K
DENGAN KDS (KEJANG DAN DEMAM) DI BANGSAL SHOFA RUMAH
SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
DI SUSUN OLEH :
ARIP PRASETIYO
20063116144101037
KARANGANYAR 20223
A. TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Kejang Demam Sederhana adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranial (IKA-FKUI, 2012). Kejang demam sederhana
berdasarkan definisi dari The International League Againt Epilepsy
(ILAE) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari
38,4 C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit
akut pada anak berusia 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya. Widagdo (2012) menjelaskan, kejang demam sederhana ialah
gangguan kejang yang paling sering dijumpai pada anak. Kejang pada
anak umumnya diprovokasi oleh kelainan somatik berasal dari luar otak
yaitu demam tinggi, infeksi, trauma kepala, hipoksia, keracunan, atau
aritmia jantung.
Menurut Rahayu, S. (2015) kejang demam sederhana merupakan
serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38⁰C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam
sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun, dan hampir 3%
anak balita pernah mengalami kejang demam. Dari beberapa penelitian
didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami kejang
demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Setiap anak memiliki
ambang kejang yang berbeda-beda. Anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38C. tetapi pada anak dengan yang
ambang kejang tinggi kejang baru akan terjadi pada suhu 40 C atau
bahkan lebih. Kejang demam sederhana sering terjadi pada anak dengan
ambang kejang rendah (Tarunaji) & Fithriyani., 2018).
Kesimpulan dari pengertian diatas, bahwa kejang demam adalah
serangan kejang yang disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh yang
meningkat cepat mencapai 38 C atau lebih, terjadi kejang tanpa demam
ada kemungkinan terjadi sistem saraf pusat.
2. ETIOLOGI
Menurut Widagdo ( 2012 ) penyebab dari kejang demam adalah:
a. Demam tinggi, demam dapat disebabkan oleh karena tonsillitis,
faringitis, otitis media, gastroenteritis, bronchitis, pneumonia, varisela,
demam berdarah, dan lain-lain.
b. Proses alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
c. Gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia; kadar gula darah
kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20
mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
d. Faktor genetik, bila kedua orang tua tidak mempunyai riwayat pernah
menderita kejang demam, resiko 9%. Apabila salah satu orang tua
penderita dengan riwayat pernah menderita kejang demam, resiko
terjadi kejang demam pada anak 20-22%, jika
ke dua orang tua penderita mempunyai riwayat kejang demam resiko
59-64%.
3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Prihaningtyas, R. A. (2015) tanda dan gejala anak yang
mengalami kejang demam adalah sebagai berikut :
a. Demam.
b. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi
di luar susunan saraf.
c. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, terjadi lebih banyak pada
laki-laki.
d. Bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau atonik.
e. Takikardi pada bayi, frekuensi sering di atas 150-200 per menit.
f. Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
4. PATWAY
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut ( halodoc) perlu melakukan sejumblah tes untuk mencari infeksi
yaitu :
1. Tes darah
2. Tes urin
3. Ketuk tulang belakang (lumbar puncture)untuk mengetahui apakah
anak memilki infeksi system syaraf pusat .
Sumber referensi ;
6. PENATA LAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Oktami, R. S. (2017), mengemukakan penatalaksanaan medis dari
kejang demam sederhana adalah :
o Bila pasien datang dalam keadaan kejang, obat pilihan
utama yaitu diazepam untuk memberantas kejang secepat
mungkin yang diberikan secara intravena. Dosis sesuai BB:
kurang dari 10kg; 0,5-0,75mg/kg BB dengan minimal spuit
7,5 mg, diatas 20 kg; 0,5mg/kg BB. Biasanya maksimum 5
mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10mg pada
anak yang lebih besar.
o Untuk mencegah terulangnya kejang, pasien diberikan obat
campuran antipiretik dan antikonvulsi. Dosis antipiretik
misalnya paracetamol, 100mg/Kg BB/ hari diberikan 3 kali
perhari sedangkan dosis antikonvulsi (phenobarbital) 10-
15mg/Kg BB/hari.
o Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid
dengan dosis 20- 30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis
atau sebaliknya glukortiroid misalnya deksametazon 0,5-1
ampul setiap 6 jam.
7.KOMPLIKASI
a. Kerusakan neurotransmitter
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel ataupun membran sel yang menyebabkan kerusakan
pada neuron.
b. Epilepsi
d. Kematian
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Berdasarkan tanda Kyle, T. (2015) mengemukakan, pengkajian anak
dengan kejang demam sederhana sebagai berikut :
a. Identitas pasien dan keluarga
o Nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
o Nama ayah, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan bangsa.
o Nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan agama.
b. Kesehatan fisik
1) Pola nutrisi
Tidak ada nafsu makan (anoreksia), mual dan bahkan dapat
disertai muntah. Perlu dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi
makan sehari-hari, jam makan, pemberian makan oleh siapa,
frekuensi makan, nafsu makan, serta alergi terhadap makanan.
2) Pola eliminasi
Hitung balance cairan untuk mengetahui adanya dehidrasi pada
anak atau tidak.
3) Pola tidur
Yang perlu dikaji meliputi jam tidur, waktu tidur dan lamanya
tidur serta kebiasaan tidur.
4) Pola hygiene tubuh
5) Pola aktivitas
Anak tampak lemah, gelisah dan cengeng.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Riwayat prenatal
Dikaji mengenai kehamilan berapa, tempat pemeriksaan
kehamilan, keluhan ibu saat hamil, kelainan kehamilan dan
obat-obatan yang diminum saat hamil.
2) Riwayat kelahiran
spontan atau dengan bantuan, aterm atau premature, perlu juga
ditanyakan berat badan lahir, panjang badan, ditolong oleh
siapa dan melahirkan dimana.
3) Riwayat yang berhubungan dengan hospitalisasi Pernahkan
dirawat dirumah sakit, berapa kali, sakit apa, pernahkah
menderita penyakit yang gawat.
4) Tumbuh kembang
Mengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak
sesuai dengan tingkat usia, baik perkembangan emosi dan
sosial.
5) Imunisasi
Jenis imunisasi dan umur pemberiannya. Apakah imunisasi
lengkap, jika belum apa alasannya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dalam keluarga perlu dikaji
kemungkinan ada keluarga yang pernah menderita kejang.
e. Riwayat penyakit sekarang
Awal serangan : sejak timbul demam, apakah kejang timbul 24
jam pertama setelah demam.
Keluhan utama : timbul kejang (tonik, klonik, tonik-klonik),
badan meningkat.
Pengobatan : pada saat kejang demam segera diberi obat anti
konvulsan dan apabila pasien berada dirumah, tindakan apa
yang dilakukan untuk mengatasi kejang.
Riwayat sosial ekonomi keluarga
o Pendapat keluarga setiap bulan, hubungan sosial
antara anggota keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
Riwayat psikologis
o Reaksi pasien terhadap penyakit, kecemasan
pasien dan orang tua sehubungan dengan
penyakit dan hospitalisasi.
f. Pemeriksaan fisik
o Pengukuran pertumbuhan : berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala
Amalia M, dan bulan A 2013 faktor resiko kejadian kejang dan demam pada anak balita
di ruang perawatan anak RSUD daya kota makasar vplume 1.3 2013
Arifudin Adhar (2016), analisis factor resiko kejadian kejang demam, jurnal kesehatan
tadulako, 2 (2), 61
Daliama M (2016) tata laksana kejang demam pada anak, sari pediatric 4(2), 59
Https://doi.org/10.14238/sp 4.2.2022.59-62