Anda di halaman 1dari 81

HOMOMORFISMA GRUP PADA MATRIKS YANG MEMPUNYAI

BALIKAN

SKRIPSI

OLEH
IKA ROHMAWATI
NIM. 09610105

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
HOMOMORFISMA GRUP PADA MATRIKS YANG MEMPUNYAI
BALIKAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh
Ika Rohmawati
NIM. 09610105

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
HOMOMORFISMA GRUP PADA MATRIKS YANG MEMPUNYAI
BALIKAN

SKRIPSI

Oleh
Ika Rohmawati
NIM. 09610105

Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diuji


Tanggal 23 Desember 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Turmudi, M.Si Dr. Abdussakir, M.Pd


NIP. 19571005 198203 1 006 NIP. 1975006 200312 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika

Dr. Abdussakir, M.Pd


NIP. 19751006 200312 1 001
HOMOMORFISMA GRUP PADA MATRIKS YANG MEMPUNYAI
BALIKAN

SKRIPSI

Oleh
Ika Rohmawati
NIM. 09610105

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi


dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Tanggal 07 Januari 2015

Penguji Utama : H. Wahyu H. Irawan, M.Pd ......................................

Ketua Penguji : Abdul Aziz, M.Si ......................................

Sekretaris Penguji : Drs. H. Turmudi, M.Si ......................................

Anggota Penguji : Dr. Abdussakir, M.Pd ......................................

Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika

Dr. Abdussakir, M.Pd


NIP. 19751006 200312 1 001
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ika Rohmawati


NIM : 09610105
Jurusan : Matematika
Fakultas : Sains dan Teknologi
Judul Skripsi : Homomorfisma Grup pada Matriks yang Mempunyai
Kebalikan

menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan data, tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri, kecuali dengan mencantumkan sumber cuplikan pada daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 12 Januari 2014


Yang membuat pernyataan,

Ika Rohmawati
NIM. 09610105
MOTO

      


“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji “dzarrah” niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya” (Q.S. Al-Zalzalah : 7)”
PERSEMBAHAN

   

   

Dengan iringan do’a serta rasa syukur yang tidak terbatas, karya ini penulis
persembahkan kepada:

Ibunda (Toyibatun) dan Ayahanda (Rolis Wijaya) yang senantiasa dengan ikhlas
mendoakan, memberikan dukungan, motivasi, dan restunya kepada penulis dalam
menuntut ilmu, serta selalu memberikan teladan yang baik bagi penulis.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah Swt. Atas rahmat, taufik serta hidayah-Nya,

sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang matematika di Fakultas

Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan

dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya dan penghargaan yang setinggi-setingginya penulis sampaikan terutama

kepada:

1. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, selaku rektor Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

2. Dr. drh. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Dr. Abdussakir, M.Pd, selaku ketua Jurusan Matematika Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan

dosen pembimbing agama.

4. Drs. H. Turmudi, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan, nasihat, motivasi, dan berbagai pengalaman yang

berharga kepada penulis.

5. Segenap sivitas akademika Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

terutama seluruh dosen, terima kasih atas segala ilmu dan bimbingannya.

viii
6. Ayah dan ibu yang selalu memberikan doa, semangat, seta motivasi kepada

penulis sampai saat ini.

7. Seluruh teman-teman di Jurusan Matematika angkatan 2009, terutama

Rohatul Wardah, Amanatul Husnia, Sukris Tri Handayani, Rita Anis Zulfia,

Faza Trinawati, Luvi Dika Widyawati, dan Lina Putri yang berjuang

bersama-sama untuk meraih mimpi, terimakasih atas kenangan-kenangan

indah yang dirajut bersama dalam menggapai impian.

8. Semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik moril

maupun materil.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan

pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, 12 Januari 2015

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
ABSTRAK ..... ............................................................................................... xii
ABSTRACT ..... ............................................................................................. xiii
‫ ملخص‬............................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 4
1.5 Metode Penelitian ................................................................... 5
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Grup ....................................................................................... 7
2.1.1 Definisi Grup ................................................................. 8
2.1.2 Sifat – sifat Grup ........................................................... 9
2.2 Homomorfisma ....................................................................... 14
2.3.1 Definisi Homomorfisma ................................................ 14
2.3.2 Sifat-sifat Homomorfisama ........................................... 15
2.4 Matriks ..................................................................................... 17
2.4.1 Definisi Matriks ............................................................. 17
2.4.2 Macam-macam Matriks ................................................. 18
2.4.3 Operasi pada Matriks ..................................................... 20
2.4.4 Invers Matriks ................................................................ 22
2.5 Kajian Islam Mengenai Grup ................................................. 27

x
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Grup matriks GLn  R  ........................................................... 29
3.1.1 Definisi Grup Matriks GLn  R  .................................... 29
3.1.2 Matriks GLn  R  terhadap operasi + adalah grup ......... 30
3.1.3 Matriks GLn  R  terhadap operasi  adalah grup ......... 34
3.1.4 Sifat-sifat Grup Matriks GLn  R  .................................. 40
3.2 Homomorfisma Grup GLn  R  ................................................ 51
3.2.1 Homomorfisma Grup GLn  R  yang didefinisikan
 ( An )  det An ................................................................ 51
3.2.2 Homomorfisma Grup GLn  R  yang didefinisikan
 ( An )  trAn ................................................................... 55
3.2.3 Sifat-sifat Homomorfisma Grup GLn  R  yang
didefinisikan  ( An )  det An ........................................... 59
3.3 Inspirasi Al-Qur’an dalam Kajian tentang Grup ..................... 62

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................. 69
4.2 Saran ....................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 70


RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 71

xi
ABSTRAK

Rohmawati, Ika. 2014. Homomorfisma Grup pada Matriks yang Mempunyai


Balikan. Skripsi. Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pembimbing:(I) Drs. H. Turmudi, M.Si (II) Dr. Abdussakir, M.Pd

Kata kunci: grup, homomorfisma, matriks yang mempunyai balikan

Matriks adalah susunan bilangan berbentuk segiempat. Bilangan-bilangan


dalam susunan itu disebut anggota dalam matriks tersebut. Matriks invertibel
GLn  R   adalah himpunan matriks bujur sangkar berukuran n  n yang entrinya
merupakan bilangan real  R  dan mempunyai balikan.
Grup adalah himpunan tak kosong yang dilengkapi dengan operasi biner
yang memenuhi beberapa aksioma diantaranya tertutup, asosiatif, memiliki
elemen identitas, dan memiliki elemen invers. Homomorfisma grup adalah suatu
fungsi yang mempunyai sifat mengawetkan operasi di dalam grupnya. Sifat
  x  y     x     y  , dinamakan mengawetkan operasi artinya peta hasil
operasi x  y  G sama dengan hasil operasi peta-petanya di H yaitu   x     y  .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberlakuan sifat-sifat
homomorfisma grup pada matriks yang mempunyai balikan.
Berdasarkan hasil pembahasan, diperoleh bahwa suatu himpunan matriks
invertibel yang entrinya adalah bilangan real yang didefinisikan GLn  R  dengan
operasi pertambahan dan perkalian dengan skalar memenuhi 4 aksioma grup yaitu
tertutup, asosiatif, mempunyai identitas, dan mempunyai invers.
Grup GLn  R  dengan  ∶ GLn  R   R yang didefinisikan An  det An
dan  ∶ GLn  R   R yang didefinisikan An  trAn adalah homomorfisma grup
dan memenuhi sifat-sifat homomorfisma grup.

xii
ABSTRACT

Rohmawati, Ika. 2015. The Group Homomorphism on Invertible Matrix.


Thesis. Department of Mathematics Faculty of Science and
Technology of the State Islamic University Maulana Malik Ibrahim
of Malang. Advisor: (I) Drs. H. Turmudi, M.Si (II) Dr. Abdussakir,
M.Pd

Keywords: group, homomorphism, invertible matrix

The matrix is a rectangular-shaped arrangement of numbers, the


numbers in the array are called members in the matrix. Invertible matrix
(𝐺𝐿𝑛 (ℝ))is the set of squares matrix whose entries are real (𝑅)numbers and
has an inverse.
A group is a non empty set equipped with a binary operation that
satisfies some axioms there are closed, associative, has the identity
element, and has a group invers. Group homomorphism is a function that
preserves tho operation in the group. The property of 𝜙(𝑥 ∗ 𝑦) = 𝜙(𝑥)∎𝜙(𝑦)
is called preserving operation, that is the resultions wap of 𝑥 ∗ 𝑦 ∈ 𝐺𝐿𝑛 (ℝ)
is equal to its map operaton in it, that is 𝜙(𝑥)∎𝜙(𝑦).
This study aims to determine the validity of the properties of the
group homomorphism on invertible matrix.
Based on the results of the discussion, we obtain that A set
invertible matrix whose entries are real numbers defined 𝐺𝐿𝑛 (ℝ) with
addition operation and scalar multiplication satisfy the four axioms of
group that is closed, associative, has an identity, and has an inverse.
Groups 𝐺𝐿𝑛 (ℝ) with 𝜙: 𝐺𝐿𝑛 (ℝ) → ℝ defined 𝐴𝑛 → 𝑑𝑒𝑡𝐴𝑛 and
𝜙: 𝐺𝐿𝑛 (ℝ) → ℝ defined by 𝐴𝑛 → 𝑡𝑟𝐴𝑛 is a group homomorphism and meet
the properties of a group homomorphism.

xiii
‫امللخص‬

‫رمهوت‪ ،‬إيكا‪ .‬لديها مهمرسم ‪ .‬اجملموعة ىف املصفوفة العكسية‪ .‬حبث جا معى الشعبت‪ .‬قسم‬
‫الرياضيات كلية العلوم والتكنولوجيا جلامعة اإلسالمية ا لعكو ميت موالنا مالك إبراهيم ماالنج‪.‬‬
‫مستشار‪)1( :‬الدكاترة هج ترمد ‪ ,‬مسئ (‪ )II‬الدكتور ابدسسكر مفد‬

‫كلمات البحث‪ :‬جمموعة ممرفسم‪ ،‬مصفوفة عكسيت‬

‫املصفوفة هو ترتيب مستطيلة الشكل من األرقام‪ ،‬وتسمى األرقام يف جمموعة أعضاء يف‬
‫املصفوفة‪ .‬انفرتبل املصفوفة هي جمموعة من املربعات املصفوفة اليت مداخل هي أرقام حقيقية وهلا‬
‫العكس‪.‬‬
‫الز حرهي جصمو عث غري فا رغ الىت جمهزة بعما ليت ثنا ئىت و فاء الربيهيم منها‬
‫مغلقة‪ ،‬النقايب‪ ،‬لديه عنصر اهلوية‪ ،‬وحيتوي على عنصر معكوس‪ .‬تشاكل الزمر هي دالىت اليت‬
‫حافظت على طبيعة العملية يف اجملموعة‪ .‬طبيعة‪ ،‬وامسه احلفاظ على العملية تعين النتائج خريطة‬
‫جنبا إىل جنب مع نتائج عملية جراحة اخلرائط يف ه‪.‬‬
‫هتدف هذه الدراسة إىل حتديد صالحية خصائص تشاكل الزمر لديها مصفوفة عكسية‪.‬‬
‫وبناء على نتائج املناقشة‪ ،‬وجدت أ جمموعة مصفوفة العكسيىت اليت إدخاالت هي األعداد‬
‫احلقيقية اليت حددهتا عملية الزيادة العددية والضرب تلبية جمموعة أربعة البديهيات مغلقة‪ ،‬النقايب‪ ،‬له‬
‫هوية‪ ،‬وهلا ردود الفعل‪.‬‬
‫الزحر مع تعريفها وحتديدها هو تشاكل الزمر والوفاء خصائص تشاكل الزمر‪.‬‬

‫‪xiv‬‬
15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering diajarkan tentang betapa pentingnya

mencari ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum, karena pada dasarnya semua

ilmu di dunia ini adalah ilmu Allah Swt. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang

pentingnya mencari ilmu adalah Q.S. al-Mujadalah ayat 11:

               

              

 
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-
lapanglah dalam majlis’, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadalah/58:11)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa ketika seseorang disuruh

melapangkan majelis yang berarti melapangkan hati, bahkan jika disuruh berdiri

sekalipun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang patut didudukkan di

muka janganlah dia berkecil hati. Melainkan hendaklah dia berlapang dada karena

orang yang berlapang dada itulah kelak yang akan diangkat imannya dan ilmunya

oleh Allah Swt. sehingga derajatnya bertambah naik. Orang yang patuh dan sudi

memberikan tempat kepada orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya.

Salain itu ada orang yang diangkat Allah Swt. derajatnya lebih tinggi dari pada

orang kebanyakan, pertama karena imannya, kedua karena ilmunya. Setiap hari

kita dapat melihat pada raut rnuka, pada wajah, pada sinar mata orang yang

1
2

beriman dan berilmu. Dengan kata lain, betapa ilmu bisa mengangkat

derajat manusia di hadapan Allah Swt dan di hadapan manusia lainya. Baik itu

ilmu agama atau ilmu sains pada hakikatnya semua ilmu adalah ilmu Allah Swt.

Aljabar adalah salah satu ilmu yang paling tua dari semua cabang

matematika. Sejarahnya adalah sepanjang sejarah dari peradapan. Barang kali

lebih panjang. Sejarawan yang terkenal tentang matematika B. L. Van der

Waerden percaya ada suatu peradapan yang mendahului peradapan dari

mesopotamia, mesir, china, dan india dan bahwa peradapan itu adalah sumber

akar dari konsep matematika yang paling awal (Tabak, 2004:xi).

Sebagai cabang matematika seperti halnya teori bilangan, geometri,

maupun matematika terapan lainnya, aljabar merupakan salah satu bidang

matematika yang mempunyai banyak sekali materi yang dapat dibahas,

diantaranya adalah bilangan, himpunan, operasi himpunan, grup, latis, dan

sebagainya. Salah satu sistem aljabar yang paling sederhana adalah grup. Grup

didefinisikan sebagai himpunan tak kosong yang dilengkapi dengan operasi biner

yang memenuhi beberapa aksioma, diantaranya tertutup, asosiatif, memiliki

elemen identitas, dan memiliki elemen invers. Apabila salah satu aksioma tidak

terpenuhi maka bukan grup. Sistem aljabar (G, ) dengan himpunan tidak kosong

di G dan operasi biner  , didefinisikan di G adalah grupoid. Grupoid juga

disebut semigrup jika operasi biner  di G adalah asosiatif. Sedangkan semigrup

yang mempunyai elemen identitas di G disebut monoid (Raisinghania dan

Aggarwal, 1980:32).

Suatu matriks adalah jajaran empat persegi panjang dari bilangan-bilangan.

Bilangan-bilangan dalam jajaran tersebut disebut entri dari matriks, ukuran (size)
3

suatu matriks dinyatakan dalam jumlah baris (arah horizontal) dan kolom (arah

vertikal) yang biasanya digunakan dengan simbol M nm untuk matriks M dengan

n baris dan m kolom (Anton dan Rorres, 2004:26 ). Jika diberikan matriks persegi

Ann maka matriks Bnn yang memenuhi kondisi AB  I dan BA  I disebut

invers dari A dan dilambangkan dengan B  A1 . Tidak semua matriks persegi

mempunyai invers. Matriks nol adalah contoh sederhana tetapi banyak juga

matriks tak nol yang tidak mempunyai invers. Matriks yang mempunyai invers

dikatakan nonsingular, dan matriks yang tidak mempunyai invers disebut matriks

singular (Meyer, 2000:115 ).

Homomorfisma grup yaitu salah satu jenis fungsi yang mempunyai sifat

mengawetkan operasi di dalam grupnya. Sifat   x  y    x   y ,

dinamakan mengawetkan operasi artinya peta hasil operasi x  y  G sama

dengan hasil operasi peta-petanya di H yaitu   x    y  (Cholily, 2013:3).

Novi Rustiana Dewi (2011) telah membahas mengenai kajian struktur

aljabar grup pada matriks yang invertibel. Pada penelitian tesebut telah dibuktikan

bahwa matriks yang mempunyai invers memenuhi sifat-sifat grup di antaranya

tertutup, asosiatif, mempunyai identitas dan ada invers terhadap operasi pertama.

Pada jurnal tersebut hanya meneliti tentang keberlakuan grup terhadap matriks

yang mempunyai balikan. Sehingga penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian

tersebut dengan perluasan dari sifat-sifat grup, yaitu homomorfisme grup yang

akan dikenakan pada matriks yang mempunyai balikan.


4

Dari latar belakang di atas maka penulis akan mengkaji dan meneliti

dengan judul “Homomorfisma Grup pada Himpunan Matriks yang Mempunyai

Balikan”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan skripsi ini adalah bagaimana keberlakuan sifat-sifat

homomorfisma grup pada himpunan matriks yang mempunyai balikan?

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui keberlakuan sifat-

sifat homomorfisma grup pada himpunan matriks yang mempunyai balikan.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

1. Penulis

Penelitian ini digunakan untuk menambah pemahaman tentang konsepsi

yang ada dalam matematika khususnya struktur aljabar dan sebagai sarana

dan latihan untuk menambah pemahaman penguasaan penulis tentang grup,

homomorfisma grup, matriks, dan matriks mempunyai balikan.

2. Pembaca

Sebagai tambahan literatur bagi mahasiswa khususnya yang sedang

menempuh mata kuliah struktur aljabar.


5

1.5.Metode Penelitian

1.5.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan library research, dimana

dalam pendekatan library research ini dikaji secara literatur yang diambil dari

buku pustaka dan artikel ilmiah yang diunduh dari sumber internet.

1.5.2 Langkah-langkah Penelitian

Untuk menyelesaikan penelitian dalam skripsi ini, penulis membuat

langkah-langkah dalam keberlakuan syarat-syarat homomorfisma grup pada

matriks yang mempunyai balikan sebagai berikut:

1. Grup matriks GLn  R 

- Mendefinisikan GLn  R 

- Menunjukkan GLn  R  adalah grup

- Menjelaskan sifat-sifat grup pada GLn  R 

2. Homomorfisma dari GLn  R   R

-  ∶ GLn  R   R yang di definisikan   An   det An , An  GLn  R 

-  ∶ GLn  R   R yang di definisikan   An   trAn , An  GLn  R 

3. Sifat-sifat Homomorfisma dari GLn  R   R

-  ∶ GLn  R   R yang di definisikan   An   det An , An  GLn  R 

-  ∶ GLn  R   R yang di definisikan   An   trAn ,, An  GLn  R 

4. Membuat kesimpulan.
6

1.6.Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah memahami penulisan ini secara keseluruhan isinya,

maka penulis memberikan gambaran umum tentang sistematika penulisan sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab pertama ini dibahas tentang latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Pada bab kedua ini akan dibahas beberapa teori yang ada kaitannya

dengan hal-hal yang penulis bahas.

Bab III Pembahasan

Pada bab ketiga ini dibahas tentang pembuktian dari beberapa teorema

homomorfisma grup pada matriks yang mempunyai balikan.

Bab IV Penutup

Pada bab keempat ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan

berdasarkan rumusan masalah dan saran yang berkaitan dengan

penulisan. Saran ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif

untuk dikembangkan.
7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Grup

2.1.1 Definisi Grup

Grup merupakan salah satu pokok bahasan yang terdapat dalam

matematika aljabar. Grup membahas tentang himpunan tak kosong yang dikenai

operasi biner dan memenuhi aksioma asosiatif, mempunyai identitas terhadap

operasi biner, dan mempunyai invers. Jadi sebelum membahas lebih jauh tentang

grup, maka perlu diketahui dahulu pembahasan mengenai operasi biner. Operasi

biner didefinisikan sebagai berikut

Definisi 1 (Dummit dan Foote, 1980:17)

1. Operasi biner  pada himpunan G merupakan sebuah fungsi  : G  G  G

dan untuk setiap a, b  G berlaku (a, b)  a  b .

2. Operasi biner  pada G dikatakan assosiatif jika setiap a, b, c  G maka

a  b  c    a  b   c .

3. Elemen a dan b dari G dikatakan komutatif jika a  b  b  a .

Contoh

1. Operasi penjumlahan    dan perkalian   merupakan operasi biner yang

komutatif pada himpunan bilangan bulat  , himpunan bilangan rasional

 , himpunan bilangan real  , maupun pada himpunan bilangan

kompleks  .

7
8

2. Operasi pengurangan  merupakan operasi biner yang tidak komutatif

pada himpunan bilangan bulat   karena untuk setiap a, b  pada saat

a  b berlaku a  b  b  a

3. Operasi pengurangan    merupakan operasi yang tidak biner di 


karena

jika a  b maka a  b  
untuk setiap a, b  
artinya  merupakan

  
fungsi yang tidak memetakan  ke .

Adapun definisi dari grup adalah sebagai berikut:

Definisi 2 (Dummit dan Foote, 1980:17)

1. Grup adalah pasangan terurut  G,  dimana G adalah himpunan tidak

kosong dan  adalah operasi biner di G yang memenuhi beberapa aksioma.

i.  a  b   c  a  b  c  untuk semua a, b, c  G (operasi  adalah

asosiatif).

ii. Ada elemen e di G sedemikian hingga a  e  e  a  a untuk semua

a G .

iii. Untuk setiap a  G ada elemen a 1 dari G sedemikian sehingga

a  a1  a 1  a  e ( a 1 dinamakan invers dari a )

2. Grup  G,  disebut abelian atau komutatif jika a  b  b  a untuk setiap

a, b  G .

Contoh

Himpunan bilangan bulat merupakan grup terhadap operasi + karena:


9

1. Operasi + memenuhi syarat operasi biner di karena + merupakan fungsi

yang memetakan  ke artinya a, b  maka a  b  atau bersifat

tertutup.

2. Operasi + bersifat assosiatif di , karena untuk setiap a, b, c  berlaku

a  b  c    a  b   c .

3. mempunyai elemen identitas pada operasi  yaitu 0, karena untuk setiap

a berlaku 0  a  a  0  a .

4. Setiap elemen identitas di mempunyai invers yaitu a dimana a 

karena untuk setiap a  berlaku a  a  a  a  0

2.1.2 Sifat – Sifat Grup

Teorema 1 (Raisinghania dan Aggarwal, 1980:75)

Elemen identitas dalam suatu grup adalah tunggal.

Bukti

Misal  G,  adalah grup

Andaikan e dan e ' adalah elemen identitas di G dan  e  e ' , maka berlaku:

(i) e  e '  e ' e  e ' ………….. e sebagai elemen identitas

(ii) e ' e  e  e '  e ………….. e ' sebagai elemen identitas

Dari (i) dan (ii) berakibat e  e '

e '  e  e '  e ' e  e

e'  e

Jadi, elemen identitas di G adalah tunggal.

Teorema 2 (Raisinghania dan Aggarwal, 1980:75)

Invers dari invers suatu elemen di grup adalah elemen itu sendiri.
10

Bukti

Akan dibuktikan  a 1   a
1

Ambil a  G maka a 1  G , sehingga a  a 1  a 1  a  I ( I = elemen

identitas)

(i) a  a 1  I

a  a a  1 1
 I   a 1  a 
1 1 1 1
……….. (Dioperasikan dengan di

sebelah kanan)


a  a 1   a 1 
1
  a 
1 1
……….. (Operasi  bersifat Asosiatif)

a  I   a 1 
1
……….. (Sifat ketiga dari grup)

a   a 1 
1
……….. (Sifat keempat dari grup)

juga,

(ii) a 1  a  I

a  a
1 1
 a    a 1   I a 
1 1 1 1
……….. (Dioperasikan dengan di

sebelah kiri)

 a 
1 1

 a 1  a   a 1 
1
……….. (Operasi  bersifat Asosiatif)

I  a   a 1 
1
……….. (Sifat ketiga dari gup)

a   a 1 
1
……….. (Sifat keempat dari grup)

Dari (i) dan (ii), maka a   a 1 


1

Teorema 3 (Raisinghania dan Aggarwal, 1980:76)

Dalil kanselasi dipertahankan atau berlaku pada suatu grup.


11

Bukti

Akan ditunjukkan bahwa pada grup berlaku dalil kanselasi kiri maupun kanan.

Misal  G,  adalah grup, dan a, b, c G berlaku:

(i) b  a  c  a , maka b  c ………. kanselasi kanan

(ii) a  b  a  c , maka b  c ……….. kanselasi kiri

Selanjutnya a  G , maka a 1  G

(i) b a  c a

b  a   a1   c  a   a1 ……….. (Dioperasikan dengan a 1 di

sebelah kanan)

b   a  a 1   c   a  a 1  ……….. (Operasi  bersifat Asosiatif)

b I  c I ……….. (Sifat keempat dari grup)

bc ……….. (Sifat ketiga dari grup)

(ii) ab  ac

a 1   a  b   a 1   a  c  ……….. (Dioperasikan dengan a 1 di

sebelah kiri)

a 1
 a   b   a 1  a   c ……….. (Operasi  bersifat Asosiatif)

I b  I c ……….. (Sifat keempat dari grup)

bc ……….. (Sifat ketiga dari grup)

Jadi dalil kanselasi berlaku pada sebarang grup


12

Teorema 4 (Raisinghania dan Aggarwal, 1980:76)

Balikan dari hasil operasi dua elemen di grup adalah hasil operasi balikan

elemen kedua dan pertama.

Bukti

 a  b
1
 b1  a 1

Untuk setiap a, b  G , maka ada a 1  G dan b1  G (setiap elemen punya

 a  b
1
invers). a, b  G maka a  b  G , begitu pula ada  G . Sehingga,

 a  b   a  b
1
 I dan  a  b    a  b   I
1

 a  b   b1  a1  a  b  b1   a 1 ……….. (Operasi  bersifat Asosiatif)

 a  I  a 1 ……….. (Sifat keempat dari grup)

 a  a 1 ……….. (Sifat ketiga dari grup)

I ……….. (Sifat keempat dari grup)

 a  b   a  b   b1  (a 1  a)  b ……….. (Operasi  bersifat Asosiatif)


1

 b1  I  b ……….. (Sifat keempat dari grup)

 b1  b ……….. (Sifat ketiga dari grup)

I ……….. (Sifat keempat dari grup)

Diperoleh  a  b    a  b    a  b   b1  a 1 dan


1

 a  b   a  b   (b1  a 1 )  (a  b)
1

Kanselasi kiri dan kana berlaku pada grup maka  a  b   b1  a 1 .


1

Teorema 5 (Raisinghania dan Aggarwal, 1980:78)

G dengan operasi biner dengan susunan merupakan perkalian

i. Susunan itu adalah asosiatif


13

ii. Untuk setiap a, b  G dengan persamaan a  x  b dan y  a  b mempunyai

penyelesaian tunggal.

Bukti

Pertama kita akan menunjukkan bahwa a  x  b memiliki selesaian.

a, b  G maka ada a 1  G dan a 1  b  G (karena G bersifat tertutup

terhadap operasi  ).

Selanjutnya,

a x  b

a 1   a  x   a 1  b ………..(Dioperasikan dengan a 1 di

sebelah kanan)

a 1
 a   x  a 1  b ……….. (Operasi  bersifat Asosiatif)

I  x  a 1  b ………..(Sifat keempat dari grup)

x  a 1  b ……….. (Sifat ketiga dari grup)

untuk mengecek a 1  b adalah selesaian dari a  x  b , maka kita substitusikan

yaitu a  x  b

a  (a 1  b)  b ……….. (Subtitusi dari x  a 1  b )

a  a b  b
1
……….. (Sifat Asosiatif dari grup )

I b  b ……….. (Sifat keempat dari grup )

bb ……….. (Sifat ketiga dari grup )

Kedua, penulis akan menunjukkan bahwa selesaian tersebut adalah tunggal.

Andaikan a  x  b memiliki selesaian tidak tunggal yaitu x1 dan x2 dengan

x1  x2 .
14

Selanjutnya a  x1  b dan a  x2  b

Diperoleh a  x1  a  x2

x1  x2

Ini bertentangan dengan pengandaian. Jadi a  x  b memiliki selesaian tunggal.

Selanjutnya untuk menujukkan bahwa y  a  b memiliki selesaian tunggal adalah

analog dengan cara di atas.

2.2 Homomorfisma

2.2.1 Definisi Homomorfisma

Definisi 3 (Dummit dan Foote, 1980:35)

Misal (G, ) dan ( H , ) merupakan dua buah grup. Sebuah fungsi

 : G  H disebut homomorfisma jika berlaku   x  y     x    y  , untuk

setiap x, y  G .

Contoh

Misal  , adalah grup bilangan real dan x  serta grup bilangan bulat

 , 

Didefinisikan suatu fungsi

:  dengan   x   2 x

Setiap fungsi x  . Fungsi  ini merupakan homomorfisma karena setiap x, y

di berlaku

  x  y   2x y  2x  2 y    x     y 
15

2.2.2 Sifat-sifat Homomorfisma

Teorema 5 (Raisinghania dan Aggarwal, 1980:255)

Misalkan (G, ) dan (G , ) dua buah grup dan  : G  G adalah

homomorfisma. Hal berikut ini benar.

a. Pemetaan elemen identitas pada G adalah elemen identitas pada G 

b. Pemetaan invers setiap elemen g dari G adalah invers bayangan dari

c. Jika a merupakan sembarang elemen berhingga pada G maka hasil

pemetaan a juga berhingga dan merupakan pembagi dari a

Bukti

a. Ambil iG = identitas G

iG = identitas G 

Adib   iG   iG

Jawab

 :G  H

i. gI  g

 (g  I )   ( g )

 ( g )  ( IG )   ( g )

 ( IG )  IG 

ii. I  g  g

 (I  g )   ( g )

 ( IG )   ( g )   ( g )
16

 ( IG )  IG 

Dari (i) dan (ii) maka operasi identitas  ( IG )  IG

b. Ambil g  G

Akan dibuktikan   g 1     g  
1

Jawab

 :G  H

i. g  g 1  iG

  g  g 1     iG   iH

  g    g 1   iH

  g 1     g  
1

ii. g 1  g  iG

  g 1  g     iG   iH

  g 1    g   iH

  g 1     g  
1

Dari (i) dan (ii) diperoleh   g 1     g  


1

c. Ambil g  G, m  1, 2,3,..., n

I G  elemen identitas di G

Didefinisikan g m  I G

Akan dibuktikan   g      I G 
m
17

Jawab

g m  IG    g m     IG 

 
   g  g  ...  g     I G 
 
 m 

   g     g   ...    g     I G 
m

   g      I G 
m

2.3. Matriks

2.3.1 Definisi Matriks

Definisi 4 (Anton, 2000:45)

Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segiempat. Bilangan-

bilangan dalam susunan itu disebut anggota dalam matriks tersebut.

Contoh :

 a11 a12 
  a 
 a21 a22  ,  a11 a12 a13  ,  11 
a a32   a21 
 31

Definisi 5 (Baker, 2006:1)

Diberikan M n,n  R  adalah himpunan matriks bujur sangkar n  n yang

entrinya merupakan bilangan real  R  . Selanjutnya dinotasikan matriks M n,n  R 

 a11 a1n 
 
dengan A  (aij )    , dimana A adalah matriks bujur sangkar n  n .
a ann 
 n1
18

M n,n  R  dapat disimbulkan dengan M n  R  yaitu merupakan suatu ruang

vektor- R dengan operasi matriks penjumlahan dan perkalian dengan skalar.

2.4.2 Macam-macam Matriks

Definisi 6 (Supranto, 2003:8).

Matriks persegi adalah suatu matriks dimana banyaknya baris sama

dengan banyaknya kolom (m = n), maka matriks A disebut matriks segi empat.

Contoh :

 3 5
 
 2 3

Definisi 7 (Supranto, 2003:8)

Matriks identitas adalah suatu matriks dimana elemen–elemen mempunyai

nilai 1 pada diagonal pokok dan 0 pada tempat–tempat lain di luar diagonal

pokok.

Jadi kalau matriks A  (aij ), i  j  1, 2,..., n dan

aij  1 untuk i  j

aij  0 untuk i  j

maka matriks A disebut matriks identitas dan biasanya diberi simbol I n

Contoh :

n = 2,

1 0
In   
0 1

Definisi 8 (Supranto, 2003:9)


19

Matriks diagonal adalah suatu matriks dimana semua elemen di luar

diagonal pokok mempunyai nilai 0 dan paling tidak satu elemen pada diagonal

pokok tidak 0, biasanya diberi simbol D.

Contoh :

1 0 0
 
D  0 2 0
0 0 5
 

Definisi 9 (Supranto, 2003:10)

Skalar adalah suatu bilangan konstan. Kalau k, suatu bilangan konstan,

maka hasil kali kI dinamakan matriks skalar.

Contoh :

1 0 0  k 0 0
   
k .I 3  k  0 1 0    0 k 0 
0 0 1  0 0 k 
   

Definisi 10 (Supranto, 2003:10)

Apabila A  (aij ); ij  1, 2,..., n dan aij  a ji , maka A disebut matriks

simetris (symmetric matrix).

Contoh :

2 4 6
 
A   4 5 2  , a12  a21 , a13  a31 , a23  a32
 6 2 3
 

Definisi 11 (Supranto, 2003:11)

Matriks null adalah suatu matriks dimana semua elemennya mempunyai

nilai 0 (null), biasanya diberi simbol 0 dibaca matriks nol.



20

Contoh :

0 0 0
 
0 = 0 0 0
0 0 0
 

2.4.3 Operasi pada Matriks

Untuk dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan pada matriks A

dan B, kedua matriks tersebut harus mempunyai jumlah baris dan kolom yang

sama atau dimensinya sama.

Definisi 12 (Anton, 2000:47)

Jika A dan B adalah matriks-matriks dengn ukuran yang sama, maka

jumlah (sum) A + B adalah matriks yang diperoleh dengan menjumlahkan entri-

entri pada A dengan entri-entri yang bersesuaian pada B dan selisih (difference)

A  B adalah matriks yang diperoleh dengan mengurangkan entri-entri pada A

dengan entri-entri yang bersesuaian ada B. Matriks dengan ukuran yang berbeda

tidak dapat dijumlahkan atau dikurangkan.

Dalam notasi matriks, jika A   aij  dan B  bij  memiliki ukuran yang

sama, maka  A  B mn  Amn  Bmn  aij  bij  dan  A  B mn  Amn  Bmn

  aij  bij  , untuk i  1, 2,3,..., m dan j  1, 2,3,..., n .

Contoh :

a a12   b11 b12   c11 


A   11 , B   ,c   
 a21 a22   b21 b22   c21 

Maka

 (a  b)11 (a  b)12   (a  b)11 (a  b)12 


A B    dan A  B   
 (a  b)21 (a  b)22   (a  b)21 (a  b)22 
21

a a12   c11   a11  c11 a12  ... 


A  C   11     
 a21 a22   a21   a21  c21 a22  ... 

Untuk A + C, B + C, A – C, dan B – C tidak terdefinisi.

Definisi 13 (Anton, 2000:48)

Jika A adalah matriks sembarang dan c adalah skalar sebarang, maka hasil

kalinya (product) cA adalah matriks yang diperoleh dari perkalian setiap entri

pada matriks A dengan blangan c. Matriks cA disebut sebagai kelipatan skalar

(scalar mutiple) dari A.

Dalam notasi matriks, jika A   aij  dan cA  A  A  ...  A , maka

 cAmn  cAmn  caij  untuk i  1, 2,3,..., m dan j  1, 2,3,..., n .

i  1, 2,3,..., m dan j  1, 2,3,..., n .

cA  A  A  ...  A

Contoh :

a a12   b11 b12   c11 c12 


A   11 , B   ,c   
 a21 a22   b21 b22   c21 c22 

Didapatkan

1 1 
 2a 2a12   b11 b12  1  2 c11 c12
2 
2 A   11  , (1) B   , c   
 2a21 2a22   b21 b22  2 1c 1 
 21 c22 
2 2 

Definisi 14 (Anton, 2000:49)

Jika A adalah sebuah matriks m  r dan B adalah sebuah matriks r  n ,

maka hasil kali AB adalah matriks m  n yang anggota-anggotnya didefinisikan

sebagai berikut. Untuk mencari anggota dalam baris I dan kolom j dari AB, pilih

baris I dari matriks A dan kolom j dari matriks B, kalikan anggota-anggota yang
22

berpadanan dari baris dan kolom secara bersama-sama dan kemudian jumlahkan

hasilnya.

Contoh

a a12   b11 b12 b13 


A   11 , B   
 a21 a22   b21 b22 b23 

Karena A adalah matriks 2  3 dan B adalah matriks 3  4 , maka hasil kali

AB adalah sebuah matriks 2  4 . Misalnya, untuk menentukan anggota pada baris

ke 2 dan kolom 3 dari AB, dipilih baris 2 dari A kolom 3 baris B. Selanjutnya,

sebagai mana yang diilustrasikan di bawah ini, kalikan anggota-anggota yang

berpadanan secara bersama-sama dan menjumlahkan hasil kali-hasil kali ini.

 a11 a12   b11 b12 b13   a11b11  a12b21 a11b12  a12b22 a11b13  a12b23 
   
 a21 a22  b21 b22 b23   a21b11  a22b21 a21b12  a22b22 a21b13  a22b23 

2.4.4 Invers Matriks

Matriks mempunyai kolom dan baris berbeda dan ada yang mempunyai baris

dan kolom yang sama, hanya matriks kuadrat (square matrix) saja yang

mempunyai invers. Banyak metode atau cara dalam mencari suatu invers matriks

diantaranya dengan substitusi, menggunakan adjoint, metode counter, matrix

partisi. Di bawah ini akan dijelaskan bagaimana mencari invers matriks dengan

menggunakan adjoint.

Definisi 15 (Supranto, 2003:130)

Misalkan A merupakan suatu matriks kuadrat dengan n baris dan n kolom

dan I n suatu identitas matriks. Apabila ada square matrix A1 sedemikian rupa

sehingga berlaku hubungan sebagai berikut:

AA1  A1 A  I n , maka A1 ini disebut invers matris A.


23

Definisi 16 (Supranto, 2003:50)

Kalau dari matriks kuadrat A dengan n baris dan n kolom kita hilangkan

baris ke-i dan kolom ke-j, maka determinan dari matriks kuadrat dengan (n  1)

baris dan (n  1) kolom, yaitu sisa matriks yang tinggal (disebut minor matriks

dari elemen aij ) diberi simbol Aij atau M ij . Apabila pada setiap minor kita

tambahkan tanda + (plus) atau – (minus) sebagai tanda pada determinan dan

kemudian kita beri simbol : (1)i  j M ij maka diperoleh apa yang sering disebut

kofaktor elemen aij dan biasanya diberi simbol K ij jadi Kij  (1)i  j M ij , ini

berarti bahwa setiap elemen mempunyai kofaktor sendiri-sendiri.

Nilai determinan dari matriks A sama dengan penjumlahan hasil kali

semua elemen dari suatu baris (kolom) matriks A dengan kofaktor ( Kij ) masing-

masing, yaitu :

1. Dengan menggunakan elemen-elemen baris ke-i

det( A)  A  ai1Ki1  ai 2 Ki 2  ...  ain Kin

n
det( A)   ait Kit ; i  1, 2,..., n
t 1

2. Dengan menggunakan elemen-elemen baris ke-j

det( A)  A  a1 j K1 j  a2 j K2 j  ...  anj Knj

n
det( A)   atj Ktj ; j  1, 2,..., n
t 1
24

Contoh :

 a11 a12 
Misalkan matriks A    , maka determinan A  det( A)  a11a22  a12 a21 .
 a21 a22 

Definisi 17 (Supranto, 2003:135)

Adjoint matriks A adalah suatu matriks yang elemen-elemenya terdiri dari

transpos semua kofaktor dari elemen-elemen matriks A, yaitu apabila K  ( Kij )

dimana K ij adalah kofaktor dari elemen aij , maka adjoint matriks A yaitu:

adj ( A)  K T  ( K T ij  Kij ) .

Jadi, jelasnya adj ( A) adalah transpose dari matriks kofaktor K, yaitu :

 K11 K12 K1n 


 
K K 22 K2n 
adj ( A)  K T   21
 
 
 K n1 Kn2 K nn 

Contoh :

 2 1 2
 
A  1 2 3
4 2 1
 

 2 3 11
M 11    dan K11  (1) det( M11 )  1.(2  6)  4
 2 1 

 1 3 1 2
M 12    dan K11  (1) det( M12 )  1.(1 12)  11
 4 1

1 2 13
M 13    dan K13  (1) det(M13 )  1.(2  8)  6
 4 2 

1 2 21
M 21    dan K21  (1) det(M 21 )  1.(1  4)  3
2 1
25

 2 2 2 2
M 22    dan K22  (1) det( M 22 )  1.(2  8)  6
 4 1 

2 1 2 3
M 23    dan K23  (1) det( M 23 )  1.(4  4)  0
 4 2

1 2 31
M 31    dan K31  (1) det(M 31 )  1.(3  4)  1
 2 3

 2 2 3 2
M 32    dan K32  (1) det(M 32 )  1.(6  2)  4
 1 3 

2 1 33
M 33    dan K33  (1) det(M 33 )  1.(4  1)  3
1 2

 K11 K12 K13   4 3 1 


   
Jadi adj ( A)  K   K 21
T
K 22 K 23    11 6 6 
K K33   6 0 3 
 31 K32

Definisi 18 (Supranto, 2003:136)

Apabila matriks A yang kuadrat dengan n baris dan n kolom dan

merupakan matriks yang non-singular yaitu det( A)  0 dan K ij merupakan

kofaktor dari elemen aij , maka matriks invers A yaitu A1 dirumuskan sebagai

berikut:

1 KT
A1  adj ( A)  , KT  K
det( A) det( A)

Jadi

 K11 K12 K1n 


 
1  K 21 K 22 K2n 
A1 
det( A)  
 
 K n1 Kn2 K nn 
26

 K11 K 21 K n1 
 det( A) det( A) det( A) 
 
 K12 K 22 Kn2 
A   det( A)
1
det( A) det( A) 
 
 
 K1n K2n K nn 
 det( A) det( A) 
 det( A)

Contoh

4 1
A  , det( A)  4.2  3.1  8  3  5
 3 2

1  K11 K12 
A1   
det( A)  K 21 K 22 

K11  (1)2 (2)  2

K12  (1)3 (3)  3

K21  (1)3 (1)  1

K22  (1)4 (4)  4

 2 1 
1  2 1  5 5 
A1    
5  3 4   3 4 
 
 5 5 

2.5 Kajian Islam Mengenai Grup

Suatu himpunan dikatakan sebagai grup jika memiliki penyusun-penyusun

seperti himpunan tak kosong, operasi biner, dan aturan atau aksioma yang harus

dipenuhi agar menjadi suatu grup. Sebagai contoh seperti yang telah disebutkan

adalah grup ulul albab. Ulul albab awalnya merupakan himpunan manusia yang

saling berinteraksi sebagaimana manusia lainnya. Namun selain berinteraksi,

mereka juga senantiasa mengingat Allah, baik saat berdiri, duduk, dan berbaring,
27

serta memikirkan segala penciptaan Allah baik yang di langit maupun di bumi

dengan keyakinan bahwa semua itu tidaklah sia-sia. Inilah yang membedakan

mereka dengan manusia lain sehingga disebut sebagai manusia yang ulul albab.

Dengan demikian dapat dilihat perbedaan sifat yang jelas antara ulul albab dengan

manusia biasa umumnya. Seseorang yang senantiasa mengingat Allah belum tentu

disebut ulul albab. Begitu juga seseorang yang memikirkan penciptaan-Nya

belum tentu disebut ulul albab. Namun, seseorang sudah tentu disebut ulul albab

jika senantiasa mengingat Allah dan memikirkan penciptaan-Nya (Khotimah,

2010:57).

            

            

       


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka (QS. Ali Imron,
3:190-191)

Dalam QS Ali Imron ayat 190-191 tersebut dijelaskan bahwa sekelompok

manusia yang disebut ulul albab adalah orang-orang yang senantiasa mengingat

Allah, baik saat berdiri, duduk, dan berbaring, serta memikirkan segala penciptaan

Allah baik yang di langit maupun di bumi dengan keyakinan bahwa semua itu

tidaklah sia-sia. Dalam matematika sifat-sifat yang dimiliki kelompok manusia

yang ulul albab tersebut dikenal dengan aturan atau aksioma. Aturan atau aksioma

tersebut harus dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut kelompok tertentu atau

kelompok yang lebih khusus lagi.


28
BAB III

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini akan dibuktikan bahwa matriks yang mempunyai invers

memenuhi sifat-sifat grup diantaranya tertutup, asosiatif, mempunyai identitas,

ada invers terhadap operasi pertama dan memenuhi sifat–sifat homomorfisme

grup.

3.1. Grup Matriks GLn  R 

3.1.1. Definisi Matriks GLn  R 

Diberikan M n,n  R  adalah himpunan matriks bujur sangkar n  n yang

entrinya merupakan bilangan real  R  . Selanjutnya dinotasikan matriks M n,n  R 

 a11 a1n 
 
dengan A  aij    , dimana A adalah matriks bujur sangkar n  n .
a ann 
 n1

M n,n  R  dapat disimbulkan dengan M n  R  yaitu merupakan suatu ruang

vektor- R dengan operasi matriks penjumlahan dan perkalian dengan skalar

(Baker, 2006:1).

Untuk himpunan M n  R  yang invertibel penulis menggunakan notasi

GLn  R  =  A|A  M n  R  ,det( A)  0

28
29

3.1.2 Matriks GLn  R  terhadap Operasi  adalah Grup

Akan dibuktikan bahwa GLn  R  merupakan grup terhadap operasi

penjumlahan matriks. Berdasarkan definisi 2, akan dibuktikan bahwa GLn  R 

terhadap operasi penjumlahan matriks memenuhi 4 aksioma grup, yaitu :

i. Bersifat Tertutup

Jika untuk setiap An , Bn , Cn  GLn  R  , maka An  Bn  GLn  R  dikatakan

bersifat tertutup.

Bukti :

Ambil An , Bn , Cn  GLn  R 

 a11 a1n   b11 b1n 


   
An  Bn    
a ann   b1 bn 
 n1

 (a  b)11 (a  b)1n 
 
 
 ( a  b) (a  b) nn 
 n1

 n n

  aij  bij a in bin 
 i , j 1 i , j 1

 
 n n

 a b ann bnn 
 i nj nj 
 , j 1 i , j 1 

 c11 c1n 
 
   GLn  R 
c cnn 
 n1
30

ii. Bersifat Asosiatif

Jika untuk setiap An  Bn  Cn  GLn  R  , maka

 An  Bn   Cn  An   Bn  Cn  dikatakan bersifat asosiatif.

Bukti :

Jika An  Bn  Cn  GLn  R  maka

  a11 a1n   b11 b1n    c11 c1n  


      
 An  Bn   Cn         
  an1 ann   bn1 bnn    cn1 cnn  


 n n
  n n

  aij  bij a in bin    cij c in 
 i , j 1 i , j 1
  i , j 1 i , j 1

   
 n   n 
 cnn  
n n
ann bnn    cnj
 i  
anj bnj

  , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 

 n n

  aij  bij  cij a in bin  cin 
 i , j 1 i , j 1

 
 n n

 a b  c ann bnn  cnn 
 i nj nj nj 
 , j 1 i , j 1 

 n n
  n n

  aij  in   i
a bij  cij b in cin  
 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1

   
 n   n 
 bnn cnn  
n n
ann    bnj cnj
 i  
anj

 , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 

  An   Bn  Cn 

iii. Untuk setiap An  GLn  R  , terdapat matriks identitas penjumlahan atau null

matriks 0 sehingga 0  An  An  0  An .
31

Bukti :

Berdasarkan definisi 11 matriks identitas penjumlahan atau null matriks adalah

matriks bujur sangkar yang semua unsurnya adalah 0. Secara umum matriks

idetitas penjumlahan atau null matriks dapat ditulis sebagai berikut :

Ambil An  GLn  R 

An  0  0  An

 a11 a1n   0 0  0 0   a11 a1n 


       
    
a ann   0 0   0 0   an1 ann 
 n1

 n n
  n n

  aij  0 a in 0    0  aij  0a in 
 i , j 1 i , j 1
  i , j 1 i , j 1

  
 n n
  n n

 a 0 ann 0    0  anj 0  ann 
 i nj  
 , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 

 n n
  n n

  aij  in   i
a aij a in 
 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1

  
 n n
  n n

 a ann    anj ann 
 i nj  
 , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 

An  An

iv. Untuk setiap An  GLn  R  terdapat matriks invers tunggal yang dinotasikan

An 1  GLn  R  , sedemikian rupa sehingga An 1  An  An  An 1 .

Bukti :

Ambil An  GLn  R 

Maka An 1  An  An  An 1

Berdasarkan definisi 18 maka


32

1
An 1  adj ( An )
det( An )

det( A)  a1 j K1 j  a2 j K2 j  ...  anj Knj

n
  atj Ktj ; j  1, 2,..., n
t 1

 K11 K12 K1n 


 
1
An 
1  K 21 K 22 K2n 
a1 j K1 j  a2 j K 2 j  ...  anj K nj  
 
 K n1 Kn2 K nn 

 K11 K12 K1n 


 
1
An  n
1  K 21 K 22 K2n 
 
 atj Ktj  
t 1  K n1 Kn2 K nn 

 K11 K12 K1n 


 n n n 
  atj K tj a K tj tj  atj tj 
K
 t 1 t 1 t 1 
 K K 22 K2n 
 n 21 n n

An 1    atj K tj a K tj tj  atj K tj 

t 1 t 1 t 1
 
 
 K Kn2 K nn 
 n n1 n n 
 a K atj K tj 
  tj tj a K tj tj 
 t 1 t 1 t 1 

 x11 x12 x1n 


 
x x22 x2 n 
A   21
1
 
 
 xn1 xn 2 xnn 

A  A1  A1  A
33

 a11 a12 a1n   x11 x12 x1n   x11 x12 x1n   a11 a12 a1n 
       
 a21 a22 a2 n   x21 x22

x2n   x21 x22

x2n   a21 a22

a2 n 
       
       
 an1 an 2 ann   xn1 xn 2 xnn   xn1 xn 2 xnn   an1 an 2 ann 

 n n
  n n

  aij  xij  in ij   i
a  x xij  aij x ij  ain 
 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1

  
 n n
  n n

 ann xij    xij  anj xij  ann 
 i anj xij  
 , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 

 c11 c1n   c11 c1n 


   
  
c cnn   cn1 cnn 
 n1

1.1.3 Matriks GLn  R  terhadap Operasi  adalah Grup

Akan dibuktikan bahwa GLn  R  merupakan grup terhadap operasi

perkalian matriks. Berdasarkan definisi 2, akan dibuktikan bahwa GLn  R 

terhadap operasi perkalian matriks memenuhi 4 aksioma grup, yaitu:

i. Bersifat Tertutup

Jika untuk setiap An , Bn  GLn  R  , maka An Bn  GLn  R  dikatakan bersifat

tertutup.

Bukti :

Ambil An , Bn , Cn  GLn  R 

 a11 a1n  b11 b1n 


  
An Bn    
a ann  bnn 
 n1  bn1

 (ab)11  a12b21  ...  a1nbn1 a11b1n  a12b2 n  ...  a1nbnn 


 
 
 a b  a b  ...  a b an1b1n  an 2b2 n  ...  annbnn 
 n1 11 n 2 21 nn n1
34

 n n

  aij bij a b 
1 j in
 i , j 1 i , j 1

 
 n n

 a b anj bin 
 i nj i1 
 , j 1 i , j 1 

 c11 c1n 
 
   GLn  R 
c cnn 
 n1

ii. Bersifat Asosiatif

Jika untuk setiap An BnCn  GLn  R  , maka  An Bn  Cn  An  BnCn  dikatakan

bersifat asosiatif.

Bukti :

Jika An BnCn , maka

n
 AB  C  ij    AB ij Cij
i 1

n  n 
   aij bij  cij
i 1  j 1 

n n
 aij bij cij
i 1 j 1

n n
 aij bij cij
j 1 i 1

n  n 
 aij  bij cij 
j 1  j 1 

n
 aij bc ij
j 1

  A  BC   ij
35

iii. Untuk setiap An  GLn  R  terdapat matriks identitas I n  GLn  R  sehingga

I n An  An I n  An .

Bukti :

Berdasarkan definisi 7 matriks identitas adalah matriks bujur sangkar yang

semua unsur diagonal utamanya sama dengan 1, dan semua unsur lainya sama

dengan nol. Secara umum matriks identitas dapat ditulis sebagai berikut :

1 0 0 0
 
0 1 0 0
In   
 
0 0 1 0
0 0 1 
 0

An I n  I n An

 a11 a12 a1n  i11 i12 i1n   i11 i12 i1n  a11 a12 a1n 
     
 a21 a22 a2 n  i21 i22 i2 n   i21 i22

i2 n  a21 a22 a2 n 
     
     
 an1 an 2 ann  in1 in 2 inn   in1 in 2 inn  an1 an 2 ann 

 a11i11  a12i21  ...  a1nin1 a11i12  a12i22  ...  a1nin 2 a11i1n  a12i2n  ...  a1ninn 
 
 a21i11  a22i21  ...  a2 nin1 a21i12  a22i22  ...  a2nin 2 a21i1n  a22b2n  ...  a2ninn 

 
 
 an1i12  an 2i22  ...  anninn an1i12  an 2i22  ...  annin 2 an1i1n  an 2i2 n  ...  anninn 

 i11a11  i12 a21  ...  i1n an1 i11a12  i12 a22  ...  i1n an 2 i11a1n  i12a2 n  ...  i1n ann 
 
 i21a11  i22 a21  ...  i2 n an1 i21a12  i22 a22  ...  i2 n an 2 i21a1n  i22 a2 n  ...  i2 n ann 
 
 
 i31a12  i32 a22  ...  i3n an 2 i31a12  i32 a22  ...  i3n an 2 in1a1n  in 2 a2 n  ...  inn ann 
36

 n n n

  a1 j ii1  a1 jii 2 a i 
1 j in
 i , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n 
  a2 j ii1 a i
2 j i2  a2 j iin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 
 n 
 n n

  anj ii 2 a i
nj i 2  anj iin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 

 a11 a12 a1n   a11 a12 a1n 


   
 a21 a22 a2 n   a21 a22

a2 n 
   
   
 an1 an 2 ann   an1 an 2 ann 

An  An

iv. Untuk setiap An  GLn  R  terdapat matriks invers tunggal yang dinotasikan

A1  GLn  R  , sedemikian rupa sehingga A1 An  An A1  I n .

Bukti :

Misal An  GLn  R 

Berdasarkan definisi 18

1
An 1  adj ( An )
det( An )

det( A)  a1 j K1 j  a2 j K2 j  ...  anj Knj

n
  atj Ktj ; j  1, 2,..., n
t 1

 K11 K12 K1n 


 
1
An 
1  K 21 K 22 K2n 
a1 j K1 j  a2 j K 2 j  ...  anj K nj  
 
 K n1 Kn2 K nn 
37

 K11 K12 K1n 


 
1
An  n
1  K 21 K 22 K2n 
 
 atj Ktj  
t 1  K n1 Kn2 K nn 

 K11 K12 K1n 


 n n n 
  atj K tj a K tj tj  atj K tj 
 t 1 t 1 t 1 
 K K 22 K2n 
 n 21 n n

An 1    atj K tj a K tj tj  atj K tj 

t 1 t 1 t 1
 
 
 K Kn2 K nn 
 n n1 n n 
 a K atj K tj 
  tj tj a K tj tj 
 t 1 t 1 t 1 

 x11 x12 x1n 


 
x x22 x2 n 
A   21
1
 
 
 xn1 xn 2 xnn 

Andaikan An A1  I n

Maka An A1  I n

A1  An 1I n

1
 x11 x12 x1n   a11 a12 a1n   i11 i12 i1n 
     
 x21 x22 x2 n   a21 a22

a2 n   i21 i22 i2 n 
     
     
 xn1 xn 2 xnn   an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 

 x11 x12 x1n   x11 x12 x1n  i11 i12 i1n 


    
 x21 x22 x2 n   x21

x22 x2 n  i21 i22 i2 n 
    
    
 xn1 xn 2 xnn   xn1 xn 2 xnn  in1 in 2 inn 
38

 x11 x12 x1n   x11 x12 x1n 


   
 x21 x22 x2 n   x21

x22 x2 n 
   
   
 xn1 xn 2 xnn   xn1 xn 2 xnn 

Andaikan A1 A  I n

Maka A1 A  I n

A1  I A1

1
 x11 x12 x1n   i11 i12 i1n  a11 a12 a1n 
    
 x21 x22 x2 n   i21 i22

i2 n  a21 a22 a2 n 
    
    
 xn1 xn 2 xnn   in1 in 2 inn  an1 an 2 ann 

 x11 x12 x1n   i11 i12 i1n  x11 x12 x1n 


    
 x21 x22 x2 n   i21 i22

i2 n  x21 x22 x2 n 
    
    
 xn1 xn 2 xnn   in1 in 2 inn  xn1 xn 2 xnn 

 x11 x12 x1n   x11 x12 x1n 


   
 x21 x22 x2 n   x21

x22 x2 n 
   
   
 xn1 xn 2 xnn   xn1 xn 2 xnn 

Terbukti bahwa A1 An  An A1  I n

1.1.4 Sifat – Sifat Grup pada Matriks GLn  R 

Berdasarkan teorema 1, maka akan dibuktikan bahwa elemen identitas

dari matriks GLn  R  adalah tunggal.


39

Bukti :

Andaikan

 a11 a12 a1n 


 
a a22 a2 n 
An   21
 
 
 an1 an 2 ann 

 b11 b12 b1n 


 
b b b2 n 
Bn   21 22
 
 
 bn1 bn 2 bnn 

Keduanya adalah matriks identitas An  Bn , maka berlaku:

i. An Bn  Bn An  An … Bn sebagai matriks identitas

An Bn  Bn An
 a11 a12 a1n  b11 b12 b1n   b11 b12 b1n  a11 a12 a1n 
     
 a21 a22 a2 n  b21 b22 b2 n   b21 b22

b2 n  a21 a22 a2 n 
     
     
 an1 an 2 ann  bn1 bn 2 bnn   bn1 bn 2 bnn  an1 an 2 ann 
 n n n
  n n n

  a1 j bi1  a1 jbi 2  1 j in   i
a b b1 j ai1 b a
1 j i2  b1 j ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n   n n n 
  a2 j bi1  a2 jbi 2  2 j in    i
a b b2 j ai1 b a
2 j i2  b2 j ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   , j 1 i , j 1 i , j 1 
   
 n   n 
 n n
  n n

  anj bi 2 a b
nj i 2  anj bin    bnj ai 2 b a
nj i 2  bnj ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
40

 n n n
  n n n

  a1 j ii1  a1 jii 2  1 j in   i
a i i1 j ai1  i1 j ai 2 i a 
1 j in
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n   n n n 
  a2 j ii1  2 j i2a i  2 j in    i
a i i2 j ai1 i a
2 j i2  i2 j ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   , j 1 i , j 1 i , j 1 
   
 n   n 
 n n
  n n

  anj ii 2  anj ii 2  anj iin    inj ai 2 i a
nj i 2  inj ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 a11 a12 a1n   a11 a12 a1n 
   
 a21 a22 a2 n   a21 a22

a2 n 
   
   
 an1 an 2 ann   an1 an 2 ann 

An  An

ii. An Bn  Bn An  Bn … An sebagai matriks identitas

An Bn  Bn An

 a11 a12 a1n  b11 b12 b1n   b11 b12 b1n  a11 a12 a1n 
     
 a21 a22 a2 n  b21 b22 b2 n   b21 b22

b2 n  a21 a22 a2 n 
     
     
 an1 an 2 ann  bn1 bn 2 bnn   bn1 bn 2 bnn  an1 an 2 ann 
 n n n
  n n n

  a1 j bi1 a b
1 j i2  a1 jbin   i b1 j ai1 b a
1 j i2  b1 j ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n   n n n 
  a2 j bi1 a b  a2 j bin    b2 j ai1 b a  b2 j ain 
   i , j 1
2 j i2 2 j i2
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
   
 n   n 
 n n
  n n

  anj bi 2  anjbi 2  anj bin    bnj ai 2 b a
nj i 2  bnj ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
41

 n n n
  n n n

  i1 j bi1  i1 jbi 2  1 j in   i
i b b1 j ii1  b1 jii 2 b i 
1 j in
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n   n n n 
  i2 j bi1  2 j i2i b  2 j in    i
i b b2 j ii1 b i
2 j i2  b2 j iin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   , j 1 i , j 1 i , j 1 
   
 n   n 
 n n
  n n

  inj bi 2  inj bi 2  inj bin    bnj ii 2 b i nj i 2  bnj iin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 b11 b12 b1n   b11 b12 b1n 
   
 b21 b22 b2 n   b21 b22

b2 n 
   
   
 bn1 bn 2 bnn   bn1 bn 2 bnn 

Bn  Bn

Karena An Bn dan Bn An adalah elemen tunggal pada matriks GLn  R  maka (i)

dan (ii) berakibat An  Bn (kontradiksi dengan pengandaian) ini berarti bahwa

matriks identitas di GLn  R  adalah tunggal.

Berdasarkan teorema 2, maka akan dibuktikan invers dari invers suatu

elemen di grup GLn ( ) adalah elemen itu sendiri.

Misal: An  GLn  R  adalah grup

untuk setiap An  GLn  R  berlaku An   An 1 


1

Bukti :

a. An  GLn  R  maka An 1  GLn  R  sehingga An An 1  An 1 An  I n ,

 a11 a12 a1n 


 
a a22 a2 n 
A   21
 
 
 an1 an 2 ann 
42

 x11 x12 x1n 


 
x x22 x2 n 
A  X   21
1
 
 
 xn1 xn 2 xnn 
 a11 a12 a1n  x11 x12 x1n   i11 i12 i1n 
    
 a21 a22 a2 n  x21 x22 x2 n   i21 i22

i2 n 
    
    
 an1 an 2 ann  xn1 xn 2 xnn   in1 in 2 inn 
a1n    x11 x12 x1n    i11 i12
1 1
 a11 a12 x1n  x11 x12 i1n   x11 x12 x1n 
       
 a21 a22 a2n    x21 x22 x2n  x21 x22 x2n    i21 i22 i2n   x21 x22 x2n 

       
       
 an1 an 2 ann    xn1 xn 2 xnn  xn1 xn 2 xnn    in1 in 2 inn   xn1 xn 2 xnn 
 
1
 a11 a12 a1n  i11 i12 i1n   i11 i12 i1n  x11 x12 x1n 
     
 a21 a22 a2 n  i21 i22 i2 n   i21 i22

i2 n  x21 x22 x2 n 
     
     
 an1 an 2 ann  in1 in 2 inn   in1 in 2 inn  xn1 xn 2 xnn 
1
 a11 a12 a1n   x11 x12 x1n 
   
 a21 a22 a2 n   x21

x22 x2 n 
   
   
 an1 an 2 ann   xn1 xn 2 xnn 
1
a1n    a11 
1
 a11 a12 a12 a1n 
    
 a21 a22 a2 n    a21 a22 a2 n  

    
    
 an1 an 2 ann    an1 an 2 ann  
 

Juga

 x11 x12 x1n  a11 a12 a1n   i11 i12 i1n 


    
b.  x21 x22 x2 n  a21 a22 a2 n   i21 i22

i2 n 
    
    
 xn1 xn 2 xnn  an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 
43

  x11 x12 x1n 


1
 x11 x12 x1n    a11 a12 a1n 
    
  x21 x22 x2 n   x21 x22 x2 n    a21 a22 a2 n 
    
    
  xn1 xn 2 xnn   xn1 xn 2 xnn    an1 an 2 ann 
 
1
 i11 i12 i1n   x11 x12 x1n   i11 i12 i1n 
    
i i22 i2 n   x21 x22 x2 n   i21 i22 i2 n 
  21
    
    
 in1 in 2 inn   xn1 xn 2 xnn   in1 in 2 inn 
1
 i11 i12 i1n  a11 a12 a1n   x11 x12 x1n   i11 i12 i1n 
      
 i21 i22 i2 n  a21 a22 a2 n   x21

x22 x2 n   i21 i22 i2 n 
      
      
 in1 in 2 inn  an1 an 2 ann   xn1 xn 2 xnn   in1 in 2 inn 
1
 a11 a12 a1n   x11 x12 x1n 
   
 a21 a22 a2 n   x21

x22 x2 n 
   
   
 an1 an 2 ann   xn1 xn 2 xnn 
1
a1n    a11 
1
 a11 a12 a12 a1n 
    
 a21 a22 a2 n    a21 a22 a2 n  

    
    
 an1 an 2 ann    an1 an 2 ann  
 

An   An 1 
1

Dari a dan b maka An   An 1 


1

Berdasarkan teorema 3, maka akan dibuktikan bahwa dalil kanselasi

dipertahankan atau berlaku pada GLn ( ) .

Bukti :

Akan ditunjukkan bahwa pada grup berlaku dalil kanselasi kiri maupun kanan,

misal An , Bn , Cn  GLn  R  adalah grup dan  An , Bn , Cn  GLn ( ) berlaku:

a. Bn An  Cn An , maka
44

Bn  Cn … kanselasi kanan

b. An Bn  AnCn , maka

Bn  Cn … kanselasi kiri

Selanjutnya

 a11 a12 a1n   x11 x12 x1n 


   
a.  a21 a22 a2 n  x
 GLn ( ) maka  21
x22 x2 n 
 GLn ( )
   
   
 an1 an 2 ann   xn1 xn 2 xnn 

 b11 b12 b1n  a11 a12 a1n   c11 c12 c1n  a11 a12 a1n 
     
 b21 b22 b2 n  a21 a22 a2 n   c21 c22

c2 n  a21 a22 a2 n 
     
     
 bn1 bn 2 bnn  an1 an 2 ann   cn1 cn 2 cnn  an1 an 2 ann 
 n n n
  n n n

  b1 j ai1  b1 j ai 2  1 j in   i
b a c1 j ai1 c a
1 j i2  c1 j ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n   n n n 
  b2 j ai1 b a
2 j i2  b2 j ain    i c2 j ai1 c a
2 j i2  c2 j ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   , j 1 i , j 1 i , j 1 
   
 n   n 
 n n
  n n

  bnj ai 2  bnj ai 2  bnj ain    cnj ai 2 c a
nj i 2  cnj ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n

  b1 j ai1 b a
1 j i2  b1 j ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
 x x12 x1n 
 n n n   11 
  b2 j ai1 b a  b2 j ain   x21 x22 x2 n 

2 j i2
 i , j 1 i , j 1 i , j 1  
  
 n   xn1 xn 2 xnn 
 n n

  bnj ai 2 b a
nj i 2  bnj ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n

  c1 j ai1 c a
1 j i2  c1 j ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
 x x12 x1n 
 n n n   11 
  c2 j ai1 c a
2 j i2  c2 j ain   x21 x22 x2 n 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1  
  
 n   xn1 xn 2 xnn 
 n n

  cnj ai 2 c a
nj i 2  cnj ain 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
45

 n n n

  1 j i1 11  1 j i 2 i 2
b a x b a x  b1 j ain xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n 
  b2 j ai1 xi1  b2 j ai 2 xi 2  b2 j ain xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 
 n 
 n n

  bnj ai 2 xi 2  bnj ai 2 xi 2  bnj ain xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n

  c1 j ai1 x11  c1 j ai 2 xi 2  c1 j ain xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n 
  c2 j ai1 xi1  c2 j ai 2 xi 2  c2 j ain xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 
 n 
 n n

  cnj ai 2 xi 2  cnj ai 2 xi 2  cnj ain xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n
 n n n

  1j  1j b b  b1 j    1 j i1 a i  a x
1 j i2  a1 j xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  i , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n  n n n 
  b2 j  b2 j  b2 j    a2 j ii1  a2 j xi 2  a2 j xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
  
 n   
 n n
 n n n

  bnj  bnj  bnj    anj ii 2  anj xi 2  anj xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n
 n n n

  c1 j  c1 j  c1 j    a1 j xi1  a1 j xi 2 a 1j xin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  i , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n  n n n 
  c2 j  c2 j  2 j i c   a x
2 j i1  a2 j xi 2  2 j in 
a x
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   , j 1 i , j 1 i , j 1 
  
 n  n 
 n n
 n n

  nj  nj c c  c nj    nj i 2 a x  anj xi 2  anj xin 
 i , j 1 i , j  1 i , j 1  i , j  1 i , j  1 i , j 1 
46

 n n n

  b1 j  b1 j b 1j 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
 i i i1n 
 n n n   11 12 
  b2 j b 2j  b2 j   i21 i22 i2 n 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1  
  
 n   in1 in 2 inn 
 n n

  bnj b nj  bnj 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n

  1j  1jc c  c1 j 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
 i i i1n 
 n n n   11 12 
  c2 j  c2 j  c2 j  i21 i22
 i2 n 
  i , j 1 i , j 1 i , j 1  
  
 n   in 1 in 2 inn 
 n n

  cnj  cnj  cnj 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n
  n n n

  1j  1jb b  1 j   i
b c1j  c1 j c 1j 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n   n n n 
  b2 j  b2 j  2 j  ib   c2j  c2 j  c2 j 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   , j 1 i , j 1 i , j 1 
   
 n   n 
 n n
  n n

  b nj  b nj  b nj    c nj  cnj  cnj 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 b11 b12 b1n   c11 c12 c1n 
   
 b21 b22 b2 n   c21 c22

c2 n 
   
   
 bn1 bn 2 bnn   cn1 cn 2 cnn 

Bn  Cn

 a11 a12 a1n   x11 x12 x1n 


   
b.  a21 a22 a2 n  x
 GLn ( ) maka  21
x22 x2 n 
 GLn ( )
   
   
 an1 an 2 ann   xn1 xn 2 xnn 
47

 a11 a12 a1n  b11 b12 b1n   a11 a12 a1n  c11 c12 c1n 
     
 a21 a22 a2 n  b21 b22 b2 n   a21 a22

a2 n  c21 c22 c2 n 
     
     
 an1 an 2 ann  bn1 bn 2 bnn   an1 an 2 ann  cn1 cn 2 cnn 
 n n n
  n n n

  a1 j bi1 b a b
1 j i2  a1 jbin   i a1 j ci1 a c
1 j i2 a c 
1 j in
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n   n n n 
  a2 j bi1 a b  a2 j bin    a2 j ci1 a c  a2 j cin 
   i , j 1
2 j i2 2 j i2
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
   
 n   n 
 n n
  n n

  anj bi 2  anjbi 2  anj bin    anj ci 2 a c
nj i 2  anj cin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 

 n n n
  n n n

  x1 j ai1b11  x1 j ai 2bi 2  1 j in in   i
x a b x1 j ai1c11  x1 j ai 2ci 2 x ac 
1 j in in
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n   n n n 
  x2 j ai1bi1  x2 j ai 2bi 2  2 j in in    i
x a b x2 j ai1ci1 x a c
2 j i2 i2  x2 j ain cin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   , j 1 i , j 1 i , j 1 
   
 n   n 
 n n
  n n

  xnj ai 2bi 2 x a b nj i 2 i 2  xnj ainbin    xnj ai 2ci 2 x a c nj i 2 i 2  xnj ain cin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n
 n n n

  a1 j ii1 a 1 j xi 2  a1 j xin    b1 j b 1j  b1 j 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  i , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n  n n n 
  a2 j ii1 a 2 j xi 2  a2 j xin    b2 j b  b2 j 

2j
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1
  
 n  n 
 n n
 n n

  anj ii 2  anj xi 2  anj xin    bnj b nj  bnj 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n
 n n n

  a1 j xi1 a 1 j xi 2  a1 j xin    c1 j c 1j  c1 j 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
  i , j 1 i , j 1 i , j 1

 n n n  n n n 
  a2 j xi1 a 2 j xi 2  a2 j xin    c2 j c 2j  c2 j 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
  
 n  n 
 n n
 n n

  anj xi 2  anj xi 2  anj xin    cnj c nj  cnj 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1   i , j 1 i , j 1 i , j 1 
48

 n n n

  1 j  b1 j
b b 1j 
i1n   n 
i , j 1 i , j 1 i , j 1
 i11 i12
  
n n

 i21 i22 i2 n    b2 j  b2 j  b2 j 
 
i , j 1 i , j 1 i , j 1 
   
 in1 in 2 inn   n 
 n n

  b nj  bnj  bnj 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 n n n

  1 j  c1 j
c  c1 j 
i1n   n 
i , j 1 i , j 1 i , j 1
 i11 i12
  
n n

 i21 i22 i2 n    c2 j  c2 j  c2 j 
 
i , j 1 i , j 1 i , j 1

   
 in1 in 2 inn   n 
 n n

  c nj  cnj  cnj 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 b11 b12 b1n   c11 c12 c1n 
   
 b21 b22 b2 n   c21 c22

c2 n 
   
   
 bn1 bn 2 bnn   cn1 cn 2 cnn 

Bn  Cn

Jadi dalil kanselasi berlaku pada GLn  R  .

Berdasarkan teorema 4, maka akan dibuktikan:

Misal: An , Bn  GLn  R  adalah grup

untuk setiap An , Bn  GLn  R  berlaku An   An 1 


1

Bukti :

An  GLn  R  maka An 1  GLn  R  sehingga An An 1  An 1 An  I n ,

 a11 a12 a1n 


 
a a22 a2 n 
A   21
 
 
 an1 an 2 ann 
49

 x11 x12 x1n 


 
x x22 x2 n 
A  X   21
1
 
 
 xn1 xn 2 xnn 
 a11 a12 a1n  x11 x12 x1n   i11 i12 i1n 
    
 a21 a22 a2 n  x21 x22 x2 n   i21 i22

i2 n 
    
    
 an1 an 2 ann  xn1 xn 2 xnn   in1 in 2 inn 
a1n    x11 x12 x1n    i11 i12
1 1
 a11 a12 x1n  x11 x12 i1n   x11 x12 x1n 
       
 a21 a22 a2n    x21 x22 x2n  x21 x22 x2n    i21 i22 i2n   x21 x22 x2n 

       
       
 an1 an 2 ann    xn1 xn 2 xnn  xn1 xn 2 xnn    in1 in 2 inn   xn1 xn 2 xnn 
 
1
 a11 a12 a1n  i11 i12 i1n   i11 i12 i1n  x11 x12 x1n 
     
 a21 a22 a2 n  i21 i22 i2 n   i21 i22

i2 n  x21 x22 x2 n 
     
     
 an1 an 2 ann  in1 in 2 inn   in1 in 2 inn  xn1 xn 2 xnn 
1
 a11 a12 a1n   x11 x12 x1n 
   
 a21 a22 a2 n   x21

x22 x2 n 
   
   
 an1 an 2 ann   xn1 xn 2 xnn 
1
a1n    a11 
1
 a11 a12 a12 a1n 
    
 a21 a22 a2 n    a21 a22 a2 n  

    
    
 an1 an 2 ann    an1 an 2 ann  
 

Juga

 x11 x12 x1n  a11 a12 a1n   i11 i12 i1n 


    
 x21 x22 x2 n  a21 a22 a2 n   i21 i22

i2 n 
    
    
 xn1 xn 2 xnn  an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 
50

  x11 x12 x1n 


1
 x11 x12 x1n    a11 a12 a1n 
    
  x21 x22 x2 n   x21 x22 x2 n    a21 a22 a2 n 
    
    
  xn1 xn 2 xnn   xn1 xn 2 xnn    an1 an 2 ann 
 
1
 i11 i12 i1n   x11 x12 x1n   i11 i12 i1n 
    
i i22 i2 n   x21 x22 x2 n   i21 i22 i2 n 
  21
    
    
 in1 in 2 inn   xn1 xn 2 xnn   in1 in 2 inn 
1
 i11 i12 i1n  a11 a12 a1n   x11 x12 x1n   i11 i12 i1n 
      
 i21 i22 i2 n  a21 a22 a2 n   x21

x22 x2 n   i21 i22 i2 n 
      
      
 in1 in 2 inn  an1 an 2 ann   xn1 xn 2 xnn   in1 in 2 inn 
1
 a11 a12 a1n   x11 x12 x1n 
   
 a21 a22 a2 n   x21

x22 x2 n 
   
   
 an1 an 2 ann   xn1 xn 2 xnn 
1
a1n    a11 
1
 a11 a12 a12 a1n 
    
 a21 a22 a2 n    a21 a22 a2 n  

    
    
 an1 an 2 ann    an1 an 2 ann  
 

An   An 1 
1

Dari a dan b maka An   An 1 


1

1.2. Homomorfisma Grup pada GLn  R 

3.2.1 Homomorfisma Grup GLn  R  yang Didefinisikan  ( An )  det An

Misal diambil I n , An  GLn  R  dan GLn  R  , dan  R , merupakan

dua buah grup, didefinisikan   An   det An maka :


51

 i11 i12 i1n 


 
i i i2 n 
I n   21 22 adalah elemen identita matriks
 
 
 in1 in 2 inn 

 i11 i12 i1n   i11 i12 i1n 


   
i i i2 n  i i i2 n 
  21 22  det  21 22
   
   
 in1 in 2 inn   in1 in 2 inn 

det( I n )  i1 j K1 j  i2 j K2 j  ...  inj Knj

n
  itj Ktj ; j  1, 2,..., n
t 1

 1

 a11 a12 a1n 


 
a a22 a2 n 
An   21
 
 
 an1 an 2 ann 

det( An )  a1 j K1 j  a2 j K2 j  ...  anj Knj

n
  atj Ktj ; j  1, 2,..., n
t 1

Akan dibuktikan   I n An     I n    An 

Bukti

  a11 a12 a1n  i11 i12 i1n    a11 a12 a1n   i11 i12 i1n 
      
a a a2 n  i21 i22 i2 n    a21 a22 a2n   i21 i22 i2n 
   21 22  
      
       
  an1 an 2 ann  in1 in 2 inn    an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 
52

 n n n

  a1 j ii1  a1 jii 2 a 1 j in i 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
 a a12 a1n   i11 i12 i1n 
 n n n   11   
  a2 j ii1  2 j i2a i  2 j in     a21
a i a22 a2 n   i21 i22 i2 n 
  i , j 1 i , j 1 i , j 1   
  
     
 n   an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 
 n n

  anj ii 2  anj ii 2  anj iin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 b11 b12 b1n   a11 a12 a1n   i11 i12 i1n 
     
b b b2 n  a a22 a2 n   i21 i22 i2 n 
  21 22    21 
     
     
 bn1 bn 2 bnn   an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 

b1 j K1 j  b2 j K 2 j  ...  bnj K nj
 (a1 j K1 j  a2 j K 2 j  ...  anj K nj )(i1 j K1 j  i2 j K 2 j  ...  inj K nj )
n n n

 btj Ktj   atj Ktj  itj Ktj ; j  1, 2,..., n


t 1 t 1 t 1

n n

 btj Ktj   atj itj Ktj


t 1 t 1

n n

 btj Ktj   btj Ktj


t 1 t 1

Jadi untuk GLn  R  , dan  R , merupakan dua grup, sebuah fungsi

 ∶ GLn  R   R yang didefinisikan   An   det An berlaku

  I n An     I n    An  .

Misal  GLn  R  ,  dan  R , merupakan sebuah dua grup . Sebuah fungsi

 ∶ GLn  R   R disebut homomorfisma jika berlaku   An Bn     An    Bn  ,

dengan   An   det An untuk setiap An , Bn  GLn  R  .

Bukti

Ambil An , Bn  GLn  R  ,det An  R


53

Didefinisikan  ∶ An  det An ,  An   det An

Adib : det  An Bn   det  An  det  Bn 

  An Bn     An    Bn 

  a11 a12 a1n  b11 b12 b1n    a11 a12 a1n   b11 b12 b1n 
      
a a a2 n  b21 b22 b2 n   a a a2 n   b21 b22 b2 n 
   21 22    21 22 
       
        
  an1 an 2 ann  bn1 bn 2 bnn    an1 an 2 ann   bn1 bn 2 bnn 
 n n n

  a1 j bi1  a1 jbi 2 a b 
1 j in
 i , j 1 i , j 1 i , j 1
 a a a1n   b11 b12 b1n 
 n n n   11 12   
  a2 j bi1  2 j i2a b  2 j in     a21 a22
a b a2 n   b21 b22 b2 n 
  i , j 1 i , j 1 i , j 1   
  
     
 n   an1 an 2 ann   bn1 bn 2 bnn 
 n n

  anj bi 2  anj bi 2  anj bin 
 i , j 1 i , j 1 i , j 1 
 c11 c12 c1n   a11 a12 a1n   b11 b12 b1n 
     
c c c2 n  a21 a22 a2 n   i21 i22 i2 n 
  21 22   
     
     
 cn1 cn 2 cnn   an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 

c1 j K1 j  c2 j K 2 j  ...  cnj K nj
 (a1 j K1 j  a2 j K 2 j  ...  anj K nj )(b1 j K1 j  b2 j K 2 j  ...  bnj K nj )

n n n

c K   a K b K
t 1
tj tj
t 1
tj tj
t 1
tj tj ; j  1, 2,..., n

n n

b K  b K
t 1
tj tj
t 1
tj tj

Terbukti bahwa GLn  R  adalah homomorfisma.

Contoh :

 1 2  5 1  
  A2 B2      
 3 4  2 3  
54

 9 7  
   
 23 15  

  (9)(15)    (23)(7) 

 26

1 2  5 1
  A2    B2      
 3 4   2 3

  4  6 15  2 

 26

3.2.2 Homomorfisma Grup GLn  R  yang Didefinisikan  ( An )  trAn

Missal diambil I n , An  GLn  R  dan GLn  R  ,   dan  R ,   merupakan

dua buah grup, didefinisikan   An   trAn maka :

 i11 i12 i1n 


 
i i i2 n 
I n   21 22 adalah elemen identita matriks
 
 
 in1 in 2 inn 

 i11 i12 i1n   i11 i12 i1n 


   
i i i2 n  i i i2 n 
  21 22  tr  21 22
   
   
 in1 in 2 inn   in1 in 2 inn 

tr ( I n )  i11  i22  ...  inn

n
 i
i , j 1
ij

 n
55

 a11 a12 a1n 


 
a a22 a2 n 
An   21
 
 
 an1 an 2 ann 

tr ( An )  a11  a22  ...  ann

n
 a
i , j 1
ij

d

Akan dibuktikan   I n  An     I n     An 

  a11 a12 a1n   i11 i12 i1n    a11 a12 a1n   i11 i12 i1n 
       
a a a2 n   i21 i22 i2 n   a a a2 n   i21 i22 i2 n 
   21 22     21 22 
       
         
  an1 an 2 ann   in1 in 2 inn    an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 
 a11  i11 a12  i12 a1n  i1n   a11 a12 a1n   i11 i12 i1n 
     
 a21  i21 a22  i22 a2 n  i2 n   a21 a22 a2 n   i21 i22 i2 n 
  
     
     
 an1  in1 an 2  in 2 ann  inn   an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 
 b11 b12 b1n   a11 a12 a1n   i11 i12 i1n 
     
 b21 b22 b2 n   a21 a22 a2 n   i21 i22 i2 n 
  
     
     
 bn1 bn 2 bnn   an1 an 2 ann   in1 in 2 inn 

b11  b22  ...  bnn  (a11  a22  ...  ann )  (i11  i22  ...  inn )

b11  b22  ...  bnn  ((a  i)11  (a  i)22  ...  (a  i)nn )

b11  b22  ...  bnn  b11  b22  ...  bnn

n n

b  b
i , j 1
ij
i , j 1
ij
56

contoh

 1 0   a11 a12  
  I 2  A2     a 
  0 1   21 a22  

1  a11 a12  


  I 2  A2     
 a21 1  a22  

  I 2  A2   2  a11  a22

1 0   a11 a12  


  I 2  A2         a 
0 1   21 a22  

  I 2  A2     I 2     A2 

Jadi untuk GL  R  ,  


n dan  R,   merupakan dua grup, sebuah fungsi

 ∶ GLn  R   R yang didefinisikan   An   trAn berlaku   I n An     I n    An  .

Misal  GLn  R  ,   dan  R ,   merupakan sebuah dua buah grup . Sebuah

fungsi  ∶ GLn  R   R disebut homomorfisma jika berlaku

  An  Bn     An     Bn  ,   An   trAn untuk setiap An , Bn  GLn  R  .

Bukti

Ambil An , Bn  GLn  R  , trAn  R

Didefinisikan  ∶ An  trAn ,  An   trAn

Adib : tr  An  Bn   tr  An   tr  Bn 
57

  a11 a12 a1n   b11 b12 b1n    a11 a12 a1n   b11 b12 b1n 
       
a a a2 n   b21 b22 b2 n    a21 a22 a2 n   b21 b22 b2 n 
   21 22   
       
        
  an1 an 2 ann   bn1 bn 2 bnn    an1 an 2 ann   bn1 bn 2 bnn 
 a11  b11 a12  b12 a1n  b1n   a11 a12 a1n   b11 b12 b1n 
     
 a21  b21 a22  b22 a2 n  b2 n   a21 a22 a2 n   b21 b22 b2 n 
  
     
     
 an1  bn1 an 2  bn 2 ann  bnn   an1 an 2 ann   bn1 bn 2 bnn 
 c11 c12 c1n   a11 a12 a1n   b11 b12 b1n 
     
 c21 c22 c2 n  a a22 a2 n   b21 b22 b2 n 
    21 
     
     
 cn1 cn 2 cnn   an1 an 2 ann   bn1 bn 2 bnn 

c11  c22  ...  cnn  (a11  a22  ...  ann )  (b11  b22  ...  bnn )

c11  c22  ...  cnn  ((a  b)11  (a  b)22  ...  (a  b)nn )

c11  c22  ...  cnn  c11  c22  ...  cnn

n n

 cij   cij
i , j 1 i , j 1

Terbukti bahwa GLn  R  adalah homomorfisma.

Contoh

 1 2   2 1  
  A2  B2      
 1 3   1 3  

 3 3
 
 2 6

9

1 2   2 1 
  A2     B2        
1 3   1 3 

 1  3   2  3

9
58

3.2.3 Sifat-sifat Homomorfisma Grup GLn  R  yang Didefinisikan

 ( An )  det An

Teorema 5

Misalkan GLn  R  , dua buah grup dan  ∶ GLn  R   R dengan

  An   det An sebuah homomorfisme. Hal berikut ini benar.

Maka :

1. Jika I n ,1 masing-masing identitas di GLn  R  dan R maka

 ( I n )  111 ... 1  1
n

Bukti

Ambil I n  GLn ( ) dan 1

1 0 0 0
 
0 1 0 0
 (In )    
 
0 0 1 0
0 0 1 
 0

n
 1tj1tj
t 1

1

2. Untuk sebarang An  GLn ( ) maka  ( An )1  ( ( Aa ))1

Ambil An  GLn ( )

Didefinisikan  ( An )  det An

Akan dibuktikan  ( An 1 )  ( ( An ))1


59

Bukti

 a11 a12 a1n 


 
a a22 a2 n 
An   21
 
 
 an1 an 2 ann 

 x11 x12 x1n 


 
x x22 x2 n 
An   21
1
 
 
 xn1 xn 2 xnn 

 ( An 1 )  ( ( An ))1

1
 x11 x12 x1n    a11 a12 a1n  
    
x x22 x2 n    a21 a22 a2 n  
  21  
    
    
 xn1 xn 2 xnn    an1 an 2 ann  

x1 j K1 j  x2 j K2 j  ... nj Knj  (a1 j K1 j  a2 j K2 j  ...  anj Knj )1


1
n
 n 

t 1
xtj Ktj    atj Ktj  ; j  1, 2,..., n
 t 1 

n n

 xtj Ktj   xtj Ktj


t 1 t 1

3. M n ( )  GLn ( )    M n ( )  

 : GLn ( ) 

i. Adit   M n ( )  

  M n ( )  : a  H H    An 
60

M n ( )    M n ( )
M n ( )  GLn ( )
M n ( )  GLn ( )
  M n ( )     GLn ( ) 
  M n ( ) 

ii. Adit   M n ( )   

M n ( )  GLn ( )
An  M n ( )
  An     M n ( ) 
  M n ( )
  M n ( )  

Adit   An  ,   Bn    M n ( )  maka   g1    g2    A
1
iii.

An  M n ( )    An     M n ( ) 
Bn  M n ( )    Bn     M n ( ) 

M n ( )  GLn ( )
An , Bn  M n ( )  An Bn1    M n ( ) 

An Bn1  M n ( )
  An    Bn1     M n ( ) 

Bn1 An  M n ( )
  Bn1    An     M n ( ) 

An Bn1  M n ( ) maka   An    Bn1    M n ( ) 

Dari (i), (ii), dan (iii) diperoleh M n ( )  GLn ( )    M n ( )  

3.3 Inspirasi Al-Qur’an dalam Kajian tentang Grup

Adapun salah satu ayat Al-Qur’an yang menginspirasi tentang wajibnya

mencari ilmu dalam QS. Al-Mujadalah : 11 yang berbunyi:


61

               

              

 

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-


lapanglah dalam majlis’, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS. Al-Mujadalah/58:11)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa ketika seseorang disuruh

melapangkan majelis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia disuruh

berdiri sekali pun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang patut

didudukkan di muka, janganlah dia berkecil hati. Melainkan hendaklah dia

berlapang dada karena orang yang berlapang dada itulah kelak yang akan diangkat

imannya dan ilmunya oleh Allah Swt. Sehingga derajatnya bertambah naik. Orang

yang patuh dan sudi memberikan tempat kepada orang lain itulah yang akan

bertambah ilmunya. Salain itu ada orang yang diangkat Allah SWT derajatnya

lebih tinggi dari pada orang kebanyakan, pertama karena imannya, kedua karena

ilmunya. Setiap hari kita dapat melihat pada raut rnuka, pada wajah, pada sinar

mata orang yang beriman dan berilmu. Dengan kata lain, betapa ilmu bisa

mengangkat derajat manusia di hadapan Allah SWT dan di hadapan manusia

lainya. Baik itu ilmu agama atau ilmu sains pada hakikatnya semua ilmu adalah

ilmu Allah Swt.


62
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan bab III, maka dapat diambil kesimpulan,

antara lain :

1. Suatu himpunan matriks invertibel yang entrinya adalah bilangan real yang

didefinisikan GLn  R  dengan operasi pertambahan dan perkalian dengan

skalar memenuhi 4 aksioma grup yaitu tertutup, asosiatif, mempunyai

identitas, dan mempunyai invers.

2. Grup GLn  R  dengan  ∶ GLn  R   R yang didefinisikan   An   det An

dan  ∶ GLn  R   R yang didefinisikan   An   trAn adalah homomorfisma

grup.

3. Grup GLn  R  telah memenuhi sifat-sifat homomorfisma grup.

4.2 Saran

Pada skripsi ini, penulis hanya memfokuskan pada fungsi  ∶ GLn  R   R

yang didefinisikan   An   det An dan   An   trAn . Maka disarankan kepada

peneliti yang lain untuk menggunakan penelitian secara lebih mendalam mengenai

fungsi dan pendefinisian fungsi yang digunakan.

62
DAFTAR PUSTAKA

Anton, H. 2000. Aljabar Linier Elementer. Jakarta: Erlangga

Arifin, A. 2000. Ajabar. Bandung: ITB Bandung

Baker, A. 2006. Matrix Group an Introduction to Lie Group Theory. London:


Springer Verlag

Cholily, Y.M. 2013. Homomorfisma. Malang: Malang. Universitas


Muhammadiyah Malang

Dummit, D.S dan Foote, R.M. 1991. Abstract Algebra. New York: Prentice-Hall
International

Raisinghania, M.D. and Anggarwai, R.S. 1980. Modern Algebra. New Delhi:
Ram Nagar

Supranto, J. 2003. Pengantar Matriks. Jakarta: PT Rineka Cipta

70

Anda mungkin juga menyukai