Oleh:
NIM: 70600119027
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
RSIA Ananda Makassar”. Shalawat dan salam kita junjungkan kepada Rasulullah
SAW yang membuat kita merasakan nikmatnya Islam dan ilmu pengetahuan pada
zaman ini.
pihak yang memberi dukungan baik secara moril maupun materil, karena penulis
sadar proposal penelitian ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari
tua penulis, Masykur dan Nurwahidah serta saudara penulis. Ucapan terima kasih
1. Prof. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. selaku rektor beserta dengan jajarannya
Pendidikan Dokter.
2. Dr. dr. Syatirah, Sp.A., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar serta para Wakil Dekan dan Staf Akademik
ii
yang telah membantu mengatur dan mengurus dalam hal administrasi serta
3. dr. Rini Fitriani, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter dan dr.
beserta dosen pengajar mata kuliah yang telah memberikan ilmu yang
4. dr. Henny Fauziah, M.Kes., Sp.PK dan dr. Miswani Mukani Syuaib, M.Kes.,
5. dr. Rista Suryaningsih, M. Med.Ed dan Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.Ag
selaku dosen penguji penelitian yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
6. Staf akademik yang telah membantu mengatur dan mengurus dalam hal
memberikan manfaat bagi para pembaca dan pihak lain yang berkepentingan.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................viii
DAFTAR BAGAN....................................................................................ix
BAB 1........................................................................................................10
A. Latar Belakang...................................................................................10
B. Rumusan Masalah................................................................................6
C. Hipotesis..............................................................................................6
E. Kajian Pustaka...................................................................................12
F. Tujuan Penelitian...............................................................................18
G. Manfaat Penelitian.............................................................................19
BAB 2........................................................................................................20
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................20
A. Plasenta Previa...................................................................................20
iv
G. Hubungan Riwayat Kuretase dengan Kejadian Plasenta Previa.........48
H. Kerangka Teori..................................................................................58
I. Kerangka Konsep...............................................................................59
BAB 3........................................................................................................60
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................60
A. Desain Penelitian...............................................................................60
C. Variabel Penelitian.............................................................................60
F. Instrumen Penelitian..........................................................................64
H. Alur Penelitian...................................................................................67
I. Penyajian Data...................................................................................68
J. Etika Penelitian..................................................................................68
BAB 4........................................................................................................69
A. Hasil Penelitian..................................................................................69
B. Pembahasan.......................................................................................77
C. Keterbatasan Penelitian......................................................................86
BAB 5........................................................................................................87
v
A. Kesimpulan........................................................................................87
B. Saran..................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................89
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 1. Definisi Operasional......................................................................7
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 3. Tatalaksana Plasenta Previa.....................................................37
DAFTAR BAGAN
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
plasenta berada pada tempat yang tidak seharusnya yaitu menutupi atau
ix
berada pada segmen bawah rahim (Ramdhan, 2022). Kematian ibu 28%
kematian ibu per 100.000 kelahiran. Tahun 2013 kematian ibu mencapai 115
kasus per 100.000, kemudian meningkat pada tahun 2014 dengan138 kasus
per 100.000. Tahun 2015 tercatat 149 kasus per 100.000 kelahiran hidup
kemudian meningkat menjadi 153 kasus pada tahun 2016 dengan kematian
dan Indonesia menempati posisi tertinggi dengan kasus AKI terbanyak pada
tahun 2015 (Kemenkes RI, 2022). Penyebab pertama kematian ibu tahun
2019 adalah perdarahan obstetri terjadi sebesar 27,03% atau sebanyak 1.280
kasus dengan 47 kasus yang terjadi di Sulawesi Selatan dan 2 kasus yang
dengan 44 kasus terjadi di Sulawesi selatan dan 3 kasus yang teradi di Kota
Makassar (Kemenkes RI, 2021). Tahun 2021 tercatat 1.320 kasus perdarahan
Tidak ada penurunan yang signifikan setiap tahunnya, dan terjadi kenaikan
x
Plasenta previa merupakan plasenta yang berimplantasi di segmen
bawah rahim sehingga bisa menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
darah sekuat dengan bagian atas uteri (Larasati, 2018). Kejadian plasenta
2009 sebanyak 4.726 kasus dengan 40 orang meninggal dunia, dan pada
tahun 2010 total 4.409 kasus dengan 36 orang meninggal dunia (Larasati,
2018). Tercatat 396 kasus plasenta previa di Provinsi Sulawesi Selatan pada
tahun 2019 dengan beberapa faktor risiko yang menyertai seperti usia ibu,
kasus plasenta previa terjadi lebih banyak pada ibu dengan usia di atas 30
tahun. Kasus plasenta previa pada ibu dengan kehamilan ganda juga lebih
sering terjadi daripada pada ibu dengan kehamilan tunggal (Mursalim et al.,
2021)
ibu, jarak kehamilan, riwayat seksio sesarea, riwayat abortus dan sebagainya.
Kejadian plasenta previa bisa disimpulkan merupakan hal buruk yang terjadi
pada manusia. Salah satu sifat kejadian buruk adalah musibah. Musibah
merupakan kejadian yang berasal dari kelalaian orang itu sendiri seperti yang
xi
َت اَيْ ِديْ ُك ْم َو َي ْع ُف ْوا َع ْن ٍ ِ مٓا اَصاب ُكم ِّمن ُّم
ْ َصْيبَة فَبِ َما َك َسب ْ ْ ََ َ
ۗ ِ
dijelaskan di dalam Al-Quran surah As-Syura ayat 30, Allah SWT
berfirman :
Terjemahnya :
“Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-
kesalahanmu)”.
menghapus dosa hal ini tergantung kepada cara manusia menyikapi, apakah
dengan bersabar atau berputus asa. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah
karena jika tidak manusia akan dihancurkan sesuai dengan timbunan dosa
previa merupakan kejadian yang dapat berakibat buruk atau musibah bagi ibu
dan janinnya. Secara tegas Allah telah memperingatkan bahwa kita tidak
musibah. Penyebab musibah atau ujian ini datang adalah dirinya sendiri.
oleh ibu seperti, usia ibu karena dalam dunia medis sendiri ada batasan usia
xii
keluarga berencana. Persalinan seksio sesarea dilakukan dengan indikasi
plasenta previa totalis dan parsialis, ibu bisa diusahakan untuk melahirkan
letak rendah. Faktor risiko lainnya seperti abortus juga bisa dicegah dengan
cara melakukan pemeriksaan antenatal care secara rutin dan tidak berniat
2016).
buruk, dalam hal ini adalah tidak menghindari faktor risiko yang berkaitan
ٰ ِ ِ ِ وواَنِْف ُق وا يِف س بِي ِل ال ٰلّ ِه واَل ُت ْل ُق وا بِاَي ِدي ُكم اِىَل الت
ََّهلُكَة ۛ َواَ ْحس ُن ْوا ۛ ا َّن اللّ ه
ْ ْ ْ ْ ْ َ َْ ْ ْ َ
ِب الْمح ِسن
ُّ ِحُي
َ نْي
Terjemahnya : ْ ُ
orang lain dan dirinya sendiri. Orang – orang mukmim mempunyai niat
xiii
yang baik agar dengan demikian ia akan selalu memperoleh pertolongan
dengan faktor risiko kejadian plasenta previa. Faktor risiko harus diketahui
terlebih dahulu agar ibu bisa menghindari hal terebut, itulah yang
Hal lain yang mendasari penelitian ini adalah banyaknya jumlah kasus
plasenta previa di Kota Makassar adalah penelitian oleh Larasati et.al (2018)
previa, sedangkan faktor risiko lain seperti yang ingin dianalisa oleh penliti
sekarang belum diteliti. Kasus terbanyak ada pada Rumah Sakit Ibu dan
Anak Ananda merupakan. RSIA Ananda memiliki 167 catatan rekam medik
ibu plasenta previa, oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian di
fungsi penting untuk keberlangsungan hidup janin dalam tubuh ibu, namun
xiv
perdarahan dan membahayakan ibu. Jenis perdarahan tersebut adalah
karena itu penulis tertarik meneliti faktor risiko yang berhubungan dengan
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah apa saja faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
C. Hipotesis
a. Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian plasenta previa.
previa
previa.
previa.
previa.
xv
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
previa.
previa.
xvi
D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Definisi Operasional
Variabel Independen
1. Usia Ibu Lama waktu hidup seseorang Rekam Medis Parameter Usia Ibu (Maria & Yohanes, 2015) Ordinal
sejak dilahirkan dalam 1. Usia Berisiko Tinggi (<20 tahun dan >35 tahun)
dan diteliti.
2. Jarak Selisih waktu antara kelahiran Rekam Medis Parameter Jarak Kelahiran (Mayang Sari & Budianto, 2021). Ordinal
7
kelahiran anak sebelumnya dengan 1. Berisiko tinggi (<2 tahun)
dan diteliti.
indikasi tertentu.
8
2. Berisiko Tinggi : >3x melahirkan
5. Riwayat Riwayat tindakan Rekam Medis Parameter Riwayat Kuretase(Y. Asih & Idawati, 2016). Nominal
indikasi tertentu.
6. Riwayat Riwayat pengeluaran hasil Rekam Medis Parameter Riwayat Abortus (Syafitri & Suwardi, 2020). Nominal
minggu.
Variabel Dependen
1. Kejadian Perdarahan yang disebabkan Rekam Medis Parameter Kejadian Plasenta Previa (Wahyu et al., 2019). Nominal
9
Plasenta oleh letak plasenta yang 1. Perdarahan antepartum dengan kausa plasenta previa
Previa berada pada segmen bawah 2. Tidak ada perdarahan antepartum dengan kausa plasenta
dari 22 minggu.
10
2. Ruang Lingkup Penelitian
plasenta previa di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar tahun
11
E. Kajian Pustaka
12
No Penelitian/ Judul Metode Jumlah Instrumen Hasil
1. Nurulhuda Analisis Faktor Penelitian Total sampel Data Tidak terdapat hubungan antara
Mursalim, Risiko yang metode 100 dengan sekunder plasenta previa dengan paritas dan
dkk. 2021 Berhubungan analitik perbandingan yang diambil kehamilan gemelli, sedangkan
dengan dengan kelompok dari rekam untuk usia ibu dan riwayat gemelli
kelompok previa.
kasus 50
sampel.
2. Suryanti Hubungan Usia Penelitian Total sampel Data Terdapat hubungan yang bermakna
dan Ferru Ibu Hamil operasional sebanyak 135 sekunder antara faktor risiko usia ibu dengan
Daniele Dengan analitik ibu dengan yang diambil kejadian plasenta previa.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
G. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
18
b. Bagi pengetahuan
wawasan dan juga bisa menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan informasi bagi
d. Bagi Instansi
ibu dan anak khususnya mengenai hubungan faktor risiko yang diteliti
19
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Plasenta Previa
1. Definisi
Ostium uteri akan ikut meluas dan mendatar pada saat kala satu sehingga
plasenta previa terbagi menjadi dua yaitu terapi ekspektatif dan aktif
20
(Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran
bawah rahim disebut plasenta previa. Gejala khas yang dirasakan ibu
kehidupan ibu dan jamin. Ibu yang terdiagnosis plasenta previa harus
2. Epidemologi
80% kasus tersebut dialami oleh ibu multipara atau yang telah melahirkan
ibu lebih dari 35 tahun dan jarak persalinan yang singkat, sehingga harus
(Konar, 2015).
kasus dengan 40 orang meninggal dunia, dan pada tahun 2010 total 4.409
21
Perdarahan antepartum adalah kasus gawat darurat dengan kejadian
tahun 2009 tercatat sebanyak 4.726 kasus dengan 40 ibu meninggal dunia.
Tahun 2010 total kasus plasenta previa adalah 4409 kasus dan didapati 36
orang meninggal dunia. Data dari RSUD dr. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar
dari 954 persalinan. Tercatat kasus plasenta previa di rumah sakit lainnya
yaitu RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2011
sebanyak 117 orang mengalami plasenta previa dari total 3856 total
pada tahun 2019 dengan beberapa faktor risiko yang menyertai seperti
usia ibu, kasus plasenta previa terjadi lebih banyak pada ibu dengan usia di
atas 30 tahun. Kasus plasenta previa pada ibu dengan kehamilan ganda
juga lebih sering terjadi daripada pada ibu dengan kehamilan tunggal.
22
3. Klasifikasi
d. Plasenta letak rendah, letak plasenta pada segmen bawah rahim dengan
tepi bawah berada kurang dari dua senti meter dari ostium uteri
internum. Jarak yang lebih dari dua senti meter dikatakan plasenta
internum.
23
Gambar 1.Klasifikasi Plasenta Previa (Konar, 2015).
4. Etiologi
yang tidak seimbang dan tidak memadai pada uterus menjadi salah satu
teori plasenta previa, hal ini disebabkan karena atrofi dan radang pada
plasenta previa lebih tinggi dua kali lipat. Hipoksemia yang disebabkan
Faktor predisposisi lainnya seperti usia lanjut, pada ibu usia lanjut
24
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai penyebab plasenta
previa yaitu :
karena zona pelusida tidak bisa dihilangkan oleh cairan yang ada di
kelamaan akan rusak dan bisa ditembus oleh vili korion ke dalam
ata perkreta.
25
d. Big surface os the placenta : Keadaan ini disebabkan biasanya karena
(Rami, 2015)
kolagen untuk berimplantasi. Lapisan luar dari zigot terbuat tadi sel
parut atau laserasi pada endometrium maka tidak ada lingkungan yang
cukup untuk implantasi zigot di dalam endometrium (Lei Jing, Guei Wei,
2018)
5. Patofisiologi
proses awal segmen bawah rahim mendatar dan meluas, misalnya isthmus
26
karena tapak atau dasar plasenta tidak kuat sehingga mudah lepas. Saat
bersumber dari sirkulasi bagian maternal, oleh karena itu saat ibu
minggu tetapi lebih banyak terjadi pada usia kehamilan 34 minggu keatas.
Laserasi yang timbul di dekat ostium uteri internum akan mudah mengalir
merusak jaringan uterus lebih luas, oleh karena itu jarang terjadi
27
Ibu yang terdiagnosis plasenta letak rendah bisa sembuh atau letak
jarak serviks dan plasenta menjadi jauh. Aliran darah yang tidak adekuat
seperti hipertensi juga bisa dengan mekanisme yang sama yaitu rusaknya
2018).
mudah untuk diinvasi oleh vili dan trofobals sehingga mudahnya melekat
dekatnya yaitu vesika urinaria. Dinding segmen bawah rahim yang tipis
juga perlu diperhatikan karena mudah robek, dua kondisi ini perlu
perhatian lebih dan penanggulangan yang tepat agar tidak terjadi (Dippel,
2022).
28
Plasenta yang bertumbuh lambat dan tidak elastis dengan perluasan
perdarahan tidak bisa dihindari atau tidak ada kompensasi dari tubuh.
Penyebab dari hal ini juga bisa dipicu dengan pemeriksaan dalam vagina
dari pembuluh darah ibu, namun darah janin juga bisa keluar melalui vili
yang robek saat plasenta terlepas. Perluasan plasenta juga bisa timbul
dikandung butuh suplementasi oksigen dan nutrisi yang lebih banyak yang
6. Manifestasi Klinis
keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya terjadi pada
akhir semester dua ke atas. Perdarahan yang pertama kali muncul akan
pada saat mulai persalinan sampai pasca persalinan karena tidak ada
kontraksi kuat di segmen bawah rahim. Robekan lebih mudah terjadi pada
29
plasenta. Plasenta yang berada di segmen bawah rahim akan teraba saat
abdomen tidak membuat ibu merasa nyeri dan perut ibu tidak terasa
dengan aktivitas, bisa terjadi saat ibu sedang tidur dan pada saat bangun
ibu akan melihat banyak darah, perdarahan juga tidak disertai nyeri.
menandakan derajat yang lebih parah. Tanda umum seperti pucat, lemas
karena kehilangan darah juga terjadi pada ibu yang mengalami perdarahan
kausa plasenta previa, oleh karena itu plasenta previa harus dibedakan
dengan anemia defisiensi besi karena gejalanya yang sama. Gejala klinis
tidak hanya dilihat dati luarnya saja namun dibutuhkan pemeriksaan fisik
30
7. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala dan tanda yang ibu rasakan adalah perdarahan tanpa nyeri,
pada pasien seperti, usia ibu, dan riwayat seksio sesarea. Tanyakan
sebab seperti trauma dan tanpa rasa nyeri. Gejala ini bisa disertai
2013).
b. Pemeriksaan Fisis
denyut nadi, suhu dan pernapasan perlu diukur untuk melihat apakah
pucat bisa dikategorikan ibu syok. Selalu periksa keadaan perut dan
janin ibu, bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul
31
melihat apakah ada tanda gawat janin atau tidak (Kemal et al., 2013).
2. Uterus teraba rileks, lembut dan elastik tanpa adanya rasa tegang.
kehamilan kembar.
masif dan pasien dalam kondisi tidak sadarkan diri. Denyut jantung
(Konar, 2015).
32
perlahan – lahan dimasukkan dan meraba jaringan plasenta untuk
c. Pemeriksaan Penunjang
previa adalah :
33
c. Transperineal ultrasound, kejelasan gambar dan keakurasian
97-100%
8. Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
34
Perdarahan yang banyak dan masih berlangsung membutuhkan
b. Tatalaksana Khusus
Terapi Konservatif
plasenta.
35
- Berikan tokoltik bila ada kontraksi, pemberian tokolitik
Stieglitz, 2022).
Terapi Aktif
2022).
36
ketuban dan persalinan pervaginaan masih memungkinkan, jika
kecepatan 60 tetes/menit.
al., 2013)
37
Seksio Sesarea dilakukan dalam keadaan :
minggu dan janin yang kematangan parunya bagus harus segera dilahirkan
9. Pencegahan
antenatal care yang baik dan optimal, ibu harus rajin untuk melakukan
ANC agar bisa dideteksi lebih awal dan dapat ditangani lebih awal.
dilakukan, setelah itu harus melakukan USG secara rutin dan diulang pada
38
usia kehamilan 34 minggu untuk memastikan diagnosis. Perdarahan yang
terjadi tidak boleh dilakukan, ibu harus segera sadar dan menuju fasilitas
pakaian yang terkena darah, kemudian ukur denyut nadi dan tekanan darah
harus tetap dilakukan mulai dari rumah dan pasien harus ditemani dua atau
tiga orang dan setidaknya salah satunya bisa mendonorkan darah (Dippel,
2022).
10. Komplikasi
tingkat, kemudian risiko mal presentasi bayi dengan posisi sungsang dan
ataupun emboli juga bisa menyebabkan kematian pada operasi yang tidak
39
dilakukan dengan hati-hati (Comitte on Practice Bulletins Obsstetrics,
2017).
ketuban pecah dini, prolaps tali pusat yang disebabkan oleh perlekatan tali
pusat yang tidak normal. Dilatasi serviks yang lambat karena adanya
2018).
40
Komplikasi bagi janin adalah berat lahir rendah karena efek
pada plasenta previa, morbiditas dan mortalitas ibu dan janin akibat
11. Prognosis
didukung dengan diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan
mencukupi. Prognosis untuk janin masih belum baik karena tidak bisa
41
seksio sesarea dengan ahli anestesi yang memiliki keterampilan yang baik.
kematian ibu dari plasenta previa menjadi 1%-5%. Pasien yang dilarikan
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kondisi organ reproduksi ibu khususnya uterus. Ibu hamil yang berusia <20
tahun berisiko terkena plasenta previa karena hipoplasia dan tidak siapnya
akan mempengaruhi vaskularisasi dan menjadi abnormal. Usia >35 tahun juga
miometrium, hal ini tidak bisa dihindari karena penuaan ibu. vaskularisasi
yang tidak mencukupi ini akan menjadikan plasenta meluas ke segmen bawah
rahim dan menjadi plasenta previa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
42
Mursalim et.al (2021) dengan hasil terdapat hubungan usia ibu dengan riwayat
plasenta previa. Endometrium ibu dengan usia 35 tahun menurut teori menjadi
kurang subur dan tidak mencukupi kebutuhan janin (Suryanti Sihombing &
Martinus, 2019).
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Haifa Wahyu (2018) yaitu
ada hubungan antara usia ibu dan plasenta previa. Hasil penelitian ini
menunjukkan kejadian plasenta previa yang paling banyak 75,7% terjadi pada
usia ibu dengan lebih dari 35 tahun. Hasil uji chi square antara usia ibu dan
kejadian plasenta previa didapatkan ibu denga usia >35 tahun mempunyai
risiko 13 kali lebih besar mengalami plasenta previa jika dibandingkan dengan
Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran dua anak. Jarak
kelahiran yang dekat akan meningkatkan risiko persalinan seksio sesarea yang
akan berdampak pada kesehatan ibu dan bayi. Ibu dengan kondisi sehat dapat
memberikan pola asuh yang berkualitas pada anaknya. Jarak kelahiran yang
ideal adalah 24 bulan atau 2 tahun, sebaliknya jika jarak kelahiran kurang dari
43
dua tahun akan meningkatkan kejadian ruptur uteri atau robekan uterus.
al., 2019).
karena kondisi ibu yang belum pulih. Kondisi endometrium yang belum pulih
secara optimal sebagai tempat implantasi plasenta, oleh karena itu plasenta
berusaha mencari tempat implantasi yang lebih baik, dan akhirnya meluas
menuju segmen bawah rahim. Pemulihan dan pemenuhan kebutuhan zat gizi
untuk ibu perlu dilakukan karena ibu juga sembari memberikan ASI untuk
anak sebelumnya. Ibu yang jarak kelahirannya dekat tidak bisa memenuhi
Seorang ubu memerlukan waktu dua sampai lima tahun antara kehamilan agar
bagian fundus masih belum siap menerima hasil konsepsi dan dijadikan
penyembuhan sel, kondisi zat gizi ibu yang belum optimal namun harus
Penelitian lainnya yang sesuai adalah penelitian oleh Wahyu et.al (2019)
kejadian plasenta previa, dimana ibu yang memiliki jarak kelahiran ≤ 2 tahun
44
memiliki empat kali lipat risiko lebih tinggi dari pada ibu dengan jarak
penelitian Mursalim (2020) nilai p sebesar 0,035 kurang dari nilai 0,05
Ibu dengan riwayat seksio sesarea memiliki risiko 3 kali lipat lebih tinggi dari
bisa terjadi dan membuat lingkungan tempat implantasi tidak cukup untuk
plasenta, Komplikasi bisa terjadi dan tidak, jika komplikasi tidak terjadi masih
ada laserasi atau jaringan parut yang belum pulih dan menyebabkan
vaskularisasi kurang baik bagi janin, sebagai bentuk kompensasi plasenta akan
meluas sehingga terjadilah plasenta previa (Y. Asih & Idawati, 2016).
meluas. Endometrium bagian bawah yang tempatnya masih lebih baik akan
45
dipakai untuk berimplantasi sehinga dapat menutup sebagian atau seluruh
Penelitian Indah et. al (2015) membuktikan hipotesis ini yaitu ibu yang
memiliki riwayat operasi caesar >2 kali mempunyai peluang yang besar
seksio sesarea atau memiliki riwayat seksio sesarea < 2 kali, hal ini
dikarenakan wanita yang sudah melakukan 2 kali atau lebih seksio sesarea
jaringan parutnya lebih banyak serta kecacatan pada fundus uteri atau dinding
previa lebih sering terjadi pada paritas tinggi, hal ini disebabkan karena
vaskularisasi yang berkurang dan perubahan sel menjadi atrofi pada desidua
karena persalinan sebelumnya. Aliran darah yang tidak cukup akan membuat
implantasi sebelumnya sehingga plasenta akan mencari tempat lain yang lebih
berkurang serta perubahan sel menjadi atrofi atau semakin kecil di bagian
46
desidua basalis ibu. implanatasi plasenta yang berulang pada daerah fundus
nutrisi dan oksigen bagi janin. Plasenta akan menemukan sumber lain di
segmen bawah janin, oleh karena itu ibu dengan paritas tinggi lebih berisiko
terdapat hubungan antara paritas dan kejadian plasenta previa (Larasati, 2018).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
paritas dengan kejadian plasenta previa. Ibu dengan paritas tinggi memiliki
menimbulkan luka yang cukup dalam pada dinding endometrium. Luka yang
pada janin tidak optimal. Secara fisiologis plasenta akan berusaha mencukupi
47
Kuretase adalah proses untuk melepaskan jaringan yang melekat pada
dinding uterus dengan cara menginvasi sendok kuret ke dalam kavum uteri,
Analisis multivariat oleh Indah (2015) juga dilakukan dan hasilnya adalah
ibu dengan riwayat kuretase berisiko lebih besar mengalami plasenta previa.
seksio sesarea, dan riwayat plasenta previa sebelumnya. Hasil penelitian ini
salah satu faktor risiko terjadinya plasenta previa (Trianingsih et al., 2015) .
cukup, kemudian plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus. Aliran darah
yang tidak cukup akan menyebabkan plasenta meluas walaupun tidak selalu
48
(2018) paritas dan riwayat abortus merupakan variabel paling dominan
sebagai faktor risiko plasenta previa, perolehan nilai OR adalah 6,06 artinya
riwayat abortus enam kali lebih berisiko (Diana Sitti Aras, Kurnaesih Een,
2018).
riwayat abortus empat kali berisiko mengalami plasenta previa. Abortus akan
komplikasi pada ibu hamil maupun bersalin. Riwayat abortus pada ibu hamil
terdapat keadaan abnormal dari tubuh yaitu pernah mengalami kuretase untuk
Yohanes, 2015).
49
tempat lain yang baik vaskularisasinya di bagian segmen bawah uterus. (Puteri
kehamilan dan persalinan. Ibu juga bisa mengalami masalah dan komplikasi
ِ َ ۗ صينا ااْلِ نْسا َن بِوالِدي ۚ ِه لَته اُُّمهٗ وهنا ع ٰلى وه ٍن َّوفِصالُ ٗه يِف عام ِ اَ ِن اش ُكر يِل ولِوالِدي
َّك ايَل َْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ َ نْي ْ َ َ ً ْ َ ُ ْ ََو َو َّ ْ َ َ َ َ ْ مَح
١٤ُ ِ
الْ َمصرْي
Terjemahnya :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu”
kedua orang tuanya. Sebagai anak kita harus selalu mendengarkan perintah
kedua orang tua karena seorang ibu telah bersusah payah menjaga kita pada
masa kehamilan ibu dengan sabar menahan sakit yang cukup berat. Ibu juga
menyusui anaknya sampai usia dua tahun, banyak masa sulit yang dirasakan
50
ibu saat merawat dan menyusui anaknya. Ibu dan ayah telah memberikan
balasan apa pun dari sang anak. Bersyukurlah kepada Allah kemudian
berterima kasihlah kepada ayah dan ibu mu (Kementrian Agama RI, 2016).
Tafsir tersebut menjelaskan seorang ibu mengalami banyak masa sulit saat
Jarak antara dua kelahiran anak dianjurkan minimal dua tahun, hal ini
disebabkan karena ibu masih dalam masa menyusui anaknya yang sebelumnya
selama dua tahun. Selama proses menyusui oksitoksin masih bekerja untuk
mengeluarkan ASI ibu, jika ibu kembali hamil sebelum dua tahun maka bisa
masih belum siap karena belum pulih dari kehamilan sebelumnya. Al-Qur’an
51
ٰ ِض َعْتهُ ُك ْر ًه ا ۗ َومَحْلُهٗ َوف ِِ ِ
ص لُهٗ َث ٰلثُ ْو َن َ صْينَا ااْلِ نْ َسا َن بَِوال َديْه ا ْح َسانًا ۗمَحَلَْتهُ اُُّمهٗ ُك ْر ًها َّو َو
َّ َو َو
ۙ ِ
َ ب اَْو ِز ْعيِن ْٓي اَ ْن اَ ْش ُكَر نِ ْع َم
تَك الَّيِت ْٓي َ ًلَغ اَْربَعِنْي َ َس نَة
ِّ قَال َر َ َش ْهًرا َحۗىّٰت ٓى ا َذا َب
َ لَغ اَ ُش دَّهٗ َو َب
ِ ي واَ ْن اَعمل صاحِل ا ترضٰىه واَصلِح يِل يِف ذُِّريَّيِت ۗ ْي اِيِّن تبت اِلَي ِ
ْك َوايِّن
َ ْ ُ ُْ ْ ْ ْ ْ ْ َ ُ ْ َ ً َ َ َ ْ َ َّ ت َعلَ َّي َو َع ٰلى َوال َد
َ اَْن َع ْم
١٥ َ الْمسلِ ِمنْيِ
ْ ُ م َن
Terjemahnya :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai
menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah
dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku,
berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku
dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang
akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat
kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.”
Allah memerintahkan umatnya untuk berbuat baik kepada kedua orang
tuanya, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Berbuat
baik kepada kedua orang tua yang telah meninggal adalah mendoakannya
kepada Allah agar diberi pahala dan diampuni segala dosanya. Ibu
semakin berat pula kesulitan yang dirasakan ibu. setelah anak lahir, ibu
bulan atau sekitar 2 tahun, akan banyak risiko timbulnya masalah termasuk
52
plasenta previa jika jarak kelahiran ibu kurang dari dua tahun (Kementrian
generasi yang lemah, seperti yang dijelaskan dalam surah An-Nisa ayat 9,
Allah berfirman :
ش الَّ ِذيْ َن لَ ْو َتَر ُك ْوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُِّريَّةً ِض ٰع ًفا َخا ُف ْوا َعلَْي ِه ۖ ْم َف ْليََّت ُقوا ال ٰلّهَ َولَْي ُق ْولُْوا َق ْواًل
َ َولْيَ ْخ
َس ِديْ ًدا
Terjemahnya :
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar.”
Orang yang telah mendekati akhir hayatnya diperingatkan agar
hari. Untuk itu selalu bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Selalu
berkata lemah lembut, terutama kepada anak yatim yang menjadi tanggung
adalah salah satu faktor risiko yang riwayat persalinan seksio sesarea akan
sesarea cenderung lebih lemah dan rentan dari pada bayi yang lahir
53
pervaginam. Melahirkan melalui seksio sesarea adalah hal yang bisa
melahirkan secara normal atau pervaginam. Ada beberapa ibu yang ingin
Faktor risiko plasenta previa lain yang dijelaskan oleh Allah adalah
mengenai abortus atau membunuh anak sendiri. Dalam surah Al-Isra ayat
Terjemahnya :
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh
mereka itu sungguh suatu dosa besar.”
keturunan, yang berarti pula menumpas kehidupan manusia itu sendiri dari
muka bumi. Membunuh anak karena takut kelaparan adalah salah satu
tindakan berburuk sangka kepada Allah, bila tindakan ini dilakukan karena
54
Allah SWT menegaskan hal serupa dalam surah lain yaitu surah
۞ قُ ْل َت َعالَ ْوا اَتْ ُل َما َحَّر َم َربُّ ُك ْم َعلَْي ُك ْم اَاَّل تُ ْش ِر ُك ْوا بِهٖ َشْيـًٔا َّوبِالْ َوالِ َديْ ِن
ِ ِ ِ
ش َما ِ
َ اه ْم ۚ َواَل َت ْقَربُوا الْ َف َواح ٍ ۗ ا ْح َسانً ۚا َواَل َت ْقُت ْٓلوُا اَْواَل َد ُك ْم ِّم ْن ا ْماَل
ُ َّق حَنْ ُن َن ْر ُزقُ ُك ْم َواي
صى ُك ْم بِهٖ لَ َعلَّ ُك ْم ِ ِّ ۗ الن ْفس الَّيِت حَّرم ال ٰلّه اِاَّل بِاحْل ۚ ِ
ّٰ ق ٰذل ُك ْم َو َ ُ َ َ ْ َ َّ ظَ َهَر مْن َها َو َما بَطَنَ َواَل َت ْقُتلُوا
Terjemahnya : َت ْع ِقلُ ْو َن
“Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan
Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat
baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah
kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang
tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah
kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan
kepadamu agar kamu mengerti.”
perkataan maupun dengan perbuatan penuh rasa cinta dan kasih sayang,
tua diikuti dengan larangan kepada orang tua membunuh anak mereka
55
memberi rezeki kepada mereka dan anak-anak mereka (Kementrian
jenis abortus dalam dunia media, yang berhubungan dengan ayat diatas
dengan alasan personal yang dimiliki ibu. Tentu saja jika dilihat dari segi
komplikasi yang memebahayakan ibu serta Allah telah melarang hal ini
dalam hal ini adalah plasenta previa. Ada tiga jenis kejadian yang bisa
terjadi pada manusia, pertama bala’ yaitu ujian yang menimpa seseorang.
Bala’ adalah cara Allah SWT mengampuni dosa, menyucikan jiwa dan
SWT, sehingga bala’ bisa menjadi hal baik ataupun buruk tergantung dari
sendiri namun tetap datang atas izin Allah SWT. Musibah bertujuan untuk
56
bagi yang lain siksaan atau hukuman. Adzab digunakan dalah konteks
hukuman, adzaab tidak berasal dari Allah SWT, namun bersumber dari
manusia sendiri bisa karena kemaksiatan dan kefasikan (Al-Tusi & Al-
Hasan, 2017).
ataupun adzab. Menjadi bala’ atau ujian dari Allah jika ibu telah berusaha
dengan baik menjaga janinnya dari semua faktor risiko dan selalu
mengikuti anjuran medis. Bisa menjadi musibah dan hukuman apabila ibu
previa. Oleh karena itu ibu harus mengetahui apa saja sebenarnya hal-hal
57
I. Kerangka Teori
Bagan 1. Kerangka Teori
58
H. Kerangka Konsep
Usia Ibu
Jarak Kelahiran
Riwayat SC
d. Paritas
Riwayat Kuretase
Riwayat Abortus
Merokok
Hipertensi
Kehamilan Gemelli
Tumor
= Variabel dependen
59
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari – Februari tahun 2023 di
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
oleh variabel bebas (Damanah, 2019). Variabel terikat yang ada dalam
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah usia ibu, jarak persalinan,
60
riwayat seksio sesarea, riwayat plasenta previa pada kehamilan
1. Populasi
(Rinaldi & Mujianto, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
hamil yang dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Kota Makassar
yaitu ibu yang mengalami plasenta previa dan ibu yang tidak mengalami
kasus dan di tahun 2021 62 kasus, sehingga total kelompok kasus periode
2. Sampel
2
λ . N .P.Q
s= 2 2
d ( N−1 ) + λ . P .Q
3,841.167. 0,5.0,5
s= 2
(0,05) ( 167−1 )+ 3,841.0,5. 0,5
61
160,361
s=
0,415+ 0,96025
160,361
s= =116,60
1,37525
Keterangan :
S = jumlah sampel
2
λ = berdasarkan tabel chi square dengan satu
N = jumlah populasi
adalah 1:1, maka total keseluruhan sampel adalah 234 sampel yang terdiri
62
E. Teknik Pengambilan Sampel
peneliti.
1. Kelompok Kasus
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
2. Kelompok Kontrol
a. Kriteria inklusi
63
b. Kriteria Eksklusi
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa rekam medik ibu yang
terdapat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar tahun 2020-2021.
Data yang digunakan adalah rekam medik ibu yang terdiagnosis plasenta
a. Editing
medik.
b. Coding
64
Tahap coding adalah kegiatan merubah data yang berbentuk huruf
c. Tabulating
d. Processing
Pada tahap ini semua data yang telah ditabulasi akan diproses
e. Cleaning
2. Analisis Data
Data yang diperoleh dari rekam medik RSIA Ananda akan disajikan
dalam bentuk tabel dan dijelaskan dalam bentuk narasi. Data rekam medik
65
a. Analisis Univariat
2020).
b. Analisis Bivariat
66
H. Alur Penelitian
67
I. Penyajian Data
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan dalam
bentuk narasi.
J. Etika Penelitian
68
BAB 4
120 orang dan yang tiddak didiagnosis plasenta previa sebanyak120 orang.
Semua sampel kelompok kasus dan kontrol memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
1. Analisis Univariat
Riwayat SC
Ada Riwayat 51 21,3
Tidak Ada Riwayat 189 78,7
Paritas
Risiko Tinggi 27 11,3
Risiko Rendah 213 88,7
69
Riwayat Kuretase
Ada Riwayat 42 17,5
Tidak Ada Riwayat 198 82,5
Riwayat Abortus
Ada Riwayat 57 13,8
Tidak Ada Riwayat 183 76,2
Plasenta Previa
Ya 120 50
Tidak 120 50
risiko tinggi dan 165 (68,7%) yang memiliki usia risiko rendah. Terdapat
dan 171 (71,3%) respon yang memiliki jarak kelahiran dengan risiko
(78,7%) ibu yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea. Untuk variabel
tinggi dan 213 (88,7%) ibu yang memiliki paritas rendah. Terdapat 42
(17,5%) responden memiliki riwayat kuretase dan 183 (76,2%) respon ang
abortus sebanyak 57 (13,8%) ibu dan yang tidak memiliki riwayat abortus
70
sebanyak 183 (76,2%) ibu. Variabel dependen untuk kelompok kasus
2. Analisis Bivariat
variabel independen yaitu usia ibu, jarak kelahiran, jumlah paritas, riwayat
previa dan 14 ibu yang tidak mengalami plasenta previa, untuk ibu
previa dan 106 ibu yang tidak mengalami plasenta previa, untuk ibu
value didapatkan sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai alpha
71
yaitu 0,05. Nilai p-value tersebut menunjukan bahwa ada hubungan
signifikan antara usia ibu dengan kejadian plasenta previa. Nilai Odds
Ratio (OR) sebesar 7,828 menunjukan bahwa ibu dengan usia risiko
tinggi memiliki peluang 7,828 lebih besar dari pada ibu dengan usia
risiko rendah.
untuk ibu dengan usia risiko tinggi. Terdapat 63 ibu yang mengalami
plasenta previa dan 108 ibu yang tidak mengalami plasenta previa,
untuk ibu dengan usia risiko rendah. Berdasarkan hasil uji chi-square
nilai p-value didapatkan sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari
nilai alpha yaitu 0,05. Nilai p-value tersebut menunjukan bahwa ada
previa. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 8,413 menunjukan bahwa ibu
72
dengan jarak kelahiran <2 tahun memiliki peluang 8,413 lebih besar
ibu yang mengalami plasenta previa dan 109 ibu yang tidak mengalami
plasenta previa, untuk ibu yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea.
0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05. Nilai p-value
ibu dengan kejadian plasenta previa. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar
lebih besar dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea.
73
d. Hubungan Jumlah Paritas dengan Kejadian Plasenta Previa
previa dan 5 ibu yang tidak mengalami plasenta previa, untuk ibu
previa dan 115 ibu yang tidak mengalami plasenta previa, untuk ibu
value didapatkan sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari nilai alpha
yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian plasenta previa. Nilai
Odds Ratio (OR) sebesar 5,163 menunjukan bahwa ibu dengan jumlah
paritas >3 memiliki peluang 5,163 lebih besar dari pada ibu dengan
paritas ≤3.
74
e. Hubungan Riwayat Kuretase dengan Kejadian Plasenta Previa
mengalami plasenta previa dan 109 ibu yang tidak mengalami plasenta
hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,001 yang berarti
lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05. Nilai p-value tersebut
dengan kejadian plasenta previa. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3,451
lebih besar dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat kuretase.
75
f. Hubungan Riwayat Abortus dengan Kejadian Plasenta Previa
mengalami plasenta previa dan 109 ibu yang tidak mengalami plasenta
hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti
lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05. Nilai p-value tersebut
dengan kejadian plasenta previa. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3,769
lebih besar dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat abortus.
3. Analisis Multivariat
Uji statistik multivariat dilakukan untuk menentukan variabel
previa. Variabel usia ibu, jarak kelahiran, jumlah paritas, riwayat seksio
76
sesarea, dan riwayat abortus memiliki p-value >0,05 sehingga tidak ada
variabel yang lebih dominan dari pada variabel lainnya yang berpengaruh
Variabel P-Value
B. Pembahasan
1. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Plasenta Previa
antara usia ibu dengan kejadian plasenta previa dengan p-value sebesar
0,000 (p <0,05) .Ibu dengan usia risiko tinggi memiliki 7,828 kali lebih
usia risiko rendah. Hal ini diperoleh dari Odds Ratio (OR) sebesar 7,828
pada CI 95% dengan lower limit sebesar 4,036 dan upper limit sebesar
15,181.
77
(p≤0,005). Nilai OR yang diperoeh dalam analisis penelitian ini sebesar
3,681 (1,905-7,113) yang berarti ibu dengan usia <20 tahun dan >35 tahun
memiliki 4 kali lipat risiko lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa
dibandingkan dengan ibu yang bermur 20-30 tahun. Hal ini terjadi karena
ibu dengan usia <20 tahun dianggap memiliki organ reproduksi yang
dikaibatkan pada usia tersebut ibu masih dalam usia remaja yang
>35 tahun dianggap memiliki organ reproduksi yang sudah menurun atau
tidak terserap dengan baik, waktu yang dipunyai ibu sedikit karena
(2018), yaitu kejadian plasenta previa yang paling banyak 75,7% terjadi
pada usia ibu dengan lebih dari 35 tahun. Hasil uji chi square antara usia
dan kejadian plasenta previa didapatkan nilai p sebesar 0,000, hal ini
menunjukkan ada hubungan antara usia dan kejadian plasenta previa. Hasil
kepercayaan (CI) 95% yaitu 4,377-40,618 maka ibu yang usia beresiko
jika dibandingkan dengan ibu yang usia berisiko rendah. Usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur <20
78
matang serta pada ibu dengan usia >35 tahun karena endometrium yang
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian oleh Nia Nurzia
(2020), dengan hasil p-value 0,000 (<0,005) artinya ada hubungan yang
signifikan antara usia ibu dengan kejadian plasenta previa. Hasil analisis
Odds Ration (OR) 11,167 artina ibu yang memiliki usia <20 dan > 35
perubahan fisiologis tubuh. Ibu yang berusia <20 tahun bisa berisiko lebih
tidak sap menerima hasil konsepsi. Usia >35 tahun juga akan
janin dan akhirnya plasenta melakukan ekspansi ke dekat jalan lahir ibu
79
sebesar 0,000 (p <0,05) .Ibu dengan jarak kelahiran <2 tahun berisiko
daripada ibu dengan jarak kelahiran ≥2 tahun. Hal ini diperoleh dari Odds
Ratio (OR) sebesar 8,143 pada CI 95% dengan lower limit sebesar 4,061
p-value sebesar 0,0005 hal ini menunjukan ada hubungan anatara jarak
dengan CI 95% yaitu 1,644 -11,580 maka ibu dengan jarak kehamilan
risiko 4 kali lebih besar mengalami plasenta previa daripada ibu dengan
NTB juga sesuai dengan penelitian ini dengan hasil ibu yang memiliki
jarak kelahiran <2 tahun mempunyai risiko 3,7 kali lipat lebih besar
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yaitu jarak kelahiran yang
dikarenakan kondisi ibu yang belum pulih sepenuhnya serta pemenuhan zat
gizi yang belum optimal namun harus memenuhi kebutuhan janin yang
80
Kondisi ibu yang belum pulih terkhususnya kondisi endometrium di
bagian fundus masih belum siap menerima hasil konsepsi dan dijadikan
penyembuhan sel, kondisi zat gizi ibu yang belum optimal namun harus
sebesar 0,000 (p <0,05) .Ibu yang memiliki riwayat seksio sesarea berisiko
4,955 lebih tinggi daripada ibu yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea.
Hal ini diperoleh dari Odds Ratio (OR) sebesar 4,955 pada CI 95% dengan
operasi caesar > 2 kali mempunyai peluang 4,776 kali mengalami plasenta
dengan hasil p-value 0,010 < α 0,05 yang artinya ada hubungan antara
diperoleh adalah 5,000 yang berarti ibu dengan riwayat sesarea memiliki
81
peluan 5 kali lebih besar meangalami plasenta previa dibandingkan dengan
yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea. Hal ini sesuai dengan teori
bawah yang tidak memiliki luka parut akan dipakai berimplantasi sehingga
sebesar 0,001 (p <0,05) .Ibu dengan paritas risiko tinggi berisiko 5,163
lebih tinggi daripada ibu dengan paritas risiko rendah. Hal ini diperoleh
dari Odds Ratio (OR) sebesar 5,163 pada CI 95% dengan lower limit
82
ini berarti bawa ibu dengan paritas >3 memiliki peluang 3 kali lebih besar
anatara paritas dengan kejadian plasenta previa. Aliran darah yang tidak ke
plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak sehingga plasenta akan
2020).
Penelitian lain yang sesuai adalah penelitian oleh Nia Nurzia (2020)
yaitu ibu dengan paritas >3 memiliki risiko 5 kali lebih besar daripada ibu
dengan paritas <3. Plasenta previa sering terjadi lebih sering pada ibu
yang tidak optimal, serta sel pada endometrium akan mengalami atrofi.
sebesar 0,001 (p <0,05) .Ibu yang memiliki riwayat seksio sesarea berisiko
3,451 lebih tinggi daripada ibu yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea.
83
Hal ini diperoleh dari Odds Ratio (OR) sebesar 3,451 pada CI 95% dengan
kuret ke dalam kavum uteri sehingga bisa menimbulkan risiko luka pada
jaringan rahim. Komplikasi atau risiko yang bisa terjadi adalah perdarahan,
upper dan lower limit 0,7-1,9 sehingga bisa disimpulkan bawa ibu yang
memiliki riwayat kuretase memiliki risiko 1,2 kali lipat lebih besar
84
optimal. Janin membutuhkan nutrisi dan oksigen dari plasenta, jika
berisiko 3,769 lebih tinggi daripada ibu yang tidak memiliki riwayat
seksio sesarea. Hal ini diperoleh dari Odds Ratio (OR) sebesar 3,769 pada
CI 95% dengan lower limit sebesar 1,951 dan upper limit sebesar 7,280.
kelompok kontrol 81, yang artinya abortus 0,3 kali lebih berisiko daripada
yang tidak memiliki riwayat abortus. Hal ini disebabkan Ibu dengan
previa. Nilai OR dari penelitian ini sebesar 4,235 yang berarti responden
85
yang memiliki riwayat abortus berisiko 4,2 kali lebih tinggi untuk
dan oksigen yang cukup untuk janin, sehingga plasenta harus meluas ke
Diana, 2016).
C. Keterbatasan Penelitian
dan ketentuan yang berlaku, namun tentu masih ada berbagai macam aspek
medik yang dipakai masih berupa tulisan tangan sehingga bisa saja terdapat
kesalahan penulisan, penulisan yang tidak lengkap, ataupun tulisan yang tidak
bisa dibaca. Hal ini akan menyebabkan peneliti tidak bisa memasukan rekam
86
BAB 5
Berdasarkan hasil dari analisis data penelitian Analisis Faktor Risiko yang
sebesar
value sebesar
sebesar
sebesar
87
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Memperhatikan faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian
c. Menambah informasi dan wawasan ibu serta keluarga ibu agar dapat
itu sendiri. Rekam medik juga harus disimpan dengan rapi dan aman
previa.
88
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tusi, A.-S., & Al-Hasan. (2017). Al-Tibyan fi tafsir al-Qur’an. Maktab al-
I’lam al-Islami.
Asih, Y., & Idawati, I. (2016). Riwayat Kuretase Dan Seksio Caesaria Pada
Pasien Dengan Plasenta Previa Di Rumah Sakit Provinsi Lampung. Jurnal
Keperawatan, 12(2), 179–184.
Diana Sitti Aras, Kurnaesih Een, A. (2018). Analisis Faktor Yang Berisiko
Terhadap Kejadian Plasenta Plevia Di Rsud Polewali Mandar Prosiding
Seminar Nasional 2018 Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ( SMIPT ), 165. Sinergitas Multidisiplin Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi, 1(April), 164–171.
Eliagita, C., Subina, P., Oklaini, S. T., & Zulhijjah, S. (2019). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Plasenta Previa di Rumah Sakit Umum
Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau. Midwifery Health Jurnal, 5(2).
89
Feng, Y., Li, X.-Y., & Xiao, J. (2018). Risk Factors and Pregnancy Outcomes:
Complete versus Incomplete Placenta Previa in Mid-pregnancy. Curr Med
Sci, 38(4).
Guslatipa, D., & Sari, E. P. (2020). Hubungan Riwayat Operasi Sesarea, Riwayat
Abortus Dan Kehamilan Kembar Dengan Kejadian Plasenta Previa. Jurnal
’Aisyiyah Medika, 4. https://doi.org/10.36729/jam.v4i2.221
Husain, W. R., Wagey, F., & Suparman, E. (2019). Hubungan Kejadian Plasenta
Previa dengan Riwayat Kehamilan Sebelumnya. E-CliniC, 8(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.v8i1.27095
Kemal, A., Tauifiq, A., Suhartoyo, A., & Pusponegoro, A. (2013). Buku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (E. M.
Moegni & D. Ocviciyanti (eds.); Edisi Pert). Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Short Textbook
of Preventive and Social Medicine (pp. 28–28).
https://doi.org/10.5005/jp/books/11257_5
90
https://doi.org/10.1524/itit.2006.48.1.6
Kementrian Agama RI. (2016). Tafsir Ilmi Penciptaan Manusia Dalam Prespektif
Al-Quran dan Sains. DIPA Lajnah Pentasihihan Mushaf Al-Quran.
Lestari maya, I. (2020). Antara Paritas Dan Umur Ibu Dengan Kejadian Plasenta
Previa Indriyani Maya Lestari, Hubungan Misbah, Nurul La Tansa Mashiro,
Akbid Kemenkes Banten, Poltekkes. In Jurnal Obstretika Scientia (Vol. 2,
Issue 2). https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/index.php/OBS/article/view/127
Maria, M., & Yohanes, D. (2015). Hubungan usia dan riwayat abortus dengan
kejadian plasenta previa pada Ibu. Penelitian Ilmiah, 1(1), 42–53.
http://repository.uki.ac.id/1357/1/Karakter Fisik dan Non Fisik Dusun
Mantran Wetan Kabupaten Magelang.pdf
Mariza, A., & Purnamasari, D. R. (2021). Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan
Kejadian Plasenta Previa Di Ruang Kebidanan Rsud Dr. H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. In Malahayati Nursing Journal (Vol. 3, Issue 1, pp. 92–
100). https://doi.org/10.33024/manuju.v3i1.3221
91
Kejadian Plasenta Previa di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(3), 1218.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v21i3.1661
Metti Diana. (2016). Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Plasenta
Previa pada Ibu Bersalin. Jurnal Keperawatan, XII(1), 112.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/367
Mursalim, N. H., Saharuddin, S., Nurdin, A., & Inayah Sari, J. (2021). Analisis
Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Plasenta Previa. Jurnal
Kedokteran, 6(2), 100. https://doi.org/10.36679/kedokteran.v6i2.338
Nia Nurzia. (2020). Hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian (Vol. 4,
Issue 04, pp. 310–316).
Peng, Z. H., Xiong, Z., & Zhao, B. S. (2019). Prophylactic abdominal aortic
balloon occlusion: An effective method of controlling hemorrhage in patients
with placenta previa or accreta. Exp Ther Med, 17(2).
Puteri, S. A., & Atika. (2021). Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan
Plasenta Previa di IRD Dr Soetomo Surabaya. Jurnal Kesehatan, 789, 41–49.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-msjd7ad7f63b2full.pdf
92
Sanad, A. S., Mahran, A. E., & Aboulfotoh, M. E. (2018). The effect of uterine
artery ligation in patients with central placenta pevia: a randomized
controlled trial. BMC Pregnancy Childbirth, 18(1).
Sandra, S., Purnamasari, N. I., & Said. (2021). Analisis Faktor Risiko yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Plasenta Previa pada Ibu Bersalin. Jurnal
Ilmiah Obsgin, 13(3), 181–191. https://stikes-nhm.e-journal.id/OBJ/index
%0AArticle
Suryanti Sihombing, & Martinus, F. D. (2019). Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan
Kejadian Plasenta Previa Di Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam.
Zona Kedokteran: Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam,
9(3), 28–34. https://doi.org/10.37776/zked.v9i3.298
Trianingsih, I., Mardhiyah, D., & Duarsa, artha budi susila. (2015). Faktor -
Faktor Yang Berpengaruh Pada Timbulnya Kejadian Plasenta Previa. Jurnal
Kedokteran Yarsi, 23(2), 103–113.
Wahyu, H., Febriawati, H., Martika Yos, & Lina, L. F. (2019). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Placenta Previa. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah Bengkulu, 07(2), 114–123.
http://jurnal.umb.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/37
93
WHO. (2021). World Health Statistics: Monitoring Health for the SGD 2021. In
Industry and Higher Education (Vol. 3, Issue 1).
http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://
dspace.uc.ac.id/handle/123456789/1288
94
LAMPIRAN
95