Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah, yang


didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media dan tunika
intima, sehingga menyerupai tonjolan/balon. Dinding pembuluh darah pada aneurisma ini biasanya
menjadi lebih tipis dan mudah pecah.

Aneurisma merupakan dilatasi local permanen dari suatu arteri sehingga arteri tersebut
berukuran 1,5 kali dari diameter normal.

2.2 ETIOLOGI

Aneurisma dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

·      Melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri. Merupakan kasus yang paling sering terjadi.
Kelemahan pada dinding pembuluh darah ini menyebabkan bagian pembuluh yang tipis tidak
mampu menahan tekanan darah yang relatif tinggi sehingga akan menggelembung.

·      Hipertensi (tekanan darah tinggi). Risiko ini menjadi semakin tinggi pada orang dengan tingkat stres
tinggi maupun perokok.

·      Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah arteri) dapat juga menyebabkan
pertumbuhan dan pecahnya aneurisma.

·      Hiperlipidemia (jumlah lemak dalam darah melebihi batas normal)

·      Tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Gelembung semula kecil, dengan bertambahnya usia dan
penurunan kekuatan pembuluh, dapat menjadi semakin besar hingga akhirnya pecah.

·      Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai pembuluh darah.

·      Terjadi peradangan pada aorta

·      Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan

Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan kelainan pada
pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata.

·      Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terkena aneurisma yang meliputi tekanan darah tinggi,
aterosklerosis, tingkat tinggi serum kolesterol, trauma atau cedera, merokok dan penggunaan
tembakau, infeksi darah, usia tua, penyakit ginjal polikistik, alkoholisme, diabetes, dan riwayat
keluarga
2.3 TANDA DAN GEJALA

a) Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:

– Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi

– Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada lengan. Normalnya,
TD pada paha lebih tinggi dari lengan

– Nadi perifer lemah atau asimetris

b) Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :

– Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)

– Keluhan-keluhan perasaan ”denyut jantung” pada abdomen bilang terlentang

– Nyeri punggung bawah atau abdomen

– Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma stetoskop

c) Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa terhadap
struktur intratorakal) :

– Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan pada posisi terlentang.
Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana pemisah berlanjut

– Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan

– Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)

– Suara serak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)

– Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus)

2.4 KLASIFIKASI                  

Aneurisma dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya antara lain :

1.      Aneurisma Sakular atau Fusiform adalah aneurisma mirip kantong menonjol dan berhubungan
dengan dinding arteri melalui suatu leher yang sempit. Apabila seluruh segmen arteri mengalami
dilatasi, maka terjadilah Aneurisma fusiform.

2.      Aneurisma Mikotik  adalah aneurisma yang disebabkan oleh infeksi lokal. Aneurisma jenis ini
jarang ditemukan.

3.      Aneurisma Palsu  adalah akumulasi darah ekstravaskuler disertai disrupsi dari ketiga lapisan
dinding arteri. Dinding dari aneurisma palsu adalah trombus dan jaringan yang berdekatan.
Selain berdasarkan bentuk Aneurisma juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempatnya antara
lain :

1.      Aneurisma aorta abdominalis

Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyerang mulai dari bawah arteri renalis dan
meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arteri iliaka. Aneurisma ini jarang meluas
keatas ke arteri renalis, melibatkan cabang-cabang visera mayor dari aorta. Aneurisma ini sering
terjadi pada penderita tekanan darah tinggi, ukurannya lebih besar dari 7,5 cm dan bisa
pecah. (Diameter normal dari aorta adalah 1,8-2,5 cm).

2.      Aneurisma aorta torakalis

Aneurisma aorta torakalis adalah pelebaran atau dilatasi pembuluh darah aorta yang
biasanya menyerang aorta torasika desendens dibawah arteri subklavia kiri, aorta asendens diatas
katup aorta, dan arkus aorta. Aorta desendens paling sering terserang. Pada salah satu bentuk
aneurisma torakalis yang khusus, pelebaran aorta terjadi di tempatnya keluar dari jantung.
Pelebaran ini bisa menyebabkan kelainan fungsi katup antara jantung dan aorta (katup aorta),
sehingga pada saat katup menutup, darah kembali merembes ke jantung. Aneurisma aorta torakalis
sebanyak kurang dari 10% dari seluruh aneurisma aorta. Aneurisma aorta torakalis paling lazim
diakibatkan oleh regenerasi dinding media; sifilis merupakan penyebab yang paling jarang. Vaskulitis
dan nekrosis dinding medial kistik, seperti terjadi pada sindroma Marfan, juga dapat mengakibatkan
aneurisma aorta. Aneurisma traumatik dapat terjadi di ligamentum arteriosus di atas arteri subklavia
ketika dinding aorta terputar secara tidak lengkap sebagai akibat kecelakaan deselerasi cepat.

3.      Aneurisma Intrakanial

Aneurisma intrakranial (serebral) adalah dilatasi dinding arteri serebral yang berkembang
sebagai hasil dari kelemahan dinding arteri.

2.5 PATOFISIOLOGI

Pada aneurisma ditemukan suatu kelainan pada lapisan pembuluh darah yang terdiri dari
tiga lapisan, yaitu lapisan tunika intima, media dan adventitia. Pada aneurisma terdapat penipisan
tunika media dan tunika intima menjadi lebih elastis hal ini mengakibatkan kelemahan pada
pembuluh darah di daerah aneurisma sehingga pembuluh darah membentuk tonjolan akibat
tekanan pembuluh darah.

Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, truma atau proses penyakit. Apabila timbul
aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar ukurannya. Faktor resiko meliputi
prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh penderita mengalami hipertensi.
Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan pada
intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma diseksi sering
dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi disebabkan oleh ruptur
lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan media. Ruptur dapat terjadi melalui
adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan intima, sehingga memungkinkan darah masuk
kembali ke jalur utamanya, mengakibatkan diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan
oklusi cabang-cabang aorta. Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar.

PATOFISIOLOGI ANEURISMA AORTA

2.6 PENATALAKSANAAN

Untuk aneurisma yang belum pecah, terapi


ditujukan untuk mencegah agar aneurisma
tidak pecah, dan juga agar tidak terjadi
penggelembungan lebih lanjut dari
aneurisma tersebut. Sedangkan untuk aneurisma yang sudah pecah, tujuan terapi adalah untuk
mencegah perdarahan lebih lanjut dan untuk mencegah atau membatasi terjadinya ''vasospasme''
(kontraksi pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan diameter pembuluh darah).

·  Farmako terapi :

– Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau kurang

– Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan menurunkan
kontraktilitas miokard.

- Bata Bloker untuk mengurangi denyut jantung dan tekanan darah sehingga mengurangi resiko
pecahnya aneurisma.

· Pembedahan dilakukan bila terapi obat gagal dan lebar aneurisma sudah mencapai 7,5 cm untuk
mencegah pembesaran aneurisma atau pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan
meliputi eksisi dan pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk
memperbaiki kontinuitas vaskular.

2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi utama berkenaan dengan aneurisma adalah ruptur, yang menimbulkan hemoragi
dan kemungkinan kematian. Hipertensi berat meningkatkan resiko ruptur.

2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.  Aneurisma Aorta Torakalis

- Foto Rontgen : Menunjukkan pelebaran mediastinum/ tertariknya trakea.

-Aortografi : untuk mengevaluasi anatomi aneurisma

-CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi ukuran dari aneurisma

-MR Angiografi : Untuk melihat cabang-cabang pembuluh darah aorta

2. Aneurisma Aorta Abdominalis

-Foto polos abdomen

-USG/Duplex sonografi berwarna

-MRI : Mengetahui letak aneurisma secara jelas.

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

A. Pengkajian

1. Biodata

Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.

2. Riwayat kesehatan

a) Keluhan Utama

            Pada kasus aneurisma, ditemukan keluhan utama adanya nyeri dada yang menjalar ke
punggung.

b) Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

            Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari
keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:

P Paliative/provokatif: hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan


utama. Apa yang menimbulkan nyeri ( aktivitas, spontan, stress, setelah makan dll).

Q Quality/Quantity: tingkat keluhan utama. Apakah tumpul, tajam, tertekan, dalam,


permukaan dll. Apakah pernah merasakan nyeri seperti itu sebelumnya.
R Region; yaitu lokasi keluhan utama. Apakah menyebar ( rahang, punggung, tangan dll)?
Apa yang membuat lebih baik, apa yang mempertambah buruk (inspirasi, pergerakan).

S Savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, jelaskan skala nyeri dan frekuensi. Apakah
disertai dengan gejala seperti ( mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek,
sesak, tanda vital yang abnormal)

T Timing; kapan mulai nyeri, apakan konstan atau kadang – kadang, bagaimana lama, tiba
– tiba atau bertahap, apakah mulai setelah anda makan, frekuensi.

a.    Riwayat Kesehatan Dahulu

        Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya, tanyakan pula
pola hidup, makanan yang dikonsumsi. Makanan yang tinggi lemak adalah faktor predisposisi
tertinggi dari aneurisma.

b.    Riwayat Kesehatan Keluarga

        Saat dikaji, tanyakan adakah kelainan bawaan seperti sindroma marfan (dinding pembuluh
darah yang tipis) dan penyakit hipertensi yang diturunkan.

2.  Pengkajian 11 Pola Gordon

1.    Pola Persepsi Kesehatan

·      Kaji apakah klien mempunyai bakat atau bawaan lemahnya pembuluh darah

·      Kaji apakah pasien mempunyai riwayat ateroklerosis

·      Kaji apakah pasien mempunyai riwayat pembuluh darah

2.    Pola Nutrisi Metabolik

·      Kaji apakah nafsu makan klien berkurang

3.    Pola Eliminasi

·      Kaji frekuensi bab dan bak pasien

4.    Pola Aktivitas dan Latihan

·      Kaji apakah klien ada merasakan nyeri dan di daerah mana nyeri tersebut

·      Kaji apakah klien membutuhkan bantuan orang lain saat melakukan , aktivitas sehari-hari

·      Detensi vena-vena superfisial pada dada, leher, atau lengan (menunjukkan tekanan pada vena kava
superior)
5.    Pola Tidur dan Istirahat

·      Kaji apakah klien mengalami insomnia

·      Kaji apakah istirahat klien cukup

6.    Pola Persepsi Kognitif

·      Kaji mekanisme koping klien

·      Kaji apakah klien ada menggunakan alat bantu pendegaran, penglihatan, cek terakhir?

·      Pupil tak sama (menunujkan tekanan pada rantai simpatis servikal)

7.    Pola Persepsi dan Konsep Diri

·      Kaji apakah klien merasa putus asa/frustasi

8.    Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

·      Kaji bagaimana hubungan klien dengan sesama, keluarga

9.    Pola Reproduksi – Seksualitas

·      Kaji apakah klien mengalami perubahan atau masalah yang berhubungan dengan penyakit yang di
derita klien

10.    Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

·      Kaji adakah gangguan penyesuain diri terhadap lingkugan dan situasi baru

·      Kaji ketidakmampuan koping klien terhadap berbagai hal

11.    Pola Sistem Kepercayaan

·      Apakah klien menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya

·      Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.

3.  Pemeriksaan Fisik

1.    Keadaan umum     : Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, tekanan

   darah, nadi, dan respirasi.

2.    Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a.       Kepala             : (Mata, hidung, telinga, gigi, dan mulut)


b.      Leher               : Ada tidaknya benjolan dan masa abnormal, palpasi vena  jugugularis untuk memastikan
adanya penjalaran aneurisma

c.       Dada               : Inspeksi kesimetrisan dada, palpasi dada adakah pembesaran atau masa
berdenyut (pulsatil mass), perkusi, auskultasi  suara nafas dan area aorta biasanya mengalami
turbulensi aliran darah.

d.      Genitalia          : Infeksi kebersihan

e.       Ekstremitas     : Kesimetrisan, pergerakan, tonus otot, ada  tidaknya

  edema.

3.      Pemeriksaan Penunjang

a.       Pemeriksaan CT scan : menunjukkan area dan luas pembuluh darah yang mengalami aneurisma

b. Foto Rontgen : Menunjukkan pelebaran mediastinum/ tertariknya trakea.

c. Aortografi : untuk mengevaluasi anatomi aneurisma

d. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi ukuran dari aneurisma

e. MR Angiografi : Untuk melihat cabang-cabang pembuluh darah aorta

C. Diagnosa Keperawatan Secara Teori

v  Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (Aneurisma aorta).

v  Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri

v  Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri

D. Intervensi Keperawatan Secara Teori

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (Aneurisma aorta)

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1. Pantau TTV Menentukan keadaan umum pasien

2. Selidiki keluhan nyeri dada, Dengan mengetahui faktor pemberat


nyeri kita jadi bisa
·         Perhatikan awitan, lokasi, lamanya,
menurunkan/mengurangi tingkatan
intensitas (0-10) dan faktor pemberat
skala nyeri.
atau penurun.
3. Berikan lingkungan yang tenang dan Tindakan ini dapat menurunkan
tindakan kenyamanan, mis. Perubahan ketidaknyamanan fisik dan emosional
posisi, gosokan punggung, penggunaan pasien.
kompres hangat/dingin, dukungan
emosional.

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi


Dapat menurunkan kebutuhan terapi
farmakologis dan
Kolaborasi mengalihkan/mengurangi nyeri

Berikan obat, sesuai indikasi

Analgesik (narkotik/non narkotik)

Anlgesik dapat mengurangi nyeri

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1. Observasi pernafasan Memantau perkembangan


Respiration Rate (RR)

Pemberian oksigenasi dapat


2. Lakukan oksigenasi
menurunkan frekuensi RR
dan mempertahankan oksigen arteri

 Memudahkan ekspansi paru


untuk meningkatkan
3. Tinggikan kepala tempat tidur,
pengembangan paru
pertahankan posisi semi fowler.

Untuk mengatasi masalah


Kolaborasi
oksigenasi melalui farmakologi.
4.Berikan obat sesuai indikasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi obat atau terapi
medis yang lainnya.

3. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau TTV Melihat perkembangan status kesehatan


klien. Terutama perubahan tekanan
darah.

Peningkatan tekanan darah dapat


2. Berikan health education  kepada memperburuk perfusi jaringan jantung.
pasien untuk menghindari faktor-
faktor yang dapat meningkatkan
tekanan darah

Stres dapat meningkatkan tekanan darah


secara mendadak
3. Nasehati klien untuk mengendalikan
stress Obat antihipertensi dapat menurunkan
tekanan darah sehingga resiko
Kolaborasi
penurunan perfusi tidak terjadi.
Berikan obat sesuai indikasi:
antihipertensi
Untuk menurunkan kekuatan pulsasi
dalam aorta dengan menurunkan
kontraktilitas miokard

Propanolol (inderal)

BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS SEMU

Tn.A usia 50 tahun dengan alamat Pulo Jombang MRS di Rumah Sakit Moejidto pada tanggal 20
November 2014 dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada yang menyebar ke punggung sejak 3
hari yang lalu. Setalah dilakukan pengkajian, didapatkan TTV klien : tekanan darah 160/110 mmHg,
nadi 110x/menit, RR  25x/menit, suhu 37⁰C, ekspresi wajah tampak kesakitan dan skala nyeri
menunjukkan angka 7. Pasien mengatakan keadaannya lemah dan merasa pusing. Pasien
mempunyai riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kolesterol
pasien : 280g/dl. Dari pemeriksaan laboratorium menyebutkan bahwa pasien didiagnosa mengalami
aneurisma aorta torakalis.

PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

     Nama              : Tn.A

     Usia                : 50 tahun

     Jenis Kelamin : Laki-laki

     Alamat             : Pulo Jombang

     Tanggal MRS : 20 November 2014

2. Riwayat Keperawatan

·         Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama : Nyeri Dada

Riwayat MRS    :  Tn.A usia 50 tahun MRS pada tanggal 20 November 2014 dengan keluhan sesak
nafas dan nyeri dada yang menyebar ke punggung sejak 3 hari yang lalu. Setalah dilakukan
pengkajian, didapatkan TTV klien tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 110x/menit, RR  25x/menit,
suhu 37⁰C, ekspresi wajah tampak kesakitan dan skala nyeri menunjukkan angka 7. Pasien
mengatakan keadaannya lemah dan merasa pusing.  Pasien mempunyai riwayat hipertensi. Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kolesterol pasien : 280 g/dl. Dari pemeriksaan
laboratorium menyebutkan bahwa pasien didiagnosa mengalami aneurisma aorta torakalis.

·         Riwayat Penyakit Dahulu : Klien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Klien
mengatakan sebelumnya sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol.

·         Riwayat Penyakit Keluarga : Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi, tetapi keluarga klien
tidak ada yang mempunyai penyakit pembuluh darah.

3. Pengkajian 11 Pola Gordon

POLA SEBELUM MRS SAAT MRS

Pola Persepsi Kesehatan Pasien sering Pasien diet


mengkonsumsi makanan lemak/kolesterol.
tinggi kolesterol.

PolaNutrisi Pasien sehari 3x porsi Frekuensi makan


penuh, BB 59 kg. berkurang karena  nyeri

Pola Eliminasi BAB 1x/hari, konsistensi BAB 1x/hari, konsistensi


lembek, bau khas, warna lembek, bau khas, warna
kuning kecoklatan BAK 5- kuning kecoklatan BAK 5-
6x/hari, warna urin kuning 6x/hari, warna urin kuning
jernih jernih

Pola Aktifitas Pasien biasanya bekerja Pasien lemah dan hanya


dari pagi hingga sore. berbaring di tempat tidur
dan mengurangi aktifitas
karena nyeri.

Pola Istirahat Tidur Pasien biasanya tidur Pasien sering terbangun


malam 6-7 jam dan tidak bisa tidur
nyenyak

Pola Konsep Diri Pasien bekerja sebagai Peran diri terganggu


pekerja kantor karena pasien tidak bisa
beraktifitas seperti biasa

Pola Sensori dan Kognitif Tidak mengalami  Tidak mengalami gangguan


gangguan pada pada penglihatan,
penglihatan, pendengaran, pendengaran, penciuman,
penciuman, pengecapan, pengecapan, maupun
maupun perabaan dan perabaan, proses berpikir
proses berfikir lancer lancer

Pola Hubungan-Peran Hubungan dengan keluarga Hubungan dengan


dan lingkungan sekitar keluarga dan lingkungan
rumah baik rumah sakit baik

Pola Seksualitas TIDAK TERKAJI TIDAK TERKAJI

Pola Pertahanan Diri Pasien berusaha mengatasi Pasien meminta bantuan


(Koping) masalahnya sendiri keluarganya untuk
mengatasi masalahnya
terutama dalam
memenuhi kebutuhan
dasarnya
Pola Keyakinan dan Nilai Pasien beribadah rutin Pasien hanya berdoa
sholat lima waktu ditempat tidur

4. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

a)      Keadaan Umum : Pasien tampak lemah

b)      Kesadaran          : Compos Mentis (Sadar Penuh)

c)      TTV                    : TD          :160/110mmHg,

Nadi       : 110x/mnt

RR                        : 25x/mnt

Suhu         : 370C

d)     Kepala

Simetris, kulit kepala bersih, tak ada lesi, konjungtiva mata merah muda.

Hidung simetris dan tak ada lesi ataupun benjolan, oral hygiene baik, telinga simetris, tidak ada
benjolan tetapi ada sedikit serumen.

e)      Leher  :

Tidak ada lesi ataupun nyeri tekan dan tak ada benjolan abnormal. Tidak ada bendungan vena
jugularis.

f)       Dada

·      Paru-paru      : Inspeksi dada simetris, ada tarikan inter costae saat bernafas, perkusi paru
terdengar sonor, tidak ada edema saat dipalpasi dan fokal fremitus sama antara paru kanan dan kiri,
auskultasi paru tidak ada bunyi nafas tambahan, tetapi pasien mengalami sesak nafas.

·         Jantung       : Inspeksi dada simetris, adanya pulsatil mass (masa yang berdenyut) saat di palpasi dan
terasa nyeri, bunyi pekak saat diperkusi, adanya bruitz (turbulansi aliran darah) saat di auskultasi
area aorta.

·           Abdomen

Tidak ada benjolan abnormal, bising usus normal  15x/menit, Tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi.

g)      Genetalia                    : Tidak Terkaji

h)      Anus                           : Tidak Terkaji

i)        Ekstremitas : Tidak mengalami gangguan hanya sedikit kelemahan.


5. Pemeriksaan Penunjang

Kadar kolesterol : 280 g/dl

CT-scan toraks dengan kontras : ukuran aneurisma + 4 cm

Aortografi : Aneurisma aorta torakalis assenden

MASALAH 1

ANALISA DATA

Tanggal Data Masalah Etiologi

20/11/ DS : Pasien mengeluh nyeri dada Nyeri akut Agen cedera


yang menyebar ke punggung. biologis
2014
(Aneurisma)
P : Nyeri bertambah jika banyak
digunakan gerak

Q:  Nyeri seperti tertekan

R: Nyeri menyebar ke punggung,


nyeri bertambah bila tidur
terlentang dan akan berkurang
dengan posisi setengah duduk(semi
fowler)

S : Skala nyeri = 7, disertai sesak.

T : Nyeri muncul sejak tiga hari yang


lalu.

DO : Ekspresi wajah tampak


kesakitan

TD : 160/110 mmHg,

Nadi : 110x/menit.

RR : 25x/menit, Suhu: 37⁰C

 DIAGNOSA

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (Aneurisma) yang ditandai dengan :
DS : Pasien mengeluh nyeri dada yang menyebar ke punggung.

P : Nyeri bertambah jika banyak digunakan gerak

Q:  Nyeri seperti tertekan

R: Nyeri dada menyebar ke punggung, nyeri bertambah bila tidur terlentang dan akan berkurang
dengan posisi setengah duduk(semi fowler).

S : Skala nyeri = 7, disertai sesak

T : Nyeri muncul sejak tiga hari yang lalu.

DO :  Ekspresi wajah tampak kesakitan, TD : 160/110 mmHg, Nadi 110x/menit, RR : 25x/menit, suhu :
37⁰C.

INTERVENSI

TGL DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA
HASIL

20/11/201 Nyeri akut Tujuan : Mandiri


4 berhubungan Setelah
1. Pantau TTV Menentukan keadaan
dengan agen dilakukan
umum pasien
cedera biologis tindakan
(Aneurisma) yang perawatan
ditandai dengan : selama 2x24
Dengan mengetahui faktor
jam masalah 2. Selidiki
DS : Pasien pemberat nyeri kita jadi
nyeri dapat keluhan nyeri
mengeluh nyeri bisa
berkurang. dada, perhatikan
dada yang menurunkan/mengurangi
awitan, lokasi,
menyebar ke Kriteria tingkatan skala nyeri.
lamanya,
punggung. Hasil :
intensitas (0-
P : Nyeri bertambah -Pasien tidak 10) dan faktor
3. Dengan posisi semi
jika banyak lagi pemberat atau
fowler akan mengurangi
digunakan gerak mengeluh penurun.
nyeri
nyeri
Q:  Nyeri seperti
tertekan -skala nyeri :
3.Posisikan
0-3 (nyeri Tindakan ini dapat
R: Nyeri dada pasien dengan
ringan) menurunkan
menyebar ke posisi semi
punggung, nyeri -Ekspresi fowler ketidaknyamanan fisik dan
bertambah bila wajah rileks emosional pasien.
tidur terlentang
-TD : 110-
dan akan 4. Berikan
130/70-80
berkurang dengan lingkungan yang
mmHg
posisi setengah tenang dan
Dapat menurunkan
duduk(semi RR : 16- tindakan
kebutuhan terapi
fowler) 20x/menit kenyamanan,
farmakologis dan
mis. Perubahan
S : Skala nyeri = 7, -Nadi : 60- mengalihkan/mengurangi
posisi, dukungan
disertai sesak. 100x/menit nyeri
emosional.
T : Nyeri muncul
sejak tiga hari
yang lalu. 5. Ajarkan teknik
distraksi dan -Anlgesik dapat
DO :  Ekspresi
relaksasi mengurangi nyeri
wajah tampak
kesakitan, -Menurunkan kadar
kolesterol dalam darah.
TD : 160/110
mmHg, Nadi:
Kolaborasi
110x/menit , RR :
25x/menit 6. Berikan obat,
sesuai indikasi

-Analgesik
(narkotik/non
narkotik)

-Simvastastatin

IMPLEMENTASI

Tanggal Tindakan TTD

20-11-2014 1.  Membina hubungan saling percaya

2.  Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan klien

3.  Memberikan lingkungan yang nyaman

4.  Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi

5.  Mengobservasi TTV
6.  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

21-11-2014 1.  Membina hubungan saling percaya

2.  Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan klien

3.  Memberikan lingkungan yang nyaman

4.  Mengajarkan teknik destraksi dan relaksasi

5.  Mengobservasi TTV

6.  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

EVALUASI

Tanggal Evaluasi TTD

21-11- S : Klien mengatakan nyeri pada dada dan punggungnya sudah


2014 berkurang

Skala nyeri = 3

O : Klien tampak rileks

TD : 120/80 mmHg, Nadi : 90x/menit,

RR : 20x/menit, suhu : 37,20C

A : Masalah teratasi

P  : Intervensi dihentikan

MASALAH 2:

ANALISA DATA

Tanggal Data Masalah Etiologi

20/11/2014 DS : Pasien mengeluh sesak Ketidakefektifan pola Nyeri


DO: Ada tarikan inter costae nafas

RR : 25x/menit,

TD :160/110 mmHg, Nadi


110x/menit, Suhu 37⁰C

DIAGNOSA :

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri yang ditandai dengan :

 DS : Pasien mengeluh sesak

DO: Ada tarikan intercosta

 RR : 25x/menit,

TD :160/110 mmHg

nadi 110x/menit

suhu 37⁰C .

INTERVENSI :

TGL DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL

20/11/201 Ketidakefektifan Tujuan: Mandiri


4 pola nafas
Setelah dilakukan 1. Observasi Memantau
berhubungan
tindakan pernafasan perkembangan
dengan nyeri
perawatan selama Respiration Rate (RR)
yang ditandai
2x24 jam masalah
dengan :
ketidakefektifan
DS: Pasien pola napas dapat Pemberian oksigenasi
2. Lakukan
mengeluh sesak. teratasi. dapat menurunkan
oksigenasi
frekuensi RR
DO: Ada tarikan
dan mempertahankan
intercostae.
Kriteria Hasil : oksigen arteri
RR: 25x/menit
-Pasien tidak lagi
TD: mengeluh sesak
 Memudahkan ekspansi
160/110mmHg 3. Tinggikan
Nadi : -Tidak ada tarikan kepala tempat paru
110x/menit intercostae tidur, untuk meningkatkan
pertahankan pengembangan paru
Suhu : 37⁰C. -RR : 16-
posisi semi
20x/menit
fowler.
-TD : 110-130/70- Untuk mengatasi
80 mmHg masalah oksigenasi
Kolaborasi melalui farmakologi.
-Nadi : 60-
100x/menit 4.Berikan obat
sesuai indikasi

Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian
terapi obat atau
terapi medis
yang lainnya.

Tanggal Tindakan

20-11-2014 1.  Membina hubungan saling percaya

2.  Memberikan oksigen sesuai program

3.  Memberikan posisi pasien semi fowler

4.  Mengobservasi TTV terutama pada pernafasan klien

5.  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat atau terapi medis yang lainnya.

21-11-2014 1.  Membina hubungan saling percaya

2.  Memberikan oksigen sesuai program

3.  Memberikan posisi pasien semi fowler

4.  Mengobservasi TTV terutama pada pernafasan klien

5.  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat atau terapi medis yang lainnya.

IMPLEMENTASI
                                                                                            

V. EVALUASI

Tanggal Evaluasi TTD

21-11- S : klien mengatakan sudah tidak sesak nafas


2014
O : Sudah tidak ada tarikan intercostae, nafasnya sudah tidak sesak lagi,
selang oksigen sudah dilepas

TD : 120/80 mmHg, Nadi : 90x/menit, RR : 20x/menit, suhu : 37,20C

A : Masalah teratasi

P  : Intervensi dihentikan

MASALAH  3:

ANALISA DATA

Tanggal Data Masalah Etiologi

20/11/2014 DS : Klien Resiko penurunan perfusi jaringan Peningkatan tekanan


mengatakan jantung arteri
keadaannya lemah
dan pusing

DO : TD= 160/110
mmHg

Nadi : 110x/menit.

DIAGNOSA

Resiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri yang
ditandai dengan :

-Klien mengatakan keadaannya lemah dan pusing

-TD : 160/110 mmHg, Nadi : 110x/menit.

INTERVENSI 

Tanggal Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional

20/11/2014 Resiko penurunan Tujuan : Setelah 1. Pantau TTV Melihat


perfusi jaringan dilakukan perkembangan
jantung perawatan selama status kesehatan
berhubungan dengan 2x24 jam masalah 2. Berikan health klien. Terutama
peningkatan tekanan resiko penurunan education  kepada perubahan
arteri yang ditandai perfusi jaringan pasien untuk tekanan darah.
dengan : berhubungan menghindari
Peningkatan
dengan hipertensi faktor-faktor yang
-Klien mengatakan tekanan darah
tidak menjadi dapat
keadaannya lemah dapat
aktual. meningkatkan
dan pusing memperburuk
tekanan darah
Kriteria Hasil : perfusi jaringan
-TD : 160/110 mmHg,
3. Nasehati klien jantung.
Nadi : 110x/menit. Mempertahankan
untuk
atau menunjukan
mengendalikan
perubahan
stress
tekanan darah
dan penurunan                                  Stres dapat
kadar kolesterol. meningkatkan
Kolaborasi
Dibuktikan oleh: tekanan darah
4. Berikan obat secara
TD : 110-130/70-
sesuai indikasi: mendadak
80 mmHg
antihipertensi
Nadi : 60-
100x/menit

Kadar kolesterol
berkurang 20-30 Propanolol
g/dl dari kadar (inderal) -Obat
awal. antihipertensi
dapat
menurunkan
tekanan darah
Beta Bloker
sehingga resiko
penurunan
perfusi tidak
terjadi.

- Untuk
menurunkan
kekuatan pulsasi
dalam aorta
dengan
menurunkan
kontraktilitas
miokard

-Untuk
mengurangi
denyut jantung
dan tekanan
darah sehingga
mengurangi
resiko pecahnya
aneurisma.

IMPLEMENTASI

Tanggal Tindakan

20-11-2014 1. Membina hubungan saling percaya

2. Memberikan health education  kepada pasien untuk menghindari makanan yang bersifat asin, da
dan makanan yang berlemak.

3. Memberikan health education  kepada klien agar mengurangi aktifitas berat

4. Menasehati klien untuk mengendalikan stress, meningkatkan koping klien


5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

21-11-2014 1. Membina hubungan saling percaya

2. Memberikan health education  kepada pasien untuk menghindari makanan yang bersifat asin, da
dan makanan yang berlemak.

3. Memberikan health education  kepada klien agar mengurangi aktifitas berat

4. Menasehati klien untuk mengendalikan stress, meningkatkan koping klien

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

EVALUASI

Tanggal Evaluasi TTD

21-11- S : Klien mengatakan keadaannya sudah mulai


2014 membaik dan tidak lagi pusing.

O :  TD : 120/80 mmHg, Nadi : 90x/menit,

RR : 20x/menit, suhu : 37,20C

Kadar kolesterol 250 gr/dl

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN KESENJANGAN
Dalam pembahasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan aneurisma
aorta torakalis diatas, didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus sebagai berikut :

A. Pengkajian

Pada proses pengkajian tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan studi kasus.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan secara teori maupun kasus tidak ada kesenjangan. Berikut ini
merupakan diagnose keperawatan yang terdapat pada askep teori maupun studi kasus:

1.      Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (Aneurisma aorta).

2.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri

3.      Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri.

C. Perencanaan

Patokan penulis dalam tahap perencananan baik askep teori maupun studi kasus adalah sesuai
teori Doenges pada tahun 1999.

D.    Implementasi

Ø  Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Implementasi dalam makalah ini hanya terdapat pada studi kasus.

E.     Evaluasi

            Seperti halnya implementasi, evaluasi keperawatan hanya tercantum pada studi kasus.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marilynn E,dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC

Herdman,T.Heather.2012.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC

Baradero, Mary; Dayrit; Mary Wilfrid; Siswadi, Yabokus.2005.Klien Gangguan Kardiovaskuler Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai