untuk Menurunkan Kecemasan pada
Primary Caregiver Penderita Kanker Payudara. GADJAH MADA
JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY VOLUME 1, NO. 3,
173-192.

Sari, J. N., & Febriany, N. (2012). Pengaruh Dzikir terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operatif Kanker Serviks. Retrieved juni 6, 2017,
from https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/view/327

Savitry, W. (2016). Terapi Musik dan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre
Operatif. Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, 1-6.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Simbolon, P. (2015). Pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan pada


pasien pre operasi di ruang rawat bedah rumah sakit santa elisabeth
medan tahun 2015. Retrieved juni 9, 2017, from
jurnal.stikeselisabethmedan.ac.id/index.php/elisabeth/issue/.../5

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah,Edisi Kedelapan.Volume I. Jakarta: EGC.

Subandi. (2009). Psikologi Dzikir: Studi Fenomenologi Pengalaman


Transformasi Religius. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudiarto. (2015). Pengaruh Relaksasi terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur


pada Pasien Intensive Care Unit. Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3, 847
- 857.

Sugiarto, A. (2015). Intervensi Berbasis Keperawatan Integrasi dengan Relaksasi


Islami terhadap Penurunan Kecemasan dan Nyeri Pasien AMI di Ruang
ICU. LINK Vol. 11 No. 3, 1017 - 1028.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhartini. (2016). Effectiveness of music therapy toward reducing patients anxiety


in intensive care unit. Media Ners, Volume 2, Nomor 1, 1-14.

Sujarweni, W. (2014). Metedologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava


Media.

Sukarni. (2014). Dzikir 4T terhadap Penurunan Kecemasan pada Pasien Sindrom


Koroner Akut. Retrieved Juni 10, 2017, from ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jrk/article/.../225/175
Sundari, S. (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Susilo, & Hary, W. (2013). Penelitian dalam ilmu Keperawatan. Jakarta: In


Media.

Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


Mulia Medika.

Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wahyunita, D. (2014). PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI ZIKIR


TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF ISTRI
YANG MENGALAMI INFERTILITAS. Journal Uii, 4-17.

Wardani, I. (2015). Pengaruh Terapi Musik Klasik dan Murotal Terhadap


Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia. Naskah Publikasi, 1-16.

Warni. (2017). Dzikir Dan Kesehatan Mental. Skripsi, 5-89.

Wiramihardja, S. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika


Aditama.
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

(INFORM CONSENT)

Dengan hormat,

Saya yang bernama Lusiani Ahmad/841 716 031, adalah mahasiswa


Program Studi Profesi Ners Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri
Gorontalo. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Perbandingan efektivitas
Terapi Dzikir dan Terapi Musik Terhadap Tingkat Kecemasan Di Ruangan
CVCU. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Program Profesi Ners Fakultas Olahraga dan
Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan bapak/Ibu untuk


menjadi responden dalam penelitian ini. Kerahasiaan informasi dan identitas
Bapak/Ibu dijamin oleh peneliti dan tidak akan disebar luaskan baik melalui
media massa atau pun elektronik. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden,
silahkan Bapak/Ibu menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kerelaan
Bapak/Ibu.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas


menolak atau mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi
Bapak/Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya
digunakan untuk keperluan penelitian ini. Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu
dalam penelitian ini.

Gorontalo, 2017

Peneliti Responden

Lusiani Ahmad ( )
Lampiran 2 : Lembar Karakteristik Responden
Kode Responden :

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

4. Pendidikan :

*Coret yang tidak perlu


Lampiran 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“Terapi Musik”
Kompetensi : Pemberian Terapi Musik
Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh terapis kepada klien
Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual pasien.
Persiapan : 1. Tape music / Radio
alat dan 2. CD Musik
bahan 3. Headset
4. Alat-alat musik yang sesuai

Prosedur :

NO PROSEDUR

Pre interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8 Menanyakan keluhan utama klien
9 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
11 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
12 Identifikasi pilihan musik klien.
13 Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik.
14 Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
15 Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
16 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama
mendengarkan musik.
17 Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan klien.
18 Pastikan tape musik/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik.
19 Dukung dengan headphone jika diperlukan.
20 Nyalakan music dan lakukan terapi music.
21 Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
22 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama.
23 Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat musik atau bernyanyi
jikan diinginkan dan memungkinkan saat itu.
24 Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
25 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
26 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
27 Identifikasi pilihan musik klien.
Terminasi
28 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
29 Simpulkan hasil kegiatan
30 Berikan umpan balik positif
31 Kontrak pertemuan selanjutnya
32 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
33 Bereskan alat-alat
34 Cuci tangan
Dokumentasi
35 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
- Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
- Lama tindakan
- Jenis terapi music yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
- Respon pasien.
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan
Lampiran 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI SPIRITUAL DZIKIR

Topik Penerapan terapi modalitas berupa terapi spiritual dzikir


pada pasien

Pengertian Terapi yang menggunakan media dzikir mengingat Allah


yang bertujuan untuk memfokuskan pikiran. Dengan
bacaan do’a dan dzikir orang akan menyerahkan segala
permasalahan kepada Allah, sehingga beban stress yang
dihimpitnya mengalami penurunan. (Fanada, 2012 dikutip
Indri W, 2014)

Tujuan 1. Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan membakar

setan, karena dzikir bagaikan benteng yang sangat

kokoh yang mampu melindungi seorang hamba dari

serangan musuh-musuhnya.

2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan,

dan depresi, dan dapat mendatangkan ketenangan,

kebahagiaan dan kelapangan hidup. Karena dzikir

mengandung psikoterapeutik yang mengandung

kekuatan spiritual atau kerohanian yang dapat

membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme


yang kuat dalam diri orang yang berdzikir.

3. Dzikir dapat menghidupkan hati

4. Dzikir dapat menghapus dosa dan menyelamatkannya

dari adzab Allah, karena dengan berdzikir dosa akan

menjadi suatu kebaikan yang besar, sedang kebaikan

dapat menghapus dan menghilangkan dosa.

Waktu Setelah melaksanakan kegiatan shalat 5 waktu

Pelaksana Mahasiswa Praktika Senior

Prosedur A. Persiapan Alat dan Lingkungan


Penatalaksanaan 1. Persiapan perlengkapan ibadah (seperti tasbih,
Terapi Spiritual
sajadah, dsb)
Dzikir
2. Lingkungan yang hening sehingga dapat

berkonsentrasi secara penuh

B. Langkah-langkah
Langkah-langkah respon rileksasi menurut Dr.dr

Samsuridjal Djauzi, SpPD., KAI (2008) antara lain :

1. Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan

2. Duduklah dengan santai

3. Tutup mata

4. Kendurkan otot-otot

5. Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan

kalimat spiritual yang dibaca secara berulang-ulang

6. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah


fokuskan pikiran

7. Lakukan selama 10 menit

8. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah

dulu dan beristirahat, buka pikiran kembali, barulah

berdiri dan melakukan kegiatan kembali.

C. Kriteria Evaluasi

1. Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual

menggunakan catatan aktivitas terapi yang telah

dilakukan.

2. Menganalisis sesi yang telah dilakukan untuk

melihat kefektifan terapi.

3. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga

perawat dapat mengetahui progres teknik yang

dilakukan klien dalam mengembangkan sesi.


Lampiran 5

Lembar Observasi Hasil Pretest dan Posttest

Tingkat Kecemasan (Terapi Zikir/Terapi Musik klasik)


Kode
Pretest Posttest
Responden
Angka Tingkat Angka Tingkat
Lampiran 6
HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Nomor Responden :

Nama Responden :

Tanggal Pemeriksaan :

NO Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Jumlah Skor

Menurut Nursalam 2003 dalam (Artiluhung, 2012)

Skor :
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan


14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
Lampiran 7

Karakteristik Responden

Statistics

Jenis Kelamin Usia Pendidikan

N Valid 10 10 10

Missing 0 0 0

Mean 1.30 4.10 2.30

Sum 13 41 23

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 7 70.0 70.0 70.0

Perempuan 3 30.0 30.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 26-35 1 10.0 10.0 10.0

46-55 6 60.0 60.0 70.0

56-65 3 30.0 30.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 2 20.0 20.0 20.0

SMP 4 40.0 40.0 60.0

SMA 3 30.0 30.0 90.0

D3 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


Lampiran 8

Statistik SPSS Uji Normalitas Data

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PrePost
10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
Zikir

Descriptives

Statistic Std. Error

PrePost Zikir Mean 23.10 2.834

95% Confidence Interval for Lower Bound 16.69


Mean
Upper Bound 29.51

5% Trimmed Mean 22.89

Median 20.50

Variance 80.322

Std. Deviation 8.962

Minimum 14

Maximum 36

Range 22

Interquartile Range 17

Skewness .443 .687

Kurtosis -1.630 1.334


Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
PrePost Zikir .215 10 .200 .856 10 .068

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PrePost_musik 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

PrePost_musik Mean 26.20 1.323

95% Confidence Interval for Lower Bound 23.21


Mean
Upper Bound 29.19

5% Trimmed Mean 26.11

Median 26.00

Variance 17.511

Std. Deviation 4.185

Minimum 20

Maximum 34

Range 14

Interquartile Range 7

Skewness .450 .687

Kurtosis -.059 1.334

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PrePost_musik .219 10 .191 .958 10 .762

a. Lilliefors Significance Correction


Lampiran 9

Statistik SPSS Uji T Berpasangan

• Terapi Musik

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre Musik 29.00 5 3.606 1.612

Post Musik 23.40 5 2.608 1.166

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre Musik & Post Musik 5 .771 .127

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Pre
Musik -
5.600 2.302 1.030 2.741 8.459 5.439 4 .006
Post
Musik
• Terapi Dzikir

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre Zikir 30.80 5 5.450 2.437

Post Zikir 15.40 5 1.673 .748

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre Zikir & Post Zikir 5 .806 .100

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Pre Zikir


- Post 15.400 4.219 1.887 10.161 20.639 8.162 4 .001
Zikir
Lampiran 10

Statistik SPSS Uji Independen T test

Group Statistics

kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

PostPost Post Musik 5 23.4000 2.60768 1.16619

Post Zikir 5 15.4000 1.67332 .74833

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval

Sig. (2- Mean Std. Error of the Difference

F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

PostPost Equal
varianc
es 1.493 .257 5.774 8 .000 8.00000 1.38564 4.80471 11.19529
assume
d

Equal
varianc
es not 5.774 6.817 .001 8.00000 1.38564 4.70552 11.29448
assume
d
Lampiran 11

Master Tabel

Terapi Zikir
Nilai Sebelum Jenis Nilai Sesudah Jenis
Responden Jenis Kelamin Usia Pendidikan
Terapi Kecemasan Terapi Kecemasan
R1 L 55 SMA 29 Berat 15 Ringan
R2 L 59 SMP 23 Sedang 14 Ringan
R3 L 52 SMP 36 Berat 18 Ringan
R4 P 48 SMA 30 Berat 14 Ringan
R5 P 63 SMA 36 Berat 16 Ringan

Terapi Musik
Nilai Sebelum Jenis Nilai Sesudah Jenis
Responden Jenis Kelamin Usia Pendidikan
Terapi Kecemasan Terapi Kecemasan
R1 L 28 SMP 25 Sedang 20 Ringan
R2 L 64 SMP 30 Berat 22 Sedang
R3 L 48 SD 34 Berat 26 Sedang
R4 P 52 D3 26 Sedang 23 Sedang
R5 L 47 SD 30 Berat 26 Sedang

67
Lampiran 12

Dokumentasi Penelitian

Saat Menandatangani Inform consent Saat diberikan terapi Musik klasik

Saat penilaian Pre Test Saat penilaian Post Test

68
Saat Diberikan Terapi Zikir

Saat di nilai Post test

69

Anda mungkin juga menyukai