Diseksi Aorta adalah suatu kondisi serius dimana luka berkembang didalam lapisan aorta, pembuluh
darah jantung. Darah keluar melalui luka tersebut kedalam lapisan tengah aorta, menyebabkan lapisan
dalam dan tengah terpisah. Jika darah telah penuh hingga sampai dinding aorta luar, diseksi aorta sering
fatal. Diseksi aorta, juga disebut bedah aneurisma, relatif jarang terjadi. Siapapun dapat
mengembangkan kondisi ini, tetapi paling sering terjadi pada pria antara 60-70 tahun. Gejala diseksi
aorta mirip penyakit lain, yang sering menimbulkan keterlambatan diagnosis. Namun ketika diseksi aorta
terdeteksi dinidan segera diobati, kesemptan untuk bertahan hidup masih tinggi.
Diseksi aorta terjadi karena dinding aorta melemah. Tekanan darah tinggi kronis dapat menekankan
jaringan aorta, sehingga lebih rentan untuk robek. Seorang juga dapat lahir dengan kondisi yang
berhubungan dengan aorta lemah dan perbesaran aorta, seperti sindrom Merfan atau katup aorta
bikuspid.
Tanda dan gejala yang dialami pada penderita penyakit diseksi aorta sebagai berikut :
1. Dada yang nyeri parah secara tiba-tiba atau nyeri punggung atas
3. Sesak napas
4. Kesulitan berbicara, kehilangan pengelihatan, lemah atau kelumpuhan satu sisi tubuh seperti
memiliki stroke
5. Berkeringat
Klasifikasi diseksi aorta dibagi menjadi dua tipe, yaitu : Diseksi tipe A dan Diseksi tipe B.
· Lesi proksimal yang lebih sering dan berbahaya yang mengenai aorta asendens (Diseksi tipe A)
· Lesi distal yang tidak mengenai pars asendens dan biasanya dimulai dari bagian distal terhadap
arteri subklavia (Diseksi tipe B)
Diseksi tipe A : resiko komplikasi yang berbahaya, khususnya ruptur keperikardium, sangat tinggi,
dengan rata-rata kematian perjam kurang lebih 2%, pasien harus dipindahkan dengan ambulance lampu
biru atau udara kepusat pelayanan kardio thoraks sesegera mungkin, pada waktu kapan pun.
Tipe B : pembedahan memiliki resiko tinggi pada keadaan ini tidak di indikasikan sebagai terapi lini
pertama. Tipe ini merupakan indikasi untuk kontrol TD agresif, dengan target TD sistolik kurang
100mmHg. Pemdedahan hanya dilakukan bila terjadi komplikasi yang mengancam jiwa, seperti ruptur
yang berbahaya. Lumen palsu bisa membeku dan menjadi stabil.
Tekanan darah tinggi, regangan jaringan ikat dan adanya kelainan pada tunika intima(aterosklerosis)
menyebabkan robekan mendadak pada tunika intima. Darah masuk kelapisan diantara tunika intima dan
media, dan tekanan yang tinggi menyebabkan darah mengalir kearah longitudinal sepanjang aorta,
kearah depan dan belakang dari titik masuk, membentuk lumen palsu. Darah dalam lumen palsu bisa
membeku, atau tetap cair dengan sedikit aliran. Diseksi dibagi menjadi dua tipe, tergantung dari ada
tidaknya keterlibatan aorta asendens.
Tipe A: titik robekan intima ada pada aorta asendens. Diseksi biasanya menjalar kearah distal mengenai
aorta desenden kemudian kearah proksimal merusak aparatus katup aorta dan masuk kedalam
perikardium .
Tipe B : titik robekan intima terdapat pada aorta desendens, biasanya tepat dibawah ujung awal arteri
subklavia sinistra robekan jarang menyebar kearah proksimal.
1. EKG : penting untuk menyingkirkan MI. Bisa menunjukan hipertrofi ventrikel kiri (LV) akibat
hipertensi yang berlangsung lama.
2. Foto toraks : dapat memperlihatkan pelebaran mediastrinum akibat hemomediastrinum, atau efusi
pleura, dan disebabkan oleh ruptur aorta kerongga pleura (biasanya yang kiri).
3. CT scan : merupakan teknik pencitraan terpilih dibanyak rumah sakit. Jangan pernah menunda
pemeriksaan ini. Pencitraan aorta potongan melintang menunjukan adanya flap. Lumen asli, dan lumen
palsu bila diberi kontras.
4. Ekokardiografi : jarang memperlihatkan flap diseksi, namun bisa nampak adanya komplikasi seperti
hemoperikardium dan regurgitasi aorta.
5. Ekokardiografi transefagus(TEE) : sangat sensitif untuk pencitraan aorta asendens maupun
desendens. Suatu pendanda eko khusus dimasukan melalui esofagus, dan ditempatkan dibelakang
jantung, memungkinkan pencitaraan pembuluh darah besar dan jantung, tanpa terhalang tulang-tulang
atau paru. Gambaran yang didaptakan berkualitas tinggi. Prosedur ini harus dilakukan oleh operator
yang sangat terampil dan merupakan teknik infasif, pasien membutuhkan sedasi karena bisa
menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara yang dapat memicu perluasan diseksi, oleh karena itu
pemeriksaan ini hanya dilakukan dipusat pelayanan kardio thoraks sebagai pendahuluan sebelum
dilakukan tindakan bedah segera.
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea karena kerja, palpitasi, gangguan tidur
(ortopnea, dispnea paroksismal nokturnal, nokturia, keringat malam hari).
Tanda: Takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea, dispnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis bakterial subakut, infeksi
streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital (contoh kerusakan atrial-septal, sindrom Marfan), trauma
dada, hipertensi pulmonal, riwayat murmur jantung, palpitasi, serak, hemoptisis, batuk dengan/tanpa
produksi sputum.
Tanda:
· Sistolik TD menurun .
· Nadi apikal kuat dan terletak di bawah dan ke kiri secara lateral kuat
· Getaran cepat
c. Integritas ego
Tanda: Edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites,hangat, kemerahan dan kulit
lembab,pernapasan payah dan bising dengan terdengar krekels dan mengi.
e. Neurosensori
f. Nyeri/kenyamanan
g. Pernapasan
Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau nokturnal (sputum
mungkin/tidak produktif).Tanda: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak
dan berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada adanya edema pulmonal.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
dan kebutuhan.
3. INTERVENSI
Intervensi :
1. Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer. R/ Indikator klinis dari keadekuatan
dekompensasi.
2. Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (misal: berjalan) bila pasien mampu
turun dari tempat tidur aatur posisi saat istirahat dengan posisi semi fowler . R/ Melakukan kembali
aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap
Intervensi :
Gunakan skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal/non
2. Anjurkan pasien berespons tepat terhadap berhenti aktivitas, istirahat, dan minum obat yang tepat).
Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan.R/ Aktivitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tiba-tiba, stres, makan banyak, terpajan dingin) dapat
mencetuskan nyeri dada.
3. Berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (Procardia) sesuai indikasi. R/ Obat diberikan untuk
meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan angina sehubungan dengan iskemia
miokardia.
Intervensi :
dispnea atau nyeri dada; kelelahan berat dan kelemahan; berkeringat; pusing;
stres aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.2) Kaji kesiapan untuk
meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frekuensi nadi, peningkatan
perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual.
jantung.
mencegah kelemahan.
Intervensi :
rasa kontrol.
4. EVALUASI
2. Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital
3. Nyeri hilang/terkontrol.