Oleh :
Kevin Adrian, dr
011818076302
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
TESIS
Oleh :
Kevin Adrian, dr
011818076302
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
i
2021
ii
TESIS
Oleh:
Kevin Adrian, dr
NIM 011818076302
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
iii
TESIS
Oleh:
Kevin Adrian, dr
NIM 011818076302
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
NIM : 011818076302
Tanda Tangan :
v
Lembar Pengesahan
Oleh,
Pembimbing Ketua
Pembimbing Kedua
Mengetahui,
vi
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI TESIS
NIM : 011818076302
TIM PENGUJI
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah
melimpahkan rahmat, penyertaan-Nya serta memberikan kemampuan sehingga
laporan tesis saya dengan judul “KADAR TNF- SERUM SEBAGAI
FAKTOR PREDIKTOR TERHADAP RESPONS KLINIS KEMOTERAPI
NEOAJUVAN BERBASIS ANTRASIKLIN PADA PASIEN LOCALLY
ADVANCE BREAST CANCER DI RSUD DR. SOETOMO” dapat
terselesaikan dengan baik.
Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
studi ilmu kedokteran klinik jenjang magister di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari
sempurna, karena itu dengan rasa rendah hati saya mengharapkan kritik dan saran
agar tesis ini menjadi lebih baik.
Selama proses penyusunan laporan penelitian ini, banyak pihak yang ikut
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam terselesaikannya
penelitian ini. Untuk itu, dengan segenap kerendahan hati ini perkenankanlah saya
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu, yaitu:
1. Rektor Universitas Airlangga Surabaya, atas kesempatan yang
diberikan kepada saya untuk mengikuti program pendidikan spesialis
dalam bidang studi Ilmu Bedah di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya.
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, atas
kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti program
pendidikan spesialis dalam bidang studi Ilmu Bedah di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
3. Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya, atas kesempatan
yang diberikan kepada saya sehingga dapat bekerja sekaligus menimba
ilmu di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya.
ix
4. Dr. Sahudi, dr., SpB(K)KL, selaku Kepala Departemen Ilmu Bedah
FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya atas segala fasilitas, dukungan
dan doa yang senantiasa diberikan kepada saya selama masa
pendidikan saya dan atas segala bantuannya sehingga tesis ini dapat
diselesaikan. Serta sebagai penguji, atas ketekunan, kesabaran, dan
ketelitian beliau dalam memberian arahan dalam tesis saya.
5. Edwin Danardono, dr., SpB-KBD, selaku Koordinator Program Studi
Ilmu Bedah atas kesabaran beliau dalam memberikan arahan dan
dorongan semangat untuk menyelesaikan penelitian saya serta
menanamkan nilai disiplin yang tinggi selama saya menempuh
pendidikan.
6. Husnul Ghaib, dr., SpB(K)Onk, selaku pembimbing pertama yang atas
ketekunan, kesabaran, dan ketelitian beliau dalam membimbing dan
memberikan arahan terhadap saya sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
7. Iskandar Ali, dr., SpB(K)Onk, selaku pembimbing kedua yang atas
ketekunan, kesabaran, dan ketelitian dalam memberikan arahan dalam
tesis saya.
8. Dr. IGB Adria Hariastawa, dr., SpB, SpBA(K), selaku penguji, yang
atas ketekunan, kesabaran dan ketelitian beliau dalam memberikan
arahan dalam tesis saya.
9. Joseph Eko Wahono, dr., M.Epid, SpN(K), selaku penguji, yang atas
ketekunan, kesabaran dan ketelitian beliau dalam memberikan arahan
dalam tesis saya.
10. Prof. Dr. Irwanto, dr., SpA(K), selaku Koordinator Program Studi Ilmu
Kedokteran Klinik Jenjang Magister atas kesempatan yang telah
diberikan dan arahan dalam penelitian ini.
11. Ediyono, dr., SpP,FAPSR dan Lily Susanti, selaku kedua orang tua
saya, yang saya cintai dan saya banggakan, atas segala doa yang tidak
pernah putus, dukungan dan kesabarannya dalam menemani saya
dalam menempuh masa pendidikan spesialis.
x
12. Christa Graziella Muljono, dr., selaku pendamping hidup saya yang
saya cintai, atas segala kesabaran dan ketulusan dalam mendukung,
menemani, mendengarkan keluh kesah, serta tanpa lelah memberikan
semangat pada saya hingga saya dapat menyelesaikan tesis ini.
13. Ir. Agus Gunawan Muljono dan Grace Krissetianingsih Tjandra, S.Pd,
M.Sc, selaku mertua saya, yang saya cintai dan saya banggakan, atas
segala doa yang tidak pernah putus, dukungan dan kesabarannya dalam
menemani saya dalam menempuh masa pendidikan spesialis.
14. Andrew Suprayogi, dr., SpPD, selaku kakak kandung saya, yang saya
cintai dan saya banggakan, atas segala doa yang tidak pernah putus,
dukungan dan kesabarannya dalam menyemangati saya selama
menempuh masa pendidikan spesialis.
15. Eleonora Klementina Gunadi, dr., SpB, selaku kakak ipar saya, yang
saya cintai dan saya banggakan, atas segala doa, dukungan,
masukannya serta dorongan dan semangatnya selama saya menempuh
pendidikan spesialis.
16. PPDS Bedah Angkatan Juli 2018: dr. M. Furqan Hidayat, dr. Agung
Permana, dr. Rizki Baihaqi dan dr. Dito Desdwianto Budi Susilo
selaku saudara seperjuangan saya dalam menempuh pendidikan
program studi Ilmu Bedah ini, atas segala dukungan dan dorongan
yang tiada henti dalam suka dan duka sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis ini.
17. Seluruh staf pengajar, sekretariat, dan administrasi SMF/Departemen
Ilmu Bedah FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang telah
memfasilitasi dan memberikan kemudahan pada tesis saya.
18. Seluruh teman sejawat PPDS I Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga dan khususnya seluruh anggota keluarga
PRABU Surabaya atas segala dukungan dan doanya.
19. Seluruh teman sejawat/rekan residen, paramedik, dan karyawan di
lingkungan Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang telah anyak membantu
dalam jalinan kerjsama yang baik.
xi
20. Semua pihak yang membantu kelancaran penelitian ini serta ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pasien yang telah
memberikan peranan besar dalam penelitian ini.
Akhir kata, saya menyadari bahwa laporan penelitian ini masihlah jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati saya mengharap kritik
dan saran yang membangun agar penelitian ini dapat menjadi lebih baik di
kemudian hari. Saya mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya bagi
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan penelitian ini.
xii
Kevin Adrian, dr.
xiii
ABSTRAK
KADAR TNF- SERUM SEBAGAI FAKTOR PREDIKTOR TERHADAP
RESPONS KLINIS KEMOTERAPI NEOAJUVAN BERBASIS
ANTRASIKLIN PADA PASIEN LOCALLY ADVANCE BREAST CANCER
DI RSUD DR. SOETOMO
Kevin Adrian*, Husnul Ghaib**, Iskandar Ali**
xiv
ABCTRACT
SERUM TNF- LEVEL AS A PREDICTOR FACTOR ON CLINICAL
RESPONSE AFTER ANTHRACYCLINE-BASED NEOADJUVANT
CHEMOTHERAPY IN LOCALLY ADVANCE BREAST CANCER IN DR.
SOETOMO GENERAL HOSPITAL
Kevin Adrian*, Husnul Ghaib**, Iskandar Ali**
xv
DAFTAR ISI
xvi
2.2.3 Manajemen Tatalaksana Kanker Payudara Lanjut Lokal........................9
2.3 Kemoterapi Neoajuvan Pada Kanker Payudara Lanjut Lokal....................9
2.3.1 Mekanisme Agen Kemoterapi Berbasis Antrasiklin...............................9
2.3.1.1 Siklofosfamid........................................................................................9
2.3.1.2 Doksorubisin/Adriamisin......................................................................10
2.3.1.3 5-Fluorourasil.......................................................................................12
2.3.2 Respons Klinis Kemoterapi Neoajuvan...................................................13
2.3.3 Faktor Prediktor Respons Kemoterapi Pada Kanker Payudara...............14
2.4 Tumor Necrosis Factor – Alpha (TNF-)..................................................14
2.4.1 Metabolisme TNF-................................................................................15
2.4.2 TNF- dan Proses Karsinogenesis..........................................................17
2.4.3 TNF- dan Kanker Payudara...................................................................17
2.4.4 Kadar TNF- Serum Pada Kanker Payudara..........................................19
2.4.5 Hubungan TNF- dengan Resistensi Kemoterapi Neoajuvan Berbasis
Antrasiklin (Doksorubisin/Adriamisin)...........................................................20
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL............................................................22
3.1 Kerangka Konseptual..................................................................................22
3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual...............................................................23
3.3 Hipotesis Penelitian....................................................................................24
BAB 4 METODE PENELITIAN.....................................................................26
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................26
4.2 Populasi Penelitian......................................................................................26
4.3 Sampel Penelitian.......................................................................................26
4.3.1 Besar Sampel...........................................................................................26
4.3.2 Pengambilan Sampel...............................................................................27
4.4 Kriteria Penelitian.......................................................................................27
4.4.1 Kriteria Inklusi.........................................................................................27
4.4.2 Kriteria Eksklusi......................................................................................28
4.5 Variabel Penelitian......................................................................................28
xvii
4.6 Definisi Operasional...................................................................................29
4.7 Prosedur Penelitian.....................................................................................33
4.7.1 Pengumpulan Data...................................................................................33
4.7.2 Analisis Data............................................................................................34
4.8 Kerangka Operasional................................................................................34
4.9 Lokasi, Waktu, dan Jadwal Penelitian........................................................35
4.9.1 Lokasi Penelitian.....................................................................................35
4.9.2 Waktu Penelitian......................................................................................35
4.10 Biaya Penelitian........................................................................................36
BAB 5 HASIL PENELITIAN..........................................................................37
5.1 Deskripsi Data Penelitian...........................................................................37
5.2 Karakteristik Subjek Penelitian..................................................................37
5.3 TNF- Subjek Penelitian............................................................................42
5.4 Hubungan TNF- dengan Respons Klinis Kemoterapi..............................42
BAB 6 PEMBAHASAN...................................................................................47
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................54
7.1 Kesimpulan.................................................................................................54
7.2 Saran...........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................55
LAMPIRAN.....................................................................................................60
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Stadium yang Termasuk Definisi Kanker Payudara Lanjut Lokal...8
Tabel 2.2 Perbandingan Respon Klinis Tumor Padat Berdasarkan Kriteria
RECIST dan WHO...........................................................................................14
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian........................................................26
Tabel 4.2 Tabel Kegiatan Waktu Penelitian.....................................................32
Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Terhadap Kadar TNF-.................40
Tabel 5.2 Karakteristik Subjek Penelitian Terhadap Respons Klinis Kemoterapi
..........................................................................................................................41
Tabel 5.3 Karakteristik TNF- Subjek Penelitian............................................42
Tabel 5.4 Perbandingan Pengukuran Nilai Cutoff TNF-...............................43
Tabel 5.5 Hubungan Kadar TNF- Terhadap Respons Klinis Kemoterapi.....45
xx
DAFTAR SINGKATAN
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
2018, insiden kanker payudara mencapai 47,8 per 100.000 wanita. Sedangkan
WHO menyatakan bahwa angka mortalitas dari kanker payudara sendiri mencapai
684.996 wanita, atau 15% dari seluruh pengidap kanker di seluruh dunia. (WHO,
mortalitas yang cukup tinggi, GLOBOCAN mencatat pada tahun 2020 terdapat
22.430 kematian (34%) kematian dari 65.858 insiden kasus kanker payudara
pasien datang dengan stadium yang sudah lanjut (stadium III dan IV). Pasien
kanker dengan stadium lanjut membutuhkan modalitas terapi yang lebih banyak
dibanding pasien kanker dengan stadium awal (Pusdatin, 2016 ; WHO, 2020).
mengecilkan ukuran tumor. Penderita kanker payudara yang datang di RSUD Dr.
Soetomo dengan proporsi stadium III adalah sebanyak 74%. Hal lain yang
1
menarik yaitu suatu studi oleh Audrina tahun 2013 menyatakan bahwa 52%
pasien kanker
stable disease. (Manuaba, 2010; Purwanto, 2009; Audrina, 2014). Hal ini bisa
pada kanker payudara adalah usia, ukuran tumor payudara serta nodul, subtipe,
diproduksi oleh makrofag yang teraktivasi, dan berperan dalam berbagai fungsi
imunoregulasi, salah satunya adalah destruksi dari sel tumor. TNF- memiliki
efek yang cukup unik, di satu sisi, TNF- berperan sebagai pemicu apoptosis atau
kematian sel kanker, sehingga para ahli melakukan penelitian terkait TNF-
sebagai terapi anti kanker. Di sisi lain, TNF- dikatakan dapat melakukan
resistensi terhadap agen kemoterapi yang diberikan kepada sel kanker. Sehingga,
TNF- dikatakan merupakan sitokin yang memiliki sifat seperti pedang bermata
dua, yang memiliki efek pro dan anti tumorigenik. (Wang, 2008). Sedangkan studi
yang dilakukan Zhang pada tahun 2017 menyatakan bahwa kadar TNF- dapat
bahwa TNF- yang terdapat di serum berperan dalam destruksi dan degradasi dari
2
Doksorubisin, sehingga efek sitotoksik yang ditimbulkan menjadi ternetralisir
oleh kadar TNF- yang tinggi ini. Namun data – data yang ditunjukkan masih
belum dapat membuktikan bahwa memang TNF- adalah sitokin yang berperan
dalam resistensi kemoterapi berbasis antrasiklin, dikarenakan ada studi lain yang
menyatakan bahwa TNF- merupakan salah satu sitokin yang berperan pada
proses apoptosis dari tumor itu sendiri (Zhang, 2017 ; Berberoglu, 2004).
pasien LABC. Pertimbangan peneliti memilih judul ini adalah kasus kanker
payudara di Surabaya yang cukup banyak, dimana sebagian besar pasien datang
3
Untuk mengetahui apakah kadar TNF- serum dapat digunakan sebagai
4
Mendapatkan data klinis kadar TNF- serum sebagai prediktor respons
Breast Cancer.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker payudara adalah tumor ganas yang muncul dari sel payudara.
payudara, dari duktus dan kelenjar yang menghasilkan air susu hingga jaringan
ikat dan limfe payudara. Kanker payudara sendiri dapat dipicu pertumbuhannya
oleh berbagai faktor resiko. Terdapat faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
seperti jenis kelamin, usia, etnis, mutasi gen (BRCA1, BRCA2, ATM, P53),
riwayat keluarga, tumor jinak, hingga status menopause. Sedangkan faktor risiko
terapi hormonal, kontrasepsi, rokok dan alkohol, penggunaan bra, implan hingga
adalah subset kanker payudara yang ditandai dengan tumor payudara yang sudah
5
ahli menyatakan bahwa pengobatan multimodalitas yang meliputi operasi, dan
terapi
6
6
(N1-3).
dada atau kulit, atau keduanya (termasuk ulkus dan nodul satelit) tanpa
metastasis jauh padapasien tumor payudara yang dicurigai ganas, karena dengan
adanya metastasis jauh maka definisi LABC sudah tidak dapat digunakan lagi
Dalam pemeriksaan secara klinis, tumor primer pada LABC adalah tumor
dengan ukuran di atas 5 cm atau tumor dengan infiltrasi ke kulit dan dasar dinding
dapat berupa ulkus, nodul satelit dan peau d’ orange. Pembesaran kelenjar getah
bening regional yang perlu dievaluasi adalah mulai dari aksila, infraklavikula,
dibutuhkan pada semua pasien wanita dengan gejala klinis yang mengarah ke
atau memberikan gambaran tidak spesifik seperti penebalan kulit dan peningkatan
subtipe dari kanker payudara itu sendiri. (Manuaba, 2010 ; Ardiansyah, 2015)
Evaluasi ada atau tidaknya metastasis harus dilakukan secara klinis dan
paru, tulang rusuk dan pleura serta bone scan pada kecurigaan metastasis tulang.
Tes lain, seperti CT Scan otak, pemindaian MRI, dan / atau pemindaian PET
harus dilakukan jika diindikasikan atas dasar kecurigaan klinis. Setelah evaluasi
yang komprehensif maka stadium dari suatu kanker payudara dapat ditentukan.
Adapun yang termasuk dalam kriteria LABC atau kanker payudara dengan
Tabel 2.1 Stadium yang Termasuk Definisi Kanker Payudara Lanjut Lokal
T0 N2 M0
IIIA T1,2,3 N2 M0
T3 N1 M0
IIIB T4 N0, N1, N2 M0
IIIC Tiap T N3 M0
Sumber: Garg PK. Current Definition Of Locally Advance breast Cancer. Current
Oncology. 2015: e409-10.
pembiusan umum dan kemungkinan reseksi dengan margin yang radikal dan
kosmetik dapat dicapai. Menurut Hagensen dan Stout tahun 1940 seperti dikutip
oleh Ardiansyah, tumor dikatakan inoperabel bila didapatkan ulserasi kulit, tumor
lengket ke dinding dada, nodul aksila dengan diameter >2,5 cm, edema 1/3
kondisi fisik dan penyebaran penyakit. Terapi hormonal didasarkan pada subtipe
9
kanker dan dapat dilakukan setelah kemoterapi/ pada pasien yang bukan kandidat
rekurensi dari kasus LABC. Namun efektivitas terapi sistemik sangat bervariasi
dan tergantung pada subtipe dari kanker payudara itu sendiri. Tujuan dari
intak, penilaian respons terapi yang baik, reduksi dari diseminasi mikroskopis
selama operasi dengan operasi yang lebih tidak ekstensif. Respons dari
radikalitas operasi payudara. Dalam kasus penyakit yang lebih lanjut, kemoterapi
neoajuvan dapat membuat tumor yang tidak dapat dioperasi menjadi dapat
2.3.1.1 Siklofosfamid
nitrogen. Senyawa aktif dari zat ini, yaitu phosporamide mustard, dapat berikatan
dengan DNA sel kanker dan dapat menghambat replikasinya. Efek sitotoksik yang
10
ditimbulkan disebabkan oleh ikatan silang terhadap DNA dan RNA dan inhibisi
dari sintesis protein sel kanker itu sendiri. Siklofosfamid memiliki waktu paruh
6,5 jam dan didistribusi ke seluruh tubuh dan dimetabolisme oleh enzim sitokrom
2.3.1.2 Doksorubisin
sintesis DNA dan RNA serta fragmentasi DNA (Gambar 2.2). Doksorubisin juga
berikatan kuat dengan zat besi. Kompleks ikatan ini lebih lanjut berikatan dengan
DNA dan membran sel dan memproduksi radikal bebas yang memotong sel
membran dan DNA. Agen ini dimetabolisme di liver oleh enzim aldo-keto
kemampuan mengikat DNA yang berakibat inhibisi dari sintesis DNA dan RNA.
topoisomerase II. Ikatan ke membran sel dan protein plasma menyebabkan radikal
bebas. Epirubisin memiliki orientasi spasial pada grup hidroksil pada rantai
karbonnya. Hal ini yang menyebabkan eliminasi lebih cepat dan mengurangi
2.3.1.3 5-Fluorourasil
antagonis pirimidin. Terdapat tiga mekanisme yang mungkin terjadi (gambar 2.3).
kofaktor folat. Hal ini menimbulkan defisiensi timidin dan mengurangi sintesis
dan perbaikan DNA dan proliferasi sel. Kedua, metabolit dari fluorourasil yaitu
dalam DNA memproduksi RNA yang rapuh dan menghambat sintesis protein.
Fluorourasil diaktivasi di sel target dan didegradasi di liver. Ekskresi obat ini
Pada semua uji klinis, diperlukan evaluasi dari perubahan ukuran tumor
dan waktu yang dibutuhkan penyakit untuk bertumbuh yang dianggap sebagai
titik akhir yang penting untuk dicatat. Respons dari suatu kemoterapi dapat
Terdapat dua kriteria yang dapat digunakan pada tumor padat, yaitu
kriteria response evaluation criteria in solid tumours (RECIST) versi 1.1 tahun
2009 dan World Health Organization (WHO). Perbedaan dari kriteria tersebut
adalah dimensi yang diukur dan perubahan ukurannya (tabel 2.2). Kriteria
RECIST menyebutkan lesi yang dapat diukur secara klinis dengan jangka sorong
(Eisenhauer, 2007).
terpendek <10 mm
Partial Penurunan ukuran lesi minimal Penurunan ukuran lesi minimal 50% dari
Response (PR) 30% dari lesi awal lesi awal
Progressive Peningkatan ukuran lesi minimal Peningkatan ukuran lesi minimal 25%
Disease (PD) 20% (minimal 5 mm) dari lesi awal dari lesi awal
Stable Disease Perubahan lesi dengan penurunan < Perubahan lesi dengan penurunan < 50%
(SD) 30% atau peningkatan <20% dari atau peningkatan <25% dari lesi awal
lesi awal
Sumber: Cancer Network. Response Evaluation Criteria and Performance Scales.
June 2016. Available at:
http://www.cancernetwork.com/cancer-management/response-evaluation-criteria-
and-performance-scales.
kemoterapi pada kanker payudara, antara lain usia, jenis histopatologis tumor,
subtipe tumor, dan grading dari tumor itu sendiri. Resistensi terhadap obat
oleh makrofag yang teraktivasi dan memiliki berbagai fungsi dalam proses
regulasi sistem imun. TNF- pertama kali diidentifikasi pada tahun 1970 sebagai
sitokin yang berfungsi menekan proliferasi sel tumor dan menginduksi regresi dari
sel kanker. TNF- sendiri terdiri dari 157 asam amino yang disintesis dan
disekresikan oleh TNF – Converting Enzyme (TACE). Sejak tahun 1984, TNF-
telah banyak diteliti oleh para ilmuwan terkait perannya dalam sistem imun dan
organ, penyakit rheumatoid arthritis, dan pada syok septik. Pada level seluler,
15
Pada keganasan atau yang lebih dikenal dengan kanker, TNF- memiliki
efek yang cukup unik. Di satu sisi, TNF- berperan sebagai pemicu apoptosis atau
kematian sel kanker, sehingga para ahli melakukan penelitian terkait TNF-
sebagai terapi anti kanker. Di sisi lain, TNF- dikatakan dapat melakukan
resistensi terhadap agen kemoterapi yang diberikan kepada sel kanker. Sehingga,
TNF- dikatakan merupakan sitokin yang memiliki sifat seperti pedang bermata
dua, yang memiliki efek pro dan anti tumorigenik. (Wang, 2008).
aktif berikatan dengan TNF- adalah TNFR1, yang diekspresikan secara lebih
nyata di level seluler sebagai induktor apoptosis pada sel. TNFR2 sendiri dapat
mekanismenya sendiri sampai saat ini masih belum dipahami. (Wang, 2008).
(FADD). Kompleks ini selanjutnya akan memberi sinyal kepada sel untuk
16
suatu sel berperan dalam progresivitas dan pertumbuhan sel kanker. TNF-,
hidup, proliferasi, invasi, angiogenesis, bahkan metastasis dari sel kanker. (Wang,
2008).
Salah satunya adalah dengan merangsang pertumbuhan, migrasi dan invasi dari
sel kanker payudara melalui ekspresi dari Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan
Nischarin melalui mekanisme aktivasi dari NF-κB, Nischarin adalah suatu protein
salah satu faktor pencetus pertumbuhan dari kanker payudara itu sendiri. (Reza,
2017).
Infliximab, suatu antibodi monoclonal yang menarget TNF- di dalam sel, dapat
menurunkan kejadian metastasis tulang pada mencit coba yang mengidap kanker
berperan dalam proses angioinvasi dan metastasis pada kanker payudara. (Reza,
2017).
Kadar TNF- di serum yang tinggi juga diteliti dapat menyebabkan efek
samping dari agen kemoterapi menjadi lebih nyata pada penderita kanker
payudara, khususnya pada penurunan daya kognitif, hal ini disebabkan karena
agen kemoterapi yang notabene bersifat sitotoksik terhadap sel normal pada tubuh
melindungi sel tumor dari sistem imun tubuh. Sehingga peningkatan ekspresi dari
MUC16 ini yang diduga menjadi salah satu penyebab dari resistensi agen
meningkat pada seluruh penderita kanker jenis apapun. Wang juga menyatakan
bahwa kadar TNF- yang tinggi berkorelasi dengan kejadian beberapa penyakit
kanker prostat, kanker payudara, dan kanker serviks. Kadar TNF- juga dikatakan
kanker tersebut, karena pada beberapa kasus terjadi penurunan dari kadar TNF-
Shyr pada tahun 1997 melakukan penelitian yang mengukur kadar TNF-
serum pasien dengan kanker payudara yang dibandingkan dengan kadar TNF-
pada orang normal. Dikatakan bahwa pada orang normal rerata kadar TNF-
adalah 0,98 pg/mL. Sedangkan rerata kadar TNF- pada seluruh penderita kanker
payudara adalah 1,47 pg/mL. Hal menarik yang disebutkan pada penelitian ini
adalah bahwa kadar serum TNF- meningkat secara signifikan seiring dengan
(Stadium III) rerata kadar serum TNF- yang didapatkan adalah sebesar 1,83
pg/mL. Di sini Shyr menyebutkan bahwa TNF- dapat digunakan sebagai salah
satu faktor prediktor dalam menentukan prognosis dari kanker payudara itu
sendiri. Namun penelitian yang menguji prognosis ini dari segi terapi, khususnya
(Shyr, 1997).
Antrasiklin (Doksorubisin)
20
prediktor respons terhadap kemoterapi neoajuvan pada kanker payudara dan dapat
dilakukan oleh Zhang pada tahun 2018. Zhang melakukan studi mengenai
TNF-. Zhang meneliti 105 pasien dengan kanker payudara dari berbagai stadium
efek sitotoksik Doksorubisin. TNF- juga dikatakan oleh Zhang dapat melakukan
Zhang, 2018)
Seperti yang kita ketahui bahwa TNF- menginduksi jalur aktivasi dari
Doksorubisin itu sendiri. Hal ini dibuktikan oleh Zhang dengan alat DNA-Assay.
21
Zhang melakukan studi retrospektif dengan menekan aktivasi NF-κB dengan agen
berbasis antrasiklin dapat dilihat pada gambar 2.6. Zhang berhasil membuktikan
terhadap pasien-pasien yang ditelitinya. Studi yang dilakukan oleh Berberoglu dan
Zhang merupakan dasar untuk melakukan studi penelitian lebih lanjut terkait
hubungan antara TNF- dengan respons klinis dari kemoterapi pada wanita
Locally Advance
TNF- Breast Cancer TNF-
Ekspresi Ekspresi
MMP MMP
Kompleks: Kompleks:
TRAPP TRAPP
RIP RIP
TRAF2 TRAF2
Detoksifikasi Detoksifikasi
Degradasi Doksorubisin Doksorubisin Degradasi Doksorubisin Doksorubisin
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak Diteliti
23
24
yang ditandai dengan tumor payudara lanjut tanpa adanya metastasis jauh. TNF-
adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag yang teraktivasi dan memiliki
berbagai fungsi dalam proses regulasi sistem imun. TNF- yang berikatan dengan
sinyal kepada sel untuk mengaktivkan NF-κB. Aktivasi dari NF-κB akan
Dampak lain dari aktivasi NF-κB adalah induksi dari Mucin 16 (MUC16), dimana
kemoterapi ini kehilangan efek sitotoksiknya terhadap sel kanker payudara. Di sisi
lain, TNF- juga dapat memicu proliferasi sel kanker dengan cara meningkatkan
ini sendiri dapat menjadi salah satu faktor penyebab respons negatif dari
evaluasi dari perubahan ukuran tumor yang diukur secara objektif lewat
yang diukur secara objektif tersebut dibagi sesuai kriteria RECIST 1.1 menjadi
empat kategori yaitu: progressive disease, stable disease, partial response, dan
ukuran tumor setelah kemoterapi neoajuvan dimana ukuran tumor mengecil dan
penurunan ukuran lesi minimal 30% dari lesi awal (Partial Response) atau lesi
peningkatan ukuran lesi awal minimal 20% (minimal 5 mm) atau kemunculan
satu atau lebih lesi baru (Progressive Disease) atau Perubahan lesi dengan
METODE PENELITIAN
Surabaya dari bulan Mei 2021 hingga Desember 2021 yang memenuhi kriteria
26
27
(Z α /2 + Z β )2 p ( 1− p ) ( r+ 1)
n=
r (p 0− p1 )2
2
(1,96+0,84) 0,55 ( 1−0,55 ) (1+1)
n=
1(0,80−0,30)2
n = 15,5 = 16
Zα/2 = Nilai distribusi normal baku tabel Z dengan nilai 1,96 pada tingkat
kesalahan 5 %
P1 = Proporsi penderita kanker payudara dengan respons kemoterapi positif
pada kadar TNF- yang meningkat (didapat dari kepustakaan) (Ghaib,
2019)
Zβ = Nilai distribusi normal baku tabel Z dengan nilai 0,84 pada tingkat
kesalahan 20%
P2=1- P1 = proporsi penderita kanker payudara dengan respons kemoterapi
positif pada kadar TNF- yang tidak meningkat (Tripsianis, 2014)
Besar sampel tiap kelompok adalah 16
Pada penelitian ini ditambahkan 20% dari total sampel untuk mengantisipasi
sampel yang drop out, sehingga besar sampel tiap kelompok menjadi 18, dan total
kemoterapi sebelumnya
a. Usia
b. Histopatologis tumor
c. Grading tumor
d. Subtipe tumor
29
PANJAN
G
LEBA
R
33
Unidimensional Terpanjang.
consent dan informed consent. Selanjutnya data umum subyek seperti nama,
umur, jenis kelamin, alamat dan nomor telepon dicatat. Data lain dicatat sesuai
diulangi tiap 3 minggu hingga mencapai siklus ketiga. Penentuan dosis CAF
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), dengan dosis siklofosfamid 500 mg/m²
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Data dari
variabel independen dan dependen berupa data nominal akan diuji menggunakan
Kriteria Inklusi
Pengukuran Kadar TNF- serum dan ukuran tumor 1 hari sebelum kemoterapi
Analisis Data
Pelaporan
1. Poli Onkologi Satu Atap (POSA) Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Soetomo Surabaya
35
Penelitian dilakukan selama 8 bulan mulai bulan Mei 2021 sampai dengan
Desember 2021
Total R 25.250.000,-
BAB V
HASIL PENELITIAN
dari bulan Juni 2021 hingga Desember 2021 di RSUD Dr. Soetomo. Pasien yang
CAF diulangi tiap 3 minggu hingga mencapai siklus ketiga. Dari penelitian ini
dilibatkan dalam penelitian ini dengan kelompok usia <50 tahun yaitu 20 pasien
(52.6%) dan kelompok usia ≥50 tahun yaitu 18 pasien (47.4%). Pada penelitian ini
didapatkan pada subjek penelitian berusia <50 tahun sebanyak 20 pasien terdiri
dari 11 pasien (55%) mengalami respons negatif dan 9 pasien (45%) mengalami
respons positif. Sedangkan pada subjek penelitian berusia ≥50 tahun sebanyak 18
pasien terdiri dari 10 pasien (55.5%) mengalami respons negatif dan 8 pasien
37
38
didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara
usia terhadap kadar TNF-α dengan p-value = 0.746 dan respons klinis kemoterapi
subtipe luminal B yaitu 20 pasien (52.6%), diikuti subtipe Triple Negative Breast
pasien terdiri dari 9 pasien (45.0%) mengalami respons negatif dan 11 pasien
negatif dan 3 pasien (50.0%) mengalami respons positif. Pada subtipe Her2-
didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara
subtipe tumor terhadap kadar TNF-α dengan p-value = 0.613 dan respons klinis
diikuti specific type carcinoma sebanyak 5 pasien (13.2%). Pada hasil penelitian
terhadap kadar TNF-α dengan p-value = 0.631 dan respons klinis kemoterapi
adalah grade II yaitu 20 pasien (52.6%) diikuti grade III sebanyak 16 pasien
(42.1%) dan grade I sebanyak 2 pasien (5.3%). Pada hasil penelitian ini subjek
penelitian dengan grading tumor grade I terdiri dari 1 pasien (50.0%) dengan
respons negatif dan 1 pasien (50.0%) dengan respons positif. Subjek penelitian
dengan grading tumor grade II terdiri dari 8 pasien (40.0%) dengan respons
penelitian dengan grading tumor grade III terdiri dari 11 pasien (68.8%) dengan
respons negatif dan 5 pasien (31.3%) dengan respons positif. Berdasarkan uji
secara statistik antara grading tumor terhadap kadar TNF-α dengan p-value =
0.799 dan respons klinis kemoterapi dengan p-value = 0.228. Karakteristik subjek
Histopatologi
Non-specific type
33 17 (51.5) 16 (48.5)
carcinoma 0.631
Specific type
5 2 (40.0) 3 (60.0)
carcinoma
Subtipe
Luminal A 6 4 (66.7) 2 (33.3) 0.613
Luminal B 20 8 (40.0) 12 (60.0)
Her2-Overexpression 5 3 (60.0) 2 (40.0)
TNBC 7 4 (57.1) 3 (42.9)
Grading PA
Grade 1 2 1 (50.0) 1 (50.0)
0.799
Grade 2 20 11 (55.0) 9 (45.0)
Grade 3 16 7 (43.8) 9 (56.3)
41
Histopatologi
Non-specific type
33 18 (54.5) 15 (45.5)
carcinoma 0.544
Specific type
5 2 (40.0) 3 (60.0)
carcinoma
Subtipe
Luminal A 6 3 (50.0) 3 (50.0) 0.563
Luminal B 20 9 (45.0) 11 (55.0)
Her2-Overexpression 5 4 (80.0) 1 (20.0)
TNBC 7 4 (57.1) 3 (42.9)
Grading PA
Grade 1 2 1 (50.0) 1 (50.0)
0.228
Grade 2 20 8 (40.0) 12 (60.0)
Grade 3 16 11 (68.8) 5 (31.3)
42
Pada penelitian ini didapatkan bahwa dari 38 pasien memiliki nilai rerata
TNF-α 137.2 ± 311.8 dengan kadar maksimal TNF-α adalah 1733 pg/mL dan
kadar minimal yaitu 5.74 pg/mL. Pada penelitian ini juga didapatkan 18 subjek
(47.4%) dengan kadar TNF-α tinggi, dan 20 subjek (52.6%) dengan kadar TNF-α
rendah. Karakteristik TNF-α subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3.
kemoterapi diukur dengan uji statistik berupa data nominal dan nominal.
bahwa nilai sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV, dan akurasi adalah sebesar
Namun, dalam studi ini kami juga menghitung nilai cutoff optimal untuk
memprediksi respons klinis pasien. Nilai cutoff dari TNF-α untuk memprediksi
hasil analisis, didapatkan bahwa nilai cutoff terbaik adalah 18,635. Dengan nilai
43
cutoff tersebut, didapatkan nilai sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV, dan akurasi
yang sedikit lebih baik daripada performa nilai cutoff sebelumnya, yaitu sebesar
performa TNF-α dengan 2 cutoff tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Gambar 5.1 Kurva Analisis ROC TNF-α Terhadap Respons Klinis Kemoterapi
kelompok dengan ekspresi TNF-α tinggi dan ekspresi TNF-α rendah. Penentuan
sebelumnya (18,930) dan cutoff optimal yang didapat pada penelitian ini (18,635).
kadar TNF-α tinggi dan 20 pasien (52.6%) dengan kadar TNF-α rendah. Pasien
dengan kadar TNF-α tinggi menunjukkan persentasi respon klinis negatif yang
lebih tinggi dibandingkan persentasi pasien dengan respon klinis negatif (respons
negatif: 15/18; 83,3% vs. respon positif: 3/18; 16,7%). Sebaliknya, pada
positif yang lebih tinggi dibanding persentase pasien dengan respons negatif
TNF-α tinggi dan ekspresi TNF-α rendah (19/38; 50,0% untuk keduanya). Pasien
dengan kadar TNF-α tinggi menunjukkan persentasi respons negatif yang lebih
16/19; 84,2% vs. respon positif: 3/19; 15,8%). Sebaliknya, pada kelompok pasien
dengan kadar TNF-α rendah menunjukkan persentasi respons positif yang lebih
tinggi dibanding persentase pasien dengan respons negatif (respons positif: 15/19;
78,9% vs. respons negatif: 5/29; 21,1%). Dari hasil analisis didapatkan bahwa
kelompok pasien dengan kadar TNF-α yang tinggi memiliki risiko 3.99 kali untuk
mengalami respons klinis negatif. Hubungan kadar TNF-α terhadap respons klinis
juga dianalisis dengan menggunakan scatter plot (Gambar 5.2) dan menggunakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar TNF-α dengan respons
korelasi terbalik antara kadar TNF-α dan respons klinis kemoterapi dimana
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Kadar TNF-α
Gambar 5.2 Kurva Analisis Scatter Plot Hubungan TNF-α Terhadap Respons
Klinis Kemoterapi
BAB VI
PEMBAHASAN
didiagnosis. Faktanya di Indonesia sendiri lebih dari 50% angka kejadian kanker
penderita kanker payudara datang dengan proporsi stadium III sebesar 74%
dari kasus LABC. Tujuan dari kemoterapi neoajuvan pada kanker payudara lanjut
lokal adalah mengurangi ukuran dari tumor dan dengan demikian meningkatkan
tingkat radikalitas operasi payudara. Dalam kasus penyakit yang lebih lanjut,
kemoterapi neoajuvan dapat membuat tumor yang tidak dapat dioperasi menjadi
dapat direseksi sehingga pasien dapat menjalani operasi dan tercapai overall
survival dan disease-free survival yang lebih baik. (Papademetriou, 2010; Costa,
Hansen and Gradishar, 2018). Beberapa faktor seperti ukuran tumor, faktor
biologis tumor, dan grading histologis tumor, serta mediator inflamasi telah
diteliti oleh beberapa studi terkait respons terhadap kemoterapi pada kanker
payudara (Ellisen, 2011; Velazquez, 2015). Dalam penelitian ini variabel yang
antrasiklin.
47
Pada penelitian ini didapatkan bahwa usia wanita terbanyak yang menjadi
subjek penelitian adalah kelompok usia <50 tahun. Usia sendiri merupakan salah
satu faktor risiko yang penting dalam angka kejadian kanker payudara (Li, 2021).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara
statistik antara usia dengan respons klinis kemoterapi berdasarkan hasil analisis (
usia bukan merupakan faktor yang berperan dalam respons klinis kemoterapi pada
kanker payudara (Wibisono, 2020). Studi lain juga menyatakan bahwa usia tidak
(53.8%). Dari hasil analisis, tidak didapatkan hubungan yang signifikan secara
terdahulu juga menyatakan bahwa pasien kanker payudara dengan subtipe luminal
memiliki angka persentase complete response dan partial response yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan subtipe Her2 dan TNBC (Luminal B CR 45.5%,
luminal (23.7%), Her2 (25.4%), dengan TNBC (20.3%) pada penderita kanker
berbasis antrasiklin, dengan p value = 0.125. Hasil yang kontradiktif ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti jumlah sampel yang relatif kurang banyak,
48
serta jenis studi multisenter yang masih sedikit sehingga pada penelitian
mengalami respons negatif. Dari hasil analisis secara statistik, didapatkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara histopatologis tumor
carcinoma (Lips, 2012). Studi lain menyebutkan bahwa tidak terjadi hubungan
yang signifikan antara jenis histopatologis tumor dengan respons dari kemoterapi
neoajuvan yang jelek namun mencatatkan overall survival yang lebih baik
pengelompokan subjek penelitian dapat menjadi salah satu sebab tidak adanya
positif. Dari hasil analisis di penelitian ini, tidak didapatkan hubungan yang
signifikan secara statistik antara grading tumor dengan respons klinis kemoterapi
49
terkait grading tumor, penelitian oleh Purnawaty meunjukkan respons yang lebih
berbasis antrasiklin memberikan respon lebih baik pada grade III (poorly
(0% complete response) (Sasanpour, 2018). Bila ditinjau dari aspek diferensiasi
tumor, berbagai studi telah menilai hubungan antara grading histologi tumor dan
(Zubair, 2020).
histopatologis tumor, dan grading tumor tidak memiliki hubungan yang signifikan
terhadap respons klinis kemoterapi neoajuvan setelah dianalisis. Hal ini dapat
sampel, dan skala penelitian yang belum bersifat multisenter. Penelitian Kunnuru
tahun, dan tidak bersifat multisenter. Penelitian oleh Sasanpour memiliki jumlah
sampel sebanyak 82 sampel dengan periode penelitian selama 7 tahun dan bersifat
sampel dengan periode penelitian selama 6 bulan dan penelitian tidak bersifat
multisenter.
Pada penelitian ini, dari 38 sampel didapatkan rerata kadar serum TNF-α
yaitu 137.2 ± 311.8, dengan kadar terendah TNF-α 5.74 pg/nL dan kadar tertinggi
didapatkan pada 1 sampel yaitu 1733 pg/nL. Kadar TNF-α yang tinggi ini
50
didapatkan pada 1 pasien dengan kanker payudara lanjut lokal pada stadium IIIC,
dalam TNM Staging dengan ukuran tumor T4d. Tingginya kadar TNF-α pada 1
sampel ini dapat disebabkan karena adanya peningkatan dari kadar TNF-α pada
setiap stadium kanker payudara. Hal ini disebutkan pada studi oleh Ma, et al di
subjek penelitian yang mengalami respons positif memiliki kadar TNF-α yang
memiliki kadar TNF-α yang tinggi (83.3% - 84.2%). Berdasarkan penelitian yang
(Tripsianis, 2014). Namun, peneliti juga menghitung nilai cutoff optimal untuk
memprediksi respons klinis pasien. Nilai cutoff dari TNF-α untuk memprediksi
analisis, didapatkan bahwa nilai cutoff TNF-α berdasarkan kurva ROC untuk
adalah 18,635. Kedua cutoff point ini digunakan oleh peneliti untuk
berbasis antrasiklin.
95%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghaib dkk dan
Berberoglu dkk yang menyatakan bahwa kadar TNF-α memiliki hubungan dengan
51
respons klinis kemoterapi neoajuvan berbasis antrasiklin pada pasien kanker
menyebutkan bahwa TNF- dapat digunakan sebagai salah satu faktor prediktor
dalam menentukan prognosis dari kanker payudara itu sendiri. Namun penelitian
yang menguji faktor prediktif dari segi terapi sistemik berupa kemoterapi masih
resistensi dari efek sitotoksik Doksorubisin. TNF- juga dikatakan oleh Zhang
π), dimana upregulasi dari GST-π dapat memicu detokfisikasi dari Doksorubisin,
2018).
degradasi dari agen kemoterapi berbasis antrasiklin itu sendiri . Seperti yang kita
ketahui bahwa TNF- menginduksi jalur aktivasi dari NF-κB. Zhang melalui
Doksorubisin itu sendiri. Hal ini dibuktikan oleh Zhang dengan alat DNA-Assay.
52
Efek detoksifikasi dan resistensi dari kemoterapi yang ditimbulkan oleh
TNF- akan berakibat pada respons kemoterapi yang lebih buruk dan respons
klinis yang negatif pada subjek penelitian. Zhang berhasil membuktikan bahwa
pasien-pasien yang ditelitinya, yang merupakan salah satu dasar penelitian ini
dilakukan.
Kekuatan dari penelitian ini adalah dimana desain studi yang dipilih yaitu
studi kohort prospektif, dimana subjek dalam penelitian ini sudah diseleksi
terlebih dahulu sesuai dengan kriteria inklusi, sehingga pengaruh dari variabel
perancu dapat dikontrol. Penelitian ini juga menggunakan cut-off TNF-α yang
dihitung sendiri berdasarkan kurva ROC, sehingga hasil yang didapatkan dapat
Penelitian ini juga memiliki kelemahan dimana kadar TNF-α tinggi yang diteliti
respons kemoterapi yang negatif, sehingga perlu ada penelitian lebih lanjut yang
mengintervensi TNF-α secara spesifik pada pasien LABC. Pada penelitian ini
juga didapatkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki subtipe Luminal
disease free interval yang lebih baik (Matulessy, 2020), namun penelitian ini tidak
spesifik meneliti pengaruh kadar TNF-α terhadap respon kemoterapi pada pasien
53
hubungan ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa subtipe luminal
54
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Soetomo Surabaya.
7.2 Saran
.1. Hasil penelitian ini dapat membantu klinisi untuk memeriksa TNF-
kemoterapi neoajuvan.
54
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2020. Breast Cancer Prevention and Early Detection.
Available at:
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003165-
pdf.pdf Cited on November 12th, 2020.
Garg PK. 2015. Current definition of locally advance breast cancer. Current
Oncology: e409-10.
55
Bedah Onkologi FK Universitas Brawijaya/RSUD Dr. Syaiful Anwar
Malang. Longey DB, Harkin DP, Johnston PG. 5-Fluorouracil: Mechanism
Of Action and Clinical Strategies. Nature Reviews Cancer. 2019;3: 330-8.
Ma Y, Ren Y, Jun Dai Z, et al. IL-6, IL-8 and TNF-α Levels Correlate With
Disease Stage in Breast Cancer Patients. Advance in Clinical and
Experimental Medicine. 2017;26:421-6.
56
Comprehensive Cancer Network (NCCN). 2015. NCCN Clinical Practice
Guidelines in Oncology: Breast Cancer. Ver. 2.2015. Fort Washington, PA:
nccn. Current version available online at
http://www.nccn.org/professionals/ physician_gls/pdf/breast.pdf. Cited on
November 12th, 2020
57
N2E5MzQ1MGI3ZTAwZWM1YWUxZThjYmIzYTM3ZGE5OTIxOWIz
Njc4Yg==.pdf
Reza IM, Diaz L, Becerra RG. Preclinical and Clinical Aspects of TNF- and Its
Receptors TNFR1 and TNFR2 In Breast Cancer. Journal of Biomedical
and Science. 2017; 24: 90.
Shyr MSC, Wei JC, Hock LE, Fong FC. Serum Concentration of Tumor Necrosis
Factor in Patients With Breast Cancer. Taiwan. Breast Cancer Research
And Treatment. 1997; 43: 211-5.
Velázquez ME, Saloma PO, Arreola MIP, Castro KEN, Castro JI, Montor JM.
2015. The Role of Cytokines in Breast Cancer Development and
Progression. J Interferon Cytokine Res. 2015 Jan 1; 35(1): 1–16.
Wang X, Lin Y. Tumor Necrosis Factor and Cancer, Buddies or Foes?. Acta
Pharmacol Sin. 2008; 29: 1275-88.
58
Wibisono, A., Christian, I. N. W. S. and Adiputra, P. A. T. 2020. Hubungan
antara Platelet Lymphocyte Ratio (PLR) dan respon Neoadjuvant
Chemotherapy (NAC) CAF pada pasien Locally Advanced Breast Cancer,
Intisari Sains Medis, 11(2), p. 647. doi: 10.15562/ism.v11i2.754
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 2: Lembar Pengumpulan Data
61
Lampiran 3: Form Information For Consent
62
63
64
65
66
Lampiran 4: Raw Data Hasil Penelitian
NILAI
NO NAMA USIA NO RM DIAGNOSIS SUBTYPE HASIL PA GRADE TNF- RESPON KLINIS
Alpha
Ny. Ca Mamma S
1 51 12860657 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 73,47 Stable Disease
MUAY T4bN0M0
Ca Mamma D
2 Ny. STIM 47 12715721 Luminal A Lobular Carsinoma Grade II 65 Stable Disease
T4bN2M0
Ca Mamma S
3 Ny. SJTN 56 12874820 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 533,68 Stable Disease
T4dN3cM0
Ca Mamma D
4 Ny. ELII 55 12777182 Her2-Over Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 7,35 Partial Response
T4cN3cM0
Ca Mamma D
5 Ny.DYAH 47 12857338 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 144,42 Stable Disease
T4cN1M0
Ny. Ca Mamma S
6 47 12867740 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 5,74 Partial Response
KSTN T4cN1M0
Ny. Ca Mamma S
7 42 12802568 Luminal B Invasive Lobular Carsinoma Grade II 16,6 Partial Response
ENDH T4bN1M0
8 Ny. 48 12832308 Ca Mamma D Her2-Over Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 8,5 Stable Disease
67
MSRT T4bN0M0
Ny. Ca Mamma S
9 55 12825893 TNBC Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 632,12 Stable Disease
HNSR T4bN0M0
Ca Mamma S
10 Ny. INST 50 12876015 Luminal A Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 1733 Stable Disease
T4dN1M0
Ny. Ca Mamma D
11 61 12842052 TNBC Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 7,64 Partial Response
ENDG T4bN0M0
Ny. Ca Mamma S
12 55 12846033 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 12,3 Partial Response
PRTA T4bN1M0
Ca Mamma D
13 Ny. RIAG 29 12861292 TNBC Medulary Carsinoma Grade III 7,64 Complete Response
T4bN1M0
Ny. Ca Mamma D
14 59 12863095 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 9,36 Complete Response
WHYU T4bN0M0
Ca Mamma D
15 Ny. INDR 42 12848969 TNBC Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 37,95 Stable Disease
T4bN0M0
Ca Mamma S
16 Ny. LLSH 53 12852578 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 22,67 Stable Disease
T4bN3cM0
Ny. Ca Mamma D
17 51 12852368 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 12,93 Stable Disease
CHUL T4bN0M0
68
Ny. Ca Mamma D
18 30 12866832 Her2-Over Lobular Carsinoma Grade I 19,81 Stable Disease
VRNC T4bN1M0
Ny. Ca Mamma S
19 36 12822675 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade I 8,16 Partial Response
TRMH T4cN1M0
Ca Mamma S
20 Ny. PAIN 76 12845593 Luminal A Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 12,87 Partial Response
T4cN3cM0
Ny. Ca Mamma D
21 35 12868465 TNBC Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 12,18 Partial Response
NURC T4bN3cM0
Ny. Ca Mamma D
22 47 12867216 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 10,34 Stable Disease
UMIN T4cN0M0
Ca Mamma S
23 Ny. STIA 61 12864494 Luminal A Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 398,1 Stable Disease
T4bN1M0
Ny. Ca Mamma D
24 50 12887383 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 533,68 Stable Disease
ZATN T4bN1M0
Ny. Ca Mamma D
25 61 12871134 Her2-Over Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 469,49 Stable Disease
KWEI T4bN2M0
Ca Mamma D
26 Ny. DINR 43 12871155 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 117,26 Partial Response
T4bN2M0
27 Ny. STNI 53 12817253 Ca Mamma S Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 10,34 Partial Response
69
T4bN1M0
Ny. Ca Mamma D
28 29 12868181 TNBC Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 18,78 Stable Disease
MSTK T4cN3cM0
Ca Mamma S
29
Ny. ZLKH 47 12840799 T4cN2M0 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 16,09 Stable Disease
Ny. Ca Mamma D
30 42 12809668 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 7,18 Partial Response
IRAM T4bN0M0
Ny. Ca Mamma D
31 55 12883265 Luminal A Ductal Carsinoma Grade II 18,49 Partial Response
SBDH T4bN2M0
Ny. Ca Mamma S
32 43 12875297 Luminal A Ductal Carsinoma Grade II 37,95 Partial Response
SNRT T4bN3cM0
Ny. Ca Mamma D
33 49 12265546 TNBC Ductal Carsinoma Grade II 22,32 Stable Disease
FTMW T4bN1M0
Ca Mamma S
34 Ny. INYL 47 12829944 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 76,69 Stable Disease
T4cN3cM0
Ny. Ca Mamma D
35 55 12873829 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 15,17 Partial Response
MRYM T4cN2M0
Ny. Ca Mamma S
36 40 12867747 Luminal B Infiltrating Ductal Carsioma Grade II 33,63 Partial Response
MRYH T4cN1M0
70
Ny. Ca Mamma D
37 52 12869240 Luminal B Mucinous Carsinoma Grade III 14,77 Partial Response
SWIK T4bN1M0
Ca Mamma D
38 Ny. STZL 59 12700956 Her2-Over Infiltrating Ductal Carsioma Grade III 30,45 Stable Disease
T4cN2M0
71
Lampiran 5: Tabel Analisis SPSS
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correction b
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .627
Linear-by-Linear .000 1 1.000
Association
N of Valid Cases 38
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table
72
Grading dan Respons Klinis Crosstabulation
Respon klinis
Respon Negatif Respon Positif Total
GradePA 1 Count 1 1 2
% within GradePA 50.0% 50.0% 100.0%
% within Respon klinis 5.0% 5.6% 5.3%
2 Count 8 12 20
% within GradePA 40.0% 60.0% 100.0%
% within Respon klinis 40.0% 66.7% 52.6%
3 Count 11 5 16
% within GradePA 68.8% 31.3% 100.0%
% within Respon klinis 55.0% 27.8% 42.1%
Total Count 20 18 38
% within GradePA 52.6% 47.4% 100.0%
% within Respon klinis 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 2.953 a
2 .228
Likelihood Ratio 3.006 2 .222
Linear-by-Linear Association 2.106 1 .147
N of Valid Cases 38
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .95.
73
Histologi dan Respons Klinis Crosstabulation
Respon klinis
Respon Negatif Respon Positif Total
Histo PA baru non-specific type Count 18 15 33
% within Histo PA baru 54.5% 45.5% 100.0%
% within Respon klinis 90.0% 83.3% 86.8%
specific type Count 2 3 5
% within Histo PA baru 40.0% 60.0% 100.0%
% within Respon klinis 10.0% 16.7% 13.2%
Total Count 20 18 38
% within Histo PA baru 52.6% 47.4% 100.0%
% within Respon klinis 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .368a 1 .544
Continuity Correction b
.016 1 .899
Likelihood Ratio .369 1 .543
Fisher's Exact Test .653 .448
Linear-by-Linear Association .359 1 .549
N of Valid Cases 38
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.37.
b. Computed only for a 2x2 table
74
Subtipe dan Respons klinis Crosstabulation
Respon klinis
Respon Negatif Respon Positif Total
Subtipe Luminal A Count 3 3 6
% within Subtipe 50.0% 50.0% 100.0%
% within Respon klinis 15.0% 16.7% 15.8%
Luminal B Count 9 11 20
% within Subtipe 45.0% 55.0% 100.0%
% within Respon klinis 45.0% 61.1% 52.6%
Her2 overexpression Count 4 1 5
% within Subtipe 80.0% 20.0% 100.0%
% within Respon klinis 20.0% 5.6% 13.2%
TNBC Count 4 3 7
% within Subtipe 57.1% 42.9% 100.0%
% within Respon klinis 20.0% 16.7% 18.4%
Total Count 20 18 38
% within Subtipe 52.6% 47.4% 100.0%
% within Respon klinis 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 2.043 a
3 .563
Likelihood Ratio 2.166 3 .539
Linear-by-Linear Association .526 1 .468
N of Valid Cases 38
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.37.
75
Cutoff ROC Curve
76
TNFcutoff_new 18.635 * Respon klinis Crosstabulation
Respon klinis
Respon Negatif Respon Positif Total
TNFcutoff_new 18.635 Negative Count 4 15 19
% within TNFcutoff_new 21.1% 78.9% 100.0%
18.635
% within Respon klinis 20.0% 83.3% 50.0%
Positive Count 16 3 19
% within TNFcutoff_new 84.2% 15.8% 100.0%
18.635
% within Respon klinis 80.0% 16.7% 50.0%
Total Count 20 18 38
% within TNFcutoff_new 52.6% 47.4% 100.0%
18.635
% within Respon klinis 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 15.200a 1 .000
Continuity Correction b
12.772 1 .000
Likelihood Ratio 16.443 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.800 1 .000
N of Valid Cases 38
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table
77
Spearman Correlations
Response
TNFA reverse
Spearman's rho TNFA Correlation Coefficient 1.000 .606**
Sig. (2-tailed) . .000
N 38 38
Response reverse Correlation Coefficient .606 **
1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 38 38
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Kadar TNF-α
78