SKRIPSI
Disusun Oleh:
NURUL ISLAMIYAH
NIM. 04510007
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
MALANG
2009
APLIKASI DIAGONALISASI MATRIKS
SKRIPSI
Oleh:
NURUL ISLAMIYAH
NIM. 04510007
Mengetahui,
SKRIPSI
Oleh:
NURUL ISLAMIYAH
NIM. 04510007
NIM : 04510007
Jurusan : Matematika
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan hasil tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Nurul Islamiyah
NIM. 04510007
MOTTO
Untuk Menyelidiki Pewarisan Genotip Pada Generasi Ke-n " ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
dan akhirat.
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, iringan
doa dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan, terutama
kepada:
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang .
2. Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU, D.Sc, selaku Dekan Fakultas Sains
3. Sri Harini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Sains dan
i
5. Abdussakir, M.Pd, selaku dosen pembimbing keagamaan, yang telah
6. Seluruh Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang yang telah
(khususnya Bat, Eni, Eliza dan Nia) yang selalu membantu dan mendukung
10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu, atas keikhlasan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
DAFTAR TABEL................................................................................................ vi
ABSTRAK ...........................................................................................................vii
BAB I: PENDAHULUAN
iii
F. Metode Penelitian ....................................................................................... 6
5. Determinan.............................................................................................16
6. Invers Matriks........................................................................................17
8. Diagonalisasi Matriks............................................................................27
2. Kromosom..............................................................................................36
3. Genetika Mendel....................................................................................37
4. Variabilitas Gen.....................................................................................38
7. Peristiwa Keacakan................................................................................40
iv
C. Kajian Keislaman Tentang Genetika...........................................................44
A .Kesimpulan ..............................................................................................109
B. Saran ........................................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Hasil Persilangan Dua Sifat Beda (Dihibrid) antara Laki-laki dan
Tabel 5 : Peluang Genotip dari Persilangan Dua Sifat Beda (Dihibrid) antar Laki-
Tabel 6 : Peluang Genotip dari Persilangan Dua Sifat Beda (Dihibrid) antar Laki-
vi
ABSTRAK
Kata kunci : matriks, nilai eigen, vektor eigen, diagonalisasi matriks, genotip.
vii
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa pada generasi ke-n dimana limit
untuk n menuju tak hingga diperoleh bahwa warisan autosomal dan penyakit yang
terpendam pada warisan autosomal semua turunannya akan normal atau individu
yang bergenotip AABB, yakni tidak ada lagi generasi yang menderita dan
pembawa penyakit.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
metode dan ilmu bantu tertentu. Salah satu ilmu bantu yang dapat digunakan
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai hitungan dasar. Selain itu,
1
2
…çµtGyϑ÷èÏΡ §ΝÏGãŠÏ9uρ öΝä.tÎdγsÜãŠÏ9 ߉ƒÌムÅ3≈s9uρ 8ltym ôÏiΒ Νà6ø‹n=tæ Ÿ≅yèôfuŠÏ9 ª!$# ߉ƒÌム$tΒ
Artinya :“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu
dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”(Q.S Al
Maidah : 6).
yang dimiliki induk pada turunannya setiap pasangan kromosom yang dimiliki
menjadi dua yaitu autosom (kromosom tubuh) dan kromosom seks (Surya,
1984:xvi).
populasi masing-masing jenis kelamin, akan memiliki dua dari antara kromosom-
AABB, AABb, AaBB, AaBb, Aabb, Aabb, aaBB, aaBb dan aabb.
Islam, adalah konsep tauhid, yaitu ke-Esaan Allah (Rahman, 1992:92). Namun,
Al-Qur’an tidak mengangkat metode baru atau teknik baru dalam masalah ini,
melainkan telah menunjukkan tentang adanya eksistensi dari sesuatu yang ada di
balik alam semesta (Rahman, 1992:92). Alam semesta sendiri memuat bentuk-
matematika itu ada. Alam semesta serta segala isinya diciptakan Allah dengan
mapan, dan dengan rumus-rumus serta persamaan yang seimbang dan rapi
Artinya: “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (Q.S. Al-
Qamar: 49).
Banyak sekali aplikasi matematika yang dapat dikaitkan dengan disiplin ilmu
yang lain. Aljabar matriks merupakan salah satu teori matematika yang dapat di
aplikasikan pada ilmu biologi, fisika dan ilmu ekonomi. Salah satu masalah
biologi yang dapat diselesaikan dengan matriks adalah masalah genetika. Untuk
menyelesaikan masalah genetika ini dapat menggunakan nilai eigen dan vektor
eigen, diagonalisasi matriks serta limit untuk mengetahui sifat yang muncul pada
adalah matriks yang diperoleh dari distribusi genotip dari suatu perkawinan dan
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkajinya lebih lanjut
4
B. Rumusan Masalah
AABB, AABb, AAbb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb genotif
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini sebagaimana rumusan masalah di atas adalah:
dari AABB, AABb, AAbb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas, maka penulis
( autosomal inheritance).
AAbb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb genotip pada sebuah
E. Manfaat Penelitian
kepada penulis dan umumnya kepada semua pembaca baik secara teoritis maupun
secara praktis.
1. Secara Teoritis
matriks.
2. Secara Praktis
generasi ke-n.
6
F. Metode Penelitian
(Mardalis,1989:28).
sebagai berikut:
3. Mencari nilai eigen dan vektor eigen dari matriks tersebut kemudian
matriksnya didiagonalisasikan.
G. Sistematika Pembahasan
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pengantar yang terdiri dari latar belakang,
Bab ini berisi tentang studi teoritis dari berbagai literatur dan
keislaman.
KAJIAN PUSTAKA
pengembangan lebih lanjut dari sistem persamaan linear, dan sering juga disebut
1. Pengertian Matriks
Definisi 2.1:
Definisi 2.2:
(Cullen, 1993:49).
elemen yang terletak pada baris i dan kolom j di dalam matriks A akan di
[ ]
nyatakan sebagai a ij . Dalam notasi matriks, A = a ij , untuk i = 1,..., m dan j =
8
9
dan kolom j. Dua matriks dikatakan sama jika ukurannya sama dan
pada definisi di atas disebut unsur dari matriks. Sedangkan ordo atau ukuran
Contoh:
Diberikan matriks
1 4 −1 0
A = 2 −3 −5 6
− 1 0 −2 1
Jika a ij menunjukkan elemen matriks A yang terletak pada baris ke-i dan
b. a 11 , a 21 , a 24 dan a 32
10
jawab :
b. a 11 = 1, a 21 = 2, a 24 = 6, dan a 32 = 0
2. Matriks Bujursangkar
Matriks bujursangkar adalah matriks yang memiliki baris dan kolom yang
sebagai:
kembar, yaitu:
a11 , a 22 , a 33 , ..., a nn
Dan elemen-elemen a1n , a 2(n −1) , a 3(n − 2 ) ..., a n1 dinamakan diagonal kedua
bujursangkar, yaitu:
0 0 0
O = 0 0 0
0 0 0
[ ]
utamanya berupa skalar λ . Dimana S = λδ i j = λI dengan
1 untuk 1= j
δ ij = , maka dapat ditulis sebagai :
0 untuk 1≠ j
s 0 0 0
0 s 0 0
S =
0 0 s 0
0 0 0 s
(diagonal dari kiri atau menuju kanan bawah) dan nol dimana-
mana.
12
1 0 0 ... 0
0 1 0 ... 0
I = 0 0 1 ... 0
...
0 0 0 ... 1
1, jika i = j
[ ]
Jika ditulis I = δ i j , maka δ ij =
0, jika i ≠ j
4. Matriks segitiga
[ ]
a. Suatu matriks bujursangkar A = a ij adalah matriks segitiga
sebagai :
[ ]
b. Suatu matriks bujursangkar A = a ij adalah matriks segitiga
bawah jika dan hanya jika aij = 0 untuk i < j dapat ditulis
sebagai :
13
a11 0 ... 0
a a 22 ... 0
A = 21
. .. ... ... ...
a n1 a n 2 ... a nn
[ ]
n x n dimana D = λi δ i j , dapat dinyatakan sebagai :
d11 0 ... 0
0 d ... 0
A= 22
3. Perkalian Matriks
n
dengan C ij = ∑ a ik bkj , untuk i = 1,.....m dan j = 1,...... p
k =1
AB = C
a11 a12 ... a1n b11 b12 ... b1 p c11 c12 ... c1 p
a
21 a 22 ... a 2 n b21 b22 ... b2 p = c 21 c 22 ... c 2 p
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
a m1 a m 2 ... a mn bn1 bn 2 ... bnp c m1 c m 2 ... c np
kolom dari matriks B yang menghasilkan matriks C. Elemen C11 berasal dari
yaitu c11 = a11b11 + a12 b21 + ... + a1n bn1 . Elemen – elemen baris kedua matriks C
dihitung dari perkalian antara baris kedua matriks A dengan setiap kolom
Supaya suatu matriks dapat dikalikan maka kolom matriks A harus selalu
sebarang polinomial
f ( x ) = a o + a1 x + a 2 x 2 + ... + a n x n
berikut:
f ( x ) = a o I + a1 A + a 2 A 2 + ... + a n A n
Contoh :
1 2
Anggaplah A = , maka
3 − 4
16
1 2 1 2 7 − 6
A2 = 3 − 4 = − 9 dan
3 − 4 22
7 − 6 1 2 − 11 38
A3 = A 2 A = =
− 9 22 3 − 4 57 − 106
7 − 6 1 2 1 0 16 − 18
f ( A) = 2 − 3 + 5 =
− 9 22 3 − 4 0 1 − 27 61
7 − 6 1 2 1 0 0 0
g ( A) = + 3 − 10 =
− 9 22 3 − 4 0 1 0 0
5. Determinan
satu elemen dari baris atau kolom dengan memperhatikan urutan. Dalam
diagonal kedua dari diagonal utama matriks tersebut yaitu a11 a 22 − a12 a 21 .
17
det ( A) = a11 a 22 a 33 + a12 a 23 a31 + a13 a 21 a32 − a13 a 22 a 31 − a32 a 21 a11 − a33 a 21 a12
6. Invers Matriks
Definisi 2.3:
x y
Misalkan B = , jika B adalah matriks invers dari A dimana
z w
a a a11 a12 x y 1 0
A = 11 12 , maka a a z w = 0 1 dengan syarat
a 21 a 22 21 22
a11 a 22 − a12 a 21 ≠ 0
a11 .a 21 x + a11 .a 22 z = 0
a11 .a 21 x + a12 .a 21 z = a 21
−
(a11 .a 22 − a12 .a 21 )z = −a 21
− a 21
z=
a11 .a 22 − a12 .a 21
a11 x + a12 z = 1
− a 21
a11 x = 1 − a12
a .a
11 22 − a . a
12 21
a .a − a12 .a 21 + a12 .a 21
a11 x = 11 22
a11 .a 22 − a12 .a 21
a 22
x=
a11 .a 22 − a12 .a 21
a11 y + a12 w = 0
a11
a11 y = − a12
a11 .a 22 − a12 .a 21
− a11 .a12
a11 y =
a11 .a 22 − a12 .a 21
− a12
y=
a11 .a 22 − a12 .a 21
Cramer.
a 22 a12
x= A y = − A
a a
z = − 21 w = 11
A A
1 a 22 − a12
jadi B = − a
A 21 a11
77-78).
matriks tersebut tidak sama dengan nol atau disebut non singular. Untuk
mengetahui apakah suatu matriks merupakan invers dari suatu matriks lain
matriks identitas maka matriks itu dinamakan matriks yang dapat dibalik atau
saling invers.
20
Definisi 2.4
Definisi 2.5
Definisi 2.6
a11 a12
Misalkan A = ,maka matriks kofaktor adalah
a 21 a 22
A11 A12 a 22 − a 21
A = transpos dari matriks kofaktor ini disebut
21 A22 − a12 a11
A A21 a 22 − a12
Adj( A) = 11 =
A12 A22 − a 21 a11
(Assauri,1983: 80-81).
Teorema 2.1:
1
A −1 = adj ( A)
det( A)
(Anton, 1997:82).
Bukti:
Jika A tak singular, maka det A adalah skalar tak nol sehingga invers
1
A adj ( A) = I (2.1)
det( A)
Entri-entri dalam baris ke-i dan kolom ke-j dari A (adj (A)) adalah
a i1c j1 + a i 2 c j 2 + L + ain c jn
dari det (A) sepanjang baris ke-i dari A. Sebaliknya jika i ≠ j, maka
berbeda, sehingga nilai dari persamaan (2.1) sama dengan nol, sehingga
det( A) 0 L 0
0 det( A) L 0
A(adj ( A)) = = det( A) I (2.2)
L L L L
0 0 L det( A)
1 1
A(adj ( A)) = 1 atau A adj ( A) = 1
det( A) det ( A)
1
menghasilkan A −1 = adj A
det A
Salah satu cara untuk mencari invers sebuah matriks adalah dengan
Contoh:
1 2 3
A = 2 5 3
1 0 8
Selesaikan:
2 x 8) = 40 + 6 + 0 – 15 – 0 – 32 = 46 – 47 = -1
24
T
5 3 2 3 2 5
−
0 8 1 8 1 0
2 3 1 3 1 2
adj ( A ) = −
0 8 1 8 1 0
2 3 1 3 1 2
−
5 3 2 3 2 5
T
40 − 13 − 5
= − 16 5 2
− 9 3 1
40 − 16 − 9
= − 13 5 3
− 5 2 1
Jadi
1
A −1 = adj ( A)
det ( A)
40 − 16 − 9 − 40 16 9
1
= − 13 5 3 = 13 − 5 − 3
−1
− 5 2 1 5 − 2 − 1
Kata “vektor eigen” adalah ramuan bahasa Jerman dan Inggris. Dalam
Oleh karena itu nilai eigen dapat juga dinamakan nilai sebenarnya atau nilai
mempunyai satu baris atau satu kolom. Jadi vektor eigen dapat diartikan
Definisi 2.7 :
nilai eigen atau nilai karakteristik dari A jika terdapat suatu vektor tak
(λ I − A)x = 0 (2.3)
Supaya λ menjadi nilai eigen, maka harus ada pemecahan tak nol dari
persamaan (2.3). Suatu persamaan akan mempunyai pemecahan tak nol jika
det(λ I − A) = 0 (2.4)
Untuk mencari vektor eigen A yang bersesuaian dengan nilai eigen λ adalah
eigen yang bersesuaian dengan λ adalah vektor tak nol dalam ruang
pemecahan dari
(λ I − A)x = 0
Contoh:
0 1 0
A = 0 0 1
4 − 17 8
Selesaian:
λ − 1 0
det (λ I − A) = det 0 λ − 1
(2.5)
4 − 17 − 8
= λ3 − 8λ2 + 17λ − 4
memanfaatkan kenyataan bahwa semua pecahan bilangan bulat (jika ada) dari
harus merupakan pembagi dari suku konstan c n . Jadi selesaian bilangan bulat
haruslah merupakan faktor dari ruas kiri. Faktorisasi dapat dilakukan dengan
( )
pembagian, sehingga persamaan (2.5) menjadi: (λ − 4 ) λ2 − 4λ + 1 = 0
λ 2 − 4λ + 1 = 0
yang dapat diselesaikan dengan rumus kuadrat, maka nilai-nilai eigen dari A
adalah
λ1 = 4 λ2 = 2 + 3 dan λ3 = 2 − 3
8. Diagonalisasi Matriks
Definisi 2.8:
395).
Teorema2.2
adalah ekuvalen.
a. A dapat didiagonalisasi.
Bukti :
linear.
λ1 0 .... 0
0 λ2 .... 0
Katakan P AP = D ,dimana D=
−1
maka AP = PD,
.... ... ... ...
0 0 .... λ n
adalah:
Oleh karena P dapat dibalik, maka vektor-vektor kolomnya semuanya tak nol,
misalkan :
kolom-kolom dari hasil kali AP adalah AP1 , AP2 ,..., APn , tetapi
= PD (2.8)
λ1 , λ 2 ,..., λ n pada diagonal utama. Oleh karena itu vektor-vektor kolom dari P
bebas linear, maka P dapat dibalik, jadi persamaan (2.8) dapat ditulis kembali
sebagai P −1 AP = D , A terdiagonalisasi.
31
vektor-vektor kolomnya.
Contoh:
3 − 2 0
A = − 2 3 0
0 0 5
Selesaian:
λI − A = 0
λ −3 2 0
2 λ −3 0 =0
0 0 λ −5
(λI − A)x − 0
2 2 0 x1 0
2 2 0 x = 0
2
0 0 0 x3 0
2 x1 + 2 x 2 = 0 ambil x 2 = s
− 1 0
v1 = 1 dan v 2 = 0
0 1
− 2 2 0 x1 0
2 −2 0 x = 0
2
0 0 − 4 x3 0
1
sehingga vektor eigen yang bersesuaian adalah v3 = 1
0
− 1 0 1
dengan demikian maka diperoleh: P = 1 0 1 akan mendiagonalkan A.
0 1 0
33
1 1
− 2 2
0
3 −2 0 − 1 0 1
− 2
P −1 AP = 0 0 1 3 0 1 0 1
1 1 0 0 5 0 1 0
0
2 2
5 0 0
= 0 5 0 = D
0 0 1
suatu matriks.
ruas kanan. Pangkat bilangan bulat positif dari suatu bujusangkar juga dapat
A = PDP −1
A 2 = PDP −1 PDP −1
= PDIDP −1
= PD 2 P −1 (2.9)
Proses tersebut dapat diulang untuk pangkat bilangan bulat yang lebih tinggi,
yang disebut kromoner atau nukleosom dari kromosom. Gen sebagai zarah
mengandung banyak gen. Gen terdiri dari DNA yang diselaputi dan diikat
oleh protein. Jadi, secara kimia dapat disebut bahwa bahan genetis itu adalah
DNA.
35
Pada pewarisan autosomal suatu individu mewarisi satu gen dari tiap
yang kita ketahui, hal ini berkaitan dengan peluang yang mana di antara dua
gen dari induk yang diteruskan kepada keturunannya. Sehingga, jika salah
keturunannya akan mewarisi gen AB atau gen ab dari induk tersebut adalah
sama besarnya. Jika salah satu induk mempunyai genotip aabb dan yang lain
mempunyai genotip AaBB, AaBb, AAbb, Aabb, aaBB, maka keturunan akan
selalu menerima gen ab dari induk aabb, dan akan menerima AB atau gen ab,
dengan probabilitas yang sama, dari induk AB, Ab, dan ab. Konsekuensinya,
orang tua yang sakit. Tetapi kadang-kadang kelainan dapat muncul pada satu
generasi tanpa adanya satu anggota keluarga pada generasi sebelumnya yang
terkena tersebut. Hal ini mungkin terjadi, karena kedua atau salah satu orang
semua anak laki-laki penderita. Jika suatu sifat resesif adalah sangat jarang,
heterezigot bagi sifat ini adalah lebih besar jika mereka mempunyai hubungan
bahwa orang tua yang mempunyai keluarga bisa mewarisi gen yang sama dari
(Surya,1984:71) .
2. Kromosom
disebut gen dan terdapat pada kromosom yang berada di dalam nukles.
Substansi genetik di dalam kromosom berupa asam nukleat yang terdiri atas
37
asam deaksiribonukleat (ADN) atau disebut juga DNA dan asam ribonukleat
(ARN). DNA merupakan rangkaian dari gula deaksiribosa, asam fosfat, dan
basa N (purin atau pirimidin). DNA dapat diduplikasi berulang kali, dan
3. Genetika Mendel
ilmiah tentang pewarisan sifat telah sangat maju. Pada mulanya Mendel
ercis (Pisum Sativum), karena tanaman ini memiliki dua kriteria penting yang
yang diwariskan berulang kali dari induk tanaman itu kepada generasi
selanjutnya. Ciri tersebut adalah biji yang berbentuk bulat dan biji yang kisut.
8).
4. Variabilitas Gen
Misalnya tinggi dikendalikan oleh satu lokus yang terdiri atas dua alela.
Disebutkan bahwa kedua alela tersebut masing-masing terdiri atas satu alela
dominan dan yang lain resesif, dan ia memberikan notasi untuk kedua alela
tersebut masing-masing dengan huruf besar dan huruf kecil. Alela dominan
bahwa pada setiap gen tersebut terdapat dua bentuk alele. Hal ini mungkin
benar bagi beberapa lokus tetapi bila lokusnya cukup banyak, maka
kemungkinan alela yang dijumpai pada suatu individu dalam populasi, cukup
5. Perkawinan Monohibrid
Pada marmot. Rambut marmot (seperti juga pada manusia, tikus, dll).
Ada yang hitam dan ada yang putih (albino). Marmot yang normal adalah
6. Perkawinan Dihibrid
dominan terhadap rambut putih (ditentukan oleh gen h). Rambut kasar
(ditentukan oleh gen K) dominan pula terhadap rambut halus (ditentukan oleh
temurun), misalnya sifat kidal adalah resesif dan ditentukan oleh gen kd. Sifat
dominan (ditentukan oleh gen Kr) terhadap rambut normal (lurus) yang
40
ditentukan oleh gen resesif kr. Seperti halnya , maka F2 akan didapatkan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
7. Peristiwa Keacakan
a. Perkawinan Monohibrid
karakter pasangannya yaitu biji yang kisut resesif bernotasi a. Dua induk
murni tanaman itu diperoleh dari hasil suatu seleksi dengan melihat karakter-
diperoleh tanaman murni dengan karakter AA atau aa. Dalam genetika saat
sama. Pada bujursangkar punnett (Gb. 2,1a) terlihat karakter gamet terletak di
notasi Aa, namun karena A sifatnya dominan maka biji yang merupakan
genotip A
a Aa
(a) Genarasi F1
genotip A A
A AA Aa
A Aa aa
(b) Generasi F2
Gambar 2.1 Segresi pola pewarisan pada persilangan AA x aa dengan sel-sel
Untuk mendapat hasil F2, perlu dipilih tanaman F1 yang baik. Perolehan
seragam berbatang tinggi. Suatu tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat
kerdil. Sifat demikian disebut sifat dominan; sifat yang dikalahkan disebut
(Surya, 1984:7).
b. Perkawinan Dihibrid
terdapat 2 sifat beda, yaitu soal bentuk biji dan warna biji. Kedua sifat beda
Jadi bentuk bulat dan warna kuning adalah dominan. Jika tanaman ercis bulat
keriput hijau (aabb), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila
bagian). Dua di antara keempat fenotip itu serupa dengan induknya semula,
yaitu yang berbiji bulat-kuning dan yang berbiji keriput-hijau, sedangkan dua
fenotip lainnya merupakan hasil baru, yaitu yang berbiji bulat hijau dan yang
Genotip AB Ab aB ab
Gambar 2.2 segresi pola pewarisan pada persilangan AABB x aabb dengan sel-sel
reproduksinya ( gamet ) pada margin dan anakan dibagian tengah.
44
ayat al-qur’an yang pertama-tama turun bukanlah perintah untuk sholat, puasa
atau zakat tetapi perintah untuk menbaca. Keberadaan ilmu menurut al-qur’an
sangatlah luas, tidak terbatas terhadap segala sesuatu yang tampak saja atau
menggali ilmu pengetahuan yang telah disediakan oleh Allah SWT (Ulum,
$¨Β 9çtø2r& èπyèö7y™ Íνω÷èt/ .ÏΒ …ç푉ßϑtƒ ãóst7ø9$#uρ ÒΟ≈n=ø%r& >οtyfx© ÏΒ ÇÚö‘F{$# ’Îû $yϑ‾Ρr& öθs9uρ
Artinya :”Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(Q.S. Luqman
:27)
yang berasal dari air mani-mani laki-laki. Sebagaimana firman Allah SWT
∩⊆∉∪ 4o_ôϑè? #sŒÎ) >πxôÜœΡ ÏΒ ∩⊆∈∪ 4s\ΡW{$#uρ tx.©%!$# È÷y_÷ρ¨“9$# t,n=y{ …çµ‾Ρr&uρ
hujan dari langit. Dengan air itu bumi yang mati menjadi hidup, tumbuhlah
tanaman yang beraneka ragam, kurma, anggur dan segala jenis buah-buahan,
semua itu tumbuh dengan satu jenis air. Demikian juga pada saat Allah
∩∈⊆∪ #\ƒÏ‰s% y7•/u‘ tβ%x.uρ 3 #\ôγϹuρ $Y7|¡nΣ …ã&s#yèyfsù #Z|³o0 Ï!$yϑø9$# zÏΒ t,n=y{ “Ï%©!$# uθèδuρ
Artinya :’’Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan
manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu
Maha Kuasa”(Q.S. al-furqaan :54).
air, al-qur’an juga mempertegas bahwa segala sesuatu yang hidup tercipta
$oΨù=yèy_uρ ( $yϑßγ≈oΨø)tFxsù $Z)ø?u‘ $tFtΡ%Ÿ2 uÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ¨βr& (#ÿρãxx. tÏ%©!$# ttƒ óΟs9uρr&
Air yang kotor juga berarti air yang memiliki kandungan yang bercampur
Karena itu, dari ayat tersebut dapat diambil hikmah agar senantiasa
Pada penurunan autosomal suatu individu mewarisi satu gen dari tiap
sendiri.Pewarisan sifat atau karakteristik seseorang kita ketahui saat ini secara
kuantitatif separuh berasal dari ayah (sperma) dan separuhnya lagi berasal
dari ibunya (sel telur) (Muchtaromah, 2007: 48). Sebagaiman firman Allah
∩⊄∇∪ $|‹Éót/ Å7•Βé& ôMtΡ%x. $tΒuρ &öθy™ r&tøΒ$# Ï8θç/r& tβ%x. $tΒ tβρã≈yδ |M÷zé'‾≈tƒ
dosa, sebab ayah dan ibunya tidak mewariskan itu kepadanya, artinya bahwa
sifat dan karakter Maryam merupakan warisan dari ayah dan ibunya [49]: 28.
bukan pada manusia maupun hewan saja tetapi tumbuhan juga saling
47
Dzariyat : 49 .
yang tumbuh di atas bumi, sebagai hasil dari adanya air dan sinar matahari,
dan betina, yang berkembang biak melalui proses yang disebut pembuahan
silang.
50
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab pendahuluan dan kajian pustaka yang telah dipaparkan di atas, maka
selanjutnya akan di bahas tentang aplikasi diagonalisasi matriks untuk menyelidiki pewarisan
pada genotip generasi ke-n. pada pembahasan ini akan diterangkan bagaimana cara menentukan
kromosom dari orang tua yang di teruskan pada keturunan, yaitu perkawinan silang yakni
Ciri-ciri pewarisan yang akan di tinjau ditentukan atau di atur oleh dua kromosom
(pembawa sifat) yang akan di tandai huruf AABB dan aabb. pada pewarisan autosomal setiap
individu dalam populasi, masing-masing kelamin akan memiliki dua dari kromosom yang
berikutnya, yaitu pasangan-pasangan dari persilangan dua sifat beda akan ditandai dengan
AABB, AABb, AAbb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb dan aabb atau disebut genotip. Genotip
Misalnya dalam warisan autosomal, suami istri masing-masing normal tetapi keduanya
pembawa gen untuk albino. Maka perkawinan suami istri itu dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil persilangan dua sifat beda antara laki-laki dan perempuan pembawa
Gambar 2.2 Segresi pola pewarisan pada persilangan AABB x aabb dengan sel-sel
reproduksinya ( gamet ) pada margin dan anakan dibagian tengah
Dari tabel tersebut dapat di lihat bahwa 1/16 dari AABB, 1/8 dari AABb, 1/16
dari AAbb, 1/8 dari AaBB, 1/4 dari AaBb, 1/8 dari Aabb, 1/16 dari aaBB, 1/8 dari
aaBb dan 1/16 dari aabb. Maka dapat dinyatakan bahwab ”1/16” dari anak mereka
(AaBb) dan “1/16” lagi carier atau penderita penyakit (aabb). Hasil dari
9 : 3 : 3 : 1.
secara langsung dari probabilitas dari genotip yang mungkin pada keturunan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Aa
0 0 0 0 4 2 0 2 1 0 0 4 4 4 2 2 2 0 2 4 0 1 2 0 0 2 0 4 2 4 4 4 4 4 0 2 4 0 0 0 0 0 0 0
Bb 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Aa 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 4 0 4 2 0 0 4 2 0 2 1 0 0 0 0 0 8 4 0 8 2 0 4 2 0 0 0 0 0 0
bb 0 4
aa 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 0 0
B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 2 4 16 0 4 8 0 0 0 0 1 2 0 4 0 0
8
B
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
aa 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 4 2 8 8 4 4 4 0 2 4 0 0 2 1 2 2 0
Bb 8
1 1 1 1 1 1 1 1 1
aa 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 8 0 8 4 4 0 4 2 0 0 0 4 2 1
bb
51
orang tua yang di teruskan pada keturunannya. Matriks yang akan di bangun
memberikan genotip yang mungkin dari keturunan yang dinyatakan dalam genotip
induknya, sehingga akan diperoleh distribusi genotip dari satu populasi sampai
generasi-generasi selanjutnya.
sebagai berikut :
1. Membentuk persamaan linear dari tabel yang menjelaskan peluang dari masing-
matriks.
1. Pewarisan Autosomal
Untuk menghitung probabilitas gen yang dimiliki satu individu maka dapat
dibuat:
untuk n= 0,1,2,….
a n = fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AABB pada generasi ke-n
bn = fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AABb pada generasi ke-n
c n = fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AAbb pada generasi ke-n
d n = fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AaBB pada generasi ke-n
53
en = fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AaBb pada generasi ke-n
f n = fraksi dari probabilitas individu dengan genotip Aabb pada generasi ke-n
g n = fraksi dari probabilitas individu dengan genotip aaBB pada generasi ke-n
hn = fraksi dari probabilitas individu dengan genotip aaBb pada generasi ke-n
in = fraksi dari probabilitas individu dengan genotip aabb pada generasi ke-n.
a n + bn + c n + d n + en + f n + g n + hn + i n = 1 untuk n= 1,2,…
Dari tabel tersebut dapat ditentukan distribusi genotip setiap generasi dari
Aabb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb dan aabb yang di nyatakan dengan
ketiga persamaan itu berasal dari probabilitas genotip yang mungkin dimiliki oleh
1 1 1
a n = a n −1 + bn −1 + d n −1 + en−1
2 2 2
1 1
bn = bn −1 + c n −1 + f n −1
2 2
cn = 0
1 1
d n = d n −1 + en −1 + g n−1 + hn −1
4 2
1 1 1
en = en −1 + f n −1 + hn −1 + in −1
4 2 2
fn = 0
gn = 0
hn = 0
in = 0 n = 1,2,.......... (3.1)
seluruh keturunan dengan genotip AABB, AABb, AaBB dan AaBb akan
belas dari turunan dengan genotip Aabb, Aabb, aaBB dan aaBb akan mempunyai
genotip AABB.
X (n ) = AX (n −1) (3.2)
Dengan
a n a n −1
bn bn−1
1 1 1
1 0 0 0 0 0
c n c n−1
2
1
2 2
1
0 1 0 0 0 0 0
d n d n −1 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
X (n ) = e n , X (n −1) = en −1 dan 0 1 1 1
0
0 0
2 4
0 1
2
fn f n −1 A=
1 1 1
g g 0 0 0 0
4 2
0
2
1
n n −1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
hn hn−1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
i n in −1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
0 0 0 0 0 0 0
55
menjadi :
X (n ) = A 2 X ( n − 2 )
Proses tersebut dapat diulang untuk pangkat bilangan bulat yang lebih tinggi,
X (n ) = A n X ( n − n )
X (n ) = A n X 0 (3.3)
dengan mencari matriks P yang dapat dibalik dan matriks diagonal D sedemikian
sehingga :
A =PDP −1
diperoleh :
Dimana
n
λ1 0 K 0 λ1n 0 L 0
0
λ2 K 0 0 λ n
L 0
Dn = = 2
M M M M M M
0 0 K λk 0 0 L λnk
det (λI − A) = 0
1 1 1
1 2
0
2 2
0 0 0 0
λ1 0 0 0 0 0 0 00
0
1 1
1 0 0 0 0 0
0 λ2 0 0 0 0 0 0 0 2 2
0 0 λ3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0
1 1
0 1
1
0
0 0 0 λ4 0 0 0 0 0-
2 4 2
0 0 0 0 λ5 0 0 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 λ6 0 0 0 4 2 2
0 0 0 0 0 0 λ 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 λ8 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 λ9 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
λI − A = 0
1 1 1
λ1 − 1 − 0 − − 0 0 0 0
2 2 2
1 1
0 λ2 − −1 0 0 − 0 0 0
2 2
0 0 λ3 0 0 0 0 0 0
1 1 1
0 0 0 λ4 − − 0 −1 − 0
2 4 2 =0
1 1 1
0 0 0 0 λ5 − − 0 − −1
4 2 2
0 0 0 0 0 λ6 0 0 0
0 0 0 0 0 0 λ7 0 0
0 0 0 0 0 0 0 λ8 0
0 0 0 0 0 0 0 0 λ
1 1 1
λ1 = 1, λ 2 = , λ3 = 0, λ 4 = , λ5 = , λ6 = 0
2 2 4
λ7 = 0, λ8 = 0 dan λ9 = 0
57
Untuk λ1 = 1
(λI − A)X =0
1 1 1
0 − 2 0 −
2
−
2
0 0 0 0
x 0
1 1 1
0 0 0 0 − 0 0 0 x 2 0
2 2
0 0 1 0 0 0 0 0 0 x 3 0
0 0 0
1
−
1
0 −1 −
1
0 x 4 0
2 4 2
x5 = 0
− 1 x 0
3 1 1
0 0 0 0 − 0 −
4 2 2 6
0 0 0 0 0 1 0 0 0 x 7 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 x 8 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 x9 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1
sebagai berikut :
1 1 1
0 − 0 − − 0 0 0 0 0
2 2 2
1 1
0 0 0 0 − 0 0 0 0
2 2
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0
1
−
1
0 −1 −
1
0 0
2 4 2
3 1 1
0 0 0 0 − 0 − − 1 0
4 2 2
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
58
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
B1( − 2 ) 1 1
0 0 0 0 − 0 0 0 0
2 2
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1
0 0 0 − 0 −1 − 0 0
→ 2 4 2
0 3 1 1
0 0 0 − 0 − − 1 0
4 2 2
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1
− B1+ B 2
2 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1
0 0 0 − − − 0 0 0 0
2 2 2
0 0 1 0 0 0 00 0 0
1 1 1
0 0 0 − 0 −1 − 0 0
→ 2 4 2
0 3 1 1
0 0 0 − 0 − − 1 0
4 2 2
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
B 3( − 2 ) 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
1
B 4( −2) 0 0 0 1 0 2 1 0 0
2
4 2 2 4
→ B 5( ) 0 0 0 0 1 − 0 − − 0
3 3 3 3
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
59
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
1
0 0 0 1
2
0 2 1 0 0
2 2 4
→ B 6 + B 5 0 0 0 0 1 0 0 − − 0
3 3 3
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
1
− 2 B 7 + B 4 0 0 0 1
2
0 0 1 0 0
2 4
→ B8 + B5 0 0 0 0 1 0 0 0 − 0
3 3
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
1
0 0 0 1
2
0 0 1 0 0
4
→ B 9 + B 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
3
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
x 2 + x 4 + x5 =0
x3 =0
x 4 + x5 + x6 =0
1
x4 + x 5 + x8 = 0
2
x5 = 0
x6 = 0
x7 = 0
x8 = 0
x9 = 0
Maka x1 = s, dan x 2 = x3 = x 4 = x5 = x6 = x7 = x8 = x9 = 0
1
0
0
0
v1 = 0
0
0
0
0
1
Untuk λ 2 =
2
(λI − A)X =0
61
1 1 1 1
− 2 2
0 −
2
−
2
0 0 0 0
1
0 0 −1 0 0 − 0 0 0
2 x 1 0
0 0
1
0 0 0 0 0 0 x 2 0
2
1 1 x 0
0 0 0 0 − 0 −1 − 0 3
4 2 x 4 0
0 1 1 1
0 0 0 − 0 − − 1 x 5 = 0
4 2 2
1 x 6 0
0 0 0 0 0 0 0 0
x 0
2 7
0 1
0 0 0 0 0 0 0 8 0
x
2
1 x 9 0
0 0 0 0 0 0 0
2
0
1
0 0 0 0 0 0 0 0
2
1 1 1 1
− 2 2
0 −
2
−
2
0 0 0 0 0
1
0 0 − 1 0 0 − 0 0 0 0
2
0 0
1
0 0 0 0 0 0 0
2
1 1
0 0 0 0 − 0 − 1 − 0 0
4 2
0 1 1 1
0 0 0 − 0 − − 1 0
4 2 2
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
2
0 1
0 0 0 0 0 0 0 0
2
1
0 0 0 0 0 0 0
2
0 0
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
2
B1(−2) 1 − 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1
0 0 − 1 0 0 −
2
0 0 0 0
B3(2) 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
B4(−4) 0 0 0 0 1 0 4 2 0 0
→ B5(4) 0 0 0 0 1 −2 0 − 2 − 4 0
B6(2) 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
B7(2) 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
B8(2) 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
B(2) 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
62
1 − 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1
B 3 + B 2 0 0 0 0 0 − 0 0 0 0
2
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 4 2 0 0
→ B 4 − B 5 0 0 0 0 0 2 4 4 4 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 − 1 0 1 1 0 0 0 0 0
B 2(−2) 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 4 2 0 0
→ − 2 B 6 + B 5 0 0 0 0 0 0 4 4 4 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 − 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
− 4 B7 + B 4 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0
1
→ B5( ) 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0
4
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
63
1 − 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
− 2 B8 + B 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
→ 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
x1 − x 2 + x 4 + x5 = 0
x6 = 0
x3 = 0
x5 = 0
x7 = 0
x8 = 0
x9 = 0
Maka x1 = s − t , x 2 = s, x3 = 0, x 4 = t dan x 5 = x 6 = x7 = x8 = x9 = 0
1
Sehingga vektor eigen dari yang bersesuaian dengan λ 2 = adalah :
2
0
1
0
1
v 2 = 0
0
0
0
0
Untuk λ3 = 0
64
(λI − A)X =0
1 1 1
− 1 −
2
0 −
2
−
2
0 0 0 0
x 0
1 1 1
0 − −1 0 0 − 0 0 0 x 2 0
2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 x 3 0
0 0 0 −
1
−
1
0 −1 −
1
0 x 4 0
2 4 2
x5 = 0
− 1 x 0
1 1 1
0 0 0 0 − − 0 −
4 2 2 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 x 7 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 x8 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 x 9 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1
− 1 −
2
0 −
2
−
2
0 0 0 0 0
1 1
0 − −1 0 0 − 0 0 0 0
2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 −
1
−
1
0 −1 −
1
0 0
2 4 2
1 1 1
0 0 0 0 − − 0 − − 1 0
4 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1
B1(−1) 1 2
0
2 2
0 0 0 0 0
B2(−2) 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0
1 1 1
0 0 0 − − 0 −1 − 0 0
2 4 2
0 0 0 0 −
1
−
1
0 −
1
−1 0
→ 4 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
65
1 1 1 1
− B 2 + B1 1 0 −1 − 0 0 0 0
2 2 2 2
0 1 2 0 0 1 0 0 0 0
1
B3(−3) 0 0 0 1 0 2 1 0 0
2
B 4( − 4) 0 0 0 0 1 2 0 2 4 0
→ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1
− B3 + B1 1 0 −1 0 − 0 0 0 0
2 4 2
0 1 2 0 0 1 0 0 0 0
1
0 0 0 1 0 2 1 0 0
2
0 0 0 0 1 2 0 2 4 0
→ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1
1 0 −1 0 − 0 0 0 0
4 2
0 1 2 0 0 1 0 0 0 0
1
− B 4 + B 3 0 0 0 1 0 −1 2 0 −2 0
2
0 0 0 0 1 2 0 2 4 0
→ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1
x1 − x3 + x5 − x6 =0
4 2
x 2 + 2 x3 + x6 =0
x 4 − x 6 + 2 x 7 − 2 x9 =0
x5 + 2 x 6 + 2 x8 + 4 x9 = 0
1 1
x1 = x3 − x5 + x 6
4 2
x 2 = −2 x3 − x6
x 4 = x 6 − 2 x7 + 2 x9
x 5 = −2 x 6 − 2 x 8 − 4 x 9
ambil x3 = s, x6 = t , x7 = p, x8 = q, dan x9 = r
3
− 3
1
1
v3 = − 8
1
1
1
1
1
Untuk λ 4 = , λ4 = λ2
2
0
1
0
1
v 4 = 0
0
0
0
0
1
Untuk λ5 =
4
(λI − A)X =0
3 1 1 1
4 − 0 − − 0 0 0 0
2 2 2
1 1
0 − −1 0 0 − 0 0 0
4 2 x1 0
0 0
1
0 0 0 0 0 0
4 x 2 0
1 1 1 x 3 0
0 0 0 − − 0 −1 − 0
4 4 2 x 4 0
0 1 1 x 5 = 0
0 0 0 0 − 0 − −1
2 2
1 x 6 0
0 0 0 0 0 0 0 0 x 0
4 7
0 1 x8 0
0 0 0 0 0 0 0
4
1 x 9 0
0 0 0 0 0 0 0
4
0
1
0 0 0 0 0 0 0 0
4
68
3 1 1 1
4 − 0 − − 0 0 0 0 0
2 2 2
1 1
0 − −1 0 0 − 0 0 0 0
4 2
0 0
1
0 0 0 0 0 0 0
4
1 1 1
0 0 0 − − 0 −1 − 0 0
4 4 2
0 1 1
0 0 0 0 − 0 − −1 0
2 2
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
4
0 1
0 0 0 0 0 0 0 0
4
1
0 0 0 0 0 0 0
4
0 0
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
4
4 2 2 2
B1( ) 1 − 0 − − 0 0 0 0 0
3 3 3 3
B 2(−4) 0 1 4 0 0 2 0 0 0 0
B3(4) 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
B 4(−4) 0 0 0 1 1 0 4 2 0 0
→ B5(−2) 0 0 0 0 0 1 0 1 2 0
B 6( 4) 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
B 7 ( 4) 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
B8(4) 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
B9(4) 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
69
2 2 2
1 − 3 0 − 3 −
3
0 0 0 0 0
− 4 B3 + B 2 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
− 4 B 7 + B 4 0 0 0 1 1 0 0 2 0 0
→ 0 0 0 0 0 1 0 1 2 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
2 2 2
x1 − x 2 − x 4 − x5 = 0
3 3 3
x 2 + 2 x6 = 0
x3 = 0
x 4 + x 5 + 2 x8 = 0
x 6 + x8 + 2 x9 = 0
x6 = 0
x7 = 0
x8 = 0
x9 = 0
Ambil x5 = 5
Maka x1 = 0, x 2 = x3 = 0, x 4 = − s, x5 = s dan x6 = x7 = x8 = x9 = 0
Untuk λ6 = λ7 = λ8 = λ9 = 0, λ 6 = λ 7 = λ8 = λ 9 = λ 3
3
− 3
1
1
v 6 = v 7 = v 8 = v 9 = − 8
1
1
1
1
Akhirnya diperoleh :
λ1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 λ 0 0 0 0 0 0 0
2
0 0 λ3 0 0 0 0 0 0
0 0 0 λ4 0 0 0 0 0
D = 0 0 0 0 λ5 0 0 0 0
0 0 0 0 0 λ6 0 0 0
0 0 0 0 0 0 λ7 0 0
0 0 0 0 0 0 0 λ8 0
0 0 0 0 0 0 0 0 λ9
1 0 0 0 0 0 0 0 0
1
0 2
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
0 0 0 0 0 0 0 0
2
= 0 0 0 0
1
0 0 0 0
4
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
71
Dan
P = [v1 , v 2 , v3 , v 4 , v5 , v6 , v7 , v8 , v9 ]
1 − 2 3 − 2 0 3 3 3 3
0 1 − 3 1 0 − 3 − 3 − 3 − 3
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 1 1 1 −1 1 1 1 1
P = 0 0 −8 0 1 − 8 − 8 − 8 − 8
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1
[ P |I ]
− 3B3 + B11 − 2 0 −2 0 0 0 0 01 0 −3 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 00 1 3 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 1 1 10 0 1 0 0 0 0 0 0
B4 − B3 0 1 0 1 −1 0 0 0 00 0 −1 1 0 0 0 0 0
→ 0 0 0 0 1 0 0 0 00 0 8 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 1 1 10 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 1 1 1 10 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1 1 1 10 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 1 0 0 1 1 1 10 0 0 0 0 0 0 0 1
72
1 0 −3 0 0 0 0 0 01 −2 0 −2 0 6 6 6 6
0 1 3 0 0 0 0 0 00 1 0 1 0 − 6 − 6 − 6 − 6
0 0 1 0 0 0 0 0 00 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 −1 1 0 0 0 0 00 1 0 1 −1 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 00 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 00 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 1 0 00 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 00 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 1 0 0 1 1 1 1
3B3 + B1 1 0 0 0 0 0 0 0 01 −2 3 −2 0 3 3 3
3
− 3B3 + B 2 0 1 0 0 0 0 0 0 00 1 −3 1 0 − 3 − 3 − 3 − 3
0 0 1 0 0 0 0 0 00 0 1 0 0 1 1 1 1
B3 + B 4 0 0 0 1 0 0 0 0 00 1 1 1 −1 1 1 1 1
− 8B3 + B5 0 0 0 0 1 0 0 0 00 0 −8 0 1 − 8 − 8 − 8 − 8
0 0 0 0 0 1 0 0 00 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 1 0 00 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 00 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 1 0 0 1 1 1 1
sehingga diperoleh :
1 − 2 3 − 2 0 3 3 3 3
0 1 − 3 1 0 − 3 − 3 − 3 − 3
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 1 1 1 −1 1 1 1 1
P −1 = 0 0 − 8 0 1 − 8 − 8 − 8 − 8
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1
X ( n ) = A n X (0 )
= PD n P −1 X (0 )
1 0 0 0 0 0 0 0 0
an 1 − 2 3 − 2 0 3 3 3 3 1 n
b 0 1 − 3 1 0 − 3 − 3 − 3 − 3 0 0 0 0 0 0 0 0
n 2
cn 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
n
0 0 0 0 0 0 0 0
dn 0 1 1 1 −1 1 1 1 1 2
en = 0 0 − 8 0 1 − 8 − 8 − 8 − 8
n
1
0 0 0 0 0 0 0 0
fn 0 0 1 0 0 1 1 1 1 4
g 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0
hn 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
i 0 0 1 0 0 1 1 1 1
n 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 − 2 3 − 2 0 3 3 3 a0
3
0 1 − 3 1
0 − 3 − 3 − 3 − 3 b0
0 0 1 0 0 1 1 1 1 c0
0 1 1 1 −1 1 1 1 1 d0
0 0 − 8 0 1 − 8 − 8 − 8 − 8 e0
0 0 1 0 0 1 1 1 1 f0
0 0 1 0 0 1 1 1 1 g 0
0 0 1 0 0 1 1 1 1 h0
0 0 1 0
0 1 1 1 1 i0
1 (−1)n 0 (−1)
n
0 0 0 0 0
n n
an 1 1 1 − 2 3 − 2 0 3 3 3 3 a0
b 0 0 0 0 0 0 0
n 2 2 0
1 −3 1 0 −3 −3 −3 −3 b0
cn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 c0
n n n
0 1 1 1
dn 0 − 0 0 0 0 0 1 1 1 −1 1 1 1 1 d0
2 2 4
en = 0 n 0 0 −8 0 1 −8 −8 −8 1 e0
0 1
0 0 0 0 0 0 0 0
fn 4
0 1 0 0 1 1 1 1 f0
g 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 g0
n
hn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 h0
i 0 1 0 0 1 1 1 1 i0
n 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 − 2 + (−1)n + (−1)n 3 − 3(−1) − 2 + (−1) + (−1) 3 − 3(− 1) + (− 1) 3 − 3(− 1) + (− 1) 3 − 3(− 1) + (− 1) 3 − 3(− 1) + (− 1)
n n n n n n n n n n n
1
n n n n n n n n n n n n n n n a0
an 1 1 3 1 1 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1
b 0 + + + − − + − + − + − + b
n 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 c0
cn n n n n n n n n n n n n n n n n
0
1 1
3 1
1 1 3 1
1 1 3 1 3 1 3 1
+ + + + − − − +
+2 − + + 2n − + + 2n − + + 2 n d 0
n
d
n 2 n
en =
2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 e0
0 1
n
− 2n − 2n − 2n −2 n
f 0 − 2 n
0 f0
n 4
g 0
0 0 0 0 g
n 0 0 0 0
0 0 0 0 0
hn 0 0 0 0 0 h0
i 0 0 0 0 i
n 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 0
74
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (
a0 + − 2 + (− 1)n + (− 1)n b0 + 3 − 3(− 1)n + (− 1)n c0 + − 2 + (− 1)n + (− 1)n d 0 + e0 + 3 − 3(− 1)n + (− 1)n f 0 + 3 − 3(− 1)n + (− 1)n g 0 + 3 − 3(− 1)n + (− 1)n h0
) +
(
3 − 3(− 1) + (− 1) i0
n n
)
1 n 1 n n n
n n
n n
n n
n n
+ b0 + − 3 1 + 1 c0 + 1 + 1 d 0 − 1 e0 + − 3 1 + 1 f 0 + − 3 1 + 1 g 0 + − 3 1 + 1 h0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
an 1 n 1 n
b + − 3 + i0
n 2 2
cn 0
d n n
n n
n n
n n
n n
n n
n 1 + 1 b0 + − 3 1 + 1 + 2 n c0 + 1 + 1 d 0 + − 1 − 1 e0 + − 3 + 1 + 2 n f 0 + − 3 + 1 + 2 n g 0
en = 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2
f
n 3 n 1 n n n
g + − + + 2 n h0 + − 3 + 1 + 2 n i0
n 2 2 2 2
n
h n
i 1
n (− 2) c0 + e0 + (− 2)n f 0 + (− 2)n g 0 + (− 2)n h0 + (− 2 )n i0
n
4
0
0
0
0
75
76
Sehingga a 0 + b0 + c0 + d 0 + e0 + f 0 + g 0 + h0 + i0 = 1
(
an = a0 + b0 + c0 + d 0 + e0 + f 0 + g 0 + h0 + i0 + (− 1) + (− 1) bo + 3n + (− 1) c0
n n
) ( n
)
( ) ( ) ( ) (
+ (− 1) + (− 1) d 0 + 3n + (− 1) f 0 + 3n + (− 1) g 0 + 3n + (− 1) h0 + 3n + (− 1) i0
n n n n n
) ( n
)
1 1
n
n
n n
n n
n
bn = + b 0 + 3 1 + 1 c 0 + 1 + 1 d 0 − 1 e 0
2 2 2 2 2 2 2
1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n
+ − 3 + f 0 + − 3 + g 0 + − 3 + h 0 + − 3 + i 0
2 2 2 2 2 2 2 2
cn = 0
1 n 1 n n n
n
n n n
dn = + b 0 + 3 1 + 1 + 2 n c 0 + 1 + 1 d 0 + − 1 − 1 e 0 +
2 2 2 2 2 2 2 4
1 n 1 n n n
n n
− 3 + + 2 n f 0 + − 3 1 + 1 + 2 n g 0 + − 3 1 + 1 + 2 n h0 +
2 2 2 2 2 2
1 n 1 n
− 3 + + 2 n i 0
2 2
e n = (− 2 ) c 0 + (− 2 ) e 0 + (− 2 ) f 0 + (− 2 ) g 0 + (− 2 ) h 0 + (− 2 ) i 0
n n n n n n
fn = 0
gn = 0
hn = 0
in = 0 n = 1, 2 ,......... . (3 .5)
kesembilan genotip pada populasi generasi ke-n yang di tinjau dari fraksi-fraksi
n
1
genotip awal karna cenderung mendekati nol untuk n menuju tak hingga
2
n→∞ n→∞
) ( (
lim an = lim{a0 + b0 + c0 + d 0 + e0 + f 0 + g 0 + h0 + i0 + (−1) + (−1) bo + 3n + (−1) c0 )n n n
(
+ (−1)
n
+ (−1) )d + (3 + (−1) ) f + (3 + (−1) )g + (3 + (−1) )h + (3 + (−1) )i } = 1
n
0
n n
0
n n
0
n n
0
n n
0
77
n
1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1
limbn = lim + b0 + − 3 + c0 + + d 0 − e0 +
n→∞ 2
n→∞
2 2 2
2 2
2
1 n 1 n n n
n n
n n
− 3 + f 0 + − 3 1 + 1 g 0 + − 3 1 + 1 h0 + − 3 1 + 1 i0 = 0
2 2 2 2 2 2 2 2
limcn = lim{0} = 0
n→∞ n→∞
1 n 1 n 1 n 1 n n 1 n 1 n 1 1 n
limd n = lim + b0 + − 3 + + 2 c0 + + d 0 + − − e0
n→∞ 2
n→∞
2 2 2
2 2
2 4
1 n 1 n n n n
n n
− 3 + + 2 f 0 + − 3 1 + 1 + 2 n g 0 + − 3 1 + 1 + 2n h0
2 2 2 2 2 2
1 1 n n
− 3 + + 2 n i0 = 0
2 2
1
n
n
limen = lim(− 2) c0 + e0 + (− 2) f 0 + (− 2) g 0 + (− 2) h0 + (− 2) i0 = 0
n n n n
n→∞ n→∞
4
lim f n = lim{0} = 0
n→∞ n→∞
lim g n = lim{0} = 0
n→∞ n→∞
lim hn = lim{0} = 0
n→∞ n→∞
limin = lim{0} = 0
n→∞ n→∞
Sehingga diperoleh :
an →1
bn → 0
cn → 0
dn → 0
en → 0
fn → 0
gn → 0
hn → 0
in → 0
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk n mendekati takhingga, turunan pada
1
16
1
8
a 0 1
b 16
0 1
c 0
8
d 0 1
(0 )
X = e0 =
4
f0 1
g 8
0
h0 1
16
i 0
1
8
1
16
1 1 1
1 2
0
2 2
0 0 0 0
1 1
0 1 0 0 0 0 0
2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
dengan 0 0
1 1 1
0 0 0 1
2 4 2
A=
1 1 1
0 0 0 0 0 1
4 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
0 0 0 0 0 0 0
Selesaian:
Mula-mula akan dicari A n dengan matriks P, yang dapat dibalik dan matriks
diagonal D, yaitu
79
D = PAP −1
A n = PD n P −1
1 0 0 0 0 0 0 0 0
1 −2 3 −2 0 3 3 3 3 1
n
0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 −3 1 0 −3 −3 −3 − 3 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 1 1 1 n
1
−1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1
2
A = 0
n
0 −8 0 1 −8 −8 −8 − 8 1
n
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 1 1 1
4
0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 − 2 3 − 2 0 3 3 3 3
0 1 − 3 1 0 − 3 − 3 − 3 − 3
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 1 1 1 −1 1 1 1 1
0 0 − 8 0 1 − 8 − 8 − 8 − 8
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1
1 (−1)n 0 (−1) 0
n
0 0 0 0
n n
0 1 1 1 − 2 3 −2 0 3 3 3 3
0 0 0 0 0 0
2 2 0 1
− 3 1 0 − 3 − 3 − 3 − 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
n n n 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1
0 0 − 0 0 0 0 0 1 1 1 −1 1 1 1 1
2 2 4
An = 0 n 0 0 −8 0 1 −8 − 8 −8 1
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1
4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 − 2 + (−1)n + (−1)n 3 − 3(−1)
n
− 2 + (−1) + (−1)
n n
1
3 − 3(− 1) + (− 1) 3 − 3(− 1) + (− 1) 3 − 3(− 1) + (− 1) 3 − 3(− 1) + (− 1)
n n n n n n n n
n n n n n n n
0 1 1 3 1 1 1 1
+ + + − n
3 1
n n
3 1
n n
3 1
n n
3 1
n
2 2 2 2 2 2 2 − + − + − + − +
0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2
n n n n n n n n 0 0 0 0
0 1 1 3 1 1 1 1 1
+ + +2 + − − 3 n 1 n
n n n n n n n
3 1 3 1 3 1
2 2 2 2 2 2 2 4 − + + 2
n
− + + 2n − + + 2n − + + 2n
An = n 2 2 2 2 2 2 2 2
0 1
0 − 2n 0 − 2n − 2n − 2n − 2n
4
0 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 0
2 2 2 2 2 2 2 − + − + − + − +
n 2 2 2 2 2 2 2 2 b0
cn 0 n
0
n n
0
n n
0
n n
0
n 0 0 0 0 c0
1 1 3 1 1 1 1 1
d
n 0 + + + 2 n
+ − − n
1
3
n n
1
3
n n
1
3
n n
3 1
n
d
2 2 2 2 2 2 2 4 − + + 2
n
− + + 2n − + + 2n − + + 2n 0
en = n
2 2 2 2 2 2
2 2 e
0 1 0
0 − 2n 0 − 2n − 2n − 2n − 2n
n
f
4 f0
g 0 0 0 0 0 0 0 0 0 g
n
0 0 0 0 0
hn 0 0 0 0 0 h0
i 0 0 0 0 i
n 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 0
80
Dengan demikian maka X n dapat dihitung, yaitu :
X n = An X (0 )
1
1 − 2 + (− 1)n + (− 1)n 3 − 3(− 1)
n
− 2 + (− 1) + (− 1)
n n
1 16
n n n n n n n 1
an 1 1 3 1 1 1 1
+ + + − 3 − 3 (− 1) + (− 1) 3 − 3 (− 1) + (− 1) 3 − 3 (− 1) + (− 1) 3 − 3 (− 1) + (− 1)
n n n n n n n n
b 0
2 2 2 2 2 2 2 8
n
n n n n n n n n
3 1 3 1 3 1 3 1 1
cn 0 0 0 0 0 − + − + − + − +
n n n n n n n n
2 2 2 2 2 2 2 2 16
0 1 1 3 1 1 1 1 1 1
d n + +2
+ n
+ − − 0 0 0 0
2 2
2 2 2 2 2 4 n n n n n n n n
en = 3 1 3 1 3 1
3 1
− + + 2n 1
8
n − + + 2n − + + 2n − + + 2n
0 1 2 2 2 2 2 2 2 2
0 − 2n 0
fn 4 − 2n − 2n − 2n − 2n 4
g 0 0 0 0 0 1
n 0 0 0 0
hn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
i 1
n 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
8
1
16
81
82
Sehingga diperoleh :
n n n n
1 3 1 3
a n = 1 − 6 + 2 − 3 + 3
8 8 16 16
n n n n n
1 3 1 1 3
bn = 6 − 3 + 3 − − 2
16 32 32 8 16
cn = 0
n n n n n n
1 3 1 1 3 1
d n = 7 − 3 + 3 + 2 − 2 + 2
16 32 32 8 16 4
n n n
1 1 1
e n = −3 + − 2
8 16 4
fn = 0
gn = 0
hn = 0
in = 0
1 3
n n
1 3
n n
Lim a n = Lim 1 − 6 + 2 − 3 + 3 =1
n→∞ 8 8 16 16
n→ ∞
1 n 1
n
1
n
1
n
3
n
Lim b n = Lim 6 − 3 + 3 − − 2 = 0
n→∞ n→∞
16 32 32 8 16
Lim c n = Lim {0}= 0
n→∞ n→∞
1 n
3
n
1 1
n
3 1
n n n
Lim d n = Lim 7 − 3 + 3 + 2 − 2 + 2 =0
n→ ∞ n→ ∞
16 32 32 8 16 4
1 n 1 n 1
n
Lim e n = Lim − 3 + − 2 = 0
n→ ∞ n→ ∞
8 16 4
Lim f n = Lim {0} = 0
n→ ∞ n→ ∞
dan i n = 0
Jadi pemberian distribusi permulaan tidak dipengaruhi nilai limit, oleh karena itu
untuk n menuju tak berhingga tidak ada lagi penderita penyakit dan pembawa
penyakit dalam populasi tersebut, atau dengan kata lain semua keturunannya
n an bn cn dn en fn gn hn in
3 5 3 1
1 3 4 0 9 5 0 0 0 0
8 16 16 16
1 71 5 11
2 3 4 0 9 5 0 0 0 0
8 16 128 256
33 149 171 55
3 3
682
4
16384
0 9
16384
5
4096
0 0 0 0
generasi terdahulu.
Suatu sifat keturunan yang di tentukan oleh sebuah gen resesif pada
autosomal baru akan tampak bila suatu individu menerima gen itu dari kedua
orang tuanya. Biasanya kedua orang tua itu nampak normal, meskipun sebenarnya
mereka. Dengan cara ini , semua anak masa depan akan mempunyai orang tua
masa depan yang akan menderita penyakit tersebut. Walaupun didalam generasi
an
b
X = n
n
untuk n = 1,2,.........
cn
d n
dengan
Oleh karena tiap turunan mempunyai sedikit-dikitnya satu orang tua normal, maka
di tinjau dari program perjodohan yang kontrol itu sebagai sebuah program
85
X (n ) = A ( n ) X (0 ) untuk n = 1,2,......
an a0
b b
Dengan X =
n n
, X = 0
(0 )
cn c0
d n d 0
Tabel 5. Peluang genotip dari perkawinan dua sifat beda (dihibrid) antar laki-laki
Maka matriksnya
1 1 1
1 2 2 2
1
0 0 0
A= 2
0 0
1 1
2 4
1
0 0 0
4
86
1 1 1
1 2 2 2
λ1 0 0 0
1
0 λ2 0 0 0 0 0
(λI − A) = − 2
0 0 λ3 0 0 0
1 1
0 0 0 λ4 2 4
1
0 0 0
4
1 1 1
λ1 − 1 − 2 −
2
−
2
1
0 λ2 − 0 0
det (λI − A) = 2
0 0 λ3 −
1
−
1
2 4
1
0 0 0 λ4 −
4
1 1 1
= (λ1 − 1) λ 2 − λ3 − λ 4 −
2 2 4
1 1 1
λ1 = 1, λ 2 = , λ3 = , λ 4 =
2 2 4
Untuk λ1 = 1
(λI − A)X =0
87
1 1 1
0 − 2 −
2
−
2 x
1 1 0
0 0 0 x 0
2 2=
0 0 1 1 x 3 0
−
2 4 x 0
3 4
0 0 0
4
1 1 1
0 − 2 −
2
−
2
0
1
0 0 0 0
2
0 0 1
−
1
0
2 4
3
0 0 0 0
4
1 1 1 1
B 2 + B1 0
0 − 2 − 2 − 2 0 2
1 1 1 0
B 2( 2) 0 1 0 0 0
→ B3(2) 0 1 0 0 0 →
1 1 0 1 0 0
4 0 0 1 − 0 B 4 + B3 0
B 4( ) 2 2 0 0 0 1 0
3 0 0 0 1 0
maka sistem persamaan yang bersesuaian adalah :
x 2 + x3 + x 4 = 0
x2 = 0
x3 = 0
x4 = 0
Maka x1 = s, x 2 = 0, x3 = 0 dan x 4 = 0
1
0
v1 =
0
0
1
Untuk λ 2 =
2
(λI − A)X =0
1 1 1 1
− 2 −
2
−
2
−
2 x1 0
0 0 0 0 x 0
1 2 =
0 0 0 − x 3 0
4
0 0 0
1 x 4 0
4
1 1 1 1
− 2 −
2
−
2
−
2
0
B1(−2) 1 1 1 1 0
0 0
0 0 0 0
→ 0 0 0 0
1
0 0 0 − 0 B3(−4) 0 0 0 1 0
4
0 0 0
1
0
B 4( 4) 0 0 0 1 0
4
x1 + x 2 + x3 + x 4 = 0
x4 = 0
Maka x1 = − s − t , x 2 = s, x3 = t dan x 4 = 0
− 2
1
v2 =
1
0
1
Untuk λ3 = , λ3 = λ 2
2
− 2
1
v3 =
1
0
1
Untuk λ 4 =
4
(λI − A)X =0
3 1 1 1
4 − − −
2 2 2 x1 0
1
0 − 0 0 x 2 0
4 x = 0
0 0 −
1
− x 0
1 3
4 4 4
0 0 0 0
3 1 1 1
4 − − − 0 4 2 2 2
2 2 2 B1( ) 1 − − − 0
1 3 3 3 3
0 − 0 0 0 B 2(−4) 0 1 0 0 0
4 →
0 − 0 0 0
0
1 1 B 3( 4 ) 1 1
0 − − 0 0
4 4
0 0 0
0 0 0 0
0
90
2 2 2 2
B 2 + B1 1 0 − − 0 B3 + B1 1 0 0 0 0
3 3 3 3 0 1 0 0 0
0 1 0 0 0 →
→ 0 0 1 1 0
0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
x1 = 0
x2 = 0
x3 + x 4 = 0
Maka x1 = 0, x 2 = 0, x3 = − s dan x 4 = s
0
0
v4 =
− 1
1
Akhirnya diperoleh:
1 0 0 0
λ1 0 0 0 0 1
0 0
0
λ2 0 0 2
D= = 1
0 0 λ3 0 0 0 0
2
0 0 0 λ4 1
0 0 0
4
P = [v1 , v 2 , v3 , v 4 ]
91
1 − 2 − 2 0
0 1 1 0
P=
0 1 1 − 1
0 0 0 1
1 − 2 − 2 0 1 0 0 0 2 B 2 + B1 1 0 0 0 1 2 0 0
0 1 1 0 0 1 0 0
→ 0 1 1 0 0 1 0 0
0 1 1 −1 0 0 1 0 0 1 1 −1 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
− 2 B 2 + B1 1 0 0 01 −2 −2 0
→ 0 1 0 00 1 1 0
0 0 1 00 1 1 − 1
0 0 0 10 0 0 1
1 − 2 − 2 0
0 1 1 0
Sehingga diperoleh P =
1
0 1 1 − 1
0 0 0 1
1 0 0 0
1 n
a n 1 − 2 − 2 0 0 0 0 1 − 2 − 2 0 a 0
b 0 2
n= 1 1 0 0 1 1 0 b0
1
n
cn 0 1 1 − 1 0 0 0 0 1 1 − 1 c0
2
0 0
d n 0 0 0 1
0
1 0 1 d 0
0 0
4
X n = A n X (0 )
= PD n P −1 X (0 )
1 (− 1)n (− 1)n 0
n n
n 0 1 1
a 0 1 − 2 − 2 0 a 0
b 2 2
0 b0
n= n n n 0 1 1
c n 0 1 1 1
− 0 1 1 − 1 c0
2 2 4
d n n 0 0 0 1 d 0
0 1
0 0
4
1 − 2 + (− 1) + (− 1) − 2 + (− 1) + (− 1)
n n n n
0
n n n n n
a n 0 1 1 1 1 1 a0
+ + −
b 2 2 2 2 2 b
n= 1
n
1
n
1
n
1
n
1
n
1
n 0
c n 0 n+ + − − c0
2 2 2 2 2 4
d n n d 0
0 1
0 0
4
( ) (
a 0 + − 2 + (− 1)n + (− 1)n b 0 + − 2 + (− 1)n + (− 1)n c 0
)
1 1
n n n n
1 1 1
a n 2 + 2 b 0 + 2 + 2 c 0 − 2 d 0
b
n = n n
n n
n n
c n 1 + 1 b + 1 + 1 c − − 1 − 1 d
2 2
0
2 2
0
2 4
0
d
n
1
n
d0
4
93
( ) n 1
( )
a0 + b0 + c0 + (− 1) + (− 1) b0 − 2 + (− 1) + (− 1) c0 − 2
n n n 1
a n 1 + 1 b + 1 + 1 c − 1 d
n n n n n
b 2 2 0 2 2 0 2 0
n=
cn 1 n n
n n
n n
+ b0 + + c0 − − − d 0
1 1 1 1 1
d n 2 2 2 2
2 4
1
d 0
4
1 n 1 n 1 n 1 n
a 0 + b0 + c0 + + b0 + + c0
2 2 2 2
a n 1 1 1 n 1 n
n n n
1
b + b0 + + c0 − d 0
n = 2 2 2 2 2
cn
1 + 1 b + 1 + 1 c − − 1 − 1 d
n n n n n n
d n 2 2 0 2 2 0 2 4 0
1
d 0
4
1 n 1 n 1 n 1 n
a n = a 0 + b0 + c0 + + b0 + + c0
2 2 2 2
1 1
n n
1 1
n n
1
bn = + b0 + + c0 − d 0
2 2 2 2 2
1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n
c n = + b0 + + c0 + + d 0
2 2 2 2 2 4
n
1
dn = d0 n = 1,2,........ (3.6)
4
untuk n menuju tak hingga n → ∞ , maka limit dari persamaan (3.6) adalah :
94
1 n 1 n 1 n 1 n
lim a n = lim 1 + + b0 + + c0 = 1
n →∞ n →∞
2 2 2 2
1 n 1 n 1 n 1 n 1
n
lim bn = lim + b0 + + c0 − d 0 = 0
n →∞ 2
n →∞
2 2 2
2
1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n
lim c n = lim + b0 + + c0 + + d 0 = 0
n →∞ 2
n →∞
2 2 2
2 4
1 n
lim d n = lim d 0 = 0
n →∞ n→ ∞
4
Sehingga diperoleh
an →1
bn → 0
cn → 0
dn → 0
Tabel 6. Peluang genotip dari perkawinan dua sifat beda (dihibrid) antar laki-laki
Maka matriksnya
95
1 1 1
1 2 2 4
1 1
0 0
A= 2 4
0 0
1 1
2 4
1
0 0 0
4
1 1 1
1 2 2 4
λ1 0 0 0
1 1
0 λ2 0 0 0 0
λI − A = − 2 4
0 0 λ3 0 0 0
1 1
0 0 0 λ4 2 4
1
0 0 0
4
1 1 1
λ1 − 1 − 2 −
2
−
4
1 1
0 λ2 − 0 −
det (λI − A) = 2 4
0 0 λ3 −
1
−
1
2 4
1
0 0 0 λ4 −
4
1 1 1
= (λ1 − 1) λ 2 − λ3 − λ 4 −
2 2 4
1 1 1
λ1 = 1, λ 2 = , λ3 = , λ 4 =
2 2 4
Untuk λ1 = 1
(λI − A)X =0
96
1 1 1
0 − 2 −
2
−
4 x
1 1
0
1
0 0 − x 0
2 4 2 =
0 0 1 1 x 3 0
−
2 4 x 0
3 4
0 0 0
4
1 1 1
0 − 2 −
2
−
4
0
1 1
0 0 − 0
2 4
0 0 1
−
1
0
2 4
3
0 0 0 0
4
1 1 1 1
B 2 + B1 0
0 − 2 − 2 − 2 0 2
1 1 1 0
B 2( 2) 0 1 0 0 0
→ B3(2) 0 1 0 0 0 →
1 1 0 1 0 0
4 0 0 1 − 0 B 4 + B3 0
B 4( ) 2 2 0 0 0 1 0
3 0 0 0 1 0
maka sistem persamaan yang bersesuaian adalah :
x 2 + x3 + x 4 = 0
x2 = 0
x3 = 0
x4 = 0
Maka x1 = s, x 2 = 0, x3 = 0 dan x 4 = 0
1
0
v1 =
0
0
1
Untuk λ 2 =
2
(λI − A)X =0
1 1 1 1
− 2 −
2
−
2
−
4 x
1 1
0
0 0 0 − x 0
4 2 =
0 1 x 3 0
0 0 −
4 x 0
1 4
0 0 0
4
1 1 1 1
− 2 − − − 0
2 2 4
B1(−2) 1 1 1
1
0
0
1
0 0 − 0 0
2
4 → 0 0 0 0
0 0 0 −
1
0 B3(−4) 0 0 0 1 0
4
B 4( 4) 0 0 0 1 0
1
0 0 0 0
4
1
x1 + x 2 + x3 + x4 = 0
2
x4 = 0
Maka x1 = − s − t , x 2 = s, x3 = t dan x 4 = 0
98
− 2
1
v2 =
1
0
1
Untuk λ3 = , λ3 = λ 2
2
− 2
1
v3 =
1
0
1
Untuk λ 4 =
4
(λI − A)X =0
3 1 1 1
4 − − −
2 2 4 x1 0
1 1
0 − 0 − x 2 0
4 4 =
0 1 1 x 3 0
0 − −
4 4 x 4 0
0 0 0 0
3 1 1 1
4 − − − 0 4 2 2 1
2 2 4 B1( ) 1 − − − 0
1 1 3 3 3 3
0 − 0 − 0 B 2( − 4) 0 1 0 1 0
4 4 →
0 1 1 B3(−4) 0 0 1 1 0
0 − − 0 0 0
4 4
0 0 0
0 0 0 0 0
99
2 2 1 2
B 2 + B1 1 0 − − 0 B3 + B1 1 0 0 1 0
3 3 3 3 0 1 0 1 0
0 1 0 0 0 →
→ 0 0 1 1 0
0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
x1 + x 4 = 0
x2 + x4 = 0
x3 + x 4 = 0
Maka x1 = − s, x 2 = − s, x3 = − s dan x 4 = s
− 1
− 1
v4 =
− 1
1
Akhirnya diperoleh:
1 0 0 0
λ1 0 0 0 0 1
0 0
0
λ2 0 0 2
D= = 1
0 0 λ3 0 0 0 0
2
0 0 0 λ4 1
0 0 0
4
P = [v1 , v 2 , v3 , v 4 ]
100
1 − 2 − 2 − 1
0 1 1 − 1
P=
0 1 1 − 1
0 0 0 1
1 − 2 − 2 − 1 1 0 0 0 2 B 2 + B1 1 0 0 −1 1 2 0 0
0 1 1 −1 0 1 0 0 0 1 1 −1 0 1 0 0
→
0 1 1 −1 0 0 1 0 0 1 1 −1 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
− 2 B 2 + B1 1 0 0 01 −2 −2 1
0 1 0 00 1 1 − 1
→
0 0 1 00 1 1 − 1
0 0 0 10 0 0 1
1 − 2 − 2 1
0 1 1 − 1
Sehingga diperoleh P =
1
0 1 1 − 1
0 0 0 1
X n = A n X (0 )
= PD n P −1 X (0 )
1 (− 1)n (− 1)n 0
n n
a n 0 1 1
0 1 − 2 − 2 1 a 0
b 2 2
1 − 1 b0
n= n n n 0 1
c n 0 1 1 1
− 0 1 1 − 1 c0
2 2 4
d n n 0 0 0 1 d 0
0
1
0 0
4
101
a n + bn + c n + d n = 1
1 n 1 n 1 n 1 n
a n = a 0 + b0 + c0 + d 0 + + b0 + + c0
2 2 2 2
1 1
n n
1 1
n n
1
bn = + b0 + + c0 − d 0
2 2 2 2 2
1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n
c n = + b0 + + c0 + + d 0
2 2 2 2 2 4
n
1
dn = d0 n = 1,2,........ (3.7)
4
untuk n menuju tak hingga n → ∞ , maka limit dari persamaan (3.7) adalah :
1 n 1 n 1 n 1 n
lim a n = lim 1 + + b0 + + c0 = 1
n →∞ n →∞
2 2 2 2
1 n 1 n 1 n 1 n 1
n
lim bn = lim + b0 + + c0 − d 0 = 0
n →∞ 2
n →∞
2 2 2
2
1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n
lim c n = lim + b0 + + c0 + + d 0 = 0
n →∞ 2
n →∞
2 2 2
2 4
1 n
lim d n = lim d 0 = 0
n →∞ n→ ∞
4
Sehingga diperoleh
an →1
bn → 0
cn → 0
dn → 0
102
tak hingga tidak ada lagi pembawa penyakit dalam populasi tersebut bergenotip
(AABB).
Berdasarkan uraian di atas, maka genotip pada penyakit yang terpendam pada
1
16
1
8
penyakit terpendam pada keturunan autosomal yaitu : X (0 ) = . Hitunglah
1
8
1
4
Selesaian :
1 n 1 n 1 n 1 n
a n = 1 + + b0 + + c 0
2 2 2 2
1 n 1 n 1 n 1 n 1
n
b n = + b0 + + c 0 − d 0
2 2 2 2 2
1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n
c n = + b0 + + c 0 + + d 0
2 2 2 2 2 4
n
1
dn = d0 n = 1, 2,......
4
103
1
16
1
8
Dan oleh karena itu X (0 ) = , maka
1
8
1
4
n +3
1
a n =1 + 4
2
n +3 n+2
1 1
bn = 4 −
2 2
n+3 n+2 n +1
1 1 1
c n = 4 + +
2 2 4
n +1
1
dn =
4
n +3
1
Lim a n = Lim 1 + 4 = 1
n→∞ 2
n→ ∞
1 n +3 1 n + 2
Lim bn = Lim 4 = 0
n→∞
n→∞
2 2
1 n + 3 1 n + 2 1 n+1
Lim c n = Lim 4 + + = 0
n →∞
n →∞
2 2 4
1 n +1
Lim d n = Lim = 0
n →∞ 4
n →∞
Sehingga diperoleh
104
an → 1
bn → 0
cn → 0
dn → 0
Jadi pemberian distribusi tidak mempengaruh nilai limit, maka untuk n menuju
tak hingga tidak ada lagi pembawa penyakit dalam populasi tersebut (genotip
AABB).
modern berkembang bahwa penentu jenis kelamin bayi adalah spermatozoa yang
berasal dari air mani-mani laki-laki. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
An-Najm : 45-46.
∩⊆∉∪ 4o_ôϑè? #sŒÎ) >πxôÜœΡ ÏΒ ∩⊆∈∪ 4s\ΡW{$#uρ tx.©%!$# È÷y_÷ρ¨“9$# t,n=y{ …çµ‾Ρr&uρ
Pada penurunan autosomal suatu individu mewarisi satu gen dari tiap
sifat atau karakteristik seseorang kita ketahui saat ini secara kuantitatif separuh
berasal dari ayah (sperma) dan separuhnya lagi berasal dari ibunya (sel
∩⊄∇∪ $|‹Éót/ Å7•Βé& ôMtΡ%x. $tΒuρ &öθy™ r&tøΒ$# Ï8θç/r& tβ%x. $tΒ tβρã≈yδ |M÷zé'‾≈tƒ
Artinya :”Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang
yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina"(Q.S.
Maryam : 28).
Pada ayat diatas menyebutkan bahwa Maryam tidak akan melakukan kesalahan,
sebab ayah dan ibunya tidak mewariskan itu kepadanya, artinya bahwa sifat dan
karakter Maryam merupakan warisan dari ayah dan ibunya [49]: 28.
adalah sejajar dengan ayat yang menyebutkan bahwa segala sesuatu yang ada di
dunia ini diciptakan oleh Allah SWT. sesuai dengan kadar dan ukurannya dan
’Îû Ô7ƒÎŸ° …ã&©! ä3tƒ öΝs9uρ #Y‰s9uρ õ‹Ï‚−Gtƒ óΟs9uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# à7ù=ãΒ …çµs9 “Ï%©!$#
Artinya: ”Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya),
dan dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya” (Q.S. Al-Furqaan:2).
sesuatu yang sulit untuk dikerjakan. Jadi Allah tidak akan menyulitkan hambanya.
…çµtGyϑ÷èÏΡ §ΝÏGãŠÏ9uρ öΝä.tÎdγsÜãŠÏ9 ߉ƒÌムÅ3≈s9uρ 8ltym ôÏiΒ Νà6ø‹n=tæ Ÿ≅yèôfuŠÏ9 ª!$# ߉ƒÌム$tΒ 4
dikaitkan dengan agama islam, hal ini dapat direlevansikan dengan Al Qur’an
Sebagai akhir dari analisis tentang relevansi antara konsep salah satu
matriks pada masalah genetika dengan kajian agama Islam, yang sekaligus
107
merupakan hal yang utama yang dapat dijadikan sebagi refleksi dari semuanya.
matematika yang dapat direlevansikan dalam agama Islam sesuai dengan konsep-
konsep yang ada dalam Al-Qur’an, maka akan dapat menambah keyakinan diri
akan kebesaran Allah SWT selaku sang pencipta yang serba Maha, salah satunya
adalah Maha Matematisi. Karena Dialah sang raja yang sangat cepat dan teliti
dalam semua masalah perhitungan (Abdusysyakir, 2007: 83). Hal ini sesuai dalam
Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa Allah yang dilukiskan sebagai
Ahshaahum atau dalam istilah hadits Asma’ al-Husna adalah al-Muhshi, dipahami
oleh banyak ulama sebagai “Dia yang mengetahui kadar setiap peristiwa dan
rinciannya, baik yang dapat dijangkau oleh manusia maupun yang tidak. Seperti
hembusan nafas, rincian perolehan rezeki dan kadarnya untuk masa kini dan
mendatang”. Alhasil, Allah adalah Dia yang mengetahui dengan amat teliti rincian
108
segala sesuatu dari segi jumlah dan kadarnya, panjang, dan lebarnya, jauh dan
dekatnya, tempat dan waktunya, kadar cahaya dan gelapnya, sedang atau ketika
perhitungan meskipun pada dzat yang terkecil yang tak akan dapat dihitung
dengan kasat mata manusia. Sekalipun menggunakan alat yang canggihpun, tidak
akan ada yang dapat menyaingi Allah SWT. Sehingga hal ini dapat menambah
ketaqwaan kita kepada Allah SWT sang Kholiq yang Maha cepat dalam
yang ada dalam Al-Qur’an juga dapat menambah keyakinan bahwa meskipun
matematika pada dasarnya tergolong dalam ilmu umum, tetapi sebenarnya telah
banyak dibahas dalam Al-Qur’an. Hal ini terbukti, bahwa di dalam Al-Qur’an
disiplin ilmu matematika tak hanya membahas masalah perhitungan angka saja,
dalam Al-Qur’an.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
notasi matriks.
109
110
AaBb, Aabb, aaBB, aaBb dan aabb pada populasi generasi ke-n. Akan
X ( n ) = A n X (0 )
= PD n P −1 X (0 )
B. Saran
penyelesaiannya, dapat juga digunakan metode lain untuk perkawinan dengan tiga
atau empat sifat beda dengan perkawinan acak. Karena dalam perkawinan secara
digunakan dengan metode lain. Dengan demikian pembahasan seperti ini bisa
Anton, H dan Rorres, C. 2005. Aljabar Linear Elementer Versi Aplikasi Edisi
Kedelapan/ Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Anton, H dan Rorres, C. 2004. Aljabar Linear Elementer Versi Aplikasi Edisi
Kedelapan/ Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Anton, Howard.1997. Aljabar Linear Elementer Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Anton, H dan Rorres, C. 1988. Penerapan Aljabar Linier.Terjemahan: Pantura
Silaban. Jakarta : Erlangga.
Assauri, Sofyan. 1983. Aljabar Linear Dasar Ekonometri Edisi Kedua. Jakarta:
Rajawali.
Cullen, C, G. 1993. Aljabar Linear dengan Penerapannya. Terjemahan :
Bambang Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gere, J,M dan Weaver, W, Jr. 1987. Aljabar Matriks Untuk Para Insinyur.
Terjemahan :G. Tejosutikno. Jakarta: Erlangga.
Jauhari, Syekh Thantawi. 1984. Al-qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern.
Surabaya: Al-ikhlas.
Leon, Steven J. 2001. Aljabar Linear dan Aplikasinya. Jakarta: Erlangga.
Lipschutz, S dan Lipso, M, L. 2004. Schaum’s Oulines Teori dan Soal Aljabar
Linear Edisi Ketiga. Terjemahan : Refina Indriasari. Jakarta: Erlangga.
Mardalis. 1989. Metode penelitian Suatu pendekatan Proposal. Jakarta: bumi
Aksara.
Muchtaromah, Bayyinatul. 2007. Siapakah Penentu Jenis Kelamin Bayi Studi
Genetika Modern dalam AlQur’an. Malang: UIN Malang Press.
Naik, Zakir. 2005. Jelajah Alam Bersama Al-qur’an. Solo: Pustaka Arafah