Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

MITRAL REGURGITATION

Elfiana Safitri
P07120421052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2023

1
A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi
Katup jantung adalah pintu satu arah yang terdapat pada jantung, tepatnya di antara empat
ruangan pada jantung dan pembuluh darah. Ada empat katup jantung yang masing-masing
terletak diantara, atrium kanan dengan ventrikel kanan, Bernama katup tricuspid. Diantara
atrium kiri dan ventrikel kiri, bernama katup mitral. Diantara atrium kanan dan arteri
pulmonalis Bernama katup pulmonal. Diantara ventrikel kiri dengan aorta Bernama katup
aorta.
Penyakit katup jantung adalah penyakit yang muncul akibat adanya kelainan atau gangguan
pada salah satu atau lebih dari keempat katup jantung, sehingga menyebabkan kelainan
pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat
mengalami dua jenis gangguan fungsional regurgitasi-daun katup tidak dapat menutup
rapat sehingga darah dapat mengalir balik dan stenosis katup-lubang katup mengalami
penyempitan sehingga aliran darah mengalami hambatan.
Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya tidak bisa
Kembali masuk kebagian atrium jantung Ketika berada di ventrikel jantung membuat
jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Akhirnya orang tersebut tidak bisa melakukan aktivitas dalam tingkat tertentu. (Price &
Wilson, 2010).
Insufisiensi mitralis merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah dari ventrikel kiri
ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna.
Kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan
sempurna pada saat systole.
Mitral regurgitasi adalah gangguan dari jantung dimana katup mitral tidak menutup dengan
benar ketika jantung memompa keluar darah atau dapat didefinisikan sebagai pembalikan
aliran darah yang abnormal dari ventrikel kiri ke atrium kiri melalui katup mitral. Hal ini
disebabkan adanya gangguan pada bagian mitral valve apparatus. Mitral Regurgitasi
adalah bentuk yang paling umum dari penyakit jantung katup.(Tierney,et.al.2006)
Mitral regurgitasi adalah keadaan dimana terdapat aliran darah balik dari ventrikel kiri ke
dalam atrium kiri pada saat sistol, akibat tidak dapat menutupnya katup mitral secara
sempurna. Aliran balik ini juga menimbulkan suara seperti “ tiupan berfrekuensi tinggi dan
suara “ mendesis “.(Hall,2019)
Insufisiensi mitral terjadi bilah-bilah katup mitral tidak dapat saling menutup selama
systole.Chordate tendineae memendek, sehingga bilahkatup tidak dapat menutup dengan
sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke antrium kiri.
Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral mengakibtakan
penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri dengan Kuat mendorong darah
ke aorta, sehingga setiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali
ke antrium kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari paru,
menyebabkan antriumkiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari
ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke antrium kiri menjadi
berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang pada gilirannya menambah beban

2
ke ventrikel kanan.Maka meskipun kebocoran mitral hanya kecil namun selalu berakibat
terhadap kedua paru dan ventrikel kanan.

2. Etiologi
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir selalu disebabkan
oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit katup jenis baru.
Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang
berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang-orang yang hidup di
negara industri dibandingkan dengan yang hidup di negara berkembang. Meskipun terjadi
penurunan insidensi penyakit demam rematik, namun penyakit rematik masih merupakan
penyebab lazim deformitas katup yang membutuhkan koreksi bedah.
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas reumatik dan
non reumatik (degeneratif, endokarditis,penyakit jantung koroner, penyakit jantung
bawaan, trauma dan sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia, penyebab
terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik.
a. Penyakit jantung rematik (PJR/RHD). PJR merupakan salah satu penyebab yang
sering dari insufisiensi mitral berat. Insufisiensi mitral berat akibat PJR biasanya
pada laki-laki. Proses rematik menyebabkan katup mitral kaku, deformitas, retraksi,
komisura melengket/fusi satu sama lain, korda tendinae memendek, melengket satu
dengan yang lain.
b. Penyakit jantung coroner (PJK). Penyakit jantung koroner dapat menyebabkan
insufisiensi mitral melalui 3 cara :
1) Infark miokard akut mengenai maksila Papillaris dapat berakibat ruptura
dan terjadi insufisiensi mitral akut dan berat. Terjadi udema paru akut dan
dapat berakibat fatal.
2) Iskemia maksila papillaris (tanpa infark) dapat menyebabkan regurgitasi
sementara/transient insufisiensi mitral, terjadi pada saat episode iskemia
pada maksila papillaris dan mungkin terjadi pada saat AP.
3) PJK menyebabkan dilatasi ventrikel kiri (dan mungkin terjadi pada saat AP)
dan terjadi insufisiensi mitral.
c. Dilatasi ventrikel kiri /kardiomiopati tipe kongestif. Dilatasi LV apapun penyakit
yang mendasari menyebabkan dilatasi annulus mitralis, posisi m. Papillaris berubah
dengan akibat koaptasi katup mitral tidak sempurna dan terjadi MR, adapun
penyakit yang mendasari antara lain : diabetes/kardiomiopati diabetik, iskemia
peripartal, hipertiroidisme, toksik, AIDS.
d. Kardiomiopati hipertrofik. Daun katup anterior berubah posisi selama sistol dan
terjadi MR.
e. Klasifikasi annulus mitralis. Mungkin akibat degenerasi pada lansia. Dapat
diketahui melalui ekokardiogram’ foto thoraks, penemuan biopsy.
f. Prolaps katup mitral (MVP). Merupakan penyebab sering MR.
g. Invective Endocarditis (IE). Dapat mengenai daun katup maupun chorda tendinae
dan merupakan penyebab MR akut.

3
h. Kongenital Endocardial Cushion Defect (ECD), insufisiensi mitral pada anomali
ini akibat celah pada katub. Sindrom Marffan yakni akibat kelainan jaringan ikat.
Etiologi regurgitasi mitral sangat banyak, erat hubungannya dengan klinisnya regurgitasi
mitral akut atau regurgitasi mitral kronik. Regurgitasi mitral akut secara garis besar ada
tiga bentuk :
1) Regurgitasi mitral akut non iskemia yang terdiri dari :
a. Rupture korda spontan
b. Endocarditis inefektif
c. Degerasi miksomatous dari valvular
d. Trauma
e. Hypovolemia pada mitral valve prolapse (MVP)
2) Regurgitasi mitral pada iskemia akut
Regurgitasi mitral yang terjadi karena iskemia akut dapat dijelaskan sebagai
berikut. Akibat adanya iskemia akut, maka akan terjadi gangguan fungsi ventrikel
kiri, annular geometri atau gangguan fungsi muskulus papillaris. Pada infark akut,
dapat terjadi rupture dari muskulus papilaris, satu atau keduanya. Selanjutnya
timbul edema paru, syok dan kematian. Namun apabila hanya satu muskulus
papilaris yang rupture, biasanya walau klinisnya berat, namun kemungkinan masih
bisa diatasi. Rupture muskulus papilaris pada infark akut biasanya timbul antara
hari kedua sampai hari kelima, klinisnya berat, biasanya perlu tindakan operasi.
Regurgitasi mitral juga bisa timbul sebagai kelanjutan dari infark akut dimana
terjadi remodelling miokard, gangguan fungsi muskulus papilaris, dan dilatasi
annulus, gangguan koaptasi katup mitral, selanjutnya timbul regurgitasi mitral.
3) Regurgitasi mitral akut sekunder pada kardiomiopati
Pada kardiomiopati terdapat penebalan dari miokard yang tidak proporsional dan
bisa asimetris yang berakibat kedua muskulus papilaris berubah posisi, akibatnya
tidak berfungsi dengan sempurna, selanjutnya penutupan katup mitral tidak
sempurna.
Etiologi regurgitasi mitral kronik sangat banyak. Regurgitasi mitral kronik dapat
terjadi pada penyakit jantung valvular yang berlangsung secara “ slowly
progressive “, seperti pada penyakit jantung rematik. Dapat juga terjadi sebagai
konsekuensi lesi akut seperti perforasi katup atau rupture korda yang tidak pernah
memperlihatkan gejala-gejala akut, namun dapat diadaptasi sampai timbul bentuk
kronik dari regurgitasi mitral.

3. Tanda Dan Gejala


a. Kesulitan mengambil napas
b. Tekanan pada bagian dada terutama saat sedang beraktivitas
c. Pusing
d. Kelelahan
e. Detak jantung tidak beraturan atau tidak normal
f. Penambahan berat badan

4
g. Pingsan
h. Edema (pembengkakan berlebih di bagian kaki, daerah perut, atau pergelangan kaki
sebagai akibat tersumbatnya cairan )
Regurgitasi katup mitral yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala. Kelainannya bisa
dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan dengan stetoskop, dimana
terdengar murmur yang khas, yang disebabkan pengaliran kembali darah ke dalam atrium
kiri ketika ventrikel kanan berkontraksi. Secara bertahap, ventrikel kiri akan membesar
untuk meningkatkan kekuatan denyut jantung, karena ventrikel kiri harus memompa darah
lebih banyak untuk mengimbangi kebocoran balik ke atrium kiri.
Ventrikel yang membesar dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar keras), terutama
jika penderita berbaring miring ke kiri. Atrium kiri juga cenderung membesar untuk
menampung darah tambahan yang mengalir kembali dari ventrikel kiri. Atrium yang sangat
membesar sering berdenyut sangat cepat dalam pola yang kacau dan tidak teratur (fibrilasi
atrium), yang menyebabkan berkurangnya efisiensi pemompaan jantung. Pada keadaan ini
atrium betul-betul hanya bergetar dan tidak memompa; berkurangnya aliran darah yang
melalui atrium, memungkinkan terbentuknya bekuan darah. Jika suatu bekuan darah
terlepas, ia akan terpompa keluar dari jantung dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil
sehingga terjadi stroke atau kerusakan lainnya.
Gejala yang timbul pada MR tergantung pada fase mana dari penyakit ini. Pada fase akut
gejala yang timbul seperti decompensated congestive heart failure yaitu: sesak
nafas, oedem pulmo, orthopnea, paroksimal nocturnal, dispnoe, sampai syok kardiogenik.
Pada fase kronik terkompensasi mungkin tidak ada keluhan tetapi individu ini sensitive
terhadap perubahan volume intravaskuler.
1) Regurgitasi mitral berat akut
Pasien regurgitasi mitral berat akut hampir semuanya simtomatik pada beberapa
kasus dapat diperberat oleh adanya rupture chordae, umumnya ditandai oleh sesak
napas dan rasa lemas yang berlebihan, yang timbul secara tiba-tiba. Kadang rupture
chordae ditandai oleh adanya nyeri dada, orthopnea, paroxysmal nocturnal disnea.
2) Regurgitasi mitral kronik
Manifestasi klinik regurgitasi mitral kronik termasuk simtom, pemeriksaan fisik,
perekaman EKG dan perubahan radiologi sangat tergantung dari derajat dan kausa
dari regurgitasi mitral, dan bagaimana performa atrium dan ventrikel kiri. Pasien
dengan regurgitasi mitral ringan biasanya asimtomatik. Regurgitasi mitral berat
dapat asimtomatik atau gejala minimal untuk bertahun-tahun. Rasa cepat Lelah
karena cardiac output yang rendah sesak napas ringan pada saat beraktivitas,
biasanya segera hilang apabila aktivitas segera dihentikan. Sesak napas berat saat
beraktivitas paroxysmal nocturnal dispnea atau edema paru bahkan hemoptisis juga
dapat terjadi. Gejala- gejala berat tersebut dapat dipicu oleh fibrilasi atrial yang bau
timbul atau karena peningkatan derajat regurgitasi atau rupture korda atau
menurunnya performa ventrikel kiri.

5
4. Patofisiologi
Demam reuma–inflamasi akut dimediasi–imun yang menyerangkatup jantung akibat reaksi
silang antara antigen streptokokus hemolitik-αgrup A dan protein jantung. Penyakit dapat
menyebabkan penyempitanpembukaan katup (stenosis) atau tidak dapat menutup
sempurna(inkompetensi atau regurgitasi) atau keduanya.Disfungsi katup akan
meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa jantung memompa darah lebih
banyak untuk menggantikan jumlahdarah yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik
sehinggameningkatkan volume kerja jantung. Respon miokardium yang khas terhadap
peningkatan volume kerja dantekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot.
Dilatasi miokardium dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan
meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
Pada insufisiensi katup mitral, terjadi penurunan kontraktilitas yang biasanya bersifat
irreversible, dan disertai dengan terjadinya kongesti vena pulmonalis yang berat dan edema
pulmonal. Patofisiologi insufisiensi mitral dapat dibagi ke dalam fase akut, fase kronik
yang terkompensasi dan fase kronik dekompensasi.
Pada fase akut sering disebabkan adanya kelebihan volume di atrium dan ventrikel kiri.
Ventrikel kiri menjadi overload oleh karena setiap kontraksi tidak hanya memompa
darah menuju aorta (cardiac output atau stroke volume ke depan) tetapi juga terjadi
regurgitasi ke atrium kiri (regurgitasi volume). Kombinasi stroke volume ke depan dan
regurgitasi volume dikenal sebagai total stroke volume. Pada kasus akut, stroke volume
ventrikel kiri meningkat (ejeksi fraksi meningkat) tetapi cardiac output menurun. Volume
regurgitasi akan menimbulkan overload volume dan overload tekanan pada atrium kiri dan
peningkatan tekanan di atrium kiri akan menghambat aliran darah dari paru yang melalui
vena pulmonalis.
Pada fase kronik terkompensasi, insufisiensi mitral terjadi secara perlahan-lahan dari
beberapa bulan sampai beberapa tahun atau jika pada fase akut diobati dengan
medikamentosa maka pasien akan memasuki fase terkompensasi. Pada fase ini ventrikel
kiri menjadi hipertropi dan terjadi peningkatan volume diastolik yang bertujuan untuk
meningkatkan stroke volume agar mendekati nilai normal. Pada atrium kiri, akan terjadi
kelebihan volume yang menyebabkan pelebaran atrium kiri dan tekanan pada atrium akan
berkurang. Hal ini akan memperbaiki drainase dari vena pulmonalis sehingga gejala dan
tanda kongesti pulmonal akan berkurang.
Pada fase kronik dekompensasi akan terjadi kontraksi miokardium ventrikel kiri yang
inadekuat untuk mengkompensasi kelebihan volume dan stroke volume ventrikel kiri
akan menurun. Penurunan stroke volume menyebabkan penurunan cardiac output dan
peningkatan end-systoli volume. Peningkatan end-systolic volume akan meningkatkan
tekanan pada ventrikel dan kongesti vena pulmonalis sehingga akan timbul gejala gagal
jantung kongestif. Pada fase lebih lanjut akan terjadi cairan ekstravaskular pulmonal
(pulmonary ekstrav askular fluid). Ketika regurgitasi meningkat secara tiba-tiba, akan
mengakibatkan peningkatan tekanan atrium kiri dan akan diarahkan balik ke sirkulasi
pulmonal, yang dapat mengakibatkan edema pulmonal.

6
Regurgitasi mitral juga akan menyebabkan terjadinya edema paru pada pasien dengan
mitral regurgitasi yang kronik, dimana daerah lubang regurgitasi akan dapat berubah secara
dinamis dan bertanggung jawab terhadap kondisi kapasitas, perubahan daun katup mitral
dan ukuran ventrikel kiri serta akan menurunkan kekuatan menutup dari katup mitral.

5. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada mitral regurgitasi adalah :
a. Kongesti vena pulmonalis
b. Gagal jantung kongestif
c. Disritmia
d. Oedem interstisial
e. Hipertensi arteria pulmonalis
f. Hipertropi ventrikel kanan
Komplikasi dapat berat atau mengancam jiwa. Mitral stenosis biasanya dapat dikontrol
dengan pengobatan dan membaik dengan valvuloplasty atau pembedahan
6. Pemeriksaan Diagnostik
Regurgitasi katup mitral biasanya diketahui melalui murmur yang khas, yang bisa
terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop ketika ventrikel kiri
berkontraksi. Elektrokardiogram (EKG) dan rontgen dada bisa menunjukkan adanya
pembesaran ventrikel kiri. Pemeriksaan yang paling informatif adalah ekokardiografi,
yaitu suatu tehnik penggambaran yang menggunakan gelombang ultrasonik. Pemeriksaan
ini dapat menggambarkan katup yang rusak dan menentukan beratnya penyakit.
Jika penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum ventrikel kiri menjadi
sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak dapat diatasi. Mungkin perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki katup (valvuloplasti) atau menggantinya dengan katup
mekanik maupun katup yang sebagian dibuat dari katup babi. Memperbaiki katup bisa
menghilangkan regurgitasi atau menguranginya sehingga gejala dapat ditolerir dan
kerusakan jantung dapat dicegah.
Setiap jenis penggantian katup memiliki keuntungan dan kerugian. Katup mekanik
biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah,
sehingga biasanya untuk mengurangi resiko tersebut diberikan antikoagulan. Katup babi
bekerja dengan baik dan tidak memiliki resiko terbentuknya bekuan darah, tetapi tidak
mampu bertahan selama katup mekanik. Jika katup pengganti gagal, harus segera dicegah.
Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi. Obat-obatan seperti beta-blocker, digoxin dan
verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi.
Permukaan katup jantung yang rusak mudah terkena infeksi serius (endokarditis infeksius).
Karena itu untuk mencegah terjadinya infeksi, seseorang dengan katup yang rusak atau
katup buatan harus mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani pembedahan.
1) Kateterisasi jantung : untuk menentukan luas dan jenis penyumbatannya. Gradien
tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri melewati katup mitral, penurunan
orivisium katup ( 1,2 cm ), peninggian tekanan atrium kiri, arteri pulmonal, dan
ventrikel kanan ; penurunan curah jantung.

7
2) Ventrikulografi kiri : digunakan untuk mendemonstrasikan prolaps katup mitral
3) ECG : pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik ), hipertropi ventrikel kanan,
fibrilasi atrium kronis.
4) Sinar X dada : pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan vascular,
tanda-tanda kongesti atau edema pulmonal
5) Ekokardiogram : dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan
masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan Gerakan
daun-daun katup
6) Elektrokardiogram (Teknik penggambaran jantung dengan menggunakan
gelombang ultrasonic )

7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif,intervensi bedah meliputi
penggantian katup mitral.
Jika penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum ventrikel kiri menjadi
sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak dapat diatasi. Mungkin perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki katup (valvuloplasti) atau menggantinya dengan katup
mekanik maupun katup yang sebagian dibuat dari katup babi. Memperbaiki katup bisa
menghilangkan regurgitasi atau menguranginya sehingga gejala dapat ditolerir dan
kerusakan jantung dapat dicegah
Setiap jenis penggantian katup memiliki keuntungan dan kerugian.
Katup mekanik biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan
bekuan darah, sehingga biasanya untuk mengurangi resiko tersebut diberikan antikoagulan.
Katup babi bekerja dengan baik dan tidak memiliki resiko terbentuknya bekuan darah,
tetapi tidak mampu bertahan selama katup mekanik. Jika katup pengganti gagal, harus
segera diganti.
Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi. Obat-obatan seperti beta-blocker, digoxin dan
verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi
Permukaan katup jantung yang rusak mudah terkena infeksi serius (endokarditis infeksius).
Karena itu untuk mencegah terjadinya infeksi, seseorang dengan katup yang rusak atau
katup buatan harus mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani tindakan pencabutan gigi
atau pembedahan
Terapi medikamentosa :
1) Digoxin
Digoxin amat berguna terhadap penanganan fibrilasi atrium. Ia adalah kelompok
obat digitalis yang bersifat inotropik positif. Ia meningkatkan kekuatan denyut
jantung dan menjadikan denyutan jantung kuat dan sekata
2) Antikoagulan oral
Antikoagulan di berikan kepada pasien untuk mengelakkan terjadinya pembekuan
darah yang bisa menyebabkan emboli sistemik. Emboli bisa terjadi akibat
regurgitasi dan turbulensi aliran darah
3) Antibiotic profilaksi

8
Administrasi antibiotic dilakukan untuk mengelakkan infeksi bacteria yang bisa
menyebabkan endocarditis
Terapi surgical :
Dalam kasus insufisiensi mitralis kronik, terapi surgical adalah penting untuk memastikan
survival pasien. Untuk itu katu prostetik digunakan untuk menggantikan katup yang rusak.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Anamnesa
a. Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal sebagai gambaran
kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien
b. Keluhan utama
Sesak napas, ada beberapa macam sesak napas yang biasanya dikeluhkan oleh
klien, antara lain :
• Ortopnea terjadi karena darah terkumpul pada kedua paru pada posisi
terlentang, menyebabkan pembuluh darah pulmonal mengalami kongesti
secara kronis dan aliran balik vena yang meningkat tidak diejeksikan oleh
ventrikel kiri
• Dysnea nocturnal paroximal merupakan dispnea yang berat. Klien sering
terbangun dari tidurnyaatau bangun, duduk atau berjalan menuju jendela
kamar smabil terengah-engah. Hal ini terjadi karena ventrikel kiri secara
mendadak gagal mengeluarkan curah jantung, sehingga tekanan vena dan
kapiler pulmonalis meningkat menyebabkan transudasi cairan kedalam
jaringan interstisial yang meningkatkan kerja pernapasan
c. Riwayat penyakit dahulu
• Penyakit jantung rematik
• Penyakit jantung coroner
• Trauma
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular lainnya
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaaan umum
• Inspeksi : bentuk tubuh, pola pernapasan, emosi/perasaan, tanda-tanda
infeksi
• Palpasi : suhu dan kelembaban kulit, edema, denyut dan tekanan arteri,
nyeri tekan
• Perkusi : batas-batas organ jantung dengan sekitarnya
• Auskultasi : Bising yang bersifat meniup (blowing) di apeks, menjalar ke
aksila dan mengeras pada ekspirasi
✓ Bunyi jantung I lemah karena katup tidak menutup sempurna

9
✓ Bunyi jantung III yang jelas karena pengisian yang cepat dari atrium
ke ventrikel pada saat distol
2) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda vital secara umum terdiri atas nadi, frekuensi pernapasan,
tekanan darah, dan suhu tubuh
3) Pemeriksaan persistem
• B1 (breath) : Dyspnea, Orthopnea, Paraxymal nocturnal dyspnea
• B2 (blood) : Thrill sistolik di apeks, hanya terdengar bising sistolik di apeks,
bunyi jantung 1 melemah
• B3 (brain) : pucat, sianosis
• B4 (bladder) : output urine menurun
• B5 (bowel) : nafsu makan menurun, BB menurun
• B6 (bone) : lemah
f. Pemeriksaan diagnostic
• Elektrokardiogram
✓ Menilai derajat insufisiensi
✓ Menilai ada/tidaknya penyakit penyerta
✓ Gambaran P mitral dengan aksis dan kompleks QRS yang normal
✓ Axis yang bergeser ke kiri dan adanya hipertrofi ventrikel kiri
✓ Ekstra sistol atrium
• Foto thorax
✓ Pembesaran atrium kiri dan ventrikal kiri
✓ Bendungan paru, bila ada dekompensasi kordis
✓ Perkapuran pada anulus mitral
• Fonokardiogram
✓ Menilai gerakan katup, ketebalan dan perkapuran serta menilai
derajat regurgitasi insufisiensi mitral
• Pemeriksaan laboratorium
✓ Mengetahui ada/tidaknya reuma aktif/reaktivitas

2. Diagnose keperawatan
Diagnose yang mungkin muncul dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
mitral regurgitasi menurut SDKI antara lain :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru
akibat sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan
interstitial
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung ke jaringan

10
3. Intervensi keperawatan
Focus intervensi berdasarkan SLKI :
Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan I. Monitor pola napas
berhubungan dengan keperawatan diharapkan II. Monitor bunyi napas
perembesan cairan, masalah pola napas tambahan
kongesti paru akibat membaik dengan kriteria III. Pertahankan
sekunder dari perubahan hasil : kepatenan jalan
membran kapiler alveoli Dispneu menurun napas
dan retensi cairan Frekuensi napas membaik IV. Berikan oksigen
interstitial V. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan I. Monitor kelelahan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan fisik dan emosional
penurunan curah jantung massalah toleransi aktivitas II. Monitor pola dan
ke jaringan meningkat dengan kriteria jam tidur
hasil : III. Anjurkan melakukan
Kemudahan dalam aktivitas secara
melakukan aktivitas bertahap
meningkat IV. Anjurkan tirah
Perasaan lemah menurun baring
V. Lakukan Latihan
rentang gerakpasif
dan atau aktif
VI. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkakan asupan
makanan

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana Tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan Tindakan, serta menilai data
yang baru.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Pada evaluasi terdapat evaluasi
formatif yaitu evaluasi yang dinuat segera setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan yang berisikan respon pasien baik subyektif maupun obyektif dan evaluasi
sumatif yaitu evaluasi yang dibuat saat akhir jaga. Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan
menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau
belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan,
dilaksanakan dan dinilai kembali.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sylvia A. Price, Alih bahasa Brahm U dkk. 2012. Patofisiologi, konsep klinik
proses- proses penyakit ed. 6. Jakarta: EGC
file:///I:/Mitral%20Stenosis%20&%20Mitral%20Regurgitasi%20~%20Berbagi%20Manfaat
%20.com.htm
http://www.alodokter.com/penyakit-katup-jantung diaskes melalui internet pada tanggal 28
Februari 2023

SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Da


Indikator Diagnostik (1st ed).DPP-PPNI.http://www.inna-ppni.or.id
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed).DPP-PPNI.http://www.inna-ppni.or.id

12

Anda mungkin juga menyukai