Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN KATUP JANTUNG

Disusun oleh

Sandy Paskah Liling (Siloam Agora)

Gregoriun Yefri Setiawan (Siloam Purwakarta)

Pietron Paulus Sanu (Siloam Kupang)

IKATAN NERS KARDIOVASKULAR INDONESIA(INKAVIN)

JAKARTA

2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Gangguan katup jantung

2.1.1 Pengertian

2.1.2 Etiologi

2.1.3 Patofisiologi

2.1.4 Manifestasi klinis

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostic

2.1.6 Penatalaksanaan Medik

2.1.7 Komplikasi

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Katup Jantung

2.2.1 Pengkajian

2.2.2 Diagnosa

2.2.3 Perencanaan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jantung adalah organ muscular yang berlubang yang berfungsi sebagai pemompa darah

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Sisi kanan jantung

memompa darah ke paru sedangkan sisi kiri jantung memompa darah keseluruh tubuh.

Secara anatomi jantung memiliki 4 buah katup yang terdiri dari katup trikuspidalis, katup

mitral, katup aorta, dan katup pulmonal. Fungsi dari katup ini yaitu untuk menghubungkan

antar ruang jantung dan juga sebagai pintu keluarnya darah yang dipompakan keluar dari

jantung. (Guntur, 2019).

Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat melaksanakan

fungsinya dengan baik, sehingga kerja jantung sebagai pemompa darah dan oksigen ke

seluruh tubuh terganggu. Salah satu penyebab penyakit jantung yaitu gangguan pada katup

jantung. Gangguan katup jantung merupakan disfungsi jantung akibat abnormalitas struktur

atau fungsi katup jantung yang dapat menyebabkan pressure overload akibat keterbatasan

pembukaan katup atau volume overload akibat penutupan katup yang tidak adekuat(Boestan,

2007).

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 12 juta penduduk

dunia menderita demam rematik atau penyakit jantung katup dan lebih dari 400. 000 kasus

kematian pertahun(Boestan, 2007). Karena itu sangat penting pengobatan dan perawatan

klien dengan penyakit jantung terkhusus gangguan pada katup. Tujuan pengobatan dan

perawatan ini untuk meningkatkan kualitas hidup, mengurangi keluhan dan gejala, bahkan

untuk mencegah kematian.


Tindakan pengobatan yang diberikan pada seseorang dengan gangguan katup jantung

yaitu tindakan medis oleh dokter maupun perawat. Asuhan keperawatan adalah segala bentuk

tindakan atau kegiatan yang dilakukan perawat dan diberikan kepada klien sesuai dengan

standar operasional prosedur (SOP) (Ariga, 2020). Melalui asuhan keperawatan yang

komprehensif diharapkan dapat menurunkan gejala dan keluhan pada pasien dengan

gangguan katup jantung.

Oleh sebab itu, pada makalah ini penulis ingin membahas mengenai konsep dasar tentang

gangguan katup jantung serta asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan

gangguan katup jantung.

1.2 Rumusan Masalah

A. Apa saja konsep dasar dari gangguan katup jantung?

B. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan

katup jantung?

1.3 Tujuan Penulisan

A. Mendeskripsikan konsep dasar dari gangguan katup jantung.

B. Mendeskripsikan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan

gangguan katup jantung

1.4 Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

Hasil makalah ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan ilmu dan

pengetahuan didalam dunia medis.

2. Manfaat praktis
Manfaat makalah ini diharapkan dapat berguna sebagai dasar bagi tim medis dalam

memahami konsep dasar gangguan katup jantung dan dapat melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan katup jantung.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Gangguan Katup Jantung

2.1.1 Pengertian

Katup jantung merupakan organ yang memiliki mekanisme seperti gerbang atau

pintu satu arah yang terdapat pada jantung. Katup jantung berfungsi menjaga aliran darah

yang berasal dari jantung dapat mengalir dengan benar, baik antar ruangan jantung atau

dari jantung keluar ke pembuluh darah. (Gosal, 2013)

Menurut Guntur(2019) katup jantung dibagi menjadi 4 yaitu

1. Katup trikuspidalis adalah katup yang menghubungkan antara atrium kanan

dan ventrikel kanan. Katup ini memiliki 3 daun katup

2. Katup mitral adalah katup yang menghubungkan atrium kiri dan ventrikel kiri.

Katup ini memiliki 2 daun katup

3. Katup pulmonal adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan

dan arteri pulmonal.

4. Katup aorta adalah katup yang menghubungkan ventrikel kiri dan arteri aorta.

Penyakit katup jantung adalah penyakit yang menyebabkan kelainan pada aliran

darah yang melintasi katup jantung, sehingga menyebabkan timbulnya ganguan

hemodinamik. Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah

yang melintasi katup jantung(Gosal, 2013)

Menurut Guntur(2019) jenis-jenis gangguan pada katup jantung yaitu :


1. Stenosis mitral : kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri

ke ventrikel kiri pada fase diastolik ventrikel akibat obstruksi atau

penyempitan katup mitral

2. Insufiensi mitral : suatu kondisi yang ditandai dengan cacat pada penutupan

katup mitral, yang menyebabkan sebagian darah yang dipompa dari ventrikel

kiri ke aorta mengalir kembali ke atrium kiri

3. Stenosis aorta : kondisi saat aorta jantung menyempit. Akibatnya, darah tidak

dapat mengalir secara efektif dan mengurangi efektivitas oksigen yang masuk

ke seluruh tubuh

4. Insufisiensi aorta: kebocoran pada katup aorta yang dapat menyebabkan aliran

balik ke ventrikel kiri setiap kali ventrikel kiri relaksasi. Hal ini akan

mengakibatkan peningkatan volume dan tekanan pada ventrikel kiri.

2.1.2 Etiologi

a. Stenosis mitral

1. Demam rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral

pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak.

2. Suatu kelainan bawaan.

3. Miksoma (tumor jinak di atrium kiri) atau bekuan darah dapat menyumbat

aliran darah ketika melewati katup mitral dan menyebabkan efek yang

sama seperti stenosis katup mitral.

4. Tumor di atrium kiri

b. Insufisiensi mitral

1. Reumatik
2. Ruptur chordae tendinae

3. Rupture papillary muscle

4. Penyakit bawaan lahir

5. Degenerasi miksomatous

c. Stenosis aorta

1. Akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di

dalam daun katup.

2. demam rematik pada masa kanak-kanak.

3. kelainan bawaan pada masa bayi

d. Insufiensi aorta

1. Penyebab terbanyak adalah demam reumatik, Endokarditis, rupture

traumatik

2. aorta mitral kongenital, ventricular septal defect

3. penyakit kolagen, disseksi aorta, aortitis sifilika

4. Kelainan katub dan kanker aorta juga bisa menimbulkan isufisiensi aorta.

2.1.3 Patofisiologi

a. Stenosis Mitral

Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah–bilah

katup mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif

aliran darah. Secara normal pembukaan katup mitral adalah selebar tiga jari.

Pada kasus stenosis berat menjadi penyempitan lumen sampai selebar pensil

akibatnya atrium kiri mengalami kesulitan dalam menggosongkan darah

melalui lumen yang sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya atrium akan melebar
dan mengalami hipertrofi karena tidak ada katup yang melindungi vena

pulmonal terhadap aliran balik dari atrium, maka sirkulasi pulmonal

mengalami kongesti. Akibatnya ventrikel kanan harus menanggung beban

tekanan arteri pulmonal yang tinggi dan mengalami peregangan berlebihan

yang berakhir gagal jantung.

b. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi)

Insufisiensi mitral terjadi bilah-bilah katup mitral tidak dapat saling

menutup selama systole ventrikel akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik

dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Pemendekan atau sobekan salah satu atau

kedua bilah katup mitral mengakibatkan penutupan lumen mitral tidak

sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga

setiap denyut ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali ke

atrium kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari

paru, menyebabkan atrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran

darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru

ke atrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang

pada giliranya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun

kebocoran mitral hanya kecil namun selalu berakibat terhadap kedua paru dan

ventrikel kanan.

c. Stenosis Katup Aorta

Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri dan

aorta. Penyempitan terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau

beberapa puluh tahun. Bilah–bilah katup aorta saling menempel dan menutup
sebagaian lumen diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi

hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih lambat tapi dengan energi

yang lebih besar dari normal, mendorong darah melalui lumen yang sangat

sempit. Mekanisme kompesansi jantung mulai gagal dan munculah tanda–

tanda klinis. Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan

ke ventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalann dinding otot. Otot jantung

menebal (hipertrofi) sebagai respons terhadap besarnya obstruksi; terjadilah

gagal jantung bila obsruksinya terlalu berat.

d. Insufiensi Aorta (Regurgitasi)

Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk

bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen

aorta dengan rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik

darah dari aorta ke ventrikel kiri. Defek katup ini bisa disebabkan oleh

endokarditis, kelainan bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya

aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau sobekan aorta asendens. Karena

kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagaian darah dalam aorta, yang

biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel

kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim darah yang secara normal

diterima dari atrium kiri ke ventrikel melalui lumen ventrikel, maupun darah

yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk

mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga

mendorong yang lebih normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan

darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompesansi


melalui refleks dilatasi pembuluh darah arteri perifer melemas sehingga

tahanan perifer turun dan tekanan diastolic turun drastis.

2.1.4 Manifestasi klinis

a. Mitral stenosis : Sesak, Batuk, Mudah lelah, Hemoptysis, sianotik, atrial

fibrilasi, diastolic mur-mur

b. Mitral Insufiensi: Dyspnea, orthopnea, batuk, mudah lelah, palpitasi, mur-

mur, aritmia atrium, thrombus, gagal jantung

c. Aorta Stenosis : Nyeri dada ( angina ), sesak, palpitasi, fatique, sinkope/

pingsan, tanda gagal jantung kiri

d. Aorta insufisiensi : Dyspnea, orthopnea, paroxysmal Nocturnal Dyspnea


( PND), Batuk, fatique, murmur, Arteti carotis yang nyata, tanda- tanda gagal

jantung

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostic

a. Mitral stenosis

 Kateterisasi jantung peningkatan tekanan LVEDP, peningkatan tekanan

arteri pulmonalis.

 Echocardiogram : Penebalan pada anterior dan posterior katup mitral,

pergerakan katup abnormal

 EKG : hipertropi ventrikel kanan, atrial fibrilasi.

b. Mitral insufiensi

 X-ray: pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri

 ekg: Hipertropi ventrikel kanan, gelombang P mitral

 kateterisasi jantung: terjadi peningkatan tekanan diastolic akhir ventrikel

kiri dan atrium kiri

c. Aorta Stenosis

 X-ray: Pembesaran Ventrikel kiri, peningkatan vaskularisasi paru, dilatasi

aorta ascending

 ekg: hipertropi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, LBBB

 echo : Aorta Stenosis, kalsifikasi pada daerah aorta, hipertropi ventrikel

kiri, atrial kiri membesar,

 kateterisasi jantung: perbedaan tekanan antara ventrikel kiri dan aorta

lebih dari 50 mmhg


d. Aorta insufiensi

 X-ray: Pembesaran Ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, dilatasi aorta,

edema paru

 ekg: hipertropi ventrikel kiri, P-R interval memanjang

 echo hipertropi ventrikel kiri, dilatasi aorta proximal

 kateterisasi jantung: ventrikel kiri tampak opak selama injeksi kontras ke

dalam pangkal aorta

2.1.6 Penatalaksanaan Medik

1) Stenosis Mitral

 Intervensi non bedah melebarkan katup mitral yang menyempit

 Intervensi bedah dengan memperbaiki katup mitral yang menyempit atau

mengganti katup mitral tersebut dengan katup prostetik

 Farmakologis bila dtemukan tanda-tanda gagal jantung

2) Insufisiensi Mitral

 intervensi bedah meliputi penggantian katup mitral.

 Farmakologis bila ditemukan tanda gagal jantung

3) Stenosis Aorta

 Penggantian katup orta secara bedah.

 Farmakologis bila ditemukan tanda gagal jantung

4) Insufisiensi Aorta

 Penggantian katub aorta


 Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan

penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.

2.1.7 Komplikasi pada kelainan katup jantung

1. Angina pectoris

2. Gagal jantung kongestif

3. Edema paru

4. Disritmia

5. RHF

6. Pulmonal Hypertensi

7. Kondisi inflamasi jantung

8. Kematian mendadak dihasilkan aritmia ventrikel

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Katup Jantung

2.2.1 PENGKAJIAN

a. Aktivitas/istirahat

Gejala: Kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea

karena kerja, palpitasi, gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksismal

nokturnal, nokturia, keringat malam hari).

Tanda: Takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja,

takipnea, dispnea.

b. Sirkulasi

Gejala: Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik,

endokarditis bakterial subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi

kongenital (contoh kerusakan atrial-septal, sindrom Marfan), trauma dada,


hipertensi pulmonal, riwayat murmur jantung, palpitasi, serak, hemoptisis,

batuk dengan/tanpa produksi sputum.

Tanda: Sistolik TD menurun (AS lambat). Tekanan nadi:

penyempitan (SA); luas (IA). Nadi karotid: lambat dengan volume nadi kecil

(SA); bendungan dengan pulsasi arteri terlihat (IA). Nadi apikal: PMI kuat

dan terletak di bawah dan ke kiri (IM); secara lateral kuat dan perpindahan

tempat (IA). Getaran: Getaran diastolik pada apek (SM), getaran sistolik pada

dasar (SA), getaran sistolik sepanjang batas sternal kiri; getaran sistolik pada

titik jugular dan sepanjang arteri karotis (IA). Dorongan: dorongan apikal

selama sistolik (SA). Bunyi jantung: S1 keras, pembukaan yang keras (SM).

Penurunan atau tak ada S1, bunyi robekan luas, adanya S3, S4 (IM berat).

Bunyi ejeksi sistolik (SA). Bunyi sistolik, ditonjolkan oleh berdiri/jongkok

(MVP). Kecepatan: takikardi (MVP); takikardi pada istirahat (SM). Irama: tak

teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat pertama blok AV

(SA). Murmur: bunyi rendah, murmur diastolik gaduh (SM). Murmur sistolik

terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA). Murmur diastolik

(tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA). DVJ: mungkin ada

pada adanya gagal ventrikel kanan. Warna/sianosis: kulit hangat, lembab, dan

kemerahan (IA). Kapiler kemerahan dan pucat pada tiap nadi (IA).

c. Makanan/cairan

Gejala: Disfagia (IM kronis), perubahan berat badan, penggunaan

diuretik.
Tanda: Edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites (SM,

IM), hangat, kemerahan dan kulit lembab (IA), pernapasan payah dan bising

dengan terdengar krekels dan mengi.

d. Neurosensori

Gejala: Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja.

Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit,

gemetar.

e. Nyeri/kenyamanan

Gejala: Nyeri dada, angina (SA, IA), nyeri dada non-angina/tidak

khas (MVP).

f. Pernapasan

Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk

menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).

Tanda: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi),

sputum banyak dan berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan

(pada adanya edema pulmonal).

g. Imunitas tubuh

Gejala: Proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi, adanya perawatan

gigi (pembersihan, pengisian, dan sebagainya).

Tanda: Perlu perawatan gigi/mulut.

h. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: Penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis.


2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung b/d perubahan dalam preload/peningkatan tekanan

atrium dan kongesti vena.

2. Risiko kelebihan volume cairan b/d gangguan filtrasi glomerulus.

3. Nyeri akut b/d iskemia jaringan miokard.

4. Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

kebutuhan.

5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.

2.2.3 INTERVENSI

1. Penurunan curah jantung b/d perubahan dalam preload/peningkatan tekanan

atrium dan kongesti vena.

Tujuan : Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan

disritmia.

Intervensi :

a) Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer.

b) R/ Indikator klinis dari keadekuatan curah jantung. Pemantauan

memungkinkan deteksi dini/tindakan terhadap dekompensasi.

c) Pantau irama jantung sesuai indikasi.

d) R/ Disritmia umum pada pasien dengan penyakit katup.

e) Tingkatkan/dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45

derajat.
f) Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preload), yang

memungkinkan oksigenasi, menurunkan dispnea dan regangan jantung.

g) Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (mis: berjalan) bila pasien mampu

turun dari tempat tidur.

h) R/ Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan

terhadap cadangan jantung.

i) Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi. Pantau DGA/nadi oksimetri.

j) R/ Memberikan oksigen untuk ambilan miokard dalam upaya untuk

mengkompensasi peningkatan kebutuhan oksigen.

k) Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Mis: antidisritmia, obat inotropik,

vasodilator, diuretik.

2. Risiko kelebihan volume cairan b/d gangguan filtrasi glomerulus.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan

stabil, tanda vital dalam rentang normal, dan tak ada edema.

Intervensi :

a) Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan (positif

atau negatif), timbang berat badan tiap hari.

b) R/ Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan

terapi diuretik. Keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih

besar dari pengeluaran) dan berat badan meningkat menunjukkan makin

buruknya gagal jantung.

c) Catat laporan dispnea, ortopnea. Evaluasi adanya/derajat edema

(dependen/umum).
d) R/ Terjadinya/teratasinya gejala menunjukkan status keseimbangan cairan

dan keefektifan terapi.

e) Berikan diuretik contoh furosemid (Lazix), asam etakrinik (Edecrin)

sesuai indikasi.

f) R/ Menghambat reabsorpsi natrium/klorida, yang meningkatkan ekskresi

cairan, dan menurunkan kelebihan cairan total tubuh dan edema paru.

g) Pantau elektrolit serum, khususnya kalium. Berikan kalium pada diet dan

kalium tambahan bila diindikasikan.

h) R/ Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan gangguan

oksigenasi dan metabolisme. Hipokalemia mencetus pasien pada

gangguan irama jantung.

i) Berikan cairan IV melalui alat pengontrol.

j) R/ Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan.

k) Batasi cairan sesuai indikasi (oral dan IV).

l) R/ Dapat diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/ edema.

m) Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi.

n) R/ Menurunkan retensi cairan.

3. Nyeri akut b/d iskemia jaringan miokard.

Tujuan : Nyeri hilang/terkontrol.

Intervensi :

a) Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya.

Gunakan skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi


verbal/non verbal nyeri, respons otomatis terhadap nyeri (berkeringat, TD

dan nadi berubah, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan).

b) R/ Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.

Perilaku dan perubahan tanda vital membantu menentukan derajat/ adanya

ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien menolak adanya nyeri.

c) Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan.

d) R/ Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh

kerja tiba-tiba, stres, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan

nyeri dada.

e) Anjurkan pasien berespons tepat terhadap angina (contoh berhenti

aktivitas yang menyebabkan angina, istirahat, dan minum obat antiangina

yang tepat).

f) R/ Penghentian aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung

dan sering menghentikan angina.

g) Berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (Procardia) sesuai

indikasi.

h) R/ Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator)

menurunkan angina sehubungan dengan iskemia miokardia.

4. Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi

aktivitas.

Intervensi :
a) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut:

frekuensi nadi 20/menit diatas frekuensi istirahat; catat peningkatan TD,

dispnea atau nyeri dada; kelelahan berat dan kelemahan; berkeringat;

pusing; atau pingsan.

b) R/ Parameter menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap stres

aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.

c) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil/frekuensi nadi, peningkatan perhatian

pada aktivitas dan perawatan diri.R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat

penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.

d) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.

e) R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat

meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap

mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

f) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,

menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.

g) R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi sehingga

membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

h) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.

i) R/ Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan

mencegah kelemahan.

5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.

Tujuan : Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol.


Intervensi :

a) Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang,

gelisah.

b) R/ Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung.

Penggunaan evaluasi seirama dengan respons verbal dan non verbal.

c) Berikan tindakan kenyamanan (contoh mandi, gosokan punggung,

perubahan posisi).

d) R/ Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan

relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.

e) Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit-efeknya terhadap pola hidup

dan status kesehatan akan datang. Kaji keefektifan koping dengan

stressor.

f) R/ Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katup

jantung kronis dan secara tepat mengganggu pola hidup seseorang,

sehubungan dengan terapi pada aktivitas sehari-hari.

g) Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong

partisipasi maksimum pada rencana pengobatan.

h) R/ Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti

positif dan memberikan rasa kontrol.

i) Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam,

bimbingan imajinasi, relaksasi progresif.

j) R/ Memberikan arti penghilangan respons ansietas, menurunkan

perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.


Daftar Pustaka

Ariga, reni asmara(2020). Standar Praktik Keperawatan Profesional, Asuhan Keperawatan, dan
Pendidikan Keperawatan, Seri: Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta:
Deepublish
Boestan, Iwan N(2007). Penyakit Jantung Katup. Surabaya University Press.
Gosal, Astri Amelia (2013). Karakteristik Pasien Dengan Penyakit Katup Jantung yang Dirawat
di Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/8000/2/astriameli-934-1-13-astri-6%201-
2.pdf. diakses pada 14 Desember 2022.
Guntur(2019). Sistem Kardiovaskuler. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia
Mutaqin, Arif(2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Kardiovaskular.
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=noWFt_QVOUMC&oi=fnd&pg=PR3&dq=gangguan+katup+ja
ntung+asuhan+keperawatan&ots=0mwRclfbdS&sig=rBEmBIUpbn7ibgQPp9eo
UcYSZcw&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false. Diakses pada 14 desember
2022.

Anda mungkin juga menyukai