Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

INSUFISIENSI MITRAL

1.1 Latar Belakang

Penyakit katup jantung merupakan penyakit yang masih tinggi insidensinya


terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Penyakit ini menduduki
posisi ke dua setelah penyakit jantung koroner. Ada dua macam penyait katup
jantung yaitu stenosis dan insufisiensi mitral. Penyakit katup jantung Insufisiensi
mitral merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah dari ventrikel kiri ke
atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna.
Kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup
dengan sempurna pada saat systole menyebabkan peningkatan volume kerja
jantung karena jantung perlu memompa volume untuk mengganti darah yang
mengalir balik. Dilihat dari fungsi katup jantung yaitu untuk mempertahankan
atau mencegah aliran balik darah dari berbagai arah.
Insufisiensi mitral merupakan tipe kerusakan katup jantung yang sering
terjadi. Setelah umur 55 tahun, dapat ditemukan insufisiensi mitral dengan
berbagai derajat keparahan. Angka kejadian di atas umur 55 tahun mencapai
hampir 20% pada laki-laki dan perempuan yang melakukan ekokardiogram.
Sedangkan angka kejadian insufisiensi mitral adalah 2% dalam populasi umum.
Perbandingan laki-laki dan perempuan dalam menderita kelainan ini adalah sama.
Penyebab insufisiensi mitral adalah deformitas daun-daun katup,deformitas
analus mitral, atau gangguan pada khorda tendinae dan muskulus papilaris dan
penyebab lain juga adalah demam reumatik. Data terakhir mengenai prevalensi
demam rematik di Indonesia untuk tahun 1981-1990 didapati 0,3-0,8 diantara
1000 anak sekolah dan jauh lebih rendah dibanding negara berkembang lainnya.
(Burnside,1995,251).
Meskipun jumlah kasus demam rematik yang dapat berpotensi menyebabkan
insufisiensi mitral di Indonesia tidak lebih tinggi dibanding negara berkembang
lainnya tetapi kita harus waspada dalam upaya pencegahan. Dengan
memperhatikan gaya hidup, dan lingkungan yang sehat,diharapkan dapat
menurunkan resiko penyakit katup jantung seperti insufisiensi mitral. Sehingga

1
kami sebagai mahasiswa keperawatan memberikan sebuah rangkuman makalah
tentang insufisiensi mitral sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa
keperawatan. Selain itu tujuan dari makalah ini adalah membahas tentang
bagaimana tanda-tanda penyakit ini, cara pencegahan dan bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan insufisiensi mitral.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan insufisiensi mitral

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian insufisiensi mitral


2. Mengetahui epidemiologi insufisiensi mitral
3. Mengetahui etiologi insufisiensi mitral
4. Mengetahui tanda dan gejala insufisiensi mitral
5. Mengetahui patofisiologi insufisiensi mitral
6. Mengetahui komplikasi dan prognosis insufisiensi mitral
7. Mengetahui pengobatan insufisiensi mitral
8. Mengetahui pencegahan insufisiensi mitral

1.3 Implikasi Keperawatan

a. Perawat sebagai care giver

Perawat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien


dengan kelaian Infusiensi Mitral

b. Perawat sebagai konselor

1. Perawat menjelaskan tentang kelainan yang terjadi pada pasien kepada


keluarga pasien

2
2. Perawat memberikan penjelasan tentang penatalaksanaan dan
pengobatan kepada keluarga klien

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung


mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan
maksimal oleh jantung. Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah
yang seharusnya masuk ke ventrikel karena kerusakan katup maka darah kembali
ke bagian serambi sehingga jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak bisa melakukan
aktifitas dalam tingkat tertentu.
Kelainan katup jantung yang parah membuat penderitanya tidak dapat
beraktifitas dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagu
memiliki kemampuan untuk dapat mengalirkan darah. Kelainan katup jantung
biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan dan terjadi sejak masih
dalam kandungan. Kelainan pada katup jantung juga bisa terjadi karena
kecelakaan ataupun cedera yang mengenai jantung. Operasi jantung juga dapat
menyebabkan kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal atau terjadi
kesalahan teknis maupun prosedur dalam melakukan oprasi pada jantung.
Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang
melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat mengalami dua jenis
gangguan fungsional: regurgitasi-daun katup tidak dapat menutup rapat sehingga
darah dapat mengalir balik (sinonim dengan isufisiensi katup dan inkompetensi
katup)
Regurgitasi Katup Mitral (Inkompetensia Mitral, Insufisiensi Mitral),
(Mitral Regurgitation) adalah kelaianan katup mitral yang ditandai dengan aliran
balik Pada saat ventrikel kiri medari sebagian volume darah dari ventrikel kiri
kembali menuju atrium kiri (raditya, 2011). Mitral Regurgitasi atau insufisiensi
mitral adalah bentuk yang paling umum dari penyakit jantung katup (Tierney
et.al, 2006). Insufisiensi mitral adalah daun katup mitral yang tidak dapat menutup
dengan rapat sehingga darah dapat mengalir balik atau akan mengalami

3
kebocoran ( Arif Muttaqin, 2009). Insufisiensi mitralis merupakan keadaan
dimana terdapat refluks darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik,
akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna. Kelainan katup mitralis yang
disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat
systole (Dinda, 2008).
Mitral insufisiensi adalah keadaan dimana terdapat refluks darah dari
ventrikel kiri ke atrium kiri saat sistolik, akibat dari katup mitral tidak dapat
menutup secara sempurna (D. Manurung, 1997). Sedangkan menurut Sudarta
(2013), Insufisiensi Mitral merupakan suatu keadaan dimana katup mitral tidak
menutup dengan sempurna. Fungsi katup mitral yang baik tergantung dari
koordinasi yang normal dari aparatus mitral. Adapun aparatus mitral adalah
dinding atrium kiri, annulus mitralis, daun katup, korda tendinae, Papilaris dan
dinding ventrikel kiri. Apabila satu atau lebih dari ventrikel tersebut tidak
berfungsi karena penyakit, maka penutupan katup (koaptasi) akan tidak sempurna
maka terjadilah insufisiensi mitral. Dari pendapat beberapa ahli ini dapat
disimpulkan bahwa insufisiensi mitral atau regurgitasi mitral adalah kerusakan
katup mitral, lengkapnya yaitu daun katup mitral yang tidak dapat menutup
dengan rapat sehingga darah dapat mengalir balik atau akan mengalami
kebocoran. Regurgitation (kebocoran dari katup yang tidak sempurna menutup)
disebabkan oleh penyakit yang melemahkan atau merusak katup atau struktur
pendukungnya. Memadai penutupan katup mitral menyebabkan darah mengalir
kembali ke atrium kiri. Aliran darah ke seluruh tubuh menurun sebagai akibat
jantung yang memompa lebih keras untuk mencoba untuk mengimbanginya.
Insufisiensi mitral memungkinkan aliran darah retrograde dari ventrikel
kiri ke atrium kiri akibat penutupan katup yang tidak sempurna. Selama sistolik,
ventrikrel secara simultan mendorong darah ke dalam aorta dan kembali kedalam
atrium kiri. Kerja ventrikel kiri maupun atrium kiri harus ditingkatkan agar dapat
mempertahankan curah jantung. Pada saat ventrikel kiri memompa darah dari
jantung menuju ke aorta, sebagian darah mengalir kembali ke dalam atrium kiri
dan menyebabkan meningkatnya volume dan tekanan di atrium kiri. Terjadi
peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru-paru, yang
mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru. Derajat

4
beratnya MR dapat diukur dalam persentase dari stroke volume ventrikel kiri yang
mengalir balik ke atrium kiri (regurgitant fraction) menggunakan ekokardiografi.
2.2 Epidemiolgi

Di daerah lain selain dunia barat, penyakit jantung rematik adalah


penyebab utama dari insufisiensi mitral. Di amerika serikat, insufisiensi mitral
akut dan kronis mempengaruhi sekitar 5 pada 10000 orang. Penyakit jantung
rematik sebagai penyebab utama kelainan katup mitral. Prolaps katup mitral telah
diperkirakan untuk hadir dalam 4 % dari populasi normal. Dengan bantuan warna
Doppler echocardiography, ringan insufisiensi mitral dapat dideteksi pada
sebanyak 20 % orang dewasa setengah baya dan lebih tua. Insufisiensi mitral
secara independen terkait dengan jenis kelamin perempuan, lebih rendah indeks
masa tubuh, usia lanjut, disfungsi ginjal, infark miokard sebelumnya, stenosis
mital sebelumnya, dan prolaps katup mitral sebelumnya. Hal ini tidak
berhubungan dengan dislipidemia atau diabetes. Di indonesia 2-5 % populasi,
paling tinggi pada usia 20-40 tahun, dan paling banyak terjadi pada wanita.
Biasanya wanita (2/3 kasus) dan ada faktor keturunan.

Insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat terjadi pada pasien dengan


penyakit jantung rematik, penyakit jantung iskemik, atau gagal jantung kongestif.
Namun, penyebab terseringnya adalah prolaps katup mitral. Sekitar 2-5% dari
populasi mengalami prolaps katup mitral. Penyakit ini ditandai dengan
penimbunan substansi dasar longgar di dalam daun dan korda katup mitral, yang
menyebabkan katup menjadi “floopy” dan inkompeten saat sistol. Prolaps katup
mitral jarang menyebabkan masalah jantung yang serius. Namun, bisa menjadi
penyulit sindrom Marfan atau penyakit jaringan ikat serupa, dan pernah
dilaporkan sebagai penyakit dominan autosomal yang berkaitan dnegan
kromosom 16p. Sebagian besar timbul sebagai kasus yang sporadik.

Di Indonesia penyebab terbanyak Insufisiensi Mitral adalah demam


rematik yang meninggalkan kerusakan yang menetap. Mortalitas dari Insufisiens
Mitral pada 5 tahun 80% dan 10 tahun 60%. Kematian disebabkan oleh gagal
jantung progresif yaitu penurunan fungsi ventrikel kiri sekitar 60-70%. Di

5
Indonesia belum ditemukan studi penelitian yang mengukur peningkatan fungsi
ventrikel kiri setelah dilakukan MVR.

Faktor resiko pada prolaps katup mitral:

a. Wanita kurus yang memiliki kelainan dinding dada, skoliosis atau penyakit
lainnya . Penderita kelainan septum atrial yang letaknya tinggi pada dinding
jantung (ostium sekundum).
b. Kehamilan (karena menyebabkan meningkatnya volume darah dan beban
kerja jantung).
c. Kelelahan menjadi bertambah tua
d. Memiliki kerusakan jantung congenital
e. Sebelumnya pernah menderita demam rematik, endokarditis, prolaps katup
mitral, infark miocard, stenosis katup mitral.

2.3 Etiologi

Insufisiensi mitral terjadi bila bilah-bilah katup mitral tidak dapat saling
menutup selama sistole. Chordae tendinae memendek, sehingga bilah katup tidak
dapat menutup secara sempurna, akibatnya terjadilah insufisiensi dari ventrikel
kiri ke atrium kiri. Demam rematik menjadi penyebab utama dari regurgitasi katup
mitral. Tetapi saat ini, di negara-negara yang memiliki obat-obat pencegahan yang
baik, demam rematik jarang terjadi. Misalnya di Amerika Utara dan Eropa Barat,
penggunaan antibiotik untuk strep throat (infeksi tenggorokan karena
streptokokus), bisa mencegah timbulnya demam rematik. Di wilayah tersebut,
demam rematik merupakan penyebab umum dari regurgitasi katup mitral, yang
terjadi hanya pada usia lanjut, yang pada masa mudanya tidak memperoleh
antibiotik.
Di negara-negara yang memiliki kedokteran pencegahan yang jelek, demam
rematik masih sering terjadi dan merupakan penyebab umum dari regurgitasi
katup mitral.

Di Amerika Utara dan Eropa Barat, penyebab yang lebih sering adalah
serangan jantung, yang dapat merusak struktur penyangga dari katup mitral.

6
Penyebab umum lainnya adalah degenerasi miksomatous (suatu keadaan dimana
katup secara bertahap menjadi terkulai/terkelepai), disfungsi/ruptur muskulus
papilaris sebagai dampak iskemik jantung ( cepat menimbulkan edema paru akut
dan syok), endokarditis infektif, dan anomali kongenital. Di negara berkembang,
terbanyak penyebab insufisiensi mitral adalah demam reumatik yang
meninggalkan kerusakan menetap dari sisa fase akut(sekuele). Sekitar 30%
penderita tidak mempunyai riwayat demam reumatik yang jelas. Manifestasi
klinis sangat bervariasi tergantung derajat gangguan hemodinamik yang
ditimbulkan.

Berdasarkan etiologinya saat ini insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat


dibagi atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit
jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya).
a. Penyakit jantung rematik (PJR/RHD). PJR merupakan salah satu
penyebab yang sering dari insufisiensi mitral berat. Insufisiensi mitral
berat akibat PJR biasanya pada laki-laki. Proses rematik menyebabkan
katup mitral kaku, deformitas, retraksi, komisura melengket/fusi satu sama
lain, korda tendinae memendek, melengket satu dengan yang lain.
b. Penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit jantung koroner dapat
menyebabkan insufisiensi mitral melalui 3 cara:
1) Infark miokard akut mengenai maksila Papillaris dapat berakibat
ruptura dan terjadi insufisiensi mitral akut dan berat. Terjadi udema
paru akut dan dapat berakibat fatal.
2) Iskemia maksila papillaris (tanpa infark) dapat menyebabkan
regurgitasi sementara/transient insufisiensi mitral, terjadi pada saat
episode iskemia pada maksila papillaris dan mungkin terjadi pada saat
AP.
3) PJK menyebabkan dilatasi ventrikel kiri (dan mungkin terjadi pada
saat AP) dan terjadi insufisiensi mitral.
c. Dilatasi ventrikel kiri/kardiomiopati tipe kongestif. Dilatasi LV apapun
penyakit yang mendasari menyebabkan dilatasi annulus mitralis, posisi m.
Papillaris berubah dengan akibat koaptasi katup mitral tidak sempurna dan

7
terjadi MR, adapun penyakit yang mendasari antara lain :
diabetes/kardiomiopati diabetik, iskemia peripartal, hipertiroidisme,
toksik, AIDS.
d. Kardiomiopati hipertrofik. Daun katup anterior berubah posisi selama
sistol dan terjadi MR.
e. Klasifikasi annulus mitralis. Mungkin akibat degenerasi pada lansia. Dapat
diketahui melalui ekokardiogram’ foto thoraks, penemuan biopsi.
f. Prolaps katup mitral (MVP). Merupakan penyebab sering MR.
g. Infective Endocarditis (IE). Dapat mengenai daun katup maupun chorda
tendinae dan merupakan penyebab MR akut.
h. Kongenital. Endocardial Cushion Defect (ECD), insufisiensi mitral pada
anomali ini akibat celah pada katub. Sindrom Marffan yakni akibat
kelainan jaringan ikat.

2.4 Tanda dan Gejala

Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada klien dengan
insufisiensi mitral diantaranya, yaitu:
1. Palpitasi
2. Lemah
3. Dyspnea
4. Ortopnea : sesak nafas akibat perubahan posisi
5. Paraxymal nocturnal dyspnea : sesak nafas pada saat tidur
6. Thrill sistolik di apeks
7. Hanya terdengar bising sistolik di apeks
8. Bunyi jantung 1 melemah
9. Bising panasistolik, menjalar ke lateral (punctum maksimum di apeks)
10. Iktus kordis kuat
11. Fibrilasi atrium

8
2.5 Patofisiologi

Katup mitral yang tidak bisa menutup dengan sempurna pada saat sistolik
pada insufisiensi mitral dapat diakibatkan karena kalsifikasi, penebalan dan
distorsi daun katup. Selama fase sistolik terjadi aliran balik ke atrium kiri,
sedangkan aliran ke aorta berkurang. Walaupun demikian output ventrikel kiri ke
aorta harus dipertahankan secara optimal dengan mekanisme kompensasi,
ventrikel kiri berkontraksi lebih kuat, sampai timbul dekompensasi. Akhirnya
ventrikel kiri akan berdilatasi juga sebagai akibat volume darah yang banyak
masuk dari atrium kiri pada saat sistolik. Pada saat diastolik darah mengalir dari
atrium kiri ke ventrikel kiri. Darah atrium kiri tersebut berasal dari paru-paru
melalui vena pulmonalis dan juga darah dari insufisiensi yang berasal dari atrium
kiri, dimana dilatasi ini akan menyebabkan insufisiensi semakin banyak, timbul
hipertensi pulmonal seperti yang terjadi pada stenosis mitral.

Pada insufisiensi katup mitral, terjadi penurunan kontraktilitas yang biasanya


bersifat irreversible, dan disertai dengna terjadinya kongestif vena pulmonalis
yang berat dan edema pulmonal. Patofisiologi insufisiensi mital dapat dibagi ke
dalam fase akut, fase kronik yang terkompensasi dan fase kronik yang
dekompensasi

1. Fase akut sering disebabkan adanya kelebihan volume di atrium dan


ventrikel kiri. Ventrikel kiri menjadi overload karena setiap kontraksi tidak
hanya memompa darah menuju aorta tetapi juga terjadi regurgitasi ke
atrium kiri pada kasus akut, stroke volume ventrikel kiri meningkat tetapi
cardiac output menurun.
2. Fase kronik terkompensasi terjadi secara perlahan dari beberapa bulan
sampai beberapa tahun. Pada fase ini ventrikel kiri menjadi hipertropi dan
terjadi peningkatan volume diastolik yang bertujuan untuk meningkatkan
stroke volume yang menyebabkan pelebaran atrium kiri dan tekanan pada
atrium akan berkurang. Hal ini akan memperbaiki drainase dari vena
pulmonalis sehingga gejala dan tanda kongesti pulmonal akan berkurang.

9
3. Fase kronik dekompensasi akan terjadi kontraksi miokardium ventrikel
kiri yang inadekuat untuk mengkompensasi kelebihan volume dan stroke
volume vetrikel kiri akan menurun. Penurunan stroke volume
menyebabkan penurunan cardiac output dan peningkatan end-systole
volume. Peningkatan end-systole volume akan meningkatkan tekanan pada
ventrikel dan kongestif vena pulmonalis sehingga akan timbul gejala gagal
jantung kongestif.

8
2.6 Komplikasi dan Prognosis

a. Komplikasi

1. Fibrilasi Atrium : masalah dengan kecepatan atau irama jantung yang


paling umum.
2. Emboli sistemik merupakan komplikasi yang serius pada stenosis mitral.
Sedangkan stenosis itu adalah suatu penyempitan.
3. Hipertensi pulmonal merupakan keadaan lanjut akibat perubahan
hemodinamik yang timbul karena stenosis mitral, dimana mekanisme
adaptasi fisiologi sudah dilampaui.
4. Dekompensasi kordis kiri (LVF) adalah keadaan patofisiologi adabya
kelainan fungsi jantung khususnya bagian sebelah kiri yang berakibat
jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisisan ventrikel kiri.(Braundwald, 2003).
5. Endokarditis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan adanya
infeksi pada lapisan dalam jantung(endokardium)
6. Kongestif vena pulmonalis adalah kongesti sirkulasi akibat disfungsi
miokardium ventrikel kiri.
7. Edema paru adalah kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan
abnormal dari air di kantung udara (alveoli) di dalam paru-paru.
8. Hipertrofi ventrikel kanan adalah penambahan masa pada ventrikel kiri
sebagai respon miosit terhadap berbagai rangsangan yang menyertai
peningkatan tekanan darah.

10
b. Prognosis

1. Hasilnya bervariasi, biasanya kondisi ini ringan, sehingga tidak ada terapi
atau pembatasan diperlukan. Gejala biasanya dapat dikontrol dengan obat-
obatan.
2. Sesekali Dekompensasi kordis kiri (LVF) timbul, keadaan umum
penderita merosot cepat
3. Lebih lama bebas keluhan dari pada stenosis mitral.

2.7 Pengobatan

Sebagian besar penderita tidak memerlukan pengobatan. Jika jantung


berdenyut terlalu cepat, beta-blocker dapat digunakan untuk memperlambat
denyut jantung serta mengurangi palpitasi dan gejala lainnya. Jika terjadi
regurgitasi, setiap kali sebelum menjalani tindakan pencabutan gigi atau
pembedahan, penderita harus mengkonsumsi antibiotik karena terdapat resiko
infeksi katup jantung.

Pengobatan dengan terapi medikantosa dengan

1. Digoxin : berguna dalam penanganan fibrasi atrium. Obat ini adalah


kelompok obat digitalis yang bersifat inotropik positif dan dapat
meningkatkan kekuatan denyut jantung dan menjadikan denyutan jantung
kuat dan sekata.
2. Antikoagulan oral : diberikan kepada paisen untuk mengelakkan terjadinya
pembekuan darah yang bisa menyebabkan emboli sistemik. Emboli bisa
terjadi akibat regurgitasi dan turbulensi aliran darah.
3. Antibiotik profilaksis : administrasi antibiotik dilakukan untuk
mengelakkan infeksi bakteri yang bisa menyebabkan endokarditis.

2.8 Pencegahan

Pencegahan bisa dengan terapi umum dilaukan yaitu

11
1. Mencegah demam rematik dengan mengobati infeksi radang tenggorokan
dengan antibiotic .
2. Menjaga tekanan darah yang sehat.
3. Istirahat : kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus benar-benar
dikurangi dengan tirah baring mengingat konsumsi O2 yang relatif
meningkat. Dengan istirahat benar, gejala-gejala gagal jantung dapat jauh
berkurang.
4. Diet : umumnya di berikan makan lunak dengan rendah garam. Jumlah
kalori sesuai dengan kebutuhan. Klien dengan gizi kurang di berikan
makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan 80-100 ml /
kgBB / hari dengan maksimal 1500 ml / hari.
5. Memperhatikan gaya hidup dan lingkungan yang sehat.
6. Mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani tindakan pencabutan gigi
atau pembedahan.

12
BAB 3. PATHWAYS

Non Rematik :
Rematik : PJR endokarditis, PJ bawaan,
PJ koroner, trauma

Peradangan pada
endotel katup

Insufisiensi mitral
Penurunan volume darah Aliran balik
ke aorta Nutrisi dan O2 yang Ketidakseimbangan
Metabolisme ventrikel ke atrium
dibawa bersama darah suplay O2 ke jaringan
menurun
anaerop kiri
Menurunnya volume
sirkulasi darah Timbunan
sistemik asam laktat
Menurunnya meningkat
Pembentukan
tekanan darah ATP menurun Intoleransi
Hipoksis jaringan energi menurun dan mengalami aktivitas
fatigue
Memacu gagal Lemah, letih, lesu
jantung
Nyeri
Anoreksia Inadekuat nutrisi 13
Resiko kelebihan
Cemas
volume cairan
ekstravaskuler
Beban akhir
ventrikel menurun

Tekanan volume di
Tekanan jantung Dilatasi dan Penurunan atrium meningkat
memompa darah kontraktilitas curah jantung
Kongesti paru
meningkat menurun
Dilatasi atrium
Gangguan
Hipertrofi Edema paru
Membutuhkan fungsi alveoli
tenaga yang kuat ventrikel kiri
Kerusakan atrium
Sesak nafas
Gangguan
Gangguan aktivitas Gagal jantung pertukaran gas
sehari-hari kiri Takiaritmia
Pola nafas tidak
efektif

Gagal jantung Hipertensi Hipertensi arteri


kanan ventrikel kanan pulmonal

14
15

Anda mungkin juga menyukai