DISUSUN OLEH:
pembuluh darah pada aneurisma ini biasanya menjadi lebih tipis dan mudah
pecah.
Aneurisma merupakan dilatasi local permanen dari suatu arteri sehingga arteri tersebut
berukuran 1,5 kali dari diameter normal.
2) ETIOLOGI
Aneurisma dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
a. Melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri. Merupakan kasus yang paling
sering terjadi. Kelemahan pada dinding pembuluh darah ini menyebabkan bagian
pembuluh yang tipis tidak mampu menahan tekanan darah yang relatif tinggi
f. Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai
pembuluh darah.
g. Terjadi peradangan pada aorta
h. Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan
Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan
kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terkena aneurisma yang meliputi tekanan
darah tinggi, aterosklerosis, tingkat tinggi serum kolesterol, trauma atau cedera, merokok
dan penggunaan tembakau, infeksi darah, usia tua, penyakit ginjal polikistik, alkoholisme,
diabetes, dan riwayat keluarga.
Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah
pada lengan. Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan
Keluhan-keluhan perasaan ”denyut jantung” pada abdomen bilang
terlentang
4) KLASIFIKASI
Aneurisma dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya antara lain :
a. Aneurisma Sakular atau Fusiform adalah aneurisma mirip kantong menonjol dan
berhubungan dengan dinding arteri melalui suatu leher yang
sempit. Apabila seluruh segmen arteri mengalami dilatasi, maka terjadilah
Aneurisma fusiform.
b. Aneurisma Mikotik adalah aneurisma yang disebabkan oleh infeksi lokal.
Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyerang mulai dari bawah arteri renalis dan
meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arteri iliaka. Aneurisma ini
jarang meluas keatas ke arteri renalis, melibatkan cabang-cabang visera mayor dari
aorta. Aneurisma ini sering terjadi pada
penderita tekanan darah tinggi, ukurannya lebih besar dari 7,5 cm dan bisa
jantung dan aorta (katup aorta), sehingga pada saat katup menutup, darah kembali
merembes ke jantung. Aneurisma aorta torakalis sebanyak kurang
dari 10% dari seluruh aneurisma aorta. Aneurisma aorta torakalis paling lazim
diakibatkan oleh regenerasi dinding media; sifilis merupakan
penyebab yang paling jarang. Vaskulitis dan nekrosis dinding medial kistik, seperti
terjadi pada sindroma Marfan, juga dapat mengakibatkan aneurisma aorta. Aneurisma
traumatik dapat terjadi di ligamentum arteriosus di atas arteri subklavia ketika
dinding aorta terputar secara tidak lengkap sebagai akibat kecelakaan deselerasi
cepat.
5) PATOFISIOLOGI
Pada aneurisma ditemukan suatu kelainan pada lapisan pembuluh darah yang terdiri
dari tiga lapisan, yaitu lapisan tunika intima, media dan adventitia. Pada aneurisma
terdapat penipisan tunika media dan tunika intima menjadi lebih elastis hal ini
mengakibatkan kelemahan pada pembuluh darah di daerah aneurisma sehingga
pembuluh darah membentuk tonjolan akibat tekanan
pembuluh darah.
Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah.
Hal ini mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, truma atau proses
penyakit. Apabila timbul aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah
besar ukurannya. Faktor resiko meliputi prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi.
Lebih dari separuh penderita mengalami hipertensi.
Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan
pada intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma
diseksi sering dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi
disebabkan oleh ruptur lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan
media. Ruptur dapat terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan
intima, sehingga memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya,
mengakibatkan diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi cabang-
cabang aorta. Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar
6) PENATALAKSANAAN
Untuk aneurisma yang belum pecah, terapi ditujukan untuk mencegah agar aneurisma
tidak pecah, dan juga agar tidak terjadi penggelembungan lebih lanjut dari aneurisma
tersebut. Sedangkan untuk aneurisma yang sudah pecah, tujuan terapi adalah untuk
mencegah perdarahan lebih lanjut dan untuk mencegah atau membatasi terjadinya
''vasospasme'' (kontraksi pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan diameter
pembuluh darah).
a. Farmako terapi :
7) KOMPLIKASI
Komplikasi utama berkenaan dengan aneurisma adalah ruptur, yang menimbulkan
hemoragi dan kemungkinan kematian. Hipertensi berat meningkatkan resiko ruptur.
8) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Aneurisma Aorta Torakalis
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
pengkajian.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
Pada kasus aneurisma, ditemukan keluhan utama adanya nyeri dada yang menjalar
ke punggung.
Apakah menyebar ( rahang, punggung, tangan dll)? Apa yang membuat lebih
baik, apa yang mempertambah buruk (inspirasi, pergerakan).
S : Savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, jelaskan skala nyeri dan
frekuensi. Apakah disertai dengan gejala seperti ( mual, muntah, pusing,
diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal)
bagaimana lama, tiba – tiba atau bertahap, apakah mulai setelah anda makan,
frekuensi.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya,
tanyakan pula pola hidup, makanan yang dikonsumsi. Makanan yang tinggi lemak
adalah faktor predisposisi tertinggi dari
aneurisma.
Saat dikaji, tanyakan adakah kelainan bawaan seperti sindroma marfan (dinding
pembuluh darah yang tipis) dan penyakit hipertensi yang diturunkan.
pembuluh darah
Kaji apakah pasien mempunyai riwayat ateroklerosis
Pupil tak sama (menunujkan tekanan pada rantai simpatis servikal) g.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Kaji apakah klien merasa putus asa/frustasi h.
Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Kaji bagaimana hubungan klien dengan sesama, keluarga i.
Pola Reproduksi – Seksualitas
Kaji apakah klien mengalami perubahan atau masalah yang
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, tekanan darah,
nadi, dan respirasi.
2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala : (Mata, hidung, telinga, gigi, dan mulut)
b. Leher : Ada tidaknya benjolan dan masa abnormal, palpasi vena
jugugularis untuk memastikan adanya penjalaran aneurisma
c. Dada : Inspeksi kesimetrisan dada, palpasi dada adakah pembesaran atau masa
berdenyut (pulsatil mass), perkusi, auskultasi suara nafas dan area aorta
biasanya mengalami turbulensi aliran darah.
Reaksi pupil, fungsi sensorik dan motorik, defisit saraf kranial (gerakan
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan CT scan : menunjukkan area dan luas pembuluh darah yang
mengalami aneurisma
2) Foto Rontgen : Menunjukkan pelebaran mediastinum/ tertariknya trakea. 3)
Aortografi : untuk mengevaluasi anatomi aneurisma
4) CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi ukuran dari aneurisma
5) MR Angiografi : Untuk melihat cabang-cabang pembuluh darah aorta
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (Aneurisma aorta) 2.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri
3. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan
E. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (Aneurisma aorta)
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Patau TTV
Menentukan keadaan umum pasien
Selidiki keluhan nyeri dada
Dengan mengetahui factor pemberat
KOLABORASI
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
1. Observasi pernafasan
Memantau perkembangan
Respiration Rate (RR)
2. Lakukan oksigenasi Pemberianoksigenasi dapat
menurunkan frekuensi RR dan
MANDIRI
1. Pantau TTV Melihat perkembangan status
kesehatan klien. Terutama
perubahan tekanan darah
2. Berikan health education kepada
Peningkatan tekanan darah dapat
pasien untuk menghindari faktor-
memperburuk perfusi jaringan
faktor yang dapat meningkatkan
jantung
tekanan darah
3. Nasehati klien untuk
Stres dapat meningkatkan tekanan
mengendalikan stres
darah secara mendadak
KOLABORASI