Anda di halaman 1dari 6

REFLEKTIF JURNAL

STASE KEPERAWATAN ANAK DI RUANG YUDISTIRA

RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO SEMARANG

Disusun Oleh :

RIKSA RIZKI FUADI

P1337420120047

3A2 REGULER

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2022/2023
Nama Mahasiswa :Riksa Rizki Fuadi

NIM : P1337420922047

Stase : Keperawatan Anak

Ruang : Yudistira

Rumah Sakit : RSUD KRMT Wongsonegoro

Tanggal/minggu ke 1: 31 Oktober - 5 November 2022

Nama CI : Indah Noer S.Kep.,Ners

Dosen Pembimbing : Titin Suheri, S.Kp,Msc

DESKRIPSI

Saat ini saya berpraktik di bangsal pediatri tepatnya di rung Yudistira.


Ruangan ini penuh dengan pasien anak dengan berbagai penyakit: ISPA,
gastroenteritis, kejang demam, Febris, bronkopneumonia dan banyak lagi. Pasien
yang saya rawat adalah An. S. umur 1 tahun 4 bulan dengan kejang demam, mengeluh
demam, flu dan batuk grok-grok.

Kejang demam sering terjadi pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun,
anak usia 12–18 bulan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kejang demam
dibandingkan anak yang lebih tua. Selain itu, anak yang lahir dari keluarga dengan
riwayat kejang demam juga lebih berisiko mengalami kejang demam. salah satu
penyebabnya adalah infeksi virus atau bakteri yang masuk kedalam tubuh, bayi dan
anak sangat rentan terkena penyakit ini karena sistem imunitas mereka masih lemah.
Jadi kejang demam bisa berbahaya jika tidak segera mendapatkan perawatan medis.
Selain itu, An.S diberikan terapi nebulizer merupakan alat terapi inhalasi yaitu alat
yang mengubah obat cair menjadi uap untuk dihirup ke dalam paru-paru.
berfungsi untuk melegakan saluran napas yang menyempit, menekan proses
peradangan, mengencerkan dan memudahkan secret keluar dari saluran pernafasan.
Hal itu dikarenakan anak mengalami flu dan batuk dan mengalami penumpukan
sekret di saluran pernafasan, karena masih bayi dan tidak bisa mengeluarkan secret
maka diberikan terapi nebulizer.
Kejang demam umumnya berlangsung singkat (sekitar 4 menit) jika kejang
berlangsung maka sesuai anjuran dari dokter perawat akan memberikan obat
antikejang melalui infus. Obat antikejang lainnya juga bisa dipakai dengan cara
dimasukkan ke anus/dubur dan dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama
dengan interval waktu 5 menit.

Perasaan

Pada saat itu saya merasa cemas dan bingung bagaimana dan apa yang harus
saya lakukan, sehingga salah satu intervensi saya yang edukasikan pada ibu klien
adalah menganjurkan segera melapor pada perawat jika anak mengalami kejang, lalu
saya melakukan observasi seperti mengukur suhu tubuh dan saturasi oksigen setiap 3-
4 jam sekali, sehingga kedepannya dapat memantau tanda-tanda vital pasien setiap
waktu. Selain itu saya melakukan tindakan terapi nebulizer pada pasien dengan obat 1
ampul inhaven yang mengandung lpratrpium dan salbutamol yang berfungsi untuk
melegakan saluran napas yang menyempit, menekan proses peradangan,
mengencerkan dan memudahkan secret keluar dari saluran pernafasan serta
menurunkan suhu tubuh.

Evaluasi

Pada saat itu, saya merasa kurang kemampuan dan juga ilmu saya mengenai
penanganan pada pasien dengan kejang demam. Salah satu tindakan yang saya
lakukan adalah melakukan observasi seperti mengukur suhu tubuh dan saturasi
oksigen setiap 3-4 jam sekali, sehingga kedepannya dapat memantau tanda-tanda vital
pasien setiap waktu, selain itu saya juga melakukan tindakan terapi nebulizer. Dalam
melakukan intervensi saya sedikit bingung untuk menuntun dan mengajari prosedur
dikarenakan orang tuan pasien merupakan seorang tenaga medis lulusan S1
Keperawatan tetapi pada akhirnya saya memberanikan diri dan Ibu pasien juga
mengerti dan memahami apa yang saya sampaikan. Observasi harus dilakukan dengan
baik dan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, saturasi oksigen, serta
penyesuaian infus jika diperlukan.

Adapun penyebab terjadinya kejang demam belum diketahui dengan pasti.


Kondisi ini biasanya terjadi pada anak ketika mengalami demam dengan suhu 38 C
atau lebih tanpa kondisi lain yang dapat menyebabkan kejang, seperti infeksi otak,
cedera kepala, gangguan elektrolit, dan epilepsi. Demam yang menimbulkan kejang
pada anak-anak bisa dipicu oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Setelah Imunisasi
Pada beberapa anak, pemberian imunisasi bisa menimbulkan demam
yang dapat memicu kejang demam.
2. Infeksi
Anak dapat mengalami kejang pada saat mengalami demam
akibat infeksi virus atau infeksi bakteri.
Bila anak masih dalam keadaan kejang, maka akan melakukan pemeriksaan dan
penanganan terlebih dahulu. Setelah kejang berhenti, maka anamnesa yang
dilakukan kepada orang tua, antara lain:
1. Lama kejang terjadi
2. Ciri-ciri kejang yang dialami, misalnya sentakan di seluruh tubuh,
hanya kaku, atau sentakan hanya di beberapa bagian tubuh
3. Riwayat kejang sebelumnya pada anak
Kejang demam mungkin dapat membuat orang tua panik, tetapi sebenarnya kondisi
ini tidak berbahaya. Namun, Anda tetap disarankan membawa anak ke dokter saat ia
pertama kali mengalami kejang demam. Meskipun umumnya tidak
berbahaya, segera ke IGD jika kejang demam pada anak terjadi lebih dari 5 menit,
atau bila kejang demam disertai dengan:
1. Muntah
2. Terlihat sangat mengantuk
3. Leher kaku dan Sesak napas
Pengobatan Kejang Demam
Pada banyak kasus, kejang demam akan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa
menit. Namun, untuk melindungi anak dari cedera selama mengalami kejang, orang
tua dapat melakukan beberapa hal berikut di rumah:
1. Baringkan anak di lantai. Pada bayi, rebahkan di pangkuan dengan
posisi wajah bayi menghadap ke bawah dan jangan menahan tubuh
anak.
2. Miringkan posisi tubuh anak agar muntah atau air liur dapat keluar dari
rongga mulut, serta mencegah lidah menyumbat saluran pernapasan.
3. Longgarkan pakaian anak dan jangan menaruh apa pun pada mulut
anak untuk mencegah tergigitnya lidah.
4. Hitung durasi terjadinya kejang demam dan perhatikan tingkah laku
anak saat kejang. Informasikan hal tersebut saat berkonsultasi ke
dokter.
Bila tidak ada penyebab khusus dari kejang demam, pengobatan mungkin tidak
diperlukan. Namun, dokter dapat meresepkan obat penurun panas,
seperti paracetamol, atau obat antikejang, seperti diazepam. Umumnya, anak tidak
perlu dirawat inap di rumah sakit. Kejang demam atau penyakit step merupakan
kondisi yang tidak berbahaya dan bisa terjadi pada anak yang menderita demam
tanpa menimbulkan komplikasi. Setelah mengalami kejang demam, umumnya anak
dapat beraktivitas kembali seperti biasa.

Analisis

Tindakan apa yang harus dilakukan membuat saya kebingungan, cemas hal itu
dapat memperburuk keadaan. Akan tetapi dengan arahan perawat saya masih dapat
mengkoordinasikan pikiran dan situasi yang terjadi saat itu. Perlunya kolaborasi
dengan tenaga medis lain dan dokter untuk penanganan hal tersebut terutama dalam
pemberian tindakan dan pemberian obat-obatan kejang demam pada anak. Perlunya
observasi menyeluruh yang tepat mengenai tanda-tanda vital, pernafasan dan saturasi
oksigen pasien sehingga saya melanjutkan intervensi kepada pasien agar tidak cemas
dan tenang ketika anak mengalami kejang dan melakukan pertolongan pertama pada
anak dan segera mungkin membawa anak ke Rumah sakit jika anak mengalami
kondisi tersebut.

Kesimpulan

Saya akan intropeksi diri untuk persiapan selanjutnya supaya bisa mengatur
kecemasan & kepanikan di dalam menghadapi segala situasi. Dari insiden ini saya
belajar bahwa rasa gugup & panik akan memperburuk keadaan karena keurangnya
pengalaman saya sehingga sering lupa atau cemas yang dapat berakibat fatal jika
terjadin keterlambatan penanganan.

Rencana tindak lanjut


Untuk penanganan kejang demam pada anak, pengetahuan ibu tentang
bagaimana tanda gejala dan cara penatalaksanaan kejang demam pada anak sudah
dipahami dan dimengerti, diharapkan Ibu sering memeriksa kondisi anak dan
memastikan bahwa anak dalam kondisi normal ataupun perlu tindakan medis.
Pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam pada anak merupakan salah
satu upaya untuk mengedukasi, meringankan dan mengurangi tanda gejala kejang
demam pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id.


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/17/orang-tua-harus-tahu-perbedaan-kejang-
demam-dan-epilepsi-pada-anak

dr. Fadhli Rizal Makarim. (2020, July 7). Kejang Demam. Halodoc; halodoc.
https://www.halodoc.com/kesehatan/kejang-demam

Healthline (2021). What is A Febrile Seizures?

https://herminahospitals.com/id/branch/hermina-mutiara-bunda-salatiga.
(2021, November 13). kejang demam pada anak. Herminahospitals.com; Hermina
Hospitals. https://herminahospitals.com/id/articles/kejang-demam-pada-anak.html

Kids Health (2018). Parents. Febrile Seizures.

Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Febrile Seizures.

National Health Service UK (2019). Health A to Z. Febrile Seizures.

National Institute of Health (2022). National Institute of Neurological


Disorders and Stroke. Febrile Seizures.

Sawires, R., Buttery, J., & Fahey, M. (2022). A Review of Febrile Seizures:
Recent Advances in Understanding of Febrile Seizure Pathophysiology and
Commonly Implicated Viral Triggers. Frontiers in Pediatrics, 9(801321), pp. 1–8.

WebMD (2021). What Are Febrile (Fever) Seizures?

Anda mungkin juga menyukai