Anda di halaman 1dari 6

DETEKSI DINI ( INDIVIDU )

PENYAKIT INFLUENZA

Ns. Siti Mukarummah S,Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

ASTI PATADUNGAN

1901005

TINGKAT 3A

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA


HUSADA SAMARINDA

2021
Deteksi Dini Pada Penyakit Influenza

1. Pengertian Influenza

Deteksi Influenza adalah tindakan awal yang dilakukan untuk


mengetahui penyakit yang disebabkan oleh infeksi. Influenza sering
menimbulkan penyakit pernapasan akut dengan manifestasi klinis berupa
influenza like illess. Infeksi virus influenza merupakan salah satu
kesehatan utama diseluruh dunia. Terjadinya epidemic influenza dapat
menimbulkan kepanikan di masyarakat oleh karena meningkatnya
mprbiditas dan mortalitas secara cepat di komunitas. Di Amerika Serikat,
rata-rata 20.000 orang meninggal setiap tahaun akibat influenza dan setiap
saat selalu terdapat ancaman terjadinya pandemic global. Thuan 1981
merupakan sejarah pendemi terburuk dengan 675.000 kematian di
Amerika Serikat dan sekitar 40 juta kematian di dunia.

2. Sasaran Usia
Untuk sasaran usia yang ditunjukan yaitu usia dewasa seperti 17-40 tahun
sebanyak 74,4% begitui pula pada kelompok yang terbukti influenza , 69%
di antaranya berada pada rentang usia ini. Hanya satu pasien influenza
yang termasuk dalam kelompok usia lanjut (61 tahun). Serangan influenza
ini kerap dianggap penyakit biasa dan ringan, namun untuk usia lanjut
serangan influenza bisa membahayakan. Lebih lanjut dikatakannya, 94
persen kematian akibat influenza terjadi pada penderita berusia di atas 60
tahun. Pada pasien berusia 60-69 tahun, risiko kematian akibat influenza
adalah 12 persen, pada usia 70-79 tahun risikonya sebesar 28 persen dan
pada penderita influenza berusia di atas 80 tahun risiko kematian
meningkat menjadi 54 persen. Infeksi virus influenza terbanyak
bermanifestasi sebagai penyakit pernapasan akut (Acute Respiratory
Illness/ARI) yang dicirikan dengan demam tinggi mendadak, hidung
berair (cortza), batuk, peradangan saluran napas atas dan bawah, hingga
nyeri kepala dan malaise. Beragam keluhan klinis yang muncul pada tiap
kelompok usia menimbulkan kendala lainnya, pada usia lanjut gejala-
gejala tersebut dapat menjadi sumir dan tidak nyata.

3. Metode/Alat bantu deteksi


Metode yang digunakan adalah metode diagnostic research yang
mengalami penyakit pernapasan akut (acute respiratory illness/ARI)
dengan gejala ILI. Pada penelitian ini akan diteliti 5 variabel determinan
yang selanjutnya akan digunakan sebagai penentu variable keluaran
berupa diagnosis influenza. Criteria inklus penelitian adalah pasien
penyakit pernapasan akut dengan ILI : >37,2 oC atau merasa seprti demam,
yang muncul dalam 120 jam pertama, sertai dengan 2 atau lebih gejala.
Pada penelitian ini dikumpulkan data variable determinan berupa
kumpulan gejala klinis demam, batuk, pilek serta hasil laboratorium
berupa leukopenia, limfopenia mutlak/absolut dan limfppenia relative pada
hitungan jenis (21%). Variabel determinan klinis dikumpulkan dengan
menggunakan lembar pencatatan data klinis yang terlampir pada proposal
penelitian dan specimen darash tepi diambil dengan spuit steril sebanyakl
3 cc dan disimpan dalam tabung EDTA. Analis lanjutan dikerjakan di
laboratorium prodi pusat. Penelitian ini tidak mengantuk unsur intervensi
kepada penderitas yang tunduk kepada Deklarasi Helsinki. Namun pada
setiap pengambilan darah dan swab nasofaringeal, dilakukan persetujuan
dari penderita dan keluarganya. Pada pengambilan sampel darah, disetiap
tabung diberikan kode sesuai insial nama pasien, urutan sampel dan
tanggal pengambilan sampel, yang hanya diketahui oleh peneliti dan tim
yang membantu pengambilan sampel darah.

4. SOP Batuk Efektif


Standar Operasional Prosedur (SOP)
Batuk Efektif

Pengertian Latihan mengeluarkan secret yang


terakumulasi dan menggangu di saluran
nafas dengan cara dibatukkan
Tujuan 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi
secret
2. Mengelurakan sputum untuk
pemeriksaan diagnostic laborat
3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi
sekret
Indikasi 1. Jalan nafas tidak efektif
2. Pre dan post operasi
3. Klien imbobilisasi
4. COPD/ PPOK (Penyakit paru obstruktif
kronik)
Kontra Indikasi 1. Klien yang mengalami peningkatan
Tekanan Intra Cranial (TIK) gangguan
fungsi otak
2. Gangguan kardiovaskuler : Hipertensi
berat, aneurisma, gagal jantung, infrak
miocard.
3. Emphysena karena dapat menyebabkan
rupture dinding alveolar.
Peralatan 1. Tissue
2. Bengkok
3. Perlak/alas
4. Sputum pot berisi desinfektan
5. Air minum hangat dalam gelas
6. Handscoon
Prosedur Pelaksanaan 1. Tahap PraInteraksi
 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
 Memberikan salam dan sapa nama
pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelasanaan
 Menanyakan persetujuan/kesiapan
pasien
3. Tahap Kerja
 Menjaga privacy pasien
 Mempersiapkan pasien
 Meminta pasien meletakkan satu
tanagn di dad dan satu tangan di
abdomen
 Melatih pasien melakukan nafas
perut (menarik nafas dalam melalui
hidung hingga 3 hitungan, jaga
mulut tetap tertutup)
 Meminta pasien merasakan
mengembangkan abdomen (cegah
lengkungan pada punggung)
 Meminta pasien menahan nafas
hingga 3 hitungan
 Meminta menghebuskan nafas
perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulut, bibir seperti meniup
 Meminta pasien merasakan
mengempisnya abdomen dan
kontraksi dari otot
 Memasang perlak/alas dan bengkok
(dipangkuan pasien bila duduk atau
di dekat mulut bila tidur miring)
 Meminta pasien untuk melakukan
nafas dalam 2 kali, yang ke-3 :
inspirasi, tahan nafas dan batukkan
dengan kuat
 Menampung lender dalam sputum
pot
 Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Berpamitan dengan klien
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Penelitian, L. (2014). Peranan Gejala Klinis dan Pemeriksaan Darah. 1(2).

Anda mungkin juga menyukai