Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

OBSERVASI FEBRIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Koordinator : Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep

Dosen Pembimbing : Susilawati., M.Kep., Ns., Sp.Kep., MB

Disusun Oleh :

Sulistiaresti Pangestu

2350321067

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

RS: Tgl: Nilai Tgl: Nilai Rata-Rata

Ruang: Paraf CI: Paraf Dosen:

A. Konsep Teori
1. Definisi
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
kedalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu normal (.37,5ºc).
biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan ataupun obat-obatan. (Surinah dan Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai dengan demam dapat
menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam
Wardiyah, 2016).
2. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaianobat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak,koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demamdiperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaanpemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaanlaboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
a. Suhu lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Otitis media
f. Imunitas
3. Klasifikasi
Demam adalah meningkatnya tempratur suhu tubuh secara abnormal
(Nanda, 2015). Tipe demam yang mungkin banyak ditemui antara lain :
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari danturun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhanmenggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkatyang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badannormal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dantidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satuhari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana danbila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan
demam disebutkuartana.
d. Demam Kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1 derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
4. Patofisiologi
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi dengan
mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau
pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit
pembunuh yang memiliki granula yang memiliki ukuran besar. Seluruh sel ini
kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat
interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogenleukosit/pirogen endogen).
Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan
demamdengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit.
Interleukin-1juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan
prostaglandin ataupunzat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian
bekerja dibagian hipotalamusuntuk membangkitkan reaksi demam.
Kekurang cairan dan elektrolit dapatmengakibatkan demam, karna cairan
dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit
maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami ganggu
(Sodikin, 2012).
5. Tanda dan Gejala
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1) Suhu lebih tinggi dari 37,5ºC - 39ºC
2) Kulit kemerahan
3) Hangat pada sentuhan
4) Peningkatan frekuensi pernapasan
5) Menggigil
6) Dehidrasi
7) Kehilangan nafsu makan
6. Pathway
7. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Bisa ditemukan leukopeni, leukositosis, atau leukosit (bisa terjadi
walaupun tanda disertai infeksi skunder).
b. Kultur
1. Kultur darah : pada minggu pertama bisa positif kultur urine : pada
minggu kedua bisa positif
2. Kultur feses : dari minggu kedua sampai minggu ke tiga bisa posiitf
8. Penatalaksaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam
dapatdilakukan dengan tindakan farmakologis dan tindakan non
farmakologis.Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
demam :
1) Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu
tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB
akanmenurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada
2jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu3-
4 jam.
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
anti peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada
demam,bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat
diberikan ulangdengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya.
Untuk penurunpanas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB
2) Tindakan non farmakologis
Menurut (Nurarif, 2015). Tindakan non farmakologis terhadap penurunan
panas yang dapat dilakukan :
a. Memberikan minum yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. memberikan kompres
B. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Data Biografi
Data biografi meliputi: Nama, Alamat, Umur, Tanggal Masuk Rumah
Sakit, Diagnosa Medis, Catatan Kedatangan, keluarga yang dapat
dihubungi.
2) Keluhan Utama : Demam
3) Riwayat kesehatan sekarang :
Didapatkan ada keluhan panas mungkin dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran komposmentis dan klien semakin lemah. Kadang-
kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,
diare, atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu
hati dan pergerakan bola mata terasa pegal.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah memiliki penyakit yang pernah diderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarga klien yang sakit seperti klien.
6) Genogram petunjuk anggota keluarga
7) Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan
menurun.
b) Pola eliminasi
Eliminasi BAB : kadang-kadang klien mengalami diare atau
konstipasi.
Eliminasi BAK : Perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak.
c) Pola aktivitas dan latihan aktivitas
Klien akan terganggu karena harus tirah baring total agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada klien.
e) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran, dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan.
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien dirawat
dirumah sakit dan klien harus bedrest total.
h) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang dewasa akan tampak cemas (Aru, 2015)
8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum lemas, tanda – tanda vital dalam rentang normal,
kecuali pada Suhu Tubuh terjadi peningkatan > 37.5oC kesadaran
composmentis.
b) Kepala
Kepala bersih, rambut hitam, tidak ada kelainan bentuk kepala, tidak
ada benjolan pada kepala, tidak ada nyeri tekan pada kepala.
c) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat sekret di dalam hidung,
tidal terpasang NGT, tidak da nyeri tekan pada hidung, jumlah RR>
20x/M
d) Mulut
Mukosa bibir terlihat kering karena terjadi penurunan nafsu makan
dan kurang minum air putih. Sedangkan pada kemampuan menelan
tidak ada gangguan
e) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen pada telinga, tidak ada
nyeri tekan pada telinga.
f) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan pada
leher.
g) Thorax
1. Paru-paru
Inspeksi : perkembangan dada kanan dan kiri simetris
Palpasi : fremitus raba kanan dan kiri sama.
Perkusi : normal
Auskultas : tidak ada bunyi tambahan wheezing atau ronchi.
2. Jantung
Inpeksi : normal
Palpasi : normal
Perkusi : normal
Auskultas : tidak ada bunyi jantung tambahan, bunyi jantung
1 dan 2 terdengar tunggal
h) Abdomen
Inspeksi : dinding perut normal, tidak ada luka maupun lesi.
Auskultasi : terdengar bising usus 10-14x per menit.
Palpasi : normal
Perkusi tidak ada nyeri tekan dan penumpukan cairan.
i) Genetalia : tidak terpasang kateter, keadaan bersih dan tidak terdapat
tanda-tanda iritasi kulit, tidak ada penyakit kulit.
j) Ekstermitas
Tidak ada edema pada ekstremitas, akral hangat
k) Integumen
Turgor kulit menurun karena adanya penurunan nafsu makan, akral
hangat dan tidak ada luka atau lesi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hiperterimia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal (D.0130)
2. Intoleransi aktivitas berhubunagn dengan kelemahan (D. 0056)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
(D.0056)
C. Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan SLKI-SIKI
(SDKI) SLKI SIKI

1. D.0130 Hipertermia b.d Setelah dilakukan Observasi :


proses penyakit d.d suhu intervensi keperawatan 1. Identifikasi
tubuh diatas nilai diharapkan termogulasi penyebab
normal. membaik dengan hipertermia
kriteria hasil : 2. Monitor suhu
1. Menggigil tubuh
membaik 3. Monitor warna
2. Kejang menurun dan suhu kulit
3. Takikardi Terapeutik :
membaik 4. Longgarkan
4. Takipnea atau lepaskan
membaik pakaian
5. Suhu tubuh 5. Berikan cairan
membaik oral
6. Suhu kulit 6. lakukan
membaik kompres
7. Tekanan darah dingin
membaik 7. sesuaikan
8. Ventilasi suhu
membaik lingkungan
dengan
kebutuhan
pasien
Edukasi :
8. anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
9. kolaborasi
pemberian
cairan
elektrolit
10. kolaborasikan
pemberian
antipiretik
2. D. 0056 Setelah dilakukan Observasi :
Intoleransi aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. monitor
tirah baring, kelemahan. diharapkan toleransi kelelahan fisik
Dibuktikan dengan : aktifitas meningkat 2. identifikasi
1. frekuensi dengan kriteria hasil : kemampuan
jantung 1. kemudahan berpartisipasi
meningkat dalam dalam aktifitas
2. sianosis melakukan tertentu
3. mengeluh lelah aktifitas sehari- terapeutik
hari meningkat
4. merasa tidak 2. kekuatan tubuh 3. latihan gerak
nyaman setelah bagian atas dan pasif dan aktif
beraktifitas bawah 4. libatkan
meningkat keluarga
3. keluhan lelah dalam aktifitas
membaik kolaborasi
4. dispneu saat 5. anjurkan
aktivitas melakukan
menurun aktifitas secara
bertahap
3. D. 0055 Setelah dilakukan Observasi :
Gangguan pola tidur b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi
kurangnya kontrol tidur. diharapkan pola tidur pola aktivitas
Ditandai dengan: membaik dengan dan tidur
1. Mengeluh sulit kriteria hasil : 2. Identifikasi
tidur 1. Keluhan sulit penyebab
2. Mengeluh sering tidur menurun susah tidur
terjaga 2. Mengeluh sering Terapeutik
3. Mengeluh tidak terjaga menurun 3. Lakukan
puas tidur 3. Mengeluh tidak prosedur
4. Mengeluh pola puas tidur untuk
tidur berubah menurun meningkatkan
5. Mengeluh 4. Melaporkan pola kenyamanan
istirahat tidak tidur membaik (posisi tidur)
cukup 5. Melaporkan Edukasi
istirahat cukup 4. Jelaskan
pentingnya
tidur selama
sakit
5. Anjurkan
pasien untuk
tidur tapat
waktu
Kolaborasi
6. Kolaborasi
pemberian
obat
7. Tidur agar
tidak tergaja
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2016. Standar DiagnosaKeperawatan Indonesia: Definisi dan Indikasi
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai