Disusun Oleh:
21.04.028
2022
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
Disusun Oleh:
21.04.028
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
21.04.028
Karya tulis ini telah di periksa dan di setujui oleh pembimbing Karya Ilmiah
Nim : 21.04.028
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah hasil
penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak
terdapat karya atau pemikiran yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebagai atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain,
maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia
menerima sanksi berupa gelar kerserjanaan yang telah diperoleh dapat di
tinjau kembali.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan
tanpa ada paksaan sama sekali.
iv
KATA PENGANTAR
Makassar”.
pihak yang sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun
Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini dengan berbesar hati
sebesar-besarnya kepada:
3. Ibu Ns. Suriyani, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi
penyusunan KIA.
4. Bapak Ns. Muh. Zukri Malik, S.Kep, M.Kep, selaku pembimbing yang
Akhir ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu
masukan, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat
membantu dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini. Semoga Karya Ilmiah
Akhir ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.
Penyusun
Halaman
B. Tujuan Umum....................................................................
a. Pengertian .............................................................
c. Klasifikasi .............................................................
d. Etiologi..................................................................
e. Patofisiologi .........................................................
1
f. Penatalaksanaan Medik .......................................
a. Pengkajian Keperawatan......................................
d. Implementasi .......................................................
e. Evaluasi ................................................................
c. Diagnosa Keperawatan.............................................
e. Implementasi ..............................................................
f. Evaluasi ......................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah salah satu pewaris dari setiap bangsa.
sehingga kelak menjadi orang dewasa yang sehat baik secara fisik,
Hasendra, 2019 ).
1
menjadi >38,0 c. Rangsangan demam tersebut yang dapat
1
meninggal. Insiden dan prevalensi kejang demam di Eropa pada
besar yaitu 8,3 – 9,9% pada tahun yang sama ( WHO, 2017)
1
namun tidak dapat mencegah berulangnya kejang demam ( Arief
2015 )
besar yaitu 2-4%, artinya dari 100 anak dengan demam ada sekitar
tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tidak tahu harus
Widyastuti, 2016 )
1
Makassar penulis menemukan kasus yaitu Kejang Demam, maka
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
penatalaksanaan, komplikasi)
Sudirohusodo Makassar .
1
prioritas masalah.
Sudirohusodo Makassar.
D. Manfaat penulisan
1. Bagi pendidikan
1
pemberian asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan
Demam.
4. Bagi penulis
Demam.
E. Sistematik Penulisan
1
a. Tempat
Sudirohusudo Makassar
a. Waktu
Pemeriksaan Laboratorium.
1
BAB II
a. Tinjauan Teori
1
1.2 Anatomi Fisiologi Kejang Demam
Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Saraf Pusat
1
a. Cerebrum (otak besar)
1) Thalamus
2) Hypothalamus
1
masingmasing mempunyai kegiatan fisiologi yang
3) Formation Riticularis
b. Serebellum
1
cranialis) adalah saraf yang langsung keluar dari otak
1) N. I : Nervus Olfaktorius
2) N. II : Nervus Optikus
4) N. IV : Nervus Troklearis
5) N. V : Nervus Trigeminus
6) N. VI : Nervus Abducen
9) N. IX : Nervus Glossofaringeus
1
Kejang dapat disebabkan oleh kenaikan suhu badan
yaitu :
1
b. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit.
timbulnya demam.
normal.
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan
1
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
penyakit / keturunan
yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
1
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
a. Memberantas kejang
mg/kgBB/kali tunggu 5 m
RL)
menit.
1
menunjukkan dapat diberikan paracetamol 10
mg/kgBB.
2.1 Pengkajian
(Santosa. NI 2020)
a. Aktifitas/istirahat
1
2). Tanda : Perubahan kekuatan otot
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
e. Makanan/ cairan
dengansktivitas kejan
f. Neurosensori
g. Nyeri/kenyamanan
iktal.
h. Pernapasan
1
1). Gejala : Fase iktal: gigi mengatup, sianosis, pernafasan
a. Keamanan
j. Interaksi sosial
d. Resiko cedera
e. Resiko jatuh
1
1
2.3. Intervensi Keperawatan
1
Gejala dan tanda h. Tidak terdapat takikardia jika mengalami hiperhidrosis
a. Mayor i. Tidak tampak takipnea 11. Lakukan pendinginan eksternal
Subyektif j. Tidak terdapat bradikardia 12. Hindari pemberian antipiretik atau
Tidak tersedia k. Tidak ada hipoksia aspirin
Obyektif l. Suhu tubuh membaik 13. Beri oksigen bila perlu
- Suhu tubuh diatas nilai m. Suhu kulit membaik Edukasi :
normal n. Kadar glukosa membaik 14. Anjurkan tirah baring
b. Minor Kolaborasi :
Subyektif 15. Kolaborasi pemberian cairan dan
Tidak tersedia elektrolit intravena, jika perlu
Obyektif Terapi relaksasi
- Kulit merah Observasi
- Kejang 1. Identifikasi penurunan energi,
- Takardi ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
- Tachipnea gejala lain yang mengangu kemampuan
- Kulit terasa hangat kognitif
Kondisi Klinis Terkait 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
- Proses infeksi efektif digunakan
- Hipertiroid 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan,
1
- Stroke dan penggunaan teknik sebelumnya
- Dehidrasi 4. Monitor respons terhadap terapi
- Trauma relaksasi
- Prematuritas Terapeutik
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
tenang tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan
nyaman, jika memungkinkan
6. Gunakan pakaian longgar
7. Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
8. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain , jika sesuai
Edukasi
9. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia
10. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
1
11. Anjurkan mengambil posisi nyaman
12. Anjurkan rileks dan merasakan sensai
relaksasi
13. Anjurkan sering mengulamgi atau
melatih teknik yang dipilij
14. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
2. D.0001 Bersihan Jalan Nafas Tidak L.01001 bersihan jalan nafas I.011011 Manajemen Jalan Nafas
Efektif setelah dilakukan tindakan Observasi
Definisi keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kemampuan batuk
Ketidakmampuan membersihkan diharapakan bersihan jalan nafas 2. Monitor adanya retensi sputum
sekret atau obstruksi jalan nafas untuk meningkat dengan, kriteria hasil: 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
mempertahankan jalan nafas paten. 1. Frekuensi nafas meningkat saluran napas
Penyebab 2. Pola nafas meningkat 4. Monitor input dan output cairan ( mis.
Fisiologis jumlah dan karakteristik)
1. Spasme jalan napas Terapeutik
2. Hipersekresi jalan napas 1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
3. Disfungsi neuromuskuler 2. Pasang perlak dan bengkok di
4. Benda asing dalam jalan napas pangkuan pasien
1
5. Adana jalan napas buatan 3. Buang sekret pada tempat sputum
6. Sekresi yang tertahan Edukasi
7. Hiperplasia dinding jalan napas 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
8. Respon alergi efektif
9. Efek agen farmakologis (mis. 2. Anjurkan tarik napas dalam melalui
anastesi) hidung selama 4 detik, ditahan selama
Situasional 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
1. Merokok aktif dengan bibir mencucu (dibulatkan)
2. Merokok pasif selama 8 detik
3. Terpajan polutan 3. Anjurkan mengulangi tarik napas
Gejala dan tanda mayor dalam hingga 3 kali
Subjektif: (tidak tersedia) 4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung
Objektif setelah tarik napas dalam yang ke-3
1. Batuk tidak efektif Kolaborasi
2. Tidak mampu batuk dan Sputum 5. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
berlebih ekspektoran, jika perlu
3. Mengi, wheezing dan/atau, ronkhi
kering
4. Mekonium di jalan napas (pada
1
neonatus)
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Dipsnea, Sulit bicara, dan
Ortopnea
Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. 3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
Kondisi klinis terkait
1. Gullian barre syndrome
2. Sklerosis multipel
3. Myasthenia gravis
4. Cedera kepala
5. Stroke
6. Sindrom aspirasi mekonium
1
7. Infeksi saluran napas
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Perfusi Jaringan Serebral Manajemen Konstipasi (I.04155)
D.0017 Setelah dilakukan tindakan Observasi
Definisi: keperawatan selama 2 x 24 jam di 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK -
Berisiko mengalami penurunan harapkan perfusi jaringan serebral Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
sirkulasi darah ke otak meningkat dengan kriteria hasil : (mis. Tekanan darah meningkat,
Faktor risiko 1. Tingkat kesadaran meningkat tekanan nadi melebar, bardikardia, pola
1. Keabnormalan masa protrombin (5) napas ireguler, kesadaran menurun)
dan/atau masa tromboplastin 2. Tekanan intra kranial menurun 2. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
parsial (5) 3. Monitor CVP (Central Venous
2. Penurunan kinerja ventikel kiri 3. Sakit kepala menurun (5) Pressure)
3. Aterosklrosis aorta 4. Nilai rata-rata tekanan darah 4. Monitor PAWP, jika perlu
4. Diseksi arteri membaik (5) 5. Monitor PAP, jika perlu
5. Fibrilasi atrium 5. Tekanan darah diastolik 6. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure),
6. Tumor otak membaik (5) jika tersedia
7. Stenosis karotis 6. Gelisah menurun (5) 7. Monitor CPP (Cerebral Perfusion
8. Miksoma atrium Pressure)
9. Aneurisma serebri 8. Monitor gelombang ICP
10. Koagulopati (mis. anemia sel sabit) 9. Monitor status pernapasan.
1
11. Dilatasi kardiomiopati 10. Monitor intake dan output cairan
12. Koagulasi (mis. anemia sel sabit) 11. Monitor cairan serebrospinalis (mis.
13. Embolisme Warna, konsistensi).
14. Cedera kepala Terapeutik
15. Hiperkolesteronemia 12. Meminimalkan stimulus dengan
16. Hipertensi menyediakan lingkungan yang tenang
17. Endokarditis infektif 13. Berikan posisi semi fowler.
18. Katup prostetik mekanis 14. Hindari Maneuver Valsava
19. Stenosis mitral 15. Cegah terjadinya kejang
20. Neoplasma otak 16. Hindari penggunaan PEEP
21. Infark miokard akut 17. Hindari penggunaan cairan IV hipotonik
22. Sindrom sick sinus 18. Atur ventilator agar PaCO2, optimal.
23. Penyalahgunaan zat 19. Pertahankan suhu tubuh normal
24. Terapi tombolitik Edukasi
25. Efek samping tindakan (mis. 20. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
tindakan operasi bypass) konvulsan, jika perlu
Kondisi Klinis Terkait 21. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis,
1. Stroke jika perlu.
2. Cedera kepala 22. Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
1
3. Aterosklerotik aortik jika perlu.
4. Infark miokard akut Manajemen Kejang
5. Diseksi arteri Observasi
6. Embolisme 1. Monitor terjadinya kejang berulang
7. Endokarditis infektif 2. Monitor karakteristik kejang (mis,
8. Fibrilasi atrium aktivitas motorik, dan progresi kejang)
9. Hiperkolesterolemia 3. Monitor status neurologis
10. Hipertensi 4. Monitor tanda-tanda vital
11. Dilatasi kardiomiopati Terapeutik
12. Koagulasi intravaskular diseminata 5. Baringkan pasien agar tidak terjatuh
13. Miksoma atrium 6. Berikan alas empuk dibawah kepala,
14. Neoplasma otak jika memungkinkan
15. Segmen ventrikel kiri akinetik 7. Pertahankan kepatenan jalan napas
16. Sindrom sick sinus 8. Longgarkan pakaian, terutama dibagian
17. Stenosis karotid leher
18. Stenosis mitral 9. Dampingi selama periode kejang
19. Hidrosefalus 10. Jauhkan benda-benda berhaya
20. Infeksi otak (mis. meningitis, terutama benda tajam
ensefalitis, abses serebri) 11. Catat durasi kejang
1
12. Reorientasikan selama periode kejang
13. Dokumentasikan periode terjadinya
kejang
14. Pasang akses IV, jika perlu
15. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
16. Anjurkan kepada keluarga menghindari
memasukkan apapun ke dalam mulut
pasien saat periode kejang
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian antikonvulsan,
jika perlu
4. Resiko Cedera D.0136 Tingkat Cedera L.14136 Pencegahan Kejang
Definisi: Setelah dilakukan tindakan Observasi
Berisiko mengalami bahaya atau keperawatan selama 3x24 jam, 1. Monitor status neurologis
kerusakan fisik yang menyebabkan maka tingkat cedera menurun 2. Monitor tanda-tanda vita
seseorang tidak lagi sepenuhnya dengan kriteria hasil : Terapeutik
sehat atau dalam kondisi baik. a. Kejadian cedera menurun 3. Baringkan pasien agar tidak terjatuh
Kondisi klinis terkait b. Ketegangan otot menurun 4. Rendahkan ketinggian tempat tidur
1
1. Kejang c. Ekspresi wajah kesakitan 5. Pasang side-rail tempat tidur
2. Sinkop menurun 6. Berikan alas empuk di bawah kepala,
3. Vertigo d. Frekuensi nadi membaik jika memungkinkan
4. Gangguan pengelihatan e. Frekuensi nafas membaik 7. Jauhkan benda-benda berbahaya
5. Gangguan pendengaran terutama benda tajam
6. Penyakit Parkinson 8. Sediakan suction di samping tempat
7. Hipotensi tidur
8. Kelainannervusvestibularis Edukasi
9. Ratardasi menta 9. Anjurkan segera melapor jika
merasakan aura
10. Anjurkan tidak berkendara
11. Ajarkan keluarga pertolongan pertama
pada kejang
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian antikonvulsan,
jika perlu
5. Risiko Jatuh ( D.0143 ) Tingkat Jatuh ( L.14138 ) Pencegahan Jatuh ( I.14540 )
Kategori: Lingkungan Kriteria Hasil : Observasi
Subkategori: Keamanan dan Proteksi Setelah di lakukan tindakan 1. Identifikasi Faktor risiko jatuh (mis.
1
Definisi keperawatan selama 3x24 jam usia >65 tahun, penurunan tingkat
Berisiko mengalami kerusakan fisik masalah Risiko jatuh dapat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi
dan gangguan kesehatan akibat teratasi dengan indikator : ortostatik, gangguan keseimbangan,
terjatuh. 1. Jatuh dari tempat tidur dari gangguan penglihatan, neuropati)
Faktor Risiko skala 1 (meningkat) menjadi 2. Identifikasi faktor lingkungan yang
1. Usia >65 tahun (pada dewasa) skala 4 (cukup menurun) meningkatkan risiko jatuh (mis. lantai
atau < 2 tahun (pada anak) 2. Jatuh saat berdiri dari skala 1 licin, penerangan kurang)
2. Riwayat jatuh (meningkat) menjadi skala 4 3. Monitor kemampuan berpindah dari
3. Anggota gerak bawah prostetis (cukup menurun) tempat tidur ke kursi roda dan
(buatan) 3. Jatuh saat duduk dari skala 1 sebaliknya
4. Penggunaan alat bantu berjalan (meningkat) menjadi skala 4 Terapeutik
5. Penurunan tingkat kesadaran (cukup menurun) 4. Orientasikan Ruangan pada pasien
6. Perubahan fungsi kognitif 4. Jatuh saat berjalan dari skala dan keluarga
7. Lingkungan tidak aman 1 (meningkat) menjadi skala 4 5. Pastikan roda tempat tidur dan kursi
(mis.licin,gelap,lingkungan asing) (cukup menurun) roda selalu dalam kondisi terkunci
8. Kondisi pasca operasi 5. Jatuh saat dipindahkan dari 6. Pasang handrall tempat tidur
9. Hipotensi ortostatik skala 1 (meningkat) menjadi 7. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh
10. Perubahan kadar glukosa darah skala 4 (cukup menurun) dekat dengan pantauan perawat dari
11. Anemia 6. Jatuh saat naik tangga dari nurse station
1
12. Kekuatan otot menurun skala 1 (meningkat) menjadi 8. Gunakan alat bantu berjalan (mis.kursi
13. Gangguan Pendengaran skala 4 (cukup menurun) roda,walker)
14. Gangguan keseimbangan 7. Jatuh saat di kamar mandi Edukasi
15. Gangguan penglihatan dari skala 1 (meningkat) 9. Anjurkan memanggil perawat jika
(mis.glaukoma,katarak,ablasio menjadi skala 4 (cukup membutuhkan bantuan untuk
retina,neuritis optikus) menurun) berpindah
16. Neuropati 8. Jatuh saat membungkuk dari 10. Anjurkan menggunakan alas kaki yang
17. Efek agen farmakologis skala 1 (meningkat) menjadi tidak licin
(mis.sedasi,alcohol,anastesi skala 4 (cukup menurun) 11. Ajarkan cara menggunakan bel
umum) pemanggil untuk memanggil perawat
1
2.4 Implementasi keperawatan
dengan tim kesehatan yang lain, keluarga dan klien sendiri. Hal-hal
perawatan
belum
atau belum
1. Pengkajian Keperawatan
No. RM : 991703
Nama : An. A
Rujukan : Tidak
√
Trasportasi waktu datang : kendaraan pribadi
Rumah sakit.
PRIMARY SURVEY
A. Airway
d. Implemenstasi : Terlampir
B. Breathing
1. Fungsi pernapasan
√
a. Dada Simetris : Ya Tidak
√
b. Sesak napas : Ya Tidak
c. Respirasi : 30 x/i
√
d. Krepitasi : Ya Tidak
Ronchi √
1) Saturasi O2 : 99%
C. Circulation
1. Keadaan sirkulasi
a. TD :-
b. N :104 x/i
c. S :39,3 oC
√
d. Temperature kulit : Hangat Panas Dingin
√
e. Gambaran kulit : Normal Kering Lembab/basah
D. Disability
Respon verbal:-
Pain response :-
Unresponsive :-
E. Exposure
1. Penilaian hipotermia/hipertermia
3. Intervensi/implementasi : Terlampir
Trauma Score
A. Frekuensi pernapasan
10 – 25 4
25 – 35 3
√
> 35 2
< 10 1
0 0
B. Usaha bernapas
√
Normal 1
Dangkal 0
C. Tekanan darah
>89 mmHg 4
70 – 89 mmHg 3
50 – 69 mmHg 2
1 – 49 mmHg 1
√
0 0
D. Pengisian kapiler
√
> 2 dtk 2
< 2 dtk 1
√
√
Tidak ada 0
E. Glasgow
K coma scale
√e
14 – 15 5
t
i 11 – 13 4
d
a 8 – 10 3
k
e 5–7 2
f
3–4 1
e
k
Total ttrauma score ( A + B + C + D + E ) = 4 + 1 + 0 + 2 + 5 = 12
i
Reaksif Pupil
a
n
Ukuran : kanan kiri simetris
p
e
Pupil r : isokor
f
u
s
i
j
a
Reaksi : pupil berekasi terhadap cahaya
Penilaian nyeri
Nyeri : Tidak
Jenis : -
1. Riwayat Kesehatan
3 kali dengan frekuensi kejang kurang dari 1 menit, juga demam tinggi
juga batuk
b. A : Aleergies (Alergi)
c. M : Madications (pengobatan)
Diazepam 5gr/Oral/Oral/8jam
Klien baru pertamaa kali masuk rumah sakit, dan tidak pernah di
rawat seebelumnya.
Tekanan darah : -
a. Kepala
sayu
Hidung : normal
takan
c. Dada/thoraks
Paru-paru
Inspeksi : ekspansi dada simetris kiri dan kanan
Jantung
d. Abdomen
e. Pelvis
i. Neurologis
Tanggal 01/09/2022
6. Pengobatan
1. DS:
Ibu klien mengatakan anaknya
demam ± 2 hari yang lalu
DO :
Klien tampak rewel Hipertermia
Klien teraba panas
S : 39,3 oC
N: 115 x/i
P : 30x/m
2. DS:
- Ibu klien mengatakan anaknya
Batuk sejak 1 hari yang lalu
- Ibu klien mengatakan anaknya
batuk berdahak dan sulit untuk di
keluarkan
Bersihan Jalan nafas tidak
DO :
efektif b/d secret yang
Klien tampak rewel
tertahan
Klien ampak batuk berdahak
S : 39,3 oC
N: 115 x/i
P : 30x/m
3 Faktor Resiko :
N: 115 x/i
P : 30x/m
1. Baringkan pasien
agar tidak terjatuh
Hasil : Pasien
dalam keadaan
tertidur
2. Dampingi selama
periode kejang
Hasil: Ibu pasien
selalu ada di
samping pasien
3. Catat durasi
kejang
Hasil : Kejang
terjadi kurang dari
1 menit
4. Pasang akses IV,
jika perlu
Hasil : Terpasang
infus RL 18 tetes
permenit
5. Berikan oksigen,
jika perlu
Hasil : Terpasang
O2 nasal canul 2
liter/i
Edukasi
1. Anjurkan kepada
keluarga
menghindari
memasukkan
apapun ke dalam
mulut pasien saat
periode kejang
Hasil : keluarga
pasien mengerti
apa yang perawat
sarankan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antikonvulsan, jika
perlu
Hasil: Diberikan
obat Diazepam
oral 5gr/6 jam
BAB III
PEMBAHASAN
keperawatan optimal.
Demam yang di mana membahas tentang teori- teori yang termuat dalam
garis besar ada beberapa persamaan antara tinjauan teori dengan kasus yang
A. Pengkajian
1. Airway
(Thygerson, 2019).
(mengi) yaitu bunyi seperti akibat udara melewati jalan napas yang
Airway pada teori dan kasus pada An. “A” ditemukan adanya
2. Breathing
pengkajian breathing pada pasien antara lain: Look, listen dan feel
demam.
empat kali.
3. Circulation
efektif diagnosa ini terdapat pada teori dan pada pasien An “A” di
(Tutu,2015)
An.A. Hal ini menunjukkan ada kesenjagan antara teori dan kasus.
5. Exposure
(HIPGABI.Sulsel, 2015).
B. Diagnosa
di inginkan.
4. Resiko cidera
5. Resiko jatuh
An.A ialah :
1. Hipertermia
objektif pada pasien, data tersebut juga ada pada teori dengan
teori.
kasus.
C. Intervensi Keperawatan
Keperawatan Indonesia )
sebagai berikut :
1. Hipertermia
kali
progres kejang )
g. Pasang akses IV
dengan teori.
D. Impementasi Keperawatan
menurunkan demam
f. Pasang askes IV
meredakan kejang
E. Evaluasi
pasin.
penjelasannya :
39,1 oC
secret/sputum.
PENUTUP
pasien An.A dengan Diagnosa Kejang Demam di ruang an IGD Anak RSUP
A. Kesimpulan
30x/i , S : 39,3 c
efektif.
dengan baik dimana hal ini didukung oleh kondisi pasien, peran
keperawatan.
B. Saran
1. Bagi Pendidikan
sosial-kultural-spiritual.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa SDKI-SLKI. Jakarta: Media Action.
Nanda. 2001. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006.
Philadelphia.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi dan indicator
Diagnostik, Cetakan 1.Jakarta: DPP PPNI
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI
PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil,
Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI
Price & Wilson. 2010. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Sumijati. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada
Anak. Surabaya: PERKANI.
Wahidiyat.2005. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Info Medika.