Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMATOPNEUMOTHORAX


DI RUANG NURI RSUD IDAMAN BANJARBARU

TANGGAL 11-16 MARET 2019

OLEH:
ISEU MAPAGRESUKA, S. Kep.
NIM. 1730913320048

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMATOPNEUMOTHORAX
DI RUANG NURI RSUD IDAMAN BANJARBARU

TANGGAL 11-16 MARET 2019

OLEH:

ISEU MAPAGRESUKA, S. Kep.


NIM. 1730913320048

BANJARBARU, 11 MARET 2019

MENGETAHUI,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, Ns, M.Kep, Sp. Kep MB Sri Wahyuni, Ns.


NIP.19780317 200812 2 001 NIP.19891225 201101 2 002
HEMATOPNEUMOTHORAX

Definisi: Merupakan kombinasi dua kondisi medis yakni pneumothorax dan Etiologi: Trauma, beberapa kondisi medis seperti CA Paru.
hemothorax. Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura.
Hemothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Sehingga Anatomi Fisiologi: Pleura merupakan bagian terluar dari
hematopneumothorax adalah adanya udara dan darah dalam rongga pleura paru-paru, terdiri dari 2 macam yaitu pleura parietalis dan
sehingga menyebabkan paru terdesak dan menjadi kolaps. Akumulasi udara pleura viseralis. Pleura parietalis melapisi rongga dada,
dan darah pada rongga pleura biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau sedangkan pleura viselaris melapisi paru-paru. Diantara
trauma tajam pada dada yang mengakibatkan robeknya membran serosa pada kedua pleura ini terdapat ruangan yang disebut kavitas pleura.
dinding dada bagian dalam atau selaput paru, sehingga darah dapat mengalir Ruangan ini mengandung sejumlah kecil cairan sebagai
ke dalam rongga paru-paru. pelumas agar saat bernapas, paru bisa ekspansi dan kompresi
secara bebas. Cairan pleura dalam keadaan normal akan
Manifestasi Klinis: sesak nafas & nyeri dada (paling umum) bergerak dari kapiler di dalam pleura parietais ke ruang pleura
kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Tekanan
Pemeriksaan: dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer
1. Pemeriksaan fisik  ATLS sehingga mencegah kolaps paru. Jumlah normal cairan pleura
a. Inspeksi : asimetris, gerakan dada, lebam adalah 10-20 cc.
b. Palpasi : nyeri tekan, krepitasi
c. Perkusi : dull (hemo), hipersonor (pneumo) Penatalaksanaan:
d. Auskultasi : suara nafas melemah  menghilang 1. ATLS  Primary Survey & Secondary Survey
2. Radiologi 2. Dekompresi:
a. CXR  Airfluid level (PA), fraktur iga a. Thorax drain/ tube thoracostomy + WSD
b. USG/Echo b. Thoracotomy
3. Fraktur iga:
Komplikasi: Delayed hemothorax/pneumothorax, Empyema, Fibrothorax a. Analgesia
b. Fiksasi operatif
Pathway Hematopneumothorax

Trauma tumpul / trauma tajam dinding dada NYERI AKUT

Robekan pembuluh darah, dinding pleura, maupun parenkim paru akibat fraktur iga Menekan paru

Darah dan udara terkumpul di rongga Gangguan pengembangan paru


pleura
Progresif Gangguan ventilasi

Kehilangan darah O2 menurun


CO2 meningkat
Tekanan darah menurun

Aliran darah ke perifer menurun Takipnea/ Dispnea

KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS

Penangangan: WSD

RISIKO INFEKSI
ASUHAN KEPERAWATAN HEMATOPNEUMOTHORAX

Pengkajian Nyeri Akut Risiko Infeksi


NOC NOC
1. Identitas Klien
Kontrol Nyeri Kontrol Infeksi
2. Keluhan Utama Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x8 jam,
Setelah dilakukan tindakan keperawatann
3. Riwayat Penyakit masalah klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
selama 1 x 8 jam, masalah klien dapat
4. Pola Fungsional Gordon berkurang dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
5. Pemeriksaan Fisik 1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
2. TTV klien dalam rentang normal NIC
Kontrol Infeksi
Diagnosis keperawatan
NIC 1. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
1. Nyeri akut Manajemen Nyeri 2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
berhubungan dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara keperawatan
komprehensif (PQRST) 3. Gunakan sarung tangan sebagai pelindung
agen cidera fisik
2. Evaluasi reaksi nonverbal klien dari 4. Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan
2. Ketidakefektifan pola alat
ketidaknyamanan
nafas berhubungan 3. Ajarkan teknik non farmakologis seperti 5. Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan
dengan deformitas napas dalam, relaksasi, dan distraksi infeksi kandung kemih
dinding dada 4. Tingkatkan istirahat klien Perlindungan infeksi
3. Ketidakefektifan 5. Kolaborasi dalam pemberian analgesik 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
perfusi jaringan perifer Monitor Tanda-Tanda Vital 2. Pertimbangkan status kondisi kesehatan kronis yang
berhubungan dengan 1. Monitor tekanan darah, nadi dan status ada evaluasi penggunaan tes diagnostik untuk
trauma pernafasan dengan tepat. menjawab pertanyaan klinis yang spesifik (yaitu
2. Monitor terkait nadi paradoksus memahami sensitifitas dan spesifikasi tes diagnostik
4. Risiko infeksi faktor 3. Monitor irama dan tekanan jantung
risiko prosedur invasif untuk kondisi saat ini)
4. Monitor sianosis dan perifer
3. Sampaikan pada pasien dan keluarga mengenai apa
yang diharapkan dari tes diagnostik
4. Pantau efek samping dari tes diagnostik
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Ketidakefektifan Pola Napas
NOC NOC
Perfusi Jaringan perifer Status Pernafasan: Ventilasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x4 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60 menit pasien
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat teratasi dengan kriteria: menunjukkan keefektifan pola nafas dengan kriteria hasil
1. Suhu kulit ujung kaki dan tangan dari skala 3 (Deviasi sedang dari 1. TTV dalam rentang normal
kisaran normal) ke skala 4 (Deviasi ringan dari skala normal)
2. Pasien menunjukkan jalan napas yang paten
2. Tekanan darah sistolik dari skala 3 (Deviasi sedang dari kisaran
normal) ke skala 4 (Deviasi ringan dari skala normal)
3. Tekanan darah diastolic dari skala 3 (Deviasi sedang dari kisaran NIC
normal) ke skala 4 (Deviasi ringan dari skala normal) Terapi Oksigen
4. Nilai rata-rata tekanan darah dari skala 3 (Deviasi sedang dari 1. Pertahankan patensi jalan nafas
kisaran normal) ke skala 4 (Deviasi ringan dari skala normal) 2. Set peralatan oksigen dan berikan oksigen sesuai order
3. Monitor aliran oksigen
NIC 4. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan usaha saat bernafas
Manajemen Elektrolit/ cairan 5. Monitor adanya dispnea dan kejadian yang dapat menimbulkan
1. Monitor perubahan status paru atau jantung yang menunjukkan dispnea
kelebihhan cairan atau dehidrasi
2. Berikan cairan, yang sesuai
3. Monitor tanda-tanda vital yang sesuai
4. Timbang berat badan harian dan pantau gejala
5. Jaga infus intravena yang tepat ,transfuse darah,atau laju aliran
enternal , terutama jika tidak di atur pompa
6. pantau adanya tanda gejala retens i cairan
7. Monitor hasil
8. laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan misalnya
hemetokrin protein BUN , albumin protein total dan urin spesifik
tingkat grafitasi
DAFTAR PUSTAKA

Doctherman McCloskey Joanne, Bulecheck .N Gloria. 2008. Nursing interventions


Classification (NIC). United states of America : Mosby.

Moorhead Sue , Jonson Marion , L.Mass dkk. 2008 Nursing Outcomes Classification (NOC).
United states of America : Mosby .

NANDA International. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2018 – 2020.
Oxford: Wiley Blackwell

Price, S. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6 Volume 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:
Brunner Suddarth, Vol. 2. Jakarta: EGC.

Syamsu H, dan Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai