Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

“FEBRIS”

SURIANI
BT 2101056
II B

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2023
I. Konsep Medis

A. Pengertian

Demam adalah kenaikan suhutubuh yang ditengahi oleh kenaikan


titik – ambang regulasi panas hipotalamus. Dandapat terjadi bila
berbagai proses infeksi dan non infeksiberinteraksi denganmekanisme
pertahanan hospes. Pada kebanyakan anak demam disebabkan oleh
agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan menghilang sesudah masa
pendek (Twistiandayani & Wintari, 2017)
Demam merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada
di atas normal atau diatas 37oC dan merupakan salah satu gejala saat
tubuh manusia terserang penyakit (Putri 2018).
Demam adalah kondisi dimana terjadinya peningkatan suhu tubuh
sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.(Efendi, 2020)

B. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi
suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan
holistic. (Pratiwi, 2019)
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media
6. Imunisas
C. Patifisiologi
Tingginya suhu tubuh dikarenakan terlepasnya suatu zat yang
disebut zat pirogen endogen kemudian mengalir melalui pembuluh
darah menandakan infeksi serta respon dari peradangan. Infeksi
mikroba tersebut menstimulusi tubuh agar melepaskan zat pirogen dan
endogen termasuk didalamnya terdapat Zat sitokin. Kemudian terjadi
proses sintesis prostaglandin E2 meleawati metabolism asam
arakhidonat siklo-oksigenase (COX-2) oleh zat sitokin sehingga
mengimpulskan ke hipotalamus untuk menaikkan suhu inti yang
dimanifestasikan naiknya suhu tubuh (sheila maria, 2022)

D. Manifestasi Klinik
Menurut Nurarif (2018) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kekurangan nafsu makan
E. Komplikasi
Menurut Nurarif (2018) komplikasi dari demam adalah:
1. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak
demam).Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar,
tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.
3. Takikardi, insufiensi jantung, insufiensi pulmonal.
F. Tes Diagnostik
Menurut Sheila maria (2022) tes diagnostik dari demam febris adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fisik: Tanda-tanda vital
2. Pemeriksaan antisan covid: Untuk mengetahui adanya reaktif atau
non reaktif pada pasien
3. Tes urine: Salah satu pemeriksaan lab yang umum dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit demam yang terjadi adalah dengan
melakukan tes urine. Cara ini dilakukan dengan melihat warna,
konsentrasi, dan kandungan dari urin yang dihasilkan. Pemeriksaan
ini untuk memastikan gangguan yang membuat seseorang
mengalami demam dan juga memantau kondisi kesehatan
seseorang.
4. Tes darah: Pemeriksaan lab lainnya untuk mendiagnosis gangguan
yang menimbulkan demam adalah dengan tes darah. Tes ini
mempunyai fungsi untuk mengetahui jumlah komponen dari darah
pada seseorang. Jika penilaian dari tes ini di luar angka normal,
berarti terdapat masalah yang lebih besar sehingga tubuh
mengalami demam.
5. Tes panel metablisme: Tes panel metabolisme juga merupakan
salah satu pemeriksaan lab yang dilakukan untuk mendiagnosis
penyakit demam yang terjadi. Hal ini memiliki fungsi untuk
mengetahui kondisi tubuh terkait dengan metabolisme, seperti
ginjal dan hati. Beberapa pemeriksaan yang terkait dengan hal ini
adalah kadar gula, protein, kalsium, elektrolit, ginjal, dan hati.

G. Penatalaksanaan Medik
Menurut Widyasari (2021) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis dan tindakan non
farmakologis. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani demam pada anak :
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit
dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat
muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek anti peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan
kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen
dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB
2. Tindakan non farmakologis
Menurut (Nurarif, 2018). Tindakan non farmakologis terhadap
penurunan panas yang dapat dilakukan:
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres
II. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan
pekerjaan, alamat, status perkawinan, susku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama: klien yang biasanya menderita febris mengeluh
suhu tubuh di atas 37,5o C, berkeringat, mual/muntah.
3. Riwayat kesehatan sekarang: pada umumnya di dapatkan
peningkatan suhu tubuh diatas 37,50 C, gejala febris biasanya yang
akan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu makan
berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
4. Riwayat kesehatan dahulu: pengkajian yang ditanyakan apabila
klien pernah mengalami penyakit sebelumnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga: penyakit yang pernah diderita oleh
keluarga baik it penyakit keturunan ataupuun penyakit menular,
ataupun penyakit yang sama.
6. Genogram petunjuk anggota keluarga klien.
7. Riwayat sosial pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan
sosial klien.
8. Kebutuhan dasar
a. Makanan dan minuman biasa klien dengan febris mengalami
nafsu makan, dan susah untuk makan sehingga kekurangan
asupan nutrisi
b. Pola tidur biasa klien dengan febris biasanya mengalami susah
untu tidur karena klien meraa gelisah dan berkeringat
c. Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan
juga mengakibtkan terjadi konsistensi bab menjadi cair.
9. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran biasanya kesadaran klien dengan febris 15-13, berat
badan serta tinggi badan.
b. Tanda tanda vital biasanya klien febris suhunya >37,50 C, nadi
>80x I head to toe
1) Kepala dan leher bentuk, kebersihan ada bekas trauma atau
tidak
2) Kulit, rambut, kuku tugor kulit (baik-buruk), tidak ada
gangguan /kelainan
3) Mata umumnya mulai terlihat cekung atau tidak
4) Telinga, hidung, tenggorokan, dan mulut bentuk
kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak,
biasanya pada klien febris mukosa bibir akan kering dan
pucat
5) Thoraks dan abdomen biasa ernafasan cepat dan dalam
abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan bising usus
bising usus normal bayi 3-5x
6) Sistem resfirasi umumnya fungsi pernafasan lebih cepat
dan dalam
7) Sistem kardiovaskuler pada kasus ini biasanya denyut pada
nadinya meningkat
8) Sistem muskuloskeletal terjadi gangguan apa tidak
9) Sistem pernafasan pada kasus ini tidak terdapat nafas yang
tertinggal / gerakan nafas dan biasanya kesadarannya
gelisah, apatis atau koma

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. (PPNI, 2016). Diagnosa yang biasa nya muncul pada
diabetes melitus menurut SDKI yaitu:
1. Hipertermia
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Penyebab :
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (mis: infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan inkubator
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : suhu tubuh diatas normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif :
a. Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardi
d. Takipnea
e. Kulit terasa hangat
2. Resiko defisit nutrisi
Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme
Faktor resiko:
a. Ketidakmampuan menelan makanan
b. Ketidakmampuan mencerna makanan
c. Ketikmampuan mengabsorbsi nutrien
d. Peningkatan kebutuhan metabolisme
e. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
f. Faktor psikologis (mis. Stress, keengaan untuk makan)
3. Intoleransi aktivitas
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab:
a. Ketidakseibangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : mengeluh lelah
Objektif: frekuensi jantung meningkat > 20% dari istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
a. Dipsnea saat/setelah aktivitas
b. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c. Merasa lemah
Objektif:
a. Tekanan darah berubah >20% dai kondisi istirahat
b. Gambaran EKG menunjukan atrimia saat/setelah aktivitas
c. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d. Sianosis
4. Gangguan pola tidur
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab:
1. Hambatan lingkungan (mis: kelembaban lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan/pemeriksaan/Tindakan)
2. Kurang control tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
a. Mengeluh sulit tidur
b. Mengeluh sering terjaga
c. Mengeluh tidak puas tidur
d. Mengeluh pola tidur berubah
e. Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif: tidak tersedia
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
a. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif: tidak tersedia
5. Hipovolemia
Penurunan volume cairan intravaskuler, intersital dan atau
intraseluler
Penyebab:
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
c. Peningkatan permeabilitas kapiler
d. Kekuangan intake cairan
e. evavorasi
Gejala dan tanda mayor
Data Subjektif : tidak tersedia
Data Objektif :
a. Frekuensi nadi meningkat
b. Nadi teraba lemah
c. Turgor kulit menurun
d. Membran mukosa kering
e. Hematokrit meningkat Pengisian vena menurun
f. Status normal berubah
Gejala dan tanda minor
Data Subjektif :
a. Merasa lemah
b. Mengeluh haus
Data Objektif :
a. Pengisian vena menurun
b. Status mental berubah
c. Suhu tubuh meningkat
d. Konsentrasi urin meningkat
e. Berat badan turun tiba-tiba
6. Ansietas
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman
Penyebab :
a. krisis situasional
b. kebutuhan tidak terpenuhi
c. krisis maturasional
d. ancaman terhadap konsep diri
e. ancaman terhadap kematian
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c. Sulit berkonsentrasi
Objektif :
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa
Objektif :
a. Frekuensi napas meningkat
b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan Gloria M (2018) dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI,2018).

SDKI SLKI SIKI


Hipetermia Termoregulasi Manajemen hipetermi
Setelah dilakukan Obsevasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab
3x24 jam diharapkan hipertermi
termoregulasi membaik (mis.dehidrasi,terpapar
dengan kriteria hasil lingkungan
1. Menggigil panas,penggunaan incubator)
menurun 2. Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah 3. Monitor kadar elektrolit
menurun 4. Monitor haluaran urine
3. Kejang menurun 5. Monitor komplikasi akibat
4. Akrosianosis hipertermia
menurun Terapeutik
5. Pucat menuun 1. Sediakan lingkungan yang
6. Takikardi dingin
menurun Longgarakan atau
7. Takipnea meurun lepaskan pakaian
8. Bradikardi 2. Basahi dan kipasi
menurun permukaan tubuh
9. Hipoksia menurun 3. Berikan cairan oral
10. Suhu tubuh 4. Ganti linen setiap hari atau
membaik lebih sering jika mengalami
11. Suhu kulit hiperhidrosis
membaik (keringat berlebihan)
12. Tekanan darah 5. Lakukan pendinginan
membaik eksternal(mis.selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada
dahi,leher,dada,abdomen,ak
sila)
6. Hindari pemberian antiretik
atau aspirin
7. Berikan oksigen,jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena,jika
perlu

Resiko Status nutrisi Manajemen nutrisi


defisit Setelah dilakukan Observasi
nutrisi tindakan keperawatan
1. Identifikasi status nutrisi
3x24 jam maka di
2. Identifikasi alergi dan
harapkan status nutrisi intoleransi makanan
membaik dengan kritria 3. Identifikasi makanan yang
disukai
hasil: 4. Identifikasi kebutuhan kalori
1. Porsi makan yang dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya
di habiskan penggunaan selang
meningkat nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
2. perasan cepat 7. Monitor berat badan
kenyang menurun 8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
3. nyeri abdomen
Terapeutik
menurun
4. berat badan 1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
membaik 2. Fasilitasi menentukan
5. frekuensi makan pedoman diet (mis: piramida
makanan)
membaik 3. Sajikan makanan secara
6. nafsu makan menarik dan suhu yang
sesuai
membaik
4. Berikan makanan tinggi serat
7. bising usus untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi
membaik
kalori dan tinggi protein
8. membran mukosa 6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
membaik
7. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi

1. Ajarkan posisi duduk, jika


mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen energi


aktivitas Setelah dilakukan
Observasi
tindakan keperawatam
selama 3x24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
diharapkan toleransi tubuh yang mengakibatkan
aktivitas maningkat kelelahan
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi emosional
meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Kemudahan dalam 4. Monitor lokasi dan
melakukan ketidaknyamanan selama
akativitas sehai- melakukan aktivitas
hari meningkat
Terapeutik
3. Kecepatan
berjalan 1. Sediakan lingkungan nyaman
meningkat dan rendah stimulus (mis:
4. Jerak berjalan cahaya, suara, kunjungan)
meningkat 2. Lakukan latihan rentang
5. Kekuatan tubuh gerak pasif dan/atau aktif
bagian atas 3. Berikan aktivitas distraksi
meningkat yang menenangkan
6. Kekuatantubuh 4. Fasilitasi duduk di sisi
bagian bawah tempat tidur, jika tidak dapat
meningkat berpindah atau berjalan
7. Keluhan lelah
Edukasi
menurun
8. Dipsnea saat 1. Anjurkan tirah baring
aktivias menurun 2. Anjurkan melakukan
9. Dipsnea setelah aktivitas secara bertahap
aktivitas menurun 3. Anjurkan menghubungi
10. Perasaan lemah perawat jika tanda dan gejala
menurun kelelahan tidak berkurang
11. Siaonosi menurun 4. Ajarkan strategi koping
12. Warna kulit untuk mengurangi kelelahan
membaik
Kolaborasi
13. Tekana darah
membaik 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makan

Gangguan Pola tidur Dukungan tidur


pola tidur Setelah dilakukan tidakan Observasi
keperawatan selam 3x24 1. Identifikasi pola aktivitas dan
jam di harapkan pola tidur tidur
membaik dengan kriteria 2. Identifikasi faktor
hasil pengganggu tidur (fisik
1. Kesulitan sulit dan/atau psikologis)
tidur menurun 3. Identifikasi makanan dan
2. Keluhan sering minuman yang mengganggu
terjaga menurun tidur (mis: kopi, teh, alcohol,
3. Keluhan tidak makan mendekati waktu
puas tidur tidur, minum banyak air
menurun sebelum tidur)
4. Keluhan pola tidur 4. Identifikasi obat tidur yang
berubah menurun dikonsumsi
5. Keluhan istirahat
Terapeutik
tidak cukup
menurun 1. Modifikasi lingkungan (mis:
pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat
tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
3. Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis: pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi

1. Jelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Ajurkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
5. Ajarkan rlaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Hipovolemia Status cairan Manajemen hipovolemia
Setelah dilakukan
Observasi
tindakan keperawatan
3x24 jam maka di 1. Periksa tanda dan gejala
harapkan status cairan hipovolemia (mis: frekuensi
membaik dengan kritria nadi meningkat, nadi teraba
hasil: lemah, tekanan darah
1. Kekuatan nadi menurun, tekanan nadi
meningkat menyempit, turgor kulit
2. Outpot urine menurun, membran mukosa
meningkat kering, volume urin
3. Frekuensi nadi menurun, hematokrit
membaik meningkat, haus, lemah)
4. Tekanan darah
2. Monitor intake dan output
membaik
cairan
5. Tekanann nadi
membaik
6. Membran mukosa
Terapeutik
membaik
7. Suhu tubuh 1. Hitung kebutuhan cairan
membaik
2. Berikan posisi modified
8. Intake cairan
Trendelenburg
membaik
3. Berikan asupan cairan oral

Edukasi

1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan


IV isotonis (mis: NaCL, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (mis: glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (albumin, plasmanate)
Ansietas Tingkat ansietas Reduksi ansietas
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis: kondisi, waktu,
3x24 jam maka di stresor)
harapkan tingkat ansietas 2. Identifikasi kemampuan

menurun dengan kriteria mengambil keputusan

hasil : 3. Monitor tanda-tanda ansietas

1. Verbalisasi (verbal dan nonverbal)

kebingungan
menurun
2. Verbalisasi Terapeutik
khawatir akibat 1. Ciptakan suasana terapeutik
kondisi yang untuk menumbuhkan
dihadapi menurun kepercayaanTemani pasien
3. Perilaku gelisah untuk mengurangi
menurun kecemasan, jika
4. Perilaku tegang memungkinkan
menurun 2. Pahami situasi yang
5. Konsentrasi membuat ansietas
membaik 3. Dengarkan dengan penuh
6. Pola tidur perhatian
membaik 4. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
5. Tempatkan barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
7. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang

Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
2. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap Bersama pasien, jika
perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
Tahap implementasi adalah fase tindakan atau “melakukan” proses
keperawatan, selama fase ini perawat melakukan intervensi yang telah
direncanakan.
Implementasi keperawatan mencakup beberapa langkah sebagai
berikut:
a. Melaksanakan rencana asuhan keperawatan
b. Melanjutkan pengumpulan data
c. Mengomunikasika asuhan keperawatan dengan tim layanan
kesehatan
d. Mendokumentasikan asuhan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian
perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, E. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu


Tentang Kegawat Daruratan Demam Di Puskesmas Kedungmundu
Semarang. (Disertasi Doktor, Universitas Muhammadiyah Semarang). 10–
32. http://repository.unimus.ac.id/4379/
Pratiwi, N. R. R. (2019). Penerapan Kompres Hangat Pada Anak Demam Dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman. Karya Tulis
Ilmiah Demam Pada Anak, 8–30.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/1413
Nurarif .A.H. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Jogjakarta: MediAction

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan


Penyebab Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Defenisi Dan


Tindakan Keperawatan Edisi : 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Keperawatan Indonesia : Definisi


Dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta DPP PPNI

Putri. (2018). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori Dan
Praktik.Yogyakarta : Graha Ilmu

Sheila Maria. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Anak. N Dengan Diagnosa


Medis Febris Dengan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur. ‫הארץ‬, 8.5.2017,
2003–2005.
Twistiandayani, R., & Wintari, R. (2017). Hubungan Kadar Hemoglobin Dan
Leukosit Dengan Kejadian Febris (Demam) Pada Anak Usia 6-12 Tahun.
Jurnal Sains, 7(14), 37–42.

Widyasari, N. M. A. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang


Penanganan Demam Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri Iii
Tahun 2021. Keperawatan, 1, 6–21.

Anda mungkin juga menyukai