TESIS
Oleh :
SAMSUL ARIFIN
12770051
1
PARADIGMA ISLAM TRANSFORMATIF DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
TESIS
Oleh :
SAMSUL ARIFIN
12770051
i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pengembangan Pendidikan Islam (Studi Pemikiran Moeslim Abdurrahman) ini telah di uji
Dewan penguji,
Mengetahui
Direktur Sps,
TESIS
Diajukan kepada sekolah pasca sarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
Untuk memenuhi beban studi pada
Program Magister Pendidikan Agama Islam
OLEH
SAMSUL ARIFIN
12770051
Pembimbing :
NIM : 12770051
Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa hasil penelitian saya tidak terdapat
unsur penjiplakan karya tulis penelitian atau karya yang pernah dilakukan atau
dibuat orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur
penjiplakan dan ada kalim dari pihak orang lain, maka saya bersedia untuk
diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa pemaksaan
dari siapapun.
Samsul Arifin
NIM: 12770051
PERSEMBAHAN
Teriring doa dan rasa syukur yang teramat dalam kami persembahkan karya ini
kepada:
Orang tuaku tercinta, H Damanhuri, Abd Djalil dan Ibu tersayang Satumah.
Terima kasih ananda haturkan atas do’a, dukungan, motivasi dan semangat
kepada ananda sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
Guru-guru dan para dosen yang banyak memberikan pelajaran berharga dan
koreksi dalam perjalanan menggapai cita-cita.
v
KATA PENGANTAR
SWT yang atas rahmat dan bimbingan-Nya tesis yang berjudul “Paradigma Islam
Moeslim Abdurrahman)” dapat terselesaikan dengan baik semoga ada guna dan
manfaat. Shalawat serta salam semoga tetap terrlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing manusia ke arah jalan kebenaran dan
kebaikan.
Penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, saran serta motivasi
dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis
ini. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
2. Ketua Program Studi magister Pendidikan Agama Islam Bapak Dr. H. Fattah
5. Orang tua kami Ibu Satumah serta Bapak Alm H. Damanhuri dan Abdul
Malang yang telah membantu kami dalam pengumpulan data tesis ini
vi
7. Teman-teman Kelas C program studi pendidikan agam Islam angkatan 2012
dan semua pihak yang tidak bisa satu persatu yang turut membantu penulis
Penulis berharap semoga apa yang telah penulis tawarkan dalam laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak. Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu saran dan kritik yang konstruktif sangat membantu untuk
mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan, semoga laporan ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pihak yang terkait pada
umumnya
Samsul Arifin
vii
DAFTAR ISI
B. Sistematika Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
`DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
MOTTO
Saya cinta kepada guru saya tapi saya lebih cinta kepada kebenaran
1
Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007), 89
xii
ABSTRAK
Arifin, Samson. 2014 Islam transformative paradigm and its implications for the
development of Islamic religious education (study Moeslim thought
Abdurrahman). Thesis, Master of the Graduate School of Islamic
Education Islamic University Maulana Malik Ibrahim Malang, tutors: (1)
Dr. H. Munirul Abidin, M. Ag (2) Dr. Esa Nur Wahyu, M. Pd
PENDAHULUAN
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa modernasi dan globalisasi sekarang ini
memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap eksistensi pendidikan Islam yang
memiliki nilai luhur dan penuh makna. Nilai-nilai tersebut tidak tercermin di
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tercermin dari pola tingkah laku masyarakat
Selain perkembangan zaman yang begitu pesat, faktor penjajahan yang dilakukan
dijadikan komoditas komersial. Selain itu masuknya kolonial budaya baru akibat
globalisasi sangat berdampak terhadap visi, misi pendidikan Islam yang menjadi
1
M. Zainuddin, Reformulasi Paradigma Transformatif dalam Kajian Pendidikan Islam,
(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), 2-3
2
Krisman Purwoko, Globalisasi Tantangan Utama Pendidikan Islam di Indonesia, (online),
(http;//www.republika.co.id diakses 31 Mei 2012)
1
abstrak-transendental maupun syari’ah atau ibadah sehari-hari. Oleh karena itu
salah satu problem yang perlu dicari solusi bersama adalah bagaimana pendidikan
agama bisa memberikan muatan nilai yang penuh makna kepada kehidupan
maka perubahan nilai pun mengikuti, dan tak bisa dipungkiri seorang agamawan
Tantangan yang begitu besar dihadapi oleh pendidikan Islam di era modern
sekarang ini, benar apa yang dinyatakan oleh Filsuf Kuhn bahwa perlu mendesain
konsep baru dalam menghadapi era baru, karena jika tantangan-tantangan baru
yang ada pada era baru dihadapi dengan konsep lama, maka segalanya akan sia-
sia dan berakhir dengan sebuah kegagalan. 4 Problematika yang dihadirkan oleh
zaman modern ini memberikan angin segar bagi dunia pendidikan Islam karena
diri manusia menjadi hampa atau tanpa pengaruh sama sekali jika tidak dibarengi
kognitif tidak berubah menjadi makna dan nilai dalam kehidupan sehari-hari
3
M. Amin Abdullah. Problem Epistemologis-Metodologis Pendidikan Islam. dalam M. Anies
(Eds.) Rekonstruksi Pendidikan dan Tradisi Pesantren. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 57
4
H.A.R. Tilar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21,
(Magelang: Tera Indonesia, Cet. I, 1998), 245
5
A. Malik Fadjar, Menyiasati Kebutuhan Masyarakat Modern Terhadap Pendidikan Agama
Luar Sekolah, (Seminar dan Lokakarya Pengembangan Pendidikan Islam Menyongsong Abad
21, IAIN, Cirebon, tanggal, 31 Agustus s/d 1 September 1995), 4
2
Sehingga tidak dapat menjadi sebuah sumber motivasi bagi peserta didik dalam
Pola pendidikan Islam yang masih berkutat dalam ranah kognitif dan
tersebut dapat diartikan bahwa jika seorang individu bersikap baik maka dapat
relevan dengan multikultural yang ada di negeri ini, karena setiap kelompok
kebutuhan konteks dan konsep ideal. Metode pendidikan Islam saat ini lebih di
utamakan pada teacher and state oriented (pendidikan diorientasi guru dan
lembaga). Kedua, dalam tujuan pendidikan agama Islam masih banyak tindak
pendidikan masih banyak yang tidak memberikan hak dalam pendidikan yang
sama.
pendidikan Islam juga mengikuti, padahal tujuan utama pendidikan agama adalah
Namun sekali lagi ini adalah sebuah tantangan di zaman modern seperti sekarang
ini untuk melakukan transformasi ajaran agama Islam menjadi lebih fungsional-
6
Abdullah. Problem Epistemologis, 59
7
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 178
3
praktis dalam segala aspek kehidupan, sehingga menjadi way of life yang dapat
berkutat pada dirinya sendiri melainkan kepada apa yang terjadi di luar. Terlihat
pada kehidupan masyarakat Indonesia, selain memasuki dunia modern, negeri ini
adagium tersebut:
Adagium di atas telah terjadi di dalam pendidikan Islam Indonesia yang belum
8
Abdullah. Problem Epistemologis, 61
9
M. Amin Abdullah. Pendidikan Agama Era Multikultural-Multireligius. (Jakarta: PSAP
Muhammadiyah, 2005), 64
4
transformasi ajaran atau nilai pendidikan Islam bisa dijadikan langkah yang
Islam yang mencakup dua aspek yaitu intelektual Islam yang mengambil inspirasi
dari sumber Islam klasik serta usaha pengembangan terhadap tantangan zaman. 11
intelektual yang positif sembari membuka kepada semua hal baru yang memiliki
Madjid tersebut tentunya hal yang tidak boleh ditawar-tawar lagi pada masa
modern saat ini. Oleh karena itu, gerakan pembaharuan pemikiran Islam di
Indonesia tumbuh dan berkembang secara pesat, hal ini tiada lain disebabkan
adanya kekuatan kreativitas intelektual tadi. Selain itu, adanya problematika yang
relasi agama dengan kehidupan sosial. Kreativitas intelektual mereka berdua tak
10
Abdullah. Pendidikan Agama, 65
11
Nurcholis Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta: Paramadina, 1999), 38
12
Ibid 38
5
lepas dari gejolak atas pemikiran-pemikiran sebelumnya yang diprakarsai oleh
Islam sejak abad ke 18 atau awal abad ke 19. Di Arab Saudi lahir gerakan
Para pemikir yang lahir pun bermunculan seperti Harun Nasution, Nurcholis
Madjid, Munawir Sazali dan Abdurrahman Wahid.13 Pada tahun 1980-an lahir
gagasan serta ide pembaharunya yang banyak mengkritisi ide ataupun gagasan
Setiap tokoh memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga pemikiran atau ide
menjadi ide yang kreatif dan produktf serta mampu memberikan inspirasi kepada
selalu menitikberatkan kepada keadilan sosial yang relevan dengan sila kelima
Pancasila sebagai satu diantara lima ideologi negeri Indonesia. Dengan demikian.
13
Suaidi Asyari, Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, Tantowi Anwari (Eds),
Pembaruan Pemikiran Islam Indonesia, (Jakarta: KEMi dan LSAF, 2011), 135
6
Karakteristik pemikiran Moeslim Abdurrahman tersebut, sangat menarik untuk
dianalisis kritis dan obyektif, sehingga mampu menghasilkan sebuah tesis yang
memberikan kontribusi tidak hanya kepada aspek negara dan agama saja, juga
kepada dunia pendidikan Islam di masa depan, artinya ide gagasan tersebut dapat
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan meneliti lebih
B. Fokus Penelitian
Abdurrahman?
C. Tujuan Penelitian
Pendidikan Islam.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
7
a. Memberikan rumusan Paradigma Islam Transformatif, sehingga
2. Manfaat Praktis
dengan tujuan penelitian serta metode penelitian.14 Oleh karena itu, membatasi
masalah tidak akan lepas dari dua aspek tersebut sehingga penelitian dapat
dalam penelitian sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditulis, dan kajian
penelitian ini adalah kajian tokoh, maka penelitian akan dibatasi pada
14
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), 277
8
F. Orisinalitas Penelitian
1. Penelitian Terdahulu
dilakukan, yaitu:
pemikiran tentang konsep tauhid sosial menurut .Amien Rais dan Islam
15
Neneng Afwah, Teologi Transformatif Upaya Membebaskan Kaum Tertindas: Studi atas
Pemikiran Moeslim Abdurrahman, (Antologi: Vol 15, No 2, 2010)
16
Setyawati Molyna, Perbandingan konsep tauhid sosial M. Amien rais dan konsep Islam
transformatif Moeslim Abdurrahman, (Jakarta: Prodi Falsafah dan Agama, Universitas
Paramadina, 2013)
9
yang berpengaruh dalam masalah kebangsaan dan kenegaraan
10
agama) adalah politik yang luhur. Hal berbeda diungkapkan Moeslim
Penelitian terdahulu memiliki nilai yang cukup urgen dalam melihat tingkat
orisinalitas sebuah penelitian, oleh karena itu di bawah ini akan dipaparkan
penelitian terdahulu.
dialakukan peneliti adalah terletak pada aspek fokus serta tujuan penelitian,
pendidikan Islam belum ada pada penelitian terdahulu sehingga kiranya untuk
11
Tabel 1.1
Pemikiran Transformatif
Moeslim Moeslim
Abdurrahman) Abdurrahman
Moeslim Transformatif
Abdurrahman Moeslim
Abdurrahman
12
G. Definisi Istilah
1. Paradigma
2. Islam transformatif
3. Implikasi
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Islam
yang bepergian tak tentuh arah maka hasilnya adalah tak lebih dari
17
DR. Armai Arif, MA. “Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam”. Jakarta : Ciputat
Pers, 2002.Hal 16
14
kepada orang lain dalam masyarakat”.18 Proses pemindahan nilai itu dapat
meniru atau mengikuti apa saja yang diajarkan orang lain tanpa
diajarkan.
mutlak kebenarannya akan merai arah dan landasan etis serta moral
pendidikan, atau dengan kata lain hubungan antara Islam dan pendidikan
bagaikan dua sisi keping mata uang. Artinya, Islam dan pendidikan
18
Prof. H. Muhamad Daud Ali S.H. dan Hj. Habiba Daud S.H.” Lembaga-lembaga Islam di
Indonesia”. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995 Hal 137.
15
Pemikiran di atas sejalan dengan falsafah bahwa sebuah usaha
yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Ibarat
seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya adalah tidak lebih
Islam yang tercermin dalam nama lemabaga pendidikan itu dan kegiatan-
tersebut memperlakukan Islam sebagai sumber nilai bagi sikap dan tingkah
16
laku yang harus tercermin dalam penyelenggaraannya maupun sebagai
namun paling tidak konsep ini bisa diterapkan dalam upaya peningkatan
dan program kajian yang bernuansa Islami dalam proses pemindahan nilai-
bentuk sebaik-baiknya.”
19
A. Malik Fajar, “Reorientasi Pendidikan Islam”, Jakarta : Fajar Dunia 1999, Hal 31.
17
Maka Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mampu
yang utuh dan multi dimensional, yang meliputi wawasan tentang Tuhan,
secara bertahap.
sebuah kurikulum.
18
Ketiga, tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta
intelektual diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Oleh karena
secara individu maupun secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini
anak tentang Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
20
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai
Pustaka 1995, edisi ke-2, Cet ke-4, Hal 1077.
19
konteks ini pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri
dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang dalam kepribadian muslim dalam
Esa.
ilmu yang diperoleh manusia melalui kawasan alam semesta dengan ilmu
yang dikirim melalui wahyu yang dapat ditangkap oleh para nabi dan
maka ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang sifatnya terpadu, dan
20
mengoptimalkan perkembangannya untuk bertahan hidup terhadap aspek
yang hakiki ditentukan oleh amalnya. Oleh karena itu pendidikan Islam
21
Abd al- Ghani ‘Abud, “Dirasat Muqaranat li Tarikh al – Tarbiyah”, Kairo : Dar al- Fikr Al –
Arabi, 1987 Hal 203
22
Budhi Munawar Rahman, Islam Pluralis, (Jakarta: Paramadina,2001), 448
23
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
Cet. 2,2001), 78
21
memberikan perubahan kondisi masyarakat yang termarginalkan oleh
24
M. Syafi’i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kaajian Politik Tentang
Cendekiawan Muslim Orde Baru, (Jakarta: Paramadina 1995), 166
22
Jika Rahardjo memakai teologi transformatif sebagai sebuah teologi
melainkan juga pada aspek lainya seperti ekonomi, politik sosial dan
dari kritik dialogis, ke kritik tafsir. Kaitan serta dialog seperti ini akan
Rahardjo.26
25
Zuly Qodir, Pembaharuan Pemikiran Islam: Wacana Intelektuak Indonesia,(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), 102
26
Zubaedi, Islam dan Benturan Antarperadaban: Dialog Filsafat Barat dengan Islam, Dialog
Peradaban dan Dialog Agama, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 165
23
Alasan lain lahirnya golongan transformatif ini adalah adanya
manusia dengan alam, antara manusia dengan manusia itu sendiri. Ketika
membangun masyarakat akan terjadi. Hal ini diamini oleh Faisal Ismail
Indonesia.27
24
masyarakat, dengan kata lain para pemikir dari golongan ini lebih
Abdurrahman.31
29
Anwar, Pemikiran dan Aksi, 162
30
M. Syafi’i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik Tentang
Cendekiawan Muslim Orde Baru, (Jakarta: Paramadina, 1995), 162-163
31
Anwar, Pemikiran dan Aksi, 163
25
2) Adanya kesimbangan antara ajaran Islam yang bersifat ritual dengan
misi Islam;
pakai dalam analisis sosial pada teologi ini, adalah analisis ekonomi-
32
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, (Jakarta; PT RajaGrafindo
Persada, Cet. 2, 2001), 78-86
33
M. Dawam Rahardjo, Merayakan Kemajemukan Kebebasan dan Kebangsaan,
(jakarta:Kencana,2010),98
34
Rahman, Islam Pluralis, 449
26
kapitalisme. Kekuatan tersebut dapat berupa gerakan kebudayaan
singkat:
pendidikan. 35
35
Qodir, Pembaharuan Pemikiran Islam, 109-111
27
mengajukan solusi untuk merekonstruksi pemahaman teologi
b. Kritik Modernisasi
36
Rahardjo, Intelektual, Intelegensia, 376
37
Ibid, 380
28
c. Transformasi Sosial
ilmu aqidah, syariah, akhlak dan mungkin tasawuf. Lebih jelas apa
38
Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia., 165
29
C. Pengembangan Pendidikan Islam
bermakna perluasan, pemerataan dan menjadi lebih besar. Hal ini dapat
memperbaiki pendidikan Islam lebih maju, lebih bermutu dan lebih baik
ke depannya.39
keterampilan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-
39
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2011), 1
40
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 47
30
menjadikan pandangan, sikap serta keterampilan hidup yang Islami lebih
ajaran Islam merupakan hasil buah pikiran ulama terdahulu dan harus
tuntutan perubahan.41
41
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi, 11-12
31
pendidikan Islam yang dapat diterapkan pada masyarakat modern, di
antaranya :
kesalehan sosial. 42
42
Abdullah. Pendidikan Agama, 78-80
32
berfungsi mempersiapkan masyarakat/peserta didik untuk menempati
pandangan yang melihat segala sesuatu dari dua sisi yang berlawanan,
43
Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Amissco, 1996), 3
33
dalam satu sistem yang saling mengisi, menguatkan dan melengkapi.
nilai agama dan etik sehingga melahirkan manusia yang mahir dalam
44
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen
Kelembagaan Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2009), 59-68
45
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikan Islam
dan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS, Cet. II, 1994), 236
34
1) Hakikat Pendidikan Islam (Ontologi)
kegiatan dakwah, hal ini tiada lain merujuk kepada sejarah Nabi
46
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, 14
47
Imam Bawani, Segi-segi Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), 73
35
dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan
wujud keperiadaan48
yang diajarkan atas dasar iman yang kuat serta komitmen terhadap
bersifat kegiatan dakwah, namun Syed Ali Ashraf dan Syed Sajjad
Roqib adalah:
36
keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu
dan sangat sadar akan nilai etis Islam. Mereka dilatih, dan
bekal mengenal Sang Pencipta alam semesta dan hal ini sejalan
50
Ibid., 21
51
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), 92
52
M. Djunaidi Ghony, Rekonstruksi Pendidikan Islam Klasik Menurut Sayyed Hossein Nashr,
dalam Zainuddin (Eds), Pendidikan Islam; Dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer,
(Malang: UIN Malang Press, 2009), 384-385
37
Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh at-Tuwaanisi membagi dua
Islam sebagai alat menuju masa depan yang cerah dan untuk
secara umum. Oleh karena itu tujuan pendidikan Islam dapat dilihat
SWT;
53
Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh at-Tuwaanisi, Dirasatun Muqaaranatun fit-Tarbiyyatil
Islamiyah, Terj. M. Arifin, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet 2,
2002), 37-38
38
d) Dimensi perbedaan individu, berkaitan dengan dimensi ini maka
54
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, 93-100
55
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidkan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 141
39
mampu menghubungkan nilai-nilai normatif dengan kenyataan
56
Elaga Sarapung (ed), Pluralisme, Konflik, dan Pendidikan Agama di Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), 228
57
Muhaimin, Nuansa Baru, 142
58
Ibid
59
Ibid,
40
tentang keaslian pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu
ilmu yang membahas tentang apa itu pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan.60
iman. Dari tauhid akan ada tiga macam kesatuan, yaitu kesatuan
41
antara ilmu yang sarat nilai dengan ilmu yang bebas nilai, dan
pada manusia.62
pada konsep tauhid sebagai tujuan pada setiap prosesnya. Jika tauhid
62
Kuntowijoyo. Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika. (Yogyakarta: Tiara
Wacana, Edisi 2, 2006), 7-8
63
Cecep Sumarna. Rekonstruksi Ilmu; Dari Empirik-Rasional Ateistik ke Empirik-Rasional
Teistik. (Bandung: Benang Merah Press, 2005), 158
42
satu karena ilmu juga satu namun karena akal bisa dipengaruhi atau
manapun. 64
64
Ahmad M. Saefuddin. dkk. Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi. (Bandung: Mizan,
1987), 83-89
65
Wan Mohd Nor Wan Daud. Filsafat Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas. terj.
Hamid Fahmy. dkk. (Bandung: Mizan, 2003), 293-295
43
mampu merubah sistem pendidikan Islam agar bisa bersaing dengan
pemberi solusi, penemu dan pengembang. Jika satu diantara fungsi ini
66
Dahlia Novelia, Strategi Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Modern (Perspektif Pemikiran
Fazlur Rahman). Skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011)
67
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional hingga Metode Kritik,
(Jakarta: Erlangga, 2005), 251
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
waktu tertentu di masa lampau, maka secara metodologis penelitian ini adalah
kepustakaan (library research), karena objek yang dipilih adalah hasil kajian
tertulis yang dilakukan oleh Moeslim Abdurrahman. Oleh karena itu, dalam
library research ini, penulis akan menekankan pada kekuatan analisis sumber-
Data dan sumber data adalah sumber dari mana data itu diperoleh. Data
yang diperlukan dalam kajian pustaka (Library Research) ini bersifat kualitatif
68
Lexi J.Moleong, Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002), 164
69
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian suatu Pemikiran dan Penerapannya (Jakarta:
Reneka Cipta, 1999), 25. Penelitian Deskriptif secara khusus bertujuan untuk (1) Memecahkan
masalah- masalah aktual yang dihadapi sekarang ini, dan (2) mengumpulkan data dan informas i
unuk disusun, dijelaskan dan dianalisis. Lihat S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,
(Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2000), Cet, ke-2, 8
45
ilmiah yang dikemukakan oleh Moeslim Abdurrahman dalam beberapa
pembahasannya.
Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu
sumber primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber
aslinya, data yang bersumber dari informasi yang berkenaan dengan masalah
yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini meliputi seluruh karya Moeslim
rujukan:
Tabel 1.2
1. Islam Transformatif
1 Moeslim Abdurrahman
2. Islam Sebagai Kritik Sosial
buku penunjang, jurnal dan karya-karya ilmiah lainnya yang ditulis atau
diterbitkan oleh studi selain bidang yang dikaji yang membantu penulis dan
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip buku, surat
46
kabar, majalah, prasasti, metode cepat, legenda dan lain sebaginya.70 Penelitian
majalah yang di dasarkan atas penelitian data, Yaitu dengan cara mengutip
Pendidikan Islam.
Berkenaan dengan hal itu, pengumpulan data dalam penelitian ini akan
b. Memilih bahan pustaka untuk dijadikan sumber data primer, yakni karya
sekunder.
pemikiran maupun unsur lain. Penelaahan isi salah satu bahan pustaka dicek
70
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), cet. 12, 234
47
d. Mencatat isi bahan pustaka yang berhubungan dengan pertanyaan
penelitian.
Analisis data yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis isi
Menurut Klaus Krippendorff, analisis isi adalah teknik analisis untuk membuat
data sehingga terkumpul data-data yang memiliki tema yang sama yaitu
Moeslim Abdurrahman.
48
e. Abductively inferring, adalah menarik kesimpulan dengan menganalisa
data lebih dalam untuk mencari makna data yang dapat menghubungkan
disimpulkan tadi.
penelitian yang telah didapat kepada subyek penelitian sehingga keaslian dan
keobjektifan data dapat terjamin tanpa ada rekayasa.72 Oleh karena itu, upaya
yang akan dilakukan peneliti dalam mengecek keabsahan data penelitian ini
71
Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introductions to its Methodology (Second Edition),
(California: Sage Publication, 2004), 27
72
Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 76
49
dalam bentuk karya-karya yang ditulis oleh Moeslim Abdurrahman yang
tersebut.
B. Sistematika Pembahasan
Secara umum tesis ini akan tergambar sebagaimana penulis paparkan dalam
BAB I : Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, fokus
BAB II : Pada bab ini akan dibahas tentang paradigma Islam transformatif
BAB III : Pada bab ini akan dibahas tentang metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB IV : Pada bab ini akan dibahas latar belakang pemikiran Moeslim
beliau.
Pendidikan Islam.
50
BAB IV
Timur pada tahun 60-an, pada masa perkuliahan beliau belajar di Fakultas
beliau raih pada tahun 2000 dengan disertasi berjudul On Hajj Tourism: In
pendidikan.
dan tidak hanya pada tataran intelektual, ia juga pernah berpetualang dalam
73
Penerbit Erlangga, Tentang Penulis, dalam Moeslim Abdurrahman, Islam Sebagai Kritik
Sosial, (Jakarta: Erlangga, )
51
bidang politik dengan masuk ke partai politik yaitu Partai Amanah
ada pada tahun 2003.76 Begitu banyak lembaga yang ia pimpin sebagai
Abdurrahman miliki.
74
Hadjriyanto Y. Tohari, Obituari: Mas Moeslim dan Teologi Al Ma’un, (online),
(muhammadiyahstudies.blogspot.com diakses 20 januari 2014)
75
Penerbit Erlangga, Tentang Penulis, dalam Moeslim Abdurrahman, Islam Sebagai...
76
Qodir, pembaharuan pemikiran..., 107
52
perbedaan secara paradigma, selain itu Abdurrahman juga dapat dekat
“anak” Muhammadiyah tapi dekat dengan kalangan NU, dia juga santri
seperti CSIS (Center for Strategic and International Studies) atau The
Jakarta Post.77 Karakteristik ini yang menjadi poin penting bagi Moeslim
Abdurrahman untuk melakukan komunikasi kepada yang lain dan hal ini
sama seperti Gus Dur. Dia tidak merasa terlalu bangga dengan gelar
karakteristik semacam ini mirip dengan apa yang ditunjukan oleh pemikir
teologi pembebasan dari India Asgar Ali Enggineer, yang sangat sederhana,
disandingkan dengan dua tokoh terkenal seperti Gus Dur dan Engineer
77
Ihsan Ali-Fauzi, Mengenang Kang Moeslim , (online), (muhammadiyahstudies.blogspot.com
diakses 20 januari 2014)
78
Muhammad AS Hikam, Gus Dur Selalu ngakak bila ada kang Moeslim , (online),
(muhammadiyahstudies.blogspot.com diakses 20 januati 2014)
79
Anonim, Kang Moeslim Telah Berpulang, (Kompas, 21 januari 2014), 5
53
Ide Abdurrahman terkait paradigma Islam Transformatif terlihat di dalam
Kritis Sosial, Krisis Cara Pandang (Agama): Sebuah Pengantar, dalam Moh,
Asror Yusuf (Ed), Agama Sebagai Kritik Sosial: di tengah Arus Kapitalisme
Politik, “Kata Pengantar” dalam Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila
54
namun makna teologi disini lebih luas tidak hanya terkait masalah
ketuhanan. Karena itu, konsep teologi tersebut juga bersifat histori dan
masyarakat.80
terlihat misalanya pada saat kuliah subuh, Kiai Dahlan belum mau
pertanyaan kepada Kiai Dahlan mengapa pak Kiai tidak menambah meteri
semua? Syuja’ pun menjawab, saya dan teman-teman sudah faham dan hafal
surah al-Maun. Lalu Kiai bertanya, apakah sudah kalian amalkan? Syuja’
menjawab, apa yang harus diamalkan, toh setiap shalat sudah kami baca.
maka sekarang kalian pergi mencari orang miskin, bawa mereka ke rumah
80
Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia., 173-175
55
kalian, lalu beri mereka pakaian bersih, makanan dan minuman serta tempat
tinggal. 81
Manifestasi lain dari buah pemikirannya terlihat dari peran sentralnya dalam
ICIP (Indonesian Center for Islam and Pluralism) yang fokus terhadap
pluralisme.83
Ide Abdurrahman ini pun menimbulkan tanggapan yang cukup keras dari
semakin kuat, dan realitas yang dihadapi oleh masyarakat juga ikut berperan
81
Khoiruddin Bashori, Keserakahan Ummat di mata KH. A. Dahlan, dalam Tim Pembina Al-
isalm dan kemuhammadiyahan, Muhammadiyah: Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, (Malang:
Pusat Dokumentasi dan Publikasi Universitas Muhammadiyah Malang,1990), 32
82
Thohari, Obituari: Kang Moeslim ...
83
Ali-Fauzi, Mengenang Kang Moeslim ...
84
Nasihin Masha, Kang Moeslim , , (online), (muhammadiyahstudies.blogspot.com diakses 20
januari 2014)
56
untuk menghasilkan pemikiran yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan
sosial.
Romo Mangun, dan Bu Gendong dari Bali karena kesamaan obsesi mereka
dengan pendidikan dan menyantuni kaum miskin. Kemiripan itu terlihat dari
struktur penindasan atas nama ilmu pengetahuan.85 Kesamaan itu tidak lepas
dari orientasi serta tujuan dari paradigma yang dibangun serta dirumuskan
sosial.
85
Hikam, Gus Dur Selalu...
57
terhadap politik Islam di Indonesia.86 Beberapa pengalaman sebagian
plural, dan ini terlihat dari berbagai pandangan terkait transformasi sosial.
internal yaitu ide-ide pada tokoh sebelumnya atau tokoh satu dekade
agama tersebut perlu ditransformasi terlebih dahulu karena jika tidak akibat
86
Masha, Kang Moeslim ...
58
1. Agama
87
Abdurrahman, Islam Sebagai..., 177-178
59
pokok itu agama juga memiliki fungsi kritik terhadap
88
Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: Pustaka Firdaus, Cet.III,1997), 10
60
...dengan kegelisahan intelektualnya, selalu
89
Moeslim Abdurrahman, Setangkai Pemikiran Islam, “Kata Pengantar” dalam Sayed Mahdi
(Eds), Islam Pribumi: Mendialigkan Agama Membaca Relaitas, (Jakarta: Erlangga,2003), vii
61
berarti telah membuahkan kesalehan diri, apalagi
trivialistis (dipermukaan).90
90
Abdurrahman, Islam Transformatif, 3-4
62
referensi kebudayaan, misalnya tata nilai, agar masyarakat
91
Abdurrahman, Islam Transformatif, 8
92
Abdurrahman, Islam Sebagai..., 186
63
dengan ide-ide sebelumnya terkait pengembangan keilmuan
hal tersebut.
93
Abdurrahman, Islam Transformatif, 27
64
dengan baik maka teks-teks wahyu Tuhan dapat bermanfaat
pernyataan berikut
yang kritis.94
94
Abdurrahman, Islam sebagai..., 185
65
istilah transformasi menjadi rancu jika di pandang secara
Indonesia.
95
Abdurrahman, Islam Transformatif, 60
66
Teologi transformatif lebih menaruh perhatian terhadap
tidak adil…96
prostruktur.
96
Ibid, 106
67
egalitarian, seperti yang diindikasikan dalam konsep
97
Moeslim Abdurrahman, Ritual yang terbelah: perjalanan Haji dalam Era Kapitalisme
Indonesia, dalam Mark R. Woodward, Toward a New Paradigm: Recent Developments in
Indonesia Islamic Thought, terj. Ihsan Ali-fauzi, Jalan Baru Islam: Memetakan Paradigma
Mutakhir Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998), 129
68
akan menemukan basis ketaqwaan dalam bentuk
kehidupan bermasyarakat.
2. Politik
98
Abdurrahman, Islam Transformatif, 198-199
69
budaya politik yang berkembang masih saja diwarnai
99
Abdurrrahman, Islam Sebagai..., 50
70
entitas politik yang ekslusif dan sekali lagi bukan sebagai
100
Ibid
101
Moeslim Abdurrahman, Krisis Sosial, Krisis Cara pandang (Agama): Sebuah pengantar,
dalam Moh. Asror Yusuf (Ed), Agama Sebagai Kritik Sosial: di tengah Arus Kapitalisme
Global, (Yogyakarta; IRCisoD,2006), 9
71
Satu lagi yang menjadi perhatian Abdurrahman terhadap
102
Abdurrahman, Islam Sebagai..., 54
72
Islam harus berani memberikan dasar-dasar berpijak
103
Ibid 126
104
Ibid 127
73
kesetaraan) tidak teraktualisasikan di dalam kehidupan
hari. 105
105
Ibid 135-136
74
nilai dari gagasan ini tidak hanya bersifat politik tapi juga
bersifat sosial.
dilakukan.
106
Ibid 47
75
dilakukan, yaitu: mengurangi perbedaan kelas sosial
dan kebebasan.
107
Ibid 47-48
76
hidup, sekurang-kurangnya dalam harapan kembalinya
politiknya.108
apalagi di depan Allah SWT. Yang pasti, dalam hal ini tidak
108
Ibid 132
77
menegakkan diskriminasi dan menumbuhkan tindak kekerasan
109
Moeslim Abdurrahman, Negara Islam: sebuah Gagasan Keagamaan Sejarah politik, “Kata
Pengantar” dalam Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara: Studi
tentang perdebatan Konstituante, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006) xv
110
Abdurrrahman, Islam transformatif... 22
78
dengan ritus, kesusilaan, teologis dan hukum kekeluargaan.
111
Ibid 30
79
karena itu paradigma transformatif perlu dijadikan solusi
112
Ibid 35
80
modernisasi pada dasarnya hanya dapat diikuti oleh
malas.113
113
Ibid 38-39
81
akademikus. Kedua, sebagai alat legitimasi atas nama
114
Ibid 107-108
115
Ibid 217-218
82
Prinsip-prinsip yang tertanam di dalam model komunikasi
perubahan ini.
116
Ibid 221-222
83
BAB V
AGAMA ISLAM
adanya dualisme atau dikotomi antara tingkat ritual dan sosial yang terjadi
84
Saya menemukan adanya suatu gejala bahwa Islam dalam masyarakat
kita kini sedang kehilangan idealisme, hal ini yang sungguh mampu
memberikan referensi kepada arah transformasi sosial itu hendak kita
tuju, sehingga kadang-kadang menimbulkan kesan seolah-olah
kehidupan umat Islam mencerminkan sikap mendua. Intensitas ritual
menjadi sangat romantik, namun tidak berarti telah membuahkan
kesalehan diri, apalagi kesalehan sosial. Kehidupan keIslaman
menjadi sangat rutin dan ukuran-ukuran keberagaman menjadi
trivialistis (dipermukaan).118
satu kekuatan yaitu terbuka atas segala reinterpretasi ayat-ayat suci sebagai
sebagai aksi nyata dari keimanan atau rasa tauhid yang mendalam.
85
Islam adalah mengembangkan keseimbangan antara “berilmu amaliah dan
beramal ilmiah”, walaupun tugas ini secara umum juga bagian dari tugas
negarawan. 120
yang mampu memberikan angin segar bagi kaum miskin inilah yang
dinamakan teologi transformatif. 121 Ide terkait rekontruksi teologi ini telah
praktis. Hal ini terlihat dari peran serta Abdurrahman dalam lembaga
swadaya masyarakat.
menghendaki adanya perubahan dalam tataran teologi di satu sisi dan ilmu
120
Mohamad Sobary, Diskursus Islam Sosial: Memahami Zaman Mencari Solusi, (Bandung:
Zaman Wacana Mulia, 1998), 33
121
Mansour Fakih, Islam Sebagai Alternatif, “Kata Pengantar”, dalam Prasetyo, Islam Kiri…,
xviii
86
menghendaki adanya rekonstruksi pemahaman keagamaan masyarakat
bahwa selama ini teologi ini teologi dianggap umat Islam sebagai sesuatu
yang sakral sehingga tidak bileh lagi dilakukan pembaharuan atau diotak-
atik lagi. Jadinya, teologi hanya berbicara pada tataran kehidupan spiritual
belaka tanpa menyentuh relaitas sosial yan ada. Oleh karenanya Raharjo
Sama seperti teologi yang digagas oleh Abdurrahman. 123 Persamaan istilah
122
Anwar, Pemikir dan Aksi…, 165
123
Ibid 166
87
Pernyataan Rahardjo di atas menjelaskan bahwa teologi transformatif
hal itu dilakukan oleh Raharjo dengan beberapa aksi nyata di dalam
dan Masyarakat (P3M), Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF), dan
124
Syarif Hidayatullah, Islam “Isme-isme”: Aliran dan Paham Islam di Indonesia. (Yogyakarta:
Pustaka Pelaajar, 2010), 95
88
Aksi nyata sebagai langkah transformasi sosial harusnya mampu
diatasi, bukan oleh tuhan namun oleh mereka sendiri. 125 Pendekatan ini
yang terjadi pada masyarakat bawah, bisa dijadikan panutan bahkan acuan
125
Masdar F. Mas’udi, Hak Milik dan ketimpangan Sosial (Telaah Sejarah dan kerasulan), dalam
isep Abdul Malik (Eds), Islam Universal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007), 71
89
wacana modernitas, Islam yang ingin mengubah keadaan supaya
lebih adil. 126
sosial melalui paradigma Islam transformatif ini akan lebih terlihat jika
gerakan kemanusiaan yang berpihak kepada keadilan sosial tadi, jadi tidak
hanya tataran wacana tapi aksi nyata tentang keadilan sosial dapat
terwujud.
kelimpahan.
126
Abdurrahman, Islam Sebagai ..., 190
127
Abdurrahman, Islam Transformatif.
90
oleh ekonomi raksasa. Manusia ingin bersama-sama membebaskan
b) Humanistik.
tanpa wajah.
91
pengembangan teknologi komputer dan lain sebagainya. Dengan
menyaksikan semua itu, para siswa diketuk hatinya agar timbul rasa
92
sendiri…”
jerih payah orang lain dengan cara yang tidak adil, dan kelompok
yang menikmati ini justru bagian minoritas umat manusia. Hal ini
yang tidak seimbang, tidak adil. Persoalan ini oleh Freire disebut
128
Muh. Hanif Dhakiri, Paulo Freire, Islam dan Pembebasan. Hlm. 133-136.
129
Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2007)hlm. Vii.
93
Dalam perspektif kemanusiaan apapun bentuk penindasan itu
manusia yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia dan realita yang
maka dalam hal ini pengajar dan pelajar harus belajar bersama dan
94
sejalan dalam sebuah proses yang dialogis serta tidak memaksakan
yang harus diisi. 130 Jadi keduanya (guru dan murid) sama-sama belajar
c) Tresendensi
rahmat Tuhan. Manusia ingin hidup dalam suasana yang lepas dari
130
Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2007)hlm. vii-xv.
95
ruang dan waktu, khususnya ketika bersentuhan dengan kebesaran
Tuhan.
Gambar 4.2
96
kebudayaan yang mampu menegakkan keadilan sosial di masyarakat.
Gerakan itu pun dari rakyat, untuk rakyat sendiri dan dilakukan oleh rakyat
Abdurrahman berikut:
gerakan Islam progresif. Tradisi dan modernitas tidak diletakkan dalam dua
sesuatu yang given, bukan takdir yang tidak bisa diubah, namun hal itu
131
Abdurrahman, Islam sebagai... 188-189
97
akibat dari struktur yang secara sistematik menciptakan kondisi-kondisi
tersebut. Dalam koneks ini, peran Islam Kritis sebagai kekuatan penyadaran
keniscayaan.
hasil tafsiran tidak berpihak kepada realitas yang ada dan seolah-olah
98
dengan interpretasi teks (al-Quran) dan yang ketiga, hasil penghadapan
konstruk sosial dan model ideal teks itu kemudian diwujudkan dalam aksi
yang baru, yaitu transformasi sosial. 132 Domain metode tafsir transformatif
ini mengarah kepada tiga wilayah tafsiran yaitu mengenal terlebih dahulu
dan setelah dilakukan pertemuan antara konteks dengan teks barulah lahir
Gambar: 4.1
132
Ibid, 116
99
B. Implikasi Pemikiran Moeslim Abdurrahman
karenakan makna teologi yang begitu luas untuk dipahami dan tidak hanya
sebatas persoalan tauhid semata namun persoalan lainnya juga bagian dari
133
Esha, Teologi Islam..., 64
100
Berdasarkan pemaknaan hakiki tersebut, maka implikasinya
seimbang.
kearah kegiatan dakwah, hal ini tiada lain merujuk kepada sejarah Nabi
kepada masyarakat Muslim pada awal mula penyebaran Islam. 134 Juga
101
cenderung ‘idealis’ dan kurang bersentuhan dengan problem realitas-
empirik. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya anggapan bahwa
pada wahyu yang given dari Tuhan dalam pengertian harfiah sehingga
realitas. Padahal, sosok Nabi sendiri yang dijadikan sebagai model bagi
102
proses pendidikan tidak dapat berjalan secara linear dan monolitik, namun
pertama yang harus dibenahi adalah pendidik. Ini tidak berarti yang lain
tidak perlu dibenahi. Namun, para pendidiklah yang menjadi ujung tombak
pendidik.
135
Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas,
terj. Hamid Fahmy dkk. (Mizan, Bandung: 2003), hlm. 266.
103
mengembangkannya tergantung kebutuhan. Hal ini didasari oleh prinsip
potensi peserta didik dengan cara melibatkan mereka secara fisik dan
belajar setiap peserta didik, apakah tipe somatik, auditif, visual atau
intelektual.
sebagai seorang pendidik. Hal ini dilakukan agar pendidik tidak hanya
104
menjadi sosok manusia yang pasrah dan pasif karena dikenal sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa atau sosok Umar Bakri yang lugu dan
sangat relevan tetapi tanpa mengabaikan peran dia yang harus kreatif dan
pengambil keibjakan saja, namun dia juga harus berperan aktif dalam
transformatif yang memiliki metode yang sangat urgen. Di bawah ini akan
105
Model indoktrinatif hampir sama dengan konsep pengetahuan
dalam model ini harus diberikan kepada peserta didik. ia tidak dilahirkan
dari upaya kreatif peserta didik sendiri. secara implisit, model ini
subyek. kebalikan dari model itu, metode yang dipakai pendidikan islam
bersama antara guru dan murid, dosen dan mahasiswa. proses inilah yang
akan menjadikan peserta didik menjadi kreatif dan kritis, sekaligus ada
pertama, memakai istilah paulo freire dalam cultural action for freedom
106
didik sekeluarnya dari arena pembelajaran mempunyai praksis baru di
masyarakat.
transformatif, tidak hanya berarti menahan makan dan minum mulai dari
terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa juga merupakan latihan untuk
bisa merasakan penderitaan orang lain, dan inilah esensinya. Dengan bisa
karitas dari mereka yang punya kepada yang tidak punya. Pengajaran
kaya tetap kaya dan yang miskin tetap miskin. Dalam perspektif
107
Secara esensial Islam transformatif menghendaki adanya dialog, ini
argumenya. Oleh karena itu, implikasi pemikiran ini sangat tampak pada
terus melakukan dialog antara guru dengan murid, antara murid dengan
lebih kontekstual.
ilmu agama yang dianggap subjektif. 136 Pandangan Al-Attas ini mengarah
108
membutuhkan metode tauhid yang mengintegrasikan atau mendialogkan
teks dan konteks sehingga ilmu agama lebih objektif, tidak subjektif.
nyata atas doktrin-doktrin materi di sekolah. Jika selama ini aksi nyata itu
pemberi solusi, penemu dan pengembang. Jika satu diantara fungsi ini
109
epistemologi atau metode sebagai satu cara memberikan solusi terbai-bagi
profetik.
dijadikan tolak ukur perubahan sosial, hal ini tercakup pada ketiga
kandungan nilai ayat 110 surah Ali-Imran: “Engkau adalah umat yang
Allah SWT.”
trensendensi.
didik beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, tetapi juga
137
Mujamil Qomar. Epistemologi Pendidikkan Islam: dari Metode Rasional Hingga Metode
Kritik, (Jakarta, Erlangga,2005), 251
110
berorientasi horizontal, yakni bagaimana keberimanan dan ketakwaan
dipahami hanya dari sisi teologis an sich, yakni allah maha esa, kepada
beings). Dalam bahasa farid esack (1997) tauhid adalah refleksi dari
undivided god for undivided humanity. Kesatuan manusia ini tidak dapat
society).
kepada semangat sama rasa, sama karsa, tetapi lebih pada konsep
Semangat utama pemahaman tauhid seperti itu adalah agar ada dialektika
antara aspek normatif dan sosiologis, antara teks dan konteks, teks dan
111
melakukan kontekstualisasi pendidikan agama dengan realitas historis
tidak tercerabut dari akar sosialnya. Selain itu, agar pendidikan tidak
selfish dan egois, serta tidak peduli terhadap realitas sekitar. Bagi
potensi; (3) peduli antar sesama sehingga tercipta kehidupan sosial yang
112
damai sejahtera.138 Tiga tugas yang dipaparkan Mangunwijaya merupakan
dalam arti positif yaitu untuk membangu kepribadian baik secara individu
maupun sosial.
harus mampu bernilai humanisasi jika tumbuh sikap kritis dari jiwa peserta
humanisasi
138
Singgih Nugroho, Pendidikan Pemerdekaan dan Islam YB. Mangunwijaya, (Nantul: Pondok
Edukasi,2003), 54
139
Nurul Zainal, Paradigma Pendidikan Kritis: Studi Komparasi Pemikiran Paulo Fereire dan
Murtadha Muttahir, Tesis tidak diterbitkan, (Malang UIN MALIKI Malang,2012), 132
113
4. Lembaga Pendidikan Islam
di lembaga tersebut.
dalam arti kebebasan berfikir dan berkreasi, serta lembaga yang memiliki
114
pendidikan yang unik. Di saat ilmu pengetahuan dan teknologi
dan evaluasi. 140 Peningkatan kualitas SDM yang mencakup kepala, komite,
140
Sutrisno, Pendidikan Islam Yang Menghidupkan, Studi Kritis Terhadap Pemikiran Fazlur
Rahman (Yogyakarta: Kota Kembang, 2006), hlm. 31.
141
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Sebuah Pengantar
Teoritis Dan Pelaksanaan(Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm. 171.
142
Ainurrafiq Dawam & Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren (tt, Lista
Fariska Putra, 2005), hlm. 59.
115
Materi pelajaran di setiap jenjang pendidikan madrasah -MI, Mts,
dan suprainternal. 143 Oleh karena itu, lembaga pendidikan dasar (MI)
lembaga pendidikan yang bercirikan Islam tidak hanya ciri formal dalam
kurikulum saja. Namun, setidaknya ada tiga program utama yang perlu
dengan ilmu agama, agar tidak ada lagi dikotomi ilmu. Sedangkan
143
A. Malik Fajar, Madrasah dan Tantangan Modernitas(Bandung: Mizan, 1998), hlm. 34.
144
Mafikibb adalah bidang studi umum. Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di
Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 140.
116
Sebenarnya, pendidikan di madrasah sendiri sudah mengalami
tetapi, usaha yang baik itu kurang dibarengi dengan kesungguhan untuk
dalam perbaikan.
Sanaky, setidaknya ada lima hal yang harus didesain, yaitu: pertama,
dengan merumuskan visi dan misi serta tujuan yang jelas. Kedua,
117
berkaliber dunia dalam bidangnya sehingga mampu menjawab persoalan-
zaman.
118
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Paradigma Islam
konteks dengan teks suci agama Islam, sehingga perubahan dapat berjalan
Tuhan, metode ini meliputi tiga tahapan: melihat dan memahami konstruk
selanjutnya hasil pertemuan realitas sosial dengan model ideal teks akan
melahirkan aksi sejarah yang baru, yaitu transformasi sosial; (c) Tujuan islam
119
pendidikan Islam ialah pendidikan yang mengarahkan kepada dialog antara
tuntutan konteks terhadap teks suci; (b) metode pendidikan Islam meliputi
dialog dan metode aksi; (c) tujuan pendidikan Islam meliputi tujuan
lembaga yang dimiliki semua lapisan masyarakat serta memiliki visi profetik
B. Saran
teori maupun aksi. Salah satu aspek yang mampu memberikan perubahan
120
melakukan transformasi dari segala aspek sehingga pendidikan Islam selalu
tidak lagi diartikan pengajaran nilai-nilai ajaran Islam kepada pesera didik,
tersebut dalam tataran kehidupan baik sikap atau perilaku. Artinya pendidikan
Islam tidak hanya berbicara ibadah tapi juga muamalah, tidak hanya teks juga
konteks, tidak hanya nilai tapi realitas, tidak hanya kesalehan individual tapi
juga sosial.
121
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Wan Mohd Nor Wan. Filsafat Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib
Al-Attas. terj. Hamid Fahmy. dkk. Bandung: Mizan, 2003
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2007
Fadjar, A. Malik. Menyiasati Kebutuhan Masyarakat Modern Terhadap
Pendidikan Agama Luar Sekolah, (Seminar dan Lokakarya
Pengembangan Pendidikan Islam Menyongsong Abad 21, IAIN,
Cirebon, tanggal, 31 Agustus s/d 1 September 1995
Furchan, Arief dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai
Tokoh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003
0
Krippendorff, Klaus. Content Analysis: An Introductions to its Methodology
(Second Edition), California: Sage Publication, 2004
Kuhn, Thomas, S, The Structure of Scientific Revolutions, Terj. Tjun Surjaman,
Bandung: Remaja Karya, 1989
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan, Cet.
VIII, 1998
, Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika.
Yogyakarta: Tiara Wacana, Edisi 2, 2006
Kusumo, Santoso Wiryo. Relevansi Sistem Ekonomi Islam Terhadap Proses
Transformasi Masyarakat Islam Indonesia dalam Pemikiran
Kuntowijoyo, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fakultas Adab UIN
SUKA Yogyakarta, 2009Madjid, Nurcholis. Cita-cita Politik Islam Era
Reformasi, Jakarta: Paramadina, 1999
Mahdi, Sayed. (Eds), Islam Pribumi: Mendialogkan Agama, Membaca Realitas,
Jakarta: Erlangga, 2003
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, Cet,
ke-2, 2000
Moleong, Lexi J. Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2002
Mudhofir, Ali. Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2001
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, Jakarta:
Rajawali Pers, 2011
, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Pelajar,
2003
, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009
, Nuansa Baru Pendidkan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006
1
Nata, Abuddin. Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, Jakarta; PT
RajaGrafindo Persada, Cet. 2, 2001
Novelia, Dahlia. Strategi Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Modern
(Perspektif Pemikiran Fazlur Rahman). Skripsi tidak diterbitkan,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:
Arkola, 1994
Purwoko, Krisman. Globalisasi Tantangan Utama Pendidikan Islam di Indonesia,
(online), http;//www.republika.co.id diakses 31 Mei 2012
Qodir, Zuly. Pembaharuan Pemikiran Islam: Wacana Intelektual Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006
Qomar, Mujamil. Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional hingga
Metode Kritik, Jakarta: Erlangga, 2005
Rahardjo, M. Dawam. Intelektual, Intelegensia, dan Perilaku Politik Bangsa:
Risalah Cendekiawan Muslim, Bandung; Mizan, Cet. III, 1996
Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, Yogyakarta: LKiS
Saefuddin, Ahmad M. dkk. Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi.
Bandung: Mizan, 1987
Sarapung, Elaga. (ed), Pluralisme, Konflik, dan Pendidikan Agama di Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Saridjo, Marwan. Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Amissco,
1996
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005
Sumarna, Cecep. Rekonstruksi Ilmu; Dari Empirik-Rasional Ateistik ke Empirik-
Rasional Teistik. Bandung: Benang Merah Press, 2005
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian suatu Pemikiran dan
Penerapannya Jakarta: Reneka Cipta, 1999
Tilar, H.A.R. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif
Abad 21, Magelang: Tera Indonesia, Cet. I, 1998
Wahyu, Sukamawati. Pemikiran Kuntowijoyo Tentang Historiografi di Indonesia,
Skripsi tidak diterbitkan, Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel
Surabaya, 2012
Zainuddin, M. Reformulasi Paradigma Transformatif dalam Kajian Pendidikan
Islam, Malang: UIN-Maliki Press, 2011
Zubaedi, Islam dan Benturan Antarperadaban: Dialog Filsafat Barat dengan
Islam, Dialog Peradaban dan Dialog Agama, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007