Anda di halaman 1dari 117

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN.A

DENGAN DIAGNOSA MEDIS NON ST ELEVASI MIOKARD INFARK

(NSTEMI) DI RUANGAN IGD PUSAT JANTUNG TERPADU

RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

MAKASSAR

Disusun oleh :

WIDYA PERTIWI, S.Kep

18.04.054

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PAKAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI NERS

2020
KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN.A

DENGAN DIAGNOSA MEDIS NON ST ELEVASI MIOKARD INFARK

(NSTEMI) DI RUANGAN IGD PUSAT JANTUNG

TERPADU RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

MAKASSAR

Dianjukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Pada STIKES Panakkukang Makassar Program Studi Ners

Disusun oleh :

WIDYA PERTIWI, S.Kep

18.04.054

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PAKAKKUKANG MAKASSAR

PRGRAM STUDI NERS

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADATN.A

DENGAN DIAGNOSA MEDIS NON ST ELEVASI MIOKARD INFARK (NSTEMI)

DI RUANGAN IGD PUSAT JANTUNG TERPADU (PJT}

RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

MAKASSAR

Disusun oleh:
WIDYA PERTIWI, S.Kep
18.04.054

Karya tulis ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing Karya llmiah Akhir
Program Studi Profesi Ners STlKes Panakkukang Makassar

Di setujui oleh Pembimbing

Mikawati, S.Ke., M.Kes

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Kens Na olioTi Se .Ke


HALAMAN PENGESAHAN
KARYA ILMIAH AKHIR
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA TN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS NON ST
(NSTEMI) DI RUANGAN IGD PUSAT JANTUNG TERPADU RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSO
MAKASSAR

Disusun oleh :
WIDYA PERTIWI, S.Kep
18.04.054
Telah dipertahakan didepan sidang Tim Penguji Karya llmiah Akhir Pada Tanggal 20 Desembe
Menyetujui
Pembimbing I

(Mikawati, SKp., M.Kes) NIK: 093.152.02.03.017


Pengpjj Mengesahkan,

Penguji II

(Haaniaty AG, SKe., M.Keg) Ns. Muh. Zuk ik S.KeM.Ke


NIK: 093.152.02.02.007 NIK: 093.152.02.03.043

Ketua Stikes Panakkukang Makassar Ketua Pr‹ rofesi Ners"

(Sitti S amsiah S.KM.Kes) NIK: 093.152.02.03.016


Kene Na olion S. .Ke
NIK: 093.152.02.03.004
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR

NAMA : WIDYA PERTIWI

NIM : 18.04.054

PROGRAM STUDI : PROFESI NERS

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil

pelaksanaan asuhan keperawatan saya sendiri dan tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ners di suatu perguruan

tinggi manapun, serta tidak terdapat pemikiran yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis atau diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan sebagian atau

keseluruhan karya ilmiah ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya

bersedia mempertanggung jawab kan sekaligus bersedia menerima

sanksi berupa gelar Ners yang telah diperoleh dapat ditinjau dan atau

dicabut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa

ada paksaan sama sekali.

Makassar, Desember 2020

Yang membuat pernyataan


HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah atas rahmat dan ridhomu ya rabbi. Karya Ilmiah Akhir

ini terselesaikan dan ku persembahkan untuk Kedua orang tua tercinta

yang senantiasa menyinariku dengan doa restu dan kasihssayangnya,

seluruh keluarga besarku terima kasih untuk semua pengalaman hidup

yang kalian berikan. Serta pembimbing terima kasih atas nasihat dan

bimbingan yang selama ini diberikan. Sahabat – sahabat sejatiku yang

tidak pernah letih untuk suportnya dan dengan kebesaran hati kalian

membuatku selalu tersenyum, teman – teman seperjuanganku, terima

kasih atas bantuannya dan kebersamaan kita. Semua pihak yang telah

membantu dan mendukungku baik secara moril, materil dan Almamater

kebanggaanku.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusun karya ilmiah akhir yang berjudul: “Manajemen

asuhan keperawatan gawat darurat pada Tn ”A” dengan diagnosa

medis Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di ruangan IGD Pusat

Jantung Terpadu (PJT) RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Dalam melakukan penyusun karya ilmiah akhir ini, penulis telah

mendapatkan banyak masukan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai

pihak yang sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini dengan

kesungguhan hati penulis menghanturkan banyak-banyak terima kasih

yang sebesar-besar dan setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes selaku Ketua Yayasan

Perawat Sulawesi Selatan.

2. Ibu St. Syamsiah, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Stikes Panakukkang Makassar.

3. Bapak Kens Napolion, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.J selaku Ketua

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Panakukkang Makassar.

4. Ibu Mikawati, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing yang memberikan

bimbingan selama proses penyusunan karya ilmiah akhir ini serta


yang telah memberikan arahan, kritikan serta penilaian demi

kesempurnaan dan kesiapan penyusunan karya ilmiah akhir ini.

5. Rumah sakit RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar

khususnya kepada kepala ruangan IGD PJT yang telah membantu

memberikan informasi data yang dibutuhkan.

6. Orang tua saya tercinta Abd.Madjid dan Koas Diarti, kakak-kakak

tersayang yang memberikan banyak dukungan serta do’a yang

tiada henti-hentinya.

7. Keluarga besar Program Studi Ners baik dari tim dosen maupun

dari rekan-rekan mahasiswa Ners angkatan VII Stikes

Panakukkang Makassar.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan baik

berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat

membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini bisa bermanfaat bagi kita

semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, Desember 2020

Widya Pertiwi, S.Kep


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN....................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................iv

KATA PENGANTAR.................................................................................v

DAFTAR ISI..............................................................................................vi

DAFTAR TABEL.......................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Tujuan Umum...................................................................................5

C. Tujuan Khusus.................................................................................5

D. Manfaat Penulisan...........................................................................6

E. Sistematika Penulisan......................................................................7

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. Tinjauan Teori..................................................................................9

1. Konsep Dasar Medis...................................................................9

a. Definisi Non ST Elevasi Miokard Infark...................................9

b. Anatomi Fisiologi Jantung.......................................................10

c. Klasifikasi Non ST Elevasi Miokard Infark..............................28

d. Etiolgi Non ST Elevasi Miokard Infark....................................29

e. Patofisiologi Non ST Elevasi Miokard Infark..........................34


f. Manifestasi Klinis Non ST Elevasi Miokard Infark...................37

g. Komplikasi Non ST Elevasi Miokard Infark.............................38

h. Pemeriksaan Penunjang Non ST Elevasi Miokard Infark.......39

i. Penatalaksanaan Non ST Elevasi Miokard Infark...................42

B. Tinjauan Kasus Kelolaan.................................................................55

1. Pengkajian Keperawatan.............................................................55

2. Analisa Data.................................................................................69

3. Diagnosa Keperawatan...............................................................70

4. Intervensi Keperawatan...............................................................73

5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................80

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengkajian.....................................................................................81

B. Diagnosa Keperawatan.................................................................86

C. Intervensi Keperawatan.................................................................89

D. Implementasi Keperawatan...........................................................92

E. Evaluasi Keperawatan...................................................................93

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................95

B. Saran..............................................................................................96

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................97

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................98

RIWAYAT HIDUP.....................................................................................90
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan.............................................................45

Tabel 2.2 Pengkajian Keperawatan...........................................................55

Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium...............................................66

Tabel 2.4 Analisa Data...............................................................................69

Tabel 2.5 Diagnosa Keperawatan..............................................................71

Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan.............................................................72

Tabel 2.7 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan.................................77


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Organ Jantung.......................................................................11

Gambar 2.2 Arteri Coroner Normal Dan Terkena Aterosklerosis..............33

Gambar 2.3 Gelombang Ekg NSTEMI......................................................34

Gambar 2.4 Gambaran EKG.....................................................................66


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit epidemi di Amerika

Serikat. Sekitar 6 juta orang Amerika terkena beberapa penyakit

jantung atau pembuluh darah. Penyakit kardiovaskuler merupakan

penyebab kematian nomor satu di Amerika Serikat. Setiap tahunnya

hampir 1 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskuler.

Menurut American Heart Association, semakin banyak kematian yang

disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan

gabungan ketujuh penyebab kematian utama berikutnya. Hal ini

menunjukan terjadinya satu kematian akibat penyakit kardiovaskuler

setiap 33 detik. (Mozaffarian et al. 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015,

penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian nomor satu secara

global. Secara epidemiologi, pada tahun 2012 diperkirakan terdapat

17,5 juta orang yang meninggal karena penyakit kardiovaskular,

merepresentasikan 31% dari keseluruhan kematian secara global.

Dari angka kematian tersebut, di estimasikan sebanyak 7,4 juta orang

meninggal akibat penyakit jantung koroner dan 6,7 juta orang

meninggal akibat stroke. Jantung merupakan sebuah organ dalam

tubuh manusia yang termasuk dalam sistem sirkulasi. Jantung

bertindak sebagai pompa sentral yang memompa darah untuk

menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan ke seluruh


jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk

dikeluarkan dari tubuh (Andra & Yessie, 2016).

Infark miokard adalah kematian sel miokard akibat iskemia yang

berkepanjangan. Menurut WHO, Infark miokard diklasifikasikan

berdasarkan dari gejala, kelainan gambaran EKG, dan enzim jantung.

Infark miokard dapat dibedakan menjadi infark miokard dengan

Elevasi gelombang ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi

gelombang ST (NSTEMI) (Thygesen, et al, 2015)

Infark Miokard Akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke

jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di

pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut,

kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di

sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak

mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak

dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami

infark (Andrianto, Petrus. 2017).

Infark Miokard Akut merupakan salah satu manifestasi klinis dari

Sindroma Koroner Akut (SKA), Sindrom Koroner Akut sendiri

merupakan bagian dari penyakit jantung coroner (PJK) dimana yang

termasuk kedalam Sindrom Koroner Akut adalah angina pectoris tidak

stabil (Unstable Angina Pectoris/UAP), infark miokard dengan ST

Elevasi (ST Elevation Myocard Infarct (STEMI), dan infark miokard

tanpa ST Elevasi (Non ST Elevation Myocard Infarct (STEMI) (Myrtha,

2015).
Sindrom koroner akut lebih lanjut diklasifikasikan menjadi Unstable

Angina (UA), ST-segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) dan

Non ST-segment Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI). (Andrianto,

Petrus. 2017). Infark Miokard Akut Non ST Elevasi (IMA NSTEMI)

merupakan salah satu manifestasi klinis dari Sindroma Koroner Akut

(SKA) dimana terjadi oklusi sub total disertai vasokonstriksi yang

dinamis dari arteri koroner sehingga terjadi penurunan suplai oksigen

ke miokard disertai adanya ST depresi atau T inverse dan

peningkatan mark ajantung (PERKI, 2015). Yang merupakan suatu

kegawat daruratan jantung dengan morbiditas dan mortalitas

komplikasi yang masih tinggi, sehingga dapat menyebabkan kematian

mendadak bila tidak di tangani secara cepat dan tepat (O’Gara et al.

2016).

NSTEMI merupakan penyakit kardiovaskuler yang salah satunya

penyebab kecacatan dan kematian terbesar di seluruh dunia. NSTEMI

menyebabkan kematian 6%-14% dari jumlah total kematian pasien

yang disebabkan oleh SKA. (Widimsky et al. 2016) BerdasarkanStudi

yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 38% pasien

SKA merupakan pasien NSTEMI (Mozaffarian et al. 2015).

NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan

peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh

obstruksi koroner (Sudoyo, 2013). NSTEMI terjadi karena thrombosis

akut dan proses vasokonstriksi koroner. Trombosis akut diawali

dengan ruptur plak aterom yang tidak stabil. Pada lokasi ruptur plak
terdapat proses inflamasi dilihat dari jumlah makrofag dan limfosit T

(Hendriarto, 2014). Dikatakan NSTEMI bila dijumpai peningkatan

biomarkers jantung tanpa adanya gambaran ST elevasi pada EKG,

apabila tidak didapati peningkatan enzim-enzim jantung kondisi ini

disebut dengan unstable angina (UA) dan diagnosis banding diluar

jantung harus tetap dipikirkan (Hamm CW, Heeschen C, dkk, 2014).

Setiap tahunnya di Amerika Serikat 1.360.000 pasien datang

dengan SKA, 810.000 diantaranya mengalami infark miokard dan

sisanya dengan UA. Sekitar dua per tiga pasien dengan infark miokard

merupakan NSTEMI dan sisanya merupakan STEMI (Kumar A, 2014).

Angka kejadian NSTEMI lebih sering dibandingkan STEMI. Kurang

lebih tiga dari 1000 orang menderita penyakit ini, namun angka

kejadiannya berbeda-beda di tiap negara (Hamm CW, Bassand JP,

dkk, 2015).

Di Indonesia lebih dari 3 juta orang pertahun diperkirakan

mendapatkan STEMI dan lebih dari 4 juta orang mengalami NSTEMI.

Di Eropa diperkirakan insidensi tahunan NSTEMI adalah 3 dari 1000

penduduk, namun angka ini cukup bervariasi di negara-negara lain.

Angka mortalitas di rumah sakit lebih tinggi pada STEMI namun

mortalitas jangka panjang didapati dua kali lebih tinggi pada pasien-

pasien dengan NSTEMI dalam rentang 4 tahun (Hamm CW, Bassand

JP, dkk, 2015).

Berdasarkan latar belakang dan pengalaman praktik yang

ditemukan di rumah sakit, maka dari itulah penulis tertarik untuk


mengambil kasus dengan judul “Manajemen Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di Ruangan

IGD PJT RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar” sebagai karya

ilmiah akhir.

B. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam

mengaplikasikan teori asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada

gangguan system kardiovaskuler dengan kasus Non ST Elevasi

Miokard Infark (NSTEMI).

C. Tujuan Khusus

1. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

pengkajian keperawatan kegawatdaruratan pada Tn ”A” Non ST

Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di ruangan IGD PJT RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

perumusan diagnosa keperawatan kegawatdaruratan pada Tn ”A”

dengan Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di ruangan IGD

PJT RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar berdasarkan

prioritas masalah.

3. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

penyusunan intervensi keperawatan kegawatdaruratan pada Tn “A”

dengan Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di ruangan IGD

PJT RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.


4. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

implementasi keperawatan kegawatdaruratan pada Tn ”A” dengan

Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di ruangan IGD PJT

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

5. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

evaluasi keperawatan kegawatdaruratan pada Tn ”A” dengan

kasus Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di ruangan IGD

PJT RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

6. Mendapat gambaran tentang dokumentasi keperawatan yang tepat

pada Tn ”A” dengan kasus Non ST Elevasi Miokard Infark

(NSTEMI) di ruangan IGD PJT RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

D. Manfaat penulisan

1. Bagi pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya

pengembangan pengetahuan khususnya tentang pemberian

asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan gangguan system

kardiovaskuler dengan kasus Non ST Elevasi Miokard Infark

(NSTEMI).

2. Bagi tenaga kesehatan

Memberikan informasi mengenai konsep medis dan pemberian

asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan gangguan system

kardiovaskuler dengan kasus Non ST Elevasi Miokard Infark

(NSTEMI)
3. Bagi pasien/keluarga pasien

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah

penetahuan tentang NSTEMI dan menambah pengalaman dalam

menangani NSTEMI.

4. Bagi penulis

Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi penulis untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan kepada

pasien-pasien dengan gangguan system kardiovaskuler khususnya

pasien dengan kasus ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI).

E. Sistematika penulisan

Untuk mendapatkan gambaran secara singkat dan menyeluruh

mengenai isi laporan, maka penulis memberikan sistematika uraian

sebagai berikut :

1. Tempat, waktu pelaksanaan pengambilan kasus

a. Tempat

Tempat pengambilan kasus di ruang instalasi gawat darurat IGD

PJT RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

b. Waktu

Waktu pelaksanaan pengambilan kasus dimulai dari tanggal 08

Oktober 2019.

2. Tehnik pengumpulan data


Tehnik pengumpulan data untuk manajemen asuhan keperawatan

di ruang gawat darurat dilakukan dengan melakukan pengkajian

mulai dengan wawancara kepada pasien maupun keluarga pasien

secara langsung. Pengkajian primer dengan menggunakan

pengkajian (Airway), (Breathing), (Circulation), (Disability), dan

(exposure). Dan pengkajian sekunder menggunakan metode head

to toe, dan untuk data penunjang pengumpulan data dilihat dari

hasil pemeriksaan EKG, hasil Ekhokardiogram dan hasil

pemeriksaan laboratorium.
BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Medis

a. Definisi Non ST Elevasi Miokard Infark

Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya

ketidakseimbangan permintaan dan suplai oksigen ke

miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri koroner

akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang

bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversible

pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia, 2016).

Non-ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI) adalah oklusi

sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan

miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.

Infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa

elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction /

NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard

dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial infarction

/ STEMI). NSTEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi

segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat

erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur plak ateroma

menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan


oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya

tidak menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri koroner

b. Anatomi Fisiologi Jantung

1) Anatomi jantung

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat

buah ruang yang terletak di rongga dada, di bawah

perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.

Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis

disebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding

tebal disebut ventrikel (bilik) (Muttaqin, 2014).

Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian

atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis

kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks

kordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah depan

(kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari

pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya

terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari

dibawah papilla mamae.Ukurannya lebih kurang sebesar

genggaman tangan kanan dan beratnya kirakira 250-300

gram (PERKI, 2015).


Gambar 1.1 Anatomi jantung

Fungsi jantung adalah memompa darah kejaringan,

menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut

karbondioksida dan sisa hasil metabolisme. Terdapat dua

pompa jantung terletak sebelah kanan dan kiri. Hasil

keluaran jantung kanan didistribusikan seluruhnya ke paru

melalui arteri pulmonalis, dan hasil keluaran jantung kiri

seluruhnya di distribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.

Kedua pompa tersebut menyemburkan darah secara

bersamaan dengan kecepatan keluaran yang sama. Kerja

pompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi

ritmik dan dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik),


kamar jantung menjadi lebih kecil karena darah disemburkan

keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung (diastolik), bilik

jantung akan terisi darah sebagai persiapan untuk

penyemburan berikutnya. Jantung dewasa normalnya 50-80

x/menit, menyemburkan darah sekitar 70 ml dari kedua

ventrikel tiap detak, dan hasil keluaran totalnya 5 L/menit.

a) Lapisan selaput jantung

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut

lapisan pericardium, dimana lapisan pericardium ini

dibagi menjadi 3 lapisan. Lapisan Fibrosa, yaitu lapisan

paling luar pembungkus jantung yang melindungi jantung

ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan fibrosa

bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan

bagian dinding dalam sternum rongga thorax, di samping

itu lapisan fibrosa ini termasuk penghubung antara

jaringan, khususnya pembuluh darah besar yang

menghubungkan dengan lapisan ini.Kedua, lapisan

parietal yaitu bagian dalam dinding lapisan fibrosa.

Ketiga, lapisan visceral, lapisan perikardium yang

bersentuhan dengan lapisan luar dari otot jantung atau

epikardium. Diantara lapisan parietal dan visceral

terdapat ruangan yang berisi cairan perikardium. Cairan

ini berfungsi untuk menahan gesekan. Banyaknya cairan


pericardium ini antara 15-50 ml, dan tidak boleh kurang

atau lebih karena akan mempengaruhi kerja jantung.

b) Lapisan otot jantung

Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan jaringan yaitu

epikardium, miokardium, dan endocardium bagian dalam.

Fungsi epikardium luar sebagai lapisan pelindung terluar,

yang mencakup kapiler darah, kapiler getah bening, dan

serabut saraf. Hal ini mirip dengan pericardium visceral,

dan terdiri dari jaringan ikat tertutup oleh epitel (jaringan

membrane yang meliputi organ internal dan permukaan

internal lain dalam tubuh. Lapisan dalam yang disebut

miokardium, yang merupakan bagian utama dari dinding

jantung, terdiri dari jaringan otot jantung. Jaringan ini

bertanggung jawab untuk kontraksi jantung, yang

memfasilitasi memompa darah. Disini, serat otot

dipisahkan dengan jaringan ikat yang kaya di sertakan

dengan kapiler darah dan serabut saraf. Lapisan dalam

disebut endocardium, dibentuk dari jaringan epitel dan

ikat yang mengandung banyak serat elastis dan kolagen

(kolagen adalah protein utama jaringan ikat).Jaringan

jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan serat otot

jantung khusus yang di sebut serabut purkinje.


c) Katup jantung

Katup jantung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup

yang menghubungkan antara atrium dengan ventrikel

dinamakan katup atrioventrikuker, sedangkan katup yang

menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal

dinamakan katup seminular. Katup antrioventrikuler terdiri

dari katup tricuspid yaitu katup yang menghubungkan

antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan

dengan katup mitral atau bicuspid. Katup semilunar terdiri

dari katup pulmonal, katup semilunar yang lain

menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence

aorta yaitu katup aorta. Katup berfungsi mencegah aliran

darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah

kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau

diastolic. Tiap bagian daun katup jantung di ikat oleh

chordae tendinea sehingga pada saat kontarksi daun

katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang

bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan

dengan otot yang disebut muskulus papilaris.

d) Bilik jantung

Jantung manusia memiliki 4 ruang, ruang atas dikenal

sebagai atrium kiri dan kanan, dan ruang bawah disebut

ventrikel kiri dan kanan. Dua pembuluh darah yang

disebut vena kava superior dan vena kava inferior,


masing-masing membawa darah teroksigenasi ke atrium

kanan dari bagian atas dan bagian bawah tubuh.Atrium

kanan memompa darah ini ke ventrikel kanan melalui

katup tricuspid. Ventrikel kanan memompa darah ini

melalui katup pulminal ke arteri pulmonalis, yang

membawanya ke paru-paru (untuk mendapatkan kembali

oksigen). Atrium kiri menerima darah ini melalui katup

bicuspid atau mitral.Ventrikel kiri memompa darah ini

melalui katup ke aorta ke berbagai bagian tubuh melalui

aorta, yang merupakan pembuluh darah terbesar dalam

tubuh.Otot-otot jantung juga disertakan dengan darah

beroksigen melalui arteri coroner.Atrium dengan

berdinding tipis, dibandingkan dengan ventrikel. Ventrikel

kiri adalah yang terbesar dari empat bilik jantung dan

dindingnya memiliki ketebalan setengah inci.

e) Arteri koroner

Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab

dengan jantung, karena darah bersih yang kaya akan

oksigen dan elektrolit sangat penting agar jantung bisa

bekerja sebagaimana fungsinya. Apabila arteri coroner

mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau yang

disebut dengan iskemia, ini akan menyebabkan

terganggunya fungsi jantung. Apalagi arteri coroner

mengalami sumbatan total atau yang disebut dengan


serangan jantung mendadak atau miokardiac infarction

dan bisa menyebabkan kematian. Begitupun apabila otot

jantung dibiarkan dalam keadaan iskemia, ini juga akan

berujung dengan serangan jantung juga atau miokardiac

infarction Arteri koroner adalah cabang pertama dari

sirkulasi sistemik, dimana muara arteri coroner berada

dekat dengan katup aorta atau tepatnya di sinus valsava.

Arteri coroner dibagi dua, yaitu :

a. Arteri koroner kiri

Arteri coroner kiri memiliki 2 cabang yaitu LAD (Left

Anterior Desenden) dan LCX (left Cirkumplex). Kedua

arteri ini melingkari jantung dalam dua letak anatomis

ekterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus

atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara

atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus

interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel.

Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan

posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung

yang sangat penting yaitu kruks jantung.Nodus AV

berada pada titik ini. Arteri LAD bertanggung jawab

untuk mensuplai darah untuk otot ventrikuler kiri dan

kanan, serta bagian interventrikuler septum. Arteri

LCX bertanggung jawab untuk mensuplai 45% darah


untuk atrium kiri dan ventrikel kiri, 10% bertanggung

jawab mensuplai SA Node.

b. Arteri koroner kanan

Arteri coroner kanan bertanggung jawab mensuplai

darah ke atrium kanan, ventrikel kanan, permukaan

bawah dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV

Node, dan 55% mensuplai SA Node.

f) Pembuluh dasar besar jantung

Ada beberapa pembuluh besar yang perlu diketahui,

yaitu :

1) Vena kava superior, yaitu vena besar yang membawa

darah kotor dari bagian atas diafragma menuju atrium

kanan

2) Vena kava inferior, yaitu vena besar yang membawa

darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium

kanan.

3) Sinus coronary, yaitu vena besar di jantung yang

membawa darah kotor dari jantung sendiri.

4) Pulmonary trunk, yaitu pembuluh darah besar yang

membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri

pulmonalis

5) Artery pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan

kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk

ke kedua paru-paru.
6) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan

kiri yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru

ke atrium kiri.

7) Assending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang

membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus

aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan

organ tubuh bagian atas.

8) Desending aorta, yaitu bagian aorta yang membawa

darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ

tubuh bagian bawah.

2) Fisiologi jantung

a) Hemodinamika jantung

Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung

banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh

mengalir melalui dua vena terbesar (vena kava) menuju

ke atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, ia

akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan melalui

katup trikuspidalis. Darah dari ventrikel kanan akan

dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri

pulmonalis menuju ke paru paru. Darah akan mengalir

melalui pembuluh darah yang sangat kecil (pembuluh

kapiler) yang mengelilingi kantong udara diparu-paru,

menyerap oksigen, melepaskan karbondiokasida dan

selanjutnya di alirkan kembali kej antung. Darah yang


kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis

menuju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian

kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi

pulmoner karena darah di alirkan ke paru-paru. Darah

dalam atrium kiri akan di dorong menuju ventrikel kiri

melalui katup bikuspidalis/ mitral, yang selanjutnya akan

memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk

ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya

akan oksigen ini disirkulasikan ke seluruh tubuh, kecuali

paru-paru.

b) Siklus jantung

Secara umum, siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian

besar, yaitu :

1) Systole atau kontaksi jantung

2) Diastole atau relaksasi atau ekpansi jantung Secara

spesifik, siklus jantung dibagi menjadi 5 fase yaitu :

a) Fase ventrikel filling

b) Fase Atrial Contraction

c) Fase Isovolumetric Contraction

d) Fase Ejection

e) Fase Isovolumetric Relaxation

Perlu anda ingat bahwa siklus jantung berjalan

secara bersamaan antara jantung kanan dan jantung kiri,

dimana satu siklus jantung – 1 denyut jantung = 1 beat


EKG 9 P,Q,R,S,T) hanya membutuhkan waktu kurang

dari 0,5 detik.

a) Fase Ventrikel Filling

Sesaat setelah kedua atrium menerima darah dari

masing-masing cabangnya, dengan demikian akan

menyebabkan tekanan di kedua atrium naik

melebihi tekanan di kedua ventrikel. Keadaan ini

akan menyebabkan terbukanya katup

atrioventrikuler, sehingga darah secara pasif

mengalir ke kedua ventrikel secara cepat karena

pada saat ini kedua ventrikel dalam keadaan

relaksasi/ diastolic sampai dengan aliran darah

pelan seiring dengan bertambahnya tekanan di

kedua ventrikel. Proses ini dinamakan dengan

pengisian ventrikel atau ventrikel filling. Perlu anda

ketahui bahwa 60% sampai 90% total volume

darah di kedua ventrikel berasal dari pengisian

ventrikel secara pasif. Dan 10% sampai 40%

berasal dari kontraksi kedua atrium.

b) Fase atrial contraction

Seiring dengan aktivitas jantung yang

menyebabkan kontraksi kedua atrium, dimana

setelah terjadi pengisian ventrikel secara pasif,

disusul pengisian ventrikel secara aktif yaitu


dengan adanya kontraksi atrium yang

memompakan darah ke ventrikel atau yang kita

kenal dengan “ atrial kick”. Dalam grafik EKG akan

terekam gelombang P. proses pengisian ventrikel

secara keseluruhan tidak mengeluarkan suara,

kecuali terjadi patologi pada jantung yaitu bunyi

jantung 3 atau cardiac murmur.

c) Fase Isovolumetric Contaction

Pada fase ini, tekanan di kedua ventrikel berada

pada puncak tertinggi tekanan yang melebihi

teknanan di kedua atrium dan sirkulasi sistemik

maupun sirkulasi pulmonal. Bersamaan dengan

kejadian ini, terjadi aktivitas listrik jantung di

ventrikel yang terekam pada EKG yaitu kompel

QRS atau depolarisasi ventrikel.

Keadaan kedua ventrikel ini akan

menyebabkan darah mengalir balik ke atrium yang

menyebabkan darah mengalir ke atrium yang

menyebabkan penutupan katup atrioventrikuler

untuk mencegah aliran balik darah tersebut.

Penutupan katup atrioventrikuler akan

mengeluarkan bunyi jantung satu (S1) atau sistolik.

Periode waktu antara penutupan katup AVsampai

sebelum pembukaan katup semilunar dimana


volume darah di kedua ventrikel tidak berubah dan

semua katup dalam keadaan ertutup, proses ini di

namakan dengan fase isovolumetrik contaction.

d) Fase Ejection

Seiring dengan besarnya tekanan di ventrikel akan

menyebabkan kontaksi kedua ventrikel membuka

katup semilunar dan memompa darah dengan

cepat melalui cabangnya masing-masing.

Pembukaan katup semilunar tidak mengeluarkan

bunyi. Bersamaan dengan kontraksi ventrikel,

kedua atrium akan di isi oleh masing-masing

cabangnya.

e) Fase Isovolumetrik Relaxation

Setelah kedua ventrikel memompakan darah,

maka tekanan di kedua ventrikel menurun atau

relaksasi sementara tekanan di sirkulasi sistemik

da sirkulasi pulmonal meningkat. Keadaan ini akan

menyebabkan aliran darah balik kekedua ventrikel,

untuk itu katup semilunar akan menutup untuk

mencegah aliran darah balik ke ventrikel.

Penutupan katup semiluanar mengeluarkan bunyi

jantung dua (S2) atau diastolic. Proses relaksasi

ventrikel akan terekam dalam EKG dengan

gelombang T, pada saat ini juga aliran darah ke


arteri coroner terjadi. Aliran balik dari sirkulasi

sitemik dan pulmonal ke ventrikel juga ditandai

dengan adanya “dicroric notch”.

1) Total volume darah yang terisi setelah fase

pengisian ventrikel secara pasif maupun aktif

(fase ventrikel filling dan fase atrial contraction)

disebut dengan End Diastolic Volume (EVD)

2) Total EVD di ventrikel kiri (LVEDV) sekitar 120

ml.

3) Total sisa volume dara di ventrikel kiri setelah

kontaksi / sistolik disebut End Systolic Volume

(ESV) sekitar 50 ml.

4) Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara

EVD dengan ESV adalah 70 ml atau diienal

dengan stroke volume. (EDV-ESV=Stroke

Volume) (120-50=70).

c) System Listrik Jantung

Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama

akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri. Hal ini

disebabkan karena jantung memiliki mekanisme aliran

listrik sendiri guna berkontraksi atau memompa dan

berelaksasi. Potensial aksi ini dicetuskan oleh nodus

nodud pacemaker yang terdapat di jantung dan

dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit seperti K+,


Na+, dan Ca+ gangguan terhadap kadar elektrolit

tersebut di dalam tubuh dapat mengganggu mekanisme

aliran listrik jantung. Sumber listrik jantung adalah SA

Node (Nodus Sinoatrial).

Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung

menyebar ke jaringan di sekitar jantung dan dihantarkan

melalui cairan-cairan tubuh. Sebagian kecil aktivitas

listrik ini mencapai permukaan tubuh dan dapat dideteksi

menggunakan alat khusus. Rekaman aliran listrik jantung

disebut dengan elektrokardigram atau EKG. EKG adalah

rekaman mengenai aktivitas listrik di cairan tubuh yang

dirangsang oleh aliran listrik jantung yang mencapai

permukaan tubuh. Berbagai komponen pada rekaman

EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai proses

spesifik di jantung.EKG dapat digunakan untuk

mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal,

gangguan irama jantung, serta kerusakan otot jantung.

Hal ini disebabkan karena aktivitas listrik akan memicu

aktivitas mekanis sehingga kelainan pola listrik biasanya

akan disertai dengan kelainan mekanis atau otot jantung

sendiri.

d) Curah jantung

Cardiac Output adalah volume darah yang dipompa

oleh tiaptiap ventrikel per menit (bukan jumlah total

darah
yang dipompa oleh jantung). Selama setiap perode

tertentu, volum darah yang mengalir melalui sirkulasi

sitemik.Dengan demikian, curah jantung dari kedua

ventrikel dalam keadaan normal identic, walaupun

apabila diperbandingkan denyut demi denyut, dapat

terjadi variasi minor. Dua faktor yang mempengaruhi

kardiak output adalah kecepatan denyut jantung (denyut

permenit) dan voume sekuncup (volume darah yang

dipompa perdenyut). Curah jantung merupakan faktor

utama yang harus diperhitungkan dalam sirkulasi, karena

curah jantung mempunyai peranan penting dalam

transportasi darah yang memasok berbagai nutrisi curah

jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh

venrtikel selama satu menit.Nilai normal pada orang

dewasa adalah 5 L/menit.

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang

disemburkan setiap denyut, maka curah jantung dapat

dipengaruhi oleh perubahan volume sekuncup maupun

frekuensi jantung.Frekuensi jantung istirahat pada orang

dewasa rata-rata 0 sampai 80 denyut/menit dan rata-rata

volume sekuncup 70 ml/denyut. Perubahan frekuensi

jantung dapat terjadi akibat kontrol reflex yang di mediasi

oleh system saraf otonom, meliputi bagian simpatis dan

parasimpatis. Impuls parasimpatis, yang berjalan ke


jantung melalui nervus vagus, dapat memperlambat

frekuensi jantung, sementara impuls simpatis

meningkatka. Efeknya terhadap frekuensi jantung

berakibat mulai dari aksi pada NOdus SA untuk

meningkatkan maupun menurunkan kecepatan

depolarisasi intrinsiknya, keseimbangan anatara kedua

reflex tadi mengontrol system yang normalnya

menentukan frekuensi jantung. Frekuensi jantung

dirangsang juga oleh pengingkatan kadar katekolamin

(yang disekresikan oleh kelenjar adrenal) dan oleh

adanya kelebihan hormone tiroid yang menghasilkan efek

menyerupai katekolamin.

Volume sekuncup jantung ditentukan oleh tiga factor :

a) Kontrakstilitas Intrinsik Otot Jantung adalah istilah

yang digunakan untuk menyatakan tenanga yang

dapat dibangkitkan oleh kontraksi miokardium pada

kondisi tertentu.Kontraksi ini dapat meningkat akibat

aktekolamin yang berdar, aktivitas daraf simpatis dan

berbagai obat seoerti digitalis serta dapat menurun

akibat hipoksemia dan sidosis, peningkatan

kointraktilitas dapat terjadi pada peningkatan volume

sekuncup.

b) Derajat peregangan otot jantung sebelum kontraksi

(preload) Preload merupakan tenaga yang


menyebabkan otot ventrikel meregang sebelum

mengalami eksitasi dan kontraksi.Preload ventrikel

ditentukan oleh volum darah dalam ventrikel pada

akhir diastolic.Semakin besar preload, semakin besar

volume sekuncupnya, sampai pada titik dimana otot

sedemikian teregangnya dan tidak mampu

berkontraksi lagi. Hubungan antara peningjatan

volume akhir diastolic ventrikel pada kontraktilitas

intrinsik tertentu dinamakan hokum starling jantung,

yang didasarkan pada kenyataan bahwa semakin

besar pula derajat pemendekan yang akan terjadi.

Akibatnya terjadi peningkatan interkasi antara

sarkomer filament tebal dan tipis.

c) Tekanan yang harus dilawan otot jantung untuk

menyeburkan darah selama kontaksi (afterload)

Afterload adalah suatu tekanan yang harus dilawan

ventrikel untuk menyemburkan darah. Tahanan

terhadap ejeksi ventrikel kiri dinamakan tahanan

vaskuler sitemik. Tahanan oleh tekanan pulmonal

terhadap ejeksi ventrikel dinamakan tahanan vaskuler

pulmonal. Peningkatan afterload akan mengakibatkan

penurunan volume sekuncup.


c. Klasifikasi Non ST Elevasi Miokard Infark

Ada beberapa jenis infark miokardial yang saling berkaitan

dengan morfologi, patogenisis, dan penampakan klinis yang

cukup berbeda.

1) Infark Transmural

Infark yang mengenai seluruh tebal dinding ventrikel.

Biasanya disebabkan oleh aterosklerosis koroner yang

parah, plak yang mendadak robek dan trombosis oklusif

yang superimposed.

2) Infark Subendokardial

Terbatas pada sepertiga sampai setengah bagian dalam

dinding ventrikel yaitu daerah yang secara normal

mengalami penurunan perfusi.

3) NSTEMI

Infark miokard akut tanpa elevasi ST. Disebabkan oleh

suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen

miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.

Gejala yang di timbulkan yaitu:

Nyeri dada dengan lokasi khas atau kadang kala

diepigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti

diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat

atau tertekan.
4) STEMI

Infark miokard akut dengan elevasi ST. Disebabkan oleh

aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah

oklusi trombus pada plak arteosklerosis yang sudah ada

sebelumnya.

Gejalanya yang ditimbulkan yaitu:

a) Plak arteriosklerosis mengalami fisur

b) Rupture atau ulserasi

Jika kondisi local atau sistemik akan memicu

trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada

lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.

d. Etiologi Non ST Elevasi Miokard Infark

Rilantono (1996) dalam Aspiani 2014, mengatakan sumber

masalah sesungguhnya hanya terletak pada penyempitan

pembuluh darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan ini

diakibatkan oleh empat hal, meliputi:

1) Adanya timbunan lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh

darah akibat konsumsi kolesterol tinggi

2) Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus)

3) Vasokontriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat

kejang yang terus menerus.

4) Infeksi pada pembuluh darah

Wasid (2007) dalam Aspiani (2015) menambahkan mulai

terjadinya NSTEMI dipengaruhi oleh beberapa keadaan,


yaitu aktivitas atau latihan fisik yang berlebihan (tidak

terkondisikan), stres emosi, terkejut, udara dingin. Keadaan

tersebut ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas

simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar

jantung meningkat, dan kontraktilitas jantung meningkat.

Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) merupakan

komplikasi akibat penumpukan plak di arteri (aterosklerosis

koroner). Aterosklerosis merupakan penyempitan arteri

terjadi karena kelebihan kolesterol dan adanya peradangan.

Tahap awal penyakit ini dimulai dengan sebuah

plakaterosklerotik atau ateroma. Plak yang terutama terdiri

dari lemak menyebabkan arteri menyempit sehingga darah

sulit mengalir akibatnya jantung tidak dapat memompa cukup

darah kaya oksigen ke seluruh tubuh sehingga

menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung.

Sebagian besar kasus NSTEMI terjadi ketika permukaan

plak di arteri pecah sehingga menyebabkan terbentuknya

bekuan darah. Kombinasi dari penumpukan plak dan bekuan

darah secara dramatis membatasi jumlah darah yang

mengalir ke otot jantung. Jika aliran darah ke jantung

menjadi sangat berkurang, maka serangan jantung akan

terjadi (Bernard, et al, 2016)

Faktor risiko yang mempercepat terjadinya NSTEMI

adalah sebagai berikut:


a) Hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) terkadang tidak

dirasakan gejalanya. Terkadang penderitanya

merasakan kaku di tengkuk atau pusing dikepala.

Terkadang penderita hipertensi juga merasakan bunyi

“nging” ditelinga, terasa bingung atau mimisan. Memang

ada banyak kasus hipertensi yang tidak terasa gejalanya

dan tiba – tiba penderita hipertensi sudah terlanjur

mengalami stroke, serangan jantung atau kerusakan

tubuh lainnya. Orang yang mempunyai tekanan darah

tinggi berisiko mengalami penyakit jantung, dan bahkan

stroke. Hal ini dikarenakan tekanan darah tinggi

membuat jantung bekerja dengan berat sehingga lama

kelamaan jantung juga kecapaian dan sakit. Bahkan jika

ada sumbatan di pembuluh darah koroner jantung

maupun darah yang lain, tekanan darah tinggi akan

berakibat pada pecahnya pembuluh darah.

b) Kolesterol

Kolesterol yang tinggi merupakan faktor risiko

terjadinya NSTEMI. Kolesterol merupakan zat yang

dibutuhkan oleh tubuh, namun bukan dalam jumlah yang

banyak. Kolesterol berasal dari makanan yang

dikonsumsi sehari – hari misalnya minyak, makanan

yang digoreng, emak hewan dan lain – lain. Kelebihan


makanan yang mengandung kolesterol dapat

menyebabkan kolesterol dalam darah menjadi tinggi, dan

tidak baik bagi jantung.

Apabila kadar kolesterol LDL pada angka di atas 160

mg/dl, maka dapat dikatakan bahwa kadar kolesterol

LDL berada pada level tinggi. LDL yang tinggi inilah yang

lama kelamaan akan menyebabkan terbentuknya plak

atau penyumbatan pada pembuluh darah. Apabila

penyumbatan yang parah sudah terjadi maka jantung

akan merasakan nyeri dada.

Berbeda dengan kolesterol LDL yang jika semakin

rendah akan semakin normal, maka kadar kolesterol

HDL bisa dikatakan normal (baik bagi jantung) jika ia

semakin tinggi (di atas 60 mg/dl). Hal ini dikarenakan

HDL merupakan kolesterol yang baik sehingga harus

dijaga agar kadarnya tetap tinggi sehingga dapat

melindungi jantung. Adapun kolesterol total harus dijaga

kadarnya di bawah angka 200 mg/dl (Arief Muttaqin,

2016).

c) Kelebihan berat badan atau obesitas

Kelebihan berat badan merupakan potensi untuk

gangguan kesehatan. Berdasarkan penelitian orang

dengan kelebihan berat badan berisiko mengalami

serangan jantung. Selain itu kelebihan berat badan


berisiko untuk terjadinya kadar kolesterol yang tinggi dan

penyakit diabetes. Semakin gemuk seseorang semakin

tinggi pula kandungan lemak dalam tubuh. Kelebihan

berat badan juga mengakibatkan sensitivitas insulin (zat

pengontrol gula darah) menurun sehingga kadar gula

darah yang tidak terkendali sering terjadi pada orang

yang terlalu gemuk. Gula darah yang tinggi inilah yang

disebut dengan penyakit gula(diabetes). Penyakit gula

merupakan salah satu penyakit yang banyak

menimbulkan komplikasi, salah satunya menimbulkan

komplikasi penyakit jantung (Arief Muttaqin, 2016).

Gambar 1.2 Arteri coroner normal dan terkena aterosklerosis


e. Patofisiologi Non ST Elevasi Miokard Infark

Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) dimulai pada saat

plak aterosklerotik terganggu. Plak pada arteri koroner tersebut

merangsang agregasi trombosit dan pembentukan trombus.

Pembentukan trombus yang terjadi di pembuluh darah koroner

dapat mencegah perfusi miokard. Sel miokard membutuhkan

oksigen dan adenosin 5b-triphosphate (ATP) untuk menjaga

kontraktilitas dan stabilitas listrik yang dibutuhkan untuk kondisi

normal. Sel miokard yang kekurangan oksigen akan

menyebabkan metabolisme anaerob, produksi ATP berkurang

dan menyebabkan kegagalan pompa sodium-potassium dan

kalsium dan akumulasi ion hidrogen dan laktat yang dihasilkan

dalam asidosis. Pada saat ini terjadilah infark dan kematian sel.

Selama fase iskemik, sel menunjukkan metabolisme aerob

danmetabolisme anaerob. Jika perfusi miokard terus menurun,

mengakibatkan terhentinya metabolisme aerob dan

metabolisme anaerob juga menurun. Tahap ini merupakan

tahap cidera. Jika perfusi tidak dipulihkan dalam waktu sekitar

20 menit, miokard akan nekrosis dan menyebabkan kerusakan

yang ireversibel.

Dampak dari kontraktilitas miokard yaitu terjadinya

penurunan curah jantung, membatasi perfusi ke organ vital dan

jaringan perifer dan akhirnya akan menimbulkan tanda dan

gejala syok. Manifestasi klinis meliputi perubahan pada tingkat


kesadaran, sianosis, kulit dingin dan lembab, hipotensi,

takikardi, dan penurunan output urin. Pasien yang pernah

mengalami miokard infark akan berisiko terkena syok

kardiogenik. Diawali dari penurunan curah jantung dan

penurunan tekanan darah akan merangsang pelepasan hormon

epinefrin dan norephinephrine yang dalam tubuh berusaha

mengimbangi peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan

afterload yang menyebabkan kebutukan oksigen pada miokard

meningkat. Seiring meningkatnya permintaan oksigen ke

miokard mengakibatkan waktu suplai oksigen ke otot jantung

menurun dan jaringan yang iskemik bisa menjadi nekrotik.

Curah jantung yang rendah juga menyebabkan penurunan

perfusi ginjal yang merangsang pelepasan renin dan

angiotensin dan menyebabkan vasokonstriksi. Selain itu,

pelepasan hormon aldosteron dan antidiuretik meningkatkan

reabsorbsi natrium dan air, meningkatkan preload dan akhirnya

beban kerja miokardium meningkat. Iskemia menurunkan

kemampuan miokardium untuk berkontraksi secara efisien. Oleh

karena itu pada pasien dengan NSTEMI, peningkatan preload

mempercepat ketegangan pada miokardium yang kekurangan

oksigen dan menurunkan curah jantung lebih lanjut dan

menyebabkan pasien gagal jantung. Obat–obatan seperti

nitrogliserin, morfin, dan b-blocker bertindak untuk mengurangi


preload bersamaan dengan penghambat enzim pengubah

angiotensin (ACE) (Bernard, et al, 2016).

NSTEMI adalah manifestasi akut dari plak ateroma

pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini

berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan

tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan

diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur

koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white

thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah

koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi

mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih

distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang

menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan

aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner

menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang

berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan

miokardium mengalami nekrosis (infark miokard). Infark miokard

tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah

koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang

dinamis dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis

jaringan otot jantung (miokard). Akibat dari iskemia, selain

nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena

proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang),

distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran


dan fungsi ventrikel).Sebagian pasien ACS tidak mengalami

koyak plak seperti diterangkan di atas. Pasien mengalami

NSTEMI karena obstruksi dinamis akibat spasme lokal dari

arteri koronaria epikardial. Penyempitan arteri koronaria, tanpa

spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak

atau restenosis setelah Intervensi Koroner Perkutan

(IKP).Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia,

tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus

terjadinya NSTEMI pada pasien yang telah mempunyai plak

aterosklerosis (PERKI, 2015).

f. Manifestasi Klinis Non ST Elevasi Miokard Infark

Tanda dan gejala miokard infark menurut Kasron (2015),

adalah:

1) Nyeri Dada

Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, Nyeri dada yang

terjadi secara mendadak atau spontan dan terus-menerus

tidak mereda, biasanya di atas region sterna bawah dan

abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama. Nyeri

dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan

keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya

nyeri dada menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke

epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang

terasa hanya sedikit.


2) Sesak Nafas

Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak

tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, di samping itu

perasaan cemas bisa menimbulkan hiperventilasi. Pada

infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan

tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.

3) Gejala Gastrointestinal

Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan

muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan

stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa

menyebabkan cegukan.

4) Gejala Lain

Termasuk palpitasi, rasa pusing atau sinkop dari aritmia

ventrikel dan gelisah.

g. Komplikasi Non ST Elevasi Miokard Infark

1) Syok kardiogenik

Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel

kiri yang mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu

mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan

penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada syok

kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut

adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada

ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel karena


ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen

miokardium.

2) Edema paru

Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema

dimana saja didalam tubuh. Faktor apapun yang

menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari batas

negative menjadi batas positif. Penyebab kelainan paru

yang palingumum adalah:

a) Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan

akibat peningkatan tekanan kapiler paru danmembanjiri

ruang interstitial dan alveoli.

b) Kerusakan pada membrane kapiler paru yang

disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia atau

terhirupnya bahan - bahan yang berbahaya seperti gas

klorin atau gas sulfur dioksida. Masing-masing

menyebabkan kebocoran protein plasma dan cairan

secara cepat keluar dari kapiler.

h. Pemeriksaan Penunjang Non ST Elevasi Miokard Infark

1) Biomarker Jantung :

a) Troponin T dan Troponin I

Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai

peranan yang sangat penting pada diagnostik, stratifikasi

dan pengobatan penderita Sindroma Koroner Akut (SKA).

Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas


99% dalam mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan

yang minimal sekalipun (mikro infark). Sedangkan

troponin I memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan troponin T

dengan troponin I:

1) Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton,

suatu komponen inhibitorik yang berfungsi mengikat

aktin.

2) Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton

yang berfungsi mengikat tropomiosin.

b) EKG (T Inverted dan ST Depresi)

Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T

Inverted dan ST depresi yang menunjukkan adanya

iskemia pada arteri koroner. Jika terjadi iskemia,

gelombang T menjadi terbalik (inversi), simetris, dan

biasanya bersifat sementara (saat pasien simptomatik).

Bila pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan

miokardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-MB

(creatine kinase-myoglobin) maupun troponin yang tetap

normal, diagnosisnya adalah angina tidak stabil. Namun,

jika inversi gelombang T menetap, biasanya didapatkan

kenaikan kadar troponin, dan diagnosisnya menjadi

NSTEMI. Angina tidak stabil dan NSTEMI disebabkan

oleh thrombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat


mengalami reperfusi spontan), atau oklusi yang dapat

dikompensasi oleh sirkulasi kolateral yang baik.

Gambar 1.3 Gelombang Ekg NSTEMI

2) Echo Cardiografi pada Pasien Non-ST Elevasi Miokardial

Infark

a) Fraksi Ejeksi

Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel

ke aorta. Freksi pada prinsipnya adalah presentase dari

selisih volume akhir diastolik dengan volume akhir sistolik

dibagi dengan volume akhir diastolik. Nilai normal > 50%.

Dan apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak normal.

b) Angiografi koroner (Coronari angiografi)

Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner.

Apabila pasien mengalami derajat stenosis 50% pada

pasien dapat diberikan obat-obatan. Dan apabila pasien


mengalami stenosis lebih dari 60% maka pada pasien

harus di intervensi dengan pemasangan stent.

i. Penatalaksanaan Non ST Elevasi Miokard

Infark Penatalaksanaan Medik

Harus Istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG

guna pemantauan segmen ST dan irama jantung. Empat

komponen utama terapi yang harus dipertimbangkan pada

setiap pasien NSTEMI yaitu:

1) Terapi antiiskemia

2) Terapi anti platelet/antikoagulan

3) Terapi invasive (kateterisasi dini/revaskularisasi)

4) Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sudah perawatan

RS

Penatalaksanaan Keperawatan

1) Pengkajian

a) Pengkajian persistem :

1) B1: Breath

Sesak nafas, apnea, eupnea, takipnea.

2) B2: Blood

Denyut nadi lemah, nadi cepat, teratur/tidak teratur,

EKG Aritmia, Suara jantung bisa tidak terdengar pada


VF. Tekanan darah sukar / tidak dapat diukur/ normal,

Saturasi oksigen bisa menurun < 90%.

3) B3: Brain

Menurunnya/hilangnya kesadaran, gelisah,

disorientasi waktu, tempat dan orang.

4) B4: Bladder

Produksi urine menurun, warna urine lebih pekat dari

biasanya, oliguria, anuria.

5) B5: bowel

Konstipasi.

6) B6: Bone

Perfusi dingin basah pucat, CRT > 2 detik, diaforesis,

kelemahan.

b) Keluhan Utama Pasien:

1) Kualitas Nyeri Dada : seperti terbakar, tercekik, rasa

menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang

berat.

2) Lokasi dan radiasi : retrosternal dan prekordial kiri,

radiasi menurun ke lengan kiri bawah dan pipi, dagu,

gigi, daerah epigastrik dan punggung.

3) Faktor pencetus : mungkin terjadi saat istirahat atau

selama kegiatan.

4) Lamanya dan faktor-faktor yang meringankan :

berlangsung lama, berakhir lebih dari 20 menit, tidak


menurun dengan istirahat, perubahan posisi ataupun

minum Nitrogliserin.

5) Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah

sehubungan dengan keringatan, dispnea, pening,

tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual,

muntah, pingsan, kulit dingin dan lembab, cekukan

dan stres gastrointestinal, suhu menurun.

6) Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali

dalam tanda-tanda gagalnya ventrikel atau

kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau

menurun, takipnea, mula-mula pain reda kemudian

kembali normal, suara jantung S3, S4 Galop

menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M.

Papillari disfungsi, LV disfungsi terhadap suara

jantung menurun dan perikordial friksin rub, pulmonary

crackles, urin output menurun, Vena jugular

amplitudonya meningkat ( LV disfungsi ), RV

disfungsi, ampiltudo vena jugular menurun, edema

periver, hati lembek.

7) Parameter Hemodinamik : penurunan PAP, PCWP,

SVR, CO/ CI.

2) Diagnosa Keperawatan

a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan

perubahan kontraktilitas miokardial


b) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan

terhadap sumbatan arteri

c) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan:

iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan/

penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria

d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

e) Resiko jatuh berhubungan dengan hambatan mobilitas

fisik, penurunan kekuatan ekstremitas

3) Intervensi keperawatan

Tabel 1.1 Intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI

KEPERAWATAN HASIL (NOC) KEPERAWATAN (NIC)

1. Domain 4 : Setelah dilakukan Perawatan jantung :

Aktivitas/Latihan tindakan keperawatan 1. Kaji dan

Kelas 4 : Respons selama 1x8 jam, pasien dokumentasikan

kardiovaskular/pulmonal mampu : tekanan darah,

1. Menujukkan curah adanya sianosis,


Kode : 00029
jantung yang status pernapasan
Dx keperawatan :
memuaskan, dan status mental.
Penurunan curah
dibuktikan oleh 2. Evaluasi adanya nyeri
jantung berhubungan
efektivitaspompa dada (intensitas,
dengan perubahan
jantung tidak ada lokasi, durasi)
kontraktilitas miokardial
gangguan 3. Monitor status

2. Menunjukkan status kardiovaskuler

sirkulasi tidak ada 4. Monitor balance

gangguan cairan (intake dan

Kriteria hasil : output)

1. Tanda Vital dalam 5. Pantau pengisian

rentang normal ulang kapiler

(Tekanan darah, Aktivitas kolaboratif :

nadi, respirasi) 1. Kolaborasi

2. Dapat mentoleransi pemberian medikasi

aktivitas, tidak ada

kelelahan

3. Pengisian ulang

kapiler < 2 detik

4. Warna kulit tidak

pucat

5. Indeks jantung dan

fraksi ejeksi dalam

batas normal (>55%)

2. Domain 12 : Setelah dilakukan Manajemen nyeri

Kenyamanan tindakan keperawatan (1400):

Kelas 1 : Kenyamanan selama 1x8 jam, 1. Lakukan pengkajian

fisik diharapkan nyeri klien nyeri yang


Kode : 00133 teratasi dengan kriteria komprehensif yang

Dx keperawatan : hasil : meliputi lokasi,

Nyeri akut berhubungan Kontrol nyeri (1605) : karakteristik,

dengan nyeri dada 1. 160502 Secara onset/durasi,

konsisten frekuensi, kualitas,

menunjukkan intensitas, atau

mengenali kapan beratnya nyeri dan

nyeri terjadi factor pencetus

2. 160505 Secara 2. Pastikan perawatan

konsisten analgesic bagi pasien

menunjukkan dilakukan dengan

menggunakan pemantauan yang

analgesic yang ketat

direkomendasikan 3. Kurangi atau

3. 160509 Secara eliminasi factor-faktor

konsisten yang dapat

menunjukkan mencetuskan atau

mengenali apa yang meningkatkan nyeri

terkait dengan (misalnya, ketakutan,

gejala nyeri kelelahan, keadaan

monoton dan kurang

pengetahuan)

4. Berikan informasi
mengenai nyeri,

seperti penyebab

nyeri, berapa lama

nyeri akan dirasakan,

dan antisipasi dari

ketidaknyamanan

akibat prosedur

5. Ajarkan prinsip-

prinsip manajemen

nyeri

6. Dorong pasien untuk

memonitor nyeri dan

menangani nyerinya

dengan tepat

7. Kolaborasi dengan

pasien, orang tedekat

dan tim kesehatan

lainnya untuk memilih

dan

mengimplementasika

n tindakan penurunan

nyeri nonfarmakologi

sesuai kebutuhan.
3. Gangguan perfusi Setelah diberikan Peripheral Sensation

jaringan berhubungan asuhan keperawatan Management

dengan: iskemik, selama 1x8 jam, (Manajemen sensasi

kerusakan otot jantung, diharapkan tidak terjadi perifer):

penyempitan/ gangguan perfusi 1. Monitor adanya

penyumbatan pembuluh jarungan pada pasien daerah tertentu yang

darah arteri koronaria dengan kriteria hasil: hanya peka terhadap

panas / dingin / tajam


Status sirkulasi :
/ tumpul
1. Tekanan systole dan
2. Monitor adanya
diastole dalam
paretese
rentang yang
3. lnstruksikan keluarga
diharapkan
untuk mengobservasi
2. Tidak ada ortostatik
kulit jika ada isi atau
hipertensi
laserasi
3. Tidak ada tanda
4. Gunakan sarung
tanda peningkatan
tangan untuk
tekanan intrakranial
proteksi
(tidak lebih dari 15
5. Batasi gerakan pada
mmHg)
kepala, leher dan
Tissue Perfusion:
punggung
cerebral :
6. Monitor kemampuan
1. Menunjukkan fungsi
BAB
sensori motori
cranial yang utuh: 7. Kolaborasi

tingkat kesadaran pemberian analgetik

membaik tidak ada 8. Monitor adanya

gerakan gerakan tromboplebitis

involunter 9. Diskusikan menganai

penyebab perubahan

sensasi

4. Domain 4 : Aktivitas / Setelah dilakukan Perawatan jantung :

Istirahat tindakan keperawatan rehabilitative (4046) :

Kelas 4 : Respons selama 1x8 jam, klien 1. Monitor toleransi

kardiovaskular / menunjukkan toleransi pasien terhadap

Pulmonal aktivitas dengan kriteria aktivitas

Kode : 00092 hasil : 2. Instruksikan kepada

Dx keperawatan : Toleransi terhadap pasien dan keluarga

Intoleransi aktivitas aktivitas (0005) : mengenai modifikasi

berhubungan dengan 1. 000503 Frekuensi factor risiko jantung

ketidakseimbangan pernapasan ketika (misalnya,

antara suplai dan beraktivitas tidak menghentikan

kebutuhan oksigen terganggu kebiasaan merokok,

2. 000508 Kemudahan diet dan olahraga),

bernapas ketika sebagaimana

beraktivitas tidak mestinya

terganggu 3. Instruksikan pasien


mengenai perawatan

diri pada saat

mengalami nyeri

dada

4. Instruksikan pasien

dan keluarga untuk

membatasi

mengangkat/mendor

ong barang (benda

berat) dengan cara

yang tepat

5. Instruksikan pasien

dan keluarga

mengenai

pertimbangan khusus

terkait dengan

aktivitas sehari-hari

(misalnya,

pembatasan aktivitas

dan meluangkan

waktu istirahat), jika

memang tepat

5. Domain 11 : Keamanan Setelah dilakukan Pencegahan jatuh


/ Perlindungan tindakan keperawatan (6490) :

Kelas 2 : Cedera fisik selama 1x8 jam, 1. Identifikasi perilaku

Kode : 00155 diharapkan klien mampu dan factor yang

Dx keperawatan : mengkoordinasi mempengaruhi resiko

Resiko jatuh pergerakan yang jatuh

berhubungan dengan dibuktikan dengan 2. Tanyakan pasien

hambatan mobilitas kriteria hasil: mengenai persepsi

fisik, penurunan 1. Klien mampu keseimbangan

kekuatan ekstremitas menyeimbangkan dengan tepat

gerakan 3. Dukung pasien untuk

2. Klien mampu menggunakan tongkat

menggerakkan tubuh atau walker dengan

sesuai keinginan tepat

Manajemen

Lingkungan :

Keselamatan (6486)

1. Identifikasi kebutuhan

keamanan klien

berdasarkan fungsi

fisik

2. Modifikasi lingkungan

untuk meminimalkan

bahaya
3. Monitor lingkungan

terhadap terjadinya

perubahan status

keselamatan

4) Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien

sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah

dibuat. Dalam melaksanakan rencana tersebut harus

diperlukan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain,

keluarga dan klien sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a) Kebutuhan dasar klien

b) Dasar dari tindakan

c) Kemampuan perseorangan, keahlian atau keterampilan

dalam perawatan

5) Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah penilaian keberhasilan rencana

keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Pada klien

dengan NSTEMI dapat dinilai hasil perawatan dengan

melihat catatan perkembangan, hasil pemeriksaan klien,

melihat langsung keadaan dan kluhan klien, yang timbul

sebagai masalah berat.

Evaluasi harus berdasarkan pada tujuan yang ingin

dicapai. Evaluasi dapat dilihat 4 kemungkinan yang


menentukan tindakan-tindakan perawatan selanjutnya antara

lain :

a) Apakah pelayanan keperawatan sudah tercapai atau

belum

b) Apakah masalah yang ada telah terpecahkan/teratasi

atau belum

c) Apakah masalah sebagian terpecahkan/tidak dapat

dipecahkan

d) Apakah tindakan dilanjutkan atau perlu pengkajian ulang


B. TINJAUAN KASUS KELOLAAN

1. Pengkajian Keperawatan

Tabel 2.1 Pengkajian keperawatan

Ruangan : IGD PJT Tgl : 08/10/2019 Jam 13:50

Identitas Pasien

No.RM 697057

Nama pasien : Tn.A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tgl lahir/Umur : 15 Mei 1949 / 70 Tahun

Alamat : Jl.BTP Blok C No.219

Diagnosa Medik : Non St Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI)

Cara Datang

√ Datang Sendiri Rujukan Diantar

Keluarga Jika Rujukan : Ya, dari RSUD Soppeng

Diagnose Rujukan :

Transportasi waktu datang :

Ambulance √ Kendaraan Sendiri Kendaraan Umum

Alasan Masuk

Pasien masuk di IGD PJT dengan nyeri dada dialami sejak tadi pagi, keluhan

dirasakan secara tiba-tiba. Keluhan disertai lemas dan muntah-muntah kurang lebih 2x

berisi cairan. Riwayat DM tidak ada, pernah dirawat dengan Nstemi pada tanggal 29 Maret

2019. Minum obat tidak ada, vitamin ada.


Pengkajian Primer

Primary Survei Trauma Score

A. Airway A. Frekuensi Pernapasan

1. Pengkajian jalan √ 10-25 4

napas Bebas 25-35 3

Tersumbat >35 2

Palatum Mole jatuh <10 1

Sputum (lendir) 0 0

Darah B. Usaha Bernapas

Benda asing √ Normal 1

a. Resusitasi : Tidak dilakukan Dangkal 0

resusitasi C. Tekanan Darah Sistolik

b. Re-evaluasi : Tidak dilakukan √ >89 mmHg 4

resusitasi 70-89 mmHg 3

2. Assement : 50-69 mmHg 2

3. Masalah Keperawatan: - 1-49 mmHg 1

4. Intervensi/Implementasi : - 0 0

5. Evaluasi : - D. Pengisisan Kapiler

B. Breathing √ <2 detik 2

Fungsi Pernapasan >2 detik 1

1. Dada simetris : √ Ya Tidak Tidak ada 0

2. Sesak Napas : Ya √ Tidak E. Glasgow Coma Scale (GCS)

3. Respirasi : 20 kali/menit √
14-15 5
4. Krepitasi : Ya √ Tidak 11-13 4

5. Suara napas: Vesiculer 8-10 3

Kanan 5-7 2

Ada √ Jelas Menurun 3-4 1

Vesikuler Stridor TRAUMA SCROE (A+B+C+D+E) =

Wheezing Ronchi 4+1+4+2+5 = 16

Kiri REAKSI PUPIL

Ada √ Jelas Menurun Kanan Ukuran (mm)

Vesikuler Stridor √
Cepat

Wheezing Ronchi Konstriks

6. Saturasi O2 : 100% Lambat

7. Assement : - Dilatasi

8. Resusitasi : Tidak dilakukan Tak bereaksi

resusitasi Kiri Ukuran (mm)

9. Re-evaluasi: Tidak dilakukan √ Cepat

resusitasi Konstriks

Masalah Keperawatan : - Lambat

Intervensi/Implementasi : - Dilatasi

Evaluasi : - Tak bereaksi

C. Circulation

Keadaan Sirkulasi

1. Tekanan darah: 130/70 mmHg

2. HR : 115 x/menit


Kuat Lemah

Reguler Irreguler

3. Suhu axilla : 36.5ºC

4. Temperatur Kulit

Hangat panas dingin


5. Gambaran kulit

a. Sawo matang

b. Kulit lembab

6. Pengisian Kapiler

√ < 2 detik > 2 detik

7. Output urine : Tidak ada (Hematuria)

8. Assesment : -

9. Resusitasi : -

10. Re-evaluasi : -

Masalah Keperawatan : -

Intervensi/Implementasi : -

Evaluasi : -

D. Disabillity

1. Penilaian fungsi neurologis

Alert : Pasien sadar penuh

GCS 15 (E4 M6 V5)

Verbal response: Ada respon verbal

Pain response: Terdapat respon


nyeri

Unresponsive : Tidak ada

2. Masalah Keperawatan: Nyeri akut

3. Intervensi Keperawatan : -

4. Evaluasi: -

E. Exposure

1. Penilaian Hipothermia/hyperthermia

Hipothermia : Pasien tidak

hypothermia

Hiperthermia: Pasien tidak

hiperthermia

2. Masalah Keperawatan :-

3. Intervensi / Implementasi :

4. Evaluasi

PENILAIAN NYERI :

Nyeri : Tidak √ Ya, Lokasi : Dada Intensitas (0-10) : 4 (skala sedang)

Jenis : √ Akut Kronis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

         

PENGKAJIAN SEKUNDER / SURVEY SEKUNDER

a. Riwayat kesehatan
1) S : Sign/symptoms (tanda dan gejala)

Pada saat pengkajian pasien mengatakan nyeri

dada.

2) A : Allergies (alergi)

Pasien tidak memiliki alergi obat maupun makanan

3) M : Medications (pengobatan)

Riwayat pengobatan pasien pernah mengkonsumsi

obat

4) P : Past medical history (riwayat penyakit)

Ada riwayat nstemi sebelumnya

5) L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi

terakhir, sebelum sakit)

Pasien terakhir makan nasi dan minum air putih

6) E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian

sebelum injuri/sakit)

Tidak ada

b. Riwayat dan mekanisme trauma (Dikembangkan menurut

OPQRST)

O : Onset (seberapa cepat efek dari suatu interaksi

terjadi)

Dialami sejak ± 7 bulan yang lalu

P : Provokatif (penyebab)

Beraktifitas
Q : Quality (kualitas)

Tertekan

R : Radiation (paparan)

Dada

S : Severity (tingkat keparahan)

Skala 4 (sedang)

T : Timing (waktu)

Hilang timbul

c. Tanda-tanda vital

Frekunsi Nadi : 115x/menit

Frekuensi Napas : 20x/menit

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Suhu tubuh : 36.5ºC

d. Pemeriksaan fisik (head to toe)

1) Kepala

a) Kulit kepala:

1) Inspeksi: Kulit kepala tampak bersih, dan tidak ada

ketombe.

2) Palpasi: Tidak teraba adanya massa dan ada nyeri tekan

b) Mata

1) Inspeksi: Konjungtiva anemis, skelera tampak jernih,

tidak ada cedera pada kornea, dan pupil isokor.

2) Palpasi: Tidak teraba adanya massa

c) Telinga
1) Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya

serumen.

2) Palpasi: Tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeri

tekan

d) Hidung

1) Inspeksi: Tampak bersih, tidak ada benjolan pada

hidung, dan tidak terdapat rinorhea.

2) Palpasi: Tidak teraba adanya massa

e) Mulut dan gigi

Inspeksi: Mukosa mulut tampak lembab, gigi bersih dan tidak

terdapat stomatitis.

f) Wajah

Inspeksi: Wajah tampak lemas

2) Leher

Inspeksi: Tidak terdapat pembesaran tonsil, ada distensi vena

Jugularis

3) Dada/thoraks

a) Paru-paru:

1) Inspeksi: Simetris antar kedua lapang paru, ada

penggunaan otot bantu pernapasan, frekuensi napas :

20x/menit.

2) Palpasi: Tidak ada nyeri

3) Perkusi: Dada kiri sonor, dada kanan Redup


4) Auskultasi: Suara napas teratur (vesicular), dan tidak

ada suara napas tambahan.

b) Jantung

1) Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak

2) Palpasi: -

3) Perkusi: Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri, batas

kanan linea paasteral kanan, batas kiri linea mid

clavicularis kiri, batas bawah intercosta 6 kiri

4) Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni reguler, bising

tidak ada.

4) Abdomen

a) Inspeksi: Tidak ada pembesaran abdomen

b) Auskultasi: Peristaltik usus 12 x/menit.

c) Palpasi: Tidak ada masaa dan nyeri tekan

d) Perkusi: Terdengar bunyi tympani

5) Pelvis

a) Inspeksi: Simetris kiri dan kanan

b) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

6) Perineum dan rectum

Inspeksi: Tidak dikaji

7) Genitalia

a) Inspeksi: Tidak dikaji

b) Palpasi: Tidak dikaji

8) Ekstremitas
a) Status sirkulasi: Pengisian kapiler pada ektermitas

1) Kanan bawah pengisian kapiler <2 detik

2) Kiri bawah pengisian kapiler <2 detik

3) Kanan atas pengisian kapiler <2 detik

4) Kiri atas pengisian kapiler <2 detik

b) Keadaan injury: Terpasang Infuse

9) Neurologis

Fungsi sensorik: Pasien dapat merasakan stimulus berupa

sentuhan ringan pada anggota tubuh.

Fungsi Motorik: Pasien dapat mengangkat kaki dan tangannya.

Kekuatan otot:

5 5

5 5

e. Hasil pemeriksaan

penunjang Foto Thorax (08-

10-2019) Uraian kesan

pemeriksaan:

1) Cardiomegaly disertai edema paru

2) Dilatation aortae

3) Efusi pleura bilateral, terutama

dextra Hasil pemeriksaan

1) Perkabutan parahilar dan paracardial kedua paru

2) Cor: membesar dengan CTI 0.54, pinggang jantung cekung,

apex tetanum (LVE), aorta dilatasi


3) Kedua sinus dan diafragma berselubung disertai periapical

capping pada hemithorax kanan

4) Tulang-tulang intak

5) Jaringan lunak sekitar kesan balik

Echocardiogram (26-03-2019)

1) Fungsi sistolik ventrikel kiri menurun, ejeksi fraksi 48.1%

(TEICH), EF 48% (BIPLANE)

2) Dimensi ruang-ruang jantung: LA dilatasi (LVEDd 5,0 cm, LA

mayor 6,2 cm, LA minor 4,4 cm, RA mayor 3,9 cm, RA minor

2,9 cm, RVDB 2,7 cm)

3) Hipertrofi ventrikel kiri: positif konsentrik (LVMI 134 g/m2,

RWT 0,47)

4) Pergerakan miokard: hipokinetik basal mid inferior,

inferoseptal, apico inferior

5) Fungsi sistolik ventrikel kanan baik, TAPSE 1,8 cm

Katup-katup jantung:

Mitral: MR moderate (MR ERO: 0,23 cm2, MR Vol: 38ml)

Aorta: 3 cuspis, klasifikasi RCC, NCC tanpa stenosis, AR mild

(AR PHT 532 ms)

Tricuspid: TR mild (TR VC 0,28 cm, TR Vmax 255 cm/s, TR

max PG 26 mmts)

Pulmonal: PR mild, PV ACCT 763 cm/s2

6) E/A > 1 (pseudonormal), eRAP: 8 mmHg

7) LVCO: 3,7 l/min, LVSV: 62 ml, SVR: 1498 dyne/sec/cm5


Elektrokardiogram (08-10-2019)

Gambar 2.1 Gambaran Ekg

Kesan EKG Irama jantung regular, HR: 125x/m, sinus taki kardi.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Date 08-10-2019

Tabel 2.2 Hasil pemeriksaan laboratorium

Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan


Pemeriksaan
Hematologi
WBC 14.4 4.00 - 10.0 13.02^3/uL
RBC 4.28 4.00 - 6.00 10^6/uL
HGB 12.4 12.0 -16.0 g/dL
HCT 37 37.0 - 48.0 %
MCV 87 80.0 - 97.0 fL
MCH 29 26.5 - 33.5 pg
MCHC 33 31.5 - 35.0 g/dL
PLT 246 150 - 400 10^3/uL
RDW-SD 37.0 - 54.0 fL
RDW-CV 14.2 10.0 – 15.0 %
PDW 9.6 10.0 – 18.0 fL
MPV 9.3 6.50 – 11.0 fL
P-LCR 13.0 – 43.0 %
PCT 0.23 0.15 – 0.50 %
NEUT 89.0 52.0 – 75.0 10^6/uL
LYMPH 7.1 20.0 – 40.0 10^3/uL
MONO 3.4 2.00 – 8.00 10^6/uL
EO 0.2 1.00 – 3.00 10^3/uL
BASO 0.3 0.00 – 0.10 10^3/uL
RET 0.00 – 0.10 10^3/uL
LED I - (L<10, P<20) mm
LED Jam II -
Koagulasi
PT 10.9 10-14 detik
INR 1.05 --
APTT 27.2 22.0-30.0 detik
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 190 140 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 50 10-50 mg/dl
Kreatinin 1.61 L(< 1.3);P(<1.1) mg/dl
Fungsi Hati
SGOT 30 < 38 U/L
SGPT 20 < 41 U/L
IMUNOSEROLOGI
Imunoserologi lain
Hs Troponin I 8055.5 Laki-laki = 17-50 ng/l

KIMIA DARAH 136-145


Elektrolit 136 3.5-5.1 mmol/l
Natrium 3.5 97-111 mmol/l
Kalium 105 mmol/l

f. Pengobatan

1) Aspilet 80mg/24 jam/oral

2) Clopidogrel 75mg/24 jam/oral

3) NaCl 0,9% 20 tetes/menit

4) Ranitidne 2.5mg/24 jam/oral

5) Furosemid 20mg/12 jam/intrvena


2. Analisa Data

Tabel 2.3 Analisa data

DATA MASALAH KEPERAWATAN

DS:

1. Pasien mengeluh nyeri dada

seperti ditakan

O : Dialami sejak ± 7

bulan yang lalu

P : Beraktifitas

Q : Tertekan Nyeri akut

R : Dada

S : Skala 4 (sedang)

T : Hilang timbul

DO:

1. Pasien tampak memegang

area nyeri

2. Pasien tampak baring

dengan posisi semi fowler

DS

1. Klien mengatakan mudah

lelah bila melakukan aktivitas

DO :

1. Fungsi sistolik ventrikel kiri


menurun, ejeksi fraksi 48.1%

2. Dimensi ruang-ruang jantung

: LA dilatasi (LVEDd 5,0 cm,

LA mayor 6,2 cm, LA minor

4,4 cm, RA mayor 3,9 cm,

RA minor 2,9 cm, RVDB 2,7

cm)

3. Hipertrofi ventrikel kiri : positif

konsentrik (LVMI 134 g/m2, Penurunan curah jantung

RWT 0,47)

4. Pergerakan miokard :

hipokinetik basal mid inferior,

inferoseptal, apico inferior

5. Kesan EKG Irama jantung

regular, HR: 125x/m, sinus

tachycardia.

3. Diagnosa keperawatan
Tabel 2.4 Diagnosa keperawatan

NO DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL

KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI

1. Domain 12: Kenyamanan

Kelas 1: Kenyamanan fisik

Kode: 00133 08 Oktober

Diagnosa keperawatan: 2019

Nyeri akut berhubungan

agens cedera biologis (mis:

iskemia)

2. Domain 4: Aktivitas / Latihan

Kelas 4: Respons

kardiovaskular / pulmonal

Kode: 00029
08 Oktober
Diagnosa keperawatan:
2019
Penurunan curah jantung

berhubungan dengan

perubahan kontraktilitas

miokardial

4. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.5 Perencanaan keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI

KEPERAWATAN HASIL (NOC) KEPERAWATAN (NIC)

1. Domain 12: Setelah dilakukan Manajemen nyeri

Kenyamanan tindakan keperawatan (1400):

Kelas 1: Kenyamanan selama 1x8 jam, 1. Lakukan pengkajian

fisik diharapkan nyeri klien nyeri yang

Kode: 00133 berkurang skala 4-2 komprehensif yang

Diagnosa dengan kriteria hasil: meliputi lokasi,

keperawatan: Kontrol nyeri (1605): karakteristik,

Nyeri akut 1. 160502 Secara onset/durasi,

berhubungan agens konsisten frekuensi, kualitas,

cedera biologis (mis: menunjukkan intensitas, atau

iskemia) mengenali kapan beratnya nyeri dan

nyeri terjadi factor pencetus

2. 160505 Secara 2. Pastikan perawatan

konsisten analgesic bagi pasien

menunjukkan dilakukan dengan

menggunakan pemantauan yang

analgesic yang ketat

direkomendasikan 3. Kurangi atau

3. 160509 Secara eliminasi factor-faktor

konsisten yang dapat


menunjukkan mencetuskan atau

mengenali apa yang meningkatkan nyeri

terkait dengan gejala (misalnya, ketakutan,

nyeri kelelahan, keadaan

monoton dan kurang

pengetahuan)

4. Berikan informasi

mengenai nyeri,

seperti penyebab

nyeri, berapa lama

nyeri akan dirasakan,

dan antisipasi dari

ketidaknyamanan

akibat prosedur

5. Ajarkan prinsip-

prinsip manajemen

nyeri

6. Dorong pasien untuk

memonitor nyeri dan

menangani nyerinya

dengan tepat

7. Kolaborasi dengan

pasien, orang tedekat


dan tim kesehatan

lainnya untuk memilih

dan

mengimplementasika

n tindakan penurunan

nyeri nonfarmakologi

sesuai kebutuhan.

2. Domain 4: Aktivitas / Setelah dilakukan Perawatan jantung

Latihan tindakan keperawatan (4040):

Kelas 4: Respons selama 1x8 jam, klien 1. Pastikan tingkat

kardiovaskular / menunjukkan penurunan aktivitas pasien yang

pulmonal curah jantung berkurang tidak membahayakan

dengan kriteria hasil: curah jantung atau


Kode: 00029
Status sirkulasi (0401) : memprovokasi
Diagnosa
1. 040123 Kelelahan serangan jantung
keperawatan:
tidak ada 2. Monitor status
Penurunan curah
2. 040135 PaO2 kardiovaskuler
jantung berhubungan
(Tekanan parsial 3. Dorong adanya
dengan perubahan
oksigen dalam darah peningkatan aktivitas
kontraktilitas
arteri) tidak ada bertahap ketika
miokardial
deviasi dari kisaran kondisi pasien sudah

normal distabilkan (misalnya,

3. 040136 PaCO2 dorong aktivitas yang


(Tekanan parsial lebih ringan atau

karbondioksida waktu yang lebih

dalam darah arteri) singkat dengan waktu

tidak ada deviasi dari istirahat yang sering

kisaran normal dalam melakukan

4. 040137 Saturasi aktivitas)

oksigen tidak ada 4. Instruksikan pasien

deviasi dari kisaran tentang pentingnya

normal untuk segera

melaporkan bila

merasakan nyeri

dada

5. Evaluasi episode

nyeri dada (intensitas,

lokasi, radiasi, durasi,

dan factor yang

memicu serta

meringankan nyeri

dada)

6. Pantau pengisian

ulang kapiler

7. Monitor tanda-tanda

vital secara rutin


8. Catat tanda dan

gejala penurunan

curah jantung

9. Monitor status

pernafasan terkait

dengan adanya gagal

jantung

10. Lakukan terapi

relaksasi ,

sebagaimana

mestinya

11. Monitor toleransi

aktivitas pasien

12. Monitor sesak nafas,

kelelahan, takipnea,

dan orthopnea

13. Dorong aktivitas yang

tidak bersaing /

kompetitif pada

pasien dengan resiko

gangguan fungsi

jantung
5. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 2.6 Implementasi dan evaluasi keperawatan

NO DIAGNOSA HARI / IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN TANGGAL DAN HASIL

1. Nyeri akut Senin, 08- Manajemen nyeri S : Pasien mengatakan

berhubungan 10-2019 (1400): nyeri pada area

dengan nyeri 15.00 1. Melakukan dada seperti ditekan

kepala pengkajian nyeri P : Beraktifitas

Hasil : Q : Tertekan

P : Beraktifitas R : Dada

Q : Tertekan S : Skala 4

R : Dada (sedang)

S : Skala 4 T : Hilang timbul

(sedang) O:

T : Hilang timbul 1. Pasien tampak

15.05 2. Menganjurkan memegang area

posisi yang nyeri

nyaman 2. Pasien dalam

Hasil : Pasien posisi semi

dalam posisi fowler


semi fowler 3. Pasien mampu

15.10 3. Mengajarkan melakukan

teknik non tekhnik relaksasi

farmakologis : A : Nyeri akut belum

teknik relaksasi teratasi

napas dalam P : Lanjutkan intervensi

Hasil : Pasien 1. Melakukan

merasa nyaman pengkajian nyeri

setelah di ajarkan 2. Menganjurkan

tekhnik relaksasi posisi yang

nafas dalam nyaman

3. Mengajarkan

teknik non

farmakologis :

teknik relaksasi

napas dalam

2. Penurunan curah Selasa, 08- Perawatan jantung : S : Pasien mengatakan

jantung 10-2019 1. Memonitor nyeri dada

berhubungan 13.50 tekanan darah O :

dengan dan status 1. TD : 130/70

perubahan pernapasan mmHg

kontraktilitas Hasil : 2. Nadi : 115 x/menit

miokardial TD : 130/70 3. Pernapasan : 20


mmHg x/menit

Nadi : 115 x/menit 4. Suhu : 36,5oC

Pernapasan : 20 5. Kesan EKG:

x/menit Irama jantung

Suhu : 36,5oC regular, HR:

14.10 2. Mengevaluasi 125x/m, sinus

adanya nyeri dada tachycardia

Hasil : Pasien 6. Kesan

mengatakan nyeri Echocardiogram

dada fungsi sistolik

14.15 3. Memonitor status ventrikel kiri

kardiovaskuler menurun, Ejeksi

Hasil : Kesan EKG fraksi 48,1%.

Irama jantung A : Penurunan curah

regular, HR: jantung belum

125x/m, sinus teratasi

tachycardia. P : Lanjutkan intervensi

Kesan 1. Memonitor

Echocardiogram tekanan darah

fungsi sistolik dan status

ventrikel kiri pernapasan

menurun, Ejeksi 2. Mengevaluasi

fraksi 48,1%. adanya nyeri


14.20 4. Memantau dada

pengisian ulang 3. Memonitor status

kapiler kardiovaskuler

Hasil : CRT < 2 4. Memantau

detik pengisian ulang

kapiler
BAB III

PEMBAHASAN

Keperawatan kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan

hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari

penyelesaian atau jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan salah satu

spesialisasi dibidang keperawatan yang mengancam hidup. Seorang

perawat kritis adalah perawat profesional yang bertanggung jawab untuk

menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya mendapatkan

pelayanan keperawatan optimal.

Pada bab sebelumnya, penulis telah membahas tentang Non ST

Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) yang di mana membahas tentang teori-

teori yang termuat dalam tinjauan kepustakaan yang didapatkan dari

literatur-literatur dan langsung berorientasi langsung dengan pasien.

Pada bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan secara teoritis

dengan kasus nyata yang ditemukan pada pasien Tn “A” dengan

gangguan system kardiovaskuler Non ST Elevasi Miokard Infark

(NSTEMI) di Ruang IGD PJT RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Secara garis besar ada beberapa persamaan antara tinjauan teori dengan

kasus yang didapatkan baik dari pengkajian maupun masalah-masalah

yang muncul. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan respon dari

masing-masing individu.

Berikut ini akan diuraikan pembahasan yang meliputi kesenjangan dari

persamaan antara asuhan keperawatan pada pasien Non ST Elevasi


Miokard Infark (NSTEMI) secara teori dan asuhan keperawatan yang

diberikan kepada Tn “A”.

A. Pengkajian

1. Airway

Pengkajian Airway pada kasus Non ST Elevasi miokard infark

(NSTEMI) adalah tindakan pertama kali yang harus dilakukan

adalah memeriksa responsivitas pasien dengan mengajak pasien

berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan

nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka

jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011).

Dapat dilihat tanda-tanda obstruksi jalan napas oleh adanya

penumpukan secret akibat ketidakmampuan batuk secara efektif

atau kelemahan refleks batuk tanda-tanda obstruksi jalan napas

dapat didengar suara bising yang akan membantu menentukan

derajat obstruksi yaitu gurgling (suara seperti berkumur): adanya

cairan di dalam mulut atau saluran pernapasan atas, Wheezing

(mengi) yaitu bunyi seperti akibat udara melewati jalan napas yang

menyempit/tersumbat sebagian. Ronchi (Rales) adalah suara

tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran nafas

yang berisi sekret/eksudat atau akibat saluran nafas yang

menyempit atau oleh edema saluran nafas.

Pada teori tidak terdapat adanya sumbatan pada jalan nafas

ataupun tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas. Pada kasus Tn.A

saat pengkajian tidak ditemukan adanya sumbatan pada jalan


nafas ataupun tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas. Karena

seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan

nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011).

Airway pada teori dan kasus pada Tn.A Non ST Elevai Miokard

Infark (NSTEMI) tidak ditemukan adanya gangguan jalan nafas,

sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus yang didapatkan pada Tn.A yang ditemukan di RSUP

Wahidin Sudirohusodo Makassar. Ini dikarenakan adanya

penganan awal yang cepat pada kasus Tn.A yaitu tindakan

manajemen jalan nafas.

2. Breathing

Menurut Wilkinson & Skinner, 2000 dikutip oleh (Rini, 2013)

pengkajian breathing pada pasien antara lain: Look, listen dan feel

lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien. Tanda-

tanda umum adanya distress pernapasan: Takipnue, penggunaan

otot bantu pernafasan, dispneu, pola pernapasan yang tidak

teratur, kedalaman napas, frekuensi pernapasan, ekspansi paru,

pengembangan dada, retraksi dada dan Auskultasi untuk adanya :

suara abnormal pada dada.

Pada kasus teori yang diperoleh Andrianto, Petrus (2015)

didapatkan tanda dan gejala yaitu nyeri dada, sesak nafas, gejala

gastrointestinal seperti mual muntah dan rasa pusing.

Pada kasus Tn.A saat pengkajian ditemukan adanya

kesenjangan teori dan kasus. Pada kasus mengalami sesak nafas


namun tidak ada tanda-tanda sesak nafas pada Tn.A pernafasan

20x/menit, tidak terlihat adanya penggunaan otot bantu pernafasan.

Ini dikarenakan adanya penangan awal pemberian oksigen yang

cepat sehingga oksigen dapat terpenuhi dan tidak menimbulkan

suatu masalah.

Breathing pada teori didapatkan gangguan pada bagian

pernafasan sedangkan kasus pada Tn.A Non ST Elevasi Miokard

Infark (NSTEMI) tidak didapatkan gangguan pada bagian

pernafasan, sehingga dapat disimpulkan ada kesenjangan antara

teori dan kasus yang didapatkan pada Tn.A yang ditemukan di

RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.

3. Circulation

Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskuler), yaitu fungsi

jantung dan pembuluh darah. Sering kali terdapat gangguan irama,

adanya thrombus, atau gangguan tekanan darah yang harus

ditangani secara cepat. Pada pengkajian ini meliputi tingkat

kesadaran: kadang terjadi penurunan kesadaran, warna kulit, nadi,

dan hipotensi/hipertensi, takikardia, takipnea, pucat, ekstremitas

dingin, penurunan capillary refill time.

Pada kasus Tn.A didapatkan tingkat kesadaran pasien: GCS 15

composmentis, Nadi 115x/menit, Tekanan darah 130/70mmHg

capillary refill time < 2 detik, ekstremitas dingin dan keluhan utama

Tn.A nyeri dada secara tiba-tiba dengan skala 4 (sedang). Dimana


secara teori terdapat akral dingin, gagguaan bagian perifer > 3

detik CRT, nyeri dada.

Circulation pada teori didapatkan gangguan pada bagian

sirkulasi sedangkan pada kasus Tn.A Non ST Elevasi Miokard

Infark (NSTEMI) di dapatkan gangguan pada bagian sirkulasi yakni

penurunan curah jantung. Karena penurunan curah jantung terjadi

akibat perubahan struktur dan fungsi jantung. Perubahan struktur

jantung terjadi akibat proses kompensasi yang terus menerus

sehingga menyebabkan terjadinya remodeling. Remodeling

merupakan hasil dari hipertrofi sel otot jantung dan aktivasi sistim

neurohormonal yang terus menerus dengan melakukan dilatasi

ventrikel yang mengakibatkan pengerasan dinding ventrikel oleh

hipertrofi otot jantung (Black dan Hawks, 2009).

Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus yang didapatkan pada Tn.A yang ditemukan di RSUP

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

4. Disability

Menjelang akhir dari primary survey, dilakukan suatu

pemeriksaan neurologis yang cepat. Pemeriksaan neurologis ini

terdiri dari pemeriksaan tingkat kesadaran pasien, ukuran dan

respon pupil, tanda-tanda lateralisasi, dan tingkat cedera korda

spinalis. (American College of Surgeons, 2009).

Pada teori pengkajian disability dilakukan penilaian terhadap

tingkat kesadaran: kadang terjadi penurunan kesadaran, serta


ukuran dan reaksi pupil. Penilaian disability melibatkan evaluasi

fungsi system saraf pusat.

Pada kasus Tn.A didapatkan tingkat kesadaran pasien:

Composmentis dengan GCS: 15 (E4,V5,M6), pengkajian skala

nyeri dengan (P : saat beraktivitas, Q : tertekan, R : dada, S : 4 T :

hilang timbul), tidak didapatkan penurunan tingkat kesadaran,

disfungsi serebral, dan disorientasi, klien tidak mengalami kejang.

Hal ini menunjukkan ada kesenjangan yang didapatkan antara teori

dan kasus. Karena tingkat kesadaran yang abnormal dapat

menggambarkan suatau spektrum keadaan yang luas mulai dari

letargi sampai status koma. Perubahan apapun yang mengganggu

jaras asending sistem aktivasi retikular dan sambungannya yang

sangat banyak dapat menyebabkan gangguan tingkat kesadaran

(Smith, 2010).

Sehingga dapat disimpulkan ada kesenjangan antara teori dan

kasus yang didapatkan pada Tn.A yang ditemukan di RSUP

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

5. Exposure

Secara khusus, pemeriksaan harus dipusatkan pada bagian

tubuh yang paling berkonstribusi pada status penyakit pasien.

Menurut Musliha (2010). Lakukan log roll ketika melakukan

pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu diperhatikan

dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos

pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua


pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut

hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan

ulang biasanya ditemukan keadaan hipertermi/hipotermi

(Thygerson, 2011).

Pada kasus saat pengkajian Tn.A suhu: 36,5 0C secara umum

tidak ditemukan masalah pada pengkajian exposure. Karena pasien

dalam keadaan diselimuti dengan selimut kering dan hangat,

ruangan yang cukup hangat untuk mencegah agar pasien tidak

hipotermi (Nasution, 2009).

Exposure pada teori dan kasus pada Tn.A Non ST Elevasi

Miokard Infark (NSTEMI) didapatkan tidak ada peningkatan suhu

tubuh, sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus yang didapatkan pada Tn.A yang ditemukan di

RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.

B. Diagnosa

Dari hasil pengkajian dapat di rumuskan beberapa diagnosa

keperawatan Menurut Nuratif & Kusuma (2015). Diagnosa

keperawatan merupakan penilaian klinis tentang pengalaman atau

respon individu, keluarga, kelompok atau komunitas terhadap

masalah kesehatan atau proses kehidupan baik secara aktual

maupun potensial dan memberi dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat di pertanggung

jawabkan oleh perawat (T. Heacther hearman, 2012).


1. Diagnosa keperawatan secara teoritis menurut NANDA 2015-

2017:

1) Nyeri akut berhubungan agens cedera biologis (mis: iskemia)

2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

kontraktilitas miokardial

3) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan:

iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan/ penyumbatan

pembuluh darah arteri koronaria

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen

5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan

atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi

jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status

kesehatan yang akan datang

6) Resiko jatuh berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik,

penurunan kekuatan ekstremitas

2. Diagnosa keperawatan pada teori dan kasus

Diagnosa keperawatan yang di temukan pada teori dan

terdapat pada kasus ada 2 masalah antara lain:

a) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis:

iskemia)

Nyeri Akut diartikan sebagai pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual

atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan


berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan (PPNI, 2016).

b) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

kontraktilitas miokardial

Penurunan curah jantung di definisikan sebagai

ketidakadekuatan darah yang di pompa oleh jantung untuk

memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Penurunan curah

jantung terjadi akibat perubahan struktur dan fungsi jantung.

Perubahan struktur jantung terjadi akibat proses kompensasi

yang terus menerus sehingga menyebabkan terjadinya

remodeling (Black dan Hawks, 2009).

Adapun diagnosa keperawatan yang di temukan pada teori

dan tidak terdapat pada kasus antara lain:

a) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan:

iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan/ penyumbatan

pembuluh darah arteri koronaria.

Gangguan perfusi jaringan perifer tidak diangkat karena pada

saat pengkajian tekanan darah pasien dalam rentang normal

yakni 130/70 mmHg, tidak ada sianosis dan tidak ada sesak.

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas tidak diangkat

karena pasien mengurangi aktivitas sehari-harinya yang bisa

memicu gejala penyakitnya muncul.


c) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan

atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi

jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status

kesehatan yang akan datang.

Defisit pengetahuan tidak diangkat karena pada saat

pengkajian pasien dan keluarga cukup mengetahui terkait

penyakit yang dialami sekarang dan dengan tingkat

pendidikan pasien yang mendukung.

d) Resiko jatuh berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik,

penurunan kekuatan ekstremitas.

Diagnosa keperawatan resiko jatuh tidak diangkat karena

pada saat pengkajian pasien mampu berjalan sendiri ke

kamar mandi dengan sendiri.

3. Kesenjangan

Berdasarkan uraian teori dan kasus di atas dapat disimpulkan

bahwa bila dibandingkan antara konsep teori dan kasus nyata,

maka didapatkan bahwa tidak semua diagnosa keperawatan yang

ada dalam teori terdapat pada kasus. Beberapa diagnosa yang

terdapat dalam teori tidak diangkat dalam kasus karena dari hasil

pengkajian tidak ditemukan data-data yang menunjang untuk

mengangkat diagnosa tersebut. Berdasarkan teori dan kasus ada

kesenjangan antara teori dan hasil kasus yang ditemukan selama

berada di lapangan, adapun kesenjangan yang didapatkan penulis

yakni:
a) Diagnosa keperawatan yang terdapat dalam teori dan

ditemukan pada kasus:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

(mis: iskemia)

2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan

perubahan kontraktilitas miokardial

b) Diagnosa keperawatan yang terdapat dalam teori dan tidak

ditemukan pada kasus:

1) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan: iskemik,

kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan

pembuluh darah arteri koronaria

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan

atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi

jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status

kesehatan yang akan datang

4) Resiko jatuh berhubungan dengan hambatan mobilitas

fisik, penurunan kekuatan ekstremitas

C. Intervensi

Intervensi di ruang IGD PJT dilakukan secara bersamaan dengan

implementasi. Hal ini dikarenakan kasus gawat darurat membutuhkan

penanganan yang cepat dan tepat. Semua tindakan dalam pemberian

asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan rencana tindakan.


Hal penting untuk mencapai tujuan. Tindakan keperawatan dapat

dalam bentuk observasi, tindakan prosedur tertentu, tindakan

kolaboratif dan pendidikan kesehatan. Dalam tindakan perlu ada

pengawasan terus menerus terhadap kondisi klien termasuk evaluasi

perilaku.

Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk

pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu

yang lama sampai dapat beradaptasi dengan tercapainya tingkat

kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian.

Untuk penyusunan rencana keperawatan dalam kasus ini penulis

menggunakan referensi Nursing Intervensi Classification (NIC).

Intervensi keperawatan yang didapatkan dalam teori Non ST

Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) menurut teori yakni sebagai berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis:

iskemia)

Manajemen Nyeri (1400)

a) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif yang meliputi

lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas, atau beratnya nyeri dan factor pencetus

b) Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan

pemantauan yang ketat

c) Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan

atau meningkatkan nyeri (misalnya, ketakutan, kelelahan,

keadaan monoton dan kurang pengetahuan)


d) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari

ketidaknyamanan akibat prosedur

e) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

f) Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani

nyerinya dengan tepat

g) Kolaborasi dengan pasien, orang tedekat dan tim kesehatan

lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan

penurunan nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

kontraktilitas miokardial

Perawatan jantung (4040)

a) Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan

curah jantung atau memprovokasi serangan jantung

b) Monitor status kardiovaskuler

c) Dorong adanya peningkatan aktivitas bertahap ketika kondisi

pasien sudah distabilkan (misalnya, dorong aktivitas yang

lebih ringan atau waktu yang lebih singkat dengan waktu

istirahat yang sering dalam melakukan aktivitas)

d) Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera

melaporkan bila merasakan nyeri dada

e) Evaluasi episode nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi,

dan faktor yang memicu serta meringankan nyeri dada)

f) Pantau pengisian ulang kapiler


g) Monitor tanda-tanda vital secara rutin

h) Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung

i) Monitor status pernafasan terkait dengan adanya gagal

jantung

j) Lakukan terapi relaksasi , sebagaimana mestinya

k) Monitor toleransi aktivitas pasien

l) Monitor sesak nafas, kelelahan, takipnea, dan orthopnea

Dorong aktivitas yang tidak bersaing / kompetitif pada pasien

dengan resiko gangguan fungsi jantung

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar

sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai

kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan

interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,

strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

Dalam kasus Tn.A implementasi keperawatan dilakukan 1 hari.

Implementasi diberikan berdasarkan keluhan utama pasien dan

melihat kondisi pasien bukan berdasarkan urutan intervensi dan


diagnosa yang ada. Implementasi keperawatan yang diberikan pada

Tn.A dengan kasus NSTEMI antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis:

iskemia)

a) Melakukan pengkajian nyeri

b) Menganjurkan posisi yang nyaman

c) Mengajarkan tekhnik non farmakologis: teknik relaksasi napas

dalam

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

kontraktilitas miokardial

a) Memonitor tekanan darah dan status pernapasan

b) Mengevaluasi adanya nyeri dada

c) Memonitor status kardiovaskuler

d) Memantau pengisian ulang kapiler

E. Evaluasi

Evaluasi adalah langkah akhir dalam proses keperawatan dan

merupakan dasar pertimbangan yang sistematis untuk menilai

keberhasilan tindakan keperawatan dan sekaligus dan merupakan alat

untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya melakukan modifikasi

/ revisi diagnosa dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap akhir

tindakan pemberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi proses dan

evaluasi hasil yang dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan

pasien selama dan pada akhir perawatan. Evaluasi di catatan

perkembangan pasien di lakukan secara cepat, terus menerus dan


dalam waktu yang lama untuk mencapai keefektifan masing-masing

tindakan / terapi, secara terus-menerus menilai kriteria hasil untuk

mengetahui perubahan status pasien. Dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan kebutuhan tetap

mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak

meninggalkan prinsip holistic bio-psiko-sosio dan spritual.

Setelah melakukan evaluasi selama 8 jam, 2 diagnosa

keperawatan yang ditemukan pada Tn.A tidak teratasi, berikut

penjelasannya:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis:

iskemia)

Diagnosa keperawatan ini setelah dilakukan evaluasi terhadap

tindakan Manajemen nyeri tidak teratasi. Karena hasil dari

evaluasi pada Tn.A, pasien masih menunjukkan nyeri pada dada

tidak berkurang dengan skala nyeri 4 (sedang).

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

kontraktilitas miokardial

Diagnosa keperawatan ini setelah dilakukan evaluasi terhadap

tindakan Perawatan jantung tidak teratasi. Karena hasil evaluasi

pada Tn.A menunjukkan kesan EKG: Irama jantung regular, HR

125x/m, Kompleks QRS: 0,08 detik, ST depresi, sinus tachycardia,

Kesan echocardiogram fungsi sistolik ventrikel kiri menurun, Ejeksi

fraksi 48,1%.
BAB IV

PENUTUP

Setelah penulis membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien

Tn.A dengan Diagnosa Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI)

Diruangan IGD PJT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Maka

pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dan mengajukan

saran-saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah di temukan penulis dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Setelah melakukan pengkajian keperawatan di dapatkan data

sebagai berikut: data subjektif yaitu pasien mengeluh nyeri dada

secara tiba-tiba. Data objektif yaitu pasien terlihat memegang area

nyeri, pengkajian skala nyeri dengan (P: saat beraktivitas, Q:

tertekan, R: dada, S: 4, T: hilang timbul), pemeriksaan tanda-tanda

vital (TD: 130/70 mmHg, N: 115 x/menit, P: 20 x/menit, S: 36,5 oC).

Data yang menunjang juga dari hasil pemeriksaan laboratorium

didapatkan hasil terjadi peningkatan troponin I, hasil

echokarddiogram didapatkan hasil fungsi sistolik ventrikel kiri


menurun, Ejeksi fraksi 48,1% dan hasil EKG didapatkan hasil

sinus tachycardia.

2. Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada Tn.A dengan Non

ST Elevasi Miokard Infark yaitu: nyeri akut berhubungan dengan

agens cedera biologis (mis: iskemia) dan penurunan curah jantung

berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial.

3. Perencanaan keperawatan yang di angkat pada Tn.A dengan Non

ST Elevasi Miokard Infark yaitu: perencanaan keperawatan

diagnosa nyeri akut yaitu melakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif, beri posisi yang nyaman, ajarkan tehnik non

farmakologi, monitor TTV, serta kolaborasi pemberian farmakologi

(NANDA, 2017). Perencanaan keperawatan diagnosa penurunan

curah jantung yaitu monitor TTV, monitor EKG, dan kolaborasi

pemberian farmakologi (NANDA, 2017).

4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 jam dimulai dari

pertama masuk rumah sakit, implementasi dapat dilakukan

dengan baik di mana hal ini didukung oleh kondisi pasien, peran

serta keluarga pasien selama dilakukan implementasi

keperawatan.

5. Evaluasi selama kurang lebih 4 jam implementasi yang dilakukan

dan diberikan kepada pasien, maka masalah keperawatan belum

teratasi meliputi nyeri akut dan penurunan curah jantung.

B. Saran
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan maka penulis

mengemukakan saran yang mungkin bermanfaat untuk penanganan

khususnya terhadap pasien dengan gangguan system kardiovaskuler

Non ST- Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) sebagai berikut:

1. Bagi Pendidikan

Diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawatan

dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk

memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan

perkembangan untuk mengatasi masalah.

2. Bagi Rumah Sakit

Seorang perawat perlu memperhatikan kondisi pasien secara

komperhensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia

sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi bio-psiko-sosial-

kultural-spiritual.

3. Bagi Klien/Keluarga Klien

Diharapkan tetap memperhatikan pengobatan yang dijalaninya

agar tidak mengalami hal yang tidak diinginkan. Dan tetap mencari

informasi yang mendukung kesembuhannya.

4. Bagi Penulis

Diharapkan dapat memperluas ilmu dan pengetahuannya tentang

asuhan keperawatan, belajar lebih giat lagi khususnya dalam

pembuatan asuhan keperawatan, karena hal tersebut tidak akan

lepas dari dunia keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Petrus. 2015. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular.


Jakarta

Arief Muttaqin. 2016. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


SistemKardivaskular. Salemba Medika; Jakarta.

Aspiani, Yuli Reny. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien


GangguanKardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC

Bustan, M. Nadjib. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak


Menular.Jakarta: Rineka Cipta

Darliana, Devi. 2015. Manajemen pasien ST Elevasi Miokard Infark. Idea


Nursing Journal Vol 1 No 1 Oktober 2011.12 Desember
2017.http://www.jurnal.unsyiah.ac.id

Lesmana R., Goenawan H., & Abdulah R. (2017). Fisiologi dasar untuk
mahasiswa farmasi, keperawatan dan kebidanan. Yogyakarta: CV.
Budi utama.

Myrtha, Risalina. (2016). Paofisiologi Sindrom Koroner Akut. Jakarta:


EGCNANDA 2015-2017. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi &
Klasifikasi (Budi Anna Keliat, dkk, Penerjemah). Jakarta: EGC

NANDA 2015-2017. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi


(Budi Anna Keliat, dkk, Penerjemah). Jakarta: EGC

Palupi, Lusiyana Ika. 2013. Studi Pengobatan Penderita Sindrom Koroner


Akut (SKA) Rawat Inap Di RSD Dr. Soebandi Jember. 3 oktober
2017 Diambil dari http://repository.unej.ac.id

Pearce. (2015). Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana PJK. Jakarta: Centra


Communications Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia.

Syaifuddin. 2015. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
L
A
M
P
I
R
A
N
LEMBARAN KONSULTASI KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)
PROGRAM STUDI NERS STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

: WIDYA PERTIWI
NIM : 1804054
JUDUL KIA :MAMAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
NON ST ELEVASI MIOKARD INFARK PADA TN.A DI RUANGAN
IGD PJT RSUP OR. WAH!DIN 9UDJROHUSOtgO MAKASSAR

MATERI YANG 8ARAN PERBAIKAN PARAF


MARI/TGL
DIKONSULKAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Widya Pertiwi, S.Kep


Tempat / Tanggal Lahir : Ujung Pandang / 15 Februari 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat Asal : Pelita Raya VIII No.2
Alamat E-mail : wdyaprtw4@gmail.com
No HP 085825329410

Pendidikan Formal
Tingkat Nama Pendidikan Tahun Tahun
Pendidikan Mulai Selesai
SD SD Negeri KIP 2003 2008
SMP SMP Tridharma Makassar 2008 2011
SMK SMK Kesehatan Prima 2011 2014
Mandiri Makassar
S1 STIKES Panakkukang 2014 2018
Makassar

Makassar, Desember 2020

Widya Pertiwi, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai