Anda di halaman 1dari 101

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN GANGGUAN

KUALITAS TIDUR PRE OPERASI PASIEN SPINAL ANESTESI


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HJ. ANNAH
LASMANAH BANJARNEGARA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan


Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi di Universitas Harapan Bangsa

Disusun Oleh :

ILHAM MAULANA PRATAMA


190106070

LEMBAR JUDUL
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM
SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2023
LEMBAR PENGESAHAN

……………………….

……………………….

……………………….

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN GANGGUAN


KUALITAS TIDUR PRE OPERASI PASIEN SPINAL ANESTESI DI RSUD
Hj. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA
Disusun oleh:
ILHAM MAULANA PRATAMA
190106070

Telah dipertahankan di depan dewan penguji presentasi hasil skripsi pada Program Studi
Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

Pada hari :
Tanggal :

Dewan penguji:
Penguji 1 : Dr. Ns. Rahmaya Nova H., S.Kep., M.Sc.,Sp.Kep.MB ……………………….

Penguji 2 : Ns. Amin Susanto, S.Kep., MSN ……………………….

Penguji 3 : Ns. Martyarini Budi S, S.Kep., M.Kep ……………………….

Mengesahkan,
Ketua Program Studi Keperawatan Anestesiologi Program
Sarjana Terapan Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa

Wilis Sukmaningtyas, S.ST.,S.Kep., Ns., M.Kes


NIK.109204120188

LEMBAR PERNYATAAN TUGAS AKHIR


HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN GANGGUAN
KUALITAS TIDUR PRE OPERASI PASIEN SPINAL ANESTESI DI RSUD
Hj. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA

Ilham Maulana Pratamaa, Amin Susantob, Martyarini Budi Setyawatic

ab
Program Studi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan Fakultas
Kesehatan Universitas Harapan Bangsa

c
Program Studi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

ABSTRAK

Kecemasan yang berlebihan dan terus menerus bisa menimbulkan gangguan


psikologis seperti stress dan mengakibatkan gangguan pada pola tidur dan kualitas
tidur. Kebanyakan yang mengalami gangguan pola tidur sekitar usia dewasa
muda. Kecemasan mengakibatkan individu mencoba memaksakan untuk tidur,
dan juga sering terbangun pada malam hari. Stress dan kecemasan yang
berkelanjutan bisa mengakibatkan pola tidur yang sangat buruk Terjadinya
gangguan pola tidur pada pasien kebanyakan dikarenakan pengaruh hospitalisasi.
Pasien di rumah sakit sering terbangun dan mengakibatkan berkurangnya tidur
REM dan juga total waktu tidur . Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,
dengan jenis deskriptif korelasi cross sectional. Melibatka 65 responden dengan
menggunakan kuesioner Amsterdam Preoperatvie Anixety & Information Scale
(APAIS) & Athens Insomnia Scale (AIS). Kecemasan pasien pre operasi dengan
anestesi spinal sebagian besar mengalami kecemasan sedang dengan 23 responden
(35,4%). Sedangkan gangguan kualiatas tidur pasien pre operasi dengan anestesi
spinal sebagian besar mengalami insomnia ringan sebanyak 28 responden
(43,1%). Terdapat hubungan kecemasan pasien pre operasi dengan gangguan
kualitas tidur pasien pre operasi dengan anestesi spinal di RSUD Hj. Anna
Lasmanah Banjarnegara dibuktikan dengan hasil uji korelasi Sperman’s Rho
menunjukan nilai signifikan p = 0,000 (<0,05) yang diartikan terdapat hubungan
tingkat kecemasan dengan gangguan kualitas tidur pasien pre operasi anestesi
spinal.

Kata kunci : Anestesi, Gangguan Kualitas Tidur, Kecemasan, Spinal


THE RELATIONSHIP BETWEEN ANXIETY LEVEL AND SLEEP
QUALITY DISORDERS IN PRE-OPERATIVE SPINAL ANESTHESIA
PATIENTS AT HOSPITAL Hj. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA

Ilham Maulana Pratamaa, Amin Susantob, Martyarini Budi Setyawatic

ab
Bachelor of Applied Anesthesiology Nursing Study Program, Faculty of Health

Harapan Bangsa University

c
Nursing Undergraduate Program, Faculty Of Health

Harapan Bangsa University

ABSTRACT

Excessive and continuous anxiety can cause psychological disturbances such as


stress and result in disturbances in sleep patterns and sleep quality. Most people
experience disturbed sleep patterns around young adulthood. Anxiety causes
individuals to try to force themselves to sleep, and often wake up at night.
Sustained stress and anxiety can result in very poor sleep patterns. The
occurrence of disturbed sleep patterns in patients is mostly due to the effects of
hospitalization. Patients in hospital often wake up and this results in reduced
REM sleep and also total sleep time. This research is quantitative research, with
a descriptive type of cross sectional correlation. Involving 65 respondents using
the Amsterdam Preoperative Anxiety & Information Scale (APAIS) & Athens
Insomnia Scale (AIS) questionnaire. Most of the preoperative anxiety of patients
with spinal anesthesia experienced moderate anxiety with 23 respondents
(35.4%). While the disturbance of sleep quality in preoperative patients with
spinal anesthesia mostly experienced mild insomnia as many as 28 respondents
(43.1%). There is a relationship between preoperative patient anxiety and
impaired sleep quality in preoperative patients with regional anesthesia at
Hospital Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara is proven by the results of the
Sperman's Rho correlation test showing a significant value of p = 0.000 (<0.05)
which means there is a relationship between anxiety levels and sleep quality
disturbances in patients pre-spinal anesthesia surgery.
Keywords: Anesthesia, Sleep Quality Disorders, Anxiety, Spinal

HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama dan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas

segala karunia-Nya yang berupa kenikmatan, kemudahan, kekuatan, keikhlasan

serta atas keridhaan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat

waktu. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya ucapkan rasa syukur

dan terima kasih kepada :

1. Ibunda Ade Sumiati S.ST., Bdn., MM.Kes dan Ayahanda Gugun Gunawan

S.H yang senantiasa memberikan dukungan melalui moril maupun materi, sert

a doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya. Terimakasih telah mendidik say

a dan selalu mendukung keputusan saya dari kecil hingga saya akan mendapat

kan gelar.

2. Adik-adikku, dwiana amira khaerunisa dan bagas abiyasa praja gunawan yang

selalu menjadi penyemangat dan pengingat saya untuk menyelesaikan skripsi i

ni agar bisa menjadi kebanggan keluarga dan kedua orang tua.

3. Ibu dan Bapak Dosen Pembimbing, Penguji, dan Staf pengajar secara umum d

i lingkungan program studi keperawatan sarjana terapan anestesiologi. Terima

kasih banyak selama 4 tahun bisa diterima, diajarkan banyak ilmu, dibimbing

dengan luar biasa disini.

4. Almamater tercinta Universita Harapan Bangsa sudah menjadi wadah saya unt

uk menempuh pendidikan sarjana terapan keperawatan anestesiologi.


5. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2019 yang telah memberikan selalu

menberikan semangat,motivasi serta suka dan duka selama saya duduk di

bangku kuliah.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan

judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Gangguan Kualitas Tidur Pre

Operasi Pasien Spinal Anestesi Di RSUD Hj. Annah Lasmanah Banjarnegara”.

Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Iis Setiawan Mangku Negara, S.Kom.,MTL., selaku Ketua Yayasan

Pendidikan Dwi Puspita

2. dr. Pramesti Dewi, M.Kes selaku rektor Universitas Harapan Bangsa

3. dr. Erna Astuty selaku direktur RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara

4. Dwi Novitasari, S.Kep., Ns., M.Sc selaku Dekan Fakultas kesehatan

Universitas Harapan Banga

5. Wilis Sukmaningtyas, S.ST., S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan, fakultas kesehatan

Universitas Harapan Bangsa.


6. Danang Tri Yudoyon, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku ketua komite skripsi

Universitas Harapan Bangsa

7. Ns. Amin Susanto, S.Kep., MSN selaku pembimbing ke 1

8. Ns. Martyarini Budi S, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing ke 2

9. Dr. Ns. Rahmaya Nova Handayani, S.Kep., M.Sc.Sp.Kep.MB selaku penguji

skripsi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak sekali

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kearah yang lebih baik.

Purwokerto, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL...................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI.................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN TUGAS AKHIR.....................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................................v

ABSTRACT............................................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii

KATA PENGANTAR........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................5

C. Tujuan...........................................................................................................5

D. Manfaat.........................................................................................................6

E. Keaslian Penelitian......................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10

A. Tinjauan Teori...........................................................................................10

B. Kerangka teori...........................................................................................27

C. Kerangka konsep.......................................................................................28

D. Hipotesis.....................................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...............................................................29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................29

C. Populasi dan Sampel.................................................................................30

D. Variabel Penelitian....................................................................................31

E. Definisi Operasional Variabel.................................................................31

F. Instrumen Penelitian.................................................................................32

G. Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................................34

H. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data......................................................35

I. Analisa Data Dan Pengolahan Data........................................................38

J. Etika Penelitian..........................................................................................41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................43

A. Hasil Penelitian..........................................................................................43

B. Pembahasan...............................................................................................46

BAB V KESIMPULAN.......................................................................................54

A. Kesimpulan................................................................................................54

B. Saran...........................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................56
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian................................................................................7

Tabel 2.1 : Kategori Usia.......................................................................................14

Tabel 3.1 : Definisi Operasional............................................................................32

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden.................................... 43

Tabel 4.2 : Kecemasan Pre Operasi....................................................................... 44

Tabel 4.3 : Gangguan Kualitas Tidur.....................................................................44

Tabel 4.4 : Hubungan Kecemasan dan Kualitas Tidur .........................................45


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 : Kerangka Teori...............................................................................27

Gambar 2. 2 : Kerangka Konsep............................................................................28


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pengajuan Pra Survey


Lampiran 2 : Surat Balasan Pra Survey Penelitian
Lampiran 3 : Surat Persetujuan Penelitian
Lampiran 4 : Eticel Clearance Penelitian
Lampiran 5 : Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 7 : Informed Consent
Lampiran 8 : Identitas Responden Surat Pernyataan Tugas Akhir
Lampiran 9 : Kuesioner Athens Insomnia Scale (AIS)
Lampiran 10 : Kuesioner Kecemasan (APAIS)
Lampiran 11 : Master Table
Lampiran 12 : Hasil Olahan Spss
Lampiran 13 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 14 : Jadwal Kegiatan
Lampiran 15 : Lembar Bimbingan Proposal
Lampiran 16 : Lembar Bimbingan Hasil
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data World Health Organization (WHO), jumlah pasien yang

menjalani operasi telah mencapai peningkatan yang signifikan dari tahun ke

tahun. Pada 2017, seluruh rumah sakit di dunia mencatat 140 juta pasien,

sedangkan pada 2019 data meningkat menjadi 148 juta, sedangkan di

Indonesia mencapai 1,2 juta pada 2019 (Krismanto & Jenie, 2021). Menurut

data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Rumah Sakit Indonesia pada

tahun 2019 menunjukkan bahwa tindakan pembedahan menempati urutan ke

11 dari 50 penyakit, dengan persentase 12,8% (Alidina et al., 2019).

Pembedahan merupakan suatu tindakan medis yang dapat menimbulkan

ancaman potensial dan aktual terhadap tubuh, integritas, atau jiwa seseorang,

serta dapat menimbulkan kecemasan. (Setyawan, 2017). Setiap tindakan

pembedahan pasti disertai dengan tindakan anestesi, baik anestesi umum

maupun regional, Anestesi spinal termasuk anestesi regional, tindakan yang

dilakukan secara lokalisasi dengan menyuntikkan obat bius ke dalam Ruang

subarachnoid dengan tusukan vertebra lumbal 6 (Marzuki et al., 2021).

Tindakan pembedahan di sertai anestesi dapat menyebabkan kecemasan pada

pasien sebelum tindakan pembedahan( Wicaksana & Dwianggimawati, 2022).

Kecemasan merupakan kondisi yang sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari, dan kecemasan juga merupakan respon emosional terhadap

1
2

evaluasi terhadap rangsangan. (Hop, 2019). Berdasarkan Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas), kecemasan dikategorikan dalam kelainan gangguan mental

emosional, penelitian Riskesdas pada tahun 2013 angka prevalensi pada usia

lebih dari 15 tahun di Indonesia mencapai 6% dari jumlah penduduk dan saat

2018 angkanya meningkat hingga 9,8% (Garjito, 2021). Berdasarkan studi

kasus yang telah dilakukan bahwa sebanyak 60% - 80% pasien yang akan

dilakukan tindakan operasi dan anestesi mengalami gangguan kecemasan

(Hatimah et al., 2022).

Kecemasan yang berlebihan dan terus menerus bisa menimbulkan

gangguan psikologis seperti stress dan mengakibatkan gangguan pada pola

tidur dan kualitas tidur. Kebanyakan yang mengalami gangguan pola tidur

sekitar usia dewasa muda (Firmansyah et al., 2021). Kecemasan

mengakibatkan individu mencoba memaksakan untuk tidur, dan juga sering

terbangun pada malam hari. Stress dan kecemasan yang berkelanjutan bisa

mengakibatkan pola tidur yang sangat buruk (Rahman & Pubian, 2020).

Menurut hasil dari penelitian yang dilakukan di rumah sakit di Amerika

Serikat, mengatakan stimulus yang dapat mengganggu tidur di rumah sakit

adalah kesulitan menemukan posisi yang nyaman (62%),rasa sakit di bagian

tubuh yang tidak nyaman (58%), ketakutan (30%), kecemasan (25%),

lingkungan baru (18%), tempat tidur tidak nyaman (10%) (Hop, 2019).

Menurut (Smeltzer & Bare, 2013) pola tidur memiliki peran yang penting

untuk kesehatan. Seseorang yang sakit harusnya memiliki banyak untuk tidur.

Pemenuhan kualitas tidur juga harus dipenuhi pasien pre operasi dengan
3

tujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental sebelum menjalani tindakan

operasi (Melanie & Jamaludin, 2018)

Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur antara lain penyakit, lingkungan,

kelelahan, gaya hidup, kecemasan, alkohol, diet, merokok, motivasi, dan obat-

obatan (Siburian, 2021). Pemenuhan kebutuhan tidur pasien bedah selama

periode pra operasi penting untuk aspek fisik dan mental atau psikologis

pasien, gangguan tidur mempengaruhi risiko intra operatif untuk

meningkatkan risiko, mempercepat pemulihan, dan mengurangi komplikasi

pasca operasi. Kualitas tidur yang baik penting untuk penyembuhan luka

karena proses sintesis protein, pembelahan sel, dan sekresi hormon

pertumbuhan meningkat selama tidur (Melanie & Jamaludin, 2018).

Gangguan kualitas tidur merupakan kondisi yang mengalami, atau berisiko

mengalami, perubahan jumlah atau kualitas pola istirahat yang menimbulkan

ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. (Hop, 2019).

Terjadinya gangguan pola tidur pada pasien kebanyakan dikarenakan

pengaruh hospitalisasi. Pasien di rumah sakit sering terbangun dan

mengakibatkan berkurangnya tidur REM dan juga total waktu tidur

(Setyawan, 2017)

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siburian,

(2021) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien yang menjalani

reseksi prostat transurethral prostat (TURP) pra operasi di Rumah Sakit

Umum Tenaga Kerja Imelda Indonesia Medan, terdapat hubungan antara


4

kecemasan dengan kualitas tidur dengan skor signifikan 0,00, sesuai dengan

skor signifikan < 0,05. Kekuatan hubungan kelelahan dengan aktivitas fisik

adalah 0,907 dengan nilai 0,76 sampai 0,99 menunjukkan korelasi yang sangat

kuat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman & Pubian (2020) dari hasil

uji statistik dapat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan

dengan gangguan tidur pada pasien bedah di RS Graha Husada Bandar

Lampung tahun 2019 dengan p-value = 0,000 (p<0,05). Dengan hasil yaitu 3

responden tanpa kecemasan juga menderita gangguan tidur ringan (3,3%), 13

responden dengan kecemasan ringan juga menderita gangguan tidur ringan

(14,5%), 2 responden dengan kecemasan ringan juga menderita gangguan

tidur berat (2,2%), 4 responden mengalami kecemasan juga menderita

gangguan tidur ringan (4,4%), 67 responden juga menderita gangguan tidur

berat (74,5%) dan 1 responden menderita kecemasan berat dan juga menderita

gangguan tidur berat (1,1%).

Penelitian yang juga dilakukan Melanie & Jamaludin (2018) ada hubungan

tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pasien pre operasi sectio caesarea di

ruang burangrang rumah sakit tingkat II dustira sebanyak 48 responden.

Dengan nilai setengah responden sebesar 52,1% mengalami tingkat

kecemasan sedang, dan setengah responden lagi sebesar 64,6% mengalami

kualitas tidur yang buruk. Maka bisa ditarik kesimpulan semakin berat

kecemasan yang dialami pasien maka semakin buruk juga kualitas tidur yang

dimiliki pasien.
5

Berdasarkan hasil data pre survey di RSUD Banjarnegara, jumlah pasien

operasi dengan spinal anestesi pada bulan Oktober 2022 sebanyak 120 pasien.

Setelah observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 4

November 2022 menunjukan bahwa dari 6 pasien semua pasien mengalami

kecemasan dengan kualitas tidur yang buruk. Sulit tidur dimalam hari dan

jumlah jam tidurnya kurang dari tujuh jam, dan sering juga terbangun di

malam hari dikarenakan merasakan takut dan cemas akan adanya tindakan

operasi dan pembiusan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “

Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Gangguan Kualitas Tidur Pre Operasi

Pasien Spinal Anestesi”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut : “ Bagaimana hubungan tingkat

kecemasan dengan gangguan kualitas tidur pre operasi pasien spinal anestesi

di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan gangguan kualitas tidur

pre operasi pasien spinal anestesi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan.


6

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pre operasi pasien spinal anestesi.

c. Mengidentifikasi gangguan kualitas tidur pre operasi pasien spinal

anestesi.

d. Mengidentifikasi hubungan tingkat kecemasan dengan gangguan

kualitas tidur pre operasi pasien spinal anestesi.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi pada

kajian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan gangguan kualitas

tidur pre operasi spinal anestesi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Profesi Penata Anestesi

Dengan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan

referensi tentang pola tidur pasien dengan tingkat kecemasan pasien

pre operasi dengan anestesi spinal yang akan menjalani tindakan

operasi agar terhindar dari kecemasan. Dalam hal ini perawat

melaksanakan tindakan ini sebagai rangkaian asuhan keperawatan

anestesi sesuai perannya sebagai edukator.

b. Bagi Universitas Harapan Bangsa

Penelitian ini dapat dijadikan informasi sebagai bahan masukan dalam

melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan

dilakukan kemudian hari.


7

c. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

khususnya dalam manajemen rumah sakit dalam memberikan

pelayanan terutama dalam hal mengatasi kecemasan pasien saat ingin

dilakukan operasi, yaitu rumah sakit dapat melihat hubungan tingkat

kecemasan dengan gangguan pola tidur pasien pre operasi spinal

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat kecemasan dengan

gangguan kualitas tidur pre operasi pasien spinal anestesi di RSUD Hj. Anna

Lasmanah Banjarnegara, yang sudah dilakukan antara lain sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian


Nama & Judul Penelitian Metode & Hasil Persamaan dan Perbedaan
Tahun Penelitian
(Christine,Hubungan Kuantitatif deskriptif yan Persamaan :Penelitian ini
Handayani Kecemasan g disebut cross sectional sama – sama meneliti
Siburian, dengan Kualitas Hasil : dari hasil penelitia kualitas tidur dengan
2021) Tidur Pada n sebagian besar responde kecemasan pasien pre
Pasien Pre n memiliki kualitas tidur t operasi.
Operasi idak baik sebanyak 35 ora Perbedaan : responden yang
Transurethral ng (66,0%), sedangkan re diteliti disini menggunakan
Resection Of sponden yang memiliki k pasien yang akan menjalani
The Prostate ualitas tidur baik sebanya operasi Transurethral
(TURF) Di k 18 orang (34,0%) pada Resection of the Prostate
Rumah Sakit pasien pre operasi [15], fa (TURP) sedangkan
Umum Imelda ktor penyebab nya adalah penelitian saya mencakup
Pekerja kecemasan, karena akan a semua pasien yang akan di
Indonesia danya tindakan operasi ya spinal Anestesi
Medan ng dilakukan.
(Aulia Rah Hubungan Deskriptif korelasi Persamaan : sama- sama
man, Abad Kecemasan Hasil : Hasil uji statistik meneliti hubungan
i Kusumaja Dengan diperoleh nilai p-value = kecemasan dengan
ya Pubian Gangguan Tidur 0,000 yang berarti p<α gangguan tidur pasien pre
, 2020) Pada Pasien (0,05) dan dapat hasilnya operasi
Yang Akan Ha diterima yaitu ada Perbedaan : metode
Menjalani hubungan antara penelitian ini menggunakan
Operasi kecemasan dan gangguan deskriptif korelasi sedang
tidur pada pasien yang kan penelitian saya
8

akan menjalani operasi di menggunakan kuantitatif


RS Graha Husada Bandar deskriptif atau cross
Lampung Tahun 2019. sectional
(Ritha Hubungan Observasional analitik Persamaan : sama-sama
Melanie, Tingkat Hasil : Dari hasil analisis meneliti tingkat kecemasan
Wendi Kecemasan diketahui bahwa terdapat pasien dengan tidur pasien
Jamaludin, Dengan Kualitas hubungan antara tingkat
2018) Tidur Pada kecemasan dengan Perbedaan : responden
Pasien Pre kualitas tidur pada pasien penelitian ini hanya
Operasi Sectio pre operasi sectio menggunakan pasien pre
Caesarea caesarea didapatkan p operasi sectio caesarea
value sebesar 0,002 (p sedangkan penelitian saya
value <0,05) dengan nilai responden nya seluruh
korelasi -0,681 dengan pasien yang akan menjalani
korelasi negatif dengan tindakan operasi dengan
kekuatan korelasi yang spinal anestesi
kuat, sehingga semakin
berat cemas pasien maka
semakin buruk pula
kualitas tidur yang
dimilikinya.
(Musrofah, Hubungan Analitik korelasi Persamaan : Persamaan
Muhamad antara tingkat Hasil : seluruh responden nya adalah metode
Sajidin, kecemasan yang mengalami penelitian ini memakai
Enny Virda dengan kualitas kecemasan ringan analitik korelasi
Yuniarti, tidur pada mempunyai kualitas tidur Perbedaan : responden yang
2021) pasien pre baik yaitu 3 dari 3 orang digunakan di metode ini
operasi di era (100%), responden yang pasien era pandemic covid
pandemic covid- mengalami kecemasan 19 sedangkan penelitian
19 sedang mempunyai saya mengambil pasien di
kualitas tidur buruk yaitu era normalisasi
10 dari 10 orang (100%),
responden yang
mengalami kecemasan
parah mempunyai
kualitas tidur buruk yaitu
17 dari 17 orang (100%).
Ada hubungan tingkat
kecemasan dengan
kualitas tidur pasien pre
operasi pada era pandemi
COVID-19
(Care, S& Hubungan Deskriptif korelasional Persamaan : persamaannya
Efficacy, S tingkat Hasil : dari penelitian sama-sama meneliti tingkat
2019) kecemasan diperoleh hasil bahwa kecemasan dan kualitas
dengan kualitas dari 20 orang (37,7%) tidur pasien pre operasi dan
tidur pasien pre yang tidak cemas
operasi di ruang memiliki kualitas tidur Perbedaan : dalam
angsoka rumah yang baik sebanyak 18 penelitian ini metode
sakit Abdul orang (34,0%) dan penelitian ini menggunakan
9

Wahab kualitas tidur tidak baik deskriptif korelasi


Sjahranie sebanyak 2 orang (3,7%). sedangkan penelitian saya
Samarinda Dari 10 orang (18,9%) menggunakan kuantitatif
yang cemas ringan deskriptif
keseluruhan memiliki
kualitas tidur tidak baik,
begitu pula 19 orang
(35,8%) yang cemas
sedang keseluruhan
memiliki kualitas tidur
tidak baik. Sebanyak 4
orang (7,5%) cemas berat
keseluruhan memiliki
kualitas tidur yang buruk
juga. Dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan
antara tingkat kecemasan
dengan kualitas tidur
pada pasien pre operasi di
ruang Angsoka RSUD
Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Anestesi Spinal

a. Definisi

Anestesi spinal adalah suatu metode pemberian anestesi untuk

meredakan nyeri pada pasien bedah dengan cara menyuntikkan

anestesi lokal ke dalam cairan serebrospinal ruang subarachnoid

(Morgan et al., 2013). Anestesi spinal dilakukan dengan

menyuntikkan analgesik lokal ke dalam ruang subarachnoid antara

vertebra lumbal 2 dan 3, 3 dan 4, atau 4 dan 5 (Puspitasari et al.,

2019).

Spinal anestesi adalah suatu tindakan pembiusan yang dilakukan

secara lokalisasi dengan menginjeksi obat anestesi kedalam ruang

subarachnoid melalui tindakan fungsi lumbal 6. Obat anestesi yang

lazim digunakan dalam spinal anestesi adalah bupivacaine.

Penggunaan obat bupivacaine sering di kolaborasi dengan metode

subarachnoid block (SAB) yang digunakan pada kasus sectio

caesarea (SC) (Marzuki et al., 2021).

b. Indikasi

Indikasi yang terjadi pada anestesi spinal adalah :

1) Bedah ekstremitas bawah

10
11

2) Bedah panggul

3) Tindakan sekitar rektum perineum

4) Bedah obstetrik - ginekologi

5) Bedah urologi

6) Bedah abdomen bawah

c. Kontraindikasi

Kontraindikasi anestesi spinal l digolongkan sebagai berikut :

1) Kontraindikasi absolut

a) Pasien menolak

b) Infeksi pada tempat daerah penyuntikan

c) Hypovolemia berat, syok

d) Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan

e) Tekanan intrakranial meninggi

f) Fasilitas resusitasi minim

g) Kurang pengalaman / tanpa didampingi konsultan

h) Anesthesia

2) Kontraindikasi relatif

a) Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)

b) Infeksi sekitar tempat suntikan

c) Kelainan neurologis

d) Kelainan psikis

e) Penyakit jantung

f) Hypovolemia ringan
12

g) Nyeri punggung kronis

h) Pasien tidak kooperatif

3) Kontraindikasi kontroversial

a) Tempat suntikan yang sama dengan operasi sebelumnya

b) Ketidakmampuan komunikasi dengan pasien

c) Komplikasi operasi

d) Operasi yang lama

e) Kehilangan darah yang banyak

f) Manuver pada kompromi pernapasan

d. Komplikasi Anestesi Spinal

Menurut (Sjamsuhidayat & Jong, 2010) Komplikasi yang dapat

terjadi pada anestesi spinal, adalah :

1) Hipotensi, terutama jika pasien tidak terhidrasi dengan baik.

2) Blokade saraf spinal tinggi, berupa lumpuhnya pernapasan dan

membutuhkan bantuan napas dan jalan nafas segera.

3) Sakit kepala setelah fungsi spinal, sakit kepala ini tergantung

pada besarnya diameter dan bentuk jarum spinal yang digunakan.

e. Prosedur Anestesi Spinal

Penyuntikan dengan tindakan anestesi spinal secara anatomis

dilakukan di segmen L2 kebawah pada saat penusukan dikarenakan

ujung bawah daripada medulla setinggi L2, di ruang intersegmental

lumbal ini lebih besar dan juga datar dibandingkan semua segmen.

Cara mencari lokasi interspace ini cara nya adalah menghubungkan


13

crista iliaca kanan dan kiri, saat itu lah titik pertemuan dengan

segmen lumbal dengan segmen lumbal termasuk processus spinosus

L4 atau juga interspace L4-L5 (Mangku & Senapathi, 2010)

2. Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan atau yang sering disebut ansietas merupakan

perasaan takut akan terjadinya peristiwa atau sesuatu yang

disebabkan oleh antisipasi bahayanya dan juga sinyal yang membantu

seseorang menyiapkan tindakan untuk menghadapi suatu ancaman.

Semua pengaruh bencana, tuntutan, persaingan dalam kehidupan

dapat juga membawa dampak terhadap kesehatan psikologis maupun

fisik. Dampak psikologis yang ditimbulkan adalah kecemasan atau

ansietas (Sutejo,2018).

Kecemasan adalah emosi yang ditandai dengan perasaan

tertekan, pikiran gelisah, dan perubahan fisik seperti tekanan darah

tinggi. Perubahan hemodinamik ini dapat disertai dengan stimulasi

simpatis, parasimpatis, dan endokrin. Ketakutan dapat terjadi sebagai

respons terhadap bahaya nyata dan tidak nyata. Kecemasan adalah

predisposisi bagi manusia karena tidak ada faktor spesifik yang

diidentifikasi (Wicaksana & Dwianggimawati, 2022).

Kecemasan merupakan suatu keadaan emosi yang tidak ada

objek tertentu. Kecemasan disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan
14

tidak diketahui dan biasanya diikuti oleh semua pengalaman yang

baru ditemui (Stuart, 2016)

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Menurut (Lestari, 2015) faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan ialah, sebagai berikut:

1) Umur

Umur biologis atau usia adalah perhitungan usia berdasarkan

kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang (DEPKES

2009). Banyak yang berpendapat bahwa faktor umur yang muda

lebih mudah mengalami stress dari pada umur yang lebih tua.

Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa usia muda biasanya

sering mengalami kecemasan atau stress karena masalah yang

mungkin, dan sering dialami oleh seseorang pada usia muda.

Walaupun umur susah ditentukan karena sebagian besar pasien

merasakan kecemasan selama mereka merasakan sesuatu, tetapi

kecemasan sering terjadi pada rentan usia 20-40 tahun.

Tabel 2.1 : Kategori Usia

No. Kategori Umur Umur/Usia


1. Masa Remaja Akhir 17 – 25 tahun
2. Masa Dewasa Awal 26 – 35 tahun
3. Masa Dewasa Akhir 36 – 45 tahun
4. Masa Lansia Awal 46 – 55 tahun
5. Masa Lansia Akhir 56 – 65 tahun
Sumber Depkes. RI (2009)
15

2) Keadaan fisik

Salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan adalah

penyakit. Biasanya seseorang yang menderita penyakit lebih

mudah timbulnya kecemasan dibandingkan seseorang yang sedang

sehat.

3) Sosial budaya

Budaya dan lingkungan yang sering ditemui di masyarakat

juga bisa menimbulkan terjadinya faktor stress.

4) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang juga mempengaruhi kemampuan

berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan

semakin mudah berfikir dan mencerna informasi yang diterima.

Dan tingkat pendidikan yang tinggi juga akan memberikan respon

yang lebih rasional dibanding seseorang yang memiliki pendidikan

rendah atau tidak berpendidikan sama sekali.

Menurut Teguh (2014) tingkat pendidikan merupakan tahapan

pendidikan yang berdasarkan tingkatan perkembangan peserta

didik. Jenjang pendidikan formal meliputi pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan yang mendasari dan

melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar


16

mencakup sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP).

Pendidikan menengah yaitu lanjutan pendidikan dasar yang terdiri

dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah

kejuruan. Pendidikan menengah meliputi sekolah menengah atas

(SMA).

Pendidikan tinggi yaitu jenjang pendidikan setelah menempuh

pendidikan dasar dan menengah yang mencakup program

pendidikan mulai dari diploma, sarjana, magister, spesialis, dan

doktor yang di gelar oleh pendidikan tinggi. Perguruan tinggi

dapat berupa politeknik, akademi, sekolah tinggi, institut atau

universitas

Kecemasan termasuk respon yang dapat dipelajari, dengan

begitu pendidikan yang rendah menjadi faktor terjadinya

kecemasan seseorang.

5) Tingkat pengetahuan

Seseorang yang tingkat pengetahuan yang rendah cenderung

mudah mengalami stress. Kurangnya pengetahuan disebabkan

oleh tingkat pendidikan yang kurang dan menyebabkan kurangnya

informasi yang diperoleh

c. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart & Sundeen (2016) ada beberapa tingkat kecemasan

dan karakteristiknya antara lain:

1) Kecemasan Ringan
17

Berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, kecemasan ini

menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan

lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar,

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2) Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang bisa memungkinkan seseorang

memfokuskan pada hal yang penting dan mengesampingkan

yang tidak penting. Kecemasan sedang juga mempersulit pola

pikir seseorang, oleh sebab itu, seseorang memiliki pikiran yang

tidak perhatian yang selektif, tetapi kecemasan ini bisa fokus ke

lebih banyak area jika terarah.

3) Kecemasan Berat

Seseorang lebih memfokuskan kepada sesuatu yang lebih

baik dan juga terarah dan juga tidak memikirkan hal lain.

Tindakan cenderung diarahkan untuk mengurangi kecemasan

tersebut. Seseorang membutuhkan banyak arahan untuk

memfokuskan ke area lain.

4) Kecemasan Berat Sekali/Panik

Kecemasan ini disebabkan oleh ketakutan, keterkejutan dan

juga teror, seseorang mengalami kecemasan berat cenderung

mengalami kehilangan kendali, seseorang yang mengalami

kepanikan disertai dengan kebingungan seseorang

mengakibatkan peningkatan aktivitas motorik. Kemampuan


18

untuk berhubungan dengan orang lain menurun dan juga pola

pikir yang menyimpang dan juga persepsi.

d. Gejala

Menurut Dadang (2011) gejala yang timbul akibat gangguan

kecemasan yang sering ditemui antara lain :

1) Rasa cemas dan rasa khawatir yang muncul secara berlebihan

terhadap semua kondisi yang mempunyai ciri khas tertentu.

2) Pikiran yang muncul secara berlebihan tentang rencana dan

semua solusi untuk setiap kemungkinan belum akan terjadi.

3) Seseorang lebih sering tersinggung, gelisah, gugup dan juga

merasa tersudutkan.

4) Seseorang juga lebih sulit berkonsentrasi.

e. Penatalaksanaan kecemasan

Penatalaksanaan kecemasan dapat dilakukan secara farmakologi

dan juga non farmakologi.

1) Farmakologi

Menurut Fahmawati (2018) teknik secara farmakologi yaitu

Teknik yang dilakukan dengan cara memberikan obat atau juga

disebut medikasi, obat yang diberi antara lain :

a) Antiansietas

(1) Golongan benzodiazepine


19

(2) Buspiron

b) Antidepressant

Obat dengan golongan Seratonin Norepinephrin Inhibitors

(SNRI). Pengobatan yang menggabungkan psikoterapi dan

farmakoterapi paling efektif untuk pasien yang mengalami

kecemasan.

2) Non Farmakologi

Menurut Fahmawati (2018) teknik non farmakologi meliputi :

a) Distraksi

Terapi distraksi untuk menghilangkan kecemasan dengan

cara pengalihan perhatian pada hal lain sehingga pasien bisa

lupa terhadap kecemasannya. Semua pikiran yang

menyenangkan membuat pelepasan endorfin yang dapat

memberhentikan dan menghambatkan cemas dengan itu

lebih sedikit timbulnya stimulus cemas yang ditransmisikan

ke dalam otak.

b) Relaksasi

Metode relaksasi yaitu metode terapi yang menggunakan

teknik meditasi, visualisasi, imajinasi dan progresif. Metode

ini bertujuan untuk membuat perasaan klien lebih tenang dan

rileks.

c) Media
20

Media yang digunakan dalam terapi kecemasan dengan

pendidikan kesehatan meliputi booklet, leaflet, poster dan

juga video

f. Pengukuran Kecemasan

Untuk mengukur sejauh mana derajat kecemasan seseorang baik

ringan, sedang, berat atau berat sekali dapat menggunakan alat ukur

atau yang disebut instrumen yang dikenal dengan Amsterdam

Preoperative Anxiety & Information Scale (APAIS) (Perdana et al.,

2020).

Menurut Perdana et al (2020) APAIS adalah salah satu alat ukur

yang spesifik digunakan untuk mengukur kecemasan saat

preoperative yang dimana terdapat dua hal yang dapat dinilai melalui

kuesioner APAIS yaitu kecemasan. Menurut Firdaus (2014) untuk

mengetahui tingkat kecemasan dari ringan, sedang, berat, dan sangat

berat dapat diukur dengan skala APAIS.

Tabel 2. 2 Instrumen APAIS


No. Versi Indonesia Versi belanda
1. Saya takut di bius Ik zie erg op tegen de narcose
Saya terus menerus Ik moet voortdurend denken aan
2. memikirkan tentang de narcose
pembiusan Ik zou zoveel mogelijik wilen
Saya ingin tahu benayak mu weten over de narcose
3. ngkin tentang pembiusan Ik zie erg op tegen de ingreep
Saya takut di operasi Ik moet voortdurend denken aan
4. Saya terus menerus de ingreep
21

5. memikirkan tentang operasi Ik zou zoveel mogelijik willen w


Saya ingin tahu sebanyak elen over de ingreep
6. mungkin tentang operasi

Sumber : Firdaus (2014)

Ket : Skala yang digunakan berdasarkan lima poin skala likert dari

(1) sama sekali tidak, (2) tidak terlalu, (3) sedikit, (4) agak, dan (5)

sangat.

Alat ukur APAIS ini terdiri dari 6 item kuesioner, diantaranya :

1) Mengenal anestesi

a) saya merasa takut akan di bius

b) Saya terus menerus memikirkan tentang pembiusan

c) Saya ingin tahu sebanyak mungkin tentang pembiusan

2) Mengenai prosedur pembedahan dan operasi

a) Saya merasa takut adanya tindakan operasi

b) Saya terus menerus memikirkan tentang operasi

c) Saya ingin tahu sebanyak mungkin tentang operasi

Dari pernyataan kuesioner diatas, untuk setiap point mempunyai

nilai 1-5 dari setiap jawaban yaitu : 1 = sama sekali tidak, 2 =

tidak terlalu, 3 = sedikit, 4 = agak, 5 = sangat, jadi dapat

dikelompokan sebagai berikut :

1) 1 - 6 : Tidak ada kecemasan

2) 7 - 12 : Kecemasan ringan

3) 13 - 18 : Kecemasan sedang

4) 19 – 24 : Kecemasan berat
22

5) 25 – 30 : Kecemasan berat sekali / panik

3. Gangguan Kualitas Tidur

a. Definisi

Tidur adalah keadaan kesadaran yang berubah di mana

seseorang dapat dibangunkan. Tidur telah digambarkan sebagai

keadaan perilaku yang ditandai dengan karakteristik posisi tidak

bergerak yang dapat dibalik. Tidur juga dapat didefinisikan sebagai

keadaan tidak sadar di mana seseorang dapat dibangunkan oleh

rangsangan sensorik. Tidur berbeda dengan koma, karena koma

adalah keadaan tidak sadar yang tidak dapat dibangunkan oleh

rangsangan (Khonsary, 2017).

Tidur adalah keadaan tidak sadar dari mana seorang individu

dapat dibangunkan oleh rangsangan yang sesuai atau sensorik. Atau,

dapat digambarkan sebagai keadaan ketidaksadaran relatif yang

merupakan serangkaian siklus berulang tanpa aktivitas, bukan hanya

keadaan istirahat total tanpa aktivitas. Aktivitas minimal dengan

karakteristik kesadaran yang berbeda, perubahan fisiologis,

penurunan respon terhadap rangsangan eksternal (A. A. Hidayat,

2015).

b. Fisiologis
23

Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu gerak bola mata

cepat atau rapid eye movement (REM) dan tidur dengan gerak bola

mata lambat atau non-rapid eye movement (NREM). Selama NREM

seseorang mengalami 4 tahap selama siklus tidur. Tahap 1 dan 2

merupakan karakteristik dari tidur dangkal dan seseorang lebih

mudah bangun. Tahap 3 dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit

untuk dibangunkan. Lansia tidur selama 6 jam setiap malamnya 20-

25% adalah tidur REM.

Perubahan tidur normal pada lansia adalah terdapat penurunan

pada NREM 3 dan 4, lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau

tidur dalam. Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan

sistem neurologis yang secara fisiologis akan mengalami penurunan

jumlah dan ukuran neuron pada sistem saraf pusat. Hal ini

mengakibatkan fungsi dari neurotransmiter pada sistem neurologi

menurun, sehingga distribusi norepinefrin yang merupakan zat

untuk merangsang tidur juga akan menurun. Lansia yang

mengalami perubahan fisiologis pada sistem neurologis

menyebabkan gangguan kualitas tidur (Khasanah & Hidayati,

2012).

Tidur dikategorikan berdasarkan kriteria perilaku dan fisiologis

yang terbagi menjadi dua keadaan yaitu tidur non rapid eye

movement (NREM) yang dibagi lagi menjadi tiga tahap (N1, N2,

dan N3), dan rapid eye movement (REM) yang ditandai dengan
24

gerakan mata cepat (Santhi and Mukunthan, 2013). Tidur

merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang bertujuan

untuk mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas. Tidur

dan terbangun diatur oleh batang otak, thalamus, hypothalamus dan

beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga dihubungkan

dengan tidur. Hasil yang diproduksi oleh mekanisme serebral dalam

batang otak yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan

neurotransmitter yang perannya sangat penting dalam menginduksi

rasa kantuk, juga sebagai medula kerja otak (Khonsary, 2017)

c. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Tidur

Faktor yang dapat mempengaruhi tidur adalah sebagai berikut :

1) Penyakit

Suatu penyakit dapat mempengaruhi kualitas tidur

seseorang. Kebanyakan penyakit dapat memperbesar terjadinya

gangguan tidur seperti contohnya penyakit yang disebabkan

oleh infeksi dikarenakan memerlukan lebih banyak waktu tidur

karena penyakit tersebut. Banyak juga ditemukan pasien yang

sakit dan akibatnya kurang tidur (hidayat A 2015)

2) Umur

Umur juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.

Saat usia bertambah berkurang juga kebutuhan tidurnya, karena

kebutuhan tidur anak-anak berbeda dengan kebutuh tidur

dewasa dan juga berbeda dengan lansia.


25

3) Stress psikologis

Suatu kondisi psikologis juga bisa mempengaruhi kualitas

tidur seseorang. Contohnya saja saat seseorang memiliki

masalah psikologis kebanyakan seseorang memikirkan masalah

tersebut dan sulit untuk tidur.

4) Lingkungan

Lingkungan juga dapat mempengaruhi tidur seseorang.

Pada saat lengkungan bersih, tidak ada kegaduhan, suhu dingin

akan membuat seseorang tenang dan saat tertidur merasa

nyenyak. Begitupun jika suhu panas, lingkungan kotor dan

suasana tidak tenang biasanya seseorang susah untuk tidur.

d. Kualitas tidur

Kualitas tidur merupakan gambaran yang subjektif dan juga

seringkali ditentukan oleh perasaan semangat atau tidak setelah

bangun (kozier 2015). Kualitas tidur adalah suatu keadaan

seseorang untuk mendapatkan kebugaran dan kesegaran saat

terbangun dari tidur, kebutuhan tidur dikatakan bagus jika seseorang

tidak menunjukan tanda kekurangan tidur.

Kualitas tidur merupakan kejadian yang sering terjadi yang

melibatkan domain diantaranya penilaian terhadap lama waktu

tidur, gangguan tidur, kualitas tidur, disfungsi tidur, efisiensi tidur,

penggunaan obat tidur dan disfungsi tidur di siang hari. Jika 5 dari
26

ke 7 domain tersebut terganggu maka akan terjadinya penurunan

kualitas tidur.

Tanda seseorang kekurangan tidur dibagi menjadi 2 yaitu tanda

fisik dan juga psikologis. Tanda fisik bisa dilihat melalui ekspresi

wajah contohnya mata merah dan cenderung cekung, mengantuk

secara berlebihan, dan tidak bisa berkonsentrasi. Tanda psikologis

yaitu respon menurun, daya ingat menjadi kurang, halusinasi dan

juga kemampuan mendengar dan mengambil keputusan menurun.

e. Instrumen pengukur kualitas tidur

Instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas tidur adalah

Athens Insomnia Scale. Instrumen ini diukur dengan menilai

delapan faktor (seperti yang ditabulasikan di bawah) di antaranya

lima faktor pertama terkait dengan tidur nokturnal dan tiga faktor

terakhir terkait dengan disfungsi siang hari.

Instrumen ini dinilai pada skala 0–3 dan tidur akhirnya

dievaluasi dari skor kumulatif semua faktor dan dilaporkan sebagai

hasil tidur individu. Selama periode waktu tertentu, AIS dianggap

sebagai alat yang efektif dalam analisis tidur, dan divalidasi di

berbagai negara dengan mengujinya pada pasien lokal.Skor cut-off

≥6 pada AIS digunakan untuk menegakkan diagnosis insomnia.

Nilai instrumen sendiri adalah :

1) tidak ada insomnia : 0-7

2) insomnia ringan : 8-14

3) insomnia sedang : 15-21


27

4) insomnia berat : 22-24


28

B. Kerangka teori

Anestesi spinal

Tingkat kecemasan :
1. Tidak cemas Kecemasan Faktor yang mempengaruhi
2. Cemas ringan tingkat kecemasan :
3. Cemas sedang
1. Umur
4. Cemas berat
2. Keadaan fisik
5. Cemas sangat
Alat ukur kecemasan 3. Social budaya
berat/panik
4. Tingkat Pendidikan
APAIS (Amsterdam Preoperative A 5. Tingkat pengetahuan
nxiety&Information Scale

Gangguan
Alat ukur gangguan kualitas tidur
kualitas tidur
AIS (Athens Insomnia Scale)

Faktor yang mempengaruhi


gangguan kualitas tiudr :
1. Umur
2. Penyakit
3. Stres psikologis
4. lingkungan

Gambar 2. 1 : Kerangka Teori


Sumber : (Uchmanowicz et al., 2019), (Khonsary, 2017), (Hawari, 2017),
(Annisa & Ifdil, 2016)
29

C. Kerangka konsep

Tingkat kecemasan Gangguan kualitas tidur

: Diteliti

Gambar 2. 2 : Kerangka Konsep

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara dari suatu pertanyaan

atau tujuan penelitian (Nafiah, 2019).

Ha : ada hubungan tingkat kecemasan dengan gangguan kualitas tidur pasien

pre operasi anestesi spinal

Ho : tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan gangguan kualitas tidur

pasien pre operasi anestesi spinal


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan jenis

penelitian deskriptif korelasi menggunakan rancangan cross sectional , dengan

cara mempelajari hubungan dua variabel, yaitu mengetahui sejauh mana

variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variabel lainnya. Hasil yang

diharapkan dapat mengetahui adanya hubungan tingkat kecemasan dengan

gangguan kualitas tidur pre operasi pasien spinal anestesi di RSUD Hj. Anna

Lasmanah Banjarnegara.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit

Umum Daerah Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Anna Lasmanah Banjarnegara.

Rumah Sakit ini dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian yang

serupa dengan judul peneliti. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini

yakni dari bulan Oktober 2022 hingga Agustus 2023. Waktu pengambilan

data dari 29 Juli – 20 Agustus 2023.

30
31

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013) populasi merupakan wilayah yang

generalisasi terdiri atas objek serta subjek mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti serta

dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani

tindakan operasi yang berada di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.

Populasi dalam penelitian ini ada pasien spinal anestesi sebanyak 200

dalam 3 bulan terakhir sehingga rata – rata setiap bulan 65 pasien.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2013) sampel merupakan bagian dari jumlah

dan karakteristik suatu populasi. Jika populasi besar, dan peneliti tersebut

tidak mampu mempelajari semua yang ada di populasi misalnya

keterbatasan biaya, waktu dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang akan dilakukan

prosedur pembedahan menggunakan spinal anestesi di RSUD Hj. Annah

Lasmanah Banjarnegara. Metode pengambilan sampel yang

digunakan dengan teknik consecutive sampling.Consecutive sampling

adalah teknik penentuan sampling dimana semua subyek yang datang

dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai


32

jumlah subyek yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu (Sugiyono,

2013). Kriteria responden yang diambil oleh peneliti sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

a) Pasien yang akan melakukan tindakan operasi dengan spinal

anestesi.

b) Pasien dengan operasi elektif.

c) pasien dengan usia remaja sampai lansia

d) pasien yang bersedia menjadi responden

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecemasan pre operasi

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gangguan kualitas tidu

E. Definisi Operasional Variabel

Menurut (Sugiyono, 2013) definisi operasional adalah penentuan konstrak

atau karakteristik yang dipelajari sehingga berubah menjadi variabel yang bisa

diukur. Definisi operasional variabel merupakan metode yang menggunakan

cara khusus untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga

memungkinkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan replikasi

pengukuran dengan cara yang sama dan juga mengembangkan cara

pengukuran konstrak yang lebih baik dari pada sebelumnya. Definisi operasio

nal pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


33

Tabel 3. 1 : Definisi Operasional


No Variable Definisi Operasional Alat ukur Hasil Skala
Ukur
1. Gangguan Pola tidur merupakan Kuesioner a. tidak ada insomnia Ordinal
kualitas tid pasien yang : 0-7
Athens Ins
ur mengalami gangguan b. insomnia ringan :
kualitas tidur karena omnia Scal 8-14
cemas akan c. insomnia sedang :
e (AIS)
dilakukannya 15-21
tindakan operasi dan d. insomnia berat : 2
anestesi 2-24
2. Kecemasa Kecemasan yang Kuesioner a. Tidak cemas : 1- 6 Ordinal
n pre oper dinilai dari penelitian Amsterdam b. Cemas ringan :
asi ini merupakan Preoperativ 7- 12
perasaan tidak e anxiety a c. Cemas sedang : 1
nyaman dan cemas nd Informat 3-18
yang dirasakan ion Scale d. Cemas berat : 1
pasien karena akan (APAIS) 9-24
dilakukan tindakan e. Panik : 25-30
operasi dan
pembiusan.
3. Usia Umur responden yan Kuesioner a. 17 – 25 tahun Ordinal
g terhitung dari respo b. 26 – 35 tahun
nden lahir sampai ula c. 36 – 45 tahun
ng tahun terakhir saat d. 46 – 55 tahun
dilakukan penelitian e. 56 – 65 tahun
4. Jenis kela Karakteristik biologis Kuesioner a. Perempuan Nomina
min yang dilihat dari pena b. Laki-laki l
mpilan luar
5. Tingkat Pe Tingkat pendidikan p Kuesioner a. Pendidikan dasar Ordinal
ndidikan asien berpengaruh ter b. Pendidikan meneng
hadap pengetahuan p ah
asien tentang prosedu c. Pendidikan tinggi
r pembedahan & anes
tesi

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013) instrumen penelitian sering disebut juga alat

ukur adalah suatu alat yang digunakaan saat mengukur penelitian yang

diamati. Secara keseluruhan semua fenomena yang ditemukan disebut juga

variabel penelitian.

1. Amsterdam Preoperative anxiety and Information Scale (APAIS)


34

Instrumen untuk meneliti kecemasan penelitian ini memakai

kuesioner APAIS, dalam instrumen ini kecemasan seseorang bisa

diketahui apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali. Alat ukur ini me

miliki 6 item kuesioner :

a. Mengenai anestesi

1) Saya merasa cemas dengan tindakan anestesi (1,2,3,4,5)

2) Anestesi selalu dalam pikiran saya (1,2,3,4,5)

3) Saya ingin mengetahui banyak hal mengenai anestesi (1,2,3,4,5)

b. Mengenai pembedahan/operasi

1) Saya cemas mengenai prosedur operasi (1,2,3,4,5)

2) Prosedur operasi selalu dalam pikiran saya (1,2,3,4,5)

3) Saya ingin mengetahui banyak hal mengenai prosedur operasi

(1,2,3,4,5)

Dalam kuesioner ini, untuk setiap itemnya mempunyai nilai dari 1-5

dari setiap jawaban yaitu : (1) tidak sama sekali, (2) tidak terlalu, (3)

sedikit, (4) agak, (5) sangat. Jadi dapat dikelompokan sebagai

berikut:

a. 6 : tidak ada kecemasan

b. 7-12 : kecemasan ringan

c. 13-18 : kecemasan sedang

d. 19-24 : kecemasan berat

e. 25 -30 : kecemasan berat sekali


35

2. Altens Insomnia Scale (AIS)

Instrumen AIS adalah skala yang bertujuan untuk menilai tingkat keparah

an insomnia menggunakan kriteria diagnostik yang ditetapkan oleh Intern

ational Classification of Diseases (ICD-10). Kuesioner delapan item meng

evaluasi onset tidur, bangun malam dan dini hari, waktu tidur, kualitas tid

ur, frekuensi dan durasi keluhan, tekanan yang disebabkan oleh pengalam

an insomnia, dan gangguan fungsi sehari-hari. Versi kuesioner yang lebih

pendek, yang terdiri dari delapan item pertanyaan saja (Shahid et al.,

2012)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Amsterdam Preopertaive Anxiety And Information Scale (APAIS)

Instrumen yang teruji validitas yaitu alat ukur mendapatkan data

yang valid. Valid berarti instrumen tersebut bisa digunakan untuk

mengukur suatu yang akan diukur (Sugiyono, 2013). Instrumen

Amsterdam Preopertaive Anxiety And Information Scale (APAIS)

digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pre operasi yang telah

teruji validitas, diterima, dan telah diterjemahkan di dalam berbagai bahasa

dunia.

APAIS di Indonesia telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas

oleh Firdaus (2014) dalam tesisnya yang berjudul “Uji Validitas

Konstruksi dan Reliabilitas Instrumen The Amsterdam Preoperative and

Infromation Scale (APAIS) versi Indonesia”. Sebanyak 120 pasien akan

menjalani operasi telah diuji tingkat kecemasan memakai APAIS. Analisis


36

faktor menggunakan rotasi oblique menghasilkan dua skala yaitu skala

kecemasan dan kebutuhan informasi

Hasil reliabilitas APAIS cronbach’s alpha skala kecemasan dan

kebutuhan informasi APAIS versi Indonesia cukup tinggi 0,825 dan 0,862.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut APAIS dinyatakan dapat digunakan

dan objektif untuk mengkaji tingkat kecemasan pasien pre operasi.

2. Altens Insomnia Scale (AIS)

Validitas adalah hasil perhitungan dari macam – macam kuesioner d

an dibandingkan dengan tabel nilai r product moment. Jika r hitung > r pad

a taraf signifikan 5% maka instrumen yang akan diujikan valid. Studi awal

yang mengevaluasi sifat psikometrik dari skala versi panjang dan pendek

menemukan konsistensi internal mulai dari 0,87 hingga 0,89 dan reliabilita

s tes ulang 0,88 – 0,89. Dalam hal ini validitas instrumen, hasil pada AIS

berkorelasi tinggi dengan skor yang diperoleh pada Skala Masalah Tidur

(0,85–0,90) (Shahid et al., 2012).

H. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013) data merupakan sesuatu yang dikumpulkan oleh

peneliti berupa fakta empiris yang digunakan untuk memecahkan masalah atau

menjawab pertanyaan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.


37

1. Jenis Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber datanya.

Peneliti harus mengumpulkannya secara langsung karena data primer

adalah data yang diberikan langsung oleh sumber data kepada

pengumpul data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data

observasi yang diperoleh dari dari hasil kuesioner kecemasan dan

kuesioner kualitas tidur yang dilakukan terhadap objek yang diteliti

yakni pasien pre operasi dengan anestesi spinal.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak berhubungan

langsung dengan sumber datanya. Data ini digunakan untuk bahan

pendukung sebagai informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari

bahan literatur, pustaka, penelitian terdahulu, buku dan lain

sebagainya. Dan juga terdapat data sekunder yang didapat dari pihak

manajemen RSUD Hj. Anna Lasmana Banjarnegara yang berbentuk

data pasien seperti rekam medis pre operasi anestesi spinal selama 3

bulan terakhir.

2. Teknik pengumpulan data

Pada penelitian ini, prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti adalah secara langsung. Langkah – Langkah pengumpulan data

dalam penelitian ini meliputi :


38
39

a. Tahap persiapan

1) Pengumpulan data, artikel, dan jurnal sebagai keasliaan

penelitian dan referensi untuk penyusunan proposal penelitian.

2) Mengurus surat pra survey ke pihak BAAK melalui

siska.shb.ac.id.

3) Melakukan studi pendahuluan di RSUD Hj. Anna Lasmana

Bamjrengara pada tanggal 26 November 202

4) Menyusun proposal skripsi dengan pembimbing I dan

pembimbing II

5) Melaksanakan seminar proposal penelitian

6) Melakukan perbaikan proposal penelitian

7) Mengurus izin penelitian di RSUD Hj. Annah Lasmana

Banjarnegara.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Peneliti mengambil data yang ada di rawat inap sesuai dengan

kriteria inklusi pada pasien pre operasi dengan spinal anestesi.

2) Menentukan calon responden yang telah diambil data sesuai

kriteria inklusi dan memberikan penjelasan kepada responden

mengenai maksud dan tujuan penelitian sekaligus meminta

kesediaan untuk menjadi responden penelitian.

3) Melakukan sesi wawancara mengenai kualitas tidur dan

kecemasan pasien sebelum tindakan operasi.


40

4) Membagikan dan meminta pasien mengisi kuesioner APAIS dan

AIS.

5) Peneliti mengumpulkan data hasil penelitian yang didapatkan

kemudian melanjutkan ke tahap pengolahan data.

c. Tahap Penyelesaian

1) Mengolah dan menganalisa data

2) Membahas dan menyimpulkan hasil penelitian

3) Menyusun laporan akhir

I. Analisa Data Dan Pengolahan Data

1. Pengelolaan Data

Menurut Sugiyono (2018) , ada beberapa langka dalam pengumpulan dan

juga pengolahan data yaitu :

a. Editing

Editing adalah memeriksa kuesioner yang telah diserahkan oleh

responden. Editing dilakukan setelah data terkumpul (Hidayat, 2014).

Peneliti telah memeriksa data pada lembar kuesioner sudah lengkap

atau belum seperti karakteristik responden meliputi usia dan

pengetahuan pasien.

b. Coding

Coding merupakan suatu proses pengubahan data dari bentuk huruf

menjadi data dalam bentuk angka atau bilangan, kode adalah simbol

tertentu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas


41

data. Kode yang diberikan dapat memiliki arti sebagai data kuantitatif

(bentuk sekor) seperti berikut :

1) Kuesioner AIS (Athens Insomnia Scale)

1 = 0-7 tidak ada insomnia

2 = 8-14 insomnia ringan

3 = 15-21 insomnia sedang

4 = 22-24 insomnia berat

2) Kuesioner APAIS (Amsterdam Preoperative anxiety and Information S

cale)

1 = 1- 6 Tidak cemas

2 = 7- 12 Cemas ringan

3 = 13-18 Cemas sedang

4 = 19-24 Cemas berat

5 = 25-30 Panik

3) Usia

1 = 17 - 25 tahun

2 = 26 - 35 tahun

3 = 36 - 45 tahun

4 = 46 – 55 tahun

5 = 56 – 65 tahun

4) Jenis kelamin

1 = Perempuan

2 = Laki -Laki
42

5) Tingkat Pendidikan

1 = Pendidikan dasar

2 = Pendidikan menengah

3 = Pendidikan akhir

c. Data entry

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kategori kemudian

dimasukan ke dalam program komputer dengan cara menghitung

frekuensi data, memasukan data melalui program komputer.

d. Tabulating

Tabulating atau tabulasi data merupakan proses

mengklasifikasikan data menurut kriteria tertentu tabulasi data ini.

e. Cleaning

Cleaning kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Cleaning dilakukan

dengan mengevaluasikan ulang data yang sudah dimasukkan

(Notoatmodjo, 2014). Cleaning dilakukan untuk mengecek kembali

data yang sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak. Dari hasil

penelitian didapatkan tidak ada data yang kosong.

2. Analisa Data

Analisa data adalah kegiatan yang mengelompokan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, termasuk variabel yang akan diteliti dan

melakukan perhitungan secara statistic untuk menjawab hipotesis

(Sugiyono, 2013). Analisis data yang dipakai dalam penelitian adalah :


43

a. Analisis Univariat.

Analisis univariat adalah analisa data dengan menggunakan

distribusi frekuensi, analisis univariat digunakan untuk

menggambarkan data – data hasil penelitian dari setiap variabel yang

akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, tabel data

statistik, dan grafik.

Analisa data dengan univariat menampilkan distribusi frekuensi

pada masing – masing variabel dengan cara menghitung persentase,

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

X
F= x 100
N

Keterangan :

F = Frekuensi

X = Jumlah yang didapat

N = Jumlah Populasi

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara tingkat kecemasan dengan gangguan kualitas tidur.

Uji statistik yang dipakai adalah uji statistik non parametrik yang

digunakan untuk mengukur hubungan antara ordinal dan ordinal

antara lain : uji korelasi Sperman Rank dengan nilai α = 0,05, kriteria

penguji taraf signifikan < α maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Sedangkan taraf signifikan > α maka H0 diterima dan Ha ditolak.


44

J. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2011) etika penelitian adalah seperangkat nilai akan

menjadi panduan peneliti dalam melakukan penelitian. Etika dalam penelitian

merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan penelitian mengingat di dalam

dunia keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka etika

penelitian harus diperhatikan. Etika dalam penelitian ini yaitu :

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Informed consent adalah lembar persetujuan yang diberikan kepada

responden atau subjek penelitian. Informed consent diberikan agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, jika responden setuju maka

responden mengisi dan menandatangani isi informed consent tersebut,

namun jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak

responden

2. Anonymity (tanpa nama)

Sebagai peneliti sudah seharusnya dapat mejamin kerahsian identit

as dari responden sebagai subjek penelitian. Dna juga etika dalam

penelitian keperawatan hanya mencantumkan inisial atau juga kode-kode

responden pada lembar alat ukur dan juga data

3. Cofidentiatly (kerahasiaaan)

Menjaga semua kerahasiaan identitas responden baik itu

informasi, alat ukur. Data responden hanya diambil beberapa saja yang

berkaitan dengan penelitian yang kemudian akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian
45
46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Proses Hasil penelitian yang menggunakan jenis penelitian deskriptif

korelasi menggunakan rancangan cross sectional. Terhadap 65 pasien pre operasi

spinal anestesi yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2023 yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan gangguan

kualitas tidur pre operasi pasien spinal anestesi di RSUD Hj. Annah Lasmanah

Banjarnegara. Penelitian ini sudah lulus uji etik dengan nomor

B.LPPM-UHB/2192/08/2023. Hasil penelitian ini didapatkan data sebagai

berikut:

1. Karaterisitik Responden

Karakteristik pasien pre operasi dalam penelitian ini meliputi usia,jenis

kelamin dan tingkat pendidikan. Gambaran karakteristik responden

diperlihatkan pada table berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Karakteristik Responden f %
1. Usia
a. 17-25 Tahun 15 23,1
b. 26-35 Tahun 13 20,0
c. 36-45 Tahun 11 16,9
d. 46-55 Tahun 9 13,8
e. 56-65 Tahun 17 26,2
2. Jenis Kelamin
a. Perempuan 24 36,9
b. Laki-laki 41 63,1
47
48

3. Tingkat Pendidikan
a. Pendidikan dasar 22 33,9
b. Pendidikan menengah 23 35,4
c. Pendidikan akhir 20 30,8
Jumlah 65 100%

Sumber : Data Primer 2023

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

dengan jumlah 65, berusia 56 hingga 65 tahun (26,2%) pasien, jenis kelamin

sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41 responden (63,1 %),

tingkat pendidikan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan menengah

sebanyak 23 responden (35,4%)

2. Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Anestesi Spinal Di

RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara

Tabel 4.2 Kecemasan Pasien Pre Operasi

Kecemasan Frekuensi Persentase


a. Tidak cemas 10 15,4
b. Cemas ringan 18 27,7
c. Cemas sedang 23 35,4
d. Cemas berat 7 10,8
e. Cemas sangat berat 7 10,8
Jumlah 65 100%
Sumber : Data Primer (2023)

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa hasil tingkat kecemasan dengan

jumlah responden sebanyak 65, tidak cemas sebanyak 10 responden (15,4%),

cemas ringan sebanyak 18 responden (27,7%), cemas sedang sebanyak 23

responden (35,4%), cemas berat sebanyak 7 responden (10,8%), panik

sebanyak 7 responden (10,8%).


49

3. Gangguan Kualitas Tidur Pasien Pre Operasi Dengan Anestesi Spinal Di

Rsud Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara

Tabel 4.3 Gangguan Kualitas Tidur Pasien Pre Operasi

Gangguan kualitas tidur Frekuensi Persentase


a. Tidak ada insomnia 7 10,8
b. Insomnia ringan 28 43,1
c. Insomnia sedang 21 32,3
d. Insomnia berat 9 13,8
Jumlah 65 100%
Sumber : Data Primer 2023

Berdasarkan hasil tabel 4.3 menunjukan bahwa hasil gangguan

kualitas tidur dengan jumlah responden sebanyak 65, tidak ada insomnia

sebanyak 7 responden (10,8%), insomnia ringan sebanyak 28 responden

(43,1%), insomnia sedang sebanyak 21 responden (32,3%), insomnia berat

sebanyak 9 responden (13,8%).

4. Hubungan Kecemasan Dan Gangguan Kualitas Tidur Pada Pasien Pre

Operasi Anestesi Spinal Di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara

Tabel 4.4 Hubungan Kecemasan dan Gangguan Kualitas Tidur Pada Pasein Pre Opera
si Spinal Anestesi
Gangguan Kualitas Tidur Hasil
Kecemasan Tidak Insomnia Insomnia Insomnia Korelasi
Insomnia Ringan Sedang Berat
f % F % f % f %

Tidak Cemas 3 30,0 7 70,0 0 0 0 0

Cemas Ringan 3 16,7 9 50,0 6 33,3 0 0


CC =
Cemas Sedang 1 4,3 12 52,2 8 34,8 2 8,7 0,659
p-value
Cemas = 0,000
0 0 0 0 6 85,7 1 14,3
Berat
Cemas sangat
0 0 0 0 1 14,3 6 85,7
berat/Panik
Total 7 10,8 28 43,1 21 32,3 9 9
50

Sumber : Data Primer (2023)

Tabel 4.4 menunjukkan dari 65 pasien memiliki kecemasan sedang dan

memiliki gangguan insomnia ringan sebanyak 52,2%. Hasil uji korelasi

Spearman’s Rho menunjukkan bahwa nilai signifikasi p = 0,000 (<0,05) yang

diartikan terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan gangguan kualitas

tidur pasien pre operasi anestesi spinal.

Nilai koefisien korelasi antara kecemasan dengan gangguan kualitas tidur

sebesar 0,659 dimana hal ini berarti memiliki hubungan kuat. Semakin tinggi

kecemasan yang dirasakan oleh pasien pre operasi anestesi spinal maka akan

semakin mengalami gangguan kualitas tidur.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Pasien Pre Operasi Dengan Anestesi Spinal

a. Usia

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia

56 hingga 65 tahun sebanyak 17 responden (26,2%). Sejalan dengan

penelitian (Rahman & Pubian, 2020) bahwa mayoritas responden beru

mur 41-65 tahun yaitu sebanyak 53 orang (58,9%). Menurut penelitian

tersebut usia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

tidur seseorang. Kualitas tidur berkurang sesuai dengan bertambahnya

usia.

Menurut asumsi peneliti setelah dilakukan penelitian ini diketahui

bahwa semakin tua umur seseorang maka kualitas tidur seseorang juga

semakin berkurang, dikarenakan faktor aktivitas yang mereka jalani dan


51

permasalahan yang dihadapi responden setiap hari nya mengakibatkan

kualitas tidur yang buruk dan dapat mempengaruhi kecemasan saat

akan dilakukan tindakan operasi.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Care et al., 2019) sebagian besar

responden berada dalam kelompok usia 45–55 tahun yaitu sebanyak 20

orang (37,7%). Menurut penelitian tersebut seseorang yang mempunyai

umur yang lebih tua ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat

kecemasan dari pada yang lebih muda.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki–

laki sebanyak 41 responden (63,1 %). Sejalan dengan penelitian

(Rahman & Pubian, 2020) sebagian besar responden berjenis kelamin

laki–laki. Beban berat sebagai kepala keluarga yang memikirkan

anggota keluarga di saat sakit bisa mempengaruhi kecemasan dan juga

kualitas tidur pasien.

Menurut asumsi peneliti saat penelitian sebagian besar responden

berjenis kelamin laki–laki dikarenakan faktor pekerjaan yang dilakukan

laki – laki cenderung lebih berat dan beresiko, mengakibatkan terjadi

kecelakaan dan penyakit yang akan timbul dikarenakan faktor tersebut.

Dan berhubungan dengan terjadinya kecemasan dan gangguan kualitas

tidur saat responden sebelum menjalani operasi.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Setyawan, 2019) jenis kelamin

diperoleh sebagian besar berjenis kelamin laki – laki sebanyak 33


52

responden (62,3%). Seseorang berjenis kelamin laki – laki biasa

mempunyai gaya hidup seperti merokok dan ketergantungan terhadap

alkohol yang menyebabkan keluhan sulit untuk tertidur.

c. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian responden

berpendidikan menengah sebanyak 23 responden (35,4%). Sejalan

dengan penelitian Musarofah et al (2021) responden sebagian besar

berpendidikan menengah sebanyak 28 responden (46,7%). Menurut

penelitian ini tingkat pendidikan akan menentukan apakah seseorang

dapat dengan mudah menyerap dan memahami informasi terkait

kesehatan dan tentunya akan membantu pasien pre operasi dan mudah

memahami tindakan operasi yang akan dijalani.

Menurut asumsi peneliti pendidikan sangat lah penting dalam

berfikir dan menangkap informasi yang akan diberikan, khususnya

dalam hal kesehatan jika responden cepat menangkap informasi tentang

operasi yang akan dilakukan maka dapat mengontrol kecemasan dan

dapat mempengaruhi kualitas tidurnya.

Tindakan operasi merupakan tindakan medis yang dapat menimbul

kan rasa cemas bagi pasien sebelum dilakukan tindakan secara langsung

(Wicaksana & Dwianggimawati, 2022). Tingkat kecemasan dipengaruh

i oleh tipe kepribadian seseorang, mekanisme koping dan juga dukunga

n keluarga (Hartono & Trihadi, 2021). Kecemasan juga akan dipengaru

hi oleh faktor internal seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, peng


53

alaman, tipe kepribadian, dan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal sep

erti dukungan keluarga (Sari et al., 2020).

2. Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Anestesi Spinal

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar mengalami kecemasan

sedang sebanyak 23 responden (32,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian

Melanie & Jamaludin (2018) yang dilakukan di ruang burangrang RSUD

Dustira sebagian besar pasien mengalami kecemasan sedang sebanyak 48

responden (52,1%), dikarenakan pasien memikirkan tindakan yang akan

dihadapi seperti nyeri, pembedahan, anestesi, dan ketidakmampuan

mobilitas saat setelah operasi. Dan berdasarkan hasil penelitian sebagian

responden juga mengalami kecemasan sangat berat/panik sebanyak 7

responden (10,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian Ilham Pratama (2020)

yang dilakukan di RSUD Pasanggrahan Jakarta Selatan dengan responden

pasien pre operasi.

Menurut (Ilham Pratama, 2020) bahwa kecemasan sangat

berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan ketidakberdayaan sebagai

hasil penilaian terhadap suatu objek atau keadaan. Ansietas timbul sebagai

respon terhadap stres, baik stres fisik dan fisiologis. Artinya, Ansietas

terjadi ketika seorang merasa terancam baik fisik maupun psikologis

Hasil ini didukung oleh tingkat kecemasan pasien pre operasi yang

dilakukan di salah satu kota Tasikmalaya dimana didapatkan 50% pasien

mengalami kecemasan sedang, 28,6% kecemasan berat, dan 21,4%

kecemasan ringan. Menurut Rahman & Pubian (2020) kecemasan bisa terja
54

di jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya se

ndiri. Pada pasien preoperasi dapat mengalami berbagai ketakutan, takut ter

hadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktah

uan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh da

pat menyebabkan kecemasan atau ansietas.

Menurut asumsi peneliti Sebagian besar pasien mengalami

kecemasan sedang dikarenakan pasien sebelum dilakukan tindakan operasi

menggap bahwa operasi merupakan tindakan yang menakutkan karena

memerlukan ruangan, alat – alat dan tindakan keperawatan khusus

dibanding dengan tindakan kesehatan yang lain.

Menurut Hop (2019) kecemasan adalah respon stresor yang

merupakan gangguan efek dan emosi. Efek inilh yang akan menimbulkan

rasa tidak menyenangkan yang akan menyertai suatu pikiran. Hal ini ditimb

ulkan karena sudah terlalu lama menunggu, tidak terbiasa dengan lingkunga

n yang akan ada di kamar operasi, dan juga karena kondisi kesehatan pasien

Hal yang sama juga ditunjukkan bahwa 47,6% pasien mengalami

kecemasan sedang, 46,4% mengalami kecemasan ringan, dan 6%

mengalami kecemasan berat (Ulia, 2022).Rasa cemas yang dirasakan oleh

pasien secara terus menerus berhubungan dengan gangguan pola tidur dan

kualitas tidur (p=0,001) (Firmansyah et al., 2022).

3. Gangguan kualitas tidur pasien pre operasi dengan anestesi spinal

Berdasarkan penelitian ini sebagian besar responden mengalami

gangguan kualitas tidur dengan insomnia ringan sebesar 28 responden


55

(43,1%). Sejalan dengan penelitian Musarofah et al (2021) sebagian besar

responden mengalami kualitas tidur yang buruk sebanyak 27 responden

(90%). Menurut penelitian tersebut kualitas tidur yang buruk karena

memikirkan operasi yang akan dijalani sehingga membuat tidur responden

menjadi tidak nyenyak, dan membuat responden sering terbangun di malam

hari, hal ini dapat menyebabkan responden mengalami gangguan di siang

hari sehingga membuat kualitas tidur responden buruk.

Menurut asumsi peneliti sebagian besar responden mengalami

gangguan kualitas tidur dengan insomnia ringan dikarenakan orang yang

sakit seringkali memerlukan tidur yang lebih banyak dibanding orang yang

sehat, tidur memulihkan energi seseorang, yang memungkinkan orang

tersebut dapat menjalani fungsi dengan optimal. Namun dalam keadaan

sakit pola tidur seseorang biasanya terganggu.

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Graha Husada mend

ukung bahwa 22,2% pasien pre op mengalami gangguan tidur ringan dan 77,

8% mengalami gangguan tidur berat (Rahman & Pubian, 2020). Menurut

Hidayat (2015) dalam Musarofah et al (2021) Kualitas tidur adalah

kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak

memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan

apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva

merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering

menguap atau mengantuk.


56

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien ruang raw

at inap RSUD Kota Langsa yang akan menjalani tindakan pembedahan terli

hat 69,8% pola tidur pasien tidak terpenuhi dan 53,3% mengalami kecemasa

n sedang (Kasad et al., 2019). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

RS Bhayangkara Pola Lampung Tahun 2021, diketahui bahwa terdapat hub

ungan kecemasan dengan kejadian insomnia pada pasien pre operasi (p = 0,

000) dan pada pasien pre operatif yang tidak cemas akan memiliki peluang s

ebesar 1,25 kali tidak mengalami insomnia dibandingkan dengan pasien pre

operatif yang mengalami kecemasan (Sormin et al., 2022)

4. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Gangguan Kualitas Tidur

Pasien Pre Operasi Dengan Anestesi Spinal

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana terdapat

hubungan antara kecemasan dengan gangguan tidur dengan nilai p 0,000

(<0,05). Peneliti beranggapan bahwa kecemasan terjadi dikaitkan dengan

perasaan kuatir dan cemas terkait dengan proses pembedahan yang akan

dijalankan sehingga akan membuat pasien sering terbangun atau bahkan

tidak bisa tidur dan mengalami ketegangan, kegelisahan hingga susah untuk

berkonsentrasi.

Penelitian lain memperlihatkan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara kecemasan dan gangguan tidur dengan nilai p = 0,000 (p <0,05) (Rah

man dan Pubian, 2020). Hal yang sama diungkapkan bahwa terdapat hubun

gan signifikan antara kecemasan dengan kejadian insomnia pada pasien yan

g akan menjalani proses pembedahan (P = 0,000) (Sormin et al., 2022). Terd


57

apat hubungan yang sedang antara kecemasan dengan kualitas tidur dengan

nilai koefisien korelasi 0,400.

Kecemasan yang dirasakan mengaktifkan otak untuk mengaktifkan r

espon takut dan pituitary-adrenal sehingga terjadi peningkatan pelepasan ko

rtisol serta epinefrin yang dapat memengaruhi kualitas tidur (Aurora, Hendr

yanny, Rasjad, 2023).

Kualitas tidur yang buruk disebabkan karena adanya rasa cemas dan

ketakutan yang berlebihan dari pasien untuk menjalani proses operasi. Oleh

karena itu, kecemasan yang dirasakan ketika sebelum tindakan operasi harus

diatasi dengan cepat karena apabila tidak diatasi dengan cepat dapat mengak

ibatkan pasien sulit untuk tidur dan dapat menurunkan kondisi fisik pasien.

Menurunnya kondisi fisik pasien dapat memperlambat proses penyembuhan

ketika selesai operasi (Siburian, 2021).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hop (2019) bahwa tindakan

pembedahan akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada pasien

walaupun respon individu terhadap tindakan tersebut berbeda - beda. Segala

bentuk prosedur pembedahan selalu dilalui dengan reaksi emosional klien

baik tersembunyi atau jelas, normal dan abnormal.Kecemasan sangat

mempengaruhi fungsi tubuh pada tindakan operasi, oleh karena itu perawat

perlu mengidentifikasi kecemasan yang dialami pasien. Kecemasan dan

reaksi ini bisa didasarkan pada banyak faktor yang meliputi

ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan yang diantisipasi baik fisik,

finansial, psikologi, spiritual, sosial dan akhir dari pembedahan tersebut.


58

Kecemasan yang dirasakan membuat seseorang menjadi tegang dan

frustasi, meningkatkan kadar epinefrin yang dapat berakibat tahap 4 NREM

dan REM memendek, sehingga membuat seseorang berusaha untuk dapat te

rtidur tetapi sering terbangun selama siklus tidur atau dapat menjadi seseora

ng terlalu banyak tidur (Siburian, 2021). Penelitian lain juga menggambarka

n bahwa terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pasien

pre operasi (p value = 0,008).

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah pada saat penelitian

didapatkan beberapa pasien terpasang infus di tangan sebelah kanan

sehingga pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman pada saat pengisian

kuesioner kecemasan dan gangguan kualitas tidur. Oleh sebab itu, pengisian

kuesioner sebagian dibantu oleh peneliti dan sebagian juga pasien langsung

mengisi kuesioner tersebut.


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Hasil dari penelitian dan berdasarkan pembahasan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden sebagian besar berusia 56 – 65 tahun sebanyak

17 responden (26,2%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 41 responden

(63,1%) dan memiliki tingkat pendidikan menengah sebanyak 23

responden(35,4%).

2. Tingkat kecemasan pasien pre operasi dengan anestesi spinal di RSUD

Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara sebagian besar mengalami kecemasan

sedang sebanyak 23 responden (35,4%).

3. Kualitas tidur pada pasien pre operasi dengan anestesi spinal di RSUD Hj.

Anna Lasmanah Banjarnegara mengalami insomnia ringan sebanyak 28

responden (43,1%)

4. Terdapat hubungan kuat antara tingkat kecemasan dengan gangguan

kualitas tidur pre operasi pasien spinal anestesi.

B. Saran

1. Bagi Penata Anestesi

Diharapkan penata dapat selalu memberikan informasi hal-hal yang

berkaitan dengan proses pembedahan seperti memberikan edukasi

tentang persiapan pembedahan, hal yang dapat dilakukan untuk

59
60

mengatasi kecemasan, proses operasi, hingga hal yang kemungkinan

dirasakan setelah operasi selesai dilakukan.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan bagi RSUD Anna Lasmanah Banjarnegara dapat

meningkatkan kompetensi perawat sebagai pemberi asuhan keperrawatan

khususnya dalam proses asuhan keperawatan komperhensif dari tahap pre

operasi, intra operasi dan post operasi. Rumah sakit juga dapat

menambahkan fasilitas yang dapat mengurangi kecemasan pre operasi

seperti leaflet tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi,

pengkondisian lingkungan seperti memberikan aromaterapi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menggali dan menghubungkan

faktor lainnya yang dapat memengaruhi kecemasan dan gangguan tidur

serta dapat menemukan tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi

kecemasan dan gangguan tidur pada pasien pre anestesi.


DAFTAR PUSTAKA

Alidina, S., Kuchukhidze, S., Menon, G., Citron, I., Lama, T. N., Meara, J.,
Barash, D., Hellar, A., Kapologwe, N. A., & Maina, E. (2019). Effectiveness
of a multicomponent safe surgery intervention on improving surgical quality
in Tanzania’s Lake Zone: protocol for a quasi-experimental study. BMJ
Open, 9(10), e031800.
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep kecemasan (anxiety) pada lanjut usia
(lansia). Konselor, 5(2), 93–99.
Care, S., Technique, E. F., Blues, P., Rate, U. R., Disease, S. R., & Efficacy, S. (2
019). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur. 6(6), 28–37.
Claresta, L. J., & Purwoko, Y. (2017). Pengaruh Konsumsi Cokelat Terhadap
Tingkat Kecemasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Praujian. Diponegoro
Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 6(2), 737–747.
Dadang, H. (2011). Manajemen stres cemas dan depresi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Fahmawati, H. S. (2018). Pengaruh Hipnosis Lima Jari Menggunakan Media
Circle Rotate Terhadap Kecemasan Pre Operatif Dengan Spinal Anestesi Di
Rsud Wates. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Farrahi Moghaddam, J., Nakhaee, N., Sheibani, V., Garrusi, B., & Amirkafi, A.
(2012). Reliability and validity of the Persian version of the Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI-P). Sleep and Breathing, 16, 79–82.
Firmansyah, Q. D., Qorahman, W., Wayan, N., & Ningtyas, R. (2021). Hubungan
Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Dalam Penyelesaian Tugas A
khir Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Cendekia Medika. Jurnal Bo
rneo Cendekia, 5(2), 148–157. http://journal.stikesborneocendekiamedika.ac.
id/index.php/jbc/article/view/253
Garjito, B. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan P
asien Pre Anestesi di Rumah Sakit Daerah Mangusada. Bali Health Publishe
d Journal, 3(1), 36–47. https://doi.org/10.47859/bhpj.v3i1.12
Hatimah, S. H., Ningsih, R., & Syahleman, R. (2022). Hubungan Pengetahuan
Dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Ruang Meranti Rsud Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun. Jurnal Borneo Cendekia, 6(1), 55.
https://doi.org/10.54411/jbc.v6i1.276
Hawari, D. (2017). Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi (Edisi Pertama).
Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. (2015). Metode penelitian kesehatan paradigma kuantitatif. Health

61
62

Books Publishing.
Hidayat, A. A. A. (2011). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis
data.
Hop, M. (2019). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pasien Pre
Operasi Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Indonesian Trust Health Jo
urnal, 1(2), 98–106. https://doi.org/10.37104/ithj.v1i2.19
Khonsary, S. A. (2017). Guyton and Hall: textbook of medical physiology. Surgic
al Neurology International, 8.
Krismanto, J., & Jenie, I. M. (2021). Evaluasi Penggunaan Surgical Safety Checkl
ist Terhadap Kematian Pasien Setelah Laparotomi Darurat Di Kamar Operasi
Journal of Telenursing (JOTING), 3(Vol 3 No 2 (2021): Journal of Telenurs
ing (JOTING)), 390–400.
Lastella, M., Lovell, G. P., & Sargent, C. (2014). Athletes’ precompetitive sleep b
ehaviour and its relationship with subsequent precompetitive mood and perfo
rmance. European Journal of Sport Science, 14(sup1), S123–S130.
Lestari, T. (2015). Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan.
Mangku, G., & Senapathi, T. G. A. (2010). Buku ajar ilmu anestesia dan
reanimasi. Jakarta: Indek, 207.
Marzuki, M. S., Hayati, F., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Abulyatama, U.,
& Besar, A. (2021). PENGARUH TINDAKAN SPINAL ANESTESI
TERHADAP KADAR. 11(September), 417–425.
Melanie, R., & Jamaludin, W. (2018). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Kualitas Tidur Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea. Prosiding Pertemu
an Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat (PINLITAMAS 1),
1(1), 122–132.
Morgan, G. E., Mikhail, M., & Murray, M. J. (2013). Clinical Anesthesiology edis
i-5. New York: MC. Grow.
Nafiah, S. I. (2019). Gambaran Tingkat Kualitas Tidur pada Pasien Pre Operative
di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember. Repository.Unej.Ac.Id
1–80.
Puspitasari, A. I., Keperawatan, P. D., Keperawatan, J., Kesehatan, P., & Kesehat
an, K. (2019). Proposal Skripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Hipotensi Pada Pasien Dengan.
Rahman, A., & Pubian, A. K. (2020). Hubungan Kecemasan dengan Gangguan
Tidur pada Pasien yang akan Menjalani Operasi. Jurnal Ilmu Keperawatan I
ndonesia, 1(1), 1–11. http://jurnal.umitra.ac.id/index.php/jikpi/article/view/1
90/94
Care, S., Technique, E. F., Blues, P., Rate, U. R., Disease, S. R., & Efficacy, S.
63

(2019). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur. 6(6), 28–37.


Firdaus, M. F. (2014). Uji Validitas Konstruksi dan Reliabilitas Instrumen The
Amsterdam Preoperative Anxiety And Information Scale (APAIS) Versi
Indonesia (Thesis). Universitas Indonesia.
Firmansyah, Q. D., Qorahman, W., & Ningtyas, N. W. R. (2022). Hubungan
Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Dalam Penyelesaian Tugas
Akhir Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Cendekia Medika. Jurnal
Borneo Cendekia, 5(2), 148. https://doi.org/10.54411/jbc.v5i2.253
Hartono, & Trihadi, D. (2021). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD
BANYUMAS. Adi Husada Nursing Jurnal, 6(2), 79–86.
https://doi.org/10.37036/ahnj.v6i2.168.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2, Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Hop, M. (2019). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pasien Pre
Operasi Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Indonesian Trust Health
Journal, 1(2), 98–106. https://doi.org/10.37104/ithj.v1i2.19
Ilham Pratama, A. P. (2020). Pengaruh efektivitas tehnik relaksasi guidet imagery
terhadap tingkat kecemasan pasien. Jurnal Health Sains, 195–207.
Kasad, K., Azwarni, A., & Hayani, N. (2019). Dampak kecemasan terhadap
pemenuhan pola istirahat tidur pada pasien pre-operasi di ruang rawat inap
RSUD Kota Langsa. Jurnal SAGO Gizi Dan Kesehatan, 1(1), 85.
https://doi.org/10.30867/gikes.v1i1.303
Melanie, R., & Jamaludin, W. (2018). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Kualitas Tidur Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea. Prosiding
Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat
(PINLITAMAS 1), 1(1), 122–132.
Musarofah, Sajidin, M., & Virda Yuniarti, E. (2021). Hubungan Antara Tingkat
Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Pre Operasi Di Era
Pandemi Covid-19. 1–12.
Perdana, A., Firdaus, M. F., Kapuangan, C., & Khamelia. (2020). Uji Validasi
Konstruksi dan Reliabilitas Instrumen The Amsterdam Preoperative Anxiety
and Information Scale (APAIS) Versi Indonesia. Majalah Anestesia &
Critical Care, 33(1), 279–286.
Rahman, A., & Pubian, A. K. (2020a). Hubungan Kecemasan dengan Gangguan
Tidur pada Pasien yang akan Menjalani Operasi. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indonesia, 1(1), 1–11.
http://jurnal.umitra.ac.id/index.php/jikpi/article/view/190/94
64

Rahman, A., & Pubian, A. K. (2020b). Hubungan Kecemasan Dengan Gangguan


Tidur Pada Pasien Yang Akan Menjalani Operasi. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indonesia (JIKPI), 1(1), 1–11. https://doi.org/10.57084/jikpi.v1i1.190
Sari, yuli permata, Riasmini, ni made, & Guslinda. (2020). Analisis Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi
Bedah Mayor di Ruang Teratai. Menara Ilmu, XIV(02), 133–147.
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/2176/1797
Setyawan, A. B. (2017). Hubungan Tingkat Ruang Angsoka Rumah Sakit. Jurnal
Ilmiah Sehat Bebaya, Vol.1 No.
Shahid, A., Wilkinson, K., Marcu, S., & Shapiro, C. M. (2012). STOP, THAT and
one hundred other sleep scales. STOP, THAT and One Hundred Other Sleep
Scales, 1–406. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-9893-4
Siburian, C. H. (2021). Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien
Pre Operasi Transurethral Resection of the Prostate (Turp) Di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan. Indonesian Trust Health Journal,
4(2), 491–498. https://doi.org/10.37104/ithj.v4i2.83
Sormin, T., Puri, A., & Azzahra, U. (2022). Hubungan Kecemasan Dengan
Kejadian Insomnia Pada Pasien Pre Operasi. Journal of Qualitative Health
Research & Case Studies Reports, 2(1), 19–23.
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Ulia, A. (2022). Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSU
Mayjen H.A Thalib Kerinci. Malahayati Nursing Journal, 5(2), 395–401.
https://doi.org/10.33024/mnj.v5i2.5917
Wicaksana, D., & Dwianggimawati, M. S. (2022). Tingkat Kecemasan dengan
Hemodinamik pada Pasien Pre Anestesi dengan Tindakan Spinal Anestesi di
RS Baptis Batu. 7(1), 41–52.
Setyawan, A. B. (2017). Hubungan Tingkat Ruang Angsoka Rumah Sakit. Jurnal
Ilmiah Sehat Bebaya, Vol.1 No2.
Siburian, C. H. (2021). Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien
Pre Operasi Transurethral Resection of the Prostate (Turp) Di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan. Indonesian Trust Health Journal, 4
(2), 491–498. https://doi.org/10.37104/ithj.v4i2.83
Sjamsuhidayat, R., & Jong, W. D. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Penerbit Buku Jakarta: Kedokteran EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 12. Alih Bahasa Indonesia Yulianti, D & Kimin, A. Jakarta:
EGC.
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart 2.
65

Stuart, G. W., & Sundeen, S. (2016). Keperawatan kesehatan jiwa. Indonesia: Els
evier.
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Teguh, T. (2014). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Uchmanowicz, I., Markiewicz, K., Uchmanowicz, B., Kołtuniuk, A., &
Rosińczuk, J. (2019). The relationship between sleep disturbances and qualit
y of life in elderly patients with hypertension. Clinical Interventions in Aging
155–165.
Wicaksana, D., & Dwianggimawati, M. S. (2022). Tingkat Kecemasan dengan He
modinamik pada Pasien Pre Anestesi dengan Tindakan Spinal Anestesi di RS
Baptis Batu. 7(1), 41–52.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Pra Survei
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN PRA SURVEI

J
Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Pra Survei
SURAT BALASAN IZIN PRA SURVEI
Lampiran 3 : Surat Persetujuan Penelitian
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
Lampiran 4 : Eticel Clearance Penelitian
ETICEL CLEARANCE PENELITIAN
Lampiran 5 : Lembar Penjelasan Penelitian

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN


Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian

Banjarnegara,
Bapak/Ibu/Saudara
Di tempat
Saya adalah Ilham Maulana Pratama (190106070), mahasiswa Program Studi
Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan. Saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan
tingkat kecemasan dengan gangguan kualitas tidur pre operasi pasien spinal
anestesi. Bersama dengan ini saya bermaksud untuk menjelaskan terkait dengan
proses penelitian yang akan saya lakukan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait hubungan tingkat
kecemasan dengan gangguan kualitas tidur pre operasi pasien spinal anestesi.
Penelitian ini tidak mempunyai efek yang berbahaya dan berdampak negatif bagi
kesehatan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari. Peneliti akan melakukan observasi secara
langsung terhadap keadaan hemodinamik yang dialami pasien dan meminta
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari agar bersedia menjadi responden Penelitian
dilakukan 1 kali pertemuan. Apabila dalam proses penelitian terdapat
ketidaknyamanan, Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berhak untuk berhenti.
Peneliti menjunjung tinggi harkat dan martabat Bapak/Ibu/Saudara/Saudari serta
akan merahasiakan data yang didapat baik pada saat proses pengumpulan data
awal, proses pengolahan hingga ke proses penyajian data. Apabila terdapat hal
yang kurang jelas terkait dengan prosedur penelitian, atau membutuhkan bantuan
dalam penelitian ini maka Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menemui saya secara
langsung saat proses penelitian. Melalui lembar penjelasan ini, Saya
mengharapkan kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk berpartisipasi
dalam proses penelitian. Terima Kasih.

Banjarnegara,

( Ilham Maulana Pratama )


Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Gangguan Kualitas
Tidur Pre Operasi Pasien Spinal Anestesi Di Rumah Sakit
Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara
Peneliti : Ilham Maulana Pratama
NIM : 190106070
Peneliti telah memberikan penjelasan terkait dengan proses jalannya penelitian
yang akan dilakukan. Saya mengerti bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan gangguan kualitas tidur pre
operasi pasien spinal anestesi. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam
penelitian bermanfaat bagi pengembangan program kesehatan khususnya dalam
bidang anestesi.
Saya mengerti bahwa tidak terdapat efek samping berbahaya yang mungkin
terjadi selama penelitian berlangsung. Saya juga berhak berhenti dari
keikutsertaan penelitian apabila saya merasa tidak nyaman, serta saya berhak
mendapatkan jawaban yang jelas terkait dengan prosedur penelitian.
Saya dapat menemui secara langsung peneliti jika saya menginginkan penjelasan
atau bantuan saat proses penelitian. Saya mengerti identitas, catatan penelitian dan
data yang didapatkan dari proses pengumpulan data awal, proses pengolahan
hingga ke proses penyajian data akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan
digunakan sebagai keperluan penelitian. Demikian, Saya secara sukarela dan tidak
mendapat unsur paksaan dari siapapun bersedia untuk menjadi partisipan dalam
penelitian ini.

Responden

( )
Lampiran 7 : Identitas Responden

IDENTITAS RESPONDEN

Nama (Inisial) :

No. RM :

Tempat/Tanggal Lahir :

Alamat :

Umur : □ 17 – 25 tahun

□ 26 – 35 tahun

□ 36 – 45 tahun

□ 46 – 65 tahun

Jenis Kelamin : □ Laki-laki

□ Perempuan

Tingkat pendidikan : □ pendidikan dasar (SD,SMP)


□ pendidikan menengah (SMA)
□ pendidikan tinggi (D3,S1,S2,S3)
Lampiran 8 : Kuesioner Athens Insomnia Scale (AIS)

Kuesioner Athens Insomnia Scale (AIS)


No Kriteria
1 Induksi memulai Tidak Masalah Masalah Sangat
tidur (waktu yang masalah (0) kecil (1) besar (2) tertunda
anda butuhkan atau tidak
untuk tertidur tidur sama
setelah mematikan sekali (3)
lampu)
2 Terbangun di Tidak ada Masalah Masalah Masalah
malam hari masalah (0) kecil (1) besar (2) serius atau
tidur sama
sekali (3)

3 Bangun lebih awal Tidak lebih Sedikit lebih Sangat lebih Jauh lebih
dari yang diinginkan awal (0) awal (1) awal (2) awal atau
tidak tidur
sama sekali
(3)

4 Total durasi tidur Cukup Sedikit tidak Sangat tidak Tidak tidur
(0) cukup cukup sama sekali
(1) (2) (3)

5 Kualitas tidur secara Memuaskan Sangat Sangat tidak Tidak tidur


keseluruhan (0) memuaskan memuaskan sama sekali
(kualitas tidur yang (1) (2) (3)
anda rasakan tidak
peduli berapa lama
anda tertidur)
6 Rasa nyaman pada Normal (0) Penglihatan Menurun Sangat
siang hari menurun (1) tapi sedang menurun
(2) (3)

7 Fungsi (fisik dan Normal (0) sedikit Menurun Sangat


mental) pada siang menurun (1) tapi sedang menurun
hari (2) (3)

8 Rasa kantuk di siang Normal (0) Ringan (1) Sedang (2) Sangat
hari Menurun
(3)
Lampiran 9 : Kuesioner Kecemasan
Kuesinoner Kecemasan

(The Amsterdam Preoperative Anxiety & Information Scale )

1. Petunjuk pengisian pertanyaan : kepada saudara/i/bapak/ibu mohon diberikan


checklist/centang (√) pada jawaban yang saudara/i/bapak/ibu anggap sesuai de
ngan keadaan saat ini.
2. Pertanyaan ini diisi responden (pasien)

No Pernyataan Jawaban/score
. Tidak Tidak Sedikit Aga Sangat
sama terlalu (3) k (5)
sekali (2) (4)
(1)
1. Saya khawatir mengenai
prosedur pembiusan yang
akan diberikan kepada
saya.
2. Prosedur pembiusan selalu
berada dalam pikiran saya.
3. Saya ingin mengetahui
sebanyak mungkin tentang
prosedur
pembiusan.
4. Saya khawatir mengena
i prosedur prosedur yan
g akan
diberikan kepada saya.
5. Saya selalu memikirkan
prosedur operasi yang
akan dilakukan kepada
saya.
6. Saya ingin mengetahui
sebanyak mungkin
mengenai prosedur
operasi saya
Jumlah
Total Jumlah
Lampiran 10 Master Tabel
MASTER TABEL

Jenis Tingka
Nama Umur Kode Kelamin Kode Pendidikan Kode Ais Kode Apais Kode
Tn. K 40 3 Laki Laki 2 SMA 2 10 2 16 3
Tn. A 60 5 Laki Laki 2 SMP 1 14 2 18 3
Tn. M 22 1 Laki Laki 2 SMA 2 18 3 14 3
Tn. S 45 3 Laki Laki 2 S1 3 11 2 9 2
Tn. R 56 5 Laki Laki 2 SMP 1 14 2 9 2
Ny. A 34 2 Perempuan 1 SMA 2 21 3 15 2
Ny. D 25 1 Perempuan 1 SMA 2 23 4 20 3
Tn. S 61 5 Laki Laki 2 SD 1 13 2 11 1
Tn. R 35 1 Laki Laki 2 S1 3 10 2 8 3
Tn. I 51 4 Laki Laki 2 SMP 1 12 2 8 3
Ny. S 23 1 Perempuan 1 SMA 2 16 3 18 3
Ny. Z 19 1 Perempuan 1 SMA 2 20 3 20 4
Ny. I 30 2 Perempuan 1 SMP 1 23 4 15 3
Ny. L 28 2 Perempuan 1 SMP 1 14 2 14 3
Tn. F 48 4 Laki Laki 2 S1 3 7 1 13 3
Tn. I 54 4 Laki Laki 2 SMP 1 9 2 6 1
Tn. J 39 3 Laki Laki 2 S1 3 7 1 6 1
Tn. E 52 4 Laki Laki 2 SD 1 8 2 11 2
Ny. R 64 5 Perempuan 1 SD 1 11 2 10 2
Ny. A 42 3 Perempuan 1 SMP 1 15 3 9 2
Ny. E 18 1 Perempuan 1 SMP 1 10 2 6 1
Ny. F 25 1 Perempuan 1 S1 3 14 2 16 3
Tn. I 62 5 Laki Laki 2 SMA 2 15 3 24 4
Tn. D 45 3 Laki Laki 2 S1 3 17 3 15 3
Tn. S 64 5 Laki Laki 2 SD 1 11 2 6 1
Tn. G 59 5 Laki Laki 2 SD 1 11 2 13 3
Tn. N 41 3 Laki Laki 2 S1 3 19 3 23 4
Tn. I 57 5 Laki Laki 2 SMA 2 7 1 6 1
Tn. B 63 5 Laki Laki 2 SD 1 10 2 17 3
Tn. T 20 1 Laki Laki 2 SMA 2 22 4 24 4
Ny. A 38 3 Perempuan 1 S1 3 16 3 11 2
Ny. S 22 1 Perempuan 1 SMA 2 21 3 23 4
Ny. R 25 1 Perempuan 1 SMA 2 23 4 25 5
Ny. A 20 1 Perempuan 1 SMA 2 15 3 22 4
Ny. F 31 2 Perempuan 1 S1 3 10 2 6 1
Tn. A 55 4 Laki Laki 2 SMP 2 13 2 12 2
Tn. M 49 4 Laki Laki 2 SMA 2 16 3 15 3
Tn. H 58 5 Laki Laki 2 SMA 2 8 2 6 1
Tn. R 61 5 Laki Laki 2 SMP 1 20 3 15 3
Tn. H 47 4 Laki Laki 2 S1 3 9 2 6 1
Tn. S 26 2 Laki Laki 2 S1 3 16 3 19 4
Tn. K 51 4 Laki Laki 2 SMA 2 7 1 8 2
Ny. D 63 5 Perempuan 1 SMP 1 9 2 11 2
Ny. I 34 2 Perempuan 1 S1 3 13 2 14 3
Ny. H 23 1 Perempuan 1 SMA 2 21 3 15 3
Tn. S 29 2 Laki Laki 2 S1 3 23 4 25 5
Tn. M 38 3 Laki Laki 2 S1 3 11 2 8 2
Tn. J 47 4 Laki Laki 2 SMA 2 16 3 12 2
Tn. G 56 5 Laki Laki 2 SMP 1 10 2 15 3
Ny. B 36 3 Perempuan 1 SMA 2 9 2 11 2
Ny. S 32 2 Perempuan 1 S1 3 21 3 27 5
Tn. E 24 1 Laki Laki 2 S1 3 23 4 25 5
Tn. R 60 5 Laki Laki 2 SMP 1 7 1 8 2
Tn. T 41 3 Laki Laki 2 SMA 2 15 3 16 3
Tn. R 26 2 Laki Laki 2 SMA 2 12 2 10 2
Tn. S 39 3 Laki Laki 2 S1 3 9 2 15 3
Ny. E 18 1 Perempuan 1 SMP 1 22 4 27 5
Ny. V 20 1 Perempuan 1 SMA 2 16 3 11 2
Ny. L 26 2 Perempuan 1 S1 3 23 4 26 5
Tn. I 65 5 Laki Laki 2 SD 1 7 1 11 2
Tn. G 34 2 Laki Laki 2 S1 3 13 2 14 3
Tn. M 56 5 Laki Laki 2 SMP 1 17 3 15 3
Ny. L 30 2 Perempuan 1 SMA 2 22 4 25 5
Tn. S 63 5 Laki Laki 2 SD 1 6 1 6 1
Tn. B 33 2 Laki Laki 2 S1 3 15 3 12 2
Lampiran 11 Hasil Olahan SPSS

HASIL OLAHAN SPSS

Statistics

Tingkat_Pendidi Tingkat_Kecema Gangguan_Kuali


Usia Jenis_Kelamin kan san tas_Tidur

N Valid 65 65 65 65 65

Missing 0 0 0 0 0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-25 Tahun 15 23.1 23.1 23.1

26-35 Tahun 13 20.0 20.0 43.1

36-45 Tahun 11 16.9 16.9 60.0

46-55 Tahun 9 13.8 13.8 73.8

56-65 Tahun 17 26.2 26.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 24 36.9 36.9 36.9

Laki-Laki 41 63.1 63.1 100.0

Total 65 100.0 100.0

Tingkat_Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pendidikan Dasar 22 33.8 33.8 33.8

Pendidikan Menengah 23 35.4 35.4 69.2

Pendidikan Akhir 20 30.8 30.8 100.0

Total 65 100.0 100.0


Tingkat_Kecemasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak cemas 10 15.4 15.4 15.4

Cemas ringan 18 27.7 27.7 43.1

Cemas sedang 23 35.4 35.4 78.5

Cemas berat 7 10.8 10.8 89.2

Panik 7 10.8 10.8 100.0

Total 65 100.0 100.0

Gangguan_Kualitas_Tidur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak ada insomnia 7 10.8 10.8 10.8

Insomnia ringan 28 43.1 43.1 53.8

Insomnia sedang 21 32.3 32.3 86.2

Insomnia berat 9 13.8 13.8 100.0

Total 65 100.0 100.0


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tingkat_Kecema Gangguan_Kuali
san tas_Tidur

N 65 65
a,b
Normal Parameters Mean 2.74 2.49
Std. Deviation 1.176 .868
Most Extreme Differences Absolute .197 .253
Positive .197 .253
Negative -.157 -.182
Test Statistic .197 .253
c
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Correlations

Tingkat_Kecema Gangguan_Kuali
san tas_Tidur

Spearman's rho Tingkat_Kecemasan Correlation Coefficient 1.000 .659**

Sig. (2-tailed) . .000

N 65 65

Gangguan_Kualitas_Tidur Correlation Coefficient .659** 1.000


Sig. (2-tailed) .000 .

N 65 65

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian

DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 13 Jadwal Penelitian
Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

Pengajuan
judul
Bimbingan
proposal
Pendaftaran
Ujian Proposal
Seminar
Proposal
Pengambilan
Data Penelitian
Bimbingan
Skripsi
Ujian Skripsi
Publikasi

JADWAL PENELITIAN
Lampiran 14 Lembar Bimbingan Proposal
Lampiran 15 : Lembar Konsultasi Hasil Skripsi

Anda mungkin juga menyukai