Anda di halaman 1dari 69

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA


An. R DENGAN DIAGNOSIS COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)
DI IGD ANAK RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DISUSUN OLEH :
SRI DAMAYANTI
21.04.033

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MAKASSAR
2022
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA
An. R DENGAN DIAGNOSIS COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)
DI IGD ANAK RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Pada


Program Studi Ners STIKes Panakkukang Makassar

Oleh :
SRI DAMAYANTI, S.Kep
21.04.033

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MAKASSAR
2022

ii
KARYA ILMIA AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA An. R


DENGAN DIAGNOSA MEDIS COMMUNITY AQUIRED PNEUMONIA (CAP)
DI IGD ANAK RS Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Di Susun oleh :
Sri Damayanti S.Kep
21.04.033

Telah di pertahankan dan di SAH kan pada tanggal 15 September 2022


Dan di nyatakan LULUS

Menyetujuai Pembimbing

Ns.Muh Zukri Malik, M.kep


NIK.093 152 01 03 043

Mengesahkan

Ketua STIKES Panakkukang Makassar Ketua Program Studi Profesi Ners

Dr. Ns Makkasau, M.kes Ns. Suriyani. M.kep


NIK. 093 152 02 03 021 NIK: 093 125 02 03 048

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke

hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya

yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

(KIA) yang berjudul: “Manajemen Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan

Pada An. R Dengan Diagnosis Community Acquired Pneumonia (CAP) Di

IGD Anak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”. Shalawat serta

salam selalu tercurah kepada Rasulullah Sallalahu Alaihi Wassalam Berbagai

hambatan dan kesulitan ditemui oleh penulis dalam proses penyusunan Karya

Ilmiah Akhir ini, namun berkat usaha dan kerja keras serta bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak pada akhirnya Karya Ilmiah Akhir ini dapat

diselesaikan. Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam proses

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu masukan dan berupa saran dan kritik yang membangun dari para penguji

maupun pembaca akan sangat membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini ini

dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu.

Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

dan penghargaan kepada keluarga terkhusus orang tau Ayahanda tercinta

Badaruddin dan Ibunda Sitti Marwiah serta seluruh keluarga yang telah

memberikan doa dan dukungan yang tiada hentinya memberikan motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.

iv
Penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini semata-mata bukanlah hasil usaha

penulis sendiri, melainkan dari bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat

serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Saenab Dasong, SKM., M.Kes selaku ketua Yayasan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Stikes Panakkukang Makassar.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau, M.Kes, selaku ketua Stikes Panakkukang

Makassar sekaligus selaku pembimbing Karya Ilmiah Akhir

3. Ibu Ns. Suriyani, M.Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners Stikes

Panakkukang Makassar.

4. Bapak Ns. Muh Zukri Malik, M.Kep selaku pembimbing Karya Ilmiah

Akhir.

5. Para ibu/bapak panitia Karya Ilmiah Akhir yang dari awal hingga detik ini

telah memberikan arahan dan memfasilitasi dalam penyelesaian Karya

Ilmiah Akhir ini.

6. Para dosen Stikes Panakkukang Makasaar yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat selama proses studi serta segenap staf akademik, tata

usaha di Stikes panakkukang Makassar yang banyak membantu peneliti

dalam berbagai urusan administrasi selama perkuliahan hingga

penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.

v
7. Untuk sahabat-sahabat saya yang senantiasa memberikan motivasi,

semangat, support dan meluangkan waktunya dalam penyelesaian Karya

Ilmiah Akhir ini.

8. Teman-teman mahasiswa profesi Ners angkatan 2021 yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu, kebersamaan dengan kalian semua adalah

kenangan terindah dalam hidup saya yang tak pernah terlupakan.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu atas

bantuan dan dukungan yang telah diberikan dalam penyusunan Karya

Ilmiah Akhir Ini.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam proses

penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu

masukan dan berupa saran dan kritik yang membangun dari para penguji

maupun pembaca akan sangat membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir (KIA)

ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait terutama penulis.

Makassar, September 2022

Penulis

Sri Damayanti, S,Kep

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................ii

Halaman Persetujuan............................................................................iii

Kata Pengantar......................................................................................iv

Daftar Isi.................................................................................................vii

Daftar Gambar.......................................................................................ix

Daftar Tabel...........................................................................................x

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.............................................................................4
C. Manfaat Penulisan...........................................................................5
D. Sistematikan Penulisan...................................................................6

BAB II Tinjauan Kasus Kelolaan

A. Tinjauan Teori.................................................................................7
1. Konsep Dasar Medis.................................................................7
1.1. Definisi ...............................................................................7
1.2. Anatomi...............................................................................9
1.3. Etiologi................................................................................13
1.4. Patofisiologi........................................................................15
1.5. Manifestasi Klinis................................................................18
1.6. Komplikasi..........................................................................18
1.7. Penatalaksanaan................................................................19
2. Konsep Dasar Keperawatan.....................................................25
2.1. Pengkajian..........................................................................25

vii
2.2. Diagnosa Keperawatan......................................................28
2.3. Intervensi Keperawatan......................................................29
2.4. Implementasi Keperawatan................................................45
2.5. Evaluasi..............................................................................45
B. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian Keperawatan..........................................................46
2. Diagnosa Keperawatan............................................................60
3. Intervensi Keperawatan............................................................61
4. Implementasi Keperawatan......................................................63
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................66

BAB III Pembahasan Hasil Kelolaan

A. Pengkajian.......................................................................................69
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................72
C. Intervensi Keperawatan...................................................................74
D. Implementasi Keperawatan.............................................................75
E. Evaluasi Keperawatan.....................................................................76

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan......................................................................................77
B. Saran...............................................................................................78

viii
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan................................9

Gambar 2.2 Anatomi Fisiologi Pernafasan Atas...................................9

ix
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan.........................................................19

Tabel 2.2 Pemeriksaan darah lengkap..................................................33

x
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah

frekuensi dan pola pernapasan. Gangguan pernapasan pada bayi

dan anak dapat disebabkan oleh trauma, alergi, maupun infeksi.

Infeksi yang terjadi pada sistem pernapasan bayi dan anak disebabkan

oleh virus, bakteri, jamur, dan karena aspirasi (Ludji & Aprilya, 2019).

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi

terutama pada balita. Angka kejadian pneumonia tiap tahunnya

merenggut nyawa lebih dari 800.000 balita, atau sekitar 2.200 per harinya

dan angka tersebut termasuk lebih dari 153.000 bayi baru lahir (Abdjul,

2020).

Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau

kesulitan bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada.

Pada umumnya pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular

yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah

penderira pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk

droplet saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya kuman penyebab

pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses inhalasi

(udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung yaitu

percikkan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan
3

berbicara langsung terhirup oleh orang disekitar penderita. Banyak kasus

yang berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian pneumonia pada

balita, baik dari aspek individu anak, orang tua (ibu), maupun

lingkungan. Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat meningkatkan

resiko terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya pneumonia.

Rumah yang padat penghuni, pencemaran udara dalam ruangan

akibat penggunaan bahan bakar pada (kayu bakar/arang), dan perilaku

merokok dari orang tua merupakan faktor lingkungan yang dapat

meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia (Ludji & Aprilya,

2019).

Faktor risiko pneumonia dbagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi umur, status gizi,

pemberian ASI Eksklusif, dan BBLR. Faktor ekstrinsik meliputi kondisi

lingkungan fisik rumah, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga. Status

gizi merupakan faktor risiko pneumonia, kondisi tubuh dengan gizi kurang

akan menyebabkan seorang anak mudah terserang penyakit. Bakteri

atau virus mudah masuk dalam tubuh individu dengan ketahanan tubuh

atau imunitas yang kurang. Kondisi kurang gizi dapat melemahkan sistem

kekebalan tubuh dan pada anak-anak dengan kodisi tersebut dapat

melemahkan otot-otot pernafasan sehingga balita dengan gizi kurang

akan mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal

(Inayati, 2016).
4

Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik melakukan asuhan

keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan masalah community

acquired pneumonia (CAP).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien

dengan gangguan Community Acquired Pneumonia (CAP

2. Tujuan Khusus

a. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

pengkajian keperawatan kegawatdaruratan dengan

Community Acquired Pneumonia (CAP) di IGD Anak RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

b. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

perumusan diagnosa keperawatan kegawatdaruratan dengan

Community Acquired Pneumonia (CAP) di IGD Anak RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

c. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

penyusunan intervensi keperawatan kegawatdaruratan


5

dengan Community Acquired Pneumonia (CAP) di IGD Anak

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

d. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

implementasi keperawatan kegawatdaruratan dengan

Community Acquired Pneumonia (CAP) di IGD Anak RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

e. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

evaluasi keperawatan kegawatdaruratan dengan Community

Acquired Pneumonia (CAP) di IGD Anak RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Bidang Akademik

Dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi dan acuan

dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus

Community Acquired Pneumonia (CAP)

2. Bagi Pelayanan Masyarakat

Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat yang ada untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang benar dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pasien

dengan kasus Community Acquired Pneumonia (CAP)

3. Bagi Penulis
6

Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman nyata dalam

memberi asuhan keperawatan serta menerapkan ilmu yang diperoleh

selama mengikuti pendidikan.

D. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran penulisan tugas akhir ini, maka penulis

memberikan sistematika penulisan :

1. Menjelaskan konsep dasar dari Community Acquired Pneumonia

(CAP) yang terdiri dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi

dan penatalaksanaan medik

2. Tempat pelaksanaan pengambilan kasus

Pengambilan kasus dilakukan di IGD Anak RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara atau

pengkajian pada klien dan keluarga klien


8

BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Medis

1.1. Definisi

Community Acquired Pneumonia (CAP) merupakan

pneumonia yang diperoleh di luar rumah sakit atau yang didapat

dari masyarakat. Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus

atau jamur. Mikroorganisme penyebab CAP Streptococcus

pneumoniae (paling sering), Chlamidia pneumoniae

danMycoplasma pneumoniae. ( R. Syahniar et al., 2021).

Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan

konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus.

(Ludji & Aprilya, 2019). Pneumonia adalah peradangan paru

dimana asinus tensi dengan cairan, dengan atau tanpa di sertai

infiltrat sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga intistisium

(Khotimah dan Sensussiana, 2019).

1.2. Anatomi

Secara umum system respirasi dibagi menjadi saluran nafas

bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-paru (S.

Chandrasekhar & Laily Noor Ikhsanto, 2020) :


9

a. Saluran nafas bagian atas

Saluran pernafasan bagian atas berfungsi menyaring,

menghangatkan dan melembapkan udara yang terhirup.

Saluran pernafasan ini terdiri atas sebagai berikut :

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Gambar 2.2
Anatomi Fisiologi Pernafasan Atas
10

1. Hidung

Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang

berfungsi sebagai alat pernafasan (respirasi) dan

indra penciuman (pembau). Bentuk dan struktur

hidung menyerupai pyramid atau kerucut dengan

alasnya pada prosesus platinus osis maksilaris dan

paru horizontal osis palatum.

2. Faring

Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput

kedudukannya tegak lurus antara basis kranii dan

vertebrae servikalis VI.

3. Laring (tenggerokan)

Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring

yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat

bersama ligament dan membrane, terdiri atas dua

lamina yang bersambung digaris tengah.

4. Epiglotis

Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang

bertugas membantu menutup laring pada saat

proses menelan.

b. Saluran nafas bagian bawah


11

Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan

udara dan memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri atas

sebagai berikut :

1) Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok,

memiliki panjang kurang lebih sembilan sentimeter

yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian

vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam

belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap

berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri

atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan

debu atau benda asing.

2) Bronkus

Bronkus merupakan bentuk percabangan atau

kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua

percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih

pendek dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki

tiga lobus atas, tengah dan bawah. Sedangkan

bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang

berjalan dari lobus atas dan bawah.

3) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan peradangan setelah bronkus.


12

c. Paru-paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.

Paru terletak dalam rongga toraks setinggi tulang selangka

sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus

yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis,

serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan

surfaktan. Paru kanan terdiri dari tiga lobus dan paru kiri

dua lobus. Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua

bagian, yaitu paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah

organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh darah

yang berbentuk yang bagian puncak disebut apeks. Paru

memiliki jaringan yang bersifat elastis berpori, serta

berfungsi sebagi tempat pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida yang dinamakan alveolus.

1.3. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi

seperti :

a. Bakteri : stapilococus, streptococcus, aeruginosa.

b. Virus : virus influenza, dll

c. Mycoplasma pneumonia

d. Jamur : candida albicans

e. Benda asing
13

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah

daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi

protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia,

aspirasi dan pengobatan dengan antibiotic yang tidak sempurna

(Ludji & Aprilya, 2019).

1.4. Patofisiologi

Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan

konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus.

Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi

normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas. Sebagian

besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti

menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang

pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel

infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan

oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel

dapat mencapai paruparu , partikel tersebut akan berhadapan

dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun

sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena

terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme

dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi

maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir

bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli,


14

diikuti leukosit dalam jumlah besar ( R. Syahniar et al., 2021).

Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris.

Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura

viseral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan

pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi

terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-

to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan

menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena

penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Ludji & Aprilya,

2019).

1.5. Manifestasi Klinis

Pneumonia ditandai dengan adanya gejala batuk, demam dan

atau kesukaran bernapas seperti napas cepat, bunyi napas

bronchial tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, nafas

cuping hidung, serta nafsu makan yang buruk (Khotimah dan

Sensussiana, 2019).

1.6. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat timbul (Ludji & Aprilya, 2019) :

a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus

dengan bakteriemi. Pneumonia ekstrapulmoner non

infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru dan infark

miokard akut.
15

b. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)

c. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial

d. Sepsis

e. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan

f. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)

g. Abses paru

h. Efusi pleura

1.7. Penatalaksanaan

Menurut (Khotimah dan Sensussiana, 2019) penatalaksanaan

Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah :

a) Penicillin 50.000 u/kgBB/hari

b) Pemberian paracetamol ( Jika suhu pasien >38 0C )

c) Pemberian oksigen (O2)

d) Pemberian cairan intravena  glukosa 5% dan NaCl 0,9% 3:1

+ KCl 10 meq/500 ml/ botol infuse. Jadi karena sebagian besar

jatuh dalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan

hipoksia

2. Konsep Dasar Keperawatan (Tim POKJA SDKI, SLKI dan SIKI DPP

PPNI)

2.1. Pengkajian primary survey

a. Airway
16

− Terdapat sekret di jalan napas (sumbatan jalan napas)

− Bunyi napas ronchi

b. Breathing

− Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung

− Menggunakan otot-otot asesoris pernapasan, pernafasan

cuping hidung

− Kesulitan bernapas ; lapar udara, diaporesis, dan sianosis

− Pernafasan cepat dan dangkal

c. Circulation

− Akral dingin

− Adanya sianosis perifer

d. Dissability

− Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic

sehingga menyebabkan penurunan kesadaran

e. Exposure

− Terjadi peningkatan suhu

2.2. Pengkajian secondary survey

a. Wawancara

- Klien

Dilakukan dengan menanyakan identitas klien yaitu nama,

tanggal lahir, usia. Serta dengan menanyakan riwayat


17

kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang, riwayat

tumbuh kembang serta riwayat sosial klien

- Anamnesa

Klien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah,

dan sesak nafas.

b. Pemeriksaan fisik

Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas

cuping hidung. Pada auskultasi, dapat terdengar pernapasan

menurun. Gejala lain adalah dull (redup) pada perkusi, vokal

fremitus menurun, suaranafas menurun, dan terdengar fine

crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang terkena. Iritasi

pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada

menurun waktu inspirasi. Pemeriksaan berfokus pada bagian

thorak yang mana dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi

dan auskultasi dan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Inspeksi: Perlu diperhatikan adanya takipnea, dispnea,

sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensis

abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif,

serta nyeri dada saat menarik napas.

2. Palpasi: Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin

membeasar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi


18

yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan

(tachichardia)

3. Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit

4. Auskultasi: Dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas

berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi

basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi,

bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.

2.3. Diagnosa keperawatan

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan

upaya nafas (kelemahan otot pernafasan)

3) Hipertermia berhubungan dengan penyakit/ trauma

4) Resiko infeksi
19

2.4. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi

Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan


Latihan batuk efektif :
efektif berhubungan dengan keperawatan selama 3 x
Observasi
peningkatan produksi sputum 24 jam diharapkan
1. Identifikasi kemampuan batuk
menunjukkan status
2. Monitor adanya retensi sputum
bersihan jalan napas
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
meningkat
pernapasan
1. Batuk efektif
4. Monitor input dan output cairan ( mis.
2. Produksi sputum
Jumblah dan karakteristik )
3. Dispnea
Terapeutik
4. Frekuensi napas
1. Atur posisi semi fowler atau fowler
5. Pola napas
2. Pasang parlak dan bengkok di pangkuan
20

pasien

3. Buang secret pada tempatnya

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk

2. Anjurkan tarik napas dalam melalui

hidung selama 4 detik, di tahan selama 2

detik kemudian di keluarkan dari mulut

3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam

hingga 3 kali

4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung

setelah tarik napas dalam yang ke 3

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian mulkolitik,

jika perlu

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas :
21

berhubungan dengan keperawatan selama 1x8

hambatan upaya nafas jam di harapkan pola Observasi

(kelemahan otot pernafasan) napas membaik dengan 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,

kriteria hasil : usaha nafas)

1. Dipsnea menurun 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.

2. Pengunaan otot Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)

bantu napas 3. Monitor sputum (Jumlah, warna, aroma)

menurun Terapeutik

3. Pemanjangan fase 1. Posisikan semi fowler atau fowler

ekspirasi menurun 2. Lakukan penghisapan lender kurang dari

4. Frekuensi napas 15 detik

membaik 3. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1. Ajarkan teknik batuk efektif


22

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian bronkodialtor,

ekspektoran, mukolitik, jika perlu

Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi

dengan penyakit/ trauma keperawatan selama 3x24 Observasi

jam diharapakan 1. Identifikasi penyebab hipertermi

termoregulasi membaik 2. Monitor suhu tubuh

dengan indikator: 3. Monitor kadar elektrolit

1. Menggigil menurun 4. Monitor haluaran urine

2. Kulit kemerahan 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia

menurun Terapeutik

3. Kejang menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin

4. Pucat menurun 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian

5. Takikardia menurun 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh


23

6. Takipnea menurun 4. Berikan cairan oral

7. Bradikardia menurun 5. Ganti linen setiap hari jika mengalami

8. Suhu tubuh membaik keringat berlebih

9. Suhu kulit membaik Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan atau elektrolit

jika perlu.

Risiko infeksi Setelah dilakuakn tindakan Pencegahan Infeksi

keperawatan diharapkan Observasi

kontrol infeksi membaik 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan

dengan indikator sistemik

1. Kebersihan tangan Terapeutik

meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung

2. Kebersihan badan
24

meningkat 2. Berikan perawatan kulit pada area edema

3. Nafsu makan 3. Pertahankan kondisi aseptik pada pasien

meningkat beresiko tinggi

4. Demam menurun Edukasi

5. Kemerahan menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

6. Nyeri menurun 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

7. Bengkak menurun 3. Ajarkan etika batuk

4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau

luka operasi

5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

6. Anjurkan meningkatkan cairan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu


25

2.5. Implementasi

Tindakan keperawatan (implementasi) adalah diskripsi untuk

perilaku yang diharapkan dari klien atau tindakan yang harus

dilakukan oleh perawat sesuai dengan apa yang direncanakan

(PPNI, 2018). Implementasi pada klien community acquired

pneumonia (CAP) meliputi pencapaian bersihan jalan nafas

meningkat, pertukaran gas meningkat, suhu tubuh membaik, dan

pencegahan komplikasi (PPNI, 2018)

2.6. Evaluasi

Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan

item-item atau perilaku yang diamati dan dipantau, untuk

menentukan pencapaian hasil dalam jangka waktu yang telah

ditentukan (PPNI, 2019). Evaluasi bertujuan untuk menilai hasil

akhir dari seluruh intervensi keperawatan yang telah dilakukan,

dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan klien

dan tenaga kesehatan lainnya, dituliskan dalam catatan

perkembangan yang berfungsi untuk mendokumentasian keadaan

klien, baik berupa keberhasilan maupun ketidakberhasilan

berdasarkan masalah yang ada.

Evaluasi ini dapat bersifat formatif yaitu evaluasi yang

dilakukan secara terus menerus, untuk menilai hasil tindakan yang


26

dilakukan, yang juga disebut tujuan jangka pendek. Dan dapat

pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada

akhir dari semua tindakan keperawatan, yang disebut dengan

mengevaluasi pencapaian tujuan jangka panjang. Hasil yang

diharapkan dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien

dengan community acquired pneumonia (CAP) adalah bersihan

jalan nafas meningkat, suhu tubuh membaik serta tidak adanya

tanda-tanda infeksi.
27

B. TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN

Ruangan : IGD ANAK Tanggal : 29 Agustus 2022 Jam : 13.00 WITA


No. Rekam Medik : 958955
Nama Inisial : An. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/Umur : 31 Juli 2021 / 1 Tahun
Alamat : Jln. AB Lambogo 11 Lr. 3
Rujukan : R Tidak , Pasien datang menggunakan mobil pribadi

Diagnosa : Community Acquired Pneumonia (CAP)


Nama keluarga : Tn. S
Alamat : Jln. AB Lambogo 11 Lr. 3
Transportasi waktu datang : Mobil pribadi
Alasan masuk :
Pasien berusia 1 Tahun datang dengan keluhan mengalami sesak napas sejak 2 hari
yang lalu, sertai batuk berlendir yang dialami sejak 4 hari yang lalu. Dari hasil
pengkajian terdapat adanya secret yang tertahan yang tidak mampu untuk di
keluarkan. Ada riwayat kejang dirumah dengan frekuensi 3 x kali dengan durasi 1
menit. Pemeriksaan tanda tanda vital di dapatkan. Pernapasan 47 x/menit, Nadi: 147
x/ menit, Suhu: 37.40C

PENGKAJIAN PRIMARY SURVEY TRAUMA SCORE

A. Airway A. Frekuensi Pernafasan


1. Pengkajian jalan napas 10 – 25 4
Bebas Tersumbat  25 – 35 3
Trachea di tengah :  > 35 2
28

Ya  Tidak  < 10 1


 Resusitasi : Tidak dilakukan 0 0
resusitasi
 Re-evaluasi : Tidak dilakukan B. Usaha bernafas
2. Masalah Keperawatan :  Normal 1
Bersihkan jalan napas tidak
efektif  Dangkal 0

B. Breathing C. Tekanan darah


1. Fungsi pernapasan  > 89 mmHg 4
 Dada simetris :  Ya  Tidak  70 – 89 mmHg 3
 Sesak nafas :  Ya Tidak  50 – 69 mmHg 2
 Respirasi : 47 x / mnt  1 – 49 mmHg 1
 Krepitasi :  Ya  Tidak 0 0
 Suara nafas : Ronchi
 Saturasi O2 : 95 % D. Pengisian kapiler
 Resusitasi : Tidak ada  < 2 dtk 2
 Re-evaluasi : Tidak ada  > 2 dtk 1
 Masalah Keperawatan : Pola  Tidak ada 0
nafas tidak efektif
E. Glasgow Coma Score (GCS)
C. Circulation  14 – 15 5
1.Keadaan sirkulasi  11 – 13 4
 Tensi : - mmHg
 8 – 10 3
 Nadi : 147 x / menit
5–7 2
 Suhu Axilla : 37,40c
3–4 1
 Temperatur Kulit :
Hangat  Panas  Dingin
TOTAL TRAUMA SCORE ( A + B + C +
 Gambaran Kulit :
D + E) = 7
 Kering  Lembab/basah
 Pengisian Kapiler : < 2 detik
 Resusitasi : Tidak ada
 Re-evaluasi : Tidak ada
2.Masalah Keperawatan : Tidak
ada masalah

D. Disability
1. Penilaian fungsi neurologis
29

Alert : Kesadaran Composmentis


GCS 15
( E.4 V.5 M.6 )
Verbal respons : Merespon saat
di tanya
Paint respons : Merespon saat
ada rangsangan nyeri
2. Masalah keperawatan : Tidak
ada masalah

E. Exposure
1. Penilaian Hipotermia/Hipertermia
Hiportermia : Tidak
Hipertermia : Tidak
Suhu : 37,40C
2. Masalah Keperawatn : Tidak ada
masalah keperawatan

PENGKAJIAN SEKUNDER/ SURVEY SEKUNDER

1. Riwayat Kesehatan

a. S :Sign/symptoms (tanda dan gejala) :

Pasien nampak sesak dan batuk.

b. A : Allergies (alergi) :

Ibu pasien mengatakan pasien tidak ada riwayat alergi.

c. M : Medications (pengobatan)

Ibu pasien mengkonsumsi obat penurun panas sebelum masuk

rumah sakit.

d. P : Past medical history (riwayat penyakit):

Ibu pasien mengatakan anaknya pernah dirawat di rumah sakit

sebelumnya.
30

e. L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum

sakit):

Ibu pasien mengatakan anaknya terakhir meminum susu dan makan

bubur.

f. E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian sebelum injuri/sakit)

Ibu pasien mengatakan anaknya kejang saat berada dirumah

dengan frekuensi 3 kali dengan durasi 1 menit

2. Riwayat Dan Mekanisme Trauma (Dikembangkan Menurut OPQRST)

O : Onset (seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi) : Tidak

ada

P : Provokatif (penyebab) : Tidak ada

Q : Quality ( Kualitas ) : Tidak ada

R : Radiation (paparan) : Tidak ada

S : Severity ( tingkat keparahan) : Tidak ada

3. Tanda-Tanda Vital

Frekuensi Nadi : 147 x/menit

Frekuensi Napas : 47 x/menit

Tekanan darah : - mmHg

Suhu Tubuh : 37,4℃

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
31

Kulit kepala : Rambut bersih, tidak ada luka dan benjolan

Mata : Simetris kiri dan kanan ,refleks pupil isokor,

konjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak adanya pembengkakan

pada mata.

Telinga : Simetris kiri dan kanan,tidak ada peradangan

dan fungsi pendengaran baik.

Hidung : Bentuk simetris, tidak ada secret

Mulut dan gigi : Mulut tidak berbau dan masih terdapat 2 gigi

Wajah : Tampak bersih dan tidak ada pembengkakan.

b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

c. Dada/thorax :

Inspeksi : Bentuk simetris tidak terdapat adanya jejas pada dinding

dada, tidak ada benjolan, perkembangan dada normal, pasien

nampak menggunakan otot bantu nafas

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Ada suara napas tambahan yaitu ronchi

d. Jantung

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan

Palpasi : Ictus cordis teraba kuat

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal


32

e. Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, tidak terdapat

jejas pada dinding perut

Auskultasi : suara peristaltic 26x/m

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

f. Perineum dan rectum : Tidak dilakukan

g. Genetalia : Tidak dilakukan

h. Ekstremitas :

Status sirkulasi : Pengisian kapiler pada ektermitas atas dan

bawah < 2 detik.

Ekstremitas atas : Simetris, gerakan ada, jumlah jari lengkap

masing-masing kiri dan kanan 5.

Ekstremitas bawah : Simetris, gerakan ada, jumlah jari lengkap.

i. Neurologis

Fungsi sensorik : Pasien dapat merasakan stimulus berupa

sentuhan pada anggota tubuh.

Fungsi Motorik : Pasien dapat mengangkat kedua tangannya dan

kedua kakinya

5. Hasil laboratorium

Tabel 2.2 Pemeriksaan darah lengkap


33

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

HEMATOLOGI

Hematologi

Rutin

WBC 14.6 4.00–10.0 10^3/ul

RBC 4.04 4.00 – 6.00 10^6/uL

HGB 12.6 12.0 – 16.0 gr/dl

HCT 37 37.0 – 48.0 %

MCV 92 80.0 – 97.0 fL

MCH 31 26.5 – 35.0 pg

MCHC 34 31.5-35.0 gr/dl

PLT 107 150-400 10^3/ ul

RDW-CV 12.7 10.0-15.0

PDW 11.1 10.0-18.0 fL

MPV 10.4 6.50-11.0 Fl

PCT 0.20 0.15-0.50 %

NEUT 35.1 52.0-75.0 %

LYMPH 59.0 20.0-40.0 %

MONO 4.6 2.00-8.00 10^3/ul

EO 1.0 1.00-3.00 10^3/ul

BASO 0.1 0.00-0.10 10^3/ul


34

LED 1 0.3 (L < 10, P < 20) mm

LED Jam II

6. Hasil pemeriksaan dianostik

a. Pneumonia sinistra

b. Gambaran L to R shunt

7. Terapi medis

a. Terpasang Asering 20 tpm

b. Injeksi Ceftazidime 300 mg/ 12 jam/iv

c. Injeksi Gentamicin 15 mg/ 12jam/iv

2. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif

− Ibu pasien mengatakan − Pasien nampak sesak

anaknya sesak − P : 47 x/mnt

− Ibu pasien mengatakan − SPO2 : 95 %

anaknya batuk berlendir − Terpasang nasal kanul 2

− Ibu pasien mengatakan liter

anaknya sesak − Pasien nampak batuk

berlendir

− Pasien nampak rewel

− Ada suara nafas


35

tambahan yaitu ronkhi

− WBC : 14.6

3. ANALISA DATA

Data Masalah Etiologi


keperawatan
DS : Pola nafas tidak Community

− Ibu pasien efektif Acquired

mengatakan anaknya berhubungan Pneumonia

sesak dengan

DO : hambatan Terjadi interaksi

− Pasien nampak sesak upaya nafas bakteri/virus

− P : 47 x/mnt (kelemahan otot dengan antibody

− SPO2 : 95 % pernafasan)

− Terpasang nasal kanul Reaksi radang

2 liter pada alveoli

Konsolidasi diparu

Compliance paru

meningkat
36

Pola nafas tidak

efektif

DS : Bersihan jalan Community

− Ibu pasien nafas tidak Acquired

mengatakan anaknya efektif Pneumonia

batuk berlendir berhubungan

− Ibu pasien dengan sekresi Terjadi interaksi

mengatakan anaknya yang tertahan bakteri/virus

sesak dengan antibody

DO :

− Pasien nampak batuk Reaksi radang

berlendir pada alveoli

− Pasien nampak rewel

− P : 47 x /mnt Akumulasi secret

− Ada suara nafas

tambahan yaitu ronkhi Obstruksi jalan

nafas

Gangguan

ventilasi
37

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

Factor resiko : Resiko Infeksi Community

− WBC : 14.6 Acquired

Pneumonia

Terjadi interaksi

bakteri/virus

dengan antibody

Reaksi radang

pada alveoli

Pelepasan TNF-α

dan IL-1

Leukosit dari

sumsum tulang

Resiko infeksi
38

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

nafas (kelemahan otot pernafasan)

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

yang tertahan

c. Resiko infeksi
39

5. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan Keperawatan
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan (I.01001) Manajemen jalan nafas :

berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 8 Observasi

hambatan upaya nafas jam maka diharapkan pola 1) Monitor pola nafas (frekuensi,

(kelemahan otot nafas membaik dengan kedalaman, usaha nafas)

pernafasan) kriteria hasil: 2) Monitor bunyi nafas

1) Frekuensi napas tambahan

membaik. 3) Monitor sputum

2) Penggunaan otot Terapeutik

bantu napas membaik. 4) Pertahankan kepatenan jalan

nafas dengan head-tilt dan

chin-lift

5) Posisikan semi fowler atau

fowler

6) Berikan minum hangat

7) Lakukan fisioterapi dada

8) Lakukan pengisapan lendir

kurang dari 15 detik

9) Berikan oksigen
40

Edukasi

10)Anjurkan asupan cairan 2000

ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

11)Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

12)Kolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik

Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan (1.01014) Pemantauan Respirasi :

tidak efektif keperawatan selama 1 x 8 Observasi

berhubungan dengan jam, diharapkan bersihan 1. Monitor frekuensi, irama,

sekresi yang tertahan jalan nafas meningkat, kedalaman dan upaya napas

dengan, kriteria hasil: 2. Monitor pola nafas

1) Produksi sputum 3. Monitor kemampuan batuk

menurun efektif

4. Monitor adanya produksi

sputum

5. Monitor adanya sumbatan

jalan nafas
41

6. Auskultasi jalan nafas

7. Monitor saturasi oksigen

8. Monitor nilai AGD

Terapeutik

9. Atur interval pemantauan

respirasi sesuai kondisi

pasien

10. Dokumentasikan hasil

pemantauan

Edukasi

11. Jalaskan tujuan dan prosedur

pemantauan

12. Informasikan hasil

pemantauan,jika perlu

Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan (I 14539) Pencegahan Infeksi :

asuhan keperawatan 1 x 8 Observasi

jam diharapkan tidak infeksi 1. Monitor tanda dan gejala

menurun dengan kriteria infeksi

hasil :
Terapeutik
1. Kebersihan tangan
2. Batasi jumlah pengunjung
meningkat
3. Cuci tangan sebelum dan
42

2. Kebersihan badan sesudah kontak dengan

meningkat pasien dan lingkunganpasien

3. Kadar sel darah putih 4. Pertahanakan teknik aseptic

membaik pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

5. Ajarkan cara mencuci tangan

dengan benar

6. Anjurkan meningkatkan

asupan nutrisi

7. Anjurkan meningkatan

asupan cairan
43

6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal Jam Implementasi

1 29 Agustus 13:30 1) Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,

2022 usaha nafas)

Hasil : Pola nafas tidak efektif dengan

frekuensi pernafasan : 47 x / mnt

13:33 2) Memonitor bunyi nafas tambahan

Hasil : ada bunyi nafas tambahan yaitu

ronkhi
13:35
3) Memonitor sputum

Hasil : adanya sputum berwarna putih dan

13:37 kental

4) Memberikan oksigen

Hasil : Telah diberikan oksigen nasal kanul 2

liter

2 29 Agustus 13:40 1. Memonitor frekuensi,irama, kedalaman, dan

2022 upaya nafas

Hasil : Frekuensi : 47 x / menit

Irama : Tidak teratur


44

Kedalaman : Cepat dan dangkal

Upaya nafas : tampak adanya retraksi dada

saat bernafas

13:43 2. Memonitor kemampuan batuk efektif

Hasil : nampak pasien tidak mampu batuk

13:46 3. Memonitor adanya produksi sputum

Hasil : terdapat sputum berwarna putih,

kental.

13:48 4. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas

Hasil : adanya sputum dijalan nafas

13:50 5. Memonitor saturasi oksigen

Hasil : SPO2 : 95%

3 29 Agustus 13:55 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi

2022 Hasil : Hasil Lab menunjukkan WBC

meningkat 14.6 ul

13:57 2. Mempertahanakan teknik aseptic pada

pasien beresiko tinggi

Hasil : Semua tindakan dilakukan secara

aseptic seperti rajin mencuci tangan

14:00 3. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan

benar
45

Hasil : Keluarga pasien diajarkan cara

mencuci tangan dengan benar.

7. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Jam Evaluasi

29 Agustus 2022 16:00 S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih

sesak

O : Pasien nampak sesak.

P : 45 x/mnt.

SPO2 : 98%

A : Masalah pola nafas belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1) Monitor pola nafas (frekuensi,

kedalaman, usaha nafas)

2) Monitor bunyi nafas tambahan

3) Monitor sputum

4) Berikan oksigen

29 Agustus 2022 16:20 S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih

batuk.

O : Penfasan cepat dan dangkal dengan


46

frekuensi nafas 45 kali/ menit. Masih ada

lendir berwarna putih, kental.

A : Masalah bersihan jalan nafas belum

teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman

dan upaya napas

2. Monitor kemampuan batuk efektif

3. Monitor adanya produksi sputum

4. Monitor adanya sumbatan jalan

nafas

5. Monitor saturasi oksigen

29 Agustus 2022 16:45 S:-

O : Hasil Lab WBC 14.6 ul

A : Masalah resiko infeksi belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi

2. Pertahanakan teknik aseptic pada

pasien beresiko tinggi

3. Ajarkan cara mencuci tangan

dengan benar
47
BAB III

PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

Dalam pelaksanaan praktik keperawatan gawat darurat pada

An. R dengan diagnosa medis Community Acquired Pneumonia (CAP)

telah dilakukan upaya semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah

keperawatan yang dialami pasien dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi dengan tidak

mengabaikan pendekatan medis.

Beberapa kesenjangan antara teori dan praktik ditemukan

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. R berikut ini akan

dibahas beberapa kesenjangan yang terjadi. Untuk memudahkan

dalam pembahasan selanjutnya penulis menggunakan proses asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Primary survey

1) Airway

Secara teori :

− Terdapat sekret di jalan napas (sumbatan jalan napas)

− Bunyi napas ronchi.

48
Analisis : Pada kasus An. R didapatkan adanya sputum dijalan

nafas serta terdapat juga bunyi nafas tambahan yaitu ronchi.

2) Breathing

Secara teori :

− Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung

− Menggunakan otot-otot asesoris pernapasan, pernafasan

cuping hidung

− Kesulitan bernapas ; lapar udara, diaporesis, dan sianosis

− Pernafasan cepat dan dangkal

Analisis : Pada kasus didapatkan pernafasan pasien cepat dan

dangkal dengan frekuensi pernafasan 47 x / menit. Ada

kesenjangan antara teori dengan kasus yaitu tidak ada tanda-

tanda Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,

Menggunakan otot-otot asesoris pernapasan, pernafasan cuping

hidung, Kesulitan bernapas ; lapar udara, diaporesis, dan sianosis.

3) Circulation

Secara teori :

− Akral dingin

− Adanya sianosis perifer

49
Analisis : Dari hasil analisis penulis menemukan kesenjangan

antara teori dan kasus yang terjadi. Saat dilakukan pengkajian

akral pasien teraba hangat dan tidak adanya sianosis perifer.

4) Disability

Secara teori : Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis

metabolic sehingga menyebabkan penurunan kesadaran

Analisis : Pada kasus An.R didapatkan tingkat kesadaran pasien

Composmentis dengan GCS: 15 (E4,V5,M6) tidak didapatkan

penurunan tingkat kesadaran hal ini mengakibatkan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus.

5) Exposure

Secara teori : Terjadi peningkatan suhu

Analisis : Pada analisis teori dan kasus ditemukan adanya

kesenjangan yaitu pada saat pengkajian tidak ditemukannya

peningkatan suhu pada pasien. Suhu pasien saat pengkajian

37,40C.

B. Diagnosa keperawatan

Menurut teori diagnosa keperawatan yang lazim digunakan pada pasien

dengan kasus seperti diatas sebagai berikut :

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum

50
Analisis : Tidak adanya kesenjangan antara teori dengan kasus.

Dalam perumusan diagnosa keperawatan ditemukan adanya keluhan

batuk, sputum yang banyak yang dirasakan pasien sehingga penulis

mengangkat diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif.

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

(kelemahan otot pernafasan)

Analisis : Tidak adanya kesenjangan antara teori dengan kasus.

Dalam perumusan diagnosa keperawatan ditemukan adanya keluhan

sesak yang dirasakan pasien sehingga penulis mengangkat diagnosa

pola nafas tidak efektif

3) Hipertermia berhubungan dengan penyakit/ trauma

Analisis : Adanya kesenjangan antara teori dengan kasus karena

penulis tidak mengangkat diagnose ini karena tidak ada data yang

ditemukan saat pengkajian dilakukan seperti adanya suhu tubuh

meningkat, berkeringat berlebih atau diaforesis.

4) Resiko infeksi

Analisis : Tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus karena

dalam perumusan diagnosa keperawatan ditemukan adanya

peningkatan WBC pada pasien sehingga jika terjadi peningkatan

leukosit maka tubuh sedang melawan infeksi.

C. Intervensi Keperawatan

51
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

(kelemahan otot pernafasan)

Tindakan keperawatan secara teori yakni memonitor pola nafas, bunyi

nafas tambahan, melakukan fisioterapi dada, melakukan penghisapan

lendir, memberikan oksigen serta pemberian bronkodilator atau

ekspektoran jika diperlukan.

Dalam tinjauan kasus ini, tindakan yang diberikan pada pasien adalah

memonitor pola nafas, bunyi nafas tambahan, memonitor sputum serta

memberikan oksigen.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan

Tindakan keperawatan secara teori yakni mengidentifikasi

kemampuan batuk, memonitor adanya retensi sputum, memberikan

posisi semi fowler atau fowler, pasang perlak dan bengkok dipangkuan

pasien serta membuat secret ketempat sputum.

Dalam tinjauan kasus ini, tindakan yang diberikan pada pasien adalah

memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas. Memonitor

kemampuan batuk efektif, memonitor adanya sumbatan jalan nafas

serta mengecek saturasi oksigen pada pasien.

3. Resiko infeksi

Tindakan keperawatan secara teori yakni memonitor tanda dan gejala

infeksi lokal dan sistemik, membatasi jumlah pengunjung,

52
mempertahankan kondisi aseptik pada pasien beresiko tinggi, serta

mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar.

Dalam tinjauan kasus ini, tindakan yang diberikan pada pasien adalah

memonitor tanda dan gejala infeksi, mempertahankan teknik aseptic

pada pasien beresiko tinggi serta mengajarkan cara mencuci tangan

dengan benar ke keluarga pasien untuk mencegah terjadinya infeksi

berkelanjutan.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi atau penanganan utama pada pasien dengan community

acquired pneumonia pada teori yaitu, memonitor pola nafas (frekuensi,

kedalaman dan upaya nafas, bunyi nafas tambahan, dan memberikan

oksigen. Berdasarkan hal tersebut tidak ada kesenangan antara teori

dengan kasus yang terjadi.

Implementasi atau penanganan jika didapatkan tanda-tanda adanya

sputum yang banyak maka diberikan tindakan memonitor pola nafas,

sumbatan dijalan nafas, memperhatikan kemampuan batuk efektif

pasien, melihat adanya produksi sputum.

Implementasi atau penanganan pada pasien jika didapatkan adanya

resiko infeksi maka diberikan tindakan yakni mengkaji tanda dan gejala

infeksi, mempertahankan teknik aseptic serta mengacarkan cara mencuci

tangan dengan benar.

53
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan antara teori dengan kasus mengacu pada tujuan

diagnosa keperawatan yang diangkat sesuai dengan kriteria hasil yang

diharapkan. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan evaluasi selama 1 x

8 jam sesuai dengan waktu rawat pasien di IGD. Hal tersebut

menunjukkan tidak kesenjangan antara teori dan kasus.

54
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada

An. R dengan diagnosa Community Acquired Pneumonia (CAP) di IGD

Anak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Maka penulis

menyimpulkan bahwa

1. Pada pengkajian kasus didapatkan pasien mengalami sesak nafas,

terdapat banyak sputum dan hasil WBC meningkat. Sesuai hasil

pengkajian ditemukan beberapa masalah yang terjadi pada pasien

antara lain:

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

nafas (kelemahan otot pernafasan)

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

yang tertahan

c. Resiko infeksi

2. Intervensi yang diberikan pada An. R dengan diagnosa Community

Acquired Pneumonia (CAP) adalah mengatasi pola nafas dengan

pemberian intervensi manajemen jalan nafas, mengatasi sputum

yang menghambat jalan nafas dengan pemberian intervensi

pemantauan respirasi dan resiko infeksi dengan pencegahan infeksi

55
3. Implementasi diberikan kepada pasien sesuai dengan perencanaan

yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan kebutuhan pasien.

4. Evaluasi dilaksanakan setelah pemberian tindakan keperawatan dan

menilai hasil dari tindakan tersebut. Evaluasi dari tindakan yang telah

diberikan meliputi menilai pola nafas, menilai apakah sputum masih

ada dan menilai apakah ada tanda-tanda infeksi lainnya

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

1. Untuk Rumah Sakit

Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar dapat mempertahankan

diagnosa yang bersifat proritas dan bersifat kegawatdaruratan, serta

lebih meningkatkan lagi pelayanannya khususnya di bidang

keperawatan kegawatdaruratan.

2. Untuk Perawat

Diharapkan kepada perawat agar lebih meningkatkan ilmu

pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada pasien gawat

darurat khusunya dengan kasus Community Acquired Pneumonia

(CAP) agar mampu meningkatkan potensi diri sehingga tercapai

pelayanan optimal kepada pasien

3. Untuk Institusi Pendidikan

56
Diharapkan keada institusi pendidikan agar lebih meningkatkan ilmu

pengetahuan yang bersumber pada notebook, penelitian-penelitian

terbaru (jurnal) mengenai asuhan keperawatan dengan diagnosa

Community Acquired Pneumonia (CAP) dengan harapan dapat

memberikan asuhan keperawatan secara tepat yang sesuai

kebutuhan dan karakteristik pasien, agar lebih mudah menganalisa

kasus. diberikan meliputi menilai karakteristik nyeri, durasi dan

intesitas nyeri. Menilai apakah ada tanda-tanda syok atau kecukupan

cairan setelah tindakan diberikan

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

2) Untuk Rumah Sakit

Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar dapat mempertahankan

diagnosa yang bersifat proritas dan bersifat kegawatdaruratan, serta

lebih meningkatkan lagi pelayanannya khususnya di bidang

keperawatan kegawatdaruratan.

3) Untuk Perawat

Diharapkan kepada perawat agar lebih meningkatkan ilmu

pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada pasien gawat

darurat khusunya dengan kasus Community Acquired Pneumonia

57
(CAP) agar mampu meningkatkan potensi diri sehingga tercapai

pelayanan optimal kepada pasien

4) Untuk Institusi Pendidikan

Diharapkan keada institusi pendidikan agar lebih meningkatkan ilmu

pengetahuan yang bersumber pada notebook, penelitian-penelitian

terbaru (jurnal) mengenai asuhan keperawatan dengan diagnosa

Community Acquired Pneumonia (CAP) dengan harapan dapat

memberikan asuhan keperawatan secara tepat yang sesuai

kebutuhan dan karakteristik pasien, agar lebih mudah menganalisa

kasus.

58
59

DAFTAR PUSTAKA

Abdjul, R. L. (2020). Literature Review Pengetahuan Orang Tua Dalam Pencegahan

Pneumonia Pada Balita. http://repository.bku.ac.id/xmlui/handle/123456789/438

Inayati, C. (2016). Hubungan Faktor Risiko Intrinsik Dengan Kejadian Pneumonia

Pada Anak Balita. Jurnal Medika Respati, 11(4), 1907–3887.

Khotimah dan Sensussiana. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Anak Dengan

Peneumonia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Journal of Chemical

Information and Modeling.

Ludji, D., & Aprilya, Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R.F Dengan

Pnemonia Di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Poltekkes Kemenkes Kupang, 1(1), 1–11.

S. Chandrasekhar, F. R. S., & Laily Noor Ikhsanto, jurusan teknik mesin. (2020).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN

BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT. Liquid Crystals,

21(1), 1–17.

Syahniar, R., Nabila, A. N., Kharisma, D. S., & Akbar, M. A. (2021). Comparison

between monotherapy and combination therapy among inpatients with

community-acquired pneumonia. Jurnal Ilmiah Farmasi, 17(1), 56–63.

https://doi.org/10.20885/jif.vol17.iss1.art6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis
Nama : Sri Damayanti, S.Kep
Tempat/Tanggal Lahir : Benteng Selayar, 26 September 1999
Suku Bangsa : Makassar / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. D.I Panjaitan Lorong 4
Email : sdamayanti880@gmail.com
No. HP : 085757549649
Nama Orang Tua :
1. Ayah : Badaruddin
2. Ibu : Sitti Marwiah
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Inpres Benteng 1 Selayar (2005-2011)
2. SMP Negeri 1 Benteng Selayar (2011-2014)
3. SMA Negeri 1 Benteng Selayar (2014-2017)
4. S1 Keperawatan STIKES Panakkukang (2017-2021)

Anda mungkin juga menyukai