Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 6

Komunikasi Pada Anak-anak


dan Remaja
Slide Title

Product A Product B
• Feature 1 • Feature 1
• Feature 2 • Feature 2
• Feature 3 • Feature 3
Prinsip Komunikasi Pada Anak

• Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara


komunikator dan komunikan. Orang dewasa berusaha
melakukan komunikasi yang bisa dipahami anak. Sebaliknya,
anak juga menggunakan bahasa atau isyarat-isyarat yang bisa
dipahami orang dewasa. Dalam berkomunikasi dengan anak,
orang dewasa harus memahami apa yang dipikirkan dan
perasaan apa yang akan disampaikan anak dan berusaha
memahami anak dengan bahasa yang tepat.
Aspek penting dalam komunikasi pada anak

• Orang dewasa harus menggunakan bentuk bahasa yang


bermakna bagi anak yang diajak berbicara. Maksudnya
sebagai berikut.
1) Menggunakan isyarat seperti menunjuk objek secara jelas
jika objek tersebut ingin dilihat anak
2) Memilih kata-kata secara tepat dan struktur bahasa yang
mudah dipahami anak.
• Anak berusaha agar komunikasinya juga dipahami orang lain.
Maksudnya sebagai berikut.
1) Anak menggunakan isyarat-isyarat tertentu untuk
menyampaikan keinginan atau mengungkapkan perasaannya
agar orang dewasa paham dengan apa yang dia inginkan.

2) Semakin bertambah besar anak, komunikasi dengan isyarat


semakin kurang diperlukan karena pemahaman komunikasi anak
sudah lebih baik.
Prinsip-prinsip Untuk berkomunikasi dengan Anak

1. Sesuai Dengan Tumbuh Kembang


Pada saat berkomunikasi dengan anak, perawat perlu
memperhatikan tahapan tumbuh kembang anak karena anak
memiliki kemampuan yang berbeda utk komunikasi sesuai dengan
tumbuh kembangnya.

2. Memandang Anak Secara Holistic


Ketika berkomunikasi dengan anak, perawat perlu memandang anak
secara holistic. Misalnya ketika sakit, anak tidak hanya sakit secara
fisik melainkan juga dapat sakit secara psikososial ( karena
perpisahan/kehilangan teman).
3. Positif dan Mengutamakan Kekuatan
Mengunggulkan kekuatan atau kelebihan anak adalah penting agar anak
merasa dekat saat di rumah sakit.

4. Mampu Memenuhi Kebutuhan Anak Termasuk Anak Dengan


Disabilitas/Ketidakmampuan Yang Lain
Selain anak memiliki tahapan tumbuh kembang yang spesifik, beberapa anak
mungkin memiliki keterbatasan yang dapat mengganggu proses komunikasi.
Perawat perlu memperhatikan hambatan ini supaya dapat
menyiapkan/memfasilitasi proses komunikasi agar lebih efektif
Cara Komunikasi Dengan Anak

• Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah di terima, mengingat anak sangat suka sekali dengan 
cerita. Tapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan
pesan yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
• Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan.
• Meminta Untuk Menyebutkan Keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak. Dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan tersebut dapat
diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keingian
tersebut dapat menunjukan perasaan dan pikiran anak pada saat itu
• Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan
pada anak yang jengkel, marah dan diam
• Menggambar
Seperti halnya menulis, menggambar pun dapat digunakan
untuk mengungkapkan ekspresinya. Perasaan jengkel dan
marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar. Anak
akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat
menanyakan maksud dari gambar yang dibuatnya.
• Bermain
Bermain adalah alat efektif dalam membantu
berkomunikasi. Melalui ini hubungan interpersonal antar
anak, perawat dan anak, perawat dan orang di sekitaranya
dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
Strategi komunikasi pada anak

• 1.Usia Bayi (0-1 tahun)


Cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan
komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong,
memangku, dan lain-lain.

• 2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)


Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi
tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk
menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara,
bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang
sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab.
• 3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan
tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik,
menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak
diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek
tertentu sangat tinggi.

• 4. Usia Remaja (11-18 tahun)


Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada
teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
Hambatan Komunikasi Pada Anak Usia Sekolah

• Perilaku khas
Setiap anak memiliki perilaku khas yang berbeda-
beda. Ada anak yang tidak senang berinteraksi dengan
lingkungan baru, ada anak yang hiperaktif dan mudah
beradaptasi dengan orang baru, dan lain sebagainya.
• Emosi
Emosi terbesar ada di dalam kehidupan anak usia
sekolah karena anak belum dapat mengontrol
emosinya dengan baik.
• Gangguan dalam sensoris
Gangguan dalam sensoris anak sering ditemui di kehidupan
masyarakat. Gangguan dalam sensoris ini menjadi pemicu
hambatan dalam komunikasi pada anak usia sekolah.

• Pola bermain
Pola bermain juga dapat mempengaruhi komunikasi pada anak
usia sekolah. Pola bermain anak berawal dari cara orangtua
mengenali anak tersebut dengan mainannya seperti mobil itu
dijalani di lantai bukan untuk dijadikan mainan masak-masakan.
• Gangguan Komunikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
Gangguan komunikasi memang sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari seperti anak yang tidak
mengerti arti kata yang diucapkannya.
Pemecahan Masalah dalam Komunikasi pada Anak

• 1. Mengubah Cara Pengucapan Informasinya


Repetisi: mengulangi kata, frase, atau kalimat untuk kedua kalinya dengan
kecepatan dan kenyaringan yang berbeda
Merevisi: menceritakan informasi yang sama, namun dengan kata-kata yang
berbeda.
Menjelaskan atau perluasan: saat memberikan informasi, tambahkan kata-
kata atau kalimat tambahan, untuk lebih membangun berita seputar apa yang
Anda katakan.
Menyederhanakan: mengatakan sebuah informasi sesingkat mungkin
Bentuk komunikasi lainnya: bisa dengan mengeja kata tersebut,
menuliskannya di selembar kertas, atau menggunakan bahasa isyarat, jika
anak memahami tentang hal tersebut, setelah melakukan tahapan komunikasi
verbal sebelumnya.
2. Mengubah Situasi Lingkungan
Mendekat : mungkin saja suara Anda tidak bisa mencapai telinga
si anak, jadi upayakanlah untuk bergerak mendekati mereka, agar
Anda bisa membantu mereka untuk mengerti Anda.
Hadapi orang yang Anda ajak bicara : si anak mungkin secara
sadar atau tidak sadar menggunakan gerakan bibir untuk
mendukung pendengaran mereka, maka pastikan mereka dapat
melihat mulut Anda saat Anda berbicara.
Pergilah ke tempat lain:  ada baiknya berpindah ke tempat lain
yang berbeda seperti tempat yang lebih sepi dengan pencahayaan
yang baik.
3. Menambahkan atau Memperbaiki Informasi
Ketika Anda ingin mengetahui bahwa bahwa anak dapat
mendengar informasi dari Anda, sekaligus memastikan
bahwa mereka memahami informasi tersebut.
Katakan informasi yang serupa
Ajukan pertanyaan
Ulangi apa yang telah mereka pahami
Ulangi apa yang mereka dengar

Anda mungkin juga menyukai