SKRIPSI
Oleh:
FATMA MUFIDAH
NIM. 10610030
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN POISSON MENGGUNAKAN
JARINGAN FUNGSI RADIAL BASIS PADA KOORDINAT POLAR
SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh:
FATMA MUFIDAH
NIM. 10610030
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN POISSON MENGGUNAKAN
JARINGAN FUNGSI RADIAL BASIS PADA KOORDINAT POLAR
SKRIPSI
Oleh:
FATMA MUFIDAH
NIM. 10610030
Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika
SKRIPSI
Oleh:
FATMA MUFIDAH
NIM. 10610030
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Matematika
NIM : 10610030
Jurusan : Matematika
menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan data, tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
Fatma Mufidah
NIM. 10610030
MOTO
(QS. Muhammad/47:7)
PERSEMBAHAN
Adik-adik terlucu
M. Ali Fikri, M. Fachri A., Larevan Firdaus F., M. Rifki F., dan M. Rizki A.
hadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang dengan baik dan lancar. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo, M.Si, selaku rektor Universitas Islam Negeri
2. Dr. drh. Hj. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan
3. Dr. Abdussakir, M.Pd, selaku ketua Jurusan Matematika Fakultas Sains dan
terselesaikan.
dosen wali yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dan saran sehingga
viii
6. Seluruh dosen Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan cahaya
ilmu pengetahuan.
7. Kedua orang tua penulis Ayah Abdurrahman dan Ibu Mahmudah, serta
seluruh keluarga, terima kasih atas kasih sayang dan do’a yang selalu
Jurusan Matematika 2010, terima kasih atas kenangan indah dan pengalaman
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
HALAMAN MOTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
ABSTRAK .......................................................................................................... xiv
ABSTRACT ..........................................................................................................xv
ملخص..................................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................5
1.6 Metode Penelitian ..................................................................................5
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .........................................................................................51
4.2 Saran ....................................................................................................52
x
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................53
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
ABSTRAK
Kata Kunci: Solusi Numerik, Persamaan Poisson, Jaringan Fungsi Radial Basis,
Koordinat Polar
xiv
ABSTRACT
Poisson equation on the polar coordinate is one of the second order partial
differential equations of elliptic type. This equation is also a special case of
Laplace equation and inhomogeneous version of Laplace equation. In this
research, Poisson equation describes heat conduction on the polar region.
Numerical solution of Poisson equation can be obtained by radial basis
function networks method. Poisson equation can be approximate directly by a
basis function. In this research, basis function that used is multiquadrics. And with
direct radial basis function networks method by differentiating basis function to
its independent variables.
Numerical solutions show that radial basis function network method
especially direct radial basis function network method achieves great accuracy.
𝜋
The smallest maximum absolute errors is 0,00088 with ∆𝑟 = 0,1 and ∆𝜃 = 45 .
From this result, it can be concluded that radial basis function networks method is
effective to approximate Poisson equation on the polar coordinate.
xv
ملخص
مفيدة ,فطمة.۲۰۱٤ .الحل العددي لمعادلة بواسون باستخدام شبكة الدالة الشعاعية لتنسيق دائرة .حبث
جامعي .قسم الرياضيات .كلية العلوم والتكنولوجيا .اجلامعة اإلسالمية احلكومية موالنا مالك إبراىيم
ماالنج.
ادلشرف )۱( :حممد مجهورى ادلاجستري
( )۲احلاج وحيو ىنكى اروان ادلاجستري
الكلمة المفتاحية :احلل العددي ،معادلة بواسون ،شبكة الدالة الشعاعية ،تنسيق دائرة
معادلة بواسون يف اإلحداثيات القطبية أو دائرة ىي ادلعادلة التفاضلية اجلزئية اخلطية على الرتبة الثانية من
نوع إليبتيك .ىذه ادلعادلة ىي شكل خاص أو شكل غري متجانس من معادلة البالس .يف ىذا البحث معادلة
بواسون يدل على انتشار احلرارة يف الغرفة الدائرة.
احلل العددي دلعادلة بواسون يستطيع أن ينالو باستخدام شبكة القاعدة الشعاعية .هبذه الطريقة كل
معادلة ومشتقاتو ميكن ان حياسبو مباشرة بالقاعدة األساسية .يف ىذا البحث ،تكون القاعدة األساسية ادلستخدمة
ىي القاعدة األساسية من نوع .multiquadricsبالطريقة ادلباشرة وىي حتسب مشتقات إىل ادلغرياهتا احلر.
احلل العددي باستخدام شبكة القاعدة الشعاعية ،وخاصة الطريقة ادلباشرة ادلستمدة من ىذا البحث
تدل على دقة عالية باخلطأ الصغري .نتيجة أكرب اخلطأ مطلق األصغر ىو 0,00088ب 0,1=∆rو
𝜋
. =∆θفهذا يشري إىل أن األسلوب شبكة القاعدة الشعاعية ذلا فعالية اجليدة يف حماسبة احلل العددي دلعادلة
45
بواسون لتنسيق دائرة.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
diferensial yang kompleks dan rumit, digunakan metode numerik sebagai langkah
alternatif dalam penyelesaian masalah tersebut. Saat ini, metode numerik tidak
hanya dikembangkan oleh para ilmuwan matematika saja, tetapi juga oleh para
ilmuwan bidang yang lainnya, seperti teknik mesin dan teknik elektro (Munir,
2010).
proses atau teknik tertentu untuk mendapatkan solusi numerik dari suatu persoalan
dengan estimasi atau taksiran. Ternyata konsep estimasi dalam ilmu matematika
telah ditunjukkan Allah Swt dalam Al-Qur’an sejak ribuan tahun yang lalu. Allah
Melalui ayat tersebut dapat diketahui bahwa sesungguhnya Allah Swt telah
Estimasi dalam ayat tersebut tidak disebutkan secara langsung, namun dari ayat
tersebut tersirat makna hampiran atau kesan ketidakyakinan akan jumlah “seratus
ribu orang atau lebih”. Menurut penulis, kata “ ” َأ ْو َأ ِز ُدي وَأdalam ayat tersebut
1
2
memberikan kesan ketidak pastian jumlah orang yang disebutkan. Dapat diambil
kesimpulan bahwa jumlah orang yang dimaksud dalam ayat tersebut bisa jadi
lebih dari seratus ribu. Seratus ribu bukan jumlah yang sebenarnya melainkan
jumlah hampiran atau taksiran. Jumlah taksiran dalam ayat tersebut seperti yang
ada pada konsep metode numerik yang menghasilkan solusi numerik (Abdussakir,
2006).
persamaan diferensial adalah jaringan fungsi radial basis (Radial Basis Function
Networks). Jaringan fungsi radial basis telah lama dikenal dalam bidang rekayasa
dan teknik sebagai jaringan syaraf tiruan yang menggunakan fungsi basis sebagai
fungsi pengaktif. Gagasan jaringan fungsi radial basis diperoleh dari teori
Jaringan fungsi radial basis merupakan pemetaan dari suatu vektor input
𝑚 𝑛
himpunan fungsi basis ϕ(𝑥𝑖 , 𝑐𝑗 ) , dengan 𝑥𝑖 𝑖=1 . Secara umum, fungsi basis
𝑗 =1
2
dapat ditulis dengan ϕ 𝑥𝑖 , 𝑐𝑗 = 𝑥𝑖 − 𝑐𝑗 + α, α = var(𝑥). 𝑥𝑖 adalah vektor
input dan 𝑐𝑗 adalah titik center dari 𝑥 ke-𝑖 (Mai-Duy dan Tran-Cong, 2003).
adalah setiap fungsi dan turunannya dapat dihampiri secara langsung dengan
sebuah fungsi basis. Metode jaringan fungsi radial basis terdiri dari metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung yaitu dengan menurunkan
3
fungsi basis terhadap variabel bebasnya, metode tidak langsung yaitu dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah metode langsung (Mai-Duy dan Tran-
Cong, 2003).
mesin, dan fisika teori. Dinamai dari nama belakang seorang matematikawan
Perancis yang juga seorang ahli fisika dan geometri Simeon Denis Poisson.
Penelitian ini diharapkan dapat diperoleh ketelitian yang lebih baik serta
waktu komputasi yang cepat untuk solusi numerik persamaan Poisson pada
separasi variabel tersebut langkah dan prosesnya cukup panjang dan rumit,
derivatives using radial basis function networks yang ditulis oleh Nam Mai-Duy
radial basis memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode
konvensional lain. Galat yang dihasilkan relatif kecil, grafik solusi numeriknya
hampir menyamai solusi eksaknya. Metode ini cukup efektif dalam masalah
aproksimasi. Disimpulkan pula dalam jurnal tersebut, bahwa jenis fungsi basis
4
fungsi radial basis. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode ini
cukup efektif dalam menghitung solusi numerik persamaan Poisson tersebut, serta
menunjukkan kedudukan suatu titik pada bidang. Hal ini disebabkan karena
bentuk geometris di alam tidak selalu berupa kotak-kotak atau persegi panjang,
suatu titik pada bidang ialah menggunakan sistem koordinat polar. Berdasarkan
(𝑟, 𝜃).
Poisson pada koordinat polar adalah menggunakan pendekatan studi literatur atau
berikut:
Poisson dalam bentuk persamaan jaringan fungsi radial basis yang telah
diperoleh.
6
8. Memberikan kesimpulan atas hasil penelitian yang telah diperoleh serta saran
dari empat bab, yang masing-masing bab dibagi dalam subbab dengan sistematika
Bab I Pendahuluan
Bab ini meliputi beberapa subbab yaitu latar belakang, rumusan masalah,
baik dari hasil penelitian terdahulu, berbagai literatur (buku), serta dari
langsung jaringan fungsi radial basis, analisis galat, dan kajian agama
jaringan fungsi radial basis dan nilai bobot 𝑤𝑗 yang telah diperoleh,
Bab IV Penutup
Pada bab ini penulis mengkaji tentang kesimpulan yang diperoleh dari
KAJIAN PUSTAKA
persamaan gelombang tidak bergantung pada waktu (𝑡), yaitu 𝑢𝑡 = 0 dan 𝑢𝑡𝑡 = 0,
persamaan Laplace:
∇2 𝑢 = 𝑓 (2.1)
Laplace yang juga merupakan bentuk khusus dari persamaan Laplace. Bentuk
𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦) 𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦)
+ = 𝑓(𝑥, 𝑦) (2.2)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
maka:
𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦) 𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦)
+ =0 (2.3)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
8
9
yang kemudian dikenal dengan persamaan Laplace. Pada domain 𝑥𝑎 < 𝑥 < 𝑥𝑏 ,
𝑦𝑎 < 𝑦 < 𝑦𝑏 .
adalah:
𝑢 𝑥𝑎 , 𝑦 = 𝑓1 𝑦 𝑢 𝑥𝑏 , 𝑦 = 𝑓2 𝑦
(2.5)
𝑢 𝑥, 𝑦𝑎 = 𝑓3 𝑥 𝑢 𝑥, 𝑦𝑏 = 𝑓4 𝑥
batas-batas tersebut.
Persamaan Poisson pada sistem koordinat polar (𝑟, 𝜃), dengan 𝑢(𝑟, 𝜃) adalah:
batas untuk persamaan Poisson pada sistem koordinat polar 2 dimensi (𝑟, 𝜃)
adalah:
𝑢 𝑎, 𝜃 = 𝑓 𝜃
(2.6)
𝑢 0, 𝜃 = 𝑓(𝜃)
𝑎 adalah jari-jari lingkaran dan 𝑓 𝜃 adalah fungsi yang menyatakan kondisi pada
batas tersebut. 𝑦
𝑢 𝑎, 𝜃 = 𝑓(𝜃)
𝑎
θ
𝑢 0, 𝜃 = 𝑓(𝜃) 𝑂 𝑥
𝑎 𝑎
∇2 𝑢 = 𝑓(𝑟, 𝜃)
dalam ruang. Sistem koordinat Cartesius atau siku-siku dikenalkan oleh dua
matematikawan, Pierre Fermat dan Ren𝑒 Descartes. Dasar pemikiran mereka ialah
untuk menunjukkan kedudukan titik P pada suatu bidang dengan dua bilangan
yang ditulis dengan lambang (𝑥, 𝑦). Setiap bilangan menggambarkan jarak
berarah dari dua sumbu yang saling tegak lurus. Sistem koordinat tersebut
1990).
menunjukkan kedudukan suatu benda atau titik pada bidang. Sistem koordinat
polar atau kutub merupakan salah satu sistem koordinat lain yang diciptakan
(Soedojo, 1995).
Setiap titik pada bidang Cartesius dihubungkan pada jarak tertentu pada
sumbu 𝑥 yang disebut absis, dan pada sumbu 𝑦 yang disebut ordinat. Pasangan
berurutan (𝑥, 𝑦) disebut dengan koordinat. Sepasang koordinat polar suatu titik
setengah garis tetap yang dinamakan sumbu polar yang berpangkal pada sebuah
titik pusat O. Titik ini disebut polar atau titik asal. Biasanya sumbu polar ini
11
digambar mendatar dan mengarah ke kanan dan oleh sebab itu sumbu ini dapat
perpotongan antara sebuah lingkaran tunggal yang berpusat di O dan sebuah sinar
tunggal yang memancar dari O. r adalah jari- jari ingkaran dan θ adalah salah satu
sudut antara sinar dan sumbu polar. Sepasang koordinat polar dari titik P dan
ditulis dengan P (r, θ) adalah (𝑟, 𝜃). Sistem koordinat polar digambarkan dalam
P(r,θ)
r
θ
𝑥
O Sumbu Polar
berimpit dengan sumbu x positif pada sistem koordinat Cartesius, maka koordinat
polar (r, θ) sebuah titik P dan koordinat Cartesius (𝑥, 𝑦) titik itu dihubungkan
oleh persamaan:
𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 (2.7)
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 (2.8)
𝑟2 = 𝑥2 + 𝑦2 (2.9)
𝑦
tan 𝜃 =
𝑥
(2.10)
𝑦
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 tan
𝑥
12
suatu fungsi dengan dua variabel yaitu 𝑥 dan 𝑦. 𝑦 diasumsikan konstan atau
𝑓𝑥 (𝑥0 , 𝑦0 ).
sebagai:
Purcell dan Varberg (1990) menyatakan bahwa turunan parsial orde kedua
suatu fungsi 𝑓 yang mengandung variabel 𝑥 dan 𝑦, diperoleh dari empat buah
𝜕 𝜕𝑓 𝜕2𝑓
𝑓𝑥𝑥 = 𝜕𝑥 = 𝜕𝑥 2 (2.13)
𝜕𝑥
𝜕 𝜕𝑓 𝜕2𝑓
𝑓𝑦𝑦 = 𝜕𝑦 = 𝜕𝑦 2 (2.14)
𝜕𝑦
𝜕 𝜕𝑓 𝜕2𝑓
𝑓𝑥𝑦 = (𝑓𝑥 )𝑦 = 𝜕𝑦 = 𝜕𝑦𝜕𝑥 (2.15)
𝜕𝑥
𝜕 𝜕𝑓 𝜕2𝑓
𝑓𝑦𝑥 = (𝑓𝑦 )𝑥 = 𝜕𝑥 = 𝜕𝑥𝜕𝑦 (2.16)
𝜕𝑦
Purcell dan Varberg (1990) menyatakan bahwa turunan parsial tingkat tiga
dan lebih tinggi didefinisikan dengan cara yang sama dan cara penulisannya pun
sama. f merupakan suatu fungsi dua variabel yaitu 𝑥 dan 𝑦, turunan parsial orde
𝜕 𝜕2𝑓 𝜕3𝑓
= 𝜕𝑦 2 𝜕𝑥 = 𝑓𝑥𝑦𝑦 (2.17)
𝜕𝑦 𝜕𝑦𝜕𝑥
Andaikan f merupakan suatu fungsi tiga variabel yaitu 𝑥, 𝑦, dan 𝑧. Turunan parsial
𝜕𝑓 (𝑥,𝑦,𝑧)
f terhadap x di 𝑥, 𝑦, 𝑧 dinyatakan oleh 𝑓𝑥 (𝑥, 𝑦, 𝑧) atau akan didefinisikan
𝜕𝑥
oleh:
𝜕𝑧 𝑓 𝑥+∆𝑥,𝑦 −𝑓(𝑥,𝑦 )
𝑓𝑥 𝑥, 𝑦 = 𝜕𝑥 = lim∆𝑥→0 (2.19)
∆𝑥
ke 𝑦.
𝜕𝑧 𝑓 𝑥,𝑦+∆𝑦 −𝑓(𝑥,𝑦)
𝑓𝑦 𝑥, 𝑦 = 𝜕𝑦 = lim∆𝑦→0 (2.20)
∆𝑦
pada tahun 1988. Metode ini merupakan salah satu dari metode jaringan syaraf
tiruan yang menggunakan fungsi aktivasi berupa fungsi basis. Jaringan syaraf
McCulloch dan logician Walter Pitts pada tahun 1943 sebagai algoritma
pemrosesan informasi yang terinspirasi oleh sistem kerja jaringan syaraf biologis
jaringan fungsi radial basis ini terdiri atas 3 bagian, yaitu input layer, hidden
layer, dan output layer. Tiap-tiap unit pada bagian hidden layer merupakan
bebas (𝑥) dan variabel terikat (𝑦). Himpunan tersebut dilambangkan dengan
𝑛
𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 𝑖=1 dengan 𝑛 adalah banyaknya input. Jaringan fungsi radial basis
output yang hanya 1-dimensi. Secara matematis jaringan fungsi radial basis ditulis
𝑚 𝑛
fungsi basis ϕ(𝑥𝑖 , 𝑐𝑗 ) , dengan 𝑥𝑖 𝑖=1 . Secara umum, fungsi basis dapat
𝑗 =1
15
2
ditulis dengan ϕ 𝑥𝑖 , 𝑐𝑗 = 𝑥𝑖 − 𝑐𝑗 + α, α = var(𝑥𝑖 ). 𝑥𝑖 adalah vektor input
dan 𝑐𝑗 adalah titik center dari 𝑥 ke-𝑖. (Mai-Duy dan Tran-Cong, 2003).
Terdapat beberapa jenis fungsi basis dalam jaringan fungsi radial basis.
merupakan jenis fungsi basis yang memiliki keakuratan lebih baik dari jenis
fungsi yang lain. Dikembangkan pertama kali oleh Roland Hardy pada tahun 1971
oleh matematikawan, Richard Franke pada tahun 1979 dan selanjutnya mengalami
oleh Edward Kansa pada tahun 1990 (Sarra dan Kansa, 2009).
2
ϕ 𝑥𝑖 , 𝑐𝑗 = 𝑥𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝛼, untuk setiap 𝛼 > 0 (2.21)
Keterangan,
var 𝑥 𝑖 +var 𝑦 𝑖
𝛽 : nilai parameter width untuk fungsi 2 variabel, dengan 𝛽 = 2
Diberikan fungsi 1 variabel yaitu 𝑦(𝑥). 𝑦(𝑥) adalah aproksimasi fungsi tersebut
Diberikan fungsi 2 variabel 𝑢(𝑥, 𝑦). 𝑢(𝑥, 𝑦) adalah aproksimasi fungsi tersebut
penting dalam jaringan fungsi radial basis adalah menghitung nilai bobot 𝑤𝑗 yang
menggunakan jaringan fungsi radial basis setelah dipilih sebuah himpunan fungsi
didapatkan himpunan nilai-nilai bobot 𝑤𝑗 , maka jaringan fungsi radial basis dapat
dibentuk. Jaringan fungsi radial basis dibentuk oleh himpunan nilai bobot 𝑤𝑗 dan
dihitung dengan :
17
𝑚
𝐴𝑤 = 𝑓 (2.26)
𝑤 = 𝐴−1 𝑓 (2.28)
𝑇
𝑤 = 𝑤1 , 𝑤2 , … , 𝑤𝑚 (2.30)
𝑇
𝑓 = 𝑓1 , 𝑓2 , … , 𝑓𝑛 (2.31)
basis yaitu dengan menurunkan fungsi basis terhadap variabel bebasnya. Jenis
fungsi basis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis multiquadrics, maka
Fungsi basis akan diturunkan terhadap variabel bebasnya hingga orde ke−𝑛
hingga orde ke−𝑛. Turunan-turunan fungsi basis ini akan digunakan dalam
ϕ 𝑥, 𝑦, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 terhadap 𝑥 adalah:
𝜕ϕ (𝑥−𝑐 𝑗 )
ℎ 𝑥 = =
𝜕𝑥 (𝑥−𝑐 𝑗 )2 +(𝑦−𝑑 𝑗 )2 +𝛽 (2.32)
𝜕ϕ (𝑦−𝑑 𝑗 )
ℎ 𝑦 = =
𝜕𝑦 (𝑥−𝑐 𝑗 )2 +(𝑦−𝑑 𝑗 )2 +𝛽 (2.33)
adalah dengan menurunkan sekali lagi ℎ 𝑥 terhadap 𝑥, atau dapat ditulis dengan
𝜕ℎ 𝜕2ϕ
ℎ 𝑥 = 𝜕𝑥 = . Turunan orde kedua terhadap 𝑦 diperoleh dengan cara yang
𝜕𝑥 2
sama.
kecil galat, berarti semakin teliti solusi numerik yang dihasilkan. Diasumsikan
bahwa 𝑦 adalah solusi numerik yang didapat dari metode jaringan fungsi radial
basis, dan 𝑦 adalah solusi eksaknya, maka selisih antara solusi eksak (𝑦) dengan
𝜀 =𝑦−𝑦 (2.34)
19
numerik yang pastinya terdapat galat dalam solusi tersebut. Secara umum,
pembulatan angka.
3. Range errors: galat yang terjadi karena nilai hasil komputasi melampaui batas
angka yang diperbolehkan oleh komputer, misalnya sangat kecil atau sangat
besar.
terakhir dari solusi numerik. Galat ini terjadi apabila solusi numerik digunakan
dengan membuat semua angka di sebelah kanan dari posisi tersebut nol. Angka
pada posisi ke 𝑛 tersebut tidak berubah atau dinaikkan satu digit yang tergantung
apakah nilai tersebut lebih kecil atau lebih besar dari setengah dari angka posisi ke
𝑛 (Triatmodjo, 2002).
sesuai dengan prosedur matematik yang benar. Misalnya suatu proses tak
dalam bentuk deret tak terhingga. Solusi eksak akan diperoleh apabila semua suku
saja, maka hasilnya tidak tepat sama dengan solusi eksak. Galat karena hanya
20
2002).
Tanpa disadari, Al-Qur’an yang telah ada sejak zaman Rasulullah Saw ternyata di
Konsep tentang ilmu pengetahuan itu telah ada dalam Al-Qur’an sejak 1400 tahun
yang lalu.
bahwa Allah Swt sebenarnya telah menunjukkan tentang adanya konsep ilmu
matematika, yaitu suatu ilmu hitung yang selanjutnya dapat digunakan untuk
atau taksiran. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffaat ayat 147:
Terjemah dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa nabi Yunus diutus oleh
Allah Swt kepada umatnya yang berjumlah 100.000 orang atau lebih. Terjemah
dari ayat tersebut jika dibaca dengan seksama, ada rasa atau kesan bahwa terdapat
jumlah umat nabi Yunus? Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah “inilah
Melalui ayat tersebut dapat ditangkap bahwa Allah Swt sebenarnya telah
(Abdussakir, 2006).
Kata " َ " ِمائَ ِة أًلف أَوْ يَ ِزي ُدونyang berarti seratus ribu atau lebih jika dihayati
terdapat kesan ketidakpastian akan jumlah tersebut. Bisa jadi jumlahnya memang
seratus ribu atau lebih dari seratus ribu. Ayat tersebut menunjukkan bahwa seratus
ribu bukanlah jumlah sebenarnya, namun jumlah taksiran yang dalam ilmu
matematika biasa disebut dengan solusi numerik karena diperoleh dari proses
kehidupan sehari-hari. Maha besar Allah Swt yang telah menciptakan Al-Qur’an
yang tidak hanya berisi tentang hukum dan syari’ah agama, namun juga berisi
yang terdapat di alam semesta ini pada hakikatnya dapat dimodelkan ke dalam
dapat diketahui oleh orang-orang yang benar-benar mengerti arti kebesaran Allah
PEMBAHASAN
menggunakan jaringan fungsi radial basis akan dijelaskan dalam bab ini. Bab ini
simulasi tersebut, serta analisis galat metode jaringan fungsi radial basis. Bab ini
terdiri dari 6 subbab, yaitu transformasi persamaan Poisson serta kondisi batasnya
nilai bobot 𝑤𝑗 , solusi numerik persamaan Poisson pada koordinat polar, simulasi,
𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦) 𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦)
+ = 𝑓(𝑥, 𝑦) (3.1)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
Domain persamaan Poisson (3.1) tersebut adalah 𝑥𝑎 < 𝑥 < 𝑥𝑏 , 𝑦𝑎 < 𝑦 < 𝑦𝑏 ,
𝑢 𝑥𝑎 , 𝑦 = 𝑓1 𝑦 𝑢 𝑥𝑏 , 𝑦 = 𝑓2 𝑦
(3.2)
𝑢 𝑥, 𝑦𝑎 = 𝑓3 𝑥 𝑢 𝑥, 𝑦𝑏 = 𝑓4 𝑥
tersebut.
koordinat Cartesius, maka koordinat polar (𝑟, 𝜃) sebuah titik dan koordinat
22
23
Cartesius (𝑥, 𝑦) titik itu dihubungkan oleh persamaan (2.7), (2.8), (2.9), dan (2.10)
yang telah dijelaskan pada subbab 2.3. Turunan parsial orde pertama 𝑢(𝑥, 𝑦)
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕𝜃
= + 𝜕𝜃 𝜕𝑥
𝜕𝑥 𝜕𝑟 𝜕𝑥
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕𝜃
= + 𝜕𝜃 𝜕𝑦
𝜕𝑦 𝜕𝑟 𝜕𝑦
𝜕2𝑢 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑟 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝜃
= ∙ + 𝜕𝑟 ∙ + ∙ 𝜕𝑥 + 𝜕𝜃 ∙
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 𝜕𝑟 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝜃 𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕2𝑢 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑟 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝑢 𝜕 2 𝜃
=[ ] + 𝜕𝑟 +[ ] + 𝜕𝜃 𝜕𝑥 2 (3.3)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 𝜕𝑟 𝜕𝑥 𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 𝜕𝜃 𝜕𝑥
𝜕 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝜃
[ ] = 𝜕𝑟 + 𝜕𝜃
𝜕𝑥 𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑥 𝜕𝑟 𝜕𝑥
𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃
= + 𝜕𝜃𝜕𝑟
𝜕𝑟 2 𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃
[ ]= + 𝜕𝜃𝜕𝑟 (3.4)
𝜕𝑥 𝜕𝑟 𝜕𝑟 2 𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝜃
[ ] = 𝜕𝑟 + 𝜕𝜃
𝜕𝑥 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝑥 𝜕𝜃 𝜕𝑥
𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃
= 𝜕𝑟𝜕𝜃 + 𝜕𝜃 2 𝜕𝑥
𝜕𝑥
𝜕 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃
[ ] = 𝜕𝑟𝜕𝜃 + 𝜕𝜃 2 𝜕𝑥 (3.5)
𝜕𝑥 𝜕𝜃 𝜕𝑥
menjadi:
𝜕2𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝑢 𝜕 2 𝜃
=[ + ] + +[ + ] + (3.6)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑟 2 𝜕𝑥 𝜕𝜃𝜕𝑟 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑟 𝜕𝑥 2 𝜕𝑟𝜕𝜃 𝜕𝑥 𝜕𝜃 2 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝜃 𝜕𝑥 2
𝜕2𝑢
pada persamaan (3.6) diperoleh dengan mencari turunan parsial 𝑟 dan 𝜃
𝜕𝑥 2
𝜕𝑟 𝜕
= 𝜕𝑥 ( 𝑥 2 + 𝑦 2 )
𝜕𝑥
1
𝜕
= 𝜕𝑥 (𝑥 2 + 𝑦 2 )2
1
1
= 2 (𝑥 2 + 𝑦 2 )−2 ∙ 2𝑥
𝑥
= 1
(𝑥 2 +𝑦 2 )2
𝑥
=
(𝑥 2 +𝑦 2 )
𝜕𝑟 𝑥 𝑥
= =𝑟 (3.7)
𝜕𝑥 (𝑥 2 +𝑦 2 )
𝜕2𝑟 𝜕 𝑥
= 𝜕𝑥 ( )
𝜕𝑥 2 (𝑥 2 +𝑦 2 )
𝑥
1∙ (𝑥 2 +𝑦 2 )−𝑥∙
(𝑥 2 +𝑦 2 )
= (𝑥 2 +𝑦 2 )
𝑥2
(𝑥 2 +𝑦 2 )−
𝑥2 𝑟 2 −𝑥 2
(𝑥 2 +𝑦 2 ) 𝑟− 𝑟 2 −𝑥 2 1 𝑟 2 −𝑥 2 𝑥 2 +𝑦 2 −𝑥 2 𝑦2
𝑟 𝑟
= = = = = = = 𝑟3
(𝑥 2 +𝑦 2 ) 𝑟2 𝑟2 𝑟 𝑟2 𝑟3 𝑟3
𝜕2𝑟 𝑦2
= (3.8)
𝜕𝑥 2 𝑟3
𝜕𝜃 𝜕 𝑦
= 𝜕𝑥 (𝑎𝑟𝑐 tan 𝑥 )
𝜕𝑥
1 𝑦
= 𝑦 ∙ − 𝑥2
1+( )2
𝑥
𝑦 𝑦 𝑦
𝑥2 𝑥2 𝑥2 𝑦 1 𝑦 𝑥2 𝑦
=− 𝑦 =− 𝑥 2 +𝑦 2
=− 𝑟2
= − 𝑥2 𝑟2
= − 𝑥2 𝑟2 = − 𝑟2
1+( )2
𝑥 𝑥2 𝑥2 𝑥2
𝜕𝜃 𝑦
= − 𝑟2 (3.9)
𝜕𝑥
𝜕2𝜃 𝜕 𝑦
= 𝜕𝑥 (− 𝑟 2 )
𝜕𝑥 2
𝜕 𝑦
= 𝜕𝑥 (− (𝑥 2 +𝑦 2 ))
0(𝑥 2 +𝑦 2 )−(−𝑦)∙2𝑥
= (𝑥 2 +𝑦 2 )2
25
𝑦 ∙2𝑥
= (𝑥 2 +𝑦 2 )2
2𝑥𝑦
= 𝑟4
𝜕2𝑟 2𝑥𝑦
= (3.10)
𝜕𝜃 2 𝑟4
(3.6), menjadi:
𝜕2𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝑢 𝜕 2 𝜃
= [ 𝜕𝑟 2 𝜕𝑥 + 𝜕𝜃𝜕𝑟 ] + 𝜕𝑟 + [𝜕𝑟𝜕𝜃 + 𝜕𝜃 2 𝜕𝑥 ] 𝜕𝑥 + 𝜕𝜃
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 𝜕𝑥 2
𝜕2𝑢 𝜕2𝑢
Diasumsikan bahwa 𝜕𝜃𝜕𝑟 = 𝜕𝑟𝜕𝜃 ,
𝜕2𝑢 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑟 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝜃
= ∙ + 𝜕𝑟 ∙ + ∙ 𝜕𝑦 + 𝜕𝜃 ∙
𝜕𝑦 2 𝜕𝑦 𝜕𝑟 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝜃 𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝜕2𝑢 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑟 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝑢 𝜕 2 𝜃
=[ ] + 𝜕𝑟 +[ ] + 𝜕𝜃 𝜕𝑦 2 (3.12)
𝜕𝑦 2 𝜕𝑦 𝜕𝑟 𝜕𝑦 𝜕𝑦 2 𝜕𝑦 𝜕𝜃 𝜕𝑦
𝜕 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝜃
[ ] = 𝜕𝑟 + 𝜕𝜃
𝜕𝑦 𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑦 𝜕𝑟 𝜕𝑦
𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃
= + 𝜕𝜃𝜕𝑟
𝜕𝑟 2 𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝜕 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃
[ ]= + 𝜕𝜃𝜕𝑟 (3.13)
𝜕𝑦 𝜕𝑟 𝜕𝑟 2 𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝜕 𝜕𝑢 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝑟 𝜕 𝜕𝑢 𝜕𝜃
[ ] = 𝜕𝑟 + 𝜕𝜃
𝜕𝑦 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝑦 𝜕𝜃 𝜕𝑦
26
𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃
= 𝜕𝑟𝜕𝜃 + 𝜕𝜃 2 𝜕𝑦
𝜕𝑦
𝜕 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃
[ ] = 𝜕𝑟𝜕𝜃 + 𝜕𝜃 2 𝜕𝑦 (3.14)
𝜕𝑦 𝜕𝜃 𝜕𝑦
menjadi:
𝜕2𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝑢 𝜕 2 𝜃
= [ 𝜕𝑟 2 𝜕𝑦 + 𝜕𝜃𝜕𝑟 ] + 𝜕𝑟 + [𝜕𝑟𝜕𝜃 + 𝜕𝜃 2 𝜕𝑦 ] 𝜕𝑦 + 𝜕𝜃 𝜕𝑦 2 (3.15)
𝜕𝑦 2 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 2 𝜕𝑦
𝜕𝑟 𝜕 2 𝑟 𝜕𝜃 𝜕 2 𝜃
Langkah selanjutnya, yaitu mencari 𝜕𝑦 , 𝜕𝑦 2 , 𝜕𝑦 , 𝜕𝑦 2 ,
𝜕𝑟 𝜕
= 𝜕𝑦 ( 𝑥 2 + 𝑦 2 )
𝜕𝑦
1
𝜕
= 𝜕𝑦 (𝑥 2 + 𝑦 2 )2
1
1
= 2 (𝑥 2 + 𝑦 2 )−2 ∙ 2𝑦
𝑦
= 1
(𝑥 2 +𝑦 2 )2
𝑦
=
(𝑥 2 +𝑦 2 )
𝜕𝑟 𝑦 𝑦
= = (3.16)
𝜕𝑦 (𝑥 2 +𝑦 2 ) 𝑟
𝜕2𝑟 𝜕 𝑦
= 𝜕𝑦 ( )
𝜕𝑦 2 (𝑥 2 +𝑦 2 )
𝑦
1∙ (𝑥 2 +𝑦 2 )−𝑦∙
(𝑥 2 +𝑦 2 )
= (𝑥 2 +𝑦 2 )
𝑦2
(𝑥 2 +𝑦 2 )−
(𝑥 2 +𝑦 2 )
= (𝑥 2 +𝑦 2 )
𝑦2 𝑟 2 −𝑦 2
𝑟−
𝑟 𝑟 𝑟 2 −𝑦 2 1 𝑟 2 −𝑦 2 𝑥 2 +𝑦 2 −𝑦 2 𝑥2
= = = = = = 𝑟3
𝑟2 𝑟2 𝑟 𝑟2 𝑟3 𝑟3
𝜕2𝑟 𝑥2
= 𝑟3 (3.17)
𝜕𝑦 2
27
1 1 1
𝜕𝜃 𝜕 𝑦 1 1 𝑥 𝑥 𝑥 1 𝑥2 𝑥
= 𝜕𝑦 (𝑎𝑟𝑐 tan 𝑥 ) = 𝑦 ∙𝑥 = 𝑦2
= 𝑥 2 +𝑦 2
= 𝑟2
= 𝑥 𝑟2 = 𝑟2
𝜕𝑦 1+( )2 1+ 2
𝑥 𝑥 𝑥2 𝑥2
𝜕𝜃 𝑥
= (3.18)
𝜕𝑦 𝑟2
𝜕2𝜃 𝜕 𝑥
= 𝜕𝑦 (𝑟 2 )
𝜕𝑦 2
𝜕 𝑥
= 𝜕𝑦 ((𝑥 2 +𝑦 2 ))
0(𝑥 2 +𝑦 2 )−(𝑥)∙2𝑦
= (𝑥 2 +𝑦 2 )2
−2𝑥𝑦
= (𝑥 2 +𝑦 2 )2
2𝑥𝑦
=− 𝑟4
𝜕2𝜃 2𝑥𝑦
=− (3.19)
𝜕𝑦 2 𝑟4
𝜕2𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝑟 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑟 𝜕 2 𝑢 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝑢 𝜕 2 𝜃
= [ 𝜕𝑟 2 𝜕𝑦 + 𝜕𝜃𝜕𝑟 ] + 𝜕𝑟 + [𝜕𝑟𝜕𝜃 + 𝜕𝜃 2 𝜕𝑦 ] 𝜕𝑦 + 𝜕𝜃 𝜕𝑦 2
𝜕𝑦 2 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 2 𝜕𝑦
𝜕2𝑢 𝜕2𝑢
Diasumsikan bahwa 𝜕𝜃𝜕𝑟 = 𝜕𝑟𝜕𝜃 ,
𝜕2𝑢 𝜕2𝑢
Langkah selanjutnya setelah diperoleh 𝜕𝑥 2 dan 𝜕𝑦 2 , yaitu dengan mensubstitusikan
𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦) 𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦)
+ = 𝑓(𝑥, 𝑦)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
𝑥2 𝜕 2𝑢 𝑥𝑦 𝜕 2 𝑢 𝑦 2 𝜕𝑢 𝑦 2 𝜕 2 𝑢 2𝑥𝑦 𝜕𝑢
−2 3 + 3 + 4 2+ 4 +
𝑟 2 𝜕𝑟 2 𝑟 𝜕𝜃𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃 𝑟 𝜕𝜃
𝑦 2 𝜕 2𝑢 𝑥𝑦 𝜕 2 𝑢 𝑥 2 𝜕𝑢 𝑥 2 𝜕 2 𝑢 2𝑥𝑦 𝜕𝑢
= 𝑓 𝑟, 𝜃
+2 + + −
𝑟 2 𝜕𝑟 2 𝑟 3 𝜕𝜃𝜕𝑟 𝑟 3 𝜕𝑟 𝑟 4 𝜕𝜃 2 𝑟 4 𝜕𝜃
𝑥2 𝑦2 𝜕2𝑢 𝑦2 𝑥 2 𝜕𝑢 𝑥2 𝑦 2 𝜕2𝑢
+ 𝑟2 + + 𝑟3 + (𝑟 4 + 𝑟 4 ) 𝜕𝜃 2 = 𝑓 𝑟, 𝜃
𝑟2 𝜕𝑟 2 𝑟3 𝜕𝑟
𝑥 2 +𝑦 2 𝜕 2 𝑢 𝑥 2 +𝑦 2 𝜕𝑢 𝑥 2 +𝑦 2 𝜕 2 𝑢
+ +( ) 𝜕𝜃 2 = 𝑓 𝑟, 𝜃
𝑟2 𝜕𝑟 2 𝑟3 𝜕𝑟 𝑟4
𝑟2 𝜕2𝑢 𝑟 2 𝜕𝑢 𝑟2 𝜕2𝑢
+ + (𝑟 4 ) 𝜕𝜃 2 = 𝑓 𝑟, 𝜃
𝑟2 𝜕𝑟 2 𝑟3 𝜕𝑟
𝜕2𝑢 1 𝜕𝑢 1 𝜕2𝑢
+ + ( 2) = 𝑓 𝑟, 𝜃
𝜕𝑟 2 𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃 2
adalah jari-jari lingkaran. Kondisi batas persamaan Poisson pada sistem koordinat
kondisi batas yang domainnya berupa lingkaran, sehingga kondisi batas yang
diberikan harus berupa kondisi pada tepi dan pusat lingkaran yaitu:
𝑢 𝑎, 𝜃 = 𝑓 𝜃
(3.22)
𝑢 0, 𝜃 = 𝑓(𝜃)
𝑎 adalah jari-jari lingkaran dan 𝑓 𝜃 adalah fungsi yang menyatakan kondisi pada
batas tersebut.
29
setiap kasus, serta kondisi batasnya berbeda-beda pula. Misalnya pada masalah
pada sistem koordinat polar (3.21) dengan kondisi batas (3.22) adalah
beserta kondisi batasnya. Suatu fungsi dapat dihampiri dengan metode jaringan
fungsi radial basis untuk mendapatkan solusi numeriknya. Fungsi radial basis
𝑚 𝑚
didefinisikan sebagai 𝑓 𝑥 = 𝑗 =1 𝑤𝑗 ϕ 𝑥, 𝑐𝑗 dengan 𝑤𝑗 adalah himpunan
𝑗 =1
𝑚
bobot dan ϕ(𝑥, 𝑐𝑗 ) adalah himpunan fungsi basis. Fungsi basis ϕ 𝑥, 𝑐𝑗
𝑗 =1
digunakan untuk menghampiri fungsi 𝑢(𝑟, 𝜃) pada persamaan (3.21). Jenis fungsi
basis yang digunakan adalah jenis fungsi basis multiquadrics dengan 2 variabel
(2.22).
langsung yaitu dengan cara menurunkan fungsi basis terhadap variabel bebasnya,
sehingga diperoleh 𝑢𝑟 (𝑟, 𝜃), 𝑢𝑟𝑟 (𝑟, 𝜃), 𝑢𝜃 (𝑟, 𝜃), dan 𝑢𝜃𝜃 (𝑟, 𝜃) sebagai berikut:
𝑚
(3.21), maka:
𝑚 𝑚
1
𝑤𝑗 ϕ𝑟𝑟 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 + 𝑤𝑗 ϕ𝑟 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗
𝑟
𝑗 =1 𝑗 =1
(3.28)
𝑚
1
+ 𝑤𝑗 ϕ𝜃𝜃 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 𝑓(𝑟, 𝜃)
𝑟2
𝑗 =1
jaringan fungsi radial basis. Persamaan tersebut dapat dibentuk jika terlebih
2 2
ϕ 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 𝑟 − 𝑐𝑗 + 𝜃 − 𝑑𝑗 +𝛽 (3.29)
𝜕 2 2
ϕ𝑟 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 𝜕𝑟 𝑟 − 𝑐𝑗 + 𝜃 − 𝑑𝑗 +𝛽
2 2 1
𝜕
= 𝜕𝑟 ( 𝑟 − 𝑐𝑗 + 𝜃 − 𝑑𝑗 + 𝛽)2
31
2 2 1
1
= 2 ( 𝑟 − 𝑐𝑗 + 𝜃 − 𝑑𝑗 + 𝛽)−2 ∙ 2𝑟 − 2𝑐𝑗
2𝑟−2𝑐 𝑗 2 2 1
= ( 𝑟 − 𝑐𝑗 + 𝜃 − 𝑑𝑗 + 𝛽)−2
2
𝑟−𝑐 𝑗
= 2 2 1
( 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽)2
𝑟 −𝑐 𝑗
= 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
𝑟−𝑐 𝑗
ϕ𝑟 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 2 2 (3.30)
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
𝜕
ϕ𝑟𝑟 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 𝜕𝑟 ϕ𝑟 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗
𝜕 𝑟−𝑐 𝑗
= 𝜕𝑟 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2 2 𝑟 −𝑐 𝑗
1∙ 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽 − 𝑟−𝑐 𝑗 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃 −𝑑 𝑗 +𝛽
= 2 2
( 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽 )2
2
2 2 𝑟 −𝑐 𝑗
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽 −
2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃 −𝑑 𝑗 +𝛽
= 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2 2 2
𝑟 −𝑐 𝑗 + 𝜃 −𝑑 𝑗
+𝛽 − 𝑟−𝑐 𝑗
2 2
𝑟 −𝑐 𝑗 + 𝜃 −𝑑 𝑗 +𝛽
= 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽− 𝑟−𝑐 𝑗 1
= 2 2
2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽− 𝑟−𝑐 𝑗
= 2 2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2
𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
= 3
2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
32
2
𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
ϕ𝑟𝑟 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 3 (3.31)
2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
𝜕 2 2
ϕ𝜃 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 𝜕𝜃 𝑟 − 𝑐𝑗 + 𝜃 − 𝑑𝑗 +𝛽
2 2 1
𝜕
= 𝜕𝜃 ( 𝑟 − 𝑐𝑗 + 𝜃 − 𝑑𝑗 + 𝛽)2
2 2 1
1
= 2 ( 𝑟 − 𝑐𝑗 + 𝜃 − 𝑑𝑗 + 𝛽)−2 ∙ 2𝜃 − 2𝑑𝑗
2𝜃−2𝑑 𝑗 2 2 1
= ( 𝑟 − 𝑐𝑗 + 𝜃 − 𝑑𝑗 + 𝛽)−2
2
𝜃−𝑑 𝑗
= 2 2 1
( 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽)2
𝜃−𝑑 𝑗
= 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
𝜕
ϕ𝜃𝜃 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 𝜕𝜃 ϕ𝜃 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗
𝜕 𝜃−𝑑 𝑗
= 𝜕𝜃 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2 2 𝜃 −𝑑 𝑗
1∙ 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽 − 𝜃−𝑑 𝑗 2 2
𝑟 −𝑐 𝑗 + 𝜃 −𝑑 𝑗 +𝛽
= 2 2
( 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽)2
2
2 2 𝜃 −𝑑 𝑗
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽 −
2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃 −𝑑 𝑗 +𝛽
= 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2 2 2
𝑟 −𝑐 𝑗 + 𝜃 −𝑑 𝑗 +𝛽 − 𝜃 −𝑑 𝑗
2 2
𝑟 −𝑐 𝑗 + 𝜃 −𝑑 𝑗 +𝛽
= 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽− 𝜃−𝑑 𝑗 1
= 2 2
2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
33
2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽− 𝜃−𝑑 𝑗
= 2 2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽 𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2
𝑟−𝑐 𝑗 +𝛽
= 3
2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
2
𝑟−𝑐 𝑗 +𝛽
ϕ𝜃𝜃 𝑟, 𝜃, 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 3 (3.32)
2 2 2
𝑟−𝑐 𝑗 + 𝜃−𝑑 𝑗 +𝛽
𝑚
1
+ 2 𝑤𝑗 ϕ𝜃𝜃 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 , 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 𝑓(𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 )
𝑟𝑖
𝑗 =1
𝑚
1 1
𝑤𝑗 ϕ𝑟𝑟 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 , 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 + ϕ𝑟 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 , 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 + 2 ϕ𝜃𝜃 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 , 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗
𝑟𝑖 𝑟𝑖
𝑗 =1
= 𝑓(𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 )
𝑚 2
𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽 1 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗
𝑤𝑗 3 +
2 2 2
𝑟𝑖 2 2
𝑗 =1 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽
(3.33)
2
1 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 +𝛽
+ 3 = 𝑓(𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 )
𝑟𝑖 2 2 2 2
𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽
𝑣𝑎𝑟 𝑟 𝑖 +𝑣𝑎𝑟 (𝜃 𝑖 )
𝑖 = 1,2, … , 𝑛 dan 𝛽 = .
2
𝑚 2
𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽 1 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗
𝑤𝑗 3 +
2 2 2
𝑟𝑖 2 2
𝑗 =1 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽
2
1 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 +𝛽
+ 2 3 = 𝑓(𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 )
𝑟𝑖 2 2 2
𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽
𝑣𝑎𝑟 𝑟 𝑖 +𝑣𝑎𝑟 (𝜃 𝑖 )
𝑖 = 1,2, … , 𝑛 dan 𝛽 = 2
Misal
2
𝜃 𝑖 −𝑑 𝑗 +𝛽 1 𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗
𝐴 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 , 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 3 +𝑟 2 2
+
2 2 2 𝑖
𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗 + 𝜃 𝑖 −𝑑 𝑗 +𝛽 𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗 + 𝜃 𝑖 −𝑑 𝑗 +𝛽
2
1 𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗 +𝛽
2 3
𝑟𝑖 2 2 2
𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗 + 𝜃 𝑖 −𝑑 𝑗 +𝛽
𝑤𝑗 𝐴 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 , 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 𝑓(𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 )
𝑗 =1
𝑤1 𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐1 , 𝑑1 + 𝑤2 𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐2 , 𝑑2 + ⋯ + 𝑤𝑚 𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚
𝑤1 𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐1 , 𝑑1 + 𝑤2 𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐2 , 𝑑2 + ⋯ + 𝑤𝑚 𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚
=
⋮
𝑤1 𝐴 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐1 , 𝑑1 + 𝑤2 𝐴 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐2 , 𝑑2 + ⋯ + 𝑤𝑚 𝐴 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚
𝑓 𝑟1 , 𝜃1
𝑓 𝑟2 , 𝜃2
⋮
𝑓 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛
𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐1 , 𝑑1 𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ 𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑤1
𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐1 , 𝑑1 𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐2 , 𝑑2 … 𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑤2
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ =
𝐴 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐1 , 𝑑1 𝐴 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ 𝐴 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑤𝑚
35
𝑓 𝑟1 , 𝜃1
𝑓 𝑟2 , 𝜃2
⋮
𝑓 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛
𝑤1
𝑤2
⋮ = (3.34)
𝑤𝑚
−1
𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐1 , 𝑑1 𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ 𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑓 𝑟1 , 𝜃1
𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐1 , 𝑑1 𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐2 , 𝑑2 … 𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑓 𝑟2 , 𝜃2
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝐴 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐1 , 𝑑1 𝐴 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ 𝐴 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑓 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛
Nilai bobot 𝑤𝑗 dihitung dengan mensubstitusikan nilai-nilai input 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 dan
persamaan diferensial parsial linier orde dua. Persamaan ini tentunya melibatkan
jaringan fungsi radial basis adalah mengalikan fungsi basis dengan nilai bobot
yang telah diperoleh. Fungsi basis yang digunakan adalah fungsi basis
koordinat Cartesius (𝑥, 𝑦) adalah persamaan (2.22), dan dalam sistem koordinat
𝑢 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 = 𝑤𝑗 ϕ 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 , 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗
𝑗 =1
𝑢 𝑟1 , 𝜃1
𝑢 𝑟2 , 𝜃2
=
⋮
𝑢 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛
𝑤1 ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐1 , 𝑑1 + 𝑤2 ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐2 , 𝑑2 + ⋯ + 𝑤𝑚 ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚
𝑤1 ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐1 , 𝑑1 + 𝑤2 ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐2 , 𝑑2 + ⋯ + 𝑤𝑚 ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚
⋮
𝑤1 ϕ 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐1 , 𝑑1 + 𝑤2 ϕ 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐2 , 𝑑2 + ⋯ + 𝑤𝑚 ϕ 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚
𝑢 𝑟1 , 𝜃1 ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐1 , 𝑑1 ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑤1
𝑢 𝑟2 , 𝜃2 ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐1 , 𝑑1 ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐2 , 𝑑2 … ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑤2
= ⋮
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝑢 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 ϕ 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐1 , 𝑑1 ϕ 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ ϕ 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑤𝑚
𝑢 𝑟1 , 𝜃1
𝑢 𝑟2 , 𝜃2
=
⋮
𝑢 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 (3.35)
ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐1 , 𝑑1 ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑤1
ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐1 , 𝑑1 ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐2 , 𝑑2 … ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑤2
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
ϕ 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐1 , 𝑑1 ϕ 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ ϕ 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 , 𝑐𝑚 , 𝑑𝑚 𝑤𝑚
𝜀1 𝑢 𝑟1 , 𝜃1 𝑢 𝑟1 , 𝜃1
𝜀2 𝑢 𝑟2 , 𝜃2 𝑢 𝑟2 , 𝜃2
⋮ = ⋮
−
⋮
(3.36)
𝜀𝑛 𝑢 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛 𝑢 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛
numeriknya.
3.5 Simulasi
menggunakan metode jaringan fungsi radial basis pada koordinat polar telah
𝜕 2 𝑢 𝑟 ,𝜃 1 𝜕𝑢 𝑟,𝜃 1 𝜕 2 𝑢 𝑟,𝜃
+𝑟 + 𝑟2 = −3 cos 𝜃,
𝜕𝑟 2 𝜕𝑟 𝜕𝜃 2
(3.37)
0 < 𝑟 < 1 dan 0 ≤ 𝜃 ≤ 2𝜋
𝑢 1, 𝜃 = 0
(3.38)
𝑢 0, 𝜃 = 0
38
Domain pada persamaan (3.37) kemudian dipartisi menjadi beberapa data diskrit,
𝜋
dengan ∆𝑟 = 0,05 dan ∆𝜃 = 12 .
1 radian ≈ 57,29578°
1° ≈ 0,0174533 radian
Berikut ini merupakan nilai input 𝜃𝑖 yang telah dirubah dalam satuan radian, yang
No 𝜽𝒊 No 𝜽𝒊 No 𝜽𝒊
1 0 10 2,3562 19 4,7124
8 1,8326 17 4,1888
9 2,0944 18 4,4506
Domain pada persamaan Poisson (3.37) dengan 𝑟𝑖 dan 𝜃𝑖 yang telah sama
525 2
𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽 1 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗
𝑤𝑗 3 +
2 2 2
𝑟𝑖 2 2
𝑗 =1 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽
(3.39)
2
1 𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 +𝛽
+ 3 = −3 cos 𝜃𝑖
𝑟𝑖 2 2 2 2
𝑟𝑖 − 𝑐𝑗 + 𝜃𝑖 − 𝑑𝑗 +𝛽
ketika 𝑟𝑖 = 0,00 dan 𝑟𝑖 = 1,00 maka ruas kanan pada persamaan (3.39) sama
𝑤1
𝑤2
⋮ =
𝑤525
−1
𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐1 , 𝑑1 𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ 𝐴 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐525 , 𝑑525
𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐1 , 𝑑1 𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐2 , 𝑑2 … 𝐴 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐525 , 𝑑525
(3.40)
⋮ ⋮ ⋮
𝐴 𝑟525 , 𝜃525 , 𝑐1 , 𝑑1 𝐴 𝑟525 , 𝜃525 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ 𝐴 𝑟525 , 𝜃525 , 𝑐525 , 𝑑525
𝑓 𝑟1 , 𝜃1
𝑓 𝑟2 , 𝜃2
⋮
𝑓 𝑟525 , 𝜃525
2
𝜃 𝑖 −𝑑 𝑗 +𝛽 1 𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗
𝐴 𝑟𝑖 , 𝜃𝑖 , 𝑐𝑗 , 𝑑𝑗 = 3 +𝑟 2 2
+
2 2 2 𝑖
𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗 + 𝜃 𝑖 −𝑑 𝑗 +𝛽 𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗 + 𝜃 𝑖 −𝑑 𝑗 +𝛽
2
1 𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗 +𝑎 𝑖 2
2 3
𝑟𝑖 2 2 2
𝑟 𝑖 −𝑐 𝑗 + 𝜃 𝑖 −𝑑 𝑗 +𝛽
𝑣𝑎𝑟 𝑟 𝑖 +𝑣𝑎𝑟 (𝜃 𝑖 )
𝑖 = 1,2, … , 𝑛 dan 𝛽 = .
2
𝑢 𝑟1 , 𝜃1
𝑢 𝑟2 , 𝜃2
=
⋮
𝑢 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛
𝑢 𝑟1 , 𝜃1
𝑢 𝑟2 , 𝜃2
=
⋮
𝑢 𝑟𝑛 , 𝜃𝑛
ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐1 , 𝑑1 ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ ϕ 𝑟1 , 𝜃1 , 𝑐525 , 𝑑525
ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐1 , 𝑑1 ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐2 , 𝑑2 … ϕ 𝑟2 , 𝜃2 , 𝑐525 , 𝑑525
⋮ ⋮ ⋮
ϕ 𝑟525 , 𝜃525 , 𝑐1 , 𝑑1 ϕ 𝑟525 , 𝜃525 , 𝑐2 , 𝑑2 ⋯ ϕ 𝑟525 , 𝜃525 , 𝑐525 , 𝑑525 (3.41)
𝑤1
𝑤2
⋮
𝑤525
Hasil simulasi solusi numerik persamaan (3.37) dengan kondisi batas (3.38)
𝜋
Gambar 3.2 Solusi Numerik Persamaan Poisson dengan ∆𝑟 = 0,05 dan ∆𝜃 =
12
Matlab 2008R.
dari persamaan Laplace. Persamaan Laplace itu sendiri terbentuk dari persamaan
Poisson pada koordinat polar (𝑟, 𝜃), domainnya berbentuk lingkaran. Persamaan
ini menggambarkan distribusi panas atau penyebaran panas dalam suatu ruang
dengan keadaan steady state atau tetap. Panas dalam suatu ruang yang berbentuk
waktu=konstan.
Panas dalam keadaan meningkat/ suhu akan naik pada saat tertentu, yaitu pada
saat 𝑟 = 0,3 sampai 𝑟 = 0,7. Gambar 3.2 juga menjelaskan bahwa suhu tertinggi
ketika grafik berwarna coklat tua yaitu pada 𝑟 = 0,3. Suhu terendah terlihat ketika
grafik berwarna biru tua yaitu 𝑟 = −0,3 sampai 𝑟 = −0,7. kondisi batas yang
pusat ruang sama dengan suhu di batas/ tepi ruang yang pada kasus ini berbentuk
lingkaran.
analitik atau solusi eksak dengan solusi numeriknya. Galat diperoleh dari selisih
antara solusi eksak dan solusi numeriknya. Solusi eksak dari persamaan Poisson
𝜕 2 𝑢 𝑟,𝜃 1 𝜕𝑢 𝑟,𝜃 1 𝜕 2 𝑢 𝑟 ,𝜃
pada koordinat polar + + = −3 cos 𝜃 dengan domain
𝜕𝑟 2 𝑟 𝜕𝑟 𝑟2 𝜕𝜃 2
tersebut diketahui dalam artikel yang ditulis oleh R. C. Mittal dan S. Gahlaut
(1987):
43
𝑢(𝑟, 𝜃) = 𝑟 1 − 𝑟 cos 𝜃
= 𝑟 − 𝑟 2 ∙ cos 𝜃
= 𝑟 cos 𝜃 − 𝑟 2 cos 𝜃
Solusi eksak persamaan Poisson (3.37) dengan kondisi batas (3.38) dapat dilihat
𝜋
Gambar 3.3 Solusi Eksak Persamaan Poisson dengan ∆𝑟 = 0,05 dan ∆𝜃 =
12
𝜀1 𝑢 𝑟1 , 𝜃1 𝑢 𝑟1 , 𝜃1
𝜀2 𝑢 𝑟2 , 𝜃2 𝑢 𝑟2 , 𝜃2
⋮ = ⋮
−
⋮
(3.43)
𝜀525 𝑢 𝑟525 , 𝜃525 𝑢 𝑟525 , 𝜃525
𝜋
Gambar 3.4 Galat Jaringan Fungsi Radial Basis ketika ∆𝑟 = 0,05 dan ∆𝜃 =
12
Analisis galat metode jaringan fungsi radial basis pada solusi numerik
persamaan Poisson (3.37) dapat diketahui dari beberapa simulasi yang dilakukan,
dengan program Matlab. Gambar solusi numeriknya dapat dilihat pada gambar 3.5
berikut:
𝜋
Gambar 3.5 Solusi Numerik Persamaan Poisson dengan ∆𝑟 = 0,1 dan ∆𝜃 =
6
45
𝜋
Solusi eksak dan galat persamaan (3.37) tersebut ketika ∆𝑟 = 0,1 dan ∆𝜃 = 6
𝜋
Gambar 3.6 Solusi Eksak Persamaan Poisson dengan ∆𝑟 = 0,1 dan ∆𝜃 =
6
𝜋
Gambar 3.7 Galat Metode Jaringan Fungsi Radial Basis ketika ∆𝑟 = 0,1 dan ∆𝜃 =
6
Galat mutlak maksimum diketahui dari program matlab yaitu 0,029. Galat
𝜋
tersebut lebih besar daripada galat ketika ∆𝑟 = 0,05 dan ∆𝜃 = 12 , dengan kata
lain:
46
𝜀𝑚𝑎𝑥 𝜋
∆𝑟=0,05 dan ∆𝜃= < 𝜀𝑚𝑎𝑥 𝜋
∆𝑟=0,1 dan ∆𝜃=
12 6
radial basis ditunjukkan pada gambar 3.8, 3.9, dan 3.10 berikut:
𝜋
Gambar 3.8 Solusi Numerik Persamaan Poisson dengan ∆𝑟 = 0,1 dan ∆𝜃 =
45
𝜋
Gambar 3.9 Solusi Eksak Persamaan Poisson dengan ∆𝑟 = 0,1 dan ∆𝜃 =
45
47
𝜋
Gambar 3.10 Galat Metode Jaringan Fungsi Radial Basis ketika ∆𝑟 = 0,1 dan ∆𝜃 =
45
Besarnya galat mutlak maksimum tersebut lebih kecil daripada ketika ∆𝑟 = 0,1
𝜋 𝜋
dan ∆𝜃 = dan ∆𝑟 = 0,05 dan ∆𝜃 = 12 , yaitu:
6
𝜀𝑚𝑎𝑥 𝜋
∆𝑟=0,1 dan ∆𝜃= < 𝜀𝑚𝑎𝑥 ∆𝑟=0,05 dan ∆𝜃=
𝜋
45 12
bahwa besarnya galat dipengaruhi oleh banyaknya iterasi yang dilakukan dengan
memperkecil ∆𝑟 dan ∆𝜃, sehingga perlu dilakukan beberapa simulasi lagi. Trial
Gambar 3.11 tersebut merupakan gambar hasil trial error untuk simulasi
∆𝑟 = 0,1 yang menunjukkan bahwa untuk iterasi paling banyak yaitu ketika
𝜋
∆𝜃 = 180 yang artinya nilai input 𝜃𝑖 sebanyak 361 titik belum tentu menghasilkan
galat mutlak maksimum terkecil. Galat yang diperoleh ketika ∆𝑟 = 0,1 dan
𝜋
∆𝜃 = 180 adalah 0,016. Nilai tersebut tidak lebih kecil dari galat ketika ∆𝑟 =
𝜋
0,1 dan ∆𝜃 = 45 .
Hasil dari trial error menunjukkan bahwa semakin banyaknya iterasi dan
belum tentu menghasilkan galat mutlak yang lebih kecil, begitu juga sebaliknya.
Semakin banyak iterasi dan input 𝑟𝑖 serta 𝜃𝑖 yang diperoleh dengan memperkecil
∆𝑟 dan ∆𝜃 ternyata belum tentu dapat menghasilkan galat mutlak yang lebih kecil.
Galat mutlak maksimum terkecil yang diperoleh dari hasil trial error adalah
𝜋
ketika ∆𝑟 = 0,1 dan ∆𝜃 = 45 yaitu 0,00088. Penjelasan matematis mengenai
analisis galat ini, dapat dilakukan penelitian selanjutnya untuk meneliti ∆𝑟 dan ∆𝜃
fungsi radial basis cukup efektif dalam mengaproksimasi persamaan Poisson pada
koordinat polar (3.37) dengan kondisi batas (3.38), walaupun terdapat galat pada
dimana nilai atau hasil yang diperoleh bukan merupakan solusi eksak sehingga
dengan persamaan jaringan fungsi radial basis. Hasil dari aproksimasi persamaan
Poisson disebut solusi numerik, yang pada konsep estimasi menghasilkan nilai
taksiran.
Terjemah dari ayat tersebut memberikan kesan atau makna ketidak pastian akan
jumlah umat yang disebutkan, melalui kata “seratus ribu atau lebih”. Kata “atau
lebih” yang mengikuti jumlah 100.000 tersebutlah yang menjadikan kesan bahwa
jumlah umat belum tentu 100.000, bisa jadi jumlahnya 100.000, bisa jadi lebih
dari 100.000. Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah Swt sebenarnya telah
Konsep estimasi yang ada pada ayat tersebut sama dengan konsep metode
numerik yang menghasilkan solusi numerik atau nilai taksiran. Estimasi dan
waktu dalam memperoleh solusi. Pencarian solusi dengan metode analitik akan
sulit untuk dilakukan dan memerlukan waktu yang panjang jika persamaan yang
Al-Quran yang telah diturunkan oleh Allah Swt merupakan petunjuk dan
pedoman bagi umat manusia dalam menjalani hidup. Adanya ayat tersebut,
menjelaskan bahwa ternyata konsep ilmu pengetahuan telah ada dalam Al-Qur’an
sejak ribuan tahun yang lalu. Ilmu pengetahuan baru berkembang beberapa tahun
terakhir ini. Manusia sebagai makhluk Allah Swt yang dianugerahi akal pikiran
wajib mempelajari lagi dan mencari tau lebih banyak lagi tentang ilmu
pengetahuan yang ada dalam Al-Qur’an. Manusia juga wajib beriman dan
meyakini bahwa ayat Al-Qur’an tersebut benar adanya. Al-Qur’an diciptakan dan
diturunkan Allah Swt sebagai petunjuk bagi manusia yang bertaqwa. Allah Swt
Swt di dalam kitab suci Al-Qur’an merupakan petunjuk, dan tidak ada keraguan di
dalam petunjuk tersebut. Petunjuk Allah Swt mengenai teori tentang solusi
numerik yang disampaikan dalam bahasa estimasi atau taksiran dalam tafsir ayat
Al-Qur’an surat Ash-Shaffaat ayat 147 merupakan suatu kebenaran yang tidak
dapat diragukan lagi. Pengetahuan dasar tentang solusi numerik dalam ilmu
matematika tidak lain adalah berasal dari Al-Qur’an yang telah diciptakan oleh
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
panas dalam ruang/ domain lingkaran. Solusi numerik persamaan Poisson pada
skripsi ini diperoleh dengan metode jaringan fungsi radial basis. Persamaan
Poisson dapat didekati secara langsung dengan sebuah fungsi basis jenis
dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang cukup dekat dengan solusi eksaknya.
oleh banyaknya iterasi. Semakin banyak iterasi, belum tentu dapat menghasilkan
galat mutlak yang kecil, begitu pula sebaliknya. Galat mutlak maksimum yang
𝜋
terkecil yang diperoleh adalah 0,00088 dari pemilihan ∆𝑟 = 0,1 dan ∆𝜃 = 45 ,
sehingga dapat disimpulkan bahwa metode jaringan fungsi radial basis cukup
51
52
4.2 Saran
[r,t] = meshgrid(R,T);
k=length(T)-1;
[mr,nr] = size(r);
R = reshape(r,mr*nr,1);
T = reshape(t,mr*nr,1);
l=length(R);
H = mq(R,T);
Hr = mqr(R,T);
Hrr = mqrr(R,T);
Htt = mqtt(R,T);
for i = 1:length(R)
if R(i,:)==0
G(i,:) = H(i,:);
else
G(i,:) = Hrr(i,:) + (1/R(i))*Hr(i,:) + 1/R(i)^2)*Htt(i,:);
end
end
for i = 1:length(R)
if R(i,:)==0
B(i,1) =0;
else
B(i,1) = -3*(cos(T(i)));
end
end
size(T),size(R)
G(l-k:l,:) = H(l-k:l,:);
B(l-k:l,1) = 0;
W = G\B;
U = H*W;
u = reshape(U,mr,nr);
[x,y,z]=pol2cart(t,r,u);
figure(1)
surf(x,y,z)
title('SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN POISSON PADA KOORDINAT POLAR')
% solusi eksak dan galat
R = 0:.05:1;
T = deg2rad(0:15:360);
[r,t]=meshgrid(R,T);
for i=1:length(R)
for j=1:length(T)
ueksak(j,i)=(R(i)-R(i)^2)*cos(T(j));
end
end
[x,y,z]=pol2cart(t,r,ueksak);
figure(2)
surf(x,y,z)
title('SOLUSI EKSAK PERSAMAAN POISSON PADA KOORDINAT POLAR')
galat=abs(ueksak-u);
[x,y,z]=pol2cart(t,r,galat)
figure(3)
surf(x,y,z)
title('GALAT METODE RBF PADA PERSAMAAN POISSON KOORDINAT POLAR')
DAFTAR PUSTAKA
Boyce, W.E. dan DiPrima, R.C.. 2001. Elementary Differential Equations and
Boundary Value Problems. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Hajek, M.. 2005. Neural Networks. Modul Kuliah Tidak Diterbitkan. California:
University of California.
Mittal, R.C. dan Gahlaut, S.. 1987. A Boundary Integral Formulation for
Poisson’s Equation in Polar Coordinates. Indian Journal Pure Application,
Volume 18 Halaman 965-972.
Purcell, E.J. dan Varberg, D.. 1990. Kalkulus dan Geometri Analitis. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sarra, S.A. dan Kansa, E.. 2009. Multiquadrics Radial Basis Function
Approximation Methods for the Numerical Solution of Partial Differential
Equations. Modul Kuliah Tidak Diterbitkan. California: University of
California.
Setiawan, I.. 2002. Jaringan Syaraf Tiruan Jenis AMN (Associative Memory
Networks): CMAC, B-Spline dan RBF untuk Aplikasi Pemodelan dan
Pengontrolan. Modul Kuliah Tidak Diterbitkan. Semarang: UNDIP.
53
54
Soedojo, P.. 1995. Asas-Asas Matematika Fisika dan Teknik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Strauss, W.A.. 2008. Partial Differential Equations. New York: John Wiley &
Sons, Inc.