PERSAMAAN CAUCHY-EULER
SKRIPSI
Oleh:
INAYATUL HASANAH
NIM. 03510003
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
MALANG
2009
SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK
PERSAMAAN CAUCHY-EULER
SKRIPSI
Diajukan Kepada :
Universitas Islam Negeri Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh :
INAYATUL HASANAH
NIM. 03510003
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
MALANG
2009
SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK
PERSAMAAN CAUCHY-EULER
SKRIPSI
Oleh:
INAYATUL HASANAH
NIM. 03510003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika
Sri Harini, M. Si
NIP. 150 318 321
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
INAYATUL HASANAH
NIM. 03510003
Sri Harini, M. Si
NIP. 150 318 321
SURAT PERNYATAAN
Inayatul Hasanah
MOTTO
∩∉∪ #Z £
ô „ç Î £
ô èã 9ø #$ ì ¨ )Î ∩∈∪ #· £
y Βt β ô „ç Î £
ô èã 9ø #$ ì ¨ *Î ùs
y Βt β
dan
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, iringan
doa dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan, terutama
kepada:
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang.
2. Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, SU., D.Sc, selaku Dekan Fakultas Sains
3. Sri Harini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Sains dan
kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
8. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tiada lelah memberikan do’a dan kasih
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
No Judul
PENDAHULUAN
peranan yang utama yaitu matematika memberikan cara berfikir yang jelas, logis,
sehingga tidak salah jika kemudian ada yang menyebut matematika adalah ilmu
yang berisi tentang perhitungan atau matematika. Sebagaimana dalam surat Al-
∩⊄∈∪ $Yèó¡Î@ (#ρߊ#yŠø—$#uρ šÏΖÅ™ 7πs($ÏΒ y]≈n=rO óΟÎγÏôγx. ’Îû (#θèWÎ6s9uρ
Artinya: “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun (lagi)” (Q.S Al-Kahfi: 25)
ãΝèδx‹s{r'sù $YΒ%tæ šÅ¡÷Ηs~ ωÎ) >πuΖy™ y#ø9r& öΝÎγ‹Ïù y]Î7n=sù ϵÏΒöθs% 4’n<Î) %·nθçΡ $uΖù=y™ö‘r& ô‰s)s9uρ
Dari kedua ayat di atas, dapat diketahui bahwa Al-Qur’an telah berbicara
makna yang tersirat dibalik 2 ayat tersebut adalah setiap muslim perlu memahami
tentang bilangan dan operasi bilangan. Bagaimana mungkin seorang muslim dapat
mengetahui bahwa Ashabul kahfi tertidur di dalam gua selama 309 tahun, jika
tidak dapat menghitung 300 + 9, juga bagaimana mungkin seorang muslim dapat
mengetahui bahwa Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya selama 950 tahun jika
Salah satu cabang dari matematika yang termasuk topik penting untuk
tidak dapat diatasi dengan hanya menggunakan rumus atau konsep yang ada.
derivatif/diferensial dari suatu atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih
nya, terdapat persamaan diferensial orde satu, persamaan diferensial orde dua,
fungsi yang memenuhi persamaan diferensial dan juga memenuhi kondisi awal
sedemikian sehingga hasilnya sesuai dengan kondisi awal. Atau dengan kata lain
solusi analitik merupakan solusi kontinyu sehingga solusi dari nilai variabel bebas
dapat ditemukan, sangat akurat dan tepat (Lam, 1994:20). Metode penyelesaian
koefisien konstan.
hasil yang lebih teliti maka jarak (interval) antara titik-titik yang berurutan
tersebut dibuat semakin kecil. Atau dengan kata lain solusi analitik adalah
dapat diambil jalan keluar atau solusi pemecahan dari suatu masalah. Ketika suatu
masalah itu sulit untuk diselesaikan dengan satu cara maka hal tersebut pasti ada
cara atau penyelesaian yang lain. Sebagaimana dalam firman-Nya pada al-Qur’an
∩∉∪ #Zô£ç„ Îô£ãèø9$# yìtΒ ¨βÎ) ∩∈∪ #·ô£ç„ Îô£ãèø9$# yìtΒ βÎ*sù
Cauchy-Euler”
1.2 Rumusan Masalah
digunakan yaitu:
homogen orde-3.
adalah
Cauchy-Euler.
matematika.
skripsi ini adalah studi literatur. Studi literatur adalah penelitian yang dilakukan
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, mudah ditelaah dan dipahami,
maka digunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari empat bab, masing-
masing bab dibagi ke dalam beberapa subbab dengan rumusan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
keagamaan.
BAB IV PENUTUP
KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi dan teorema yang
Definisi 2.1
satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas. (Ross,
1984:3)
Differential Equation (ODE) dan persamaan diferensial parsial (PDP) atau Partial
Definisi 2.2
menyangkut turunan parsial dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu
Contoh:
∂v ∂v
1) + =v
∂s ∂t
∂ 2u ∂ 2u ∂ 2u
2) + + =0
∂x 2 ∂y 2 ∂z 2
Variabel bebas pada contoh 1 adalah s dan t sedangkan variabel tak
Definisi 2.3
menyangkut turunan biasa dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu
Contoh:
2
d2y dy
1) 2
+ xy = 0
dx dx
d 4x d 2x
2) + 5 + 3 x = sin t
dt 4 dt 2
Pada contoh 1, variabel x adalah varibel bebas dan y adalah variabel tak
bebas. Sedangkan pada contoh 2, variabel bebasnya adalah t dan variabel tak
bebasnya adalah x.
Definisi 2.4
turunan yang terdapat pada persamaan tersebut, yang tingkatnya paling tinggi.
Seperti yang telah dijelaskan pada subbab 1.1, persamaan diferensial linear
diferensial linear tak homogen. Agar lebih mudah, berikut diberikan definisi dari
Definisi 2.5
diperoleh:
y n + f 1 (x ) y (n −1) + K + f n −1 ( x ) y , + f n ( x ) y = g ( x ) (2.2)
a1 a b
dengan f 1 = , K , f n = n , dan g =
a0 a0 a0
Contoh:
d2y dy
1) 2
+ 5 + 6y = 0
dx dx
d4y 3
2 d y dy
2) 4
+ x 3
+ x3 = xe x
dx dx dx
Definisi 2.6
a 0 ( x ) y n + a1 ( x ) y (n −1) + K + a n −1 ( x ) y , + a n (x ) y = 0 (2.3)
diferensial linear tak homogen, yang bentuk umumnya adalah seperti pada (2.1)
dengan b( x ) ≠ 0 .
bersesuaian dengan persamaan diferensial linear tak homogen (2.1). Hal ini akan
digunakan dalam menyelesaikan persamaan diferensial linear orde-n pada bab III.
Definisi 2.7
(2.1) disebut persamaan diferensial linear dengan koefisien konstanta. Dan jika
(Finizio Ladas,1988:58)
a 0 ( x ) y n + a1 ( x ) y (n −1) + K + a n −1 ( x ) y , + a n (x ) y (2.4)
Jika y adalah fungsi yang memiliki turunan ke- n , maka (2.4) dapat dinyatakan
dengan:
L[ y ] = a 0 ( x ) y n + a1 ( x ) y (n −1) + K + a n −1 ( x ) y , + a n ( x ) y (2.5)
L pada (2.5) adalah fungsi yang baru yang didefinisikan pada himpunan fungsi
yang memiliki turunan ke- n . Di sini L disebut sebagai operator. Dan karena L
Jika didefinisikan
D n y = y (n )
L = a 0 (x )D n + a1 (x )D (n −1) + K + a n −1 (x )D + a n ( x ) (2.7)
a a12
Jika diketahui matriks A2×2 , yaitu A = 11 , maka determinan dari
a 21 a 22
a11 a12
matriks A adalah det ( A) = = a11 a 22 − a12 a 21 . (Anton, 1997:63)
a 21 a 22
Contoh:
3 1
A=
4 − 2
Definisi 2.9
a11 L a1n
M = ∑(− 1) aij det (M ij ) = ∑(− 1) aij det (M ij )
n n
det ( A) = M
i+ j i+ j
(2.9)
j =1 i =1
an1 L ann
Contoh:
3 1 0
Misalkan A = − 2 − 4 3 . Hitunglah det (A).
5 4 − 2
Penyelesaian:
3 1 0
−4 3 −2 3 −2 −4
det( A) = − 2 − 4 3 =3 − (1) +0
4 −2 5 −2 5 4
5 4 −2
= 3(-4) - (1)(-11) = - 1
Untuk mengetahui ada dan tidaknya invers suatu matriks persegi, dapat
juga digunakan determinan matriks. Berikut ini adalah teorema yang merupakan
Teorema 2.1
Bukti:
( )
1 = det (I ) = det ( A) det A −1 . Jadi, det ( A) ≠ 0 . Sebaliknya, anggaplah bahwa
det ( A) ≠ 0 . Kita akan perlihatkan bahwa A ekivalen baris pada I , dan dengan
bentuk eselon baris tereduksi dari A . Karena R dapat diperoleh dari A dengan
menggunakan urutan berhingga dari operasi baris elementer, maka kita dapat
−1 −1 −1
atau A = E1 E 2 K E k R . Jadi,
Contoh:
1 2 3
A = 1 0 1
2 4 6
Teorema 2.2
a11 x1 + K + a1n x n = b1 ,
a 21 x1 + K + a 2 n x n = b2 ,
(2.10)
M
a n1 x1 + K + a nn x n = bn
a11 L a1n
koefisien dari sistem (2.10), yaitu A = M M , memiliki determinan tak
an1 L ann
b1
b
B = 2
M
bn
Bukti:
C11 C 21 K C n1 b1
K C n 2 b2
1 1 C12 C 22
X = A −1 B = adj ( A) B =
det( A) det( A) M M K M M
C1n C2n K C nn bn
b1C11 + b2 C 21 + K + bn C n1
1 b1C12 + b2 C 22 + K + bn C n 2
X =
det( A) M
b1C1n + b2 C 2 n + K + bn C nn
b1C1 j + b2 C 2 j + K + bn C nj
xj =
det( A)
Sekarang dimisalkan
M M K M M M K M
a n1 an2 K a nj −1 bn a nj +1 K a nn
bersesuaian dalam kolom ke j dari a. Perluasan kofaktor det (Aj) sepanjang kolom
det( A j ) = b1C1 j + b2 C 2 j + K + bn C nj
b1C1 j + b2 C 2 j + K + bn C nj det( A j )
xj = maka akan memberikan x j = terbukti.
det( A) det( A)
(Anton, 1997:83-84)
Contoh:
x1+ 2x3 = 6
Penyelesaian:
1 0 2 6 0 2
A = − 3 4 6
A1 = 30 4 6
− 1 − 2 3 8 − 2 3
1 6 2 1 0 6
A2 = − 3 30 6
A3 = − 3 4 30
− 1 8 3 − 1 − 2 8
Maka
det( A1 ) − 40 − 10
x1 = = =
det( A) 44 11
det( A2 ) 72 18
x2 = = =
det( A) 44 11
det( A3 ) 152 38
x3 = = =
det( A) 44 11
kebebaslinearan dan nilai Wronski. Metode variasi parameter akan dibahas pada
bab selanjutnya. Berikut ini diberikan definisi dan teorema tentang kombinasi
Definisi 2.10
Contoh:
y '' = 0 (2.11)
Karena persamaan ini sederhana, kita dapat langsung mengintegralkannya untuk
y ' = c1 (2.12)
y = c1 x + c 2 (2.13)
linear dari kedua penyelesaian itu. Jadi, jika y suatu penyelesaian persamaan
c2 = 1 .
Definisi 2.11
untuk setiap x dalam selang a ≤ x ≤ b . Dalam hal lain, fungsi-fungsi itu disebut
Contoh:
Penyelesaian:
12
c1 3 x + + c 2 (5 x + 4) = 0
5
c1 x + c 2 x 2 = 0
didapatkan
c1 + c 2 = 0 dan − c1 + c 2 = 0 .
Satu-satunya penyelesaian sistem ini adalah c1 = c 2 = 0 . Ini berlawanan
Definisi 2.12
f1 f2 L fn
f1 ' f2 ' K fn '
W ( f1 , f 2 ,K , f n ; x ) = f1 ' ' f2 '' K fn ''
M M M M
n −1 n −1 n −1
f1 f2 K fn
Tiap fungsi yang muncul dalam determinan ini dihitung pada x. (Finizio
Ladas,1988:67)
Contoh:
Penyelesaian:
(
W x 2 , cos x; x = ) x2 cos x
= − x 2 sin x − 2 x cos x
2 x − sin x
Teorema 2.3
c1 y1 + c 2 y 2 + K + c m y m
Bukti:
Dan
akan diperoleh:
?
a3 ( x)(c1 y1 + c2 y 2 )' ' '+ a 2 ( x)(c1 y1 + c2 y 2 )' '+ a1 ( x)(c1 y1 + c2 y 2 )'+ a0 ( x)(c1 y1 + c2 y 2 ) = 0
?
a3 ( x)(c1 y1 ' ' '+c2 y 2 ' ' ' ) + a2 ( x)(c1 y1 ' '+c2 y 2 ' ' ) + a1 ( x)(c1 y1 '+c2 y 2 ' ) + a0 ( x)(c1 y1 + c2 y 2 ) = 0
c1 [a3 ( x) y1 ' ' '+a2 ( x) y1 ' '+a1 ( x) y1 '+a0 ( x) y1 ] + c2 [a3 ( x) y2 ' ' '+a2 ( x) y2 ' '+a1 ( x) y2 '+a0 ( x) y2 ]= 0
?
?
c1 (0) + c 2 (0) = 0
0+0 = 0
fungsi ini tergantung linear jika kita dapat memperoleh n buah konstanta
c1 y1 + c 2 y 2 + K + c n y n = 0
(2.15)
n −1
turunan-turunan y i , y i ' , L , y i ada. Maka Persamaan (2.15) dapat diturunkan
c1 y1 + c 2 y 2 + K + c n y n = 0
……………………………..
n −1 n −1 n −1
c1 y1 + c2 y 2 + K + cn y n =0
dan hanya jika determinan koefisiennya sama dengan nol. Jadi, fungsi-fungsi
tergantung linear, maka Wronskiannya sama dengan nol untuk suatu x. karena itu
terdapat ketentuan berikut untuk menguji kebebasan linear (atau ketergantungan
linear).
Teorema 2.4
yang didefinisikan pada selang a ≤ x ≤ b , bebas linear jika dan hanya jika
Ladas,1988:69)
Contoh:
cos x sin x
= cos 2 x + sin 2 x = 1
− sin x cos x
tidak pernah nol. Selain itu, juga e x dan e − x merupakan penyelesaian persamaan
ex e−x
−x
= − e 0 − e 0 = −2
e x
−e
Teorema 2.5
y1 y2
W = = y1 y 2 '− y1 ' y 2
y1 ' y2 '
Jadi
'
( ' ' ''
)
W ' = y1 y 2 − y1 y 2 − y1 y 2 + y1 y 2 = y1 y 2 − y1 y 2
'' ' '' ''
= − pW
x x
∫
− a s ds x
∫
− a ( t ) dt
Dengan menggunakan persamaan y ( x) = y 0 e x0
+ ∫ b( s )e s
ds
x0
x
W ( x) = W ( x0 ) exp − ∫ p ( s )dx
x0 (2.17)
karena fungsi eksponen tidak pernah nol, menurut persamaan di atas, jika W nol
pada titik x0 pada selang a ≤ x ≤ b , maka W identik nol, dan jika W tidak nol pada
Definisi 2.13
diferensial (2.3). Misalkan juga bahwa fungsi-fungsi itu bebas linear pada selang
definisi persamaan diferensial ini. Dikatakan bahwa fungsi-fungsi itu membentuk
diferensial tersebut.
Contoh:
Definisi 2.14:
dy dny
F x, y , , K , n = 0 diartikan sebagai: carilah sebuah penyelesaian
dx dx
y ( x0 ) = y 0
dy
( x0 ) = y1
dx
M
d ( n −1) y
( x0 ) = y n −1
dx ( n −1)
dengan x 0 dalam selang a < x < b dan y 0 , y1 , K , y n −1 merupakan konstanta.
(Kusumah, 1989)
dy
orde dua, kondisi awalnya dalam bentuk: y ( x0 ) = y 0 ; ( x0 ) = y1 , di mana
dx
dy
menyatakan kedudukan sebuah obyek pada saat x0 , dan ( x0 ) = y1 menyatakan
dx
persamaan diferensial linear tak homogen orde-n. Metode ini dapat digunakan
untuk menentukan solusi khusus dari persamaan diferensial linear tak homogen
yang koefisiennya konstanta atau fungsi dalam suatu variabel tertentu, dengan
(Finizio Ladas,1988:122)
Teorema 2.6
berbentuk
n
Wi b( x )
y p = ∑ yi ∫ dx
i =1 W ( y1 , y 2 , K , y n ) a 0
Bukti:
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n (2.19)
(
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n + u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n
' ' ' '
) ( ' ' '
)
(
jika diambil u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n = 0 maka
' ' '
)
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n
' ' ' '
'
penurunan y p memberikan
(
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n + u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n
'' '' '' ''
) ( ' ' ' ' ' '
)
(
dan jika diambil u 1 ' y 1 ' + u 2 ' y 2 ' + K + u n ' y n ' = 0 maka )
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n
'' '' '' ''
yp
(n )
(
= u1 y1
(n )
+ u2 y2
(n )
+ K + un yn
(n )
) + (u 1
'
y1
( n−1)
+ u2 y2
' ( n−1)
+ K + un yn
' ( n−1)
)
dan jika diambil u1 y1 ( ' ( n −1)
+ u2 y2
' ( n −1)
+ K + un yn
' (n −1)
) = 0 maka
yp
(n )
(
= u1 y1
(n )
+ u2 y2
(n )
+ K + un yn
(n )
)
jika diambil u1 , u 2 , K , u n memenuhi sistem persamaan
u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n = 0
' ' '
u1 y1 + u 2 y 2 + K + u n y n = 0
' ' ' ' ' '
M (2.20)
' (n −1) (n −1) ( n −1) b( x )
+ u2 y2 + K + un yn =
' '
u1 y1
a0
y1 y2 K yn u1 ' 0
y' ' 0
y n
' '
y2 K u
Misal A = 1 ; X = 2 ; B = M
M M M
(n −1)
M
(n −1)
L
(n −1) ' b( x )
y1 y2 K yn n
u a
0
AX = B
maka
X = A −1 B =
1
(adj A)B
det A
a11 a 21 K a n1
a a 22 K a n 2
12
M M M M 0
a1n a 2 n K a ni 0
= M
W( y1 , y2 ,K, yn ) b( x )
a
0
a n1
a
n2
u1 ' M
'
u 2 = b( x )
a ni
M W( y , y ,K, y ) a 0
' 1 2 n
u n
sehingga
a ni b( x )
=
'
ui
W( y1 , y2 ,K, yn ) a0
y1 y2 K yi −1 yi +1 K yn
' ' ' ' '
y1 y2 K yi −1 yi +1 K yn
b( x )
M M K M M K M
( n −1) ( n −1) ( n −1) (n −1) ( n −1)
y1 y2 K yi −1 y i +1 K yn
= (− 1)
n +i
W( y1 , y2 ,K, yn ) a 0
atau
Wi b( x )
ui = ; i = 1, 2, K , n
'
(2.21)
W( y1 , y2 ,K, yn ) a0
(0, 0, K , 1) yaitu
y1 y2 K y i −1 y i +1 K yn
' ' ' ' '
y1 y2 K y i −1 y i +1 K yn
Wi =
M M K M M K M
(n −1) ( n −1) ( n −1) ( n −1) (n −1)
y1 y2 K y i −1 y i +1 K yn
n
Wi b( x )
y p = ∑ yi ∫ dx
i =1 W ( y1 , y 2 , K , y n ) a 0
Bukti:
L[ y ] = y n + f1 (x ) y (n −1) + K + f n −1 (x ) y , + f n ( x ) y = g (x ) (2.22)
misalkan
L[ y ] = y n + f 1 (x ) y (n −1) + K + f n −1 ( x ) y , + f n (x ) y = 0 (2.23)
[ ]
Karena (2.22) linear, maka L u − y p = g ( x ) − g (x ) = 0
Cauchy-Euler.
y ' = rx r −1
y '' = r (r − 1)x r − 2
M
y n = r (r − 1)(r − 2 )K (r − n + 1)x r − n
x r [r (r − 1)(r − 2 )K (r − n + 1) + a1 r (r − 1)K (r − n + 2 ) + K + a n ] = 0
Karena x ≠ 0 , maka x r ≠ 0 sehingga diperoleh:
r (r − 1) + a1r + a2
Seperti pada persamaan orde- n dengan koefisisen konstanta, solusi umum (2.24)
y1 = x r1 , y2 = x r2 , K , yn = x rn (2.26)
yh = c1 x r1 + c2 x r2 + K + cn x rn (2.27)
y1 = x r1 , y2 = x r1 ln x, K , yn = x r1 (ln x )
n −1
(2.28)
yh = c1 x r1 + c2 x r1 ln x + K + cn x r1 (ln x )
n −1
(2.29)
Contoh:
x 3 ⋅ r (r − 3r + 2 )x r −3 + 2 x 2 ⋅ r (r − 1)x r − 2 + x ⋅ rx r −1 − x r = 0
( )
= r 3 − r 2 + r −1 xr = 0
Sesuai (2.27) dan (2.30) selesaian umum persamaan diferensial homogen diatas
adalah:
Sedangkan secara istilah, metode numerik adalah teknik yang digunakan untuk
memformulasikan persoalan matematik sehingga dapat dipecahkan dengan
operasi perhitungan atau aritmetika biasa (tambah, kurang, kali dan bagi) (Munir,
2008:5).
Metode numerik disebut juga sebagai alternatif dari metode analitik, yang
aljabar yang sudah baku atau lazim. Disebut demikian, karena adakalanya
persoalan matematik sulit diselesaikan atau bahkan tidak dapat diselesaikan secara
tersebut dapat dibuat seteliti yang diinginkan. Solusi hampiran tentu tidak tepat
sama dengan solusi sejati, sehingga ada selisih antara keduanya, dan selisih
2008:5).
y ' = f ( x, y ) y ( x0 ) = y 0 (2.31)
x0 ≤ x ≤ x n
yang dibagi secara tetap (equidistance) sebanyak n buah langkah, sehingga ukuran
x n − x0 x − x0
h= , n= n (www.chemeng.ui.ac.id/~bismo/S1/mater/mod-04.pdf)
n h
memperoleh solusi yang unik, sedangkan pada metode numerik, nilai awal pada
menghitung solusi PDB, mulai dari metode yang paling dasar sampai dengan
metode yang lebih teliti. Dari beberapa metode yang ada, metode yang paling
dasar dan merupakan metode yang umum untuk menurunkan rumus-rumus solusi
PDB adalah metode deret Taylor. Dalam menyelesaikan PDB dengan nilai awal,
( xi +1 − xi ) ( x − xi ) 2
y ( xi +1 ) = y ( xi ) + y ' ( xi ) + i +1 y ' ' ( xi ) +
1! 2!
( xi +1 − xi ) 3 ( x − xi ) n ( n )
y ' ' ' ( xi ) + L + i +1 y ( xi )
3! n!
atau
h2 h3 h (n) y (n)
y ( xi +1 ) = y ( xi ) + h y ' ( xi ) + y ' ' ( xi ) + y ' ' ' ( xi ) + L + xi
2 6 n!
satu taksiran nilai sebelumnya yaitu y ( xi ) . Metode yang termasuk metode satu
langkah adalah metode deret Taylor, metode Euler, metode Heun dan metode
Runge Kutta.
metode Milne-Simpson dan metode Hamming. Selain itu, dikenal juga metode
Heun yang merupakan metode predictor corrector, akan tetapi bukan termasuk
semua fungsi mudah dihitung turunannya, terutama bagi fungsi yang bentuknya
rumit. Semakin tinggi orde metode deret Taylor, maka semakin tinggi turunan
fungsi yang harus dihitung (Munir, 2008: 384). Selain itu, untuk mendapatkan
hasil yang lebih teliti diperlukan ∆x atau h yang kecil, padahal penggunaan ∆x
yang kecil menyebabkan waktu hitungan yang lebih panjang. Oleh karena itu,
metode Runge Kutta merupakan alternatif dari metode deret Taylor yang
memberikan ketelitian hasil yang lebih besar dan tidak memerlukan turunan
2. Mendekati ketelitian metode deret Taylor sampai suku dalam h p , dimana nilai
p berbeda untuk metode yang berbeda, dan p ini disebut derajat dari metode.
(Djojodihardjo, 2000:268)
y i +1 = y i + hφ ( xi , y i , h ) (2.32)
sebagai sebuah slope rata-rata sepanjang interval. Fungsi inkremen dapat ditulis
φ = a1 k1 + a 2 k 2 + K + a n k n (2.33)
k1 = f ( x i y i ) (2.33a)
k 2 = f ( xi + p1 h, y i + q11 k1 h ) (2.33b)
k 3 = f (xi + p 2 h, y i + q 21 k1 h + q 22 k 2 h ) (2.33c)
Ada beberapa tipe mode Runge-Kutta yang tergantung pada nilai n yang
φ = a1 k1 = a1 f ( xi y i )
Untuk a1 = 1 maka
y i +1 = y i + f ( xi , y i )h (2.34)
y i +1 = y i + (a1 k1 + a 2 k 2 )h (2.34a)
Dengan
k1 = f ( x i , y i ) (2.34b)
k 2 = f ( xi + p1 h, y i + q11 k1 h ) (2.34c)
y i +1 = y i + f (xi , y i )h + f ' ( xi , y i )
h
(2.35)
2
Dengan f ' ( xi y i ) dapat ditentukan dari hukum berantai (chain rule) berikut:
∂f ∂f dy
f ' ( xi y i ) = + (2.36)
∂x ∂y dx
∂f ∂f ∂y h
y i +1 = y i + f (xi , y i )h + + (2.37)
∂x ∂y ∂x 2
∂g ∂g
g ( x + r , y + s ) = g ( x, y ) + +s + ...
∂x ∂y
∂f ∂f
f ( xi , p1 h, y i + q11 k1 h ) = f ( xi , y i ) + p1 h
∂x
+ q11 k1 h + 0 h 2
∂y
( )
sehingga menjadi:
∂f
y i +1 = y i + a1 h f ( xi , y i ) + a 2 hf ( xi , y i ) + a 2 p 1 h 2
∂x
∂f
+ a 2 q11 h 2 f ( xi , y i )
∂x
( )
+ 0 h3
Atau
yi +1 = yi + a1 f ( xi , yi ) + a2 f ( xi , yi ) h
∂f ∂f (2.38)
+ a2 p1
∂x
+ a2 q11 f ( xi , yi ) h 2 + 0 h3
∂x
( )
Dengan membandingkan persamaan (2.37) dan (2.38), dapat disimpulkan bahwa
a1 + a2 = 1 (2.39a)
1
a2 p1 = (2.39b)
2
1
a2 q11 = (2.39c)
2
bilangan tak diketahui, sehingga tidak bisa diselesaikan. Untuk itu salah satu
bilangan tak diketahui ditetapkan, dan kemudian di cari ketiga bilangan lain.
a1 = 1 − a2 (2.40a)
1
p1 = q11 = (2.40b)
2a2
1
Bila dipilih a2 = , maka
2
1
a1 =
2
p1 = q11 = 1
1 1
yi +1 = yi + k1 + k2 h (2.41a)
2 2
Dengan
k1 = f ( xi , yi ) (2.41b)
k2 = f ( xi + h, yi + k1h ) (2.41c)
Dengan k1 adalah kemiringan pada awal interval dan k2 adalah kemiringan pada
akhir interval. Persamaan (2.41a) adalah salah satu dari rumus Runge Kutta order
dengan cara yang sama dengan pada order dua. Rumus Runge-Kutta yang dipakai
1
y i +1 = y i + (k1 + 2k 2 + 2k 3 + k 4 ) h (2.42)
6
Dengan
k1 = f ( x i , y i ) (2.43a)
1 1
k 2 = f xi + h, yi + hk1 (2.43b)
2 2
1 1
k 3 = f xi + h, yi + hk 2 (2.43c)
2 2
k 4 = f ( xi + h, y i + hk 3 ) (2.43d)
(Chapra, 2002)
2.12 Galat
memberikan nilai perkiraan yang mendekati nilai eksak (yang benar) yang sesuai
Galat bawaan adalah galat dari nilai data. Galat tersebut bisa terjadi karena
kekeliruan dalam menyalin data, salah membaca skala atau galat karena
terakhir dari suatu bilangan. Galat ini terjadi apabila bilangan perkiraan digunakan
dengan membuat semua angka di sebelah kanan dari posisi tersebut nol. Sedang
angka pada posisi ke n tersebut tidak berubah atau dinaikkan satu digit yang
tergantung apakah nilai tersebut lebih kecil atau lebih besar setengah dari angka
sesuai dengan prosedur matematik yang benar. Sebagai contoh, suatu proses tak
x2 x3 x4
ex = 1+ x + + + +L
2! 3! 4!
sampai tak terhingga. Apabila hanya diperhitungkan beberpa suku pertama saja,
maka hasilnya tidak sama dengan nilai eksak (Triatmodjo, 2002: 2-3).
Ada dua jenis kesalahan hubungan antara nilai eksak dan nilai perkiraan
yaitu:
1. Galat absolut adalah kesalahan perbedaan (selisih) antara nilai eksak dan nilai
Dituliskan:
x = x +e
e adalah galat
e=x−x
e
eR =
x
e = galat absolut
x = nilai eksak
e
eR = × 100%
x
(Djojodiharjo, 2000:15)
2.13 Kajian Keagamaan
menguasai dunia, maka untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sempurna harus didasari dengan Al-qur’an dan hadist sebagai pegangan
agama Islam yang telah memberikan kepada kita tentang fakta-fakta ilmiah yang
dan di bumi. Maka kita sebagai makhluk Allah SWT harus bisa menggunakan apa
yang ada di langit dan di bumi dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-
hari. Seperti yang dijelaskan pada QS. Al-A’laa:2-3, yang berbunyi sebagai
berikut:
Artinya:
“Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang
menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk”.
yang cermat dan teliti, dengan perhitungan-perhitungan yang mapan, dan dengan
Semua yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada
rumusnya atau ada persamaannya. Seorang ahli matematika atau fisika tidak
membuat rumus, tetapi menemukan dan menyimbolkan karena Allah telah
sekarang merupakan salah satu materi yang dapat dijadikan dalam pemodelan-
berlaku pada suatu fenomena. Seperti demam berdarah, tuberkolosis, bahkan flu
diciptakan dengan ukuran, perhitungan, rumus atau persamaan tertentu yang rapi
Èe≅ä. ’Îû Ÿ≅Î/$uΖy™ yìö7y™ ôMtFu;/Ρr& >π¬6ym È≅sVyϑx. «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû óΟßγs9≡uθøΒr& tβθà)ÏΖムtÏ%©!$# ã≅sW¨Β
∩⊄∉⊇∪ íΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ ª!$#uρ 3 â!$t±o„ yϑÏ9 ß#Ïè≈ŸÒムª!$#uρ 3 7π¬6ym èπs($ÏiΒ 7's#ç7/Ψß™
y = 700x
Dengan x menyatakan nilai nafkah dan y menyatakan nilai pahala yang diperoleh
Selain ayat di atas, Allah menjelaskan pula sifat Maha matematisNya itu
Ÿω öΝèδuρ $yγn=÷WÏΒ ωÎ) #“t“øgä† Ÿξsù Ïπy∞ÍhŠ¡¡9$$Î/ u!%y` tΒuρ ( $yγÏ9$sWøΒr& çô³tã …ã&s#sù ÏπuΖ|¡ptø:$$Î/ u!%y` tΒ
∩⊇∉⊃∪ tβθßϑn=ôàãƒ
y = 10x
y=x
Untuk amal kejahatan. Variabel x menyatakan nilai amal dan y menyatakan nilai
Ada ayat lain dalam Alqur’an yang secara tersirat memerintahkan umat
kewajiban yang bertalian dengan harta warisan harus diselesaikan terlebih dahulu,
misalnya wasiat dan utang. Sedangkan untuk pembagian harta warisan perlu
diketahui terlebih dahulu beberapa jumlah semua harta warisan yang ditinggalkan,
berapa jumlah ahli waris yang berhak menerima dan beberapa bagian yang berhak
Berkenaan dengan bagian yang berhak diterima oleh ahli waris, al-Qur’an
menjelakan dalam surat An-Nisa’ ayat 11, 12, dan 176. Yang artinya:
waris, masalah faraidh jika dalam matematika bisa di buat persamaan. Misal:
x= anak laki-laki
y= anak perempuan
x = 2y
1
x= y
2
Persaman diatas merupakan salah satu contoh yang dijelaskan dalam surat An-
Nisa’.
Selanjutnya ketentuan bagian yang berhak diterima oleh ahli waris
yaitu
2 1 1 1 1 1
, , , , dan
3 2 3 4 6 8
Masalah faraidh merupakan ketentuan Allah SWT yang wajib dilaksanakan oleh
umat Islam. Berkenaan dengan masalah faraidh ini, Allah berfirman dalam surat
$yγÏFóss? ÏΒ ”Ì5ôfs? ;M≈¨Ζy_ ã&ù#Åzô‰ãƒ …ã&s!θß™u‘uρ ©!$# ÆìÏÜム∅tΒuρ 4 «!$# ߊρ߉ãm šù=Ï?
…ã&s!θß™u‘uρ ©!$# ÄÈ÷ètƒ ∅tΒuρ ∩⊇⊂∪ ÞΟŠÏàyèø9$# ã—öθxø9$# šÏ9≡sŒuρ 4 $yγŠÏù šÏ$Î#≈yz ã5≈yγ÷ΡF{$#
∩⊇⊆∪ ÑÎγ•Β ÑU#x‹tã …ã&s!uρ $yγ‹Ïù #V$Î#≈yz #·‘$tΡ ã&ù#Åzô‰ãƒ …çνyŠρ߉ãn £‰yètGtƒuρ
ketentuan dari Allah yang wajib dilaksanakan. Untuk dapat memahami dan dapat
melaksanakan masalah faraidh dengan baik maka hal yan perlu dipahami lebih
dahulu adalah konsep matematika. Jadi, adanya masalah faraidh dapat diartikan
yaitu
É#ø9r& ôÏiΒ ×ö>y{ Í‘ô‰s)ø9$# ä's#ø‹s9 ∩⊄∪ Í‘ô‰s)ø9$# ä's#ø‹s9 $tΒ y71u‘÷Šr& !$tΒuρ ∩⊇∪ Í‘ô‰s)ø9$# Ï's#ø‹s9 ’Îû çµ≈oΨø9t“Ρr& !$¯ΡÎ)
4®Lym }‘Ïδ íΟ≈n=y™ ∩⊆∪ 9?ö∆r& Èe≅ä. ÏiΒ ΝÍκÍh5u‘ ÈβøŒÎ*Î/ $pκDÏù ßyρ”59$#uρ èπs3Íׯ≈n=yϑø9$# ãΑ¨”t∴s? ∩⊂∪ 95öκy−
kemuliaan, dalam sebuah hadist yang diriwayakan oleh bukhori dan muslim
menjeslakan “ barang siapa yang beribadah pada lailah al-qadar karena iman
Hadist tersebut sudah tentu mendorong kaum muslim untuk beribadah yang
qadar. Apalagi karena Al-Qur’an menerangkan bahwa malam itu lebih baik dari
pada seribu bulan. Banyak yang beranggapan barang siapa beribadah pada malam
itu akan dihitung oleh Allah sebagai ibadah yang memberi pahala besar selama
benar-benar berasal dari Sang Pencipta manusia dan Sang Pencipta alam raya.
Manusia diharapkan dapat bekerja sebagai khalifah-Nya di atas bumi, menjadi
cerminan citra Allah Sang Pencipta dan mengatasi segala kelemahannya, sehingga
ia dapat lebih dekat kepada kesempurnaan Tuhan. Salah satu cara yang digunakan
sebagai seorang khalifah dalam mengatur apa yang ada di bumi, yaitu dengan
menggunakan ilmu hitung yang disebut juga dengan ilmu matematika. Karena
PEMBAHASAN
variabel yang akan dibahas pada tugas akhir ini adalah persamaan diferensial
y (0 ) = y 0 , y ' (0 ) = y1 , y '' (0 ) = y 2 .
sebagai berikut:
1. x 2 y '' + xy ' + 4 y = x 2 ,
fundamental dari persamaan (3.2). Maka sesuai Teorema 2.3 selesaian umum dari
(3.2) adalah:
y h = c1 y1 + c2 y 2 + c3 y3 (3.3)
Dengan c1 , c2 , c3 konstanta.
homogen yang diketahui, seperti (3.3) dan y p sebagai selesaian khususnya, pada
bab ini akan dicari selesaian khusus dari (3.1) dengan mencari fungsi-fungsi
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3 (3.4)
Dari (3.3) dan (3.4) diperoleh selesaian umum dari (3.1), yaitu
Y = c1 y1 + c2 y 2 + c3 y3 + u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3 (3.5)
(
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3 + u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3
' ' ' '
) ( ' ' '
) (3.6)
homogen orde tinggi sangat rumit dan sulit. Jalan yang ditempuh untuk
Berarti y p = u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3 .
' ' ' '
maka diperoleh:
u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3 = 0
' ' '
(3.7)
u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3 = 0
' ' ' ' ' '
dan juga
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3
' ' ' '
(3.8)
y p = u1 y1 + u 2 y 2 + u3 y3
'' '' '' ''
Dari (3.7) diperoleh 2 persamaan sebagai syarat-syarat untuk mencari y p .
(
a 0 x 3 u 1 y1 + u 2 y 2 + u 3 y 3 + u 1 y1 + u 2 y 2 + u 3 y 3 + a1 x 2 u 1 y1 + u 2 y 2 + u 3 y 3
''' ''' ''' ' '' ' '' ' ''
) ( '' '' ''
)
+ a x (u y )
+ u 2 y 2 + u 3 y 3 + a 3 (u1 y1 + u 2 y 2 + u 3 y 3 ) = b ( x )
' ' '
2 1 1
(
⇔ u1 a0 x3 y1 + a1x2 y1 + a2 xy1 + a3 y1 + u2 a0 x3 y2 + a1x2 y2 + a2 xy2 + a3 y2
''' '' '
) ( ''' '' '
)
(
+ u3 a0 x 3 y3 + a1 x 2 y3 + a2 xy3 + a3 y3
''' '' '
) (3.10)
(
+ a 0 x 3 u1 y1 + u 2 y 2 + u 3 y 3 = b( x )
' '' ' '' ' ''
)
Sesuai fakta bahwa y1 , y2 , y3 merupakan selesaian fundamental dari (3.2) untuk
masing-masing i , i = 1, 2, 3 berlaku:
a0 x 3 yi + a1 x 2 yi + a2 xyi + a3 yi = 0
''' '' '
Sehingga diperoleh:
b( x )
u1 y1 + u 2 y2 + u3 y3 =
' '' ' '' ' ''
(3.11)
a0 x 3
u1 y1 + u 2 y2 + u3 y3 = 0
' ' '
u1 y1 + u 2 y2 + u3 y3 = 0
' ' ' ' ' '
(3.12)
b( x )
u1 y1 + u 2 y2 + u3 y3 =
' '' ' '' ' ''
a0 x 3
y3 u1 0
'
y1 y2
'
' '
y3 u 2 = 0
'
y1 y2 (3.13)
y '' '' ' b( x )
y3 u3
''
1 y2 3
a0 x
y1 y2 y3
' '
Misalkan A = y1
'
y2 y3
y '' y2
''
y3
''
1
Karena y1 , y2 , y3 merupakan selesaian bebas linear dari (3.2), sesuai Teorema 2.4
Wi b( x )
ui ( x ) = ; i = 1, 2, 3
'
(3.14)
W [ y1 , y2 , y3 ](x ) a0 x 3
0
kolom ke i dari A dengan 0 .
b( x )
a x3
0
Selanjutnya
Wi b( x )
ui ( x ) = ∫ dx ; i = 1, 2, 3 (3.15)
W [ y1 , y2 , y3 ]( x ) a0 x 3
3
b( x )
y p ( x ) = ∑ yi (x )∫
Wi
dx (3.16)
i =1 W [ y1 , y 2 , y3 ](x ) a0 x 3
langkah penyelesaian secara singkat. Secara garis besar metode variasi parameter
homogen.
Euler W [ y1 , y 2 , y3 ]( x )
b. Menentukan
b(x ) Wi
ui = ∫ dx i = 1, 2, 3
a0 x W ( y1 , y2 , y3 )
3
Dimana Wi adalah determinan yang diperoleh dengan mengganti kolom
c. Integral partikular:
3
y p ( x ) = ∑ yi ( x ) u i ( x )
i =1
3
b(x ) Wi (x )
= ∑ yi ( x ) ∫ dx
i =1 a0 x W [ y1 , y2 , y3 ](x )
3
y (x ) = y h (x ) + y p (x ) .
Contoh 1
Penyelesaian:
Misalkan y = x r adalah selesaian dari (2) yang lalu disubstitusikan pada (2).
r (r − 1)x 2 ⋅ x r − 2 + rx ⋅ x r −1 + 4 x r = 0
( )
⇔ r 2 − r x r + rx r + 4 x r = 0
⇔ x r +4 =0
r
( 2
) (3)
r1 = 2i dan r2 = −2i .
Untuk mencari nilai c1 , c 2 maka substitusi syarat awal y (1) = 0 ke persamaan (4)
akan didapatkan:
c1 cos(2 ln 1) + c 2 sin (2 ln 1) = 0
Sehingga diperoleh:
c1 = 0
Dari syarat awal yang diberikan y ' (1) = 1 disubstitusi ke persamaan (5), maka
diperoleh:
Sehingga diperoleh:
1
c2 =
2
Kemudian substitusi nilai c1 dan c 2 pada persamaan (4):
y h = 0 ⋅ cos(2 ln x ) + sin (2 ln x )
1
2
sin (2 ln x )
1
yh = (6)
2
u1 cos(2 ln x ) + u 2 sin (2 ln x ) = 0
' '
x2
− 2u1 x −1 sin (2 ln x ) + 2u 2 x −1 cos(2 ln x ) = =1
' '
x2
Maka,
cos(2 ln x ) sin (2 ln x )
W [ y1 , y 2 ]( x ) =
− 2 x sin (2 ln x ) 2 x −1 cos(2 ln x )
−1
= 2 x −1 cos 2 (2 ln x ) + 2 x −1 sin 2 (2 ln x )
= 2 x −1
0 sin (2 ln x )
W1 (x ) =
1 2 x −1 cos(2 ln x )
= − sin (2 ln x )
cos(2 ln x ) 0
W2 ( x ) =
− 2 x sin (2 ln x ) 1
−1
= cos(2 ln x )
− sin (2 ln x ) ⋅ x 2
u1 ( x) = ∫ dx
2 x −1 ⋅ x 2
= − ∫ x sin (2 ln x )dx
1
(7)
2
∫ x sin(2 ln x )dx = uv − ∫ v du
∫ x cos(2 ln x )dx = uv − ∫ v du
1
∫ x sin (2 ln x )dx x sin (2 ln x ) − x 2 cos(2 ln x ) + ∫ x sin (2 ln x )dx
1 2
=
2 2
x sin (2 ln x ) − x cos(2 ln x ) − ∫ x sin (2 ln x )dx
1 2 1 2
=
2 2
2 ∫ x sin (2 ln x )dx = x sin (2 ln x ) − x 2 cos(2 ln x )
1 2 1
2 2
1 1
u1 ( x) = − x 2 (sin (2 ln x ) − cos(2 ln x ))
2 4
= − x (sin (2 ln x ) − cos(2 ln x ))
1 2
8
cos(2 ln x ) ⋅ x 2
u 2 ( x) = ∫ dx
2 x −1 ⋅ x 2
x cos(2 ln x )dx
1
2∫
= (11)
∫ x cos(2 ln x )dx = uv − ∫ v du
∫ x sin(2 ln x )dx = uv − ∫ v du
1
∫ x cos(2 ln x )dx x cos(2 ln x ) + x 2 sin (2 ln x ) − ∫ x cos(2 ln x )dx
1 2
=
2 2
x cos(2 ln x ) + x sin (2 ln x ) − ∫ x cos(2 ln x )dx
1 2 1 2
=
2 2
2∫ x cos(2 ln x )dx = x cos(2 ln x ) + x 2 sin (2 ln x )
1 2 1
2 2
1 1 2
u 2 ( x) = x (sin (2 ln x ) + cos(2 ln x ))
2 4
= x (sin (2 ln x ) + cos(2 ln x ))
1 2
8
y (x ) = sin (2 ln x ) + x 2 + C
1 1
2 8
Contoh 2
Misalkan y = x r adalah selesaian dari (17) yang lalu disubstitusikan pada (17).
r 3 − 2r 2 − r + 2 = (r − 1)(r + 1)(r − 2 ) = 0
1
Sesuai dengan (2.27) selesaian dari (17) adalah y1 = x, y2 = , y3 = x 2 .
x
1
yh = c1 x + c2 + c3 x 2 (19)
x
Dari persamaan (19) ditentukan turunan pertama dan kedua dari y h sebagai
berikut:
1 19
c1 ⋅ 1 + c2 + c3 ⋅ 12 =
1 16
Sehingga diperoleh:
19
c1 + c2 + c3 = (22)
16
diperoleh:
17
c1 − c2 ⋅ 1− 2 + 2c3 ⋅ 1 =
16
Sehingga diperoleh:
17
c1 − c2 + 2c3 = (23)
16
diperoleh:
45
0 + 2c2 ⋅ 1− 3 + 2c3 =
8
Sehingga diperoleh:
45
2c2 + 2c3 = (24)
8
Dari persamaan (22) dan (23), dikerjakan dengan menggunakan metode eliminasi,
2
2c2 − c3 = (25)
16
Dari persamaan (24) dan (25), dikerjakan dengan menggunakan metode eliminasi,
44
c3 =
24
44 45
2c2 + 2 =
24 8
45 44 135 − 88 47
2c2 = −2 = =
8 24 24 24
Sehingga diperoleh:
47 1 47
c2 = =
24 2 48
47 44 19
c1 + + =
48 24 16
Sehingga diperoleh:
19 47 44 13
c1 = − − =−
16 48 24 8
Maka dengan metode eliminasi diperoleh:
13 47 44
c1 = − , c2 = dan c3 =
8 48 24
13 47 1 44 2
yh = − x+ + x
8 48 x 24
13 47 −1 44 2
yh = − x+ x + x (26)
8 48 24
1
u1 x + u2 + u3 x 2 = 0
' ' '
x
' −2
u1 − u2 x + 2u3 x = 0
' '
6 x 3 + 6 ln x
0 + 2u2 x − 3 + 2u3 =
' '
x3
Maka,
x x −1 x2
W [ y1 , y2 , y3 ](x ) = 1 − x−2 2x
0 2 x−3 2
( ) (
= − 2 x −1 + 2 x −1 − 2 x −1 + 4 x −1 )
−1
= −6 x
0 x −1 x2
W1 (x ) = 0 − x−2 2x
1 2 x −3 2
= 2 −1 = 1
x 0 x2
W2 ( x ) = 1 0 2 x
0 1 2
= x2 − 2x2 = − x2
x x −1 0
W3 (x ) = 1 − x−2 0
0 2 x −3 1
= − x − x = −2 x −1
−1 −1
u1 ( x) = ∫
(6 x + 6 ln x ⋅ 1
3
)
x − 6 x −1
3
( dx
)
6 x + 6 ln x
3
=∫ dx
− 6x 2
ln x
= − ∫ x + 2 dx
x
ln x
= − ∫ xdx − ∫ 2 dx
x
1 2
= − x − ∫ x − 2 ln xdx
2
1 x −1 x −1
= − x 2 − ln x − +C
2 −1 (− 1)2
1
(
= − x 2 − − x −1 ln x − x −1 + C
2
)
1 1 1
= − x 2 + ln x + + C
2 x x
u 2 ( x) = ∫
(6 x
+ 6 ln x − x 2
3
)( )
x 3 − 6 x −1 (
dx
)
− 6 x 5 − 6 x 2 ln x
=∫ dx
− 6x2
= ∫ x 3 + ln x dx
= ∫ x 3 dx + ∫ ln x dx
1 4
= x + x ln x − x + C
4
u3 ( x ) = ∫
(6 x )(
+ 6 ln x − 2 x −1
3
)
(
x 3 − 6 x −1 ) dx
− 12 x 2 − 12 x −1 ln x
=∫ dx
− 6x2
= ∫ 2 + 2 x −3 ln x dx
= ∫ 2dx + ∫ 2 x −3 ln x dx
1 1
= 2x − 2
ln x − 2 + C
x 2x
1 1 1 1 1
y p (x ) = − x 2 + ln x + x + x 4 + x ln x − x + 2 x − 2 ln x − 2 x 2 + C
1 1
2 x x 4 x x 2x
1 1 1
= − x 3 + ln x + 1 + x 3 + ln x − 1 + 2 x 3 − ln x − + C
2 4 2
7 3 1
= x − ln x − + C (27)
4 2
y (x ) = −
13 47 −1 44 2 7 3 1
x+ x + x + x − ln x − + C
8 48 24 4 2
program dalam bahasa Matlab yang dapat dilihat pada lampiran. Secara umum,
satu.
(z ) , dan (w)
3) Menentukan nilai ( x ) yang akan ditentukan penyelesaiannya beserta besarnya
h (ukuran langkah).
Kutta Orde-4.
Contoh 1
Langkah 1
x 2 − xy ' − 4 y
y '' =
x 2
= 1 −
y'
x
y
(
− 4 2 = f x, y , y '
x
)
Misalkan y ' = z
( )
Maka z ' = y '' = g x, y, y ' = g ( x, y, z ) = 1 −
z
x x
y
−4 2
= f ( x, y , z ) = z
dy
dx
= g ( x, y , z ) = 1 − − 4 2
dz z y
dx x x
Langkah 2
Diberikan nilai awal y (1) = 0, y ' (1) = z (1) = 1 atau dapat ditulis diberikan nilai
x0 = 1 , y0 = 0 dan z 0 = 1
Langkah 3
Sesuai dengan formulasi rumus (2.52) yang terdapat pada bab II dan dengan
h = 0.1 , maka
Langkah 5
k1 = f ( xi , yi , zi )
m1 = g ( xi , yi , zi )
1 1 1
k2 = f xi + h, yi + hk1 , zi + hm1
2 2 2
= f xi + (0.1), yi + (0.1)k1 , zi + (0.1)m1
1 1 1
2 2 2
1 1 1
m2 = g xi + h, yi + hk1 , zi + hm1
2 2 2
= g xi + (0.1), yi + (0.1)k1 , zi + (0.1)m1
1 1 1
2 2 2
1 1 1
k3 = f xi + h, yi + hk 2 , zi + hm2
2 2 2
= f xi + (0.1), yi + (0.1)k 2 , zi + (0.1)m2
1 1 1
2 2 2
1 1 1
m3 = g xi + h, yi + hk 2 , zi + hm2
2 2 2
= g xi + (0.1), yi + (0.1)k 2 , zi + (0.1)m2
1 1 1
2 2 2
k1 = f ( x0 , y 0 , z 0 ) = f (1,0,1) = 1
1 0
m1 = g (x0 , y 0 , z 0 ) = g (1,0,1) = 1 − − 4 2 = 0
1 1
= f x0 + (0.1), y 0 + (0.1)k1 , z 0 + (0.1)m1
1 1 1
k2
2 2 2
1
= f 1 + (0.1),0 + (0.1)(1),1 + (0.1)(0 )
1 1
2 2 2
= f (1.05, 0.05, 1)
=1
= g x0 + (0.1), y 0 + (0.1)k1 , z 0 + (0.1)m1
1 1 1
m2
2 2 2
1
= g 1 + (0.1),0 + (0.1)(1),1 + (0.1)(0 )
1 1
2 2 2
= g (1.05, 0.05, 1)
1 0.05
= 1− −4
1.05 1.05 2
= -0.133786848
= f x0 + (0.1), y 0 + (0.1)k 2 , z 0 + (0.1)m2
1 1 1
k3
2 2 2
1
= f 1 + (0.1),0 + (0.1)(1),1 + (0.1)(- 0.133786848)
1 1
2 2 2
= f (1.05, 0.05, 0.993310658)
= 0.993310658
= g x0 + (0.1), y 0 + (0.1)k 2 , z 0 + (0.1)m2
1 1 1
m3
2 2 2
= g 1 + (0.1),0 + (0.1)(1),1 + (0.1)(- 0.133786848)
1 1 1
2 2 2
= g (1.05, 0.05, 0.993310658)
0.993310658 0.05
= 1− −4
1.05 1.05 2
= -0.127416046
Langkah 6
yi +1 dan zi +1 adalah:
yi +1 = yi +
1
(0.1)(k1 + 2k 2 + 2k3 + k 4 )
6
= y0 + (0.1)(k1 + 2k 2 + 2k3 + k 4 )
1
y0+1
6
= 0 + (0.1)(1 + 2 × 1 + 2 × 0.993310658 + 0.987258395)
1
y1
6
= 0.099564662
zi +1 = zi +
1
(0.1)(m1 + 2m2 + 2m3 + m4 )
6
= z 0 + (0.1)(m1 + 2m2 + 2m3 + m4 )
1
z0+1
6
= 1 + (0.1)(0 + 2 × (- 0.133786848) + 2 × (- 0.127416046) + (- 0.225874792))
1
z1
6
= 0.987528657
Dan
xi+1 = xi + h
x0+1 = x0 + 0.1
x1 = 1 + 0 .1
= 1.1
Jadi pada saat x = 1.1 , besarnya y adalah 0.099564662 dan z adalah
0.987528657 .
dengan Matlab.
Contoh 2
Penyelesaian
Langkah 1
6 x 3 + 6 ln x − x 2 y '' + 2 xy ' − 2 y
y ''' =
x3
Misalkan y' = z
y '' = z ' = w
6 x 3 + 6 ln x − x 2 w + 2 xz − 2 y
( )
Maka w ' = y ''' = q x, y, y ' , y '' = q (x, y, z , w) =
x3
= f ( x, y , z , w ) = z
dy
dx
= g ( x, y , z , w ) = w
dz
dx
dw 6 x3 + 6 ln x − x 2 w + 2 xz − 2 y
= q ( x, y , z , w ) =
dx x3
Langkah 2
19 17 45
ditulis diberikan nilai x0 = 1 , y 0 = , z0 = dan w0 = .
16 16 8
Langkah 3
Penulis menentukan x yang akan diselesaikan adalah pada saat x = 3.5 dengan
Langkah 4
Sesuai dengan formulasi rumus (2.47) yang terdapat pada bab II dan dengan
h = 0.25 , maka
yi +1 = yi + h(k1 + 2k 2 + 2k 3 + k 4 ) = yi + (0.25)(k1 + 2k 2 + 2k 3 + k 4 )
1 1
6 6
wi +1 = wi + h(t1 + 2t 2 + 2t 3 + t 4 ) = wi + (0.25)(t1 + 2t 2 + 2t 3 + t 4 )
1 1
6 6
Langkah 5
k1 = f ( xi , yi , zi , wi )
m1 = g ( xi , yi , zi , wi )
t1 = q( xi , yi , zi , wi )
1 1 1 1
k2 = f xi + h, yi + hk1 , zi + hm1 , wi + ht1
2 2 2 2
= f xi + (0.25), yi + (0.25)k1 , zi + (0.25)m1 , wi + (0.25)t1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
m2 = g xi + h, yi + hk1 , zi + hm1 , wi + ht1
2 2 2 2
= g xi + (0.25), yi + (0.25)k1 , zi + (0.25)m1 , wi + (0.25)t1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
t2 = q xi + h, yi + hk1 , zi + hm1 , wi + ht1
2 2 2 2
= q xi + (0.25), yi + (0.25)k1 , zi + (0.25)m1 , wi + (0.25)t1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
k3 = f xi + h, yi + hk2 , zi + hm2 , wi + ht2
2 2 2 2
= f xi + (0.25), yi + (0.25)k1 , zi + (0.25)m1 , wi + (0.25)t1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
m3 = g xi + h, yi + hk 2 , zi + hm2 , wi + ht 2
2 2 2 2
= g xi + (0.25), yi + (0.25)k 2 , zi + (0.25)m2 , wi + (0.25)t 2
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
t3 = q xi + h, yi + hk 2 , zi + hm2 , wi + ht 2
2 2 2 2
= q xi + (0.25), yi + (0.25)k 2 , zi + (0.25)m2 , wi + (0.25)t 2
1 1 1 1
2 2 2 2
19 17 45
Dengan xi = x0 = 1 , yi = y 0 = , zi = z0 = dan wi = w0 = maka didapat:
16 16 8
19 17 45 17
k1 = f ( x0 , y 0 , z 0 , w0 ) = f 1, , , =
16 16 8 16
19 17 45 45
m1 = g (x0 , y 0 , z 0 , w0 ) = g 1, , , =
16 16 8 8
t1 = q (x0 , y 0 , z 0 , w0 )
19 17 45
= q1, , ,
16 16 8
45 17 19
6 × 13 + 6 ln1 − 12 × + 2 × 1× − 2 ×
= 8 16 16
13
= 0.125
yi +1 , zi +1 dan wi +1 adalah:
yi +1 = y i +
1
(0.25 )(k1 + 2k 2 + 2k 3 + k 4 )
6
= y 0 + (0.25 )(k1 + 2 k 2 + 2 k 3 + k 4 )
1
y 0+1
6
19 1 17
y1 = + ( 0.25 ) + 2 × 1.765625 + 2 × 1.767578125 + 2.544311749
16 6 16
= 1.632217417
z i +1 = z i +
1
(0.25 )(m1 + 2m 2 + 2m3 + m 4 )
6
= z 0 + (0.25 )(m1 + 2 m 2 + 2 m 3 + m 4 )
1
z 0+1
6
17 1 45
z1 = + ( 0.25 ) + 2 × 5.640625 + 2 × 5.927246997 + 6.135707624
16 6 8
= 2.516518817
wi +1 = wi +
1
(0.25 )(t1 + 2t 2 + 2t 3 + t 4 )
6
w0+1 = w0 + (0.25 )(t1 + 2t 2 + 2t 3 + t 4 )
1
6
45 1
w1 = + ( 0.25 )( 0.125 + 2 × 2.417975975 + 2 × 2.042830496 + 3.365149929 )
8 6
= 6.142156786
Dan
xi+1 = xi + h
x0+1 = x 0 + 0.25
x1 = 1 + 0.25
= 1.25
dengan Matlab.
memberikan nilai perkiraan yang mendekati nilai eksak (benar) dari penyelesaian
terhadap nilai eksak dan ketidakpastian dapat terjadi. Untuk menghitung nilai y
dari persamaan diferensial linear Cauchy-Euler orde-2 pada contoh 1 dan untuk
yang diinginkan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. dan Tabel 3.2.
persamaan diferensial linear Cauchy-Euler terdiri dari galat absolut dan galat
relatif seperti yang telah dijelaskan pada BAB II. Galat absolut merupakan selisih
antara nilai eksak dan nilai perkiraan. Yang dimaksud nilai eksak di sini adalah
nilai hasil penyelesaian yang dicari secara analitik dengan metode variasi
parameter. Sedangkan nilai perkiraan adalah nilai hasil penyelesaian yang dicari
Dan dari hasil iterasi dapat dihitung pula kesalahan relaif dengan bentuk:
e
eR = × 100%
x
Hasil dari pencarian galat secara keseluruhan ditabelkan yaitu pada tabel 3.1 dan
Tabel 3.1.
Dari solusi secara analitik didapat nilai y = 0.93078617 dan hasil iterasi
kedua solusi itu terdapat selisih yang disebut dengan galat. Jadi solusi analitik
pada iterasi ke-11. Pada tabel galat ini semakin turun, dan penurunan nilainya
pada setiap langkah tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu mempengaruhi
Cauchy-Euler ini stabil karena pertumbuhan dari kesalahan kecil. Hal ini berarti
bahwa metode Runge-Kutta orde-4 merupakan metode yang nilainya mendekati
solusi eksaknya.
Tabel 3.2.
Dari solusi secara analitik didapat nilai y = 90.32908227 dan hasil iterasi
antara kedua solusi itu terdapat selisih yang disebut dengan galat. Jadi solusi
0.65624298 pada iterasi ke-11. Pada tabel galat ini naik, tetapi kenaikan setiap
ini stabil karena pertumbuhan dari kesalahan kecil. Hal ini berarti bahwa metode
eksak (benar) dari penyelasaian analitik. Dan dari hasil pembahasan di atas,
persamaan diferensial linear tak homogen dengan koefisien variabel lebih mudah
dan lebih cepat diselesaikan dengan metode numerik dari pada dengan
kemudahan bagi umatnya untuk menyelesaikan segala masalah. Dalam hal ini
sebagai berikut:
©!$# (#ρçÉi9x6çGÏ9uρ nÏèø9$# (#θè=Ïϑò6çGÏ9uρ uô£ãèø9$# ãΝà6Î/ ߉ƒÌ5ムŸωuρ t5ó¡ãŠø9$# ãΝà6Î/ ª!$# ㉃Ì5ãƒ
Artinya:
....Bahwasannya Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.
khususnya dalam ilmu matematika perlu adanya penjelasan yang berkaitan dengan
diberikan dengan kesenangan agar dapat diselesaikan dengan mudah. Pada hadits
yang lain riwayat Muslim (3264) dijelaskan juga bahwa disampaikan dengan
merupakan solusi kontinyu sehingga solusi dari nilai variabel bebas dapat
ditemukan, sangat akurat dan tepat. Sedangkan solusi numerik solusi dapat
pengerjaan langkah demi langkah harus teliti dan cermat. Dalam Islam sangat
yang tidak lepas dari kesalahan, maka dalam melakukan perhitungan harus dengan
Artinya:
Ayat di atas dipahami oleh banyak ulama sebagai “Dia yang mengetahui
kadar setiap peristiwa dan rinciannya, baik apa yang terjangkau oleh makhluk
maupun yang tidak terjangkau, seperti hembusan nafas, rincian perolehan rezeki
dan kadarnya untuk masa kini dan mendatang.” Allahlah yang mengetahui dengan
amat teliti rincian segala sesuati dari segi jumlah dan kadarnya, panjang dan
lebarnya, jauh dan dekatnya, tempat dan waktunya, kadar cahaya dan gelapnya,
sebelum, sedang atau ketika dan saat wujudnya dan lain-lain sebagainya (Shihab,
2002:257).
ilmu waris, perdagangan dan sebagainya), dan juga banyak menemukan nikmat
dari Allah yang sebelumnya tidak ia ketahui. Al-Qur’an memberikan petunjuk
tentang jalan yang benar menuju ilmu pengetahuan serta mampu mendapatkan
Salah satu ciri insan Ulul Albab adalah selalu sadar akan kehadiran Tuhan
pada dirinya dalam segala situasi dan kondisi, sambil berusaha mengenali Allah
dengan kalbu (dzikir) serta mengenali alam semesta dengan akal (pikir), sehingga
sampai kepada bukti yang sangat nyata akan keagungan Allah Swt dalam segala
keajaiban dan rahasianya, sehingga akan membawa manusia lebih dekat kepada
bertujuan untuk mencapai kesempurnaan tertinggi tergantung pada kerja keras dan
usaha yang terus-menerus. Terutama dalam belajar matematika perlu adanya kerja
mendapatkan hasil yang tepat dan benar. Sebagai seorang ahli matematika,
ketepatan serta akurasi dalam perhitungan yang dilakukan harus mempunyai hasil
Semangat inilah yang ditekankan dalam Al-Qur’an. Seperti yang tercantum dalam
4.1 Kesimpulan
Cauchy-Euler homogen.
cara:
Euler W [ y1 , y 2 , y3 ]( x )
• Menentukan
b(x ) Wi
ui = ∫ dx i = 1, 2, 3
a0 x W ( y1 , y2 , y3 )
3
Dimana Wi adalah determinan yang diperoleh dengan mengganti
• Integral partikular:
3
y p (x ) = ∑ yi ( x ) u i ( x )
i =1
3
b(x ) Wi (x )
= ∑ yi ( x ) ∫ dx
i =1 a0 x W [ y1 , y2 , y3 ](x )
3
( y ) , (z ) , dan (w) .
c. Menentukan nilai (x ) yang akan ditentukan penyelesaiannya beserta
Runge-Kutta Orde-4.
3. Dari solusi secara analitik dan hasil iterasi secara numerik untuk persamaan
nilai antara kedua solusi itu terdapat selisih yang disebut dengan galat. Jadi
solusi analitik sebagai pengontrol galat untuk solusi numerik. Besarnya galat
kecil. Hal ini berarti bahwa metode Runge-Kutta orde-4 merupakan metode
4.2 Saran
linear tak homogen dengan koefisien variabel yang diterapkan pada persamaan
lain. Misalnya diterapkan pada persamaan diferensial linear Legendre dan dengan
Aziz, Abdul. 2006. Modul Praktikum Metode Numerik dengan Matlab. Malang:
UIN
Ross, Shepley L. 1984. Differential Equations. Third Edition. New York: John
Wiley&Sons. Inc