ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
Pembimbing Utama
Pembimbing Kedua
Mengetahui
Koordinator Program Studi Ilmu Kedokteran
Jenjang Magister Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
iii
Tesis ini telah disetujui untuk diuji dan dinilai
Panitia penguji :
Nomor: 12023/UN3.FK/I/PK.03.08/2023
iv
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
NIM : 01201453002
Judul Tesis :
“PENGARUH TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK TERHADAP KADAR SOD, IL-1β DAN Hb PADA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis saya ini adalah asli (hasil karya sendiri) bukan merupakan hasil
peniruan atau penjiplakan (Plagiarism) dari karya orang lain. Tesis ini belum pernah di ajukan untuk
Dalam tesis ini tidak terdapat pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan di
dalam daftar pustaka. Demikian , pernyataan ini dibuat tanpa adanya paksaan dari p[ihak manapun, apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saaya bersedia menerima sanksi sesuai dengan norma dan peraturan yang
v
UCAPAN TERIMAKASIH
IL-1β dan Hb Pada Tikus Yang Terpapar Asap Kendaraan‖ dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Program
Studi Ilmu Penyelaman Dan Hiperbarik Magister Ilmu Kedokteran Dasar pada
berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya
Dr. Arifa Mustika, dr., M.Si sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu
bimbingan dan motivasi kepada saya dalam menjalani dan menyelesaikan tahapan
pendidikan saya mulai ujian proposal sampai sekarang. Beliau telah banyak
meluangkan waktu dan tenaga agar saya bisa menyelesaikan penyusunan naskah
disertasi ini. Semoga Tuhan YME selalu memberkati beliau atas jasa dan
memberi mendukung dan memotivasi saya untuk menempuh studi S2, selalu
memberi bimbingan, ide dan saran dengan penuh kesabaran mulai tahapan awal
studi sampai sekarang. Beliau menjadi tempat bertanya dan meminta tolong
vi
apabila saya mengalami kesulitan sehingga saya dapat melaksanakan penelitian
dan menyusun naskah disertasi ini. Semoga Tuhan YME selalu memberkati beliau
Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mohammad Nasih SE., MT, CMA,
Ak., yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk mengikuti pendidikan
pada Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Dasar pada Fakultas Kedokteran
dr., Sp.OG., Subsp.F.E.R. yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk
mengikuti pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Dasar pada
Agus Guntoro, SpBS-Subsp Spine (K) yang telah memberikan kesempatan dan
(K) dr. Rudi Pandapotan, SpB-KBD yang telah memberikan kesempatan dan
Seluruh tim penguji dari proposal dan penilaian naskah tesis, Dr. Widati
Fatmaningrum, dr., M.Kes, Sp.GK, Dr. Lilik Herawati, drh., M.Kes dan Dr. Siti
vii
yang sangat berharga mulai dari proposal hingga penyusunan tesis ini.
Para dosen pengajar dan seluruh staf administrasi pada Program Magister
Surabaya.
Surabaya yang telah memberikan saran dan masukan pada rancangan penelitian
Sowardhono yang telah memberikan dasar yang kuat untuk menjadi individu yang
tidak mudah menyerah pada keadaan. Terimakasih atas doa, keringat dan air mata
dalam membesarkan dan mendidik saya. Kepada istri tercinta Ny. Devi Kartika
Sari dan Anak-anak saya tercinta Daffa Surya Perdana yang selalu mendukung
dan tidak pernah berhenti memberikan semangat dan kekuatan kepada saya.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada adik saya Irmawati dan Rizky Andreanto
beserta keluarga yang telah memberi motivasi dan dukungan kepada saya dalam
Semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu di sini yang
telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan studi dan menyusun tesis ini.
viii
Semoga Tuhan YME melimpahkan berkat kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat
kita sehingga kehidupan di bumi ini menjadi lebih baik lagi. Amin.
Penulis
ix
ABSTRAK
Latar belakang: Karena jumlah polusi udara yang semakin meningkat dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dan kematian,terutama gangguan kesehatan
pada paru.
Material dan Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian true
experimental. Rancangan penelitian ini adalah post test only randomized control
group design. Dua puluh empat tikus Betina berusia 6-8 minggu dengan berat
180-200 gram dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok normal (K0), kelompok
terpapar asap kendaraan bermotor yang tidak diberi HBOT (K1) dan kelompok
terpapar asap kendaraan bermotor yang diberi HBOT (K2). HBOT adalah
menghisap O2 100% dengan tekanan 1,7 ATA selama 3x30 menit dengan interval
5 menit selama 10 hari berturut-turut. Stres oksidatif dinilai berdasarkan kadar
aktivitas enzim SOD, IL-1β dan Hb yang diukur dengan enzyme-linked sorbent
assay (ELISA).
Hasil: Ada peningkatan yang signifikan (p < 0,05) pada kadar SOD dan Hb, tidak
ada penurunan yang signifikan (p > 0,05) pada kadar IL-1β pada kelompok
hewan coba model terpapar asap kendaraan bermotor yang diberi HBOT (K2)
dibandingkan dengan hewan coba model terpapar asap kendaraan bermotor yang
tidak diberi HBOT (K1)
xi
ABSTRACT
Background: Because the amount of air pollution is increasing and can making health problems
and death, especially lung health problems.
Materials and Method: The research design used is true experimental research. The
research design was a post test only randomized control group design. 24 female rats
aged 6-8 weeks weighing 180-200 grams were divided into 3 groups, the normal group
(K0), the group exposed to vehicle smoke which were not given HBOT (K1) and the
group exposed to vehicle smoke which were given HBOT (K2). HBOT is inhaling
100% O2 with a pressure of 1.7 ATA for 3x30 minutes with 5 minute intervals for 10
consecutive days. Oxidative stress was assessed based on the activity levels of the
enzymes SOD, IL-1β and Hb as measured by the enzyme-linked sorbent assay (ELISA).
Results: There was a significant increase (p <0.05) in SOD and Hb levels, there was no
significant decrease (p > 0.05) in IL-1β levels in the animal model group exposed to
vehicle smoke that were given HBOT (K2) compared to with experimental animal
models exposed to vehicle smoke that were not given HBOT (K1)
Conclusion: HBOT has an effect on reducing oxidative stress through increasing SOD
enzyme activity and Hb levels and decreasing levels of the pro-inflammatory cytokine
IL-1β in animal models exposed to vehicle smoke. HBOT can be an adjuvant therapy
for chronic obstructive pulmonary disease due to exposure to vehicle smoke.
xii
Keywords: HBOT, exposure to vehicle smoke, SOD, IL-1β, Hb
xiii
DAFTAR ISI
xv
4.6.1 Aklimatisasi.......................................................................................52
4.6.2 Penimbangan Berat Badan Hewan Coba...........................................52
4.6.3 Persyaratan Etik.................................................................................52
4.6.4 Pembuatan Model PPOK...................................................................52
4.6.5 Pelaksanaan Perlakuan HBO.............................................................53
4.6.6 Pembiusan dan Eutanasia..................................................................53
4.6.7 Prosedur Pengambilan Darah............................................................54
4.6.7.1 Pemeriksaan Superoksida dismutase.....................................54
4.6.7.2 Pemeriksaan IL-1β................................................................54
4.6.7.3 Pemeriksaan Hb.....................................................................55
4.6.8 Perlakuan Terhadap Karkas..............................................................55
4.7 Manajemen Data.........................................................................................55
4.7.1 Analisis Data.....................................................................................55
4.8 Kerangka Operasional................................................................................57
BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN..........................................................58
5.1 Data Penelitian............................................................................................58
5.2 Hasil Pemeriksaan Kadar SOD..................................................................59
5.2.1 Kadar SOD Pada Kelompok Kontrol Negatif, Kelompok
Kontrol Positif Dan Kelompok Perlakuan.........................................59
5.2.2 Hasil Uji Deskriptif Kadar SOD Pada Kelompok Kontrol
Negatif, Kelompok Kontrol Positif, dan Kelompok Perlakuan.........59
5.2.3 Hasil Uji Normalitas Kadar SOD Pada Kelompok Kontrol
Negatif, Kelompok Kontrol Positif Dan Kelompok Perlakuan..........60
5.2.4 Hasil Uji Homogenitas Kadar SOD Pada Kelompok Kontrol
Negatif, Kelompok Kontrol Positif Dan Kelompok Perlakuan
Dengan Uji Levene‘s.........................................................................60
5.2.5 Hasil Uji Statistika Parametrik One-Way Anova Kadar
SOD pada Kelompok Kontrol Negatif, Kelompok Kontrol Positif,
dan Kelompok Perlakuan...................................................................61
5.2.6 Hasil Uji Post Hoc dengan Teknik Tukey (Honestly
Significant difference) Kadar SOD Kelompok Kontrol Negatif ,
Kelompok Kontrol Positif dan Kelompok Perlakuan........................62
xvi
5.2.7 Kesimpulan Hasil Penelitian.............................................................64
5.3 Hasil Pemeriksaan Kadar IL-1β.................................................................65
5.3.1 Kadar IL-1β Pada Kelompok Kontrol Negatif, Kelompok Kontrol
Positif Dan Kelompok Perlakuan......................................................65
5.3.2 Hasil Uji Deskriptif Kadar IL-1β Pada Kelompok Kontrol Negatif,
Kelompok Kontrol Positif, dan Kelompok Perlakuan.......................66
5.3.3 Hasil Uji Normalitas Kadar IL-1β Pada Kelompok Kontrol Negatif ,
Kelompok Kontrol Positif Dan Kelompok Perlakuan........................66
5.3.4 Hasil Uji Homogenitas Kadar IL-1β Pada Kelompok Kontrol
Negatif, Kelompok Kontrol Positif Dan Kelompok Perlakuan
Dengan Uji Levene‘s..........................................................................67
5.3.5 Hasil Uji Non-Parametrik dengan Uji Kruskal Wallis......................68
5.3.6 Hasil Uji beda Mann-Whitney U.......................................................69
5.3.7 Kesimpulan Hasil Kadar IL-1β.........................................................72
5.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Hb......................................................................73
5.4.1 Kadar Hb Pada Kelompok Kontrol Negatif, Kelompok Kontrol
Positif Dan Kelompok Perlakuan.......................................................73
5.4.2 Hasil Uji Deskriptif Kadar Hb Pada Kelompok Kontrol Negatif,
Kelompok Kontrol Positif, dan Kelompok Perlakuan........................74
5.4.3 Hasil Uji Normalitas Kadar Hb Pada Kelompok Kontrol Negatif ,
Kelompok Kontrol Positif Dan Kelompok Perlakuan........................74
5.4.4 Hasil Uji Non-Parametrik dengan Uji Kruskal Wallis......................75
5.4.5 Hasil Uji beda Mann-Whitney U.......................................................76
5.4.6 Kesimpulan Hasil Kadar Hb..............................................................79
BAB 6 PEMBAHASAN......................................................................................81
6.1 Subyek Penelitian.......................................................................................82
6.2 Pembuatan Model Hewan Coba Terpapar Asap Kendaraan......................82
6.3 Paparan HBOT...........................................................................................83
6.4 Pengaruh HBOT Terhadap SOD................................................................85
6.5 Pengaruh HBOT Terhadap IL-1β...............................................................87
6.6 Pengaruh HBOT Terhadap IL-1β...............................................................89
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................91
xvii
7.1 Kesimpulan.................................................................................................91
7.2 Saran...........................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................93
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR TABEL
xx
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
xxi
BAB 1
PENDAHULUAN
Asap kendaraan adalah zat limbah yang ada di dalam mesin akibat
kuantitas dari kendaraan menyebabkan polusi udara yang merupakan salah satu
menghasilkan asap atau gas emisi yang buruk karena kurangnya perawatan
kendaraan, jenis bahan bakar dan pembakaran yang kurang baik (Sassykova LR et
al., 2019). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan kendaraan bermotor
kendaraan bermotor baik berjenis mobil penumpang, mobil bis, mobil barang,
maupun sepeda motor mencapai 129.281.079 unit dan kepemilikan sepeda motor
konsentrasi particulate matter (PM) 2,5 di atas pedoman WHO. PM 2.5 termasuk
polutan seperti sulfat, nitrat dan karbon hitam, yang masuk ke paru-paru dan
(Greenpeace Indonesia, 2021). Data polusi udara ambien terbaru tahun 2019 dan
besar di Indonesia adalah 37,66 g/m3, yang melebihi Pedoman Kualitas Udara
1
2
2019; Brandsma CA et al., 2019) akibat stres oksidatif yaitu ketidak seimbangan
dikaitkan dengan inflamasi dan hipoksia yang dapat disebabkan oleh dua
proses patologis, yaitu penyempitan saluran nafas kecil dan destruksi pada
pertahanan antioksidan yang sangat penting terhadap stres oksidatif dalam tubuh.
Enzim ini bertindak sebagai agen terapeutik yang baik terhadap penyakit yang
(IL)-1 merupakan sitokin pro inflamasi yang paling utama di produksi oleh
makrofag dan epitel pemafasan, dan pelepasannya diikuti dengan IL-6, IL-8
respon dari sel T (Bent R et al., 2018; Osei ET, et al., 2020). Hipoksia pada
penyakit paru kronis sering terdapat anemia atau kadar hemoglobin (Hb) rendah
sebagai penyebab komorbiditas (Pandey S et al., 2018; Duca L et al, 2021; Webb
KL et al., 2022).
oksigen (O2) ‗100%‘ atau kadar lebih tinggi dari udara biasa di dalam ruang udara
HBOT terhadap fungsi paru telah dilakukan. HBOT meningkatkan pulse oxygen
dan gangguan fungsi paru (Rosario ER et al., 2018). HBOT meningkatkan PEF
(aliran pernapasan maksimum atau peak expiratory flow) dan FVC (Forced vital
Penelitian yang saya lakukan ini lebih mengkaji pada strategi terapi pada
hewan coba yang terpapar asap kendaraan. Dosis HBOT meliputi kadar oksigen,
tekanan, durasi, interval dan jumlah sesi. Pada penelitian ini, hewan coba diberi
‗100%‘ 3x30 menit diselingi 2x5 menit menghirup udara biasa pada tekanan 1,7
ATA selama 10 hari berturut-turut setelah diberi paparan emisi gas kendaraan
yang terpapar asap kendaraan setelah diberikan paparan HBOT dan tanpa paparan
HBOT.
tikus Betina yang terpapar asap kendaraan setelah diberikan paparan HBOT dan
terpapar asap kendaraan setelah di berikan paparan HBOT dan tanpa paparan
HBOT.
1.4.1 Akademik
tikus Betina yang terpapar asap kendaraan sehingga dapat berguna sebagai dasar
1.4.2 Praktis
Sebagai titik awal uji evidence base dan dasar untuk konsensus
oksidatif paru sehingga HBOT dapat digunakan sebagai terapi adjuvant pada
TINJAUAN PUSTAKA
oksigen (O2) 100% atau kadar lebih tinggi dari udara biasa di dalam ruang udara
bakteri, juga menstimulasi pelepasan growth factors dan stem sel yang akan
penyakit dekompresi dan juga risiko akibat dari scuba diving (Rosario ER et al.,
2018).
ATA) ditambah tekanan hidrostatik tambahan yang setara dengan satu atau dua
atmosfer (1 atmosfer = tekanan 14,7 pounds per inci persegi atau 101 kPa).
Perawatan biasanya sekitar 1,5 hingga 2 jam, tergantung pada indikasi dan dapat
dilakukan satu hingga tiga kali sehari. Ruang monoplace biasanya dikompresi
dengan O2 murni. Ruang multi-tempat diberi tekanan dengan udara dan pasien
menghirup O2 murni melalui masker wajah yang pas, tudung, atau tabung
6
7
dan kadar 200 sampai 400 mmHg terjadi pada jaringan (Suman S and Sheuli S et
al., 2021).
Saat ini ada beberapa pengaplikasian dan indikasi yang dibolehkan untuk
melakukan HBOT. Penggunaan HBOT terhadap fungsi paru juga telah dilakukan.
expiratory flow) dan FVC (Forced vital capacity) (Hadanny A et al., 2019).
HBOT juga berhasil digunakan sebagai terapi adjuvant untuk penyembuhan luka
nekrotikans, gangren Fournier, dan juga untuk luka traumatis seperti sindrom
digunakan sebagai terapi pada luka akibat diabetes (Razdan PS et al., 2019).
Terapi HBO didasarkan pada hukum gas fisika yang berkaitan dengan
tekanan dan melibatkan penghirupan oksigen 100% secara intermiten dalam ruang
1,5 dan 3,0 atmosfer absolut (ATA), di mana risiko efek samping diminimalkan
dalam plasma dan jaringan dan digunakan pada pengobatan penyakit dekompresi,
keracunan karbon monoksida, emboli gas arteri, ulkus kulit kronis, trauma
multipel yang parah dengan iskemia dan gangrene diabetik iskemik. Perbedaan
dan keuntungan terapi HBO dari absorpsi oksigen atmosfer adalah sebagai berikut
tubuh
indikasi terapi HBO berdasarkan penelitian pra-klinis in vitro dan in vivo selain
Gas emboli
Clostridial myositis
Penyakit dekompresi
Anemia berat
Abses intrakranial
Infeksi nekrosis
Osteomielitis
Osteoradionekrosis rahang
Saat ini hanya ada satu kontraindikasi absolut untuk terapi oksigen
hiperbarik, yaitu pneumotoraks yang tidak diobati. Berikut Ini telah lama
di bawah tekanan.
sebelum HBOT.
10
variasi dan kuantitas dari kendaraan (Kilowasid LMH et al., 2015) merupakan
salah satu penyebab banyaknya polusi udara di kota (Sassykova LR et al., 2019).
Sejumlah besar kendaraan berpotensi untuk menghasilkan gas emisi yang buruk,
Asap kendaraan atau gas buang (off-gases) adalah zat limbah yang ada di
dalam mesin, mereka adalah produk oksidasi dan pembakaran tidak sempurna
konsentrasi zat beracun dan karsinogen yang dapat diterima di atmosfer kota-kota
besar, formasi kabut asap yang sering menjadi alasan keracunan di ruang-ruang
oleh massa dan komposisi gas buang. Asap dapat berupa hasil pembakaran bahan
bakar yang berasal dari fosil seperti minyak, gas alam ataupun batubara yang
adalah sesak dada, batuk, adanya sputum, dan hampir sebagian besar yang
terpapar timbal pada Pulmonary Function Tests (PFT) nya didapatkan penurunan
(He F et al., 2017). Jika terpapar asap kendaraan salah satunya timbal yang cukup
reproduksi, ginjal, maupun hematologi (Khalaf MAM, Younis RAA and El-
Salah satu contoh asap seperti timbal yang terkandung dalam bahan bakar
akan mengemisikan 0,09 gram timbal tiap 1 km. Timbal yang diemisikan dari
juga merusak lingkungan. Timbal dari hasil emisi kendaraan akan terhirup oleh
manusia setiap hari kemudian diserap, disimpan, dan ditampung dalam darah.
sebagai hasil metabolisme sel normal dan faktor lingkungan, seperti polusi udara
atau asap rokok. Stres oksidatif terjadi ketika radikal bebas dan spesies reaktif
Reactive Nitrogen Species (RNS) dan agen antioksidan sangat penting untuk
pensinyalan fisiologis dan pertahanan host, serta untuk evolusi dan persistensi
memblokir efek berbahaya dari ROS. Namun, dalam kondisi patologis, sistem
paru idiopatik, PPOK dan asma. Dalam ulasan ini, kami merangkum sistem
oksidan dan anti oksidan seluler dan membahas efek seluler dan mekanisme stres
bebas dan kemampuan sistem biologis untuk segera mendetoksifikasi zat antara
reaktif atau untuk memperbaiki kerusakan yang dihasilkan. Penelitian yang telah
Reactive Oxygen Species (ROS) adalah molekul yang sangat reaktif dan
dapat merusak struktur sel seperti karbohidrat, asam nukleat, lipid, dan protein
serta mengubah fungsinya. Regulasi keadaan reduksi dan oksidasi (redoks) sangat
penting untuk viabilitas sel, aktivasi, proliferasi, dan fungsi organ (Birben E et al.,
2012).
(RNS) (Marciniak et al., 2009; Kothari et al., 2010). ROS terdiri dari kelompok
radikal dan kelompok bukan radikal. Kelompok radikal bebas diantaranya radikal
13
superoksida (O2-), radikal hidroksil (-OH), radikal peroksil (ROO-), serta alkoksil
(RO-). ROS kelompok bukan radikal diantaranya oksigen singlet (1O2), hidrogen
peroksida (H2O2), dan asam hipoklorit (HOCl) (Suhartono, 2016). Contoh RNS
meliputi nitric oxide (NO), nitrous oxide (N2O), peroxynitrite (NO3), nitroxyl
anion (HNO) dan peroxynitrous acid (HNO3 ) (Marciniak et al., 2009; Kothari et
al., 2010).
A. Sumber endogen
Radikal hidroksil dapat terbentuk dari radiasi pengion (x-ray dan UV) yang
mampu melisiskan air. Ion logam transisi (Cu+, Co2+, Ni2+, dan Fe2+) ketika
bereaksi dengan oksigen atau hidrogen peroksida juga dapat menghasilkan radikal
hidroksil. Nitrat oksida (faktor relaksasi berasal dari endotel) merupakan radikal
kemudian terurai
NADPH + 2O2
Selain itu, konsumsi oksigen setiap harinya menyumbang sebesar 1,5 mol
dan radikal hidroksil. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut tidak mengalami
B. Sumber eksogen
adalah:
• Asap kendaraan bermotor : bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas
senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan
• Asap rokok : asap rokok mengandung banyak radikal bebas berbahaya seperti
nitrit oksida, radikal peroksil dan radikal berbasis karbon (O2CCL3). Radikal
peroksida) dan radikal bebas lain dapat menyebabkan kerusakan alveoli dan
proton, neutron, alfa dan beta dapat menghasilkan radikal, yang kemudian radikal
tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau
jaringan.
15
Ketika masuk ke dalam tubuh, CCl4 akan bereaksi dengan sitokrom P450
(CCL3O2).
• Pewarna makanan minuman dan zat aditif lain : Red E120 dan asam karmiat
mampu membentuk senyawa radikal yang berperan dalam peroksidasi lipid dan
Radikal bebas dalam jumlah normal diperlukan tubuh dalam menjalankan proses
seperti pembelahan sel, inflamasi, fungsi imunitas, autofagi, dan respon terhadap
stres (Finkel T, 2011). Sifat radikal bebas yang reaktif dalam menarik elektron di
molekul menjadi suatu radikal baru yang lain, dan begitu seterusnya sehingga
dinamakan reaksi berantai. Namun, bila dua senyawa radikal bertemu, elektron
• Tahap inisiasi : Tahap awal pembentukan radikal bebas yang mana prosesnya
Contoh:
• Tahap propagasi : Tahap perubahan radikal bebas menjadi radikal bentuk lain
Contoh:
• Tahap terminasi : Tahap senyawa radikal bereaksi dengan senyawa radikal lain
Radikal bebas oksigen yang disebut anion superoksida (O2-) terbentuk melalui
juga dapat terjadi dalam kondisi stres maupun tidak stress (Winarsi H, 2007).
2.3.2 Antioksidan
melawan cedera yang disebabkan ROS, RNS, atau elektrofil. Regulasi transkripsi
memainkan peran penting dalam ekspresi basal dan inducible yang dimediasi
ARE lebih dari 200 gen yang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori
termasuk gen antioksidan dan enzim detoksifikasi fase II. Komponen antioksidan
glutathione. Stabilitas protein dan aktivitas transkripsi Nrf2 diatur oleh protein
ligase ubiquitin E3 yang bergantung pada cullin (Cul)3. Keap1 menargetkan Nrf2
dan degradasi selanjutnya oleh proteasome 26S (Chen J, Zhang Z and Cai L,
pertahanan pertama melawan radikal bebas yang diturunkan dari oksigen dan
keadaan, paparan stres oksidatif dapat menyebabkan induksi cepat sintesis enzim
(Younus H, 2018).
menjadi molekul oksigen dan hidrogen peroksida (H2O2) dan menurunkan kadar
O2- yang merusak sel berlebihan. SOD memiliki efek terapeutik dalam berbagai
kondisi fisiologis dan patologis seperti kanker, penyakit inflamasi, cystic fibrosis,
19
(Younus H, 2018).
2.4 Sitokin
dan beberapa terlibat pada pasien PPOK. Terdapat peningkatan dari TNF-
alfa pada sputum pasien PPOK yang stabil. TNF-alfa diproduksi dari monosit
pembuluh darah perifer yang juga meningkat pada PPOK dan terlbiat dalam
cachexia dan apoptosis otot rangka ditemukan pada beberapa pasien dengan
kondisi PPOK yang parah. TNF• alfa merupakan activator poten dari NF-
al., 2019).
sel epitel dan makrofag alveolar, yang memainkan peran sentral dalam
Makrofag alveolus dan neutrofil melepaskan protease, seperti MMPs dan neutrofil
bawaan dan imunitas adaptif, terletak di dekat permukaan epitel untuk merasakan
masuknya iritasi yang dihirup. ROS, spesies oksigen reaktif; DAMP, pola
molekul terkait kerusakan; PAMP, pola molekuler terkait patogen; TNF-α, faktor
CCL, kemokin motif C-C; CXCL, ligan kemokin (motif C-X-C); sel NK, sel
pembunuh alami; ILC3, sel limfoid bawaan 3; Th, limfosit T pembantu; Tc,
dan meningkat pada paru pasien PPOK. Akumulasi ASC terkait dengan
diaktifkan oleh 2 sinyal. Sinyal priming diaktifkan oleh patogen melalui pola
molekuler yang diaktifkan patogen (PAMPs) dengan generasi pro-lL-113 dan pro-
lL-8 melalui aktivasi NF-KB. Sinyal aktivasi dapat mencakup ATP (melalui
reseptor P2X7) dan pola molekul teraktivasi kerusakan lainnya (DAMPs), seperti
asam urat. Hal ini menyebabkan perekrutan protein adaptor ASC dan pro-caspase-
t untuk menghasilkan caspase-1, yang melepaskan IL-113 dan IL-18 yang aktif
Gambar 2.4 Aktivasi inflamasom pada pasien PPOK (Barnes PJ, 2016)
Peran yang minimal dari intlamasom pada pasien dengan PPOK stabil
dalam memberikan manfaat klinis pada pasien dengan PPOK stabil (Barnes PJ,
diinduksi oleh sitokin intlamasi, growth factors, dan produk bakteri pada
2.4.1.1 IL-1β
dari sistem imun bawaan. IL-1 memiliki fungsi biologis yang sangat luas,
termasuk leukocytic pyrogen, yang merupakan sebuah mediator dari demam dan
IL-1 terdapat 2 bentuk yaitu IL-1α dan IL-1β, untuk IL-1β reseptornya
secara luas dalam berbagai jaringan dan berbagai sel, terutama didalam makrofag
pada organ limfoid termasuk timus, limpa, kelenjar getah bening, Peyer patch, dan
sumsum tulang. Pada organ non-limfoid dan IL-1β diekspresikan dalam makrofag
luar ginjal, dan dalam berbagai jenis sel yang spesifik, termasuk neutrofil,
keratinosit, sel epitel dan endotel, limfosit, sel otot polos, dan fibroblast (Kaneko
Gambar 2.5 Sel-sel spesifik dan sitokin (Kany S, Vollrath JT and Relja B, 2019).
terlibat pada pasien PPOK. Terdapat peningkatan dari TNF-α pada sputum pasien
PPOK yang stabil. TNF-α diproduksi dari monosit pembuluh darah perifer yang
juga meningkat pada PPOK dan terlbiat dalam cachexia dan apoptosis otot rangka
ditemukan pada beberapa pasien dengan kondisi PPOK yang parah. TNF-α
merupakan activator poten dari NF-kβ dan dapat memperkuat respon inflamasi.
sitokin proinflamasi IL-1β dan IL-18 sebagai respon terhadap sinyal bahaya
PJ, 2016).
Peran yang minimal dari inflamasom pada pasien dengan PPOK stabil
memberikan manfaat klinis pada pasien dengan PPOK stabil (Barnes PJ, 2016).
Disamping O2 yang dapat mempengaruhi HIF, HIF juga dapat diinduksi oleh
sitokin inflamasi, growth factors, dan produk bakteri pada kondisi normoxic.
Sitokin proinflamasi TNF-α dan IL-1β telah menunjukkan akumulasi dan aktivitas
2. Mengikat dan membawa karbon dioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru
berat molekul 64.450 Dalton. Darah mengandung 7.8 – 11.2 mmol hemoglobin
25
monomer/L (12.6 – 18.4 gr/dl), tergantung pada jenis kelamin dan umur individu
(Asscalbiass, 2010).
Hemoglobin dapat mengikat 4 atom oksigen per tetramer (satu pada setiap
subunithem), atom oksigen terikat pada atom Fe2+ yang terdapat pada hem pada
dapat mengikat suatu gas hasil pembakaran yang tidak sempurna yaitu
Hb dengan CO ini 200 kali lebih kuat daripada ikatan Hb dengan oksigen,
Beberapa derivat dari hemoglobin, misalnya oksiHb Hb, dan HbCO dapat
HbCO berwarna merah terang (carmine tint). Untuk lebih jelas lagi setiap derivat
yang kompleks. Setiap hemoglobin memiliki dua rantai alpha ( α ) dan dua rantai
beta ( β ). Setiap rantai adalah sebuah subunit protein globular yang menyerupai
suatu pigmen non-protein kompleks. Setiap unit heme memiliki ion besi sehingga
oksihemoglobin (HbO2). Darah yang mengandung sel darah merah yang dipenuhi
oleh oksihemoglobin akan berwarna. Setiap sel darah merah mengandung sekitar
280 juta hemoglobin. Karena hemoglobin mengandung 4 unit heme, setiap sel
darah merah bisa mengangkut lebih dari satu milyar molekul oksigen. Secara
kasar 98.5% oksigen diangkut oleh aliran darah ke ikatan hemoglobin di dalam sel
darah merah .
kandungan plasma pada oksigen. Ketika level plasma oksigen rendah, hemoglobin
melepas oksigen. Dalam kondisi yang seperti ini, khas pada kapiler di tepi
(peripheral), plasma karbon dioksida meningkat. Rantai alpha dan beta pada
level plasma karbon dioksida rendah, maka ketika berada di kapiler paru, sel
hemoglobin dalam cairan sel sampai sekitar 34 gram per 100 mililiter sel.
Konsentrasi ini tak akan melebihi nilai tersebut, karena nilai ini merupakan batas
dapat turun sampai di bawah nilai tersebut, dan volume sel darah merah juga
dapat menurun karena jumlah hemoglobin yang mengisi sel menjadi berkurang.
zat berikut:
2. Bagian ion hidrogen asam (H+) dari asam karbonat yang terionisasi, yang
3. Karbon moksida (CO). Gas ini dalam keadaan normal tidak terdapat pada
mmHg; pada tekanan ini, hemoglobin kira-kira 96% jenuh oleh oksigen. Akan
tetapi, di dalam sel-sel otot yang sedang bekerja, tekanan bagian oksigen hanya
kira-kira 26 mmHg karena sel otot menggunakan oksigen pada kecepatan tinggi
Pada saat darah melalui otot kapiler, oksigen akan dibebaskan dari
hemoglobin yang hampir jenuh pada sel darah merah ke dalam plasma darah dan
selanjutnya akan dibawa ke sel otot. Selain membawa oksigen dari paru ke
jaringan, hemoglobin juga membawa dua produk akhir dari respirasi jaringan,
yakni H+ dan CO2, dari jaringan ke paru dan ginjal, dua organ ini terlibat di
dalam ekskresi produk tersebut. Di dalam sel jaringan periferi, bahan bakar
28
Selain membawa hampir semua oksigen yang dibutuhkan dari paru ke jaringan,
hemoglobin mengangkut bagian yang cukup besar, kira-kira 20% dari total
monoksida terhadap hemeprotein bervariasi, mulai dari 30 sampai 500 kali lebih
lebih hebat dibandingkan dengan yang akan dihasilkan oleh anemia dengan
derajat yang sama. Diyakini bahwa karbon monoksida memiliki efek toksik
oksigen. Akan tetapi selama anoksia seluler, karbon monoksida dapat terikat.
29
Pada saat oksigen dari udara kembali ada maka pemindahan karbon monoksida
menjadi lambat.
sebagai berikut:
2. Pemberian oksigen 100%, merupakan hal yang mendasar dengan masker karet
yang ketat, atau menggunakan endotracheal tube pada pekerja yang tidak sadar
agar oksigen benar-benar masuk, yang akan mengurangi waktu paru (half life)
seseorang yang menghirup oksigen 100% atau kadar oksigen lebih tinggi dari
udara biasa di dalam ruang dengan tekanan lebih tinggi dari tekanan udara di
permukaan laut, yaitu > 1 ATA. Awalnya terapi ini ditujukan untuk mengobati
berkembang di berbagai kasus lainnya. Beberapa hal yang diharapkan dari HBOT
adalah peningkatan produksi enzim antioksidan (SOD) akibat produksi ROS pada
tingkat tertentu, dan penggunaan ROS sebagai second messenger dalam proses
luar biasa indeks erythrocyte sedimentation rate (ESR) dan Lansbury penderita
meningkatkan kadar SOD pada tikus model Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK)
Pada konsentrasi rendah hingga sedang, ROS terlibat dalam peran fisiologis,
seluler. Tetapi ketika berlebihan, ROS dapat merusak DNA, lipid seluler, dan
oksigenasi jaringan dapat mengaktifkan faktor endogen lain yang mencegah efek
akibat polusi udara. Infeksi saluran pernapasan tak melulu disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus di dalam tubuh, tetapi juga dikarenakan polusi
udara.
dan sulfur dioksida adalah contoh dari komposisi polusi udara yang mampu
2.7.2 Asma
Penyakit akibat polusi udara lainnya adalah asma. Polusi udara menjadi
salah satu pemicu terjangkitnya asma. Hal ini berbahaya karena asma adalah
salah satu penyakit kronis saluran pernapasan yang diikuti gejala sulit
bernapas, batuk, dan nyeri dada karena adanya penyempitan pada otot dada.
2.7.3 Bronkitis
bronkial. Salah satu penyakit akibat polusi udara ini muncul dengan gejala
batuk berdahak atau tanpa dahak sama sekali. Jika berdahak, umumnya
32
Biasanya bronkitis disebabkan oleh infeksi virus dan polusi udara mampu
memperparahnya.
udara yang disebabkan oleh kelainan jalan napas atau alveolar biasanya
disebabkan oleh paparan signifikan terhadap partikel atau gas berbahaya dan
tidak normal (Agustí A et al., 2019), gejala lain seperti batuk kronik hilang
yang rentan memicu kanker paru-paru, terutama bagi lansia berusia lebih
dari 40 tahun. Salah satu penyakit akibat polusi udara ini pun berisiko bagi
orang yang sering terkena zat dari industri, maupun sering berada di jalan
atau ruangan.
Terapkan pola hidup bersih dan sehat, seperti konsumsi makanan bergizi,
Hewan coba
terpapar asap kendaraan bermotor
Terapi HBO
Hiperoksigenasi
pO2 HbCO
(H2O2)
Nrf2
ARE
Antioksidan gen
ekspresi
Bone marrow Hb
SOD disfunction
ROS
Inflamasi (IL-1β)
SpO2
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual
34
35
Keterangan :
Nrf2 dan Keap1 (Kelch-like ECH-associated protein 1). Setelah terbentuk Nrf2,
mempunyai sistem pertahanan untuk melawan kadar ROS yang tinggi, maka
terjadi penurunan kadar ROS. Dengan menurunnya kadar ROS sehingga sel
inflamasi jaringan paru juga menurun maka kadar IL-1β menurun sehingga
tekanan parsial oksigen (pO2) yang tinggi. Hal ini berakibat kerusakan Hb
3.3 Hipotesis
2. Adanya perbedaan kadar sitokin pro inflamasi IL-1β pada darah tikus
METODOLOGI PENELITIAN
true experimental. Rancangan penelitian ini adalah post test only randomized
control group design. Gambaran desain penelitian ini secara skematis sebagai
berikut:
K0 O1
P S R K1 P1 O2
P2 O3
K2
Gambar 4.1 Desain penelitian
Keterangan:
P = Populasi
S = Sampel
R = Randomisasi
K0 = kelompok kontrol negatif tanpa diberi HBOT dan tanpa paparan asap
kendaraan bermotor
K1 = Kelompok kontrol positif, tanpa diberi HBOT dan diberi paparan asap
kendaraan bermotor
kendaraan bermotor
37
38
P1 = Perlakuan model diberi paparan asap kendaraan bermotor dan tanpa diberi
HBOT
P2 = Perlakuan model diberi paparan asap kendaraan bermotor dan sudah diberi
HBOT
O = Pengamatan
O1 = Pengamatan kelompok K0
O2 = Pengamatan kelompok K1
O3 = Pengamatan kelompok K2
Penelitian ini menggunakan metode post test only control group design. 24
ekor tikus galur wistar (Rattus novergicus) dibagi dalam 3 kelompok yaitu
kontrol negatif tidak diberi intervensi HBOT dan tidak diberi paparan asap
intervensi HBOT dan diberi paparan asap kendaraan bermotor. Pada ketiga
aktifitas SOD, kadar IL-1β dan Hb menganalisis stres oksidatif pada semua tikus
4.2.1 Populasi
Tikus galur wistar berjenis kelamin betina. Tikus berjenis kelamin betina
dipilih karena pada penelitian lain menunjukkan bahwa perempuan yang merokok
39
terlepas dari tingkat intensitas merokok. Bukti yang ditemukan dari penelitian
(Estradiol) di paru telah meningkatkan kadar enzim yang terlibat dalam sintesis
α, dan sejumlah gen yang terkait dengan peradangan lainnya (He F et al., 2017;
4.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah tikus galur wistar, berjenis kelamin betina,
berusia 6-8 minggu dengan berat 180-200 gram yang memenuhi kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi yang telah ditentukan sehingga diharapkan didapatkan hewan
Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi:
a. Hewan coba yang cacat secara anatomi (kaki patah, kuping tidak ada, dsb)
2
d
Keterangan :
kepercayaan 95%
Z 1-β = nilai distribusi baku pada β tertentu = 0,10 atau derajat kepercayaan
90%
= SD (standar deviasi)
(n dibulatkan menjadi 7)
r‘ = 7 (1) = 7,78 = 8
1 – 0,1
simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel acak sederhana dari
populasi sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
c. Variabel Terkontrol:
menggunakan alat
Autoanalizer (Sismex)
- Mikroskop elektron
- Gelas ukur
- Kain flannel
- Sample container
Rajawali Banjaran
- Gunting
- Stop watch
- Oxymetri
45
dengan PM 2,5
- Makanan hewan coba merek Bio Rat produksi PT. Citra Ina
Feedmill
Mississippi
- Ketamine 10%
- Kit SOD
- Kit IL-1β
- Chamber pengecatan
- Xylol
- Alkohol
- Kertas saring
- Kapas
- Spuit
- Jarum sebesar 23 G
- Objek glass
- Deck glass
- Label
46
Hiperbarik Lakesla Drs. Med. R. Rijadi S., Phys Surabaya pada bulan Juli –
Tuah Surabaya.
4.6.1 Aklimatisasi
dan hawa Laboratorium Penelitian Hewan Hiperbarik Lakesla Drs. Med. R. Rijadi
Implikasi etik pada tikus galur wistar sebagai hewan coba mengikuti
animal ethic. Hal yang perlu di laksanakan sesuai etik antara lain perawatan tikus
dalam kendang yaitu pemberian makan dan minum, aliran udara ke dalam ruang
seminggu istirahat 2 hari lalu 5 hari seminggu dengan jarak waktu 1 jam paparan,
47
diikuti dengan 30 menit istirahat sebanyak 4x setiap jam 08.00-09.00 WIB, 10.00-
bermotor Honda 2,5 PM selama 2x5 hari ( berturut-turut 5 hari diselingi istirahat
peneitian yang khusus untuk hewan coba. Pemberian oksigen dengan kadar lebih
tinggi dari udara biasa di dalam ruang bertekanan tinggi (RBT) yang terbuat dari
baja (hyperbaric chamber) pada suhu ruangan 28oC dan kelembaban udara 50%.
Dalam hal ini adalah menghisap O2 100% 1,7 ATA selama 3 x 30 menit interval
dalam animal chamber atau RUBT penelitian yang khusus untuk hewan coba.
pembiusan. Darah pada tikus diambil langsung dari jantung pada ventrikel secara
M, et al., 2017).
produksi dari Bioassay Technology Laboratory, dibaca oleh ELISA. SOD tampak
2016).
menjadi formazan dan menjadi berwarna ungu. SOD dapat menghambat reduksi
Kit Superoxide Dismutation dengan metode kolorimetri. Data yang diperoleh dari
Pengukuran IL-1β dengan sampel serum darah tikus galur wistar dengan
preparat histologi organ paru dibuat pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) dan
dari sudut kiri, kanan, bagian atas, bagian bawah, serta bagian tengah dari preparat
4.6.7.3 Pemeriksaan Hb
1. Pengumpulan data
Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian akan diolah secara
versi 22. Variable terikat yang diuji pada penelitian ini merupakan skala numerik,
lakukan uji analisa deskriptif terlebih dahulu. Pada uji analisa deskritptif, data
apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, maka
akan dilanjutkan dengan uji homogenitas Levene untuk mengetahui varian sampel
berbeda atau tidak. Jika data berdistribusi normal dan homogen menggunakan uji
parametrik yaitu Anova. Apabila data tidak berdistribusi normal atau data tidak
homogen, maka data akan diolah menggunakan uji non-parametrik yaitu uji
Mann-Whitney U.
51
Analisis data
Hiperbarik LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi S., Phys Surabaya. Pengukuran variabel
penelitian dilakukan pada kelompok hewan coba normal atau kelompok kontrol negatif
(K0), hewan coba model terpapar asap kendaraan bermotor yang tidak diberi HBOT atau
kelompok kontrol positif (K1) dan kelompok hewan coba model terpapar asap kendaraan
bermotor yang diberi HBOT atau kelompok perlakuan (K2). Hasil penelitian terhadap
serum darah hewan coba tikus galur wistar betina yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 24 ekor. Selama proses pembuatan hewan coba model terpapar asap kendaraan
atau proses pengasapan ada 2 (dua) hewan coba yang mati yaitu dari kelompok K1
sebanyak 1 ekor dan pada kelompok K2 sebanyak 1 ekor sebelum dimulai proses HBOT
menghisap O2 100% 3x30 menit interval 2x5 menit menghisap udara biasa pada tekanan
1,7 ATA selama 10x berturut-turut sehingga tikus yang tersisa ada 22 ekor.
Hasil pemeriksaan kadar SOD yang berasal dari serum darah hewan coba
kelompok kontrol negatif (K0), kelompok kontrol positif (K1), dan kelompok perlakuan
(K2). Data hasil pemeriksaan SOD dilakukan uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk
Setelah diketahui data berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan analisa
data menggunakan uji ANOVA yang hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata
kadar SOD pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan kelompok perlakuan. (p =
52
53
Hasil uji Post Hoc Turkey menunjukkan perbedaan rata-rata kadar SOD yang
bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif (p = 0,007; p
<0,05), kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan (p = 0,002; p < 0,05) dan
tidak terdapat perbedaan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan (p
Hasil pemeriksaan kadar IL-1β yang berasal dari serum darah hewan coba
kelompok kontrol negatif (K0), kelompok kontrol positif (K1) dan kelompok perlakuan
(K2). Data hasil pemeriksaan IL-1β dilakukan uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk
Karena data tidak homogen maka dilakukan analisa data menggunakan uji Kruskal
Wallis yang hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata kadar IL-1β pada
kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan kelompok perlakuan (p = 0,004; p <
Hasil uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan rata-rata kadar IL-1β yang
bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif (p = 0,002; p
< 0,05), kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan (p = 0,002; p < 0,05) dan
tidak terdapat perbedaan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan (p
Hasil pemeriksaan kadar Hb yang berasal dari serum darah hewan coba pada
kelompok kontrol negatif (K0), kelompok kontrol positif (K1), dan kelompok perlakuan
dan dinyatakan data tidak berdistribusi normal. Karena data tidak berdistribusi normal
maka dilakukan analisa data menggunakan uji Kruskal Wallis yang hasilnya
kontrol positif dan kelompok perlakuan (p = 0,004; p < 0,05) seperti yang
Hasil uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan rata-rata kadar ILHb yang
bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif (p = 0,004; p
< 0,05), kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan (p = 0,006; p < 0,05) dan
Gambar 5.1. Grafik perbedaan rata-rata kadar SOD, IL-1 dan hemoglobin antara
kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan kelompok perlakuan
BAB 6
PEMBAHASAN
stres oksidatif melalui analisis SOD, IL-1β dan Hb pada tikus yang terpapar asap
post test only control group design selama 49 hari yang dilakukan di
Hang Tuah Surabaya tentang pengukuran kadar aktifitas enzim SOD, IL-1β dan
Hasil penelitian terhadap serum darah hewan coba tikus galur wistar betina
yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 24 ekor. Selama penelitian ada 2 (dua)
hewan coba yang mati yaitu dari kelompok hewan coba model terpapar asap
kendaraan tanpa pemberian HBOT atau kelompok kontrol positif (K1) 1 ekor dan
kelompok hewan coba model terpapar asap kendaraan dengan pemberian HBOT
atau kelompok perlakuan (K2) 1 ekor sehingga yang ada tinggal 22 ekor.
Kemudian ketiga kelompok ini dilakukan pengambilan sampel serum darah untuk
mengetahui kadar SOD, IL-1β dan Hb tiap tikus pada tiap kelompok.
56
57
menurunkan stress oksidatif pada hewan coba model terpapar asap kendaraan.
data yang diperoleh berupa data kuantitatif. Hasil analisis statistik deskriptif
didapatkan bahwa tidak semua data variabel berdistribusi normal dan tidak
dan perilaku dengan manusia. Tikus lebih dapat diandalkan sebagai model
sangat mungkin berbeda antara dua spesies. Pertimbangan lain adalah mudah
didapat, murah, mudah perawatan, mudah bertahan hidup dan beradaptasi dengan
(Szpirer C, 2020).
Pembuatan hewan model coba terpapar asap kendaraan ini sesuai dengan
hewan model coba Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) oleh He F dkk pada
tahun 2017. Tikus galur Wistar sebanyak 24 dilakukan adaptasi selama 7 hari.
5 hari seminggu istirahat 2 hari lalu 5 hari seminggu dengan jarak waktu 1 jam
Konsep dosis HBOT berasal dari definisi HBOT sebagai obat. Dosis
HBOT meliputi kadar O2, kedalaman tekanan, durasi, interval dan frekuensi.
Penelitian ini menggunakan oksigen 100% pada tekanan 1,7 ATA selama interval
3x30 menit 2x5 menit menghirup udara normal selama 10 kali yaitu selama 5 hari
dalam animal chamber atau RUBT penelitian yang khusus untuk hewan coba.
59
Dosis tekanan 1,7 ATA ini merupakan dosis yang lebih rendah dari dosis
standar yaitu dosis 2,4 ATA yang sering digunakan oleh LAKESLA untuk
menurun (LiY, Dai Y & Guo Y, 2018) . Jika diberi tekanan yang tinggi maka
barotrauma paru (Heyboer M, 2016; Gawdi R and Cooper JS, 2021). Barotrauma
adalah kerusakan fisik pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh perbedaan
tekanan antara ruang gas di dalam, atau bersentuhan dengan tubuh, dan cairan di
tekanan ambien yang signifikan, seperti ketika penyelam scuba, penyelam bebas
atau penumpang pesawat terbang naik atau turun, atau selama dekompresi bejana
tekan yang tidak terkendali, tetapi itu juga dapat terjadi karena gelombang kejut.
dalam jaringan, di mana pergerakan udara normal sebagian besar bersifat pasif.
Kadar O2 yang digunakan lebih tinggi dari udara biasa diharapkan dengan
tekanan pO2 lebih maka faktor transkripsi HIF-1α akan lebih menurun walaupun
berisiko terbentuknya ROS yang lebih tinggi juga, seperti yang dikemukakan
(ROS) (Thom SR, 2011). Bahkan ROS tinggi dapat menstimulasi terjadinya stres
60
oksidatif yang justru menginduksi peradangan (Mateen S et al., 2016). Kedua hal
yang tampaknya bertentangan ini adalah salah satu hal yang membuat peneliti
tertarik untuk meneliti. Tekanan lebih tinggi yang digunakan pada penelitian ini,
sesuai yang dikemukakan oleh Eggleton dkk yaitu tidak melebihi 3 ATA (setara
dengan kedalaman 20 meter di air laut) dan durasi perawatan untuk terapi elektif
umumnya tidak melebihi 2 jam dalam satu sesi masih dianggap aman (Eggleton P,
Pada penelitian ini juga didapatkan peningkatan kadar SOD yang signifikan
pada kelompok perlakuan hewan coba model terpapar asap kendaraan yang di
terapi HBOT (K2) dibandingkan dengan kelompok kontrol positif tanpa di terapi
HBOT (K1). Hal ini dikarenakan paparan HBOT menyebabkan stres oksidatif
yang signifikan pada awal pemberian terapi, namun pada paparan berlanjut stres
oksidatif yang di induksi akan terjadi proses adaptif dan sinyaling dari antioksidan
sangat penting terhadap stres oksidatif dalam tubuh. SOD dibentuk dari regulasi
(Nrf2) memainkan peran penting dalam ekspresi basal dan inducible yang
dimediasi ARE lebih dari 200 gen yang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
kategori termasuk gen antioksidan dan enzim detoksifikasi fase II (Chen, Zhang
and Cai, 2014). Enzim SOD bertindak sebagain agen terapeutik yang baik
terhadap penyakit yang dimediasi ROS. SOD memliki beberapa efek terapeutik
61
seperti pada kondis fisiologis, patologis seperti kanker, penyakit inflamasi, kistik
fibrosis, dan iskemia. ROS termasuk O2- dan produk reaksinya peroksinitrit
memiliki peran penting dalam cedera endotel dan jaringan yang terkait dengan
iskemia atau reperfusi. Penghapusan O2- dan peroxynitrite oleh SOD mimetic
yang terkait dengan iskemia dan perfusi dan memiliki efek yang menguntungkan
Pada penelitian ini, untuk memperbaiki kerusakan jaringan paru hewan coba
model terpapar asap kendaraan yang di akibatkan ROS maka dilakukan terapi
menjadi langkah penting dalam resolusi peradangan. SOD dapat berfungsi sebagai
agen penghambat peradangan yang dimediasi neutrofil dan dapat berdiri untuk
pendekatan terapi baru untuk kerusakan jaringan yang bergantung pada ROS yang
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terapi HBOT 1,7 ATA dengan
durasi 3x30 menit, dengan interval 5 menit menghirup udara biasa yang dilakukan
inflamasi maupun gejala pada tikus galur wistar betina model terpapar asap
yaitu SOD dengan signifikansi p = 0,000 (p < 0,05) yang dapat mengurangi
kerusakan jaringan akibat ROS pada serum darah tikus galur wistar model PPOK .
Sehinggga dapat disimpulkan tikus galur wistar model terpapar asap kendaraan
terapi HBOT 1,7 ATA dengan durasi 3x30 menit, dengan interval 5 menit
dari segi inflamasi dapat memperbaiki kondisi klinis, dan membantu mengurangi
IL-1β yang signifikan pada kelompok perlakuan hewan coba model PPOK yang
tidak di terapi OHB (K1) dengan signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05)
dimana sitokin pro inflamasi yang meningkat ini terjadi akibat meningkatnya
transkripsi dari TNF-α dan interleukin yang diregulasi oleh NF-κB selama
inflamasi berlangsung, dimana sitokin utama yang berperan pada PPOK adalah
IL-1β. (He et al., 2017; Barnes, 2016; Imtiyaz & Simon, 2010).
IL-1β merupakan sitokin proinflamasi yang berasal dari keluarga IL-1 yang
sistem imun bawaan. IL-1 memiliki fungsi biologis yang sangat luas, termasuk
leukocytic pyrogen, yang merupakan sebuah mediator dari demam dan mediator
leukositik endogen, serta menginduksi berbagai komponen dari respon fase akut
menuju protein kompleks dan meningkat pada paru pasien PPOK. Akumulasi
Pada penelitian ini dalam menurunkan reaksi inflamasi yang terjadi pada
hewan coba model PPOK maka dilakukan terapi HBOT, Terapi HBOT memiliki
beberapa efek, kadar CRP yang menurun menyebabkan menurunnya infiltrasi sel
inflamasi seperti monosit pada persinyalan HIF-1α. Terapi OHB juga terlibat
dalam penurunan pelepasan sitokin inflamasi dari sel monosit yang diperantarai
oleh HSP70 (heat shock proteins 70) dan HO-1 (heme oxygenase-1). Terapi OHB
nitrogen species). Pada saat kondisi hypoxia dengan inflamasi akan diikuti dengan
factor - 1α). Persinyalan HIF-1α yang teraktivasi akan mengarah kepada ekspresi
mRNA Catalase (CAT) dan Glutathione peroxidase 1 (GPx1) yang lebih tinggi
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terapi OHB 1,7ATA dengan durasi
3x30 menit, dengan interval 5 menit menghirup udara biasa yang dilakukan
inflamasi maupun gejala pada tikus galur wistar model PPOK melalui penurunan
ROS yang dapat menghambat regulasi dari sitokin pada serum darah tikus galur
64
wistar model PPOK, juga meningkatkan kadar sitokin anti inflamasi seperti IL-10.
oenurunan ROS dan membaiknya gejala inflamasi setelah menjalani terapi OHB
1,7 ATA dengan durasi 3x30 menit, dengan interval 5 menit menghirup udara
biasa yang dilakukan selama 10 hari berturut-turut. Perbaikan dari segi inflamasi
dapat memperbaiki kondisi klinis pasien, dan membantu mengurangi gejala yang
perlakuan (K2) hewan coba model asap kendaraan yang diberi HBOT
dibandingkan dengan kelompok kontrol positif hewan coba model terpapar asap
kendaraan yang tidak diberi HBOT (K1). Kondisi anemia yang di akibatkan
rendahnya kadar Hb adalah kondisi umum pada pasien dengan PPOK berat.
oksigen melintasi alveolocapillary bed dan mengurangi kapasitas difusi paru (Guo
kerusakan pada membran eritrosit, eritrosit menjadi mudah dilisis, dan jumlah
eritrosit turun maka jumlah Hb turun (Meikawati, Wulandari, 2013). ROS yang
Richardson, Yan and Vestal, 2015) Dasar dari terapi HBOT adalah tiga faktor
utama: (1) Dengan bernapas 100% O2, gradien positif, sehingga mendukung
tekanan tinggi, konsentrasi O2 dalam darah timbul sesuai dengan Hukum Henry
(jumlah gas yang terlarut dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan parsial),
dan (3) mengurangi ukuran gelembung gas dalam darah dengan Hukum Boyle-
Mariotte dan Hukum Henry. Dengan kata lain, penciptaan lingkungan hiperbarik
mengatasi hipoksia jaringan dan menyebabkan kadar ROS menurun (Ortega et al.,
2021).
oksigen, HBOT dapat digunakan sebagai terapi untuk memasok oksigen secara
dalam konsentrasi yang meningkat dalam plasma rendah sel darah merah atau
diresusitasi. Selain itu pada pasien anemia subakut dan kronis, denyut nadi,
kelompok perlakuan hewan coba model terpapar asap kendaraan yang diterapi
HBOT (K2) dibandingkan dengan kelompok kontrol positif hewan coba model
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan didapatkan
kesimpulan bahwa:
bahwa pemberian terapi OHB 1,7 ATA dengan durasi 3x30 menit, dengan
interval 5 menit menghirup udara biasa yang dilakukan selama 10 hari berturut-
turut dapat menurunkan stres oksidatif dan meningkatkan kadar SOD secara
kadar IL-1β pada serum darah hewan coba model terpapar asap kendaraan yang
dan hipoksia, maka terjadi perbaikan gejala klinis hewan coba model terpapar
asap kendaraan.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa hal yang
66
67
diketahui dosis optimal HBOT pada hewan coba model terpapar asap
DAFTAR PUSTAKA
Agustí, A, Celli, BR, Chen, R, Criner G, Frith, P & Halvin, D 2019, ‗Pocket
guide to COPD diagnosis, management, and prevention: A guide for health care
professionals‘, Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Inc., pp.
1–43
Ayuningtyas, C 2019, 'Study cross sectional: Kadar HbCO pada arah mekanik
bengkel sepeda motor di surabaya,' Jurnal Kesehatan Lingkungan, 11: 4 ISSN:
1829 - 7285
Bent, R, Moll, L, Grabbe & Bros, M 2018,' Interleukin-1 Beta—A Friend or Foe
in Malignancies?', Int J Mol Sci. 19(8): 2155.
Brandsma, CA, Berge, M, Hackett, TL, Brusselle, G & Timens, W 2019, 'Recent
advances in chronic obstructive pulmonary disease pathogenesis: from disease
69
Charan, J & Biswas, T 2013, ‗How to Calculate Sample Size for Different Study
Designs in Medical Research?‘, Indian J Psychol Med, 35(2), pp.121–126.
Chen, J, Zhang, Z & Cai, L 2014, ‗Diabetic cardiomyopathy and its prevention
by Nrf2: Current status‘, Diabetes and Metabolism Journal, 38(5), pp. 337–345.
Domej, W, Oettl, K & Renner, W 2014, 'Oxidative stress and free radicals in
COPD –implications and relevance for treatment', International Journal of COPD
9(default):1207-1224
Finkel T 2011, ' Signal transduction by reactive oxygen species', J Cell Biol. 2011
Jul 11;194(1):7-15.
Greenpeace Indonesia 2021, 'The Indonesia and the World Health Organization‘s
Air Quality Guidelines', 22nd September 2021
70
Hall, EJ 2010, 'Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall.Ed.11. Jakarta :
EGC
Haruna, Lahming, Amir F, Asrib AR, 2019, 'Pencemaran Udara Akibat Gas
Buang Kendaraan Bermotor Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan', UNM
Environmental Journals Volume 2 Nomor 2 April 2019 Hal. 57 – 61
He, F, Liao, B, Pu, J, Li, C, Zheng, M, Huang, L, Zhou Y, Zhao, D, Li, B & Ran,
P 2017, ' Exposure to Ambient Particulate Matter Induced COPD in a Rat Model
and a Description of the Underlying Mechanism', Scientific Reports | 7:45666
Supplement 1
Kany S, Vollrath, JT & Relja, B 2019, ' Cytokines in Inflammatory Disease', Int J
Mol Sci. 2019 Dec; 20(23): 6008.
Kilowasid, LMH, Herlina, H, Syaf, LO, Safuan, M, Tufaila, S, Leomo, B & Kim,
JJ, Kim, YS & Kumar, V 2019, ‗Heavy metal toxicity: An update of chelating
therapeutic strategies‘, Journal of Trace Elements in Medicine and Biology,
54(March), pp. 226–231.
Lee, H, Jhun, BW, Cho, J, Yoo, KH, Lee, JH, Kim, DK, Lee, JD, Jung, K, Lee,
JY & Park, HY 2017, ' Different impacts of respiratory symptoms and
comorbidities on COPD-specific health-related quality of life by COPD severity',
Int J Chron Obstruct Pulmon Dis, 13;12:3301-3310.
Li, Y, Dai, Y & Guo, Y 2018, 'The pulmonary damage caused by smoking: A
longitudinal study', Technol Health Care. 2018; 26(Suppl 1): 501–507.
72
Murray, RK, Granner, DK, Mays, PA & Rodwell, VW 2014 'Harper's Illustrated
Biochemistry 26th edition', a Lange Medical Book
Osei, ET, Brandsma, CA, Timens, W, Heijink, IH & Hackett, T 2020, 'Current
perspectives on the role of interleukin-1 signalling in the pathogenesis of asthma
and COPD', European Respiratory Journal 55: 1900563
PDPI 2011, 'PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) Pedoman Diagnosa dan
Penatalaksanaan', Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2011
Pandey S, Garg R, Kant S & Gaur P 2018, ' Chronic Obstructive Pulmonary
Disease with Anemia as Comorbidity in North Indian Population', Adv Biomed
Res. 2018; 7: 152.
Quaderi, SA & Hurst, JR 2018, ‗The unmet global burden of COPD‘, Global
Health, Epidemiology and Genomics, 3, pp. 4–6.
Razdan, PS, Buteau, D & Pollock, NW 2019, 'A case of Löfgren‘s syndrome
confused with decompression sickness', Diving Hyperb Med. 2019 Dec; 49(4):
306–310.
Suman S & Sheuli S 2021, ' Therapeutic effects of hyperbaric oxygen: integrated
review', Med Gas Res. 11(1): 30–33.
Thom SR. 2011, ‗Hyperbaric oxygen – its mechanisms and efficacy. US National
Library of Medicine National Institutes of Health‘, Plast Reconstr Surg, 127(1),
pp.131S–141S.
WHO 2021, 'New WHO Global Air Quality Guidelines aim to save millions of
lives from air pollution', 22 Sept 2021
Winarsi H 2027, 'Antioksidan Alami & Radikal Bebas, Potensi dan Aplikasinya
Dalam Kesehatan', Buku. Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang
Webb, KL, Dominelli, PB, Baker, SE, Klassen, SA, Joyner, MJ, Senefeld, JW &
Wiggins, CC 2022, 'Influence of High Hemoglobin-Oxygen Affinity on Humans
During Hypoxia, Front. Physiol., 14 January 2022
LAMPIRAN 1
JADWAL PELAKSANAAN
N Pelaksanaan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
o
1 Menyusun
proposal dan
mengurus
perizinan
2 Melaksanakan
penelitian
3 Analisis data
dan
interpertasi
4 Penyusunan
laporan
76
Kelompok
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Minimum .010
Maximum .014
Range .004
Interquartile Range .003
Skewness -.256 .794
Kurtosis -.968 1.587
K2 Mean .01529 .000286
95% Confidence Interval for Lower Bound .01459
Mean Upper Bound .01598
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
IL1b K0 Mean .15386 .010962
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
IL1b 21 5.64671 6.240040 .125 21.689
Kelompok 21 2.00 .837 1 3
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank
IL1b K0 7 4.00
K1 7 15.57
K2 7 13.43
Total 21
83
Test Statisticsa,b
IL1b
Chi-Square 13.853
df 2
Asymp. Sig. .001
NPar Tests
84
85
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
NPar Tests
88
89
90
91
Kit ELISA