Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS


DI RUANG KASWARI RSD IDAMAN BANJARBARU

TANGGAL 11 - 16 MARET 2019

Oleh:

SARI MULIA, S.Kep


NIM. 1830913320040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Sari Mulia, S. Kep

NIM : 1830913320040

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Melitus di


Ruang Kaswari RSD Idaman Banjarbaru

Banjarbaru, Maret 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB Akhmad Rijani


NIP. 19780317 200812 2 001 19890117 201101 1 001
Definisi: Klasifikasi: Manifestasi klinis:
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme 1. Diabetes tipe 1 (disebabkan oleh Dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin
yang ditandai dengan hiperglikemi yang penghancuran sel pulau pankreas, 1. Kadar glukosa puasa tidak normal
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme penghancuran sel β biasanya mengarah pada 2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan ddefisiensi insulin absolut) dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (polyuria)
oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan  Autoimun dan timbul rasa haus (polydipsia)
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan  Idiopatik 3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, 4. Lelah dan mengantuk
2. Diabetes tipe 2 (disebabkan oleh kombinasi
dan neuropati, (Yuliana Elin, 2009). 5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
resistensi insulin dan disfungsi sekresi insulin
impotensi, peruritas vulva
sel β)
Etiologi:
3. Diabetes tipe khusus lain (disebabkan oleh
kondisi seperti endokrinopati, penyakit Pemeriksaan penunjang
1. DM tipe 1 eksokrin pankreas, sindrom genetik)
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan 1. Tes laboratorium
 Defek genetik fungsi sel β 2. Tes Saring
penghancuran sel-sel beta pankreas yang
 Defek genetic kerja insulin  GDP, GDS
disebabkan oleh:
 Endokrinopati  Tes glukosa urin: Tes konvensional (metode reduksi/ Benedict),
 Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes
itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi  Induksi obat atau zat kimia, seperti steroid tes carik celup (metode glucoseoxidase/hexokinase)
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya  Infeksi 3. Tes diagnostik : GD2PP: Glukosa darah 2 jam pos prandial), glukosa
diabetes tipe 1  Bentuk tidak lazim dari diabetes dimediasi jam ke -2 TTGO
 Faktor imunologi (autoimun) imun 4. Tes monitoring terapi: GDP; plasma vena, darah kapiler. GD2PP;
 Faktor lingkungan : virus atau tolsin tertentu  Sindrom genetic lain terkadang plasma vena, A1c; darah vena, darah kapiler.
dapat memicu autoimun yang menimbulkan berhubungan dengan diabetes
ekstruksi sel beta. 4. Diabetes gestasional (diabetes yang terjadi
pertama kali saat kehamilan). Penatalaksanaan:
2. DM tipe 2 1. Diabetes tipe 1
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan  Injeksi harian yang multiple penggantian insulin secara
resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan Komplikasi: fisiologis.
dengan proses terjadinya diabetes tipe II: usia, 1. Penyakit mata diabetikum: Retinopati  Kontrol glikemik dengan pemantauan glukosa darah disertai tes
obesitas, riwayat dan keluarga 2. Nefropati diabetikum klinis seperti hemoglobin glikemik (HbA1c)
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca 3. Neuropati diabetikum  Penyesuaian dosis insulin sesuai dengan diet dan olahraga
pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu: (Sudoyo Aru, 4. Kelainan lemak darah/dyslipidemia
 Diet sehat dan penghitungan karbohidrat yang dikonsumsi
dkk 2009). 5. Hipertensi pada diabetes
 Pendidikan kesehatan
1. < 140 mg/dL (Normal) 6. Penyakit makrovaskuler: Aterosklerosis, cedera
vascular glikemik, jantung coroner 2. Diabetes tipe 2
2. 140-<200 mg/dL (Toleransi glukosa  Modifikasi gaya hidup (diet, olahraga, tidak merokok)
terganggu) 7. Ulkus kaki
8. Masalah seksual; Disfungsi ereksi  Pendidikan kesehatan terstuktur
3. ≥200 mg/dL (diabetes) 9. Gastrointestinal; Gastroparesis  Obat antidiabetes oral
Pathway Diabetes Melitus

 Faktor genetic Gula dalam darah tidak dapat


Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan produksi
 Infeksi virus dibawa masuk dalam sel
insulin
 Pengrusakan Imunologik
Batas melebihi ambang
ginjal Hiperglikemia Anabolisme protein menurun
Glukosuria

Dieresis osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglikemik Kerusakan pada antibodi

Poliuri Retensi Urine Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun

Kehilangan elektrolit Iskemik Jaringan


dalam sel Resiko infeksi Neuropati sensosi perifer
Ketidakefektifan perfusi
Dehidrasi jaringan perifer Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit

Resiko Syok Kehilangan kalori


Gangrene Kerusakan interitas
jaringan
Merangsang hipotalamus Sel kekurangan bahan
untuk metabolisme Protein dan lemak dibakar
BB menurun
Pusat lapar dan haus

Katabolisme lemak Pemecahan protein Keletihan


Polidipsia
Polipagia
Asam lemak Keton Ureum
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Katesidosis
kebutuhan tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DIABETES MELITUS
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
1. Identitas 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Keluhan Utama 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Riwayat Penyakit 3. Retensi Urin
4. Pola Fungsional Gordon 4. Kerusakan integritas jaringan
5. Pemeriksaan Fisik 5. Keletihan
6. Resiko syok
7. Resiko Infeksi

Ketidakefektifan perfusi jaringan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Retensi Urin Kerusakan integritas jaringan
perifer kebutuhan tubuh
NOC: Perfusi Jaringan Perifer NOC: Status Nutrisi NOC: Eliminasi Urin NOC: Integritas Jaringan: Kulit &
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan membrane mukosa
selama (3x24 jam) diharapkan klien selama (3x24 jam) diharapkan nutrisi klien selama (3x60 menit), diharapkan Setelah dilakukan tindakan
mampu mempertahankan keefektifan terpenuhui dengan kriteria hasil: eliminasi urin normal dengan kriteria keperawatan dalam 3x24 jam
perfusi jaringan dengan kriteria hasil: 1. Asupan Gizi dari sedang (3) ke normal (5) hasil klien akan: kerusakan integritas jaringan klien
1. Suhu kulit ujung kaki dan tangan 2. Asupan makanan dari sedang (3) ke 1. Pola eliminasi (4) dapat diatasi, dengan kriteria hasil:
dari ringan (4) ke normal (5) 2. Jumlah urin (4) 1. Suhu kulit (5)
normal(5)
2. Tekanan darah sistolik dari sedang 3. Warna urin (4) 2. Elastisitas (5)
(3) ke ringan (4) 3. Asupan cairan ringan (4) ke normal(5) 4. Intake cairan (5) 3. Hidrasi (4)
3. Tekanan darah diastolik dari sedang 4. Energi (4) 5. Mengosongkan kandug kemih 4. Keringat (5)
(3) ke ringan (4) 5. Ratio berat badan dan tinggi badan (4) sepenuhnya (4) 5. Perfusi jaringan (5)
4. Edema perifer dari sedang (3) ke 6. Hidrasi (4) 6. Nyeri saat kencing (4) 6. Lesi pada kulit (5)
ringan (2) NIC: Manajemen Gangguan Makan 7. Retensi urin (4) 7. Lesi mukosa membran (5)
5. Mati rasa dari sedang (3) ke tidak 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 8. Inkontensia urin (4) NIC: Perlindungan Infeksi
ada (5) untuk mengembangkan rencana perawatan 1. Monitor adanya tanda dan gejala
dengan melibatkan klien dan orang-orang infeksi sistemik dan local
terdekatnya dengan tepat. 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
NIC: Perawatan Sirkulasi: Insufisiensi 2. Rundingkan dengan tim dank lien untuk NIC: Kateterisasi Urin 3. Batasi jumlah pengunjung yang
Arteri mengatur target pencapaian berat badan 1. Jelaskan prosedur dan rasionalisasi sesuai
1. Lakukan pemeriksaan fisik misalnya jika berat badan klien tidak berada dalam kateterisasi 4. Skrining semua pengunjung terkait
memeriksa denyut nadi perifer, edema, rentang berat badan yang 2. Pasang alat dengan tepat penyakit menular
suhu) direkomendasikan sesuai umur dan bentuk 3. Berikan privasi dan tutupi pasien 5. Pertahankan asepsis untuk pasien
2. Tempatkan ujung kaki dan tangan tubuh. dengan baikuntuk kesopanan (yaitu berisiko
dalam posisi tergantung dengan tepat 3. Tentukan pencapaian berat badanharian hanya mengekspos area genetalia) 6. Pertahankan teknik-teknik isolasi
3. Ubah posisi pasien setidaknya setiap 3 sesuai keinginan 4. Isi bola kateter sebelum pemasangan yang sesuai
jam dengan tepat 4. Rundingkan dengan ahli gizidalam kateter untuk memeriksa ukuran dan 7. Berikan perawatan kulit yang tepat
4. Lindungi ujung kaki dan tangan dari menentukan asupan kalori harian yang kepatenan kateter untuk area (yang mengalami edema)
cedera diperlukan untuk mempertahankan berat 5. Pertahankan teknik aseptic dengan 8. Periksa kulit dan selaput lender
5. Instruksikan pada pasien mengenai badan yang sudah ditentukan. ketat untuk adanya kemerahan
faktor-faktor yang mengganggu 5. Dorong klien untuk mendiskusikan 6. Pertahankan kebersihan tangan yang 9. Anjurkan asupan cairan dengan tepat
sirkulasi darah (misalnya, merokok, makanan yang disukai bersama ahli gizi baik sebelum, selama, dan setelah 10. Anjurkan istirahat
pakaian ketat) 6. Timbang berat badan klien secara rutin insersi atau saat memanipulasi 11. Ajarkan pasien dan keluarga
6. Intruksikan pada pasien mengenai kateter mengenai tanda dan gejala infeksi
(pada hari yang sama setelah BAB/BAK)
perawatan kaki yang tepat 7. Posisikan pasien dengan tepat dan kapan harus melaporkannya
7. Monitor jumlah cairan yang masuk dan 7. Monitor intake/asupan dan asupan cairan 8. Bersihkan daerah meatus uretra kepada pemberi layanan kesehatan
yang keluar secara tepat dengan larutan anti bakteri, saline
NIC : Perawatan Sirkulasi: Insufisiensi 8. Berikan dukungan terhadap peningkatan steril, atau air steril
Vena berat badan dan perilaku yang 9. Gunskan ukuran kateter terkecil yang
1. Inpeksi kulit apakah terdapat luka meningkatkan berat badan. sesuai
tekan dan jaringan yang tidak utuh NIC: Manajemen Nutrisi 10. Pastikan bahwa kateter yang
2. Jika diperlukan lakukan perawatan dimasukkan cukup jauh kedalam
luka (debridemen, terapi 1. Indetifikasi (adanya) alergi atau intoleransi kandung kemih untuk mencegah
antimikroba) makanan yang dimiliki pasien trauma pada jaringan uretra dengan
3. Lakukan pembalutan yang tepat 2. Berikan pilihan makanan sambil inflasi balon
sesuai dengan tipe dan ukuran luka menawarkan bimbingan terhadap pilihan 11. Isi bola kateter untuk menetapkan
4. Tinggikan kaki 200 atau lebih tinggi (makanan) yang sehat kateter, berdasarkan usia dan ukuran
dari jantung tubuh sesuai rekomendasi pabrik
3. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan
5. Dukung latihan ROM pasif dan aktif, (misalnya dewasa 10 cc, anak 5 cc)
terutama ekstremitas bawah selama perawatan mulut sebelum makan 12. Hubungkan retensi kateter ke
beristirahat 4. Bantu pasien membuka kemasan makanan, kantong sisi tempat tidur drainase
memotong makanan, dan makan jika atau pada kantung kaki
diperlukan
5. Monitor kalori dan asupan makanan
Keletihan Resiko Syok Resiko Infeksi
NOC: Kelelahan : efek yang mengganggu NOC: Keparahan Syok: Hipovolemik NOC: Keparahan Infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (3x60 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (1x24 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (3x60 menit),
menit) diharapkan tidak terdapat kelelahan yang jam) diharapkan tidak terjadinya syok pada klien diharapkan tidak terdapat tanda tanda infeksi kriteria hasil klien
mengganggu aktivitas klien dengan kriteria hasil: dengan kriteria hasil: akan:
1. Malaise (5) 1. Penurunan tekanan nadi perifer (4) 1. Demam (5)
2. Lethargy (5) 2. Penurunan tekanan darah sistolik (4) 2. Kemerahan (5)
3. Penurunan energy (5) 3. Hipotermia (5)
3. Penurunan tekanan darah diastolic (4)
4. Gangguan dengan aktivitas sehari-hari (5) 4. Malaise (5)
5. Gangguan terhadap aturan pengobatan (5) 4. Meningkatnya laju jantung (4) 5. Menggigil (5)
6. Gangguan aktivitas fisik (5) 5. Pernafasan dangkal (4) NIC: Perlindungan infeksi
NIC: Manajemen Energi 6. Penurunan oksigen arteri (4) 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan
1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan NIC: Pencegahan Syok local
kelelahan sesuai dengan konteks usia dan 1. Monitor tekanan oximetri 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
perkembangan 2. Monitor suhu dan status respirasi 3. Batasi jumlah pengunjung yang sesuai
2. Anjurkan pasien mengung kapkan perasaan secara 3. Monitor EKG 4. Skrining semua pengunjung terkait penyakit menular
verbal mengenai keterbatasan yang dialami 4. Monitor terhadap adanya respon kompensasi awal 5. Pertahankan asepsis untuk pasien berisiko
3. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang syok (misalnya, tekanan darah normal, tekanan nadi 6. Pertahankan teknik-teknik isolasi yang sesuai
dibutuhkan unuk menjaga ketahanan melemah, pucat/dingin pada kulit/kemerahan, 7. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area (yang
4. Monitor intake/asupan nutrisi unuk mengetahui takipnea ringan, mual dan muntah, peningkatan rasa mengalami edema)
sumber energy yang adekuat haus) 8. Periksa kulit dan selaput lender untuk adanya kemerahan
5. Monitor/catat waktu dan lama istirahat/tidur 5. Monitpr adanya tanda-tanda respon sindrom 9. Anjurkan asupan cairan dengan tepat
pasien inflamasi sistemik (misalnya, peningkatan suhu, 10. Anjurkan istirahat
6. Hindari kegiatan perawatan selama jadwal takikardi, takipnea, hipokarbia, leukopenia) 11. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
istirahat pasien 6. Monitor status sirkulasi (misalnya tekanan darah, infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada pemberi
7. Monitor lokasi dan sumber warna kulit temperature, bunyi jantung, agitasi, layanan kesehatan
ketidaknyamanan/nyeri yang dialami pasien oliguria dan akral terba dingin
selama aktivitas 7. Monitor hasil laboratorium
DAFTAR PUSTAKA

Bilous, Rudy dan Donelly, R. 2015. Buku Pegangan Diabetes Edisi ke 4. Jakarta : Bumi
Medika
Herdman, T. Heater dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda, S. Kep, Ns dan Hardhi Kusuma, S, Kep, Ns. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi
Jilid II. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Nurjannah, Intansari. 2016. ISDA Intan’s Screening Diagnoses Assesment Versi Bahasa
Indonesia (2016). Yogyakarta: Mocomedia.
Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Keenam Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Kelima Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai