Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ANEURISMA

DISUSUN OLEH:

NAMA: ADE RISKI PRAYUDA


NPM : 018.01.3519

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM (STIKES)
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

LAPORAN PENDAHULUAN ANEURISMA


1)   DEFINISI
Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah, yang
didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media dan
tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/balon. Dinding

 pembuluh darah pada aneurisma ini biasanya menjadi lebih tipis dan mudah

 pecah.

Aneurisma merupakan dilatasi local permanen dari suatu arteri sehingga arteri tersebut
berukuran 1,5 kali dari diameter normal.

2)   ETIOLOGI
Aneurisma dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

a.   Melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri. Merupakan kasus yang paling

sering terjadi. Kelemahan pada dinding pembuluh darah ini menyebabkan bagian

pembuluh yang tipis tidak mampu menahan tekanan darah yang relatif tinggi

sehingga akan menggelembung.


 b.  Hipertensi (tekanan darah tinggi). Risiko ini menjadi semakin tinggi pada orang
dengan tingkat stres tinggi maupun perokok.
c.   Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah arteri) dapat juga
menyebabkan pertumbuhan dan pecahnya aneurisma.

d.   Hiperlipidemia (jumlah lemak dalam darah melebihi batas normal)

e.   Tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Gelembung semula kecil, dengan


 bertambahnya usia dan penurunan kekuatan pembuluh, dapat menjadi semakin besar
hingga akhirnya pecah.

f.   Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai

 pembuluh darah.
g.   Terjadi peradangan pada aorta
h.   Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan

Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan
kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terkena aneurisma yang meliputi tekanan
darah tinggi, aterosklerosis, tingkat tinggi serum kolesterol, trauma atau cedera, merokok
dan penggunaan tembakau, infeksi darah, usia tua, penyakit ginjal polikistik, alkoholisme,
diabetes, dan riwayat keluarga.

3)   TANDA DAN GEJALA


a.   Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi :

  Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi

  Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah
 pada lengan. Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan

   Nadi perifer lemah atau asimetris


 b.  Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :

  Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)

 
Keluhan-keluhan perasaan ”denyut jantung” pada abdomen bilang
terlentang

   Nyeri punggung bawah atau abdomen


  Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma
stetoskop
c.  Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa
terhadap struktur intratorakal) :
   Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien
ditempatkan pada posisi terlentang. Pada anuerisma diseksi, nyeri

mengikuti arah dimana pemisah berlanjut


  Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan

  Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)


  Suara serak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)

  Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus) d. 


Manifestasi klinis khusus pada aneurisma intrakranial :
  Adanya nyeri dan kaku leher bagian belakang dan medula spinalis akibat
adanya iritasi meningen.
  Gangguan penglihatan ( hilangnya penglihatan, diplopia, ptosis ) terjadi

pada saat aneurisma berdekatan dengan saraf okulomotorius.


  Dapat terjadi tinitus, pusing, dan hemiparesis.

4)   KLASIFIKASI
Aneurisma dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya antara lain :

a.   Aneurisma Sakular atau Fusiform adalah aneurisma mirip kantong menonjol dan
berhubungan dengan dinding arteri melalui suatu leher yang
sempit. Apabila seluruh segmen arteri mengalami dilatasi, maka terjadilah
Aneurisma fusiform.

 b.  Aneurisma Mikotik adalah aneurisma yang disebabkan oleh infeksi lokal.

Aneurisma jenis ini jarang ditemukan.


c.  Aneurisma Palsu adalah akumulasi darah ekstravaskuler disertai disrupsi dari ketiga
lapisan dinding arteri. Dinding dari aneurisma palsu adalah trombus dan jaringan
yang berdekatan.
Selain berdasarkan bentuk Aneurisma juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempatnya
antara lain :

a.  Aneurisma aorta abdominalis

Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyerang mulai dari bawah arteri renalis dan
meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arteri iliaka. Aneurisma ini
jarang meluas keatas ke arteri renalis, melibatkan cabang-cabang visera mayor dari
aorta. Aneurisma ini sering terjadi pada

 penderita tekanan darah tinggi, ukurannya lebih besar dari 7,5 cm dan bisa

 pecah. (Diameter normal dari aorta adalah 1,8-2,5 cm).

 b.  Aneurisma aorta torakalis


Aneurisma aorta torakalis adalah pelebaran atau dilatasi pembuluh darah aorta yang
biasanya menyerang aorta torasika desendens dibawah arteri subklavia kiri, aorta
asendens diatas katup aorta, dan arkus aorta. Aorta desendens paling sering terserang.
Pada salah satu bentuk aneurisma torakalis yang khusus, pelebaran aorta terjadi
di tempatnya keluar dari
 jantung. Pelebaran ini bisa menyebabkan kelainan fungsi katup antara

 jantung dan aorta (katup aorta), sehingga pada saat katup menutup, darah kembali
merembes ke jantung. Aneurisma aorta torakalis sebanyak kurang
dari 10% dari seluruh aneurisma aorta. Aneurisma aorta torakalis paling lazim
diakibatkan oleh regenerasi dinding media; sifilis merupakan
 penyebab yang paling jarang. Vaskulitis dan nekrosis dinding medial kistik, seperti
terjadi pada sindroma Marfan, juga dapat mengakibatkan aneurisma aorta. Aneurisma
traumatik dapat terjadi di ligamentum arteriosus di atas arteri subklavia ketika
dinding aorta terputar secara tidak lengkap sebagai akibat kecelakaan deselerasi
cepat.

c.  Aneurisma Intrakanial

Aneurisma intrakranial (serebral) adalah dilatasi dinding arteri serebral yang


berkembang sebagai hasil dari kelemahan dinding arteri.

5)   PATOFISIOLOGI
Pada aneurisma ditemukan suatu kelainan pada lapisan pembuluh darah yang terdiri
dari tiga lapisan, yaitu lapisan tunika intima, media dan adventitia. Pada aneurisma
terdapat penipisan tunika media dan tunika intima menjadi lebih elastis hal ini
mengakibatkan kelemahan pada pembuluh darah di daerah aneurisma sehingga
pembuluh darah membentuk tonjolan akibat tekanan

 pembuluh darah.

Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah.
Hal ini mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, truma atau proses
 penyakit. Apabila timbul aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah

 besar ukurannya. Faktor resiko meliputi prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi.
Lebih dari separuh penderita mengalami hipertensi.
Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan
pada intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma
diseksi sering dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi
disebabkan oleh ruptur lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan
media. Ruptur dapat terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan
intima, sehingga memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya,
mengakibatkan diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi cabang-
cabang aorta. Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar
6)   PENATALAKSANAAN
Untuk aneurisma yang belum pecah, terapi ditujukan untuk mencegah agar aneurisma
tidak pecah, dan juga agar tidak terjadi penggelembungan lebih lanjut dari aneurisma
tersebut. Sedangkan untuk aneurisma yang sudah pecah, tujuan terapi adalah untuk
mencegah perdarahan lebih lanjut dan untuk mencegah atau membatasi terjadinya
''vasospasme'' (kontraksi pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan diameter
pembuluh darah).

a.   Farmako terapi :

  Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau


kurang
  Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan
menurunkan kontraktilitas miokard.
  Bata Bloker untuk mengurangi denyut jantung dan tekanan darah
sehingga mengurangi resiko pecahnya aneurisma.
 b.  Pembedahan dilakukan bila terapi obat gagal dan lebar aneurisma sudah mencapai 7,5
cm untuk mencegah pembesaran aneurisma atau pasien menunjukan gejala-gejala
distress akut. Pembedahan meliputi eksisi dan
 pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki
kontinuitas vaskular.

7)   KOMPLIKASI
Komplikasi utama berkenaan dengan aneurisma adalah ruptur, yang menimbulkan
hemoragi dan kemungkinan kematian. Hipertensi berat meningkatkan resiko ruptur.

8)   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a)  Aneurisma Aorta Torakalis

  Foto Rontgen : Menunjukkan pelebaran mediastinum/ tertariknya trakea.


  Aortografi : untuk mengevaluasi anatomi aneurisma
  CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi ukuran dari aneurisma
 
MR Angiografi : Untuk melihat cabang-cabang pembuluh darah aorta
 b)  Aneurisma Aorta Abdominalis

  Foto polos abdomen


  USG/Duplex sonografi berwarna
  MRI : Mengetahui letak aneurisma secara jelas.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEURISMA

A.   PENGKAJIAN
1.   Biodata

Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

 pendidikan, alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal

 pengkajian.
2.   Riwayat kesehatan
a)  Keluhan Utama
Pada kasus aneurisma, ditemukan keluhan utama adanya nyeri dada yang menjalar
ke punggung.

 b)  Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang


dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu :
P : Paliative/provokatif: hal-hal yang menyebabkan

 bertambah/bekurannya keluhan utama. Apa yang menimbulkan nyeri ( aktivitas,


spontan, stress, setelah makan dll).
Q : Quality/Quantity: tingkat keluhan utama. Apakah tumpul, tajam, tertekan,
dalam, permukaan dll. Apakah pernah merasakan nyeri seperti itu sebelumnya.

R : Region; yaitu lokasi keluhan utama.

Apakah menyebar ( rahang, punggung, tangan dll)? Apa yang membuat lebih
baik, apa yang mempertambah buruk (inspirasi, pergerakan).
S : Savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, jelaskan skala nyeri dan
frekuensi. Apakah disertai dengan gejala seperti ( mual, muntah, pusing,
diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal)

T : Timing; kapan mulai nyeri, apakan konstan atau kadang – kadang,

 bagaimana lama, tiba –  tiba atau bertahap, apakah mulai setelah anda makan,
frekuensi.
c)   Riwayat Kesehatan Dahulu

Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya,
tanyakan pula pola hidup, makanan yang dikonsumsi. Makanan yang tinggi lemak
adalah faktor predisposisi tertinggi dari

aneurisma.

d)   Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat dikaji, tanyakan adakah kelainan bawaan seperti sindroma marfan (dinding
pembuluh darah yang tipis) dan penyakit hipertensi yang diturunkan.

3.   Pengkajian 11 Pola Gordon a. 


Pola Persepsi Kesehatan
  Kaji apakah klien mempunyai bakat atau bawaan lemahnya

 pembuluh darah
  Kaji apakah pasien mempunyai riwayat ateroklerosis

  Kaji apakah pasien mempunyai riwayat pembuluh darah


 b.  Pola Nutrisi Metabolik

  Kaji apakah nafsu makan klien berkurang c. 


Pola Eliminasi
  Kaji frekuensi bab dan bak pasien d. 
Pola Aktivitas dan Latihan
  Kaji apakah klien ada merasakan nyeri dan di daerah mana nyeri
tersebut
  Kaji apakah klien membutuhkan bantuan orang lain saat
melakukan , aktivitas sehari-hari
  Detensi vena-vena superfisial pada dada, leher, atau lengan
(menunjukkan tekanan pada vena kava superior)

e.  Pola Tidur dan Istirahat

  Kaji apakah klien mengalami insomnia


  Kaji apakah istirahat klien cukup
f.  Pola Persepsi Kognitif

  Kaji mekanisme koping klien


  Kaji apakah klien ada menggunakan alat bantu pendegaran,

 penglihatan, cek terakhir

  Pupil tak sama (menunujkan tekanan pada rantai simpatis servikal) g. 
Pola Persepsi dan Konsep Diri
  Kaji apakah klien merasa putus asa/frustasi h. 
Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
  Kaji bagaimana hubungan klien dengan sesama, keluarga i. 
Pola Reproduksi – Seksualitas
  Kaji apakah klien mengalami perubahan atau masalah yang

 berhubungan dengan penyakit yang di derita klien


 j.  Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

  Kaji adakah gangguan penyesuain diri terhadap lingkugan dan situasi baru
  Kaji ketidakmampuan koping klien terhadap berbagai hal k. 
Pola Sistem Kepercayaan
  Apakah klien menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya

  Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan


rencana tindakan.

B.   PEMERIKSAAN FISIK

1.   Keadaan umum : Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, tekanan darah,
nadi, dan respirasi.
2.   Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a.  Kepala : (Mata, hidung, telinga, gigi, dan mulut)
 b.  Leher : Ada tidaknya benjolan dan masa abnormal, palpasi vena
 jugugularis untuk memastikan adanya penjalaran aneurisma
c.   Dada : Inspeksi kesimetrisan dada, palpasi dada adakah pembesaran atau masa
berdenyut (pulsatil mass), perkusi, auskultasi suara nafas dan area aorta
biasanya mengalami turbulensi aliran darah.

d.   Genitalia : Infeksi kebersihan


e.   Ekstremitas : Kesimetrisan, pergerakan, tonus otot, ada tidaknya edema.
f.   Sistem Neurologik

Reaksi pupil, fungsi sensorik dan motorik, defisit saraf kranial (gerakan

mata ekstraokuler, fasiaol droop, adanya ptosis), kesukaran bicara, gangguan


penglihatan atau penurunan neurologik dan sakit kepala.

C.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)   Pemeriksaan CT scan : menunjukkan area dan luas pembuluh darah yang
mengalami aneurisma
2)   Foto Rontgen : Menunjukkan pelebaran mediastinum/ tertariknya trakea. 3) 
Aortografi : untuk mengevaluasi anatomi aneurisma
4)   CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi ukuran dari aneurisma
5)   MR Angiografi : Untuk melihat cabang-cabang pembuluh darah aorta

D.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (Aneurisma aorta) 2. 
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri
3.  Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan

 peningkatan tekanan arteri

E.   INTERVENSI
1.    Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (Aneurisma aorta)

INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
  Patau TTV
Menentukan keadaan umum pasien
  Selidiki keluhan nyeri dada
Dengan mengetahui factor pemberat

Perhatikanawitan,lokasi,nyeri kita jadi bisa


lamanya, intensitas (0-10) danmenurunkan/mengurangi tingkatan
factor peberat atau penurun skala nyeri
3.   Berikan lingkungan yang tenang
Tindakan ini dapat menurunkan
dan tindakan kenyamanan
ketidaknyamanan fisik dan emosional
Misal : perubahan posisi, gosokan
pasien
punggung,
 penggunaan kompres
hangat/dingin, dukungan
emosional
Dapat menurunkan kebutuhan terapi
4.   Ajarkan teknik distraksi dan
farmakologis dan
relaksasi
mengalihkan/mengurangi nyeri

KOLABORASI

Berikan obat, sesuai indikasi Analgesik dapat mengurangi nyeri


Analgesik (narkotik/ non narkotik)

2.   Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri

INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
1.  Observasi pernafasan
Memantau perkembangan
Respiration Rate (RR)
2.  Lakukan oksigenasi Pemberianoksigenasi dapat
menurunkan frekuensi RR dan

mempertahankan oksigen arteri


3.  Tinggikan kepala tempat tidur, Memudahkan ekspansi paru untuk
 pertahankan posisi semi fowler
meningkatkan perkembangan paru
KOLABORASI
4.  Berikan obat sesuai indikasi Untuk mengatasi masalah
kolaborasi dengan tim media
oksigenasi melalui farmakologi
dalam pemberian terapi obat
atau terapi medis yang lainnya
3.   Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan
arteri
INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI
1.   Pantau TTV Melihat perkembangan status
kesehatan klien. Terutama
 perubahan tekanan darah
2. Berikan health education kepada
Peningkatan tekanan darah dapat
pasien untuk menghindari faktor-
memperburuk perfusi jaringan
faktor yang dapat meningkatkan
 jantung
tekanan darah
3.    Nasehati klien untuk
Stres dapat meningkatkan tekanan
mengendalikan stres
darah secara mendadak

KOLABORASI

Berikan obat sesuai indikasi : a.  Obat antihipertensi dapat menurunkan


Antihipertensi tekanan darah sehingga resiko
penurunan perfusi tidak terjadi

Untuk menurunkan kekuatan


 b.  Propanolol (Inderal)
 pulsasi dalam aorta dengan
menurunkan kontraktilitas miokard
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,Marilynn E,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Herdman,T.Heather.2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012- 2014


.Jakarta:EGC

Baradero, Mary; Dayrit; Mary Wilfrid; Siswadi, Yabokus.2005.Klien Gangguan


Kardiovaskuler Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai