Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL RISET KEPERAWATAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KADAR TEKANAN DARAH

PADA PASIEN HIPERTENSI DI DESA TANJUNG PURA

Disusun oleh :

Refin Fachri Fadillah

4338114401210056

Dosen Pembimbing

Nrs. Lilis Suryaningsih SKp M.Kep Phd

UNIVERSITAS HORIZON INDONESIA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Riset ini diajukan oleh :

Nama : Refin Fachri Fadillah

Nim : 4338114401210056

Program studi : DIII Keperawatan

Judul : Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kadar Tekanan Darah Pada Pasien
Dengan Hipertensi Di Desa Tanjung Pura

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang
diperlukan untuk kelulusan mata kuliah riset keperawatan pada Program Studi Keperawatan Diploma III
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Horizon Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Nrs Lilis Suryani S.Kep M.Kep PHD

Penguji :

Ditetapkan di : Universitas Horizon Indonesia

Tanggal : 07 Desember 2022

Mengetahui

Ka Prodi Keperawatan Diploma III

Astrid Berlian Utami. M.Kep

(…)

HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Riset ini diajukan oleh :

Nama : Refin Fachri Fadillah

NIM : 4338114401210056

Program Studi : DIII keperawatan

Judul : Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kadar Tekanan Darah Pada Pasien
Dengan Hipertensi Di Desa Tanjung Pura

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Proposal Riset Program Studi Diploma III
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Horizon Indonesia.

Karawang, (…..)

PEMBINGBING :

Ns. Lilis Suryani. S.Kep M.Kep PHD

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Rahmat-Nya,
Dalam penyusunan proposal ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi namun pada
akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral
maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
sebanyak banyaknya kepada :

1. Superhero dan panutanku, Ayahanda Irmansyah. Beliau memang tidak sempat merasakan
Pendidikan sampai bangku perkuliahan, namun beliau mampu mendidik penulis seperti
memotivasi dan memberikan dukungan hingga penulis mampu menyelesaikan studinya sampai
sarjana.
2. Pintu surgaku, Ibunda Eli herlina. Beliau sangat berperan penting dalam menyelesaikan program
study penulis, beliau juga tidak sempat merasakan Pendidikan hingga di bangku perkuliahan,
namun semangat, motivasi serta do'a yang selalu beliau berikan hingga penulis mampu
menyelesaikan studinya sampai sarjana.
3. Ketua Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Horizon Indonesia, Ns. Eldawati S.Kep M,Kep PHD,
Beliau telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti segala proses
pembelajaran.
4. Ketua Program Dtudi Diploma III Keperawatan, Ns. Astrid Berlian Utami. S.Kep M.Kep. Beliau
merupakan pendidik yang selalu memotivasi penulis dalam segala proses pembelajaran
5. Kordinator Mata Ajar Riset Keperawatan, Ns. Cashman. S.Kep M.Kep Sp.An. Penulis baru saja
mengenal beliau namun penulis yakin ia merupakan sosok pendidik yang menjadi inspirasi bagi
mahasiswa.
6. Pembimbing mulia ku, Ns. Lilis Suryani S.Kep M.Kep PHD. Beliau sangat berperan penting bagi
penulis dalam menyelesaikan proposal ini, beliau memberi dukungan pada penulis berupa moral
maupun spiritual.
7. Staf Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan, Mereka sosok yang menginspirasi penulis dan senantiasa
membantu penulis dalam proses pembelajaran
8. Diri Saya Sendiri, beliau merupakan sosok penulis yang selalu berusaha bertahan dan
bersemangat dalam menyelesaikan pembelajaran ini
9. Teman teman Sang Penulis, Mereka ialah orang orang yang menjadi acuan bagi penulis untuk
segera menyelesaikan proposal ini

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan didalam proposal ini , oleh sebab itu penulis sangat
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dalam perbaikan yang akan datang, semoga
proposal ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa perawat khususnya dan pada umum nya bagi kita
semua.

Karawang, 2023

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi penyakit mematikan di sebagian besar
negara. Hipertensi juga merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi di
Indonesia, oleh karena itu penanganan penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum
dilakukan di berbagai tingkat fasilitas Kesehatan (Soenarta dkk., 2015).

Jika tidak disadari, penderita akan mengalami komplikasi pada organ penting seperti jantung,
otak, atau ginjal Inilah sebabnya mengapa hipertensi sering disebut sebagai “silent
killer”(Triyanto, 2014) Jika ada gejala, berarti ada kerusakan pembuluh darah, dengan
manifestasi khas tergantung pada sistem organ yang disuplai oleh pembuluh darah yang
terkena. (Aspiani, 2015).

Kecemasan seseorang dapat menyebabkan tekanan darahnya meningkat. Saat Anda cemas,
hormon adrenalin meningkat, yang dapat menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Kecemasan mengintai dan memperparah
hipertensi karena ketika khawatir, pembuluh darah menyempit sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah (Angela, 2017).

Terkait hubungan kecemasan dengan hipertensi, penting untuk mengatasi kecemasan pada
penderita hipertensi. Ada banyak cara untuk mengatasi kecemasan ini, baik secara medis
maupun nonfarmakologis. Perawat mempunyai peran dan fungsi dalam memberikan asuhan
keperawatan, termasuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan dan
pengobatan kecemasan pasien (Annisa, 2014).

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa sekitar 1,13
miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, artinya satu dari tiga orang di seluruh dunia
telah terdiagnosis hipertensi dan hanya 36,8% di antaranya yang mengonsumsi obat. Jumlah
penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun
2025, akan ada 1,5 miliar orang yang menderita tekanan darah tinggi dan setiap tahunnya 9,4
juta orang akan meninggal karena tekanan darah tinggi dan komplikasinya. (WHO, 2015).

Hipertensi menyebabkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahunnya, termasuk 1,5 juta orang
di Asia Tenggara, dimana sepertiga penduduknya menderita hipertensi, yang dapat
meningkatkan beban biaya pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2017). Bahkan menurut Badan
Pusat Statistik, angka penderita darah tinggi di Indonesia mencapai 34% pada tahun 2018, dan di
Jawa Barat angka penderita darah tinggi sebesar 39,6% (BPS, 2020). tepatnya di ruang base
RSUD. Karawangng mendeteksi 1.671 kasus penderita hipertensi pada tahun 2020 (Dinkes,
2020)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan (2014), dengan judul penelitian “hubungan
antaratekanan darah tinggi dan kecemasan pada lansia”. Dapat disimpulkan Kebanyakan orang
tahu (60,5%) 23 dari 38 responden menderita tekanan darah tinggi, danMayoritas (73,7%)
responden masuk dalam kategori kecemasan ringan yaitu 28 orang diantara 38 responden, dan
kesimpulan akhir terdapat hubungan antara tekanan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurfitri (2021), dengan judul “Hubungan Tingkat
Kecemasan Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia di Puskesmas Jumpandang Baru”
mendapatkan hasil bahwa adanya hubungan antara tingkat kecemasan terhadap peningkatan
tekanan darah diperoleh informasi nilai p= 0,001 < α=0,05.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Thika Marliana (2019), dengan judul penelitian
“Hubungan Kecemasan Lansia Dengan Hipertensi Di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta
Timur”. Didapati hasil bahwa sebagian besar responden mengalami hipertensi sebanyak
87orang (70,2%), dan sebagian besar responden yang memiliki kecemasan ringan, sedang
sebanyak 107 orang (86,3%). Terdapat hubungan antara kecemasan dengan kejadian
hipertensi (Pvalue= 0,041) di Puskesmas Kecamatan Kramat jati Tahun 2019.

B. Rumusan masalah
Tingginya tekanan darah atau hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius dan dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan komplikasi kesehatan lainnya. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pendekatan baru yang dapat membantu mengelola
tekanan darah tinggi secara efektif. Salah satu pendekatan yang menarik adalah hipnosis, yang
telah digunakan dalam berbagai konteks kesehatan mental dan fisik, Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah untuk “Mengetahui pengaruh hypnosis terhadap penurunan tekanan darah
tinggi atau hipertensi”

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Bertujuan untuk menganalisis efektivitas terapi hipnosis sebagai metode pengobatan
tambahan dalam menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien dewasa dengan
hipertensi.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengukur perubahan tekanan darah
b. Untuk memahami mekanisme neurofisiologis
c. Untuk mengevaluasi dampak jangka Panjang

D. Manfaat penelitian
a) Bagi Insitusi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan mengenai pengaruh
hypnosis terhadap penurunan tekanan darah tinggi atau hipertensi
b) Bagi peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian kepustakaan mengenai
pengaruh hypnosis terhadap penurunan tekanan darah tinggi atau hipertensi di bidang
mata kuliah yang terkait
c) Bagi masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan dapat mejadi saran
masukan bagi semua masyarakat di daerah Jawa Barat khusus nya mengenai pengaruh
hypnosis terhadap penurunan tekanan darah tinggi atau hipertensi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan kekhawatiran yang mendalam
dan berkelanjutan, tetapi belum mengalami gangguan dalam menilai realitas,
kepribadian masih tetap utuh dan perilaku dapat terganggu, tetapi masih dalam batas-
batas normal (Candra et al. 2017), Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih
tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas norma, Berbagai
alasan kecemasan pada pasien pra bedah antara lain : cemas menghadapi pembiusan,
takut mati saat operasi, cemas menghadapi citra tubuh yang berupa cacat yang akan
mengganggu fungsi peran pasien, dan cemas masalah biaya perawatan yang
membengkak. Pandangan bahwa pembedahan akan menimbulkan kerusakan pada
bagian tubuh tertentu serta nyeri yang hebat menyebabkan klien pada umumnya
merasa takut atau cemas (Hawari, 2016).

2. Tingkatan Kecemasan
Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu, Menurut
Peplau, dalam (Muyasaroh et al. 2020) mengidentifikasi empat tingkatan
kecemasan, yaitu :
a) Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini
dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda
dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan
stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif serta
terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit
tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
b) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami
perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi
menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang
menjadi perhatiaannya.
c) Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu : persepsinya sangat
kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak
dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar
secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual,
gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil
maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta
seluruh perhatian terfokus pada dirinya.
d) Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan
pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika
berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda
dan gejala daritingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.

3. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan


Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa - peristiwa atau
situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut
Savitri Ramaiah (2003) dalam (Muyasaroh et al. 2020) ada beberapa faktor yang
menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
a) Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
terhadap lingkungannya.
b) Emosi Yang Ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar
untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya
menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c) Sebab - Sebab Fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilansemasa remaja dan sewaktu terkena suatu penyakit. Selama ditimpa
kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan.
Menurut (Patotisuro Lumban Gaol, 2004) dalam (Muyasaroh et al. 2020),
kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan
sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari
masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru dihadapi.
Sedangkan, menurut Blacburn & Davidson dalam (Ifdil and Anissa 2016),
menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan kecemasan, seperti pengetahuan
yang dimiliki seseorang mengenai situasi yang sedang dirasakannya, apakah
situasi tersebut mengancam atau tidak memberikan ancaman, serta adanya
pengetahuan

4. Tanda Dan Gejala Kecemasan


Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) dalam (Ifdil and Anissa 2016) ada beberapa
tanda-tanda kecemasan, yaitu :
a) Tanda-Tanda Fisik Kecemasan,
Tanda fisik kecemasan diantaranya yaitu : kegelisahan, kegugupan,, tangan atau
anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang
mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada,
banyak berkeringat, telapak tangan yang berkeringat, pening atau pingsan,
mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas
pendek,jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang
bergetar, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa
lemas atau mati rasa, sulit menelan, kerongkongan merasa tersekat, leher atau
punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan, tangan yang
dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut atau mual, panas dingin,
sering buang air kecil, wajah terasa memerah,diare, dan merasa sensitif atau
“mudah marah”.
b) Tanda-Tanda Behavioral Kecemasan,
Tanda-tanda behavorial kecemasan diantaranya yaitu : perilaku menghindar,
perilaku melekat dan dependen, dan perilaku terguncang.
c) Tanda-Tanda Kognitif Kecemasan
Tanda-tanda kognitif kecemasan diantaranya : khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang
terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera
terjadi (tanpa ada penjelasan yang jelas), terpaku pada sensasi ketubuhan,
sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau
peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian,
ketakutan akan kehilangan

5. Dampak Kecemasan
Ketakutan, kekhawatiran dan kegelisahan yang tidak beralasan pada akhirnya
menghadirkan kecemasan, dan kecemasan ini tentu akan berdampak pada perubahan
perilaku seperti, menarik diri dari lingkungan, sulit fokus dalam beraktivitas, susah
makan, mudah tersinggung, rendahnya pengendalian emosi amarah, sensitive, tidak
logis, susah tidur. (Jarnawi 2020). Menurut Yustinus (2006) dalam (Arifiati and Wahyuni
2019), membagi beberapa dampak dari kecemasan ke dalam beberapa simtom, antara
lain :
a) Simtom Suasana Hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman
dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui.
Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat
menyebabkan sifat mudah marah.
b) Simtom Kognitif
Simtom kognitif yaitu kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan
keprihatinan pada individu mengenai hal yang tidak menyenangkan yang
mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah yang ada,
sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya
akan menjadi lebih merasa cemas.
c) Simtom Motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,
kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari kaki mengetuk-
ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom
motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupaka usaha untuk melindungi dirinya dari apa yang dirasanya mengancam.

6. Ukuran Tingkat Kecemasan


Menurut (Saputro & Fazris, 2017) “Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), pertama
kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk mengukur semua tanda
kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk
mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa.”Skala HARS penilaian
kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:
a) Perasaan Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
b) Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis, dan lesu, tidak
bisa istirahat tenang, dan mudah terkejut.
c) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila ditinggal sendiri,
pada binatang besar, pada keramain lalu lintas, dan pada kerumunan orang
banyak.
d) Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
pulas, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk, dan mimpi
menakutkan.
e) Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, susah berkonsentrasi.
f) Perasaan stress dan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hobi, sedih,
bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
g) Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara
tidak stabil.
h) Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa
lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.
i) Gejala kardiovaskuler: berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, perasaan
lesu lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung hilang sekejap.
j) Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
napas, napas
k) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri
sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, kembung, mual,
muntah, buang air besar lembek, berat badan turun, susah buang airbesar.
l) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air seni, amenorrhoe,
menorrhagia, frigid, ejakulasi praecocks, ereksi lemah, danimpotensi.
m) Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing, dan
bulu roma berdiri.
n) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut kening,
muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek cepat, dan muka merah.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:


0= tidak ada gejala sama sekali
1= satu gejala yang ada
2= sedang/separuh gejala yang ada
3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada
4= sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14 dengan
hasil:
Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
Skor 14-20 = kecemasan ringan
Skor 21-27 = kecemasan sedang
Skor 28-41 = kecemasan berat
Skor 42-52 = kecemasaan berat sekali
pendek/ sesak.

B. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai suatu kondisi tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg, dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg
berdasarakan dari dua ataupun lebih pengukurang tekanan darah (Kurnia, 2020) .
hipertensi adalah keadaan atau gangguan pembuluh darah yang menyebabkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah menjadi terhambat sampai ke seluruh
jaringan yang ada pada tubuh tubuh (Hastuti, 2022).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan Tensi yang artinya tekanan/tegangan,
jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah diatas nilai normal (Musakkar & Djafar, 2021).

2. Gejala Hipertensi
Menurut Kemenkes RI, 2018 tidak semua penderita hipertensi memiliki gejala secara
tampak, mayoritas dari penderitanya mengetahui menderita hipertensi setelah
melakukan pemeriksaan pada fasilitas kesehatan baik primer maupun sekunder. Hal ini
pula yang mengakibatkan hipertensi dikenal dengan sebutan the silent killer. Tetapi
pada beberapa penderita memiliki gejala seperti :
a) Sakit Kepala
b) Gelisah
c) jantung berdebar-debar
d) Pusing
e) Penglihatan kabur
f) Rasa sesak di dada
g) Mudah lelah

3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Join National Comitten on Detection Evolution and Treatment of High Blood
Pressure VIII dalam Bell et al, (2015) mengklasifikasikan tekanan darah pada orang
dewasa berusia 18 tahun atau ke atas sebagai berikut :
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)

Optimal <120 dan < 80

dan/
Normal 120-129 80-84
atau

dan/
Normal Tinggi 130-139 85-89
atau

dan/
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
atau

dan/
Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109
atau

dan/
Hipertensi Derajat 3 ≥ 180 ≥ 110
atau

Hipertensi Sistolik
≥ 140 dan < 90
Terisolasi

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut 2018 ESC-ESH

4. Penyebab Hipertensi
Beberapa penyebab hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021), antara lain :
Keturunan
a) Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi
maka besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi.
b) Usia
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang
maka tekanan darah pun akan meningkat.
c) Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang.
d) Kolesterol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga mengakibatkan pembuluh
darah menyempit dan tekanan darah pun akan meningkat.
e) Obesitas/kegemukan
Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih tinggi
mengidap hipertensi.
f) Stress
Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan
antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu)(Anggriani et al., 2014).
g) Rokok
Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok dalam
keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit yang
berkaitan dengan jantung dan darah.
h) Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat
meningkatkan tekanan darah.
i) Alkohol
Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.
j) Kurang olahraga
Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika
menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.

5. Dampak Hipertensi
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya
menurut (Septi Fandinata, 2020):
a) Payah jantung
Kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan pada otot jantung atau
sistem listrik jantung.
b) Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pembuluh darah yang
sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada pembuluh darah otak makan akan
terjadi pendarahan pada otak dan mengakibatkan kematian. Stroke bisa juga
terjadi karena sumbatan dari gumpalan darah di pembuluh darah yang
menyempit.
c) Kerusakan ginjal
Menyempit dan menebalnya aliran darah menuju ginjal akibat hipertensi dapat
mengganggu fungsi ginjal untuk menyaring cairan menjadi lebih sedikit sehingga
membuang kotoran kembali ke darah.
d) Kerusakan pengelihatan
Pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata karena hipertensi
dapat mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur, selain itu kerusakan yang
terjadi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan pada pandangan yang
menjadi kabur.

6. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut (Ernawati, 2020) yaitu :
a) Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram setiap hari)
b) Makan lebih banyak buah dan sayuran
c) Aktifitas fisik secara teratur
d) Menghindari penggunaan rokok
e) Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh
f) Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam makanan

7. Patofisiologi
Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang dapat
berakibat pada timbulnya penyakit sertaan lainnya. Hipertensi ditandai dengan tekanan
darah yang melebihi 140/90mmHg. Hipertensi terjadi karena adanya proses penebalan
dinding pembuluh darah dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Keadaan ini dapat
mempercepat jantung dalam memompa darah guna mengatasi resitensi perifer yang
lebih tinggi dan semakin tinggi. Dari seluruh penderita hipertensi, 95% penderitanya
memiliki kemungkinan mewariskan atau keturunannya memiliki risiko menderita
hipertensi dikemudian waktu, sedangkan 5% lainnya menjadi penyebab penyakit seperti
stroke, kardiovaskular, atau gangguan ginjal. Organ-organ penting yang mempengaruhi
dan terlibat dalam meningkatnya hipertensi antara lain :
a) Curah Jantung Dan Resistensi Periferal
Curah jantung dan resistensi periferal merupakan komponen utama dalam
penghitungan tekanan darah. Penambahan resistensi periferal adalah salah satu
kontribusi besar. Selain berpengaruh terhadap pembuluh darah tepi, curah
jantung juga berpengaruh cukup besar pada regulasi sirkulasi ke otak yang
berpengaruh terhadap tekanan darah dimana hal ini berperan besar pada tidak
berfungsinya jantung. Banyak factor genetic maupun dari lingkungan yang
berperan pada elevasi dari curah jantung dan resistensi peripheral. Curah
jantung
juga meningkatkan kadar obesitas dan volume plasma.
b) Renin-Angiostensin – Aldosterone System
Rennin-Angiostensis-Aldosterone System (RAAS) meregulasi tekanan darah
dengan sebuah mekanisme yang beragam. Berdasarkan RAAS (Angiostensin-II),
hipertensi banyak berorientasi berdasarkan gender / jenis kelamin, hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya penderita hipertensi terjadi pada pria. Organ
tubuh yang berfungsi sebagai pusat control yaitu otak, juga berperan dalam
regulasi sirkulasi sistem. Studi menunjukkan bahwa RAAS-Otak lebih berperan
secara aktif daripada RAS Periferal. Memiliki kedudukan yang utama pada
sistem ini, Angiostensin-II merupakan sebuah pemain neuropeptida pada
modulasi tekanan darah dan reseptor dari RAAS yaitu AT1a, AT1b terletak di
bagian penting di otak. Salah satu tujuannya yaitu mereduksi pasokan aliran
darah pada ginjal sehingga menurunkan tekanan darah.
c) Perubahan Pembuluh Darah Mikro
Tingkatan reduksi dari nitric oksida berpengaruh pada peningkatanradikal
oksigen yang berpotensi terjadinya hipertensi. Dengan lubang arteriol yang
kecil, hal ini menyebabkan perubahan pada pembuluh darah sehingga perfusi
darah ke organ juga berkurang yang disebabkan oleh tekanan bawaan. Hal ini
dapat berakibat pada iskemia atau pecahnya pembuluh darah sehingga
berpengaruh pada kerusakan organ.
d) Inflamasi
Hasil inflamasi yang kuat dalam pembentukan kembali vaskular yang
selanjutnya berubah menjadi hipertensi yang disebabkan oleh pengaktifan dan
prokreasi dari sel otot polos, sel endotelial dan fibroblas. Sitokin mediator
inflamasi, semokin, dan PGE2merupakan bagian-bagian yang terlibat sebagai
tanda adanya hipertensi sebagaimana meningkatkan tekanan darah dengan
cara menebalkan
dinding pembuluh darah.
e) Insulin Sensitif
Berdasarkan perubahan nutrisi dan mikro vaskular relaksasi, fungsi dari hormon
insulin juga akan terganggu sebagai akibat dari tidak tercukupinya suplay
glukosa pada jaringan dan bepengaruh terhadap berkurangnya jumlah oksida
nitrat endotel, inflamasi dan stress oksidatif terjadi pada pasien obesitas dan
diabetes (Ammara Batool dkk, 2018).

f) Kerangka Teori

Konsep Kecemasan Penyebab Hipertensi

gangguan alam perasaan yang ditandai 1, Keturunan


dengan kekhawatiran yang mendalam dan
2, Usia
berkelanjutan, tetapi belum mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian 3, Garam
masih tetap utuh dan perilaku dapat
terganggu, tetapi masih dalam batas-batas 4, Kolestrol
normal (Candra et al. 2017),
5, Obesitas
6, Stres

Ukuran tingkat Kecemasan

f) Perasaan stress dan depresi: hilangnya


minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,
sedih,

Hipertensi

BAB III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tekanan darah yang masih tetap tinggi, beban pikiran hidup serta ditambah dengan pengobatan
farmakologi setelah didiagnosis hipertensi dapat menimbulkan stres pada penderita hipertensi.
Terdapat 43,10% atau 25 orang mengalami stres psikososial ditandai dengan sakit kepala,
mudah lelah, terkadang atau bahkan sering marah-marah dan sulit untuk beristirahat.
(Argomulyo, 2018).

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang tidak kunjung sembuh atau bahkan telah mengalami
komplikasi dapat menyebabkan kecemasan bagi penderitanya. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh teknik self-hypnosis terhadap kecemasan pada pasien hipertensi di
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 1 Jakarta Utara. Desain penelitian yang digunakan
penelitian Eksperimen Semu (Quasi-Experiment), teknik pengambilan sampel dengan systematic
random sampling, dengan jumlah sampel 28 orang dibagi menjadi dua yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok control dengan masingmasing 14 responden . Hasil penelitian
Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan self-hypnosis di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I Jakarta dihasilkan nilai. signifikasi atau p-value sebesar 0.001. Sedangkan
pada kelompok kontrol di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II Jakarta Utara dengan nilai
signifikasi atau p-value sebesar 0.025 meskipun sama-sama signifikan, namun pada pasien
hipertensi yang mendapatkan perlakuan self-hypnosis memiliki nilai perbedaan 0,025.
Diharapkan penelitian ini bagi petugas kesehatan khusus Keperawatan Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I Jakarta Utara dalam menangani kecemasan pada pasien hipertensi cara
menurunkan tekanan darah dengan menggunakan teknik self-hypnosis.

Anda mungkin juga menyukai