TESIS
OLEH:
i
IMPLEMENTASI KAFᾹ ’AH DALAM PERSPEKTIF
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)
(Studi Pandangan Elit Partai Keadilan Sejahtera
di DPW PKS Sulawesi Selatan)
OLEH:
AHMAD NUH TAMANG
NIM 11780011
Pembimbing:
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Direktur PPs,
iv
LEMBAR PERNYATAAN
ORIGINALITAS PENELITIAN
Ahmad.Nuh Tamang
NIM: 11780011
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrohim
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt. dimana
atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya yang dilimpahkan serta dengan
dibekali kesehatan lahir dan batin, sehingga penulis dapat menyusun sebuah tesis
dengan judul: “Implementasi Kafā’ah Dalam Perspektif Partai Keadilan Sejahtera
(PKS).(Studi Pandangan Elit Partai Keadilan Sejahtera di DPW PKS Sulawesi
Selatan)”, yang masih jauh dari kesempurnaan dan akan dijadikan persyaratan
untuk memperoleh gelar M.Hi (Magister Hukum Islam).
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga, shahabat dan para pengikutnya,
yang telah membawa petunjuk kebenaran bagi seluruh umat manusia yaitu Ad-
Dinul Islam dan yang kita harapkan safa‟atnya di dunia dan di akhirat.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
membantu dalam pelaksanaan tugas akhir ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, dan para Pembantu Rektor.
UIN Maliki Malang, dan para Asisten Direktur atas segala layanan dan
3. Bapak Dr. H. Fadil, M.Ag selaku Ketua Program Studi al-Ahwal al-
5. Ibu Dr. Hj. Umi Sumbulah, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing II,. atas
vi
6. Dosen penguji, baik penguji proposal maupun tesis yang telah memberikan
program studi. Semoga Allah SWT melipat gandakan amal kebaikan kepada
beliau, Amin.
8. Kepada kedua Orang tuaku tercinta H. Muhammad Tamang dan Hj. Asni
sayang, motifasi dan do‟a dalam proses perjalanan studi ini. Semoga eksistensi
penulis sebagai anak shaleh dan Qurrata A‟yun dapat menjadi investasi amal
9. Istri tercinta Asmah Yetie.S.Kp Ns, yang senantiasa selalu memberi motivasi
10. Para elit Partai Keadilan Sejahtera DPW Sulawesi Selatan seperti : Bapak
Susy Smita.P, ST, Ibu Dwi Susilarsih, S.S, Ibu Ir. Ida Royani Rahim, S.Pdi
dan Ibu Linda, SPt yang telah bersedia diwawancarai oleh penulis, semoga
Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan kebaikan yang lebih besar,
amin.
11. Para dewan asatidzah Ponpes Daruttauhid Malang, khususnya kepada guru
kami al-ustadz Toha Abdullah Abdun, al-ustadz Husein Abdullah Abdun dan
vii
dan doa‟nya dalam proses perjalanan studi ini.
13. Kepada semuanya yang telah membantu penulisan tesis ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya, semoga Allah SWT. Membalas kebaikan dan bantuan yang telah
Semoga tesis ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca
Aamiin.
viii
ABSTRAK
Tamang, Ahmad, Nuh,. 2014.“Implementasi Kafā’ah Dalam Perspektif Partai
Keadilan Sejahtera (PKS).(Studi Pandangan Elit Partai Keadilan
Sejahtera di DPW PKS Sulawesi Selatan)”, Tesis. Prodi Studi Al-Ahwal
Al-Syakhsyiyah Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang. Dosen pembimbing: (1) Dr. H.Fadil Sj. (II) Dr.Hj. Umi Sumbulah
M. Ag.
ix
مستخلص البحث
ِ
وجهات نَظ ِر ِكبَا ِر حزب العدالَِة والر ِ
فاى ِية ,دراسات ِ
الكفاءة يف منظوِر ِ
َ َّ َ متانج ,أمحد ,نوح ,2014 ,تَطبيقُ
البخخيَّ ِة,
ِ ااحو ِال ِ رللس إدارِة احملليَِّة بسلويسي جنوبية ِ ٌ .
فاىية يف ِالعدالة و الر ِ
زب ِ مسؤويل ِح ِ
للي ببعبة ْ
ث ٌّي َ ّ َْ
ااو ُل :الدكتور احلاج
ادلبرف َّ جبامع ِة موالنا مالك إبراىيم اإلسالمية احل ِ
كومية مبالنج , ِ ِ
ُ ُ كلية الدراسات العليا َ َ
فاضل,ادلاجستري.و ادلبرفة الثانية :الدكتورة احلاجة أمي ُسنبلة ,ادلاجسترية.
x
ABSTRACT
Tamang, Ahmad, Nuh. 2014. Implementation of Kafā'ah in Perspective
Prosperous Justice Party (PKS) (Study of Views of the Prosperous Justice
Party (PKS) Elites in DPW of PKS at South Sulawesi) Thesis. Prodi Study
of Al-Al-Syakhsyiyah ahwal State Islamic University Graduate School
(UIN) Malang. Supervisor: Dr.. H.Fadil Sj and Dr.Hj. Umi Sumbulah
M.Ag
Keywords: Kafaah, PKS, Implementation
The object of this study is determine the views of the elite of PKS in South
Sulawesi about the meaning pf kafa‟ah and how it is applied in the core of the
party cadres. This study is a type of field research with qualitative approach. The
collection of dates is interviews method and documentation method. The analysis
was done by using descriptive qualitative.
The results show that first, the equivalent view of whether someone other
than the views of the religious aspect also refers to family background and his
understanding tarbiyah. Application of kafa'ah at the beginning of the wedding
party is characterized by a tendency among cadres. Gay marriage is the goal cadre
proselytizing mission for the continuation, strengthening the organization and the
first step to achieving an Islamic society. However, it was also found that cadres
who married non PKS cadres. It does not matter if there are married to non-cadre
cadre, the condition does not preclude their partners participate in the
proselytizing activities of PKS. Second, cadres Gay marriage a positive impact on
the level of force solidity particular political machine that helped PKS award-
winning in the elections, while the non-cadre explains to his partner make their
surrogate information that is not true concerning about PKS.
xi
MOTTO
xii
PERSEMBAHAN
Tesis ini khusus penulis dedikasikan kepada:
Ayahanda:
H.Muhammad Tamang
&
Ibunda:
Hj. Asni Mappeare
Semoga Allah SWT menjadikan penulisan tesis ini menjadi amal jariyah bagi
Penulis dan semua kebaikannya penulis persembahkan untuk mereka berdua.
Guru Kami :
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................ i
Halaman Judul .................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ........................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Pernyataan ........................................................................................... v
Kata Pengantar .................................................................................................. vi
Abstrak ............................................................................................................... ix
Motto .................................................................................................................... xii
Persembahan ...................................................................................................... xii
Daftar Isi .............................................................................................................. xiv
Transliterasi ......................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
xiv
D. Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera ........................................ 45
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 57
A. Lokasi Penelitian ................................................................................. 57
B. Kehadiran Peneliti ............................................................................... 57
C. Jenis Penelitian .................................................................................... 58
D. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 58
E. Data dan Sumber Data ......................................................................... 59
F. Pengumpulan Data ............................................................................... 61
G. Analisis Data ....................................................................................... 62
H. Penegecekan Keabsahan Data .............................................................. 65
xv
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Transliterasi
Translit yang digunakan dalam penulisan tesis ini berdasarkan pedoman
sebagai berikut:
Tidak
Dl ض ا
ditambahkan
Th ط B ب
Dh ظ T ت
Koma menghadap ke
ع Ts ث
atas
Gh غ J ج
F ف H ح
Q ق Kh خ
K ك D د
L ل Dz ذ
M م R ر
xvii
N ن Z ز
W و S س
H ه Sy ش
Y
ي Sh
ص
latin vocal fathah ditulis dengan “a” kasrah dengan “i”, dhammah dengan “u”
melainkan tetap ditulis dengan “iy” supaya mampu menggambarkan ya’ nisbat
diakhirnya. Sama halnya dengan suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah
xviii
C. Ta’Marbuthah
kalimat, namun jika seandainya Ta‟ Marbuthah tersebut berada diakhir kalimat,
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Sehingga jika keduanya berasal dari kelas atau golongan yang tidak setara,
akad nikah, selama pihak istri dan walinya tidak bersepakat dalam keharusan
adanya kesetaraan.2
1
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 97
2
Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, al-Akhwal al-Syaksiyah Fi al-Syariah al-Islamiyah, Ma
a‟ al-Isyarah Ila Muqabiliha Fi al-Syara‟I al-Ukhra, (Bairut : al-Maktabah al-Ilmiyah, 2003),
hlm.106
1
Kesetaraan yang dikandung dalam beberapa literatur diasumsikan
perceraian.
perempuan.3
esklusif. Dalam pra-riset tesis ini, peneliti mendapati sebuah fenomena bahwa
dengan sesama kader partai mereka, sehingga bagi kader Partai Keadilan
(PKS) mempunyai biro jodoh yang terstruktur dengan rapi, dimana biro ini
3
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia; Antara Fiqh Munakahat Dan Undang-
Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 141.
2
berfungsi menjodohkan antara ikhwān dan akhwāt PKS. Lembaga ini
memilih jodoh dengan sesama kader partai mereka, sehingga bagi kader
kesetaraan dalam Islam yang mempunyai landasan dalil yang kuat. Hal ini
5
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.”
4
Habib Nanang, Perjodohan di Kalangan Aktivis Halaqoh Tarbiyah di Kecamatan Piyungan,
Kabupaten Bantul (UIN Jogjakarta, 2007)
5
QS. Al-Ḥujurāt: 13.
3
beberapa pertanyaan, apakah ikhwān atau akhwāt yang menikah sesama kader
merata dilakukan oleh semua jenjang keanggotaan PKS atau tidak, karena di
satu sisi, di internal kader PKS terdapat jenjang keanggotaan, seperti kader
pendukung, kader inti, ahli, purna dan seterusnya.6 Pertanyaan yang muncul
merekomendasikan atau ikut campur seperti halnya orang tua dari kader PKS
yang akan menikah. Dan jika kemudian seorang kader memilih menikah
dengan orang non kader PKS, apakah kader tersebut mendapat semacam
B. Fokus Penelitian
1. Apa makna kafā`ah bagi kader Inti Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Sulawesi Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
6
Djony Edward, Efek Bola Salju PKS, (Bandung: Harakatuna, 2006), hal. 19
4
1. Untuk mengetahui makna kafā`ah bagi kader inti Partai Keadilan
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Sulawesi Selatan.
2. Kegunaan Praktis
E. Originalitas Penelitian
banyak yang mengkaji baik dalam bentuk tesis, skripsi maupun yang telah
5
dipublikasi ke dalam jurnal ilmiah, seperti yang peneliti jabarkan di bawah
ini:
dipegang sejak leluhur mereka. Tinjaun hukum Islam terhadap hal ini
ada yang melanggar prinsip kafā`ah tersebut maka tidak secara langsung
dalam hal kesamaan aqidah atau kerohanian yaitu kesamaan dalam satu
7
Faisol Rizal. Tesis. 2012. Dengan judul Implementasi Kafā`ah Dalam Keluarga Pesantren (Studi
Penerapan Kafā`ah Kiai Pesantren Kab. Jombang). Program Magister al-Ahwal al-Syakhshiyah
Progam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
8
Putri Paramadina, Kafa'ah Pada Tradisi Perkawinan Masyarakat Arab Al-Habsyi Di Kabupaten
Pemalang (IAIN Walisongo, 2010)
9
Zulhamdani, Konsep Kafā`ah dalam Perkawinan Ahmadiyah Qodian dan Lahore Perspektif
Ulama Syafi‟iyyah. (UIN Jogjakarta, 2010)
6
agama dan golongan (jama'ah). Dasar Hukum kafā`ah dalam hal sama-
Qodian adalah wali, perempuan calon pengantin, dan ada wewenang dari
Ahmadiyah lahore adalah hak perempuan dan walinya. Tak lupa Zul
oleh fanatisme terhadap suatu golongan saja. Sehingga hal itu akan
masyarakat.
10
Sulhani Hermawan. Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan Dengan Prinsip
Egalitarian Dalam Hukum Perkawinan Islam; Kajian Normatif Dan Historis Kontekstual
Tentang Konsep Fiqh Al-Kafā`ah (Surakarta; STAIN Surakarta) jurnal ilmiah.
7
dan egalitarianisme merupakan dua hal yang berbeda dalam
penerapannya.
dan Sulhaini Hermawan yaitu fokus penelitian pada hal kafā`ah, dan
8
dalam Perkawinan Ahmadiyah memandang
Ahmadiyah Qodian dan perspektif kesetaraan dalam
Lahore Perspektif Ulama Ulama hal kesamaan
Syafi‟iyyah. aqidah atau
kerohanian yaitu
kesamaan dalam
satu agama dan
golongan (jama'ah).
Sedangkan Kafā`ah
dalam pandangan
Ahmadiyah Lahore
hanya agama saja,
sedangkan nasab,
pekerjaan dan
status sosial
hanyalah pelengkap
yang sifatnya
kondisional.
4 Sulhani Hermawan - Kajian Dalam konteks
Pertentangan Prinsip Normatif Dan kafā`ah, nilai
Kemaslahatan Perkawinan Historis normatif
Dengan Prinsip Egalitarian Kontekstual mendukung
Dalam Hukum Perkawinan Tentang kafā`ah.
Islam; Kajian Normatif Dan Konsep Fiqh Sebaliknya, prinsip
Historis Kontekstual Al-Kafā`ah egalitarian justu
Tentang Konsep Fiqh Al- menolaknya.
Kafā`ah Simpulan lain
berupa persepsi
bahwa kafā`ah
merupakan
formulasi ulama
berdasar waktu dan
lokus yang spesifik.
Hal ini
menisyaratkan
bahwa perubahan
sosial juga
berpengaruh
terhadap konsepsi
kafā`ah.
5 Ahmad Nuh - Implementasi Konsep Kafaah Pertama,pandangan
Kafa‟ah di Kalangan Kader di Kalangan sekufu tidaknya
Inti di DPW PKS Sulawesi Kader Inti PKS seseorang selain
selatan dilihat dari aspek
agamanya juga
mengacu pada latar
9
belakang keluarga
dan pemahamannya
terhadap tarbiyah.
Tidak masalah jika
ada kader menikah
dengan non kader,
asal tidak
menghalangi
pasangannya ikut
kegiatan-kegiatan
dakwah di PKS.
Kedua, Pernikahan
sesama kader
membawa dampak
positif berupa
kesolidan
khususnya di level
kekuatan mesin
politik PKS
sehingga membantu
pemenangan-
pemenangan dalam
pilkada, sedangkan
dengan non kader
membuat
binaannya
menjelaskan
kepada
pasangannya
informasi-informasi
yang tidak benar
yang menyangkut
PKS.
10
F. Definisi Istilah
pembina/murabbi.13
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka.
2005) hlm. 608.Dalam perihal perkawinan , kafā‟ah diartikan dengan keseimbangan dan
kesetaraan. Lihat Ibnu Mandzūr, Lisānul „arab, Jilid V (Dār al-ma‟ārif : Tt) hlm 3892
حسبها و دينها و
َ ومنه الكفاءة يف النكاح وهو أن يكون الزوج مساويا للمرأة يف, النظري واملساوي: الكفؤ
.نسبها وبيتها وغري ذالك
12
Ernanto Joko, wawancara, Malang, 25 Maret 2013
13
Tim Departemen Kaderisasi PKS, Manejemen Tarbiyah bagi Anggota Pemula (Bandung:
Syamil, 2003).
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
و َ َا َور ُ ُاو الَّل ِيو َ لَّل و الَّليُو َلَْن ِيو َ َ لَّل َوو:َ ْن و َ ْن ِ و ْن ِ و ُ َْن ٍ و َ ْن وَِ ِيو َ ْن و َ ِّد ِو َ َوا
1
)ملسل نوتتكفأودم ئه و(ر و مح و ود د
“Dari „Amru bin Syu‟aib dari bapaknya dari kakeknya berkata;
berkata Rasulullah SAW: Darah orang-orang Islam itu setara”(HR.
Aḥmad dan Abū Dāwud)
Maksud hadis ini adalah sebanding, maka darah orang yang rendah
derajatnya sama dengan darah orang yang tinggi derajatnya. Begitupun dalam
2
ملويَ ُك ْن واَيو ُكف و ح
“Tidak suatu pun yang sama dengan-Nya”
etimologi kafā`ah adalah sama, sesuai dan setara. Sehingga yang dimaksud
dengan kafā‟ah„ dalam perkawinan adalah kesamaan antara calon suami dan
1
Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud, juz 7, hlm. 388, al-Maktabah al-Syamilah versi 3.28
2
QS. Al-IKhlaṣ : 4
1
calon isteri, sama dalam kedudukan, sebanding dalam tingkat sosial dan sama
Kafā`ah merupakan salah satu kajian yang disyariatkan atau diatur dalam
perkawinan Islam, akan tetapi tidak ditemukan dalil yang jelas dan spesifik
posisi kafā`ah dan kriterianya dalam perkawinan. Para ulama Imam Madzhab
Perbedaan ini terkait dengan perbedaan ukuran kafā‟ah„ yang mereka gunakan.
dengan perempuan dalam agama dan selamat dari cacat yang memperoleh
3
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid 2, (kairo: dār al-Fath, 2000 M), hlm.93-94.
4
Abdur Rahman Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‟Ala Al-Mazahib Al-Arba‟ah, Juz 4(Bairut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyyah, 1999), hlm. 53.
5
Al-Jazīri, Kitab Al-Fiqh, hlm 56-57.
6
Wahbah, Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu Juz 9, h. 6747
2
“Kesetaraan diantara suami- istri yang dapat menghilangkan rasa malu
dalam perkara-perkara yang khusus”.
menurut mazhab Maliki, kesetaraan dalam agama dan haal yaitu keselamatan
oleh mazhab hanafiy dan mazhab hambaliy kesetaraan dalam kemakmuran dari
segi harta.7
pengertian bahwa perempuan mempunyai sifat atau naluri yang sama dengan
laki-laki dalam banyak aspek. Kafā`ah mengandung arti sifat yang ditemui
haruslah ada pada laki-laki yang mengawininya, karena wanita akan dirugikan
jika menikah dengan laki-laki yang tidak setara dengannya. Berbeda jika laki-
Perkawinan atau dalam Al-Qur‟an, akan tetapi masalah tersebut sangat penting
untuk mewujudkan suatu rumah tangga yang harmonis dan tentram, sesuai
dengan tujuan perkawinan itu sendiri, yaitu ingin mewujudkan suatu keluarga
7
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jilid VII(Damaskus : Dār al-fikr, 1985), hlm
229.
8
Salim bin Abdul Ghani Al-Rafi‟i, Ahkam Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Li Al-Muslimin Fi Al-Gharbi.
Beirut; Dar Ibn Hazm. hlm 330
3
keseimbangan dalam perkawinan ini perlu diperhatikan demi mewujudkan
tujuan perkawinan.9
karena ini menyangkut kelangsungan hidup antara pasangan suami istri. Yaitu
Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para fuqaha mengenai hal
kafā`ah, baik dalam bentuk buku, kitab, artikel, dan skripsi. Dalam Fiqh al-
sebanding.11
suami dan isteri dalam hal-hal tertentu, yaitu agama, nasab, pekerjaan, merdeka
dan harta.
Dalam hadis juga disebutkan dalil kafā`ah dalam beberapa kriteria, yang
9
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam, Soemiyati dan Undang-undang Perkawinan,(Jakarta:
Liberty, 1982) hlm 4.
10
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 229-230.
11
Sayyid Sabiq, Fiqh, hlm 94.
4
انِّدس ءُ ِوِل ْنَرَ ٍعواِ َ ِِلَ و َ ِِلَ َسبِ َه و َّل َّل ِ َّل
َ َ ل و اليُو َلَْنيو َ َ ل َ و َ َاوتُْنن َك ُحو وهَيْن ََةو َ ْن و ِ ِّد
انَّلِبو ُ َ ْن و َِِب
و12)تويَ َ كو(ر و ود د ِ
ِ َذ تو ا ِّدي ِ وتَ َِ ْن َ َِ َ ِِلَ و َ اِ ِينِ َه وفَ اْن َف ْنو
Dari Abu Hurairah, dari Nabi bersabda: wanita dinikahi karena empat,
yaitu harta,nasab, kecantikan dan agamanya. Pilihlah wanita yang taat
kepada agamanya, maka kamu akan berbahagia. (HR. Abu Dāwud)
kedua setelah kekayaan dalam hal memilih pasangan. Tipikal ini berguna
bagi seseorang yang mementingkan nasab, juga untuk meraih posisi, baik
َ ْن و َْنب ِو الَّل ِيو ْن ِ و َ ْن ٍ و َ َاو َ َا َور ُ ُاو الَّل ِيو َ لَّل و الَّليُو َلَْن ِيو َ َ لَّل َ َوَلوتَ َزَّل ُ و
وح ْنسنُ ُه َّل و ْنَنويُْن ِديَ ُه َّل و َََلوتَ َزَّل ُ ُه َّل ِوِل ْنَم َ ِلِِ َّل وفَ َ َس و ْنَم َ ُِلُ َّل و ِ ِ
ُ انِّدس ءَوِلُ ْنسن ِه َّل وفَ َ َس
َ
12
Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud, juz 5, hlm. 426, al-Maktabah al-Syamilah versi 3.28
5
ِ ْنَنوتُطْنغِ ه َّل و اَ ِك وتَزَّل ه َّل و لَ و ا ِّدي ِ و َِلَمةٌوخ م ءو د ءو َذ ت
ودي ٍ و ُ ُ َ َ َ َ ْن َ ُ َ ْن َ ُ ُ َ َ ُ َ ْن
13
)(ر و وم ي.َفْن َ ُو
“Dari Adullah bin Umar berkata: Berkata Rasulullah SAW Janganlah
engkau menikahi perempuan karena kecantikannya, barangkali
kecantikannya menjadi menolak, dan janganlah engkau menikahi
karena hartanya, barangkali hartanya menjadikan ia berlaku curang,
tetapi nikahilah karena agamanya, dan sungguh seorang budak
perempuan yang hitam legam yang beragama baik itu lebih
utama.(HR. Ibnu Mājah)
sebagai tipikal utama dalam pemilihan pasangan. Hal ini karena faktor agama
yang berkualitas secara keagamaan, meski kurang cantik secara fisik, agama
13
Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Mājah, juz 5, hlm. 457, al-Maktabah al-Syamilah versi 3.28
14
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga; Pedoman Berkeluarga Dalam Islam, judul asli Nidzam Al-
Usrah Fi Al-Islam, alih bahasa Nur Khozin (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 41-48.
6
al-dīn”, segolongan lainnya berpendapat bahwa faktor keturunan (nasab) sama
al-Qur‟an membuat para fuqaha berbeda pendapat dalam masalah ini, yaitu
dalam sebuah perkawinan, menurutnya antara orang Islam yang satu dengan
orang Islam yang lainnya adalah sama (sekufu‟). Semua orang Islam asalkan
dia tidak pernah berzina, maka ia berhak kawin dengan semua wanita
muslimah yang tidak pernah berzina.16 Berdasarkan firman Allah SWT QS. Al-
Hujurat ayat 10 :
و17ووو
Bukan syarat sahnya perkawinan serta bukan pula syarat kelaziman. Sehingga
perkawinan sah dan lazim tampa mempedulikan apakah si suami setara dengan
si istri maupun tidak.18 Adapun alasan mereka berdasarkan firman Allah Swt :
15
Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd, Bidayah al- Mujtahid wa Nihāyah al-Muqtashid ,Jilid II
(Bairūt: Dār al-Jail, 1989) hlm. 34
16
Sayyid Sabiq, Fiqh, hlm 94.
17
Al-hujarat :10
18
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 230.
7
19
وووو
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu”
Dari ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa semua manusia sama dalam
hak dan kewajiban, tidak ada keistimewaan antara yang satu dengan lainnya
kecuali dengan takwa. Dan mereka juga menyatakan bahwa penghormatan dan
penghargaan terhadap darah seseorang dalam hukum pidana ialah sama saja.
Jika yang membunuh adalah orang yang terhormat dan yang dibunuh adalah
diterapkan dalam hukum pidana Islam, maka begitu pula ketentuan dalam
sama dalam hak-hak dan kewajiban dan mereka tidak saling lebih utama
keperibadian yang berlandaskan tradisi dan adat manusia, maka pasti manusia
saling memiliki perbedaan. Ada perbedaan dalam sisi rezeki dan kekayaan.
وووووو
21
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam
hal rezki”
pidana Islam, maka begitu pula ketentuan dalam perkawinan seharusnya tidak
19
QS. Al-hujarat: 13
20
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 231.
21
QS an-Nahl: 71.
8
diterapkan, terbantahkan dengan alasan bahwa ini merupakan qias ma‟al faariq
perkawinan.22
diantara mereka adalah empat Imam mazhab, bahwa kafā`ah merupakan syarat
َن َور ُ َاو الَّل ِيو َ لَّل و الَّليُو َلَْن ِيو َ َ لَّل َ و َ َاواَيُويَ و َلِ ُّيو
َ ْن و َلِ ِّديو ْن ِ و َِِبوطَ اِ ٍ و َّل
تو
تو ِلميُو ذ و َ ْن وح َ َ ْن َ ت و ن زوةُ ذ و اصالةو ذ و تَ ْن: ثالثوَلوتؤخ وه
25
)ُكفؤ (ر و ارتمذي
Dari „Ali bin Abi Thalib, bahwasanya Rasulullah berkata kepadanya
:“wahai „Ali tiga perkara yang tidak boleh ditangguhkan; shalat jika
telah tiba waktunya, jenazah jika telah datang, dan perempuan yang
belum menikah jika mendapati orang yang setara dengannya.”(riwayat
Tirmīdzi)
22
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 231-232.
23
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 232-233.
24
Maksud dari “syarat keladziman dalam sebuah perkawinan, bukan syarat sahnya perkawinan”
adalah nikah sah apabila tidak terdapat kafa‟ ah diantara keduanya, akan tetapi pihak yang
mempunyai wewenang dalam penentuan kafa‟ah mempunyai hak untuk menolak akad dan
meminta faskh, lihat Salim bin Abdul Ghani Al-Rafi‟i, lihat Ahkam Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Li
Al-Muslimin Fi Al-Gharbi. hlm 332
25
Muhammad Bin „īsa, Sunan Tirmidzi, juz 4, hlm. 244, al-Maktabah al-Syamilah versi 3.28
9
2. Pijakan argumen yang lain adalah dalil ma‟qul atau rasio. mereka
diukur dari pihak perempuan bukan dari pihak laki-laki, karena biasanya
kebiasaan, si isteri akan merasa malu dan hina dan si suami seharusnya
menjadi kepala rumah tangga yang dihormati akan menjadi rendah dan
merasa kurang pantas berdiri sejajar dengan si isteri, dan pada akhirnya,
dengan seorang laki-laki yang tidak sekufu‟ atau dalam perkawinan itu
26
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 233.
27
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 233.
10
terdapat unsur penipuan, maka dalam hal ini wali dari kelompok
anak kecil atau orang gila, dinikahkan oleh walinya selain ayah atau
kakek dengan orang yang tidak sekufu‟, maka aperkawinan itu fasiq
1. Agama
dalam hal ini dimaksudkan sebagai ketidakfasikan. Dalam hal ini ulama
sepakat bahwa seorang laki-laki yang fasiq tidak sekufu‟ dengan perempuan
28
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 235.
11
ِ ِ ِ ِ و َِِب
َ َ َا َور ُ ُاو الَّليو َ لَّل و الَّليُو َلَْنيو َ َ لَّل َو و َذ و َ ءَ ُك ْن:وح ٍِتو اْن ُ َزِِنِّدو َ َاو
وم ْن و َ َ ْن
ضو َ فَ َس ٌدو َ اُ ويَ َور ُ َاو ِ ودينَيُو َ ُخلَُقيُوفَأَنْن ِك ُح ُوَِّلَلوتَ ْنف َلُ وتَ ُك ْن وفِْنت نَةٌ ِويفو ْنِل ْنَر
ِ تَ ض َن
ْن َ ْن
ومَّل ٍو ِ الَّل ِيو ِ ْننو َك َنوفِ ِيو َ َاوِذَ و ء ُك وم وتَ ض َن
و.ت َث َ ودينَيُو َ ُخلَُقيُوفَأَنْن ِك ُح ُوثََال َ َ ْن َ ْن ْن َ ْن َ
و29)(ر و ارتم ذي
Bila mereka tidak mau mengawinkan dengan laki-laki yang berakhlak luhur,
tetapi memilih laki-laki yang berkedudukan tinggi atau keturunan mulia atau
perempuan tersebut dan walinya. Dalam Al-Qur‟an surat As-Sajdah ayat 18,
(sekufu‟) dengan muslimah shalihah. Dan seorang muslim yang shaleh tidak
29
Tirmidzi, Al-Jami‟ As-Sahih Juz 3, h. 395
12
sama (sekufu‟) dengan seorang yang fasiq. Selanjutnya dalam Al-Qur‟an surat
al-Hujurat ayat 13 :
……و.وو وووو…و..
“…..Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”.
manusia itu sama di hadapan Allah, yang satu dengan yang lain tidak ada
bedanya, sama-sama terbuat dari air mani. Kemudian Rasulullah susul ajaran
Hindun binti Al-Walīd bin Utbah bin Rabi‟ah (bangsawan). Padahal Sālim itu
adalah hamba sahaya. Sudah dikemukakan lebih dahulu sebuah hadis : yang
2. Nasab
berpendapat bahwa nasab merupakan salah satu hal yang paling penting dan
arab yang sangat fanatik dalam menjaga keturunan dan golongan mereka.
SAW. :
13
بوُ َو ا و َ َا َور ُ ُاو هللو ل و هللو ل يو لَّل:و و ُ َ ورضيو هللو نه و ا
ْنك ِف ءو ه و ً و ب و قب ٍ و ر و ٍ و مل يلو كف ءو ه و ً و ب و قبِْن ٍ و
ِ
و30)(ر و اب هقي.ج م وح َّل َ ر و ٍو
َ َلوح ئكو
”Dari Ibnu Umar radhiallahu „anhuma berkata; berkata Rasulullah
Orang arab satu dengan lainnya sekufu‟. Satu kabilah sekufu‟ dengan
kabilah yang sama, satu kelompok sekufu‟ dengan kampung yag sama,
antara sesama laki-laki diantara sekufu‟ kecuali tukang jahit atau
bekam”. (HR. Al-Baihaqi).
Maksud dari hadits di atas adalah bahwa orang arab sepadan dengan orang
arab, orang arab tidak sekufu‟ dengan selain orang arab, kabilah yang satu
sekufu‟ dengan kabilahnya, bekas budak sekufu‟ dengan bekas budak. Jadi
harus sama kabilahnya. Jika seorang suami dari bangsa Quraisy, maka
Dari sini diketahui bahwa laki-laki selain bangsa arab tidak sebanding
dengan perempuan Quraisy dan perempuan arab. Orang arab yang bukan dari
kecuali dari Bani Hasyim dan Muthalib karena tidak ada orang Quraisy yang
sebanding dengan mereka (Bani Hasyim dan Bani Muthalib). Dan yang
30
Ahmad Bin Husain al-Baihaqi, Sunan al-baihaqi al-kubra, juz 7, hlm. 134, al-Maktabah al-
Syamilah versi 3.28
14
Hanafiyah berpendapat bahwa golongan Quraisy sebanding dengan Bani
kitab ”Al-Fiqh Islam Wa Adillatuhu” bahwa dalam Islam tidak ada perbedaan
antara satu golongan dengan dengan golongan yang lain, bagi orang arab
3. Merdeka
وووووووووووووو
و32وووو وووو
“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang
dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang
yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan
sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan,
Adakah mereka itu sama?”
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa seorang budak dimiliki oleh tuannya dan
sesuai dengan keinginannya kecuali atas perintah tuannya. Akan tetapi orang
menunggu perintah dari siapapun. Jadi, budak laki-laki tidak sekufu‟ dengan
31
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 243.; M. Baqir al-Hasbi, Fiqih Praktis,(Bandung: Mizan, 2005)
hlm. 49-50
32
QS:an-Nahl ayat 75
15
perempuan merdeka. Budak laki-laki yang sudah merdeka tidak sekufu‟
Menurut mayoritas fuqaha yang terdiri dari Mazhab Hanafi, syafi‟i dan
kafā‟ah.34
4. Harta
ِ ِ ِ
بو ْنَه ِ و ا ُّنْن َ و و و َُيْن َ َةو َ ْن وَِ يو َ َاو َ َا َور ُ ُاو الَّليو َ لَّل و الَّليُو َلَْنيو َ َ لَّل َوو َّلنو ْن
َ َح َس
ِ ِ
و35) (ر و مج. ا َ اَّلذيويَ ْنذ َهبُ َنوِاَْني
وه َذ و اْن َ ُو
”Dari Buraīdah dari ayahnya berkata: berkata Rasulullah SAW
Sesungguhnya kebangsawanan seseorang di dunia adalah mereka yang
mempunyai harta”. (HR. Ahmad).
sekufu‟ adalah apabila seorang laki-laki sanggup membayar mahar dan nafkah
33
Sayyid Sabiq, Fiqh, hlm 97.
34
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 242-243.
35
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, h. 423
16
kepada isterinya. Apabila tidak sanggup membayar mahar dan nafkah atau
Menurut Abu Yusuf (salah satu sahabat Abu Hanīfah) yang dianggap
untuk memberi nafkah itu tidak dapat dilihat dari keadaan bapaknya.37
inilah yang paling benar dengan alasan bahwa, memasukkan harta dalam
ukuran kafā‟ah„ sama halnya mengajari atau mendidik umat Islam untuk
5. Pekerjaan
17
”Dari Ibnu Umar radhiallahu „anhuma berkata; berkata Rasulullah
Orang arab satu dengan lainnya sekufu‟. Satu kabilah sekufu‟ dengan
kabilah yang sama, satu kelompok sekufu‟ dengan kampung yag sama,
antara sesama laki-laki diantara sekufu‟ kecuali tukang jahit atau
bekam””. (HR. Al-Baihaqiy).
perempuan sesuai dengan adat yang berlaku. Apabila menjahit menurut adat
lebih tinggi derajatnya dibanding menenun, maka penjahit itu tidak sebanding
dengan anak penenun, maka penjahit itu tidak sebanding dengan anak
tidak ada perbedaan mengenai pekerjaan, semua itu dapat berubah sesuai
Nilai sebuah pekerjaan akan berbeda dengan berbeda tempat dan waktu. Bisa
jadi suatu profesi dianggap rendah di suatu waktu akan tetapi bisa menjadi
41
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 246-247.
18
mulia di waktu yang lain. Demikian juga bisa jadi sebuah profesi dipandang
Murid-murid Syafi‟i dari riwayatnya Ibnu Nasir dari Mālik bahkan salah
satu syarat kufu‟ ini adalah selamat dari cacat. Bagi laki-laki yang mempunyai
cacat jasmani yang menyolok itu tidak sekufu‟ dengan perempuan sehat dan
normal. Jika cacatnya pandangan lahiriyah, seperti buta, laki-laki yang seperti
ini tidak sekufu‟ dengan perempuan sehat, tetapi kurang disukai menurut
Dalam hal ini ada dua pendapat. Rauyāni berpendapat bahwa lelaki seperti ini
tidak kufu‟ dengan perempuan sehat, tetapi golongan Hanafi dan Hanbali
berpendapat bahwa terhindar dari cacat tidak termasuk dalam syarat kufu‟,
tidak seorangpun menyalahi pendapat ini, yaitu kawinnya orang yang cacat
itu tidak batal. Akan tetapi hak pilihan (khiyār) terdapat pada istri bukan pada
gadisnya kawin dengan laki-laki yang berpenyakit kusta, gila, selain cacat-
42
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 247.
43
Sayyid Sabiq, Fiqih, hlm.99.; Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 247.
19
dan walinya biasanya akan merasa terhina bila menikah dengan laki-laki yang
tidak sekufu‟. Sedangkan laki-laki yang terpandang tidak akan merasa terhina
bila menikah dengan perempuan yang status sosialnya lebih rendah darinya.
akan menikah mempunyai hak yang sama. Apabila seorang wali mengawinkan
jika seorang anak perempuan menikah dengan laki-laki yang tidak sekufu‟ dan
itu dapat difasahk sebelum anak perempuan itu hamil atau melahirkan.44
telah sekufu‟ atau belum, itu letaknya pada waktu akan dilaksanakan akad
nikah. Berlakunya kafā‟ah yaitu dinilai pada waktu terjadinya akad. Apabila
karena syarat akan diteliti pada waktu akad. Sehingga tidak disyariatkan
krateria kafā‟ah dalam diri suami setelah akad sesuatu yang susah diwujudkan.
44
Sayyid Sabiq, Fiqih, hlm.99
20
Oleh karena itu ketika terwujud kesetaraan dalam perkawinan pada saat akad,
kemudian berubah menjadi hina, tidak sanggup memberi nafkah atau fasiq
terhadap perintah Allah SWT dan semuanya itu terjadi setelah dilangsungkan
saat akad nikah. Dan sebaliknya persetujuan tentang kafā‟ah ini dicatat oleh
seandainya ada pihak yang akan menggugat di kemudian hari. Hal semacam ini
diteliti terlebih dahulu dan seorang yang akan mau menikah harus mempunyai
ketika berlangsungnya akad nikah. Jika selesai akad nikah terjadi kekurangan-
sedikitpun apa yang sudah terjadi, serta tidak mempengaruhi hukum akad
nikahnya. Jika pada waktu berlakunya akad nikah, suami memiliki pekerjaan
45
Muhammad Muhyiddin abdul Hamid, al-Akhwal al-Syaksiyah Fi al-Syariah al-Islamiyah, Ma
a‟ al-Isyarah Ila Muqabiliha Fi al-Syara‟I al-Ukhra, al-Maktabah al-Ilmiyah, Bairut, tt. hlm 106.
21
terhormat dan mampu memberi nafkah istrinya atau dia seorang yang salah,
tetapi di kemudian hari ada perubahan, misalnya pekerjaannya kasar, atau tidak
mampu lagi memberi nafkah, atau setelah kawin berbuat durhaka kepada
Allah, maka akad nikahnya tetap sah seperti sebelumnya. Memang masa itu
sifat saja. Karena itulah istri harus dapat menerima kenyataannya, bersabar dan
bertaqwa kepada Allah. Karena sabar dan bertakwa kepada Allah merupakan
maqashid tabi‟ah. Hal ini karena tujuan kafā‟ah adalah untuk menciptakan
menghilangkan adanya cela atau aib sosial, dan menghindarkan bahaya fisik
dan sosial yang mungkin timbul. Menurut para pendukungnya, baik dari
antara calon suami dengan calon istri dan keluarga calon istri secara sosial
46
Sayyid Sabiq, Fiqih, hlm.99
22
karena bertujuan untuk mewujudkan mashlahah hajiyah yang berupa
sosial adalah hadits-hadits yang berada dalam tingkatan dhanni al-wurud dan
dhanni al-dilalah, karena dinilai sebagai hadits dla‟if atau hasan li ghairih.48
Oleh karena itu, mashlahah dari pensyariatan kafā‟ah yang bersifat social
didukung oleh hadits hasan dan hadits shahih, namun bukan hadits
terutama hak untuk mengikatkan diri di dalam ikatan perkawinan. Aturan ini
dinilai telah menegasikan prinsip egalitarian yang telah dibangun oleh Islam,
47
Sulhani Hermawan,” Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan dengan Prinsip Egalitarian
Dalam Hukum Perkawinan Islam”, http://sulhanihermawan.files.wordpress.com/2010/01/al
kafaah.pdf, diakses tanggal 10 september 2013.
48
Para ulama menilai hadits-hadits tentang al-kafa‟ah umumnya dla‟if. Ibn Humam, seorang
tokoh penting Hanafiyah, misalnya mengakui tentang hal itu. Namun, dia buru -buru
menambahkan bahwa meskipun dla‟if, karena ada berbagai jalur riwayat yang saling menguatkan,
maka tingkatannya naik menjadi hasan. Dan oleh karena itu, maka hadits tersebut bisa di jadikan
sebagai hujjah. Lihat, Ibn Humam al-Hanafi, Syarh Fath al- Qadir, jilid III, hlm. 292.
23
padahal prinsip egalitarian benar –benar didasarkan pada dalil yang kuat.
Oleh karenanya, konsep kafā‟ah terutama yang bersifat sosial, tidak bisa
menjadi sebuah aturan hukum. Hak untuk menilai status dan kesebandingan
sosial juga mendapatkan penolakan dari dalil khusus egalita rian tentang
tersebut antara lain adalah hadits tentang per kawinan Fatimah Binti Qays,
Seorang perempuan dari bangsawan Quraisy yang cantik, dengan Zaid bin
Usāmah, seorang bekas budak, atas nasehat Nabi Muhammad SAW. Selain
itu, hadits tentang lamaran Bilal, seorang bekas budak non-Arab yang berkulit
hitam, pada seorang perempuan anshar yang cukup terpandang dan adanya
SAW.50
fisik, profesi, status kemerdekaan dari perbudakan dan hal -hal yang bersifat
sosial lainnya menurut Islam tidak bisa menjadi pertimbangan yang berarti
49
al-Dzahabi, al-Syari‟ah al-Islamiyyah…, hlm. 130-131.
50
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, hlm.95.
24
dan bisa diabaikan. Lebih jauh lagi, tentu konsep kafā‟ah tidak bisa (tidak
Meski demikian, semua konsep kafā‟ah, baik yang bersifat sosial maupun
moral keagamaan, dan baik yang sudah diatur di dalam fiqh maupun di dalam
yang ditetapkan sebagai hak absolut yang tidak dapat diganggu gugat. Secara
jelas, pasal 16 ayat (1) UDHR menyatakan, “ Men and women of full age
without any limitation due to race, nationality, or religion, have the right to
marry and to find a family. They are entitled to equal rights as to marriage,
perkawinan dan prinsip egalitarian. Pembahasan kali ini akan dimulai dari
51
Sulhani Hermawan,” Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan, hlm 6
52
Sulhani Hermawan,” Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan, hlm 6
25
masa arab pra-Islam sampai pada masa berkembangnya madzhab-madzhab
fiqh Islam.
Pada masa arab pra-Islam, sebagaimana di tempat lain dan di masa yang
lain, terdapat gambaran ideal tentang calon pasangan hidup. Gambaran ideal
calon istri adalah perempuan terhormat dari keturunan yang baik (meski tidak
selalu harus kaya), baik budi, muda, perawan, subur (tidak mandul), cantik,
sopan, pintar, penuh kasih sayang, jujur, cakap, enerjik, produktif, lemah
lembut dan periang. Sedangkan gambaran ideal calon suami adalah laki-laki
muda dari keturunan luhur bangsa Arab, penyanyang, jujur, pandai bergaul,
menyenangkan, murah hati, berani, terhormat dan sosial. Calon suami yang
ideal harus memiliki status sosial yang sepadan dalam hal keturunan, kemul
dalam perkawinan, dan bahkan menjadi tradisi asli orang Arab. Poin yang
sering dipersyaratkan adalah keturunan, harta kekayaan, mahar dan hal -hal
kemudian, menurut Ziadeh, ditentang secara kuat oleh al -Qur‟an dan Nabi
53
Sulhani Hermawan,” Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan, hlm 7
54
Sulhani Hermawan,” Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan,hlm 7
26
keagamaan, yaitu dalam bentuk kesalehan dalam keberagamaan dan
Imam Malik tidak menyebut -nyebut kafā‟ah yang bersifat sosial di dalam al-
Muwaththa‟.55
yang khas di dalam madzhab fiqh lama yang ada di Kufah. Kafā‟ah menjadi
nama baik keluarga. Hal ini karena perempuan dewasa yang berada di bawah
sendiri. Tokoh utama di balik hal ini adalah Nu‟man bin Tsabit Abu Hanifah
Kufah.56
calon suami. Selain itu Abu Hanifah juga memberikan penekanan untuk
55
Sulhani Hermawan,” Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan, hlm 7
56
Kamil Muhammad Muhammad „Uwaidlah, al-Imam Abu Hanifah Nu‟man bin Tsabit al Tamimi
al-Kufi Faqih Ahl al-„Iraq wa Imam Ashhab al-Ra‟y, cet. I (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah,
1992), hlm. 12.
27
menjadikan kafā‟ah sebagai salah satu syarat nikah, agar perempuan yang
tersebut.57
kompleks dengan kesadaran kelas yang tinggi, yang tidak dirasakan oleh
Islam.58
Tetapi, faktor Kufah dan Iraq yang kompleks bukan satu -satunya faktor
tetap bertahan dan dilestarikan, namun kesekufuan status sosial tidak menjadi
Sufyan al -Tsauri (wafat 161 H), seorang faqih Arab yang hidup di Kufah
semasa Abu Hanifah, beliau menolak konsep kafā‟ah yang bersifat sosial,
57
Sulhani Hermawan,” Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan,hlm 8
58
Sulhani Hermawan,” Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan,hlm 8
28
asli Persia, mendudukkan orang Arab di atas non-Arab karena juga
dari akad nikah yang tidak “benar” daripada melindungi kepentingan wali
dari rasa malu akibat perkawinan orang yang berada di bawah perwaliannya.
Dan kedua tujuan tersebut (bukan salah satu saja) merupakan basis utama
29
akibat logis dari aturan hukum perkawinan lain yang sudah ditetapkan.
hukum Islam. Akan tetapi kontekstualisasi disini difahami dengan makna yang
Menurut Anis Matta, PKS menyadari bahwa tantangan dakwah akan terus
relevansinya pada segala zaman maka ijtihad yang berkesinambungan tidak bisa
ditawar-tawar lagi.64
Bagi PKS, Islam memberi ruangan yang luas bagi akal setiap muslim
untuk berijtihad. Ajaran Islam yang tidak terpengaruh dengan perubahan ruang
62
Sulhani Hermawan,” Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan,hlm 10
63
M. Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS (Yogyakarta:LKiS,2009), hlm 175.
64
Anis Matta, Dari Gerakan ke Negara, (Jakarta: Fitrah Rabbani, 2006), hlm.59.
30
ibadah dan hukum perdata (seperti hukum waris) pada umumnya telah dijelaskan
dengan sangat rinci dalam Al-Qur‟an dan as-Sunah. Sementara bagian bagian dari
ajaran islam yang terpengaruh oleh perubahan ruang dan waktu, khususnya dalam
kaidah dasar tentang masalah tersebut, untuk kemudian diikuti proses ijtihad
dalam kerangka kaidah dasar itu, dengan memproses penetapan hukumnya lewat
pemberlakuan hukum tersebut. Oleh karena itu perubahan dapat terjadi karena
perubahan waktu dan ruang, namun tetap mengacu pada illat tersebut.66
Dalam konteks ijtihad ini, para mujtahid ini diharuskan memiliki dua
wahyi(fiqh wahyu) maka yang kedua disebut dengan fiqhul waqi‟(fiqh realitas).
Fiqh wahyu adalah syarat pencapaian kebenaran, sedangkan fiqh realitas adalah
syarat pencapaian ketepatan. Oleh karena itu, pemahaman dan penguasan haruslah
dengan kadar kedalaman dan keluasan yang sama. Kedua fiqh ini masing-masing
fiqh wahyu, ilmu ini merujuk pad al-Quran dan as-Sunnah serta sirah
65
M. Imdadun Rahmat, Ideologi… hlm.176.
66
Anis Matta, Dari Gerakan…hlm.60.
31
Nabawiyyah(sejarah Nabi) sebagai sumber utamanya, ilmu alatnya adalah bahasa
Arab, ilmu metodologinya adalah ushul fiqh dan qowaid al-fiqh, Ilmu bantu
Disisi lain, fiqh realitas mempunyai wilayah yang sangat luas dan dinamis.
Ilmu induk dari fiqh realitas adalah semua ilmu yang membicarakan manusia atau
yang biasa kita sebut ilmu-ilmu humaniora, mulai dari ilmu sosiologi, politik,
ekonomi bisnis, antropoilogi, kedokteran dan seterusnya. Ilmu alatanya tentu saja
adalah bahasa-bahasa yang berlaku. Akan tetapi yang paling dinamis adalah
ummat manusia. Itulah beberapa fakta yang harus dipahami untuk mendapatkan
pemahaman yang utuh dan akurat tentang konteks penerapan wahyu. Selain
keseluruhan ilmu itu, seorang mujtahid dakwah harus terlibat secara langsung
fiqh itu (Fiqhul wahyu dan fiqhul waqi‟), sekarang ini biasa dikenal dengan
seorang mujtahud dakwah hanya menguasai salah satunya, misalnya hanya fiqh
wahyu, maka kesalahan terbesar yang mungkin dia lakukan adalah mengeluarkan
fatwa yang benar pada muatanya namun tidak tepat pada konteksnya.
Demikian juga sebaliknya jika seorang mujtahid hanya menguasai fiqh realitas
67
Anis Matta, Dari Gerakan…hlm.60-61.
68
M. Imdadun Rahmat, Ideologi… hlm.177.
32
saja maka kesalahan terbesar yang dialakukan adalah bahwa fatwa-fatwanya
longgar atau terlalu keras, terlalu cair atau terlalu reaktif. Pemisahan antara kedua
fiqh ini adalah kelemahan ilmiah yang berakibat fatal bagi kelangsungan dakwah.
mata air yang selalu memberikan energi yang mendinamisasi dakwah serta
istimbath (Penggalian) hukum islam. Memahami konteks itu penting bagi PKS
ayat –ayat Al-quran kemudian diaplikasikan sesuai dengan konteks dan persoalan
Oleh karena itu kaidah ushul fiqh yang berbunyi Al-hukmu yaduuru ma‟a
hanya berlaku dari sisi Aplikasi bukan ketentuan hukum sendiri. Sebagai contoh
ketentuan bahwa yang mencuri dipotong tangan. Ketentuan ini tidak bisa berubah,
69
M. Imdadun Rahmat, Ideologi… hlm.178.
70
M. Imdadun Rahmat, Ideologi… hlm.179.
33
ada atau tidaknya illatnya. Akan tetapi apakah dalam rangka penerapan potong
tangan itu berlaku pada semua konteks dan keadaan, ini yang bisa berubah. Dalam
hal ini, Umar bin Khattab pernah tidak menerapkan potong tangan pada kasus-
kasus tertentu. Demikian yang dimaksud dengan kontektualisasi oleh PKS, yaitu
Dalam penerapan ajaran dan hukum Islam dikalangan PKS terdapat dua
macam ketentuan : Fiqh al-ahkam dan Fiqh ad-da‟wah. Fiqh al-ahkam berkaitan
dengan pemahaman atau hukum hukum tentang sesuatu yang harus dilakukan atau
bisa dilakukan atau yang tidak dilakukan. Jika yang pertama berkaitan dengan
sesuatau yang tidak bisa ditawar maka yang kedua terkait dengan sesuatu yang
mungkin (atau tidak mungkin) untuk dilakukan atau diterapkan. Sebagai contoh :
Hukum potong tangan. ketentuan Potong tangan bagi PKS tidak bisa diubah, dan
itu merupakan wilayah fiqh al-ahkam. Akan tetapi dalam kehidupan sekarang
dimana yang berlaku bukan hukum Islam maka ketentuan itu belum bisa
diterapkan. Terkait dengan hal tersebut, PKS bisa menerima keadaan itu. Itulah
berbasis kader. Oleh karena itu orang menyebutnya partai kader. Sebuah partai
dinamakan partai kader bila di dalamnya ada proses kaderisasi yang meliputi;
34
(pengembangan) bakat dan potensi kader. Proses kaderisasi di tubuh PKS terlihat
berjalan dengan baik semenjak didirikannya pada tahun 1998 pasca tumbangnya
rezim orde baru hingga sekarang. Maka tidaklah heran bila dari waktu ke waktu,
partai ini.
peluang mendapatkan kader baru.73 PKS memakai dua strategi dalam merekrut
atau bentuk pendekatan orang per orang, meliputi komunikasi personal secara
langsung. Calon kader yang akan direkrut diajak berpartisipasi dalam forum-
forum pembinaan rohani yang diorganisir PKS seperti usrah (keluarga), halaqah
berbagai organisasi sayap yang berstatus formal atau tidak formal, sehingga partai
Sejahtera (PKS). Proses tarbiyah bukan hanya tulang punggung proses kaderisasi
di PKS, namun lebih dari itu, ia adalah proses inti dalam pembentukan habitus
dakwah yang dimulai sejak awal Jemaah Tarbiyah berkiprah sebagai gerakan
73
Damanik, Ali Said. Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di
Indonesia. Jakarta: Teraju. http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Keadilan_Sejahtera diakses tanggal
12 januari 2013.
74
Muhtadi, Burhanuddin (2012). Dilema PKS: Suara dan Syariah. Jakarta, Indonesia: Kepustakaan
Populer Gramedia (KPG)
35
keagamaan (religious movement). Walaupun kemudian Jemaah Tarbiyah memilih
saat ini belum dilepaskan menunjukkan bahwa habitus dakwah tersebut tetap
penting dan tidak dapat dikesampingkan, walaupun habitus politik kekuasaan pun
semakin menguat.75
dalam dimensi perubahan mendasar, bukan saja di tataran individu, namun juga di
”Kekuatan utama Partai Dakwah adalah para kader dakwah itu sendiri.
Dakwah membangun kekuatan SDM dalam suatu jaringan dan barisan,
kesamaan fikrah, kesatuan gerak dan langkah, dan kejelasan visi dan misi
75
Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik: Dinamika Habitus Kader Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) Dalam Arena Politik Indonesia Pasca Pemilu 2004, desertasi, Depok Universitas
Indonesia 2011, hlm. 174
76
Majelis Pertimbangan Pusat Partai Keadilan Sejahtera, Memperjuangkan Masyarakat Madani:
Edisi Gabungan Falsafah Dasar Perjuangan dan Platform Kebijakan Pembangunan PK
Sejahtera. (2007) hlm.36
36
yang diembannya melalui suatu orkestra kepemimpinan yang cerdas,
tangguh dan amanah” 77
yang mampu turut berperan dalam mengelola negara). Secara lebih spesifik,
cita-cita besar yang terkait dengan bangsa dan umat Islam secara keseluruhan,
sehingga berbagai gejolak yang timbul relatif lebih mudah untuk diatasi.78
(dianjurkan), seperti qiyamu lail (shalat malam), puasa sunnah, zikir, membaca Al
77
Majelis Pertimbangan Pusat Partai Keadilan Sejahtera, Memperjuangkan , hlm.36.
78
Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik, hlm. 174.
37
dilakukan oleh jemaah. Tarbiyah jama‟iyyah dilakukan bertingkat-tingkat
Menurut Bab III Pasal 5 Anggaran Rumah Tangga PKS, partai ini
terdiri dari Anggota Pemula (Tamhidi) dan Anggota Muda (Muayyid). Sedangkan
adalah sarana tarbiyah yang utama. Untuk Anggota Pendukung kelompok tersebut
dinamakan halaqah yang dikelola oleh murabbi/ah, dan untuk Anggota Inti
naqib) setidaknya berada satu tingkat di atas para peserta tarbiyah yang
dikelolanya. 80
intinya memiliki halaqoh atau pengajian beranggotakan 18-20 orang. Selain itu,
Jika dicermati, terlihat salah satu karakter utama tarbiyah, yaitu tadarruj,
dilakukan secara bertahap, mulai dari hal-hal yang umum ke hal-hal yang khusus,
79
Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik, hlm. 176.
80
Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik, hlm. 176
81
http://www.tempo.co/read/news/2013/02/11/078460485/Hanya-PKS-dan-PDIP-yang-Murni-
Partai-Kader diakses tanggal 12 januari 2013.
38
dari yang mudah ke yang sulit, dari yang lebih penting ke yang penting, dan dari
kaum muslimin. Di jenjang-jenjang yang lebih awal para peserta diajak dan
Definisi tiap jenjang keanggotaan, serta karakter dan tujuan tarbiyah pada
Definisi Tujuan
Pemula (Tamhidi)
Seseorang yang 1.Memperkenalkan prinsip-prinsip umum Islam, baik
memiliki sifatsifat aqidah, syariah, maupun akhlaq.
terpuji,perangai 2.Memunculkan lingkungan yang sesuai untuk
Islam asasi, tidak berkomitmen kepada prinsip-prinsip Islam.
terkotori oleh syirik 3.Memperkokoh kecenderungan peserta untuk
dan tidak memiliki berkomitmen kepada prinsip-prinsip Islam.
hubungan dengan 4.Mengembangkan sifat-sifat terpuji dan perangai Islam
institusi yang asasi yang ada
memusuhi Islam. pada peserta melalui kajian terhadap ilmu-ilmu marhalah
(bidang studi).
5.Membentuk berbagai kecenderungan dan orientasi-
orientasi positif menuju penyebarluasan fikrah (pola pikir)
Islam, dan memberikan perhatian kepada berbagai
82
Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik, hlm. 176-177.
83
Diolah dari buku Manhaj Tarbiyah (Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah, 2007), hlm 63-70.
39
problematika dunia Islam
6.Meneliti tingkat kredibilitas berbagai kecenderungan
dan orientasiorientasi positif yang dimiliki oleh peserta
tersebut.
Muda (Muayyid)
Seorang tamhidi 1.Menguasai ilmu-ilmu dan nilai-nilai yang diambil dari
yang mendukung Qur-an, sunnah, dan sirah salafush shalih sesuai dengan
fikrah, memiliki marhalah-nya.
perhatian untuk 2.Mengenal sejumlah besar tokoh-tokoh Islam, ulama, dan
menyebarluaskannya, mujahid yang berkhidmat untuk Islam.
memiliki perhatian 3.Mengetahui urgensi dan keharusan beramal jama‟i
terhadap untuk berkhidmat demi Islam dan kaum muslimin.
problematika 4.Memiliki kemampuan untuk memilih jemaah yang dapat
kaum muslimin mewujudkan pemahaman Islam yang benar.
secara umum, dan 5.Menghiasi diri dengan akhlaq Islam dan bertata krama
mempelajari dengan adab-adabnya,baik lahir maupun batin.
sebagian daripada 6.Menanamkan perhatian untuk menyebarluaskan fikrah
konsep-konsep Islam dan perhatian kepada berbagai problematika kaum
asasi dakwah. muslimin.
7. Menanamkan kebiasaan untuk indibath (disiplin) dan
tidak menyianyiakan waktu.
Madya (Mumtashib)
Seseorang yang 1.Memperkokoh pengetahuan peserta mengenai urgensi
memenuhi segala dan kemestian komitmen ilmiah dan manajerial.
persyaratan muayyid 2.Memperhatikan berbagai hakikat dan nilai-nilai yang
dan berada di dalam ada dalam manhaj pada aspek pemahaman dan
barisan pada tangga penguasaan.
pertama keterikatan 3.Membekali peserta dengan berbagai kemahiran yang
di mana ia menjadi sasaran pada ilmu-ilmu marhalah, kegiatan-
melaksanakan kegiatannya, serta pelatihanpelatihannya.
40
berbagai tugas 4.Mengembangkan berbagai orientasi dan kecenderungan
dakwah yang positif berupa perhatian, obsesi, semangat, dan
dibebankan pengorbanan untuk dakwah.
kepadanya dan 5. Memikul tanggung jawab dan tugas kerja-kerja dakwah
membela dakwah. yang dibebankan kepada peserta dengan memperhatikan
aspek ketelitian dan itqan (profesionalisme).
6. Berperan serta aktif dalam membentuk rumah tangga
dan masyarakat yang Islami.
7. Merealisasikan rukun-rukun dan adab-adab usrah.
Dewasa (Muntazhim)
Muntashib yang 1.Memperkokoh berbagai kemahiran yang diperoleh pada
melaksanakan marhalah muntasib dan meningkatkan
semua tugas dan fprofesionalismenya.
beban yang 2.Memberikan perhatian terhadap berbagai hakikat, nilai,
diminta disertai dan kemahiran yang menjadi target pada ilmu-ilmu
pengenalan marhalah serta pelatihanpelatihannya.
terhadap berbagai 3.Memberikan berbagai kemahiran yang ditargetkan pada
keadaan gerakan marhalah ini dengan cara melaksanakan berbagai
dakwah dan kegiatan, dan ikut serta secara aktif dalam berbagai
sejarahnya, dan ia pelatihan.
merupakan batu 4.Berkorban secara maksimal dalam melaksanakan
bata asasi di berbagai tugas dan beban yang diminta darinya.
dalamnya. 5.Istifadah (mengambil manfaat) berdasarkan
pemahaman, isti‟ab (penguasaan), analisis, dan
penggalian dari sejarah gerakan dakwah dan berbagai
kondisi yang dilaluinya.
6.Berkomitmen terhadap berbagai pedoman dan
keputusan yang dikeluarkan oleh berbagai institusi
gerakan dakwah.
41
7.Bekerja dengan bersungguh-sungguh untuk
menyempurnakan berbagai unsur keteladanan pada diri
dan rumah tangganya.
Ahli (’Amil)
Seorang 1.Memperkokoh segala hal yang telah dipelajari pada
muntazhimin yang marhalah muntazim.
telah memiliki 2.Memberikan perhatian terhadap berbagai hakikat, nilai,
keahlian dan dan kemahiran, berikut dalil-dalil syar‟i-nya.
berjanji setia 3.Memberikan berbagai kemahiran yang ditargetkan pada
untuk bekerja ilmu-ilmu dan kegiatan-kegiatan marhalah ini dengan
sesuai dengan berbagai pelatihannya.
nizham asasi 4.Berkomitmen dengan sempurna kepada sasaran nilai-
(pedoman nilai marhalah yang berupa mazahir sulukiyah (tampilan
pokok) gerakan perilaku).
dakwah, serta 5.Mengembangkan berbagai kecenderungan dan orientasi
mengerahkan positif untuk hal-hal yang menjadi konsekuensi marhalah,
secara efektif baik berupa beban, tanggung jawab, maupun
diri dan pengorbanan.
hartanya. 6.Menyiapkan dan memberikan keahlian untuk menjadi
da‟i yang teladan yang mencerminkan dakwah, baik pada
aspek pemikiran maupun pengamalan, baik pada dirinya
sendiri, maupun dalam rumah tangganya, dengan cara
merealisasikan rukun-rukun baiat dan segala hal yang
terkandung di dalamnya, yang berupa pokok-pokok,
maupun kewajiban-kewajiban.
7.Membantu peserta dengan segala hal yang memberinya
ruang penuh untuk berkontribusi, efektifitas pelaksanaan,
dan produktifitas.
8.Melatih dan memberikan keahlian kepada peserta, serta
membekalinya dengan berbagai kemahiran leadership dan
42
manajemen rabbani (yang berorientasi ketuhanan).
Purna (Mutakhasis/Mas’ulin)
Seorang ‟amil 1.Menghiasi peserta dengan sifat-sifat pemimpin yang
yang memiliki menjadi teladan, dan berbagai seni kepemimpinan yang
keahlian ilmiah termaktub dalam risalah-risalah yang khusus untuk itu.
dan syar‟iyah 2.Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bernilai tinggi dan
(syariat Islam), berpengaruh besar untuk berkhidmat kepada gerakan
dan kesiapan dakwah dengan penuh keikhlasan dan totalitas.
untuk memimpin 3.Membekali diri dengan berbagai ilmu yang bermanfaat
serta melaksanakan dalam rangka menunaikan amal-amal yang dituntut oleh
beban-beban syarikat untuk merealisasikan tujuan-tujuan gerakan
kepemimpinan itu. dakwah.
4.Membekali diri dengan berbagai hakikat, nilai, dan
kemahiran yang termaktub dalam manhaj marhalah
mutakhasis.
5.Mewakafkan kehidupan umum dan khususnya untuk
dakwah, dan menyiapkan rumah tangganya untuk itu
secara kontinyu dan berkesinambungan.
sarana inilah pembinaan para anggota pendukung dilakukan secara intensif untuk
dilakukan satu pekan sekali, selama 2-4 jam, bertempat di rumah murabbi/ah atau
pertemuan halaqah dibuka oleh seorang anggota yang berperan sebagai mas‟ul
dan memanjatkan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmatNya, khususnya
nikmat iman, Islam, dan ukhuwwah (persaudaraan). Setelah itu, para anggota
43
halaqah akan membaca Al Qur-an secara bergiliran, biasanya masing-masing satu
yang sebelumnya dibaca, oleh murabbi/ah atau salah satu anggota halaqah yang
individual.84
materi). Untuk jenjang tamhidi dan muayyid, salah satu materi pokok halaqah
disajikan dalam bentuk bagan/skema. Rasmul bayan disusun oleh Ustadz Hilmi
84
Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik, hlm. 179.
44
cara dan sarana yang sesuai, namun skema/bagan materi dalam Bahasa Arab yang
materi dengan merujuk kepada ayat-ayat Al Qur-an, hadits Nabi, dan bahan-bahan
pertanyaan.85
terhadap realisasi berbagai program dan tugas para anggota halaqah, termasuk
sebuah halaqah akan menentukan sejauh mana para anggotanya terbuka untuk
non formal yang merupakan posisi kunci bagi pengkaderan pks, tarbiyah
dilakukan oleh murabbi/ah akan menghasilkan kader yang sangat solid terhadap
partai.
85
Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik, hlm. 179-180.
86
Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik, hlm. 181.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
mendapati di sini ada kecenderungan kader PKS menikah sesama kader, akan
tetapi ada temuan dilapangan bahwa meski menikah sesama kader, jumlah
pesat. Ditambah lagi saat ini Presiden PKS, Anis matta berasal dari Sulawesi
Selatan.
B. Kehadiran Peneliti
Untuk mendapatkan data-data yang valid dan obyektif tehadap apa yang
kegiatan yang akan diteliti sangat menentukan hasil penelitian, maka dengan cara
Jadi dalam penelitian ini, insrtumen penelitian adalah peneliti sendiri yang
1
fenomena-fenomena sosial. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengamati langsung
apakah kejadian-kejadian tersebut akan berbeda jauh atau relevan dengan hasil-
pengumpulan data yang peneliti peroleh dari lapangan atau subjek penelitian yang
peneliti tentukan.1
secara langsung di mana objek yang diteliti yaitu kader Partai Keadilan Sejahtera
dalam memilihkan pasangan kadernya dan apa dampaknya jika seorang kader
C. Pendekatan Penelitian
gejala peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa sekarang atau mengambil
1
Ibid. Hlm. 26
2
Adapun yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati, Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,1999), hlm. 3
3
Ibid, 6
2
dengan pendekatan konseptual dan analisis terhadap permasalahan yang diambil
yang tersusun secara sistematis. Dengan metode tersebut akan diperoleh gambaran
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh.
observasi, sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Peneliti
data, sedang isi catatan adalah objek penelitian atau variabel penelitian.4
1. Data Primer
Data primer adalah data empirik diperoleh secara langsung informan kunci
4
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisis Revisi V.
Jakarta : Rineka Cipta. Hlm, 102.
3
pasangan kadernya dan implikasinya jika seorang kader lebih memilih
mencari jodoh di luar PKS. Peneliti akan terjun secara langsung melakukan
kunjungan dari rumah ke-rumah dari setiap subjek penelitian terpilih dengan
teknik observasi dan wawancara. Sumber data primer, yang terdiri dari
subyek penelitian yang terdiri dari beberapa elit Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) di DPW Sulawesi Selatan. Berikut ini informan yang akan peneliti
wawancarai:
No Informan Jabatan
4
2. Data sekunder
Data sekunder ialah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
publikasi lainnya.5 Jadi data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga, dan
seterusnya, artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri.
Berkaitan dengan hal ini maka data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini berupa jurnal-jurnal ilmiah atau buku-buku yang ditulis orang
non kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang terkaitan dengan fokus
penelitian.
E. Pengumpulan Data
Untuk menentukan data yang diperlukan, maka perlu adanya prosedur atau
teknik pengumpulan data agar bukti-bukti dan fakta-fakta yang diperoleh sebagai
1. Wawancara (interview)
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu
5
Marzuki, Metodologi Riset (Jogjakarta: PT. Prasetia Widya Pratama, 2002), hlm. 56.
5
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Dalam
dalam memilihkan pasangan kadernya dan apa dampaknya jika seorang kader
lebih memilih mencari jodoh di luar kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
2. Dokumentasi
untuk membaca atau mempelajari arsip, catatan atau dokumen yang berkaitan
F. Analisis Data
1. Editing
dari lapangan, baik data primer maupun data sekunder yang berkaitan
6
pandangan elit atau pengurus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPW
yang lain, dengan tujuan apakah data-data pandangan elit Partai Keadilan
apa dampaknya jika seorang kader lebih memilih mencari jodoh di luar kader
2. Classifying
yang diperoleh dari hasil observasi maupun data hasil wawancara (interview)
seorang kader lebih memilih mencari jodoh di luar PKS, agar lebih mudah
7
yang diperlukan. Hal ini dilakukan karena para subjek penelitian penelitian
selanjutnya memilih mana data yang akan dipakai sesuai dengan kebutuhan.
3. Verifying
dan implementasi konsep kafā`ah dan bagaimana peran serta dan kewenangan
apa dampaknya jika seorang kader lebih memilih mencari jodoh di luar PKS,
agar akurasi data yang telah terkumpul itu dapat diterima dan diakui
kembali para subjek penelitian yang telah diwawancarai pada waktu pertama
ditanggapi, apakah data-data tersebut sudah sesuai dengan apa yang telah
4. Analysing
mentah yang telah diperoleh tersebut bisa lebih mudah untuk dipahami.
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
8
kategori untuk memperoleh kesimpulan, sehingga pada akhirnya dapat
5. Concluding
sesuatu yang lain di luar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagian
dengan cara membandingkan dan mengecek suatu informasi yang diperoleh dari
9
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
Pada intinya terkait dengan hal ini peneliti berusaha me-rechek hasil
10
Lexy.J.Moelong, Metodologi……., hal. 326
10
BAB IV
PKS Sulawesi Selatan di dunia maya bisa jadi kurang populer jika
dibandingkan dengan PKS Jawa Barat, PKS di Piyungan, Jogjakarta maupun PKS
tersangka kasus suap kuota impor daging dan isu Ketua KPK Abraham Samad
pernah menjadi caleg di PKS.1, nama DPW PKS Sulsel ramai jadi bahan
diusung beberapa partai, termasuk PKS; mengaku ketika dipanggil KPK, ada
aliran uang dari Fathanah ke Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Sulsel.
dengan Fathanah juga sudah lama. Fathanah juga kerap berhubungan dengan
dengan tokoh-tokoh PKS tersebut. Namun ia membantah jika ada aliran uang
berjalan di pengadilan tipikor, Jakarta. Sedangkan isu Abraham, kata Ketua DPW
PKS Sulsel Akmal Pashluddin hanya tercatat masuk daftar calon sementara
(DCS). Pada Pemilu Legislatif 2009, nama Abraham sempat masuk dalam deretan
calon sementara, namun tidak lama kemudian dia mengundurkan diri. Masih
1
“Hidayat: Abraham Samad Pernah Jadi Caleg PKS 2004” detik.com, edisi 4 Februari 2013
2
“Wali Kota Makasar: Ahmad Fathanah Kirim Uang ke DPW PKS Sulsel” republika.co.id edisi
Senin 6 Mei 2013
1
menurut Akmal, Samad mengundurkan diri dari pencalonan legislative karena
Keberadaan PKS di provinsi ini sudah ada sejak partai ini bernama Partai
Keadilan (PK). Ketua DPW yang pertama adalah Surya Darma yang menjabat
kader terbaiknya seperti Tamsil Linrung, Andi Rakhmat dan Anis Matta
melenggang ke Jakarta. Andi Rakhmat saat ini menjadi anggota DPR di komisi
hukum sedangkan Anis Matta menduduki posisi puncak dalam PKS sebagai
Presiden partai. Anis menggantikan Luthfi Hasan yang terseret kasus kuota impor
daging.
seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Ma’had, Lembaga zakat dan
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI). Misalnya STAI al-Azhar yang dikelola oleh
dikelola kader sendiri, tetapi STAI al-Azhar sifatnya independen dan tidak
dibawah naungan PKS.5 Kedua, Masifnya aksi kolektif yang dilakukan kader-
kader PKS di sana. Misalnya bakti sosial yang digelar tiap milad PKS, bulan
3
“Abraham Samad tak Pernah Jadi Caleg PKS” republika.co.id edisi 4 Februari 2013.
4
Lihat video “PKS sulsel dari masa ke masa” diunduh dari you tube tgl 25 Juli 2013.
5
Wawancara via telpon dengan Muhammad Taslim tgl 10 September 2013.
2
romadhan dan awal tahun baru hijriah. Bakti sosial ini didukung oleh banyaknya
B. Paparan Data Tentang Makna dan Penerapan Kafā’ah Bagi Kader PKS
Tesis ini fokus utamanya pada dua rumusan masalah yaitu makna kafā`ah
Bagaimana penerapan kafā`ah bagi kader inti PKS Sulsel. Sekaligus akan
disertakan seperti apa dampak dari penerapan kafā`ah bagi kader maupun partai
yang keseluruhannya kader inti di DPW PKS Sulsel, peneliti menjabarkan hasil
PKS Sulsel, bahwa dari ketujuh informan yang penulis wawancarai hanya
3
a. Menjadikan Agama Sebagai Kriteria Sekaligus Tolak Ukur Kafā’ah
tentang agama sebagai tolak ukur utama adalah Muhamad Taslim. Dalam
Kafā’ah
sangat berbeda dengan Kader inti lainnya yaitu Linda. Menurut Linda
sebagai kader inti PKS memandang bahwa kafā’ah yang terkait dengan
6
Muhammad Taslim, Wawancara ( Makassar, 09 september 2013).
4
dalam keluarga yang harus dipenuhi. Sebagaimana hasil wawancara kami
Hal tersebut senada juga dengan apa yang diutarakan oleh Ida
dikediamanya;
masyarakat Bugis Makasar yang sampai hari ini masih berpegang teguh
7
Linda, wawancara (Makassar ,12 September 2013)
8
Ida royani, wawancara (Makassar, 28 Juli 2013)
5
modern ini merupakan suatu tolak ukur dalam perkawinan yang tidak bisa
tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh kader inti Ida Royani, bahwa
yang di dalam liqa sebagian besar berasal dari kader yang berpendidikan.
kultur pendidikan.
Selain dua kriteria antara ekonomi dan pendidikan Ida royani juga
bukan “pendidikan” seperti yang dipahami orang diluar PKS, tetapi berapa
9
Ida royani, wawancara (Makassar, 28 Juli 2013)
6
“Di dalam proses pemilihan pasangan nanti dilihat, apakah ini
sekufu’ atau tidak, antara ikhwah dan akhwāt, dari data tersebut
nanti dilihat, apakah ikhwah ini sekufu’ dari sisi tarbiyahnya,
pendidikannya dan latarbelakang keluarganya. Jadi yang maju dulu
adalah pembinanya, makanya ikhwah dulu itu, ketika prosesnya
sudah sampai kesepakatan dengan orang tua akhwāt, baru
ikhwahnya memberitahu orang tuanya. Tapi si akhwātnya juga akan
mensosialisasikan kepada keluarganya, bahwa kondisi calon
suaminya seperti ini, jadi ketika murabbi datang meminta, tidak
akan terjadi debat yang panjang,”10
Ibu Ida Royani bahwa aspek tarbiyah sebagai kriteria utama dalam
juga diamini oleh kader inti yang lain seperti Linda. Sebagaimana hasil
Dari paparan data tentang makna kafaah para kader PKS Sulsel
yang sudah penulis sajikan dan deskripsikan di atas, dapat ditarik beberapa
berikut;
10
Ida royani, wawancara (Makassar, 28 Juli 2013)
11
Dwi Susilarsih, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013)
12
Linda taslim wawancara (Makassar ,12 September 2013)
7
Tabel 4.1: Makna Kafā’ah bagi Kader Inti PKS Sulsel:
pernikahan dengan kader dan non kader. Dapat penulis deskripsikan sebagai
beriikut;
8
supaya saling memahami peran masing-masing serta langkah awal untuk
menilai pernikahan sesama kader selain misi dakwah juga untuk strategi
pengokohan organisasi.
rumah tangga yang bermuatan misi dakwah salah satu jalan pintasnya
yaitu menikah sesama kader, meskipun kata beliau ada pilihan untuk
Jawaban yang cukup menarik juga diuraikan oleh ibu Susy Smita yang
13
R. Irwan Waji, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013).
14
Jumadil Muhammad, wawancara (Makassar, 31 Juli 2013)
9
“Yang perlu digaris bawahi bahwa kenapa didalam PKS tetap
mengatur dalam artian mengarahkan kader menikah dengan kader
karena bagi kami itu merupakan langkah awal untuk mencapai
masyarakat islami. Adapun tahapan-tahapan untuk menciptakan
masyarakat islami dimulai dari, individu islami, membentuk
keluarga islami sehingga bisa berdampak terciptanya masyarakat
yang islami.”15
inti yang lain ingin kader binaannya menikah dengan sesama kader.
lakukan di lapangan;
15
Susy Smita, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013)
10
pasangan harus saling mendukung karena basic dalam dakwah itu
adalah keluarga.”16
Pandangan yang kurang lebih sama diutarakan juga oleh bapak
Irwan dan bapak Jumadil. Dalam perspektif Irwan menikah sesama kader
Jumadil pun juga berargumen kalau di internal PKS masih banyak kader
yang lebih baik buat apa mencari non kader. Di internal, tidak ada istilah
juga peneliti telusuri. Terkait hal ini para informan memberi dua model
16
Linda taslim wawancara (Makassar ,12 September 2013)
17
R. Irwan Waji, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013).
18
Jumadil Muhammad, wawancara (Makassar, 31 Juli 2013)
11
dominan, tetapi sekarang tidak begitu dominan khususnya ketika ada kader
yang ingin menikah dengan non kader. Kedua, peran murabbi/ah yang
seorang kader PKS khususnya para akhwatnya menikah dengan non kader
asal yang hanif. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Ida Royani dalam
wawancaranya.
Kader inti PKS lainnya seperti Susi Smita juga menegaskan bahwa peran
kediamannya;
Pada aras yang sama peran murabbi/ah dalam proses pernikahan seorang
kader menjadi kriteria yang harus dipertimbangkan, dalam kaitan ini Dwi
19
Ida royani, wawancara (Makassar, 28 Juli 2013)
20
Susy Smita, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013)
12
mengarahkan dan tidak ada paksaan harus menikah sesama kader karena
lapangan;
sesama kader saja. Muhammad Taslim memiliki dua sudut pandang terkait
kader asal punya suatu kreteria-kreteria dasar dalam Islam. Hal tersebut
21
Dwi Susilarsih, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013)
13
ketika saya mempunyai binaan laki-laki tentu saya carikan binaan
yang sudah terbina, karena banyak memang akhwāt yang belum
menikah, dan yang kedua jika tidak ada yang cocok bagi dia, maka
tidak masalah menikah dengan non kader, tapi dengan catatan
punya suatu kreteria-kreteria dasar dalam Islam”22
binaan mengatakan tidak masalah jika ada kader menikah dengan orang di
dakwah di PKS. Seperti yang diutarakan oleh Linda , Dwi susilarsih dan
22
Muhammad Taslim, Wawancara ( Makassar, 09 september 2013).
23
Linda taslim wawancara (Makassar ,12 September 2013)
24
Dwi Susilarsih, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013)
25
Susy Smita, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013)
14
Tabel 4.3: jika ada kader menikah dengan orang di luar PKS:
Apakah jika seorang kader PKS menikah dengan non kader akan
26
Muhammad Taslim, Wawancara ( Makassar, 09 september 2013).
15
hal ini tidak ada di dalam AD/ART, melainkan inisiatif para murabbi/ah.
wawancaranya;
27
Dwi Susilarsih, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013)
28
R. Irwan Waji, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013).
29
Muhammad Taslim, Wawancara ( Makassar, 09 september 2013).
30
Jumadil Muhammad, wawancara (Makassar, 31 Juli 2013)
16
Dari beberapa uraian data yang disampaikan oleh para informan di
Tabel 4.4: Anjuran menikah sesama kader, Aturan AD/ART atau Inisiatif
Murabbi/ah?
No Nama Informan Argumentasi
Sejatinya apa yang kita lakukan termasuk buah dari sebuah tradisi
akan membawa dampak bagi pelakunya. Dalam hal ini penerapan kafā’ah
31
Linda, wawancara (Makassar ,12 September 2013)
17
Informan seperti Dwi Sularsih yang merupakan ketua Bidang Perempuan
menuturkan:
“Dampak politik bisa lebih solid, dan kita bisa kuat di keluarga
masing-masing, sehingga ketika sama-sama kader ketika ada
masalah dikepartaian tidak membutuhkan waktu untuk menjelaskan
lagi..”32
32
Dwi Susilarsih, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013)
33
Muhammad Taslim, Wawancara ( Makassar, 09 september 2013).
34
Ida royani, wawancara (Makassar, 28 Juli 2013)
18
Kader inti Jumadil ketika peneliti wawancarai memberi jawaban bahwa
dampak pernikahan sesama kader atau nikah dengan di luar kader punya
efek kepada raihan suara dan produktifitas dakwah di PKS. Bagi beliau itu
sesuatu hal yang relatif.
“Kalau dikaitkan dengan suara, ini relatif ya, tidak bisa juga
dibilang kalau menikah di luar kader bisa berdampak positif,
begitupun sebaliknya menikah dengan sesama kader juga bisa
terkesan ekslusif, karena pada faktanya ada yang sesama kader jadi
produktif dakwahnya, tapi ada juga yang tidak berbuat apa-apa.”35
35
Jumadil Muhammad, wawancara (Makassar, 31 Juli 2013)
19
aktivitasnya di PKS. Itulah
mengapa kami menikahkan kader
dengan kader.
Menurut Ida rohyani yang merupakan mantan tim munākahat kader PKS
dengan non kader. Dampak lebih dirasakan pada kalangan akhwat PKS
pernikahan kader dengan non kader, yaitu jika konteksnya misi ekspansi
36
Dwi Susilarsih, wawancara (Makassar, 29 Juli 2013)
37
Ida royani, wawancara (Makassar, 28 Juli 2013)
20
dengan syarat non kader tersebut mempunyai suatu kreteria-kreteria dasar
dalam Islam.
berikut;
38
Muhammad Taslim, Wawancara ( Bone, 09 september 2013).
21
pasangannya informasi-
informasi yang tidak benar yang
menyangkut PKS
kalau memang konteksnya
ekspansi maka ini bukan
menguatkan tapi memperluas
dakwah. Bagi saya kalau
konteksnya perluasan, maka
3 Muhammad Taslim menikahkan dengan non kader
merupakan salah satu cara yang
baik, meskipun ada resikonya,
tapi orang yang berdakwah
dengan resiko tinggi pahalanya
juga besar
22
BAB V
ANALISIS DATA
A. Makna Kafā`ah Menurut Kader Inti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sulsel
Berdasar hasil penelitian dari bab sebelumnya, Makna kafā`ah bagi kader
asumsi mereka tentang makna kafā’ah terdapat empat macam, yaitu Agama
kafā’ah.
antara suami- istri yang dapat menghilangkan rasa malu dalam perkara-
1
Hanafi dan mazhab Hambali menambahkan makna kesetaraan sebagai
kesetaraan agama. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi yang menganjurkan
pasangan. Hal ini karena faktor agama merupakan faktor yang penting.
Dalam hadis juga disebutkan dalil kafā`ah dalam beberapa kriteria, yang
Dari Abu Hurairah, dari Nabi bersabda: wanita dinikahi karena empat,
yaitu harta,nasab, kecantikan dan agamanya. Pilihlah wanita yang taat
kepada agamanya, maka kamu akan berbahagia. (HR. Abu Dāwud)
1
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Damaskus : Dār al-fikr, 1985), hlm 229.
2
Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud, juz 5, hlm. 426, al-Maktabah al-Syamilah versi 3.28
2
: ”fadzfar bidzāti al-dīn”( Pilihlah wanita yang taat kepada agamanya, maka
Faktor kesetaraan agama merupakan faktor yang unggul dan utama dalam
dalam hal ini dimaksudkan sebagai ketidak fasikan. Dalam hal ini ulama
sepakat bahwa seorang laki-laki yang fasiq tidak sekufu’ dengan perempuan
إِذَا َجاءَ ُك ْم َم ْن صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ِ ُ قَ َال رس: اِت الْمزِِنِّ قَ َال ِ
َ ول اللَّو َُ َ ُ ٍ َع ْن أَِِب َح
ولَ اد قَالُوا يَا َر ُس
ٌ ض َوَ َس ِ ض ْو َن ِدينَوُ َو ُخلَُقوُ َأَنْ ِك ُحوهُ إََِّّل تَ ْ َعلُوا تَ ُك ْن ِْت نَةٌ ِِف ْاِل َْر
َ تَ ْر
ٍ ث مَّر ِ ِ ِِ ِ
.ات َ َ ََ ُض ْو َن دينَوُ َو ُخلَُقوُ َأَنْك ُحوه َ اللَّو َوإِ ْن َكا َن يو قَ َال إِ َذا َجاءَ ُك ْم َم ْن تَ ْر
4
)(رواه الرتميذي
”Dari Abu Hātim al-Muzani berkata; berkata Rasulullah SAW:Jika
datang kepadamu laki-laki yang agama dan akhlaknya kamu sukai, maka
kawinkanlah, jika kamu tidak berbuat demikian aka terjadi fitnah dan
kerusakan di atas bumi”, sahabatnya bertanya, ”ya Rasulullah, apabila di
atas bumi diteruskan fitnah dan kerusakan ?” jawab beliau, ”Jika dating
kepada kamu laki-laki yang agama dan akhlaknya kamu sukai, hendaknya
kawinkan ia” (Jawaban Rasulullah ini diulang sebanyak 3
kali)”.(HR.Tirmīdzi)
3
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga.., hlm. 41-48.
4
Tirmidzi, Al-Jami’ As-Sahih Juz 3, h. 395
3
Hadits di atas memberikan signal kuat kepada para wali agar
beragama dan berakhlak. Bila mereka tidak mau mengawinkan dengan laki-
laki yang berakhlak luhur, tetapi memilih laki-laki yang berkedudukan tinggi
atau keturunan mulia atau yang berharta, maka dapat menimbulkan fitnah dan
Masih menurut Muhammad Taslim Ayah dari keempat anak ini, bahwa
kriteria agama dalam kafā’ah bukan untuk mencari seorang istri saja tapi
berlaku juga pada seorang wanita yang akan mencari calon suami. Apa yang
dikonstruksikan oleh Taslim merupakan model dari pola kafā’ah yang ideal
bertujuan untuk kebaikan si calon istri dan anaknya di masa depan. Hal
tersebut tentunya dilatar belakangi oleh biaya pernikahan yang cukup tinggi di
sedikitnya diperlukan biaya 50 juta hingga 100 juta. Hal ini sudah menjadi
standarisasi yang sudah mentradisi yang memang sudah mengakar kuat dalam
gerakan islam sekaligus sebagai gerakan revival tidak berdaya untuk merubah
4
merupakan sebuah kewajaran dalam hukum Islam dan sangat ditoleran dalam
pelaksanaanya .
hal yang penting dalam kehidupan rumah tangga dan eksistensinya menjadi
isterinya. Apabila tidak sanggup membayar mahar dan nafkah atau salah satu
5
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, h. 423
6
Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd, Bidayah al- Mujtahid , hlm. 34
5
harus direeksaminasi dengan tujuan supaya ada kesakinahan antara mereka
Pada aras yang lain, ulama Mālikiyah dan sebagian ulama Syāfi’iyyah
inilah yang paling benar dengan alasan bahwa, memasukkan harta dalam
ukuran kafā’ah sama halnya mengajari atau mendidik umat Islam untuk tidak
diperspektifkan oleh para Fuqaha yaitu adanya pekerjaan bagi suami, Yang
semua itu dapat berubah sesuai dengan takdir Allah, sehingga pekerjaan bagi
6
landasan kafā’ah. Untuk mengklasifikasikan yang dimaksud pekerjaan dalam
hal ini adalah tradisi. Nilai sebuah pekerjaan akan berbeda dengan berbeda
tempat dan waktu. Bisa jadi suatu profesi dianggap rendah di suatu waktu akan
tetapi bisa menjadi mulia di waktu yang lain. Demikian juga bisa jadi sebuah
profesi dipandang hina disebuah negeri dan dipandang tinggi di negeri yang
lain.10
Apa yang menjadi perspektif ulama fiqih di atas sangat selaras dengan
pendapat kader PKS di Sulsel. Hal itu sebagaimana yang peneliti amati di
riwayat hidup yang berisi kreteria pasangan yang diidamkan. Sebagai contoh
ketika binaan yang akan dipilihkan pasangan profesinya adalah dokter, maka
tugas murabbi/ahnya memilihkan yang yang tidak jauh dari profesi tersebut.
sakinah bisa terwujud. akan tetapi perlu diketahui bahwa pemilihan pasangan
yang seprofesi oleh kader PKS sesuatu yang sifatnya pengarahan saja, sehingga
memungkinkan kader PKS yang tidak seprofesi bisa saja dipasangkan, jika
Peneliti menduga, kriteria dari ibu Ida royani dikarenakan binaannya yang di
10
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh, hlm 247.
7
dalam liqo yang sebagian besar berasal dari kalangan berpendidikan.
Pendidikan di era modern ini merupakan suatu tolak ukur dalam perkawinan
yang tidak bisa dihindari di tengah kebutuhan akan pendidikan yang begitu
dalam bentuk pengajian pekanan atau liqo yang dilakukan oleh PKS. Masih
dalam perspektifnya bahwa apabila orang tua pada masa kini umumnya
mengacu pada status kemapanan dalam profesi si calon suami. Akan tetapi bila
Dari ketiga kader inti PKS yang peneliti wawancarai tersebut, menurut
8
ketinggalan juga latar belakang keluarga menjadi kriteria selanjutnya dalam
mihwar dauly yang merupakan bagian dari 4 orbit dakwah yang kini dijalankan
11
Lihat buku Manhaj tarbiyah 1433 H hal 37
9
PKS di Indonesia.12 Peneliti belum mengetahui apakah masyarakat Islami ini
Pernikahan sesama kader tidak lepas dari peran para murabbi/ah. Peran
internal PKS masih banyak kader yang lebih baik buat apa mencari non kader.
Peneliti cukup paham atas jawaban Jumadil karena pengalaman beliau yang
pribadinya.
Taslim bisa dikondisikan, tergantung dari sudut pandang mana kita melihanya.
kader Pertama: memperkuat misi dakwah atau pengokohan, jadi ketika ada
binaan laki-laki yang siap menikah akan dicarikan akhwat yang sudah terbina,
seperti halnya batu bata yang sudah disiapkan dan hanya tinggal menata saja.
10
dengan visi dan misi yang sama maka keluarga yang diidam-idamkan yaitu
sakinah, mawaddah, warahmah akan lebih cepat terwujud. Lebih khusus lagi
adalah semangat dakwah yang tidak luntur karena motivasi dari pasangan
hidup yang sama. Kedua: misi ekspansi dakwah. Menikah dengan non kader
dan struktur partai. Bagi kader maslahat-nya pada kelancaran dalam mengikuti
sekarang sudah tidak ada lagi. menurut Ida Royani untuk saat ini diserahkan
bagi para murabbi/ah untuk menikahkan dengan sesama kader disetiap daerah
punya aneka macam nama. Seperti di PKS piyungan, Jogjakarta yang terdapat
sesama kader ini dimulai dengan memasukkan daftar riwayat hidup ke lembaga
13
Habib Nanang, Perjodohan di Kalangan Aktivis Halaqoh Tarbiyah di Kecamatan Piyungan,
Kabupaten Bantul (UIN Jogjakarta, 2007)
11
diidamkan. Proses berikutnya adalah mempertemukan kedua belah pihak untuk
dengan ditemani oleh murabbi atau orang yang dipercaya. Setelah ta’aruf yang
se-fikrah ada juga pertimbangan jenjang keanggotaan. Menurut Bab III Pasal 5
Anggaran Rumah Tangga PKS, partai ini memiliki enam jenjang keanggotaan,
yang terbagi ke dalam dua jenis keanggotaan, yaitu Anggota Pendukung dan
Anggota Inti. Anggota Pendukung terdiri dari Anggota Pemula (Tamhidi) dan
Anggota Muda (Muayyid). Sedangkan Anggota Inti terdiri dari Anggota Madya
Menurut Linda ketika ada akhwāt atau kader wanita yang sudah siap untuk
dengannya dalam perkaderan atau di atas jenjang akhwāt tersebut. Jika tidak
14
Linda, wawancara (via telepon 19 Maret 2014)
12
2. Pernikahan Dengan Non Kader
Kader tidak harus menikah dengan sesama kader. Berarti para murabbi/ah ini
Dalam sudut pandang yang lain, Aco yang merupakan salah satu kader
ormas Islam yang bukan dari internal partai PKS yang menikah dengan akhwāt
kader PKS, bahwa walaupun secara pemahaman agama dia dan istrinya ada
sedikit benturan, akan tetapi dia selalu memahami bahwa inilah konskuensi
yang harus dihadapinya ketika menikah dengan kader PKS, yaitu tidak
kepartaian.16
pasangan yang non kader PKS. Jika menikah dengan kader saja, maka partai
15
Maksud dari hanif menurut kader PKS adalah adanya kecendrungan pada kebaikan.
16
Aco , wawancara (Makassar, mesjid bait al-afiat, 12 desember 2013)
13
Aspek interest lain yang peneliti temukan dari konstruksi kafā’ah di kader
inti PKS Sulsel ini apabila ada binaannya yang menikah dengan non kader,
partai sebagai guru sekaligus orang tua. Boleh jadi murabbi/ah memberikan
memilih pasangan yang non kader. Selain itu, kader yang menikah dengan non
kader tidak ada sanksi maupun perlakuan khusus dari partai karena itu hak
pribadi.
terutama bagi kader dan organisasi. Khusus kader terdapat dua dampak baik
positif maupun negatif. Positifnya jika menikah dengan sesama kader, tidak
akan terjadi salah paham maupun kendala ketika pasangannya aktif di kegiatan
PKS. Sisi negatifnya itu, pernikahan sesama kader kesannya bagi orang luar
PKS adalah ekslusif dan itu bertentangan dengan slogan keterbukaan partai
Pernikahan dengan non kader juga punya sisi positifnya yaitu pertambahan
informasi yang tidak benar yang menyangkut PKS. Informasi yang dipandang
kurang akurat sering kali datang dari media mainstream yang kebanyakan
berimbang. Sisi negatifnya menikah dengan non kader lebih dirasakan pada
kader perempuan. Resikonya setelah berumah tangga dengan non kader ada
14
dua: tidak boleh aktif di dalam kegiatan partai dan yang paling parah adalah
berpindah ke lain organisasi. Ini biasanya terjadi pada kader perempuan yang
Sebelum pemilu 2014 para kader PKS gencar melakukan sosialisasi caleg
yang diusung oleh partai, seperti yang peneliti temukan di lapangan yaitu
adanya kegiatan yang biasa mereka sebut Direct Selling, silaturahmi ke rumah-
rumah warga untuk mengenalkan caleg PKS. Dalam aplikasinya kegiatan ini
juga melibatkan akhwāt- akhwāt atau kader wanita yang sudah menikah,
dengan tantangan yang begitu besar untuk merealisasikan kegiatan ini, yang
kadang menyita waktu. Tentu ketika akhwāt yang sudah menikah tersebut,
karena suami pun mempunyai visi dan misi yang sama atau se-fikrah.
Selain itu ketika kampanye terbuka di Stadion Gelora Bung Karno pada
15
militansi para kadernya. Berbeda dengan partai lain yang tidak sanggup
16
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
implementasi konsep kafā’ah di kalangan kader inti PKS Sulsel. Maka peneliti
menyajikan dua kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah. Yang akan
1. Makna kafā’ah dalam perspektif Kader inti PKS dapat dilihat dari sekufu’
tidaknya seseorang selain dilihat dari aspek agamanya juga mengacu pada
2. Adapun Penerapan kafā’ah dalam perspektif kader PKS Sulsel pada awal
masyarakat islami. Akan tetapi ditemukan pula kader yang menikah dengan
non kader PKS. Hal tersebut tidak menjadi masalah jika ada kader yang
1
kekuatan mesin politik PKS sehingga dapat membantu pemenangan-
tidak benar yang menyangkut PKS. Sisi negatifnya menikah dengan non
tangga dengan non kader ada dua: pertama: tidak boleh aktif di dalam
kegiatan partai dan yang kedua berpindah ke organisasi Islam yang lain.
B. Refleksi Teoritis
Dalam sebuah kajian akademis, dinamika tesis anti tesis merupakan sebuah
kewajaran akademis yang tidak bisa dihindari. Sehingga dalam penelitian ini
perlu penulis sampaikan terkait refleksi teoritis konsepsi kafā’ah kader PKS
Sulsel dalam memaknai dan penerapanya. Hal ini penulis lakukan dalam
rangka memperkuat tesis kader inti PKS tentang kafā’ah bahkan meng-anti
sebagaimana yang penulis paparkan dalam analisis penelitian tesis ini, bahwa
hampir semua informan sepakat tentang konsepsi kafaah se-fikrah seperti yang
sudah banyak terjadi pada kader partai mereka. Adapun argumentasi yang
2
masifitas dakwah mereka dalam rekruitmen kader dan soliditas kelompok
mereka.
Kedua: Pada aras yang lain, temuan dalam tesis ini juga berimplikasi teoritis
diskaralkan dalam partai PKS. Akan tetapi setelah terjadi transformasi ideologi
partai PKS menjadi partai terbuka, maka kafā’ah yang menjadi konsepsi
pakem para elit kader PKS, sekarang konsepsi tersebut menjadi sesuatu yang
profan untuk dilakukan oleh para kader PKS. Hal ini sebagaimana temuan
keluarga.
kader yang menikah dengan non kader pun tidak akan mendapat sanksi sosial
seperti pada komunitas Arab. Akan tetapi ketika kader menikah dengan non
C. Rekomendasi Penelitian
1. Dari hasil penelitian ini diharapkan para Pembina di DPW PKS Sulsel
3
dengan non kader. Karena dalam penelitian ini terbukti pernikahan dengan
non kader punya sisi positif untuk raihan suara partai dan pemenuhan
4
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’ān al-Karīm
AD/ART PKS yang direvisi pasca Munas II di Jakarta pada Mei 2011
AD/ART PKS yang disahkan Musyawarah Majelis Syura III pada 26 November
2005
As-Subki, Ali yusuf, 2010. Fiqh Keluarga; Pedoman Berkeluarga Dalam Islam,
judul asli Nidzam Al-Usrah Fi Al-Islam, alih bahasa Nur Khozin Jakarta:
Amzah
David Pearl, 1987. A Text Book on Muslim Personal Law, edisi II London: Croom
Helm
1
Hermawan. Sulhani, Pertentangan Prinsip Kemaslahatan Perkawinan Dengan
Prinsip Egalitarian Dalam Hukum Perkawinan Islam; Kajian Normatif
Dan Historis Kontekstual Tentang Konsep Fiqh Al-Kafā`ah, Surakarta;
STAIN Surakarta
M.B. Miles & A.M. Hubermen, An Expended Source Book: Qualitative Data
Analysis, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep R. Rohidi,Jakarta: UI-
Press, 1992
Malik, Abi, 1996. Bada’i’ al-Shana’i’ fi Tartib al-Syara’i’, Beirut: Dar al-Fikr
Matta, Anis, 2007. Integrasi Politik dan Dakwah, Jakarta: Arah Press
Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd, Bidayah al- Mujtahid wa Nihāyah al-
Muqtashid ,Jilid II (Bairūt: Dār al-Jail, 1989)
Munandar, Arief, 2011. Antara Jemaah dan Partai Politik: Dinamika Habitus
Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dalam Arena Politik Indonesia
Pasca Pemilu 2004, desertasi, Depok Universitas Indonesia
2
Nana Sudjana dan Ahwal Kusuma, 2002, Proposal Penelitian di Perguruan
Tinggi Bandung: Sinar Baru Algasindo
Paramadina, Putri, 2010. Kafa'ah Pada Tradisi Perkawinan Masyarakat Arab Al-
Habsyi Di Kabupaten Pemalang, Semarang: IAIN Walisongo
Zaidi, Nur Hasan (ed), 2007. Mereka Bicara PKS, Bandung: Fitrah Rabanni
Elektronik
Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud,, al-Maktabah al-Syamilah versi 3.28
3
Ahmad Bin Husain al-Baihaqi, Sunan al-baihaqi al-kubra, al-Maktabah al-
Syamilah versi 3.28
Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud, juz 7, hlm. 388, al-Maktabah al-
Syamilah versi 3.28
Internet
http://www.tempo.co/read/news/2013/02/11/078460485/.
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Keadilan_Sejahtera