INSUFISIENSI MITRAL
1
kami sebagai mahasiswa keperawatan memberikan sebuah rangkuman makalah
tentang insufisiensi mitral sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa
keperawatan. Selain itu tujuan dari makalah ini adalah membahas tentang
bagaimana tanda-tanda penyakit ini, cara pencegahan dan bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan insufisiensi mitral.
1.2 Tujuan
2
2. Perawat memberikan penjelasan tentang penatalaksanaan dan
pengobatan kepada keluarga klien
2.1 Pengertian
3
kebocoran ( Arif Muttaqin, 2009). Insufisiensi mitralis merupakan keadaan
dimana terdapat refluks darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik,
akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna. Kelainan katup mitralis yang
disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat
systole (Dinda, 2008).
Mitral insufisiensi adalah keadaan dimana terdapat refluks darah dari
ventrikel kiri ke atrium kiri saat sistolik, akibat dari katup mitral tidak dapat
menutup secara sempurna (D. Manurung, 1997). Sedangkan menurut Sudarta
(2013), Insufisiensi Mitral merupakan suatu keadaan dimana katup mitral tidak
menutup dengan sempurna. Fungsi katup mitral yang baik tergantung dari
koordinasi yang normal dari aparatus mitral. Adapun aparatus mitral adalah
dinding atrium kiri, annulus mitralis, daun katup, korda tendinae, Papilaris dan
dinding ventrikel kiri. Apabila satu atau lebih dari ventrikel tersebut tidak
berfungsi karena penyakit, maka penutupan katup (koaptasi) akan tidak sempurna
maka terjadilah insufisiensi mitral. Dari pendapat beberapa ahli ini dapat
disimpulkan bahwa insufisiensi mitral atau regurgitasi mitral adalah kerusakan
katup mitral, lengkapnya yaitu daun katup mitral yang tidak dapat menutup
dengan rapat sehingga darah dapat mengalir balik atau akan mengalami
kebocoran. Regurgitation (kebocoran dari katup yang tidak sempurna menutup)
disebabkan oleh penyakit yang melemahkan atau merusak katup atau struktur
pendukungnya. Memadai penutupan katup mitral menyebabkan darah mengalir
kembali ke atrium kiri. Aliran darah ke seluruh tubuh menurun sebagai akibat
jantung yang memompa lebih keras untuk mencoba untuk mengimbanginya.
Insufisiensi mitral memungkinkan aliran darah retrograde dari ventrikel
kiri ke atrium kiri akibat penutupan katup yang tidak sempurna. Selama sistolik,
ventrikrel secara simultan mendorong darah ke dalam aorta dan kembali kedalam
atrium kiri. Kerja ventrikel kiri maupun atrium kiri harus ditingkatkan agar dapat
mempertahankan curah jantung. Pada saat ventrikel kiri memompa darah dari
jantung menuju ke aorta, sebagian darah mengalir kembali ke dalam atrium kiri
dan menyebabkan meningkatnya volume dan tekanan di atrium kiri. Terjadi
peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru-paru, yang
mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru. Derajat
4
beratnya MR dapat diukur dalam persentase dari stroke volume ventrikel kiri yang
mengalir balik ke atrium kiri (regurgitant fraction) menggunakan ekokardiografi.
2.2 Epidemiolgi
5
Indonesia belum ditemukan studi penelitian yang mengukur peningkatan fungsi
ventrikel kiri setelah dilakukan MVR.
a. Wanita kurus yang memiliki kelainan dinding dada, skoliosis atau penyakit
lainnya . Penderita kelainan septum atrial yang letaknya tinggi pada dinding
jantung (ostium sekundum).
b. Kehamilan (karena menyebabkan meningkatnya volume darah dan beban
kerja jantung).
c. Kelelahan menjadi bertambah tua
d. Memiliki kerusakan jantung congenital
e. Sebelumnya pernah menderita demam rematik, endokarditis, prolaps katup
mitral, infark miocard, stenosis katup mitral.
2.3 Etiologi
Insufisiensi mitral terjadi bila bilah-bilah katup mitral tidak dapat saling
menutup selama sistole. Chordae tendinae memendek, sehingga bilah katup tidak
dapat menutup secara sempurna, akibatnya terjadilah insufisiensi dari ventrikel
kiri ke atrium kiri. Demam rematik menjadi penyebab utama dari regurgitasi katup
mitral. Tetapi saat ini, di negara-negara yang memiliki obat-obat pencegahan yang
baik, demam rematik jarang terjadi. Misalnya di Amerika Utara dan Eropa Barat,
penggunaan antibiotik untuk strep throat (infeksi tenggorokan karena
streptokokus), bisa mencegah timbulnya demam rematik. Di wilayah tersebut,
demam rematik merupakan penyebab umum dari regurgitasi katup mitral, yang
terjadi hanya pada usia lanjut, yang pada masa mudanya tidak memperoleh
antibiotik.
Di negara-negara yang memiliki kedokteran pencegahan yang jelek, demam
rematik masih sering terjadi dan merupakan penyebab umum dari regurgitasi
katup mitral.
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, penyebab yang lebih sering adalah
serangan jantung, yang dapat merusak struktur penyangga dari katup mitral.
6
Penyebab umum lainnya adalah degenerasi miksomatous (suatu keadaan dimana
katup secara bertahap menjadi terkulai/terkelepai), disfungsi/ruptur muskulus
papilaris sebagai dampak iskemik jantung ( cepat menimbulkan edema paru akut
dan syok), endokarditis infektif, dan anomali kongenital. Di negara berkembang,
terbanyak penyebab insufisiensi mitral adalah demam reumatik yang
meninggalkan kerusakan menetap dari sisa fase akut(sekuele). Sekitar 30%
penderita tidak mempunyai riwayat demam reumatik yang jelas. Manifestasi
klinis sangat bervariasi tergantung derajat gangguan hemodinamik yang
ditimbulkan.
7
terjadi MR, adapun penyakit yang mendasari antara lain :
diabetes/kardiomiopati diabetik, iskemia peripartal, hipertiroidisme,
toksik, AIDS.
d. Kardiomiopati hipertrofik. Daun katup anterior berubah posisi selama
sistol dan terjadi MR.
e. Klasifikasi annulus mitralis. Mungkin akibat degenerasi pada lansia. Dapat
diketahui melalui ekokardiogram’ foto thoraks, penemuan biopsi.
f. Prolaps katup mitral (MVP). Merupakan penyebab sering MR.
g. Infective Endocarditis (IE). Dapat mengenai daun katup maupun chorda
tendinae dan merupakan penyebab MR akut.
h. Kongenital. Endocardial Cushion Defect (ECD), insufisiensi mitral pada
anomali ini akibat celah pada katub. Sindrom Marffan yakni akibat
kelainan jaringan ikat.
Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada klien dengan
insufisiensi mitral diantaranya, yaitu:
1. Palpitasi
2. Lemah
3. Dyspnea
4. Ortopnea : sesak nafas akibat perubahan posisi
5. Paraxymal nocturnal dyspnea : sesak nafas pada saat tidur
6. Thrill sistolik di apeks
7. Hanya terdengar bising sistolik di apeks
8. Bunyi jantung 1 melemah
9. Bising panasistolik, menjalar ke lateral (punctum maksimum di apeks)
10. Iktus kordis kuat
11. Fibrilasi atrium
8
2.5 Patofisiologi
Katup mitral yang tidak bisa menutup dengan sempurna pada saat sistolik
pada insufisiensi mitral dapat diakibatkan karena kalsifikasi, penebalan dan
distorsi daun katup. Selama fase sistolik terjadi aliran balik ke atrium kiri,
sedangkan aliran ke aorta berkurang. Walaupun demikian output ventrikel kiri ke
aorta harus dipertahankan secara optimal dengan mekanisme kompensasi,
ventrikel kiri berkontraksi lebih kuat, sampai timbul dekompensasi. Akhirnya
ventrikel kiri akan berdilatasi juga sebagai akibat volume darah yang banyak
masuk dari atrium kiri pada saat sistolik. Pada saat diastolik darah mengalir dari
atrium kiri ke ventrikel kiri. Darah atrium kiri tersebut berasal dari paru-paru
melalui vena pulmonalis dan juga darah dari insufisiensi yang berasal dari atrium
kiri, dimana dilatasi ini akan menyebabkan insufisiensi semakin banyak, timbul
hipertensi pulmonal seperti yang terjadi pada stenosis mitral.
9
3. Fase kronik dekompensasi akan terjadi kontraksi miokardium ventrikel
kiri yang inadekuat untuk mengkompensasi kelebihan volume dan stroke
volume vetrikel kiri akan menurun. Penurunan stroke volume
menyebabkan penurunan cardiac output dan peningkatan end-systole
volume. Peningkatan end-systole volume akan meningkatkan tekanan pada
ventrikel dan kongestif vena pulmonalis sehingga akan timbul gejala gagal
jantung kongestif.
8
2.6 Komplikasi dan Prognosis
a. Komplikasi
10
b. Prognosis
1. Hasilnya bervariasi, biasanya kondisi ini ringan, sehingga tidak ada terapi
atau pembatasan diperlukan. Gejala biasanya dapat dikontrol dengan obat-
obatan.
2. Sesekali Dekompensasi kordis kiri (LVF) timbul, keadaan umum
penderita merosot cepat
3. Lebih lama bebas keluhan dari pada stenosis mitral.
2.7 Pengobatan
2.8 Pencegahan
11
1. Mencegah demam rematik dengan mengobati infeksi radang tenggorokan
dengan antibiotic .
2. Menjaga tekanan darah yang sehat.
3. Istirahat : kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus benar-benar
dikurangi dengan tirah baring mengingat konsumsi O2 yang relatif
meningkat. Dengan istirahat benar, gejala-gejala gagal jantung dapat jauh
berkurang.
4. Diet : umumnya di berikan makan lunak dengan rendah garam. Jumlah
kalori sesuai dengan kebutuhan. Klien dengan gizi kurang di berikan
makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan 80-100 ml /
kgBB / hari dengan maksimal 1500 ml / hari.
5. Memperhatikan gaya hidup dan lingkungan yang sehat.
6. Mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani tindakan pencabutan gigi
atau pembedahan.
12
BAB 3. PATHWAYS
Non Rematik :
Rematik : PJR endokarditis, PJ bawaan,
PJ koroner, trauma
Peradangan pada
endotel katup
Insufisiensi mitral
Penurunan volume darah Aliran balik
ke aorta Nutrisi dan O2 yang Ketidakseimbangan
Metabolisme ventrikel ke atrium
dibawa bersama darah suplay O2 ke jaringan
menurun
anaerop kiri
Menurunnya volume
sirkulasi darah Timbunan
sistemik asam laktat
Menurunnya meningkat
Pembentukan
tekanan darah ATP menurun Intoleransi
Hipoksis jaringan energi menurun dan mengalami aktivitas
fatigue
Memacu gagal Lemah, letih, lesu
jantung
Nyeri
Anoreksia Inadekuat nutrisi 13
Resiko kelebihan
Cemas
volume cairan
ekstravaskuler
Beban akhir
ventrikel menurun
Tekanan volume di
Tekanan jantung Dilatasi dan Penurunan atrium meningkat
memompa darah kontraktilitas curah jantung
Kongesti paru
meningkat menurun
Dilatasi atrium
Gangguan
Hipertrofi Edema paru
Membutuhkan fungsi alveoli
tenaga yang kuat ventrikel kiri
Kerusakan atrium
Sesak nafas
Gangguan
Gangguan aktivitas Gagal jantung pertukaran gas
sehari-hari kiri Takiaritmia
Pola nafas tidak
efektif
14
15