Anda di halaman 1dari 79

STIKes KHARISMA

HUBUNGAN KEPATUHAN PENGOBATAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI DI POLI DALAM RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KARAWANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Yuda Hudaya
0433131420113093

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316
KARAWANG, FEBRUARI 2015

STIKes KHARISMA
HUBUNGAN KEPATUHAN PENGOBATAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI DI POLI DALAM RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KARAWANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Meraih Gelar Sarjana Keperawatan

Yuda Hudaya
0433131420113093

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1


STIKes KHARISMA KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316
KARAWANG, FEBRUARI 2015

HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama
: Yuda Hudaya
NIM

: 0433131420113093

Program Studi

: Keperawatan Strata I

Judul Skripsi

Hubungan Kepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian


Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit
Umum Daearah Karawang Tahun 2015

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Keperawatan Strata 1 STIKes Kharisma Karawang
DEWAN PENGUJI
Penguji I

Hj. Lilis Suryani, M.Kep, M. MKes

Penguji II

Ns. Erni Rita, S. Kep, M. Epid

Penguji III

Abdul Gowi, Ns. M.Kep, Sp.Kep.J

Ditetapkan

: Karawang

Tanggal

Mengetahui
Ka Prodi Keperawatan Strata 1 STIKes Kharisma Karawang

Hj. Lilis Suryani, M.Kep, M. MKes

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Kepatuhan
Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit
Umum Daerah Karawang Tahun 2015
Peneliti menyadari telah banyak bantuan yang peneliti dapatkan dalam
menyelesaikan penelitian ini, untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih terutama kepada :
1. H. Adang Padjri, SPD selaku Ketua Yayasan Yadikha 92
2. Uun Nurjanah, S.Kep, M.MKes, Selaku Ketua STIKes Kharisma Karawang.
3. Hj. Lilis Suryani, M.Kep, M.MKes Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Kharisma Karawang dan Pembimbing kesatu.
4. dr. Asep Hidayat Lukman, MM, selaku Direktur RSUD Karawang
5. Ateng Dermawan SKM, Selaku Kepala Bidang Keperawatan RSUD
Karawang.
6. Ibu Ns. Erni Rita, S.Kep, M.Epid, Selaku Dosen Pembimbing kedua dalam
penyusunan penelitian.
7. Seluruh dosen STIKes Kharisma Karawang khususnya Prodi Keperawatan
Strata 1, yang telah memberikan banyak ilmu dan bimbingannya selama
penulis mengikuti perkuliahan.
8. Yang tercinta (Istri dan anak-anak) yang telah memberikan kasih sayang dan
semangat untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan Non Reguler khususnya angkatan
2013-2014 yang telah memberikan dorongan, bantuan dan semangat
sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
10. Responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan suatu
kesimpulan yang dapat bermanfaat.
Dengan segenap kerendahan hati dan keterbatasan yang dimiliki, peneliti
menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan

penelitian keperawatan ini, akhirnya semoga penelitian ini dapat berguna bagi
semua pihak khususnya peneliti dan pengembangan profesi keperawatan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Karawang, Februari 2015
Pen
eliti

PROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA
Skripsi, Februari 2015
Yuda Hudaya
4

Kepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang


Berobat Di Poli Rawat Jalan RSUD Karawang 2015
xi + 63 hal + 13 tabel + 2 Skema + 8 lampiran
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular yang menjadi
masalah kesehatan yang sangat serius. Penyakit ini dikategorikan sebagai the
silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya, Keberhasilan pengobatan pada
pasien hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu di antaranya
adalah kepatuhan dalam pengobatan yaitu diantaranya kepatuhan minum obat,
kepatuhan diet hipertensi, dan kepatuahn kontrol tekanan darah, sehingga pasien
hipertensi dapat mengendalikan tekanan darah dalam batas normal.. Penelitian
ini menggunakan pendekatan cross sectional karena peneliti melakukan
pengukuran atau penelitian dalam satu waktu. Populasi pada penelitian ini adalah
450 responden, untuk pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik
random sampling yaitu ada 40 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara diantaranya kepatuhan minum obat (p value:
0,002), kepatuhan diet hipertensi (p value: 0,016), dan kepatuhan kontrol tekanan
darah (p value: 0,007) dengan kejadian Hipertensi artinya semakin patuh pasien
dalam pengobatan maka kejadian hipertensi dapat diminimalisir.
Rekomendasi: Meningkatkan kepatuhan pengobatan dengan cara mengurangi dan
menghindari faktor risiko, serta penyuluhan tentang penanganan dan
penatalaksanaan hipertensi
Kata Kunci : Kepatuhan, Hipertensi, Pengobatan
Daftar Pustaka : 37 (2002 2014)

BACHELOR OF NURSING PROGRAM


INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE KHARISMA
Thesis, February 2015
Yuda Hudaya

Relation Of Treatment Adherence In Patients With Hypertension Incident In


Patient Seeking Treatment In The Internist Outpatient In Karawang General
Hospital 2015.
xi + 63 page + 13 table + 2 scheme + 8 attachment
ABSTRACT
Hypertension is one of the Communicable Diseases are becoming a very serious
health problem. The disease is categorized as the silent disease because the
patient does not know he suffered from hypertension before their blood pressure
checked, Successful treatment of hypertensive patients is influenced by several
factors, one of which is that such treatment compliance in medication adherence,
diet adherence hypertension, and the submission of control blood pressure, so that
hypertensive patients can control blood pressure within normal limits.. This study
used a cross-sectional approach.. The population in this study was 450
respondents, for sampling studies using random sampling techniques that there
are 40 respondents. The results showed no significant relationship between such
medication adherence (p value: 0.002), hypertension dietary adherence (p value:
0.016), and compliance controls blood pressure (p value: 0.007) with the
incidence of hypertension means that the adherent patients in the treatment
hypertension can be minimized
Recommendation: Increase longer treatment adherence by reducing and avoiding
risk factors, as well as the extension of the handling and management of
hypertension
Keywords: Adherence, Hypertension, Treatment
Bibliography : 37 (2002 2014)

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................ ii


KATA PENGANTAR .................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................... v
ABSTACT ................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................... ix
DAFTAR SKEMA......................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xi
BAB I

PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 9


A. Konsep Hipertensi .................................................... 9
1. Pengertian ..................................................

2. Klasifikasi .....................................................

3. Faktor Risiko Hipertensi ................................

10

4. Manifestasi Klinis ..........................................

1
1

5. Klasifikasi Hipertensi ....................................

11

6. Patofisiologi....................................................................

13

1
4
1
8. Manajemen Hipertensi...................................................
6
2
9. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi
2
Hipertensi.....................................................
2
B. Konsep Kepatuhan....................................................
4
7. Komplikasi.....................................................................

1. Definisi...................................................................
24
2
2. Kepatuhan Pasien Hipertensi.....................................................
5
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
26
kepatuhan dalam pengobatan hipertensi..............

3
4. Pendekatan Untuk Meningkatkan Kepatuhan........
1
5. Tingkat Ketidakpatuhan ............................................................
31

BAB III

BAB IV

3
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketidakpatuhan..................
2
3
C. Kerangka Teori .............................................................................
4
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
3
OPERASIONAL ........................................................... 5
3
A. Kerangka Konsep dan Variabel Penelititan ..................................
5
3
B. Definisi Operasional.....................................................................
6
3
C. Hipotesis ......................................................................................
7
METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 38
A. Desain Penelitian .......................................................................... 38
B. Populasi dan Sampel .................................................................... 38
C. Tempat dan Waktu penelitian ...................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................... 40

BAB V

E. Etika Penelitian ...................................................... 41


4
F. Instrumen Penelitian .............................................
2
4
G. Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen ......................................
2
4
H. Pengolahan Dan Analisa Data .....................................................
5
4
I. Analisa Data .................................................................................
6
HASIL PENELITIAN .................................................... 48
A. Analisa Univariat ..................................................... 48

BAB VI

BAB VII

B. Analisa Bivariat ...................................................... 50


5
PEMBAHASAN ............................................................
4
5
A. Keterbatasan penelitian ..........................................
4
5
B. Analisa Hubungan Variabel......................................
4
C. Implikasi........................................................................................ 61
6
PENUTUP....................................................................................
2

6
A. Kesimpulan ...................................................................................................
2
6
B. Saran..............................................................................................................
2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 5.1

Klasifikasi Hipertensi
Diet Bagi pasien Hipertensi
Penatalaksanaan Pengobatan Hipertensi
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kisi Kisi Kuesioner Variabel Kepatuhan Pengobatan
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kepatuhan Minum Obat

9
18
19
36
36
44
48

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Kepatuhan Diit Hipertensi

49

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Kepatuhan Kontrol

49

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Kepatuhan Kejadian Hipertensi

50

Tabel 5.5

Analisa Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan


Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015

50

Tabel 5.6

Analisa Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi


dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015

51

Tabel 5.7

Analisa Hubungan Kepatuhan Kontrol dengan


Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015

52

DAFTAR SKEMA
Skema 2.1

Kerangka Teori .........................................................................

34

Skema 3.1

Kerangka Konsep Penelitian .....................................................

35

10

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2

Surat Ijin Penelitian dari RSUD Karawang

Lampiran 3

Permintaan menjadi responden

Lampiran 4

Pernyataan persetujuan

Lampiran 5

Kuesioner

Lampiran 6

Data Penelitian

Lampiran 7

Lembar Konsul

Lampiran 8

Daftar Riwayat Hidup

BAB I

11

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut
WHO dikatakan hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg dan atau
tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik 90
dan atau tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (WHO
dalam Taufan Nugroho, 2011).
Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
menjadi masalah kesehatan yang sangat serius. Penyakit ini dikategorikan
sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Pada
umumnya hipertensi terjadi pada seseorang yang sudah berusia lebih dari 40
tahun atau yang sudah masuk pada kategori usia pertengahan (Purnomo,
2009)
Hampir dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang
mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik.
Diperkirakan pada tahun 2025 kasus hipertensi terutama di negara
berkembang akan mengalami peningkatan sekitar 80% dari 639 juta
kasus di tahun 2000, menjadi 1,15 milyar kasus. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 melaporkan bahwa prevalensi hipertensi pada
penduduk umur 18 tahun keatas di Indonesia cukup tinggi yaitu
mencapai 31,7% dimana penduduk yang mengetahui dirinya menderita
hipertensi hanya 7,2% dan yang minum obat antihipertensi hanya 0,4%
(WHO, 2011).

Hasil analisis data Riskesdas tahun 2007/2008 dengan unit analisis Rumah
Tangga, menunjukkan gambaran bahwa hanya 82,5 % Rumah Tangga yang
bebas Hipertensi. Hal ini berarti jika di Indonesia ada sekitar 63.031.114
Rumah Tangga dengan 4 Anggota Rumah Tangga, maka terdapat 52.000.689
rumah tangga yang bebas hipertensi dan masih terdapat 11.030.425 Rumah
Tangga yang dibayang-bayangi penyakit hipertensi anggota keluarganya.
Bahkan diantaranya terdapat 2 orang anggota rumah tangga yang mengidap
penyakit hipertensi dalam Rumah Tangganya. Bisa dibayangkan bila ke 2
orang Anggota Rumah Tangga dalam Rumah Tangga itu secara bersamaan
terserang Jantung atau Stroke akibat Hipertensi apabila dibandingkan dengan
kondisi hasil Riskesdas 2013 (unit analisisnya Individu) terjadinya penurunan
prevalensi hipertensi dari 31,7 % menjadi 25,8 % secara Nasional (EllisaDebe, 2014 dalam Kompasiana.com, Hipertensi The Silent Killer Of death).
Keberhasilan
beberapa

pengobatan

faktor, salah

pada
satu

pasien

di

hipertensi dipengaruhi

antaranya adalah

kepatuhan

oleh
dalam

pengobatan yaitu diantaranya kepatuhan minum obat, kepatuhan diet


hipertensi, dan kepatuahn kontrol tekanan darah, sehingga pasien hipertensi
dapat mengendalikan tekanan darah dalam batas normal. Tetapi 50% dari
pasien

hipertensi

tidak

mematuhi anjuran

petugas

kesehatan untuk

mengonsumsi obat, yang menyebabkan banyak pasien hipertensi yang


tidak dapat mengendalikan tekanan darah dan berujung pada kematian
pasien (Morisky & Munter, 2009).

Ada 2 faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien Hipertensi dalam


mengkonsumsi obat yaitu faktor ekternal dan faktor internal. Faktor eksternal
meliputi dampak pendidikan dan kesehatan, hubungan antara pasien dengan
petugas kesehatan serta dukungan dari lingkungan sosial dan keluarga. Faktor
internal meliputi usia, latar belakang, sikap dan emosi yang disebabkan oleh
penyakit yang diderita, dan kepribadian pasien (Niven 2002; Jaya 2009; Feuer
Stein, dkk dalam Anggina dkk, 2010).
Penelitian tentang Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Pasien Hipertensi Di
Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A Dan Tipe B oleh Putu Kenny
Rani Evadewi & Luh Made Karisma Sukmayanti S mmberikan hasil bahwa
Hasil

penelitian

menunjukkan

terdapat

perbedaan

kepatuhan

mengonsumsi obat antara pasien hipertensi dengan kepribadian tipe A dan


B (signifikansi p=0,001). Secara keseluruhan lebih didominasi subjek yang
memiliki kepatuhan mengonsumsi obat buruk (189 orang) dibandingkan
dengan subjek yang memiliki kepatuhan mengonsumsi obat baik (78
orang).

Selain

itu,

hasil

analisis

kepatuhan

mengonsumsi

obat

berdasarkan usia, jenis kelamin, lama mengalami hipertensi menunjukkan


lebih banyak subjek berjenis kelamin laki-laki, berusia 52 hingga 59
tahun, mengalami hipertensi 6 sampai 10 tahun yang mungkin ikut berperan
dalam kepatuhan mengonsumsi obat pada subjek penelitian.
Ketidakpatuhan dengan program terapi merupakan masalah yang besar
pada pasien

hipertensi.

Menurut

Hanns,

2008

menjelaskan

bahwa

diseluruh dunia sekitar 20% dari semua pasien hipertensi yang di


diagnosis untuk minum obat yang diresepkan oleh dokter sedangkan

menurut

Departemen

Kesehatan

2006, hanya

50%

pasien

yang

diresepkan obat antihipertensi tidak minum obat sesuai anjuran tenaga


kesehatan. Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi dengan

minum obat

antihipertensi dapat menyababkan komplikasi pada penyakit hipertensi


sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ meliputi otak, karena
hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian
kerusakan pada jantung, hipertensi meningkatkan beban kerja jantung
yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan risiko
gagal jantung dan serangan jantung. Selain kerusakan otak dan jantung
karena kondisi hipertensi yang memburuk, gagal ginjal juga merupakan
risiko yang harus ditanggung pasien hipertensi. Ditambah lagi kerusakan
pada

pembuluh

darah

di

retina

yang berakibat

pada

gangguan

penglihatan bahkan bisa mengalami kebutaan (Suhardjono, 2008).


Ketidakpatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanto
(2007) di Puskesmas Beji kota Depok menunjukan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, suku dan sosial ekonomi mempengaruhi kepatuhan minum obat
antihipertensi.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Karawang, jumlah kasus penyakit
hipertensi dalam tiga tahun terakhir yaitu mulai pada tahun 2010 sebanyak
13.802 penderita, kemudian pada tahun 2011 jumlah kasus

hipertensi

mengalami peningkatan yaitu sebanyak 25.332, namun pada tahun 2012


mengalami penurunan menjadi 12.298 kasus. Di RSUD Karawang penyakit
hipertensi merupakan jenis penyakit yang menempati urutan kedua dari

sepuluh besar penyakit yang diobati. Berdasarkan hasil laporan rawat inap
pasien hipertensi selama 6 bulan terakhir yaitu bulan Januari- Agustus tahun
2014 yaitu 2722 orang dan yang aktif untuk pengobatan dan pengukuran
tekanan darah sebanyak 2272 orang, sedangkan untuk pasien yang tidak aktif
untuk pengobatan dan pengukuran tekanan darah sebanyak 450 orang, ada
kenaikan jumlah pasien hipertensi dari tahun 2013 sebanyak 2,3% orang,
sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 2,5%. Studi pendahuluan dengan
tingkat kepatuhan pasien minum obat hipertensi yang dilakukan pada
bulan Desember 2014

pada pasien

yang Rawat Inap, pasien yang

dilakukan wawancara berjumlah 10 orang. Berdasarkan wawancara pada


ada 7 pasien yang menyatakan tidak patuh dalam pengobatan hipertensi,
diantaranya ; 3 orang tidak melakukan control tekanan darah, 2 orang tidak
mengkonsumsi makanan tidak mengikti diet rendah garam, 2 orang tidak
minum obat secara teratur dengan alasan bosan minum obat terus-menerus
dan tidak kunjung sembuh penyakitnya, lupa meminum obat yang
diberikan oleh petugas kesehatan. Karena kurangnya kepatuhan dalam
pengobatan kejadian hipertensi dapat meningkat
Berdasarkan data dalam latar belakang maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah apakah ada hubungan kepatuhan minum obat, kepatuhan
diet, kepatuhan kontrol tekanan darah dengan kejadian hipertensi.

B. Rumusan Masalah
Semakin meningkatnya kasus hipertensi di RSUD Karawang ini disebabkan
karena ada 50% lebih pasien tidak patuh minum obat, tidak patuh terhadap
diet hipertensi, tidak patuh kontrol tekanan darah. Berdasarkan data di atas

peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kepatuhan pengobatan


dengan kejadian hipertensi pada pasien yang dirawat di RSUD Karawang
2015
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Kepatuhan pengobatan dengan kejadian
hipertensi pada pasien yang di rawat di RSUD Karawang 2015
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi kepatuhan minum obat pasien
hipertensi di RSUD Karawang tahun 2015.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi kepatuhan kontrol tekanan darah
secara teratur pasien hipertensi di RSUD Karawang tahun 2015
c. Diketahuinya distribusi frekuensi kepatuhan diit hipertensi pasien
hipertensi di RSUD Karawang tahun 2015
d. Diketahuinya angka kejadian Hipertensi di RSUD Karawang 2015.
e. Diketahuinya hubungan kepatuhan Minum obat terhadap kejadian
hipertensi pada pasien yang di rawat di RSUD Karawang 2015.
f. Diketahuinya hubungan kepatuhan kontrol tekanan darah secara teratur
terhadap kejadian hipertensi pada pasien yang di rawat di RSUD
Karawang 2015.
g. Diketahuinya hubungan kepatuhan diit terhadap kejadian hipertensi
pada pasien yang di rawat di RSUD Karawang 2015.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pelayanan Kesehatan
Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan peyanana
kesehatan khususnya bagi pasien Hipertensi
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur yang dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa keperawatan
khususnya untuk STIKES Kharisma Karawang.
3. Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi untuk penderita hipertensi agar dapat melaksanakan


pencegahan dan pengendalian hipertensi.
4. Bagi Pasien
Bahan pertimbangan dan masukan bagi pasien hipertensi agar mengetahui
dampak yang diakibatkan jika tidak patuh dalam menjalankan diet
hipertensi, sehinga pasien akan mematuhi aturan - aturan diet hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. (Sylvia & Lorraine,
2002)
b. Klasifikasi
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan sistol dan
diastolnya. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO (2010) :
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi
Kategori
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
Normal-Tinggi
130-139
85-89
Tingkat 1 (Hipertensi
140-159
90-99
Ringan)
140-149
90-94
Sub-group: perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi
160-179
100-109
Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi
180
110
Berat)
Hipertensi sistol
140
< 90
terisolasi
(Isolated systolic
8

hypertension)
Sub-group: perbatasan

140-149

<90

c. Faktor Resiko Hipertensi


1) Genetik
Faktor genetik berperan penting dalam hipertensi primer, seorang anak
yang memiliki orang tua dengan riwayat hipertensi cenderung
mempunyai tekanan darah yang tinggi. (Lawrence dkk, 2002)
2) Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan peningkatan usia. Ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon Hipertensi pada
yang berusia <35 tahun dengan jelas menaikkan insiden arteri koroner
dan kematian prematur.
3) Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak diderita oleh laki laki pada masa muda dan
paruh baya, dan pada wanita Insidens lebih tinggi pada wanita dengan
usai 65 tahun ketika seorang wanita mengalami menopause
4) Gaya Hidup
Merokok dan perubahan pola asupan makanan juga berperan penting
dalam terjadinya hipertensi pada keluarga. Merokok dipandang
sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri
koroner.
5) Stress
Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana
hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara

10

intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat


mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
d. Manifestasi klinis Hipertensi
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ
yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya non spesifik, misalnya sakit
kepala atau pusing (Sylvia & Lorraine, 2002).
Selain itu menurut Jan Tambayong (2000) tanda dan gejala hipertensi
meliputi sakit kepala, pusing, epistaksis dan tinitus yang diduga
berhubungan dengan naikknya tekanan darah. biasanya sakit kepala
sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi.
e. Klasifikasi Hipertensi
1) Hipertensi Primer (Esensial)
Merupakan hipertensi yang tidak jelas penyebabnya (idiopati).
Hipertensi primer merupakan suatu gangguan genetika multifaktoral
dimana pewarisan sejumlah gen abnormal menjadi predisposisi bagi
individu mengalami tekanan darah tinggi tertama bila dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. (Lawrence dkk, 2002).

2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi akibat defek organ spesifik.
(Sylvia & Lorraine, 2002). Beberapa penyebab hipertensi sekunder
((Lawrence dkk, 2002) :
a) Penggunaan estrogen
Biasanya terjadi pada wanita dengan penggunaa kontrasepsi oral.
Hal ini

disebabkan oleh ekspansi volume intravaskuler akibat

peningkatan

aktivitas

renin

11

angiostension

aldosteron.

Abnormalitasnya adalah peningkatan susbtrat renin di hepar, lima


persen dari wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral secara
kronis akan mengalami kenaikan tekanan darah diatas 140/90
mmHg. Hipertensi ini dialami oleh wanita berusia lebih dari 35
tahun yaitu wanita yang telah mengkonsumsi obat obatan
kontrasepsi lebih dari 5 tahun dan pada individu yang obeis.
b) Penyakit ginjal
Setiap penyakit parenkim ginjal dapat mengakibatkan hipertensi.
Hipertensi dapat disebabkan oleh penyakit golmerolus, penyakit
interstisial tubuler dan ginjal poliklistik. Ini berhubungan dengan
peningkatan volume intravaskuler atau peningkatan aktivitas reninan-giontensin-aldesteron. Selain itu juga karena retensi air dan
garam. Hipertensi akan menyebabkan fungsi ginjal menurun. Oleh
karena itu target tekanan darah adalah <130/85 untuk mengurangi
resiko penurunan fungsi ginjal.
c) Hipertensi vaskuler ginjal
Penyakit ini lebih banyak pada usia muda dan penyebabnya adalah
fibromuskular hiperplasia, yang paling umum di jumpai pada
wanita dengan usia < 50 tahun.

Penyebab lain adalah

aterosklerosis yang menyebabkan stenosis arteri renalis proksimal.


Mekanismenya adalah produksi renin yang meningkat karena
aliran darah ke ginjal yang berkurang dan akhirnya retensi garam.
d) Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
Terjadi sejak awal kehamilan atau yang semakin memburuk selama
kehamilan merupakan salah satu penyebab mordibitas dan
mortalitas ibu dan janin yang paling umum
f. Patofisiologi Hipertensi Esensial

12

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Brunner & Sudarth, 2002).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

13

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan


peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi.

g. Komplikasi Hipertensi
1) Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,
sehingga aliran darah keareah otak yang diperdarahi berkurang. Arteri
otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2) Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung
bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikl kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan
dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi
ruang

jantung.

Akan

tetapi

kemampuan

ventrikel

untuk

mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi


akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi. Jantung akan semakin
terancam seiring parahnya aterosklorsis coroner. Angina pectoris juga
dapat terjadi karena gabungan penyakit atrial coroner yang cepat dan
kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan
massa miokard.

14

3) Gagal ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus , aliran darah
ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerulus protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic
koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
4) Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit
arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk
pada percabangan arteri yang ke arah ateri koronaria kiri, arteri
koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah
ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun
sementara

yang

disebabkan

oleh

akumulasi

plaque

atau

penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi


arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke
miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan supply
oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri
koronaria.
h. Manajemen Hipertensi
Manajemen atau penangan yang tepat bagi penderita hipertensi sebagai
berikut:
1) Terapi
a) Terapi Non Farmakologis
Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan
pada perubahan gaya hidup dan pengaturan diet.
(1) Diet

15

Guyton & Hall, 2007 menyatakan Diet untuk hipertensi


membatasi konsumsi garam, makanan asin, meningkatkan
konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium.
Diet banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah
lemak serta rendah lemak jenuh (diet DASH) dapat
menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi tambahan yang
perlu dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hipertensi,
yaitu:
(a) Kurangi berat badan jika berlebih
(b) Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml),
bir (missal 24 oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau
wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau 0,5 oz (15 ml) etanol tiap
hari untuk wanita dan orang dengan berat badan yang
lebih ringan
(c) Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir
tiap hari dalam satu minggu)
(d) Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari
(2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida)
(e) Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kirakira 90 mmol/hari)
(f) Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat
dalam diet untuk kesehatan secara umum
(g) Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam
diet dan kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara
keseluruhan.

Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang


diperbolehkan dan dihindarkan untuk dikonsumsi diantaranya:

16

Tabel 2.2
Diet Bagi Pasien Dengan Hipertensi
Sumber Bahan
Makanan yang
Makanan yang Harus
Makanan
Diperbolehkan
Dihindarkan
Protein nabati
Tahu, tempe, kacang
Keju, kacang tanah,
hijau, kacang kedelai,
kacang asin, tauco, tahu
kacang tolo, kacang tanah, asin
kacang kapri, dan kacang
lain yang segar
Lemak
Santan encer, minyak
Salad dressing, mentega
mentega tanpa garam
margarine, lemak hewan
Sayuran
Semua sayuran segar
Sayuran yang diawetkan:
sawi asin, acar, asinan,
sayuran dalam kaleng
Buah-buahan
Semua buah-buahan segar Buah yang diawetkan
menggunakan zat
pengawet: buah kering,
buah kaleng
Bumbu
Semua bumbu dapur
Garam dapur, MSG,
kecap, saus tomat botol,
saus cabai, pengempuk
daging, maggi, terasi,
soda kue, petis, saus
tiram
Minuman
Teh, kopi encer
Cokelat, cafein, alkohol
Soenardi, T., Soetardjo, S. 2005.
(2) Olah raga
Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk
olah raga secara teratur dan mengontrol tekanan darah, dan
juga

berhenti

merokok

untuk

mencegah

kemungkinan

komplikasi.

b) Terapi Farmakologis
Menurut Sylvia & Lorraine, 2002 tujuan pengobatan adalah
memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan darah dan
menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang
menjalani terapi obat ini juga memiliki kriteria tertentu, yakni:

17

Tabel 2.3
Stratifikasi Risiko Pengobatan Hipertensi
Derajat
Kelompok
Kelompok
tekanan
risiko A (tidak
risiko B (Paling
darah
ada faktor
sedikit 1 faktor
(mmHg)
risiko; tidak
risiko, tidak
ada TOD/CCD) termasuk
diabetes; tidak
ada TOD/CCD)
Normal tinggi
(130-139/8589)
Derajat 1 (140159/80-99)

Kelompok
risiko C
(TOD/CCD
dan/atau
diabetes
dengan atau
tanpa faktor
risiko
lainnya
Terapi obat

Modifikasi gaya
hidup

Modifikasi gaya
hidup

Modifikasi gaya
hidup (sampai
dengan 12
bulan)
Derajat 2 dan 3 Terapi obat
(160/100)

Modifikasi gaya
hidup (sampai 6
bulan)

Terapi obat

Terapi obat

Terapi obat

(Puspitasari, 2014)
Keterangan: TOD/CCD (Terget Organ Damage/Clinical
Cardiovascular Disease) menunjukkan adanya kerusakan organ
target atau penyakit kardiovaskuler klinis. Jenis anti hipertensi
tersebut yaitu:
(1) Diuretik
Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara
menurunkan volume plasma (dengan menekan reabsorpsi
natrium oleh tubulus ginjal sehingga meningkatkan ekskresi
natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi kronis
pengaruh hemodinamik yang utama adalah mengurangi
resistensi vaskuler perifer. Contoh obat pada golongan ini
adalah hidroklortiazid, klortalidon, metolazon, furosemid, dsb.
(2) Agen Penghambat Beta Adrenergik

18

Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah


jantung, kemudian juga menurunkan pelepasan rennin dan
lebih manjur pada populasi dengan aktivitas rennin plasma
yang meningkat seperti orang kulit putih yang berusia lebih
muda. Efek sampingnya antara lain: mencetuskan atau
memperburuk gagal ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi
kelemahan, letargi, impotensi, dsb. Beberapa obat dalam
golongan ini adalah: acebutolol, atenolol, betaksolol, labetalol,
dll.
(3) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan
hingga sedang. Aksi kerja utamanya dengan menghambat
system rennin-angiotensin-aldosteron, tetapi juga menghambat
degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis prostaglandin dan
kadang

mengurangi

aktivitas

sistem

saraf

simpatis.

Keuntungan ACE adalah relative bebas dari efek samping yang


menggangu. Contoh obat golongan ini yaitu: benazepril,
kaptopril, enalpril, fosinopril, lisinopril, dll.
(4) Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II
Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien
yang mengalami batuk jika menggunaan penghambat ACE.
Contoh obat pada golongan ini adalah: eprosartan, irbesartan,
losartan, valsartan, dll.
(5) Agen Penghambat saluran Kalsium
Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer,
yang berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang begitu
nyata dan retensi cairan daripada vasodilator yang lain. Efek

19

samping yang paling biasa yakni nyeri kepala, edema perifer,


bradikardi dan konstipasi, dsb. obat yang tergolong dalam
golongan ini diantaranya: amlodipin, isradipin, nikardipin,
nifedipin, dll.
(6) Antagonis Adrenoseptor Alfa
Parazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa
pasca sinaptik, membuat rileks otot polos dan menurunkan
tekanan darah dengan menurunkan resistensi vaskuler perifer.
Efek samping utama adalah hipertensi yang nyata dan sinkop
setelah dosis pertama, yang oleh sebab itu sebaiknya diberikan
dosis kecil dan diberikan pada saat akan tidur.
(7) Obat-obat dengan Aksi Simpatolitik Sentral
Metildopa, klonidin, gunabenz, dan guanfacine menurunkan
tekanan darah dengan cara menstimulasi reseptor alfa
adrenergic pada sistem saraf pusat, sehingga mengurangi aliran
keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu hipertensi kembali terjadi setelah penghentian pemberian
obat dan beberapa efek samping lainnya.
(8) Dilator Arteriolar
Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos
vaskuler dan menyebabkan vasodilatasi perifer. Hidralazin
menyebabkan
menginduksi

gangguan
sindroma

gastrointestinal
menyerupai

lupus.

dan

dapat

Minoksidil

menyebabkan hirsutisme dan retensi cairan yang nyata; agen


ini diberikan pada pasien yang refrakter.
(9) Penghambat Simpatetik Perifer
Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat biaya. Oleh
karena efek samping obat ini yang dapat menginduksi depresi

20

mental dan efek samping lainnya seperti sedasi, hidung


tersumbat, gangguan tidur, dan ulkus peptikum, menyebabkan
obat ini tidak popular digunakan, meskipun masalah ini tidak
biasa terjadi pada dosis yang rendah.
i. Faktor

Lingkungan

yang

Mempengaruhi

Hipertensi

(Sosial,

Ekonomi, dan Budaya)


Faktor sosial merupakan penentu utama terjadinya penyakit dan
kelangsungan hidup. Secara garis besar, faktor sosial mencakup status
sosioekonomik, budaya dan akulturasi/penyesuaian diri, agama dan
faktor psikososial (misalnya peristiwa hidup, mobilitas sosial dan
jaringan sosial), dan juga aspek lingkungan yang perupakan hasil dari
aktivitas manusia. Hubungan antara ras dan hipertensi bukan sesuatu
yang dapat dijelaskan secara medis dan/atau psikologis (Lawrence dkk,
2002)..
Warga Afrika-Amerika merupakan kelompok dengan angka kasus
hipertensi tertinggi di dunia. Dibandingkan dengan orang kulit putlh.
orang kulit hitam berisiko lebih tinggi menderita tekanan darah tinggi,
mengalami kegemukan atau obesitas, kurang gerak, menderita diabetes,
dan merokok. Diperkirakan sekitar 30% orang Amerika kulit putih nonHispanik dan 24% wanita kulit putih non-Hispanik menderita penyakit
kardiovaskular. Di kalaangan kulit hitam non-Hispanik, angka itu
melompat menjadi 41% pria dan 40% wanita. Statistik orang Amerika
keturunan Meksiko berada di tengah-tengah: sekitar 29% pria dan 27%
wanita menderita penyakit kardiovaskular (Lawrence dkk, 2002)..

21

Makanan juga merupakan masalah kritis di kalangan warga AfrikaAmerika. Secara tradisional, hidangan mereka adalah makanan yang
tinggi garam. Padahal orang kulit hitam cenderung peka terhadap garam,
inilah yang membuat risiko terjadinya hipertensi menjadi tinggi. Oleh
karena itu, obat pilihan pertama yang biasa diberikan kepada kalangan ini
adalah diuretik yang berfungsi untuk menyinkirkan kelebihan cairan dan
natrium. Mengganti kehilangan kalium adalah hal yang penting, idelanya
dengan mngonsumsi makanan kaya kalium dan menggunakan produk
pengganti garam untuk mengganti natrum klorida dengan kalium klorida.
Prevalensi hipertensi yang disesuikan dengan umur pada orang Amerika
asal Afrika adalah dua sampai empat kali daripada orang kulit putih.

Faktor lain yang juga memainkan suatu peranan dalam pathogenesis


hipertensi pada orang kulit hitam, dalam hal suatu derajat tinggi stress
social, ketidakstabilan, dan ketidakpastian pekerjaan dapat memperburuk
hipertensi. Perbedaan etnik dalam pengendalian tekanan darah mencakup
korelasi antara resistensi insulin atau hiperinsulinemia dan hipertensi
pada orang kulit putih tetapi tidak orang kulit hitam atau orang Indian
Pima yakni suatu kelompok dengan insidensi hiperinsulinemia yang
sangat tinggi (Lawrence dkk, 2002).
B. Kepatuhan
1. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan didefinsikan sebagai seberapa baik perilaku seseorang dalam
menggunakan obat, mengikuti diit atau merubah hidup sesuai dengan
tatalaksana terapi.

Pasien dan tenaga kesehatan dapat mempengaruhi

22

kepatuhan. Hubungan baik dokter dan pasien merupakan factor penting


untuk meningktakna kepatuhan (WHO, 2003 dalam Febiyanti, 2012)
Kepatuhan seseorang individu dapat dipengaruhi oleh adanya dukungan
keluarga. Seperti yang dikatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Tahan P. Hutapea tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap pasien
tuberkulosa. Hasil penelitian tersebut menyatakan sebagian besar pasien
menerima dukungan keluarga dalam bentuk dorongan berobat. (Setiowati,
2012).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi
atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan,
baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter
(Stanley, 2007). Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku
dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati
peraturan (Green 1980 dalam Notoatmodjo, 2003)
2. Kepatuhan Pasien hipertensi
a. Kepatuhan pasien Hipertensi dalam minum obat
Kepatuhan Pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat antihipertensi
sesuai dengan dosis dan waktu yang diperlukan (Morrison, 2004 dalam
Halim 2006).
b. Kepatuhan pasien hipertensi dalam diit hipertensi
Kepatuhan diit adalah suatu aturan atau perilaku untuk mematuhi
ketetapan diit yang sudah ditentukna oleh dokter, atau perawat (azwar,
1996 dalam Notoatmojo, 2003).
c. Kepatuhan pasien hipertensi dalam kontrol tekanan darah
Perilaku pasien hipertensi untuk secara teratur memeriksa tekanan
darah.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam melaksanakan
pengobatan hipertensi

23

a. Pengetahuan
Pengetahuan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah segala
sesuatu yang diketahui berkenaan dengan sesuatu hal. Pengetahuan
merupakan hasil tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertutup melalui panca indra manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dimana sebagian
besar diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
terbentuknya

tindakan

seseorang.

Karena

dari

penelitian

dan

pengalaman, ternyata perilaku yang disadari dengan pengetahuan akan


lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan,
penelitian rodgers (1974) dalam Notoadmojo (2007), mengungkapkan
bahwa seseorangsebelum mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1) Kesadaran (awarness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut
3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut.
4) Mencoba (trial) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus
5) Penerimaan (adaptation) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesaaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan merupakan disiplin ilmu, dimana ilmu dapat
meningkatkan kualitas hidup manusia. Berarti semakin meningkatnya
pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal termasuk
pemahaman ibu tentang tumbuh kembang yang semakin baik sehingga
dapat meningkatkan tingkat pengetahuan ibu (Notoatmodjo, 2003).

24

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang mencakup dalam


domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah diketahui
sebelumnya, termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh karena
itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menguraikan.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang subyek yang diketahui dan mengintepretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang obyek atau
materi

harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.


3) Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada suatu riil. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi lain.
4) Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen-komponen tetap masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk

25

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu


kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi
formulasi yang sudah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
b. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud pendidikan formal yang diperoleh di bangku
sekolah. Dimana menurut Notoadmojo (2007) pendidikan adalah setiap
usaha, perlindungan, pengaruh dan banatuan yang diberikan kepada
anak didik yang menuju dewasa. Pendidikan sekarang menentukan
luasnya pengetahuan seseorang dimana orang yang berpendidikan
rendah sangat sulit menerima sesuatu yang baru.
Dari batasan tersebut tersirat unsur-unsur pendidikan yakni :
1) Input adalah sarana pendidikan (individu, kelompok, masyarakat)
dan pendidik (pelaku pendidikan)
2) Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
3) Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku)
Pendidikan kesehatan adalah aplikais atau penerapan pendidikan di
dalam pendidikan kesehatan. Hasil (output) yang diharapkan dari
suatu pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif
(Notoatmojo, 2003).
c. Kesadaran

26

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk


menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan,
kesejahteraan mereka sendiri. Di bidang kesehatan masyarakat adalah
upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan

dalam

memelihara

(Notoatmojdo, 2007)
d. Status Ekonomi
Status ekonomi merupakan

dan

tingkat

meningkatkan

status

suatu

kesehatan

penghasilan

perekonomian dalam sosiologi yang dibagi atas kasta, ras dan


keluarga. Penghasilan seseorang dalam keluarga dapat dilihat dari
tingkat tinggi rendahnya penghasilan setiap kepala keluarga, status
ekonomi suatu keluarga dalam tingkat tinggi yaitu apabila
pengahasilana kepala keluarga rata-rata berdasarkan Upah Minimun
Propinsi (UMP), sedangkan dalam kategori rendah/bawah yaitu
apabila pengahsilan rata-rata kepala keluarga berdasarkan upah
minimum propinsi (UMP) (Soekamto, 2000).
Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi
segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya seseorang yang sudah
pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain
yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan
dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke
bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat
ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan.
e. Motivasi Pasien
Motiv atau motifasi berasal dari kata lain moreve yang berarti
dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.

27

Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau need, atau
want. Kebutuhan adlah potensi diri manusia yang perlu ditanggapi
atau direspon (Notoadmodjo, 2007).
f. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh
dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta
menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga
juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan
anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari
pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan
dengan kepatuhan.
4. Pendekatan Untuk meningkatkan Kepatuhan
Menurut Di Nicola dan Di Matteo (1984) dalam Niven (2002),
menyebbutkan

ada

beberapa

pendekatan

yang

dapat

dilakukan

meningkatkan kepatuhan pasien :


a. Buat instruksi tertulis yang mudah di interpretasikan
b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelun menjelaskan hal lain
c. Jika seseorang diberi daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat
maka akan ada keunggulan yaitu mereka akan ada keunggulan dan
berusaha akan mengingat hal pertama yang ditulis.
d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non-medis)
dalam hal yang perlu ditekankan
5. Tingkat Ketidakpatuhan
Neil Niven (2002) Derajat ketidakpatuhan ditentukan oleh beberpa faktor:
1. Kompleksitas prosedur pengamanan pengobatan
2. Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan
3. Lamanya dimana pasien harus mematuhi nasihat tersebut
4. Apakah pengobatan tersebut berpotensi menyelamatkan hidup
5. Keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien dan bukan
profesional
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

28

Niven, 2002, Faktor-faktoryang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat


digolongkan menjadi 4 bagian :
a. Pemahaman tentang instruksi
Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya salah paham tentang
instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun 1967
menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang diwawancarai
setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang
diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh
kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap,
penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang
harus diingat oleh penderita
b. Kualitas Interaksi
Meningkatkan interaksi antara tenaga professional kesehatan dengan
pasien, Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada
pasien setelah memperoleh informasi diagnosa.
c. Isolasi keluarga dan sosial
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan
program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi
dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota
keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari
pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan
dengan kepatuhan.
d. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal berbeda.
Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas,
sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih
lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian

29

kepada dirinya sendiri. Variabel-variabel demografis juga digunakan


untuk meramalkan ketidakpatuhan. Bagi lanjut usia yang tinggal di
daerah sepanjang Pantura mungkin makanan yang terasa asin akan lebih
nikmat karena kebiasaan yang sudah dialami sebelumnya

C. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
Faktor resiko terjadinya
Hipertensi:
1. Genetik
2. Usia
3. Jenis Kelamin
4. Gaya Hidup
5. Stress
HIPERTENSI

KEJADIAN
HIPERTENSI

Penatalaksanaan Hipertensi:
1. Diet
2. Terapi Obat

KEPATUHAN PASIEN
HIPERTENSI :
1. Minum obat
2. Kontrol tekanan darah
3. Diet hipertensi
30

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan:
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Kesadaran
4. Status ekonomi
5. Motivasi Pasien
6. Dukungan Keluarga
Kerangka konsep modifikasi teori Lawrence dkk (2002), Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2003), Brunner & Suddarth (2002).
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESA
A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dalam penelitian ini disusun berdasarkan landasan teori yang
dihubungkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian. Kerangka
konsep akan menjelaskan tentang variabel-variabel yang dapat diukur dalam
penelitian ini variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: Variabel
independen (bebas) pada penelitian ini adalah kepatuhan kepatuhan minum
obat, kepatuhan kontrol, kepatuhan diet pasien dan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kejadian hipertensi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen

Kepatuhan Pasien dalam:


1. Minum Obat Hipertensi
2. Kontrol secara teratur
3. Pengaturan diet hipertensi

Variabel Dependen

KEJADIAN HIPERTENSI

Variabel Confunding
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Kesadaran
4. Status ekonomi
31Pasien
5. Motivasi
6. Dukungan Keluarga

Keterangan :

: Variabel Diteliti
: Variabel Tidak diteliti

B. DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel

Tabel 3.1
Variabel Independent
Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala

Kepatuhan
minum obat

Perilaku responden
dalam mengikuti
program pengobatan
sesuai instruksi
dokter, tepat waktu,
tepat dosis dan tepat
cara

Kuesione
r
9 soal

Menggunakan
skala likert
Selalu : 4
Sering : 3
Jarang : 2
Tidak pernah : 1

1. Patuh bila
median (23)
2. Tidak Patuh bila
< median (23)

Kepatuhan
Kontrol

Perilaku responden
dalam mengikuti
rencana program
pengobatan
selanjutnya
(melakukan kontrol
secara kontinu),
melakukan kontrol
tiap 1 bulan sekali

Kuesione
r
7 soal

Checklist
Menggunakan
skala likert
Selalu : 4
Sering : 3
Jarang : 2
Tidak pernah : 1

1. Patuh bila
Ordinal
median (18)
2. Tidak Patuh bila
< median (18)

Kepatuhan
Diet

Perilaku responden
dalam mengikuti
program diet yang
sudah ditetapkan
oleh ahli gizi dan
dokter spesialis (Diet
Rendah Garam)

Kuesione
r
6 soal

Checklist
Menggunakan
skala likert
Selalu : 4
Sering : 3
Jarang : 2
Tidak pernah : 1

1. Patuh bila
Ordinal
median (18)
2. Tidak Patuh bila
< median (18)

36

Ordinal

No

Variabel

Definisi Operasional

Kejadian
Hipertensi

Responden dengan
diagnosa hipertensi
dengan melihat
catatan medical
record

Tabel 3.2
Variabel Dependent
Alat Ukur Hasil Ukur
Check List

Observasi
dokumen

Hasil Ukur
1. Tidak Hipertensi
: bila systole <
140 mmHg dan
Diastole < 90
mmHg
2. Hipertensi : bila
systole 140
mmHg dan
Diastole 90
mmHg

C. HIPOTESIS
1. Hipotesis Mayor
Ada hubungan kepatuhan pengobatan terhadahap kejadian hipertensi di
Poli Dalam Rawat Jalan RSUD Karawang
2. Hipotesis Minor
a. Ada hubungan kepatuhan minum obat terhadap kejadian hipertensi di di
Poli Dalam Rawat Jalan RSUD Karawang
b. Ada hubungan kepatuhan diet terhadap kejadian hipertensi di Poli Dalam
Rawat Jalan RSUD Karawang
c. Ada hubungan kepatuhan kontrol terhadap kejadian hipertensi di Poli
Dalam Rawat Jalan RSUD Karawang
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian dengan deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan
cross sectional karena penelitian bermaksud untuk mengidentifikasi ada
tidaknya hubungan variable independen yaitu kepatuhan minum obat,
kepatuhan kontrol tekanan darah, dan kepatuhan diet terhadap variabel
dependen yaitu kejadian hipertensi.

37

Skala
Ordinal

B.
Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di RSUD Karawang Jawa Barat adapun waktu yang
digunakan yaitu pada bulan Januari 2015

C. Populasi Dan Sampel Penelitian


1.

Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002).
Penelitian ini dilakukan di RSUD Karawang Jawa Barat. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berobat pada bulan Januari
sampai Agustus 2014 di RSUD Karawang yaitu sebanyak 450 pasien

2.

Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berobat ke RSUD
Karawang pada bulan Januari 2015. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah nonprobabilitas sampling yaitu setiap unit dalam
populasi yang telah ditentukan tidak memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel penelitian. Teknik nonprobabilitas sampling yang
digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel
yang dilakukan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2013).
Dalam memilih subjek penelitian yang akan dijadikan sampel, peneliti
mengacu 2 kriteria (Nursalam, 2003) :
Kriteria Inklusi
a. Pasien hipertensi yang berobat di Poli Rawat Jalan RSUD Karawang
yang tidak ada komplikasi
b. Bersedia untuk menjadi responden
c. Usia pasien lebih dari 40 tahun
d. Bisa baca tulis

39

Untuk perhitungan sampel menggunakan rumus perhitungan sampel dari


Slovin sebagai berikut:
n=

N
2
N x (d )

Keterangan :
n
: besar sampel
N
: besar populasi
d
: besar simpangan
Perhitungan sampelnya sebagai berikut :
n=

N
2
N x (0.05)

n=

450

450 x (0.025)

n=

450

450 x (0.025)

n=

450
11.25

n= 40 responden

Jadi jumlah sampel yang akan digunakan adalah 40 responden

D. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan sejumlah
pertanyaan yang disusun berupa kuesioner yang bersifat tertutup. Lembar
kuesioner dibagikan dan diisi oleh responden dengan cara:
1. Mengisi identitas responden
Penelitian ini menjelaskan kepada responden bahwa informasi yang
diberikan tidak akan digunakan untuk mengancam mereka. Untuk
melindungi hak-hak responden, peneliti akan membuat informed concent.

40

Setelah itu peneliti membagikan angket kepada responden dan menjelaskan


cara pengisiannya.
2. Responden menjawab pertanyaan-pertanyaan informatif tentang apa yang
telah diketahui dan didengar mengenai dukungan keluarga dan koping
pasien gagal ginjal
3. Kuesioner lalu dikumpulkan kembali
4. Kuesioner telah diisi akan dikalkulasikan untuk menentukan poin yang
diraih

E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperhatikan prinsip-prinsip dasar
etika penelitian yang meliputi autonomy, beneficence, maleficence, anonymity
dan justice (Poli & Back 2008).
1. Autonomy
Prinsip autonomy adalah peneliti memberikan kebebasan bagi klien
menentukan keputusan sendiri apakah bersedia ikut dalam penelitian atau
tidak, tanpa adanya paksaan atau pengaruh dari peneliti.Hal yang pertama
kali adalah penelitian mendatangi calon responden. Selanjunya peneliti
memberikan

penjelasan

dengan

seksama

kepada

calon

responden.Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta menjelaskan


bahwa penelitian tidak membahayakan responden. Peneliti menanyakan
kesediaan calon responden untuk ikut dalam penelitian.Setelah responden
setuju, responden mengisi surat persetujuan.
2. Beneficience

41

Pada prinsif

ini, penelitian yang dilakukan haruslah mempunyai

keuntungan baik bagi peneliti maupun responden.Sebelum pengisian


kuesioner dilakukan, responden diberikan penjelasan mengenai tujuan
penelitian.
3. Maleficence
Penelitian ini tidak menimbulkan bahaya bagi responden, penelitian
memperhatikan kondisi-kondisi responden saat peneltian berjalan.

4. Anonymity
Dalam penelitian ini responden tidak diminta untuk menuliskan nama.
Responden hanya mencantumkan inisial atau nomor responden saja.
Penelitian juga menjaga kerahasiaan responden.
5. Justice
Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi saat memilih responden
penelitian. Responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang sudah
ditentukan sebelumnya

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kepatuhan pengobatan adalah
kuesioner masing-masing berupa 17 butir pertanyaan dengan indikator yaitu
Kepatuhan minum obat, kepatuhan Diit, Kepatuhan kontrol tekanan darah.
Kuesioner tersebut diukur menggunakan skala likert dan dilakukan skoring
pada masing-masing item : SL : selalu, SR : Sering, JR : Jarang, TP: Tidak
Pernah
Tabel 4.1
Kisi Kisi Kuesioner Variabel Kepatuhan Pengobatan
No Indikator
No item
Jumlah
1.
Kepatuhan Minum Obat
1,2,3,4,5,6,7,8,9
9
2.
Kepatuhan Diit
1,2,3,4,5,6,7
7
3.
Kepatuhan Kontrol
1,2,3,4,5,6
6
42

Jumlah

22

G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Uji validitas dan reliabilitas atau sering disebut dengan uji coba instrumen
dilakukan dengan tujuan agar diperoleh distribusi nilai hasil yang mendekati
normal sehingga nantinya akan mendapatkan sejauh mana alat ukur (kuesioner)
yang telah disusun memenuhi validitas dan reliabilitas (Notoadmojo, 2002:
129).
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas instrumen yaitu keadaan yang menggambarkan tingkat instrument
tersebut mampu mengukur apa yang diukur (Arikunto, 2002). Validitas yang
diuji pada instrumen ini adalah validitas internal yaitu berupa validitas butir.
Uji validitas untuk yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
analisis butir.
Variabel pengetahuan, sikap Dan Variabel kepatuhan control gula darah
Cara menguji validitas instrument (kuesioner) pengetahuan, sikap dan
kepatuhan control gula darah, menggunakan rumus Product Moment dari
Pearson (Arikunto, 2002) karena skala pengukuran menggunakan skala
Likert (1, 2, 3,4) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
N
X
Y
XY

: jumlah kuesioner
: skor pertanyaan
: skor total
: skor pertanyaan di kali skor total

43

Validitas ini dilakukan di RSUD karawang dengan dilakukan pada 15


responden. Untuk mengetahui apakah hasil pengujian valid atau tidak, maka
angka korelasi atau r hitung harus kita bandingkan dengan r tabel pada 5%
dengan tingkat kepercayaan 95 % Jika r hitung > r tabel, karena n = 15
maka r tabelnya adalah 0,514 jadi r hitung > 0,514 maka butir soal dianggap
valid.

Hasil Validitas Kuesioner Kepatuhan minum obat


Terdiri dari 10 butir pertanyaan, Hasil uji validitas terhadap butir-butir
pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner kepeatuhan minum obat
diperoleh nilai korelasi terendah 0,202 (butir nomor 7) dan tertinggi 0,846
(butir nomor 9), terdapat dua butir pertanyaan dinyatakan gugur yaitu butir
nomor 7 (0,202), karena nilai korelasi lebih kecil dari r tabel (0,514),
sehingga secara keseluruhan ada 9 butir pertanyaan yang valid, Hal tersebut
dikarenakan korelasi hitung lebih besar dari korelasi tabel (0,514).
Hasil Validitas Kuesioner Kepatuhan Diit
Terdiri dari 7 butir pertanyaan, Hasil uji validitas terhadap butir-butir
pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner kepatuhan diit diperoleh nilai
korelasi terendah 0,792 (butir nomor 1) dan tertinggi 0,947 (butir nomor 7),
sehingga secara keseluruhan seluruh butir pertanyaan dianggap valid, Hal
tersebut dikarenakan korelasi hitung lebih besar dari korelasi tabel (0,514).
Hasil Validitas Kuesioner Kepatuhan Kontrol

44

Terdiri dari 6 butir pertanyaan, Hasil uji validitas terhadap butir-butir


pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner kepatuhan kontrol diperoleh
nilai korelasi terendah 0,847 (butir nomor 6) dan tertinggi 0,914 (butir
nomor 2), sehingga secara keseluruhan seluruh butir pertanyaan dianggap
valid, Hal tersebut dikarenakan korelasi hitung lebih besar dari korelasi
tabel (0,514).

2. Uji Reliabilitas Instrumen


Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu intrumen
cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Artinya, dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan (Arikunto, 2006 : 178). Menurut Ghozali (2005) bahwa
kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha Cronbach
minimal 0,6.
Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini adalah
rumus alpha yaitu:

Keterangan :
r 11
: reliabilitas instrument
k
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
: jumlah varians butir
: varians total

45

Pada hasil uji realiabilitas kuesioner didapatkan nilai Cronbach Alpha


kepatuhan minum obat 0,900, kepatuhan diit 0,964, kepatuhan kontrol
0,958, dari nilai Cronbach Alpha tersebut lebih besar dari 0,6 dengan
demikian instrumen penelitian dinyatakan reliabel.

H. PENGOLAHAN DAN METODE ANALISIS DATA


1. Pengolahan data
Pengolahan data ini menggunakan komputerisasi dengan analisis data
menggunakan SPSS 15 for Windows dan dinilai dengan :
a. Editing (penyunting)
Yaitu meneliti kembali data yang telah terkumpul untuk tahap
selanjutnya.
b. Koding (pengkodean)
Yaitu memberi tanda kode untuk memudahkan pengolahan data.
Memberikan kode jawaban dengan cara angka atau kode lain yaitu.
Selalu (SL) = 4, Sering (SR) = 3, Jarang (JR) = 2 Tidak pernah (TP) = 1
Kode diberikan disebelah kanan daftar pertanyaan sesuai dengan jawaban
yang diberikan responden.
c. Tabulating (tabulasi)
Yaitu data Disusun dalam bentuk tabel kemudian di analisis

46

d.

Cleaning (Pembersihan)

Langkah ini digunakan untuk menghilangkan data yang tidak perlu


e. Data entry
Pada langkah ini, datadata yang diperoleh dimasukan kedalam lembar
kerja komputer untu memudahkan pengolahan data.

2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Dalam penelitian ini analisis univariat berdasarkan persentase yang
dihasilkan dari proses perhitungan yang telah dilakukan pada awal proses
pengolahan data dan disajikan dalam bentuk tabel. Seluruh jawaban dari
responden akan dianalisis sesuai skor kemudian dibuat prosentase
(Arikunto, 2006:281) sebagai berikut :

Keterangan :
P : persentase
x : jumlah nilai yang didapat dari seluruh item pertanyaan
n : jumlah nilai keseluruhan item pertanyaan
Analisa dilakukan pada pertanyaan variabel kepatuhan minum obat,
kepatuhan control tekanan darah, kepatuhan diet hipertensi dan pada
tingkat kejadian hipertensi
b. Analisis Bivariat

47

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan


antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat.
Adapun alat analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel yang berbeda tersebut, adalah korelasi Pearson Chisquare.
Adapun rumus yang digunakan untuk uji hipotesis dengan uji Korelasi
Pearson Chi-Square adalah :
x2 [

( fofe )
]
fe

Keterangan
X2
: Nilai Chi-square
Fe
: Frekuensi yang diharapkan
Fo
: Frekuensi yang diperoleh/diamati
Analisa bivariat dilakukan antara variable kepatuhan minum obat,
kepatuhan kontrol tekanan darah, kepatuhan diet hipertensi.
Interpretasi hasil jika chi value (Hitung) > Chi Square Table maka
hipotesis diterima atau dengan kata lain Ho ditolak artinya ada hubungan
Rumus OR :
Odd Ratio=

ad
bc

BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik
responden, Hubungan Kepatuhan Pengobatan (Minum Obat, Diit, Kontrol)
Dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum

48

Daerah Karawang 2015. Adapun hasil penelitian univariat dan bivariat sebagai
berikut :
A. Hasil Analisa Univariat
1. Kepatuhan minum obat
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kepatuhan minum
obat dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kepatuhan Minum Obat
N
Kepatuhan Minum
Jumla
%
o
Obat
h
1 Patuh
18
45%
2 Tidak Patuh
22
55%
Total
40
100%
Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan minum obat
pasien dalam kategori tidak patuh yaitu sebesar 22 responden (55%),
sedangkan yang patuh ada 18 responden (45%).
2. Kepatuhan Diit Hipertensi
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kepatuhan Diit
Hipertensi dapat diketahui sebagai berikut:

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kepatuhan Diit Hipertensi
N
Kepatuhan Diit
Jumlah
%
o
Hipertensi
1 Patuh
23
57.5%
2 Tidak Patuh
17
42.5%
Total
40
100%
Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan Diit pasien
dalam kategori patuh yaitu sebesar 23 responden (57.5%), sedangkan yang
tidak patuh ada 17 responden (42. 5%).

50

3. Kepatuhan Kontrol
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kepatuhan kontrol
dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kepatuhan Kontrol
N
Kepatuhan Kontrol
Jumlah
%
o
1 Patuh
24
60%
2 Tidak Patuh
16
40%
Total
40
100%
Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan kontrol pasien
dalam kategori patuh yaitu sebesar 24 responden (60%), sedangkan yang
tidak patuh ada 16 responden (40%).
4. Kejadian Hipertensi
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kejadian hipertensi
dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kejadian Hipertensi
N
Kejadian Hipertensi
Jumlah
%
o
1 Tidak Hipertensi
24
60%
2 Hipertensi
16
40%
Total
40
100%
Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar Kejadian Hipertensi


termasuk dalam kategori Tidak Hipertensi yaitu sebesar 24 responden
(60%), sedangkan yang Hipertensi ada 16 responden (40%).

B. Hasil Analisa Bivariat

51

1. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Hipertensi


Hubungan kepatuhan minum obat dengan kejadian hipertensi di poli dalam
rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015 dapat diketahui
dari analisis deskriptif yang dilakukan dengan tabel silang (cross tabulation)
dan persentase dari kedua variabel tersebut sebagai berikut :
Tabel 5.5
Analisa Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Hipertensi Di
Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015
Kejadian Hipertensi
OR
Kepatuh
Total
P Value
Tidak
(CI 95%)
an
Hipertensi
Hipertensi
Minum
Obat
n
%
n
%
n
%
Patuh

16

88.9

11.1

18

100

Tidak Patuh

36.4

14

63.6

22

100

Total

24

60

16

40

40

100

0,002

14,000
(2,539
77,208)

Sumber: Data Primer Diolah, 2015


Hasil analisis hubungan antara kepatuhan minum obat dengan Kejadian
hipertensi, diperoleh bahwa responden yang memiliki kepatuhan minum
obat yang patuh dan hipertensi ada 2 responden (88.9%) sedangkan yang
kepatuhan minum obatnya tidak patuh yang hipertensi ada 14 responden
(36.4%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value : 0.002 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara responden
yang patuh minum obat dengan yang tidak patuh minum obat (P value 0,002
< 0,05). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 14,000, artinya
responden yang patuh minum obat mempunyai peluang 14,000 kali tidak
hipertensi dibanding dengan yang tidak patuh minum obat.

52

2. Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi


Hubungan kepatuhan Diit hipertensi dengan kejadian hipertensi di poli
dalam rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015 dapat
diketahui dari analisis deskriptif yang dilakukan dengan tabel silang (cross
tabulation) dan persentase dari kedua variabel tersebut sebagai berikut :
Tabel 5.6
Analisa Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi
Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015
Kejadian Hipertensi
OR
Kepatuh
Total
P Value
Tidak
(CI 95%)
an Diit
Hipertensi
Hipertensi
Hiperten
si
n
%
n
%
n
%
Patuh

18

78.3

21.7

23

100

Tidak Patuh

35.3

11

64.7

17

100

Total

24

60

16

40

40

100

0,016

6,600
(1,621
26,871)

Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Hasil analisis hubungan antara kepatuhan Diit Hipertensi dengan Kejadian


hipertensi, diperoleh bahwa responden yang memiliki kepatuhan Diit
Hipertensi yang patuh ada hipertensi ada 5 responden (21.7%) sedangkan
yang kepatuhan diit hipertensinya tidak patuh yang hipertensi ada 11
responden (64.7%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p Value : 0.016
maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara
responden yang patuh Diit hipertensinya dengan yang tidak patuh diit
hipertensinya (p value 0,016 < 0,05). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
OR : 6,600, artinya responden yang patuh diit hipertensi mempunyai
peluang 6,600 kali tidak hipertensi dibanding dengan yang tidak patuh diit
hipertensi.

53

3. Hubungan Kepatuhan Kontrol dengan Kejadian Hipertensi


Hubungan kepatuhan kontrol dengan kejadian hipertensi di poli dalam rawat
jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015 dapat diketahui dari
analisis deskriptif yang dilakukan dengan tabel silang (cross tabulation) dan
persentase dari kedua variabel tersebut sebagai berikut :
Tabel 5.7
Analisa Hubungan Kepatuhan Kontrol dengan Kejadian Hipertensi Di Poli
Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015
Kejadian Hipertensi
OR
Total
P Value
Kepatuh Tidak
(CI 95%)
Hipertensi
an
Hipertensi
Kontrol
n
%
n
%
n
%
Patuh

19

79,2

20,8

24

100

Tidak Patuh

31,2

11

68,8

16

100

Total

24

60

16

40

40

100

0,007

8,360
(1,971
35,641)

Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Hasil analisis hubungan antara kepatuhan kontrol dengan Kejadian


hipertensi, diperoleh bahwa responden yang memiliki kepatuhan kontrol
yang patuh dan hipertensi ada 5 responden (20.8%) sedangkan yang
kepatuhan kontrol tidak patuh yang hipertensi ada 11 responden (31.3%).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p Value : 0.007 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara responden
yang patuh kontrol dengan yang tidak patuh kontrol (p value 0,007 < 0,05).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 8,360, artinya responden yang
patuh kontrol mempunyai peluang 8,360 kali tidak hipertensi dibanding
dengan yang tidak patuh kontrol.

54

BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:
1. Penelitian ini hanya meneliti tentang hubungan kepatuhan pengobatan
dengan kejadian hipertensi, kepatuhan pengobatan ini hanya terdiri dari
kepatuhan minum obat, kepatuhan diit, dan kepatuhan kontrol sedangkan
masih banyak variabe lain yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu
terkadang jawaban yang diberikan oleh sampel tidak menunjukkan
keadaan sesungguhnya
B. Analisa Hubungan Variabel
1. Hubungan Kepatuhan Minum obat dengan Kejadian hipertensi
Analisa univariat dari kepatuhan minum obat dalah sebagian besar
responden dalam kategori tidak patuh minum obat yaitu sebesar 22
responden (55%), sedangkan yang patuh ada 18 responden (45%).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value : 0.002 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara responden
yang patuh minum obat dengan yang tidak patuh minum obat (P value 0,002
< 0,05). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 14,000, artinya
responden yang patuh minum obat mempunyai peluang 14,000 kali tidak
hipertensi dibanding dengan yang tidak patuh minum obat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hairunisa, 2014 tentang
Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dan Diet Dengan Tekanan
Darah Terkontrol Pada Penderita Hipertensi Lansia, pada penelitian tersebut

55

menyatakan bahwa erdapat hubungan bermakna antara kepatuhan minum


obat (p=0,000) dengan tekanan darah terkontrol , Penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumboyono pada tahun 2012
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepatuhan
minum obat dengan pengendalian tekanan darah (p=0,717).
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat
tekanan darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan dan
menstabilkan

tekanan

darah

sehingga

menurunkan

mortalitas

dan

morbiditas yang berhubungan dengan kerusakan organ target seperti


penyakit kardiovaskular, cerebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit
ginjal. Obat-obat yang digunakan sebagai terapi utama (first line
therapy) adalah diuretik, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACE-Inhibitor), Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), dan Calcium
Channel Blocker (CCB). Pengobatan awal hipertensi dimulai dengan 1
jenis obat antihipertensi (monoterapi) yaitu golongan tiazid tipe diuretik,
atau ACE -Inhibitor, CCB, ARB. Kemudian jika tekanan darah yang
diinginkan belum tercapai maka dosis obat ditingkatkan lagi, atau ganti
obat lain, atau dikombinasikan dengan 2 atau 3 jenis obat dari kelas
yang berbeda, biasanya diuretik dikombinasikan dengan ACE-Inhibitor,
ARB, dan CCB (Price SA dan Wilson LM. 2005),
Kepatuhan minum obat berperan dalam mengontrol tekanan darah dan
mencegah terjadinya komplikasi hipertensi. Kepatuhan 80% terhadap
regimen obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan darah ke tingkat
normal

dan kepatuhan 50% tidak

56

efektif

dan adekuat untuk

menurunkan tekanan darah (Marshall dkk., 2012). Pada kebanyakan


survey yang dilakukan pada pasien-pasien yang mulai minum obat
antihipertensi, kira-kira 25-50% menghentikan pengobatannya dalam 1
tahun (Irmalita, 2003)
2. Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi Dengan Kejadian hipertensi
Analisa univariat dari kepatuhan diit hipertensi adalah sebagian besar
kepatuhan Diit pasien dalam kategori patuh yaitu sebesar 23 responden
(57.5%), sedangkan yang tidak patuh ada 17 responden (42.5%).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value : 0.016 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara responden
yang patuh Diit hipertensinya dengan yang tidak patuh diit hipertensinya (p
value 0,016 < 0,05). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 6,600,
artinya responden yang patuh diit hipertensi mempunyai peluang 6,600 kali
tidak hipertensi dibanding dengan yang tidak patuh diit hipertensi.
Ini sesuai dengan penelitian dari Anggraeni, Waren, Situmorang, Siahaan,
Asputra, 2008 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi di Poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang Berdasarkan analisis
univariat didapatkan hasil bahwa pola asupan garam yang tinggi banyak
dijumpai pada penderita hipertensi. Hasil ini dianalisis dengan uji korelasi
Spearmans rho, dengan nilai korelasi (p=0,00), yang berarti bahwa terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara pola asupan garam dengan
kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa
Puskesmas Bangkinang. Nilai PAR yang diperoleh sebesar 0,54, yang
artinya

sekitar

54%

kejadian

57

hipertensi

dapat

dicegah

dengan

menghilangkan faktor pola asupan garam yang tinggi. Hasil ini penelitian
ini sesuai dengan teori bahwa asupan garam (natrium klorida) dapat
meningkatkan tekanan darah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ratarata penurunan asupan natrium 1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan
darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2 mmHg pada penderita hipertensi.
Respons perubahan asupan garam terhadap tekanan darah bervariasi
diantara individu (Kurniawan, 2002).
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin,
meningkatkan konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium.
Diet yang banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah lemak
serta rendah lemak jenuh (diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah.
Selain itu, terapi tambahan yang perlu dilakukan untuk mencegah atau
mengurangi hipertensi, yaitu:
a. Kurangi berat badan jika berlebih
b. Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir (missal 24
oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau
0,5 oz (15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat
badan yang lebih ringan
c. Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari dalam
satu minggu)
d. Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida)
e. Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira 90
mmol/hari)
f. Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet
untuk kesehatan secara umum

58

g. Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan
kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.
Perencanaan makan diet DASH terdiri dari banyak mengkonsumsi buahbuahan, sayur-sayuran, susu rendah lemak dan hasil olahnya, serta
kacang-kacangan, dan rendah natrium.Kepatuhan diet DASH berperan
dalam menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 11,7 mmHg dan
diastolik sebesar 9,3 mmHg. American Heart Association (AHA)
menyatakan bahwa diet berperan dalam menurunkan tekanan darah dan
juga menurunkan risiko terkena
Ketidakpatuhan

merupakan

hipertensi. Ketidakpatuhan

penyakit

salah satu

jantung

penyulit

dalam

dan

stroke.

manajemen

juga merupakan faktor penghambat kontrol

tekanan darah yang baik. Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi juga
risiko terjadinya penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal (WHO, 2010).
Kumboyono (2012) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan di
Taiwan tahun 2005 -2006 menunjukkan bahwa tekanan darah tidak
terkontrol lebih banyak dijumpai pada penderita hipertensi dengan
kepatuhan minum obat dan diet yang rendah. Penyebab kontrol tekanan
darah yang tidak baik antara lain banyak pasien yang tidak menjalankan
terapi diet dan tidak meminum obat yang diresepkan
3. Hubungan Kepatuhan Kontrol Dengan Kejadian Hipertensi
Sebagian besar kepatuhan kontrol pasien dalam kategori patuh yaitu sebesar
24 responden (60%), sedangkan yang tidak patuh ada 16 responden (40%).

59

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value : 0.007 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara responden
yang patuh kontrol dengan yang tidak patuh kontrol (p value 0,007 < 0,05).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 8,360, artinya responden yang
patuh kontrol mempunyai peluang 8,360 kali tidak hipertensi dibanding
dengan yang tidak patuh kontrol.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari I Ketut Gama, I Ketut Widiarta
Yasa, IGA Harini tentang Kepatuhan Kontrol Penderita Hipertensi Dengan
Kejadian Stroke, pada penelititan tersebut menunjukkan bahwa uji statistik
diperoleh nilai p value kepatuhan kontrol dengan kejadian stroke adalah
0,000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai = 1% (0,01) maka Ho
ditolak yang artinya ada hubungan antara kepatuhan kontrol penderita
Hipertensi dengan kejadian Stroke.
Kepatuhan kontrol penderita Hipertensi untuk deteksi dan penatalaksanaan
Hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan
morbiditas dan mortalitas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan
diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat
dicapai dengan obat Hipertensi dan modifikasi gaya hidup, diantaranya:
menurunkan berat badan, mengatur diet/pola makan (seperti : rendah garam,
rendah kolesterol, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak
mengkonsumsi alkohol), berhenti merokok, meningkatkan aktivitas fisik
seperti olah raga, serta mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
Pentingnya pemberian informasi oleh petugas kesehatan di pelayanan

60

kesehatan

tempat

penderita

Hipertensi

melakukan

kontrol

dapat

meningkatkan kepatuhan kontrol penderita Hipertensi itu sendiri (arif,


2001).
Kontrol dalam penyakit Hipertensi ini dapat dikatakan sebagai pengobatan
seumur hidup bilamana ingin dihindari terjadinya komplikasi yang tidak
baik. Maka, kepatuhan kontrol penderita Hipertensi, baik dalam hal
observasi tekanan darah maupun pengobatan merupakan salah satu faktor
untuk mencegah terjadinya komplikasi Hipertensi. (Wiwik, 2011).

C. Implikasi
Kepatuhan dalam pengobatan adalah suatu keadaan dimana seseorang mau
mengikuti petunjuk atau perintah yang diberikan kepadanya. Kepatuhan
merupakan istilah yang menggambarkan pelaksanaan suatu prosedur atau suatu
tindakan sesuai dengan petunjuk atau kesepakatan yang telah ditetapkan
bersama Jadi kepatuhan pengobatan disini adalah perilaku klien yang taat
terhadap aturan, perintah, prosedur, dan disiplin untuk melakukan minum obat,
Diit Hipertensi dan kepatuhan kontrol, hasil penelitian ini adalah adanya
hubungan yang signifikan antara kepatuhan pengobatan yang berupa kepatuhan
minum obat, kepatuhan diit hipertensi dan kepatuhan kontrol dengan kejadian
hipertensi hal ini mengandung implikasi bahwa setiap pasien dengan hipertensi
harus patuh terhadap pengobatan hipertensi agar tidak terjadi peningkatan
tekanan darah sehingga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi yang
terajdi karena hipertensi. kecenderungan jika pasien hipertensi yang tidak patuh
terhadap pengobatan memiliki risiko terjadi peningkatan tekanan darah.

61

Sedangkan yang patuh terhadap pengobatan cenderung memiliki resiko yang


lebih rendah terjadi peningaktan tekanan darah.

BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Poli Rawat Jalan RSUD
Karawang Jawa Barat tentang hubungan kepatuhan pengobatan hipertensi
(kepatuhan minum obat, Kepatuhan diit hipertensi, kepatuhan Kontrol) dengan
kejadian hipertensi, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan
kejadian hipertensi (p value (0,002) < 0,05) artinya semakin patuh minum
obat maka cenderung tidak terjadi hipertensi
2. Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diit hipertensi dengan
kejadian hipertensi (p Value (0,016) < 0,05) artinya semakin patuh diit
hipertensinya maka cenderung tidak terjadi hipertensi
3. Ada hubungan yang signifikan antara Kepatuhan Kontrol dengan kejadian
hipertensi (p value (0,007) > 0,05) artinya semakin kontrol maka cenderung
tidak terjadi hipertensi

B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan lagi kepatuhan minum obat dan diet
dengan cara mengurangi dan menghindari faktor risiko (gaya hidup yang
tidak baik) yang dapat meningkatkan terjadinya komplikasi hipertensi
2. Bagi Rumah Sakit

62

meningkatkan kepatuhan

penderita hipertensi

dalam

minum

obat,

kepatuhan akan diit hipertensi, dan kepatuhan kontrol dengan cara


memberikan penyuluhan tentang penyakit hipertensi dan penanganannya,
3. Bagi Keluarga Pasien
Untuk lebih memberikan dorongan kepada anggota keluarga yang terkena
hipertensi agar terus mematuhi pengobatan hipertensi, dan senantiasa selalu
mencari informasi tentang penangganan hipertensi.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Dapat dilakukan penelitian terhadap variabel lain seperti faktor-faktor yang
berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien terhadap kejadian hipertensi
dikembangkan dengan design dan metode yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anggina, L ; Hamzah, A & Pandhit. (2010). Hubungan Antara Dukungan
Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Dalam
Melaksanakan Program Diet Di Poli Penyakit Dalam RSUD Cibabat
Cimahi, ISSN: 2086-3098
Aprillia Puspitasari dkk, 2014. Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan
Pasien Hipertensi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Profil Kesehatan 2005.
Jakarta.
Ellisa-Debe, 2014, Hipertensi The Silent Killer Of death, Kompasiana.com
Guyton AC., Hall JE.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran:
Medical Physiology. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Textbook of

Hanns Peter, W. (2008). Hipertensi,PT Bhuana Ilmu Populer, Gramedia, Jakarta


Heryudarini Harahap. 2009. Pengaruh Diet Penurunan Berat Badan dan
Tekanan Darah pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan. Institut
Pertanian Bogor.

64

Irmalita. 2003. Bagaimana Meningkatkan


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kepatuhan

Pasien.

Jakarta:

Ilham Zulfichar Halim, 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku


Pada Lansia Dengan Hipertensi Di PuskesmasSewon II Bantul. Universias
Muhammadiyah Yogyakarta
Jan Tambayong, 2000, Patofisiologi Untuk Perawatan, EGC, Jakarta.
Kabo, Peter. 2011. Bagaimana Menggunakan Obat-obat Kardiovaskular
Secara Rasional. Edisi I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kumboyono, Yulian WU, Yulinda DC. 2012. Hubungan Kepatuhan Minum
Obat Dengan Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di
Poliklinik Jantung Rumah Sakit DR. Saiful Anwar Malang.
Kurniawan A. Gizi Seimbang untuk Mencegah Hipertensi. Disampaikan pada
seminar hipertensi senat mahasiswa FK Yarsi, Jakarta. September 2002.
Lanny Sustrani dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
L. Stanley. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi7. Jakarta: EGC
Marliani L, S Tantan. 2007. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Morisky, D. & Munter, P. 2009. New Medication Adherence Scale Versus
Pharmacy Fill Rates In Senior With Hipertention. American Jurnal of
Managed Care
Niven, N., 2002, Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat dan
Profesional Kesehatan Lain, Edisi Kedua, EGC: Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, Taufan, 2011. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta:
Penerbit Muka Medika
Nursalam. 2003. Konsep dan Perawatan Metodologi Penelitiam Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi Tesis, dan Instrumen Keperawatan, Jakarta:
Salemba Medika

64

Price, S. A., Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Pujiyanto, 2007, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakpatuhan
Pasien Dalam Minum Obat Antihipertensi Di Puskesmas Beji Kota
Depok.
Purnomo, Heru, 2009. Penyakit Yang Paling Mematikan. Jakarta: Buana Pustaka.
Putu Kenny Rani Evadewi & Luh Made Karisma Sukmayanti S, 2013, Kepatuhan
Mengonsumsi Obat Pasien Hipertensi Di Denpasar Ditinjau Dari
Kepribadian Tipe A Dan Tipe B, ISSN: 2354-5607, Universitas Udayana Bali
Siregar, M. M. Ir. Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian
Kuantitatif. Edisi 1. Jakarta : Bumi Aksara
Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Soenardi, T., Soetardjo, S. 2005.Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi.
Jakarta: Gramedia.
Sugiyono, 2005, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, CV.ALFABETA:
Bandung.
Suhardjono. 2008. Diskusi Seminar Kepatuhan
Selamatkan Hidup Anda. medicastore.com

Minum

Obat

Akan

Tierney, Lawrence M., dkk., 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit
Dalam). Salemba Medika. Jakarta
WHO. 2010. Adherence to long-term therapies: evidence for action.
www.who.int/chp/knowledge/publications/adherence_report/en/index.html.
Wiwik, 2011, Pendahuluan: Latar Belakang Hipertensi, (online), available:
http://wiwik21.wordpress.com
PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Calon Responden
Di RS Umum Daerah Karawang
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program Sarjana Keperawatan STIKes
Kharisma Karawang, Saya akan melakukan penelitian tentang Hubungan

65

Kepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan


Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun 2015
Penelitian yang dilakukan bertujuan hanya untuk pelaksanaan studi ilmiah, hasil
penelitian tidak mempengaruhi pelayanan di RSUD Karawang. Jika ada hal yang
tidak/kurang dimengerti bapak ibu boleh menghubungi peneliti.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini dan minta kesediaannya untuk mengisi kuesioner
yang saya sediakan dengan kejujuran. Jawaban yang diberikan dijamin
kerahasiaannya. Demikian permohonan, atas bantuan dan partisipasinya saya
ucapkan terima kasih

Karawang, Februari 2015


Peneliti

PERNYATAAN PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

Ruangan

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden/sampel penelitian sdr. Yuda


Hudaya, mahasiswa STIKes Kharisma Karawang semester akhir (IV) dengan
judul penelitian Hubungan Kepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Di
Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun 2015.
segala jawaban yang saya berikan berdasarkan persepsi dan keadaan sebenarnya.

64

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat untuk kepentingan penelitian serta
tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Karawang, Februari 2015


(Responden)
KUESIONER
Hubungan Kepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
Yang Berobat di Poli Rawat Jalan RSUD Karawang
A. Kepatuhan Minum Obat
Baca dan pahami setiap pernyataan di bawah ini, kemudian berilah tanda
() dikolom yang sudah tersedia, sesuai dengan tanggapan dan hal yang
akan anda lakukan dalam menanggapi keadaan.
Selal
u

No

Pernyataan

Saya minum obat sesuai dengan dosis yang


diberikan
Saya minum obat sesuai dengan jenis obat yag
sudah ditentukan oleh dokter
Saya minum obat sesuai dengan resep dokter
Saya minum obat sesuai dengan cara pemberian
obat (di bawah lidah/langsung ditelan)
Saya minum obat sesuaid engan waktu yang
diberikan
Saya hanya minum obat dari dokter
Saya hanya minum obat dari dokter tanpa obat
tradisional
Saya mium obat setelah makan
Saya minum obat tidak disatukan dengan obat
yang lain

2
3
4
5
6
7
8
9

Serin
g

Jaran
g

Tidak
pernah

B. Kuesioner Kepatuhan Diit


Baca dan pahami setiap pernyataan di bawah ini, kemudian berilah tanda
() dikolom yang sudah tersedia, sesuai dengan tanggapan dan hal yang
akan anda lakukan dalam menanggapi keadaan.
Selal
u

No

Pernyataan

Saya makan makanan yang sesuai anjuran


dokter atau petugas kesehatan lain berupa
makan makanan yang kadar garamnya rendah
Saya berusaha menaati aturan makan makanan

64

Serin
g

Jaran
g

Tidak
pernah

yang sedikit garam


Saya menghindari makanan yang dilarang oleh
dokter
Untuk menghindari kebosanan saya mengganti
jenis makanan seperti ikan diganti dengan
tempe tapi tetap rendah garam
Saya selalu makan makanan sehat seperti sayur,
lauk pauk dan buah-buahan
Saya tidak memakan makanan yang dari luar
Saya makan makanan yang tidak menggandung
zat pengawet dan pewarna

3
4
5
6
7

C. Kuesioner Kepatuhan Kontrol Tekanan Darah


Baca dan pahami setiap pernyataan di bawah ini, kemudian berilah tanda
() dikolom yang sudah tersedia, sesuai dengan tanggapan dan hal yang
akan anda lakukan dalam menanggapi keadaan.
Selal Serin Jaran
No Pernyataan
u
g
g
1
Saya memeriksakan penyakit saya ke dokter
2
Saya akan kontrol seusai jadwal
3
Saya mengukur tekanan darah saya sendiri
setiap hari
4
Saya kontrol ke dokter bila ada keluhan
5
Saya secara rutin memeriksakan tekanan darah
6
Jika obat habis saya datang ke dokter untuk
diperiksa kembali
Data Penelitian
Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Minum Obat
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excluded(a)

15
0

%
100,0
,0

Total

15

100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,900

N of Items
10
Item-Total Statistics

Scale Mean if
Item Deleted

Scale
Variance if
Item Deleted

Corrected
Item-Total
Correlation

64

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

Tidak
pernah

P1
P2

22,8667
22,9333

38,838
42,210

,747
,639

,883
,891

P3

22,8000

39,743

,807

,880

P4

22,6667

39,667

,646

,890

P5

22,6667

38,381

,751

,882

P6

22,8667

42,695

,591

,893

P7

23,1333

46,267

,202

,917

P8

22,9333

42,638

,596

,893

P9

22,8667

36,981

,846

,875

P10

22,8667

40,695

,710

,886

Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Diit


Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excluded(a)

15
0

%
100,0
,0

Total

15

100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,964

N of Items
7
Item-Total Statistics

VAR00001
VAR00002

Scale Mean if
Item Deleted
15,6000
15,7333

Scale
Variance if
Item Deleted
31,400
31,210

Corrected
Item-Total
Correlation
,792
,806

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
,965
,964

VAR00003

15,4667

30,981

,933

,954

VAR00004

15,8000

30,457

,822

,963

64

VAR00005

15,5333

30,267

,914

,955

VAR00006

15,4667

30,981

,933

,954

VAR00007

15,6000

31,400

,947

,954

Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Diit


Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excluded(a)

15
0

%
100,0
,0

Total

15

100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,958

N of Items
6
Item-Total Statistics

VAR00001
VAR00002

Scale Mean if
Item Deleted
12,7333
12,7333

Scale
Variance if
Item Deleted
22,352
21,781

Corrected
Item-Total
Correlation
,851
,914

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
,953
,945

VAR00003

12,6000

24,686

,862

,951

VAR00004

12,6667

22,381

,908

,945

VAR00005

12,6000

24,686

,862

,951

VAR00006

12,6667

24,095

,847

,952

Univariate
Statistics

Valid
Missing

Kepatuhan
Minum Obat
40
0

Std. Deviation

Kepatuhan
Diit

.50383

Kepatuhan
Kontrol

Tekanan
Darah

40
0

40
0

40
0

.50064

.49614

.49614

Kepatuhan Minum Obat

Valid

Patuh
Tidak patuh
Total

Frequency
18
22

Percent
45.0
55.0

Valid Percent
45.0
55.0

40

100.0

100.0

Cumulative
Percent
45.0
100.0

Kepatuhan Diit

Valid

Patuh
Tidak Patuh
Total

Frequency
23
17

Percent
57.5
42.5

Valid Percent
57.5
42.5

40

100.0

100.0

65

Cumulative
Percent
57.5
100.0

Kepatuhan Kontrol

Valid

Patuh
Tidak Patuh

Frequency
24
16

Percent
60.0
40.0

Valid Percent
60.0
40.0

40

100.0

100.0

Total

Cumulative
Percent
60.0
100.0

Tekanan Darah

Valid

Tidak Hipertensi
Hipertensi

Frequency
24
16

Percent
60.0
40.0

Valid Percent
60.0
40.0

40

100.0

100.0

Total

Cumulative
Percent
60.0
100.0

Mean dan Median


Statistics
N

Minum Obat
40
0

Valid
Missing

Diit

Kontrol
40
0

40
0

Mean

22.6250

18.0500

17.9000

Median

23.0000

18.0000

18.0000

Mode
Std. Deviation
Sum

22.00

19.00

18.00

3.76684

3.09632

2.41576

905.00

722.00

716.00

Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kejadian Hipertensi + OR


Case Processing Summary
Cases
Valid

Missing

N
Kepatuhan Minum Obat
* Tekanan Darah

Percent
40

Total

100.0%

Percent
0

Percent

.0%

40

100.0%

Kepatuhan Minum Obat * Tekanan Darah Crosstabulation


Tekanan Darah
Total

Tidak
Hipertensi
Kepatuhan Minum
Obat

Patuh

Count
% within Kepatuhan
Minum Obat

Tidak patuh

Count
% within Kepatuhan
Minum Obat

Total

Count
% within Kepatuhan Minum Obat

66

Hipertensi

16

18

88.9%

11.1%

100.0%

14

22

36.4%

63.6%

100.0%

24

16

40

60.0%

40.0%

100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
(2-sided)
.001

9.297

.002

12.442

.000

Value
11.380(b)

Pearson Chi-Square
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio

df

Exact Sig.
(2-sided)

Exact Sig.
(1-sided)

.001

.001

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear
Association

11.096

N of Valid Cases

40

.001

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.20.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Upper

Odds Ratio for Kepatuhan


Minum Obat (Patuh / Tidak
patuh)

14.000

2.539

77.208

For cohort Tekanan Darah


= Tidak Hipertensi

2.444

1.374

4.350

For cohort Tekanan Darah


= Hipertensi

.175

.046

.670

N of Valid Cases

40

Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi dengan kejadian Hipertensi + OR


Case Processing Summary
Cases
Valid

Missing

N
Kepatuhan Diit *
Tekanan Darah

Percent
40

Total

100.0%

Percent
0

.0%

Percent
40

100.0%

Kepatuhan Diit * Tekanan Darah Crosstabulation


Tekanan Darah
Tidak
Hipertensi
Kepatuhan
Diit

Patuh

Count
% within Kepatuhan Diit

Tidak Patuh

Count
% within Kepatuhan Diit

Total

Count
% within Kepatuhan Diit
Chi-Square Tests

67

Total

Hipertensi

18

23

78.3%

21.7%

100.0%

11

17

35.3%

64.7%

100.0%

24

16

40

60.0%

40.0%

100.0%

Asymp. Sig.
(2-sided)
.006

5.835

.016

7.682

.006

Value
7.519(b)

Pearson Chi-Square
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio

df

Exact Sig.
(2-sided)

Exact Sig.
(1-sided)

.009

.008

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear
Association

7.331

N of Valid Cases

40

.007

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.80.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Kepatuhan
Diit (Patuh / Tidak Patuh )
For cohort Tekanan Darah
= Tidak Hipertensi
For cohort Tekanan Darah
= Hipertensi

Lower

Upper

6.600

1.621

26.871

2.217

1.125

4.371

.336

.143

.787

N of Valid Cases

40

Hubungan kepatuhan Kontrol dengan Kejadian Hipertensi + OR


Case Processing Summary
Cases
Valid

Missing

N
Kepatuhan Kontrol *
Tekanan Darah

Percent
40

Total

100.0%

Percent
0

.0%

Percent
40

100.0%

Kepatuhan Kontrol * Tekanan Darah Crosstabulation


Tekanan Darah
Tidak
Hipertensi
Kepatuhan
Kontrol

Patuh

Count
% within
Kepatuhan Kontrol

Tidak Patuh

Count
% within
Kepatuhan Kontrol

Total

Count
% within Kepatuhan Kontrol

68

Total

Hipertensi

19

24

79.2%

20.8%

100.0%

11

16

31.3%

68.8%

100.0%

24

16

40

60.0%

40.0%

100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square

Asymp. Sig.
(2-sided)
.002

7.296

.007

9.403

.002

Value
9.184(b)

Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio

df

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear
Association

8.954

N of Valid Cases

40

Exact Sig.
(2-sided)

Exact Sig.
(1-sided)

.004

.003

.003

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.40.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Upper

Odds Ratio for Kepatuhan


Kontrol (Patuh / Tidak
Patuh )

8.360

1.971

35.461

For cohort Tekanan Darah


= Tidak Hipertensi

2.533

1.190

5.391

For cohort Tekanan Darah


= Hipertensi

.303

.130

.707

N of Valid Cases

40

69

70

Anda mungkin juga menyukai