TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Aneurisma merupakan dilatasi local permanen dari suatu arteri sehingga arteri tersebut
berukuran 1,5 kali dari diameter normal.
2.2 ETIOLOGI
· Melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri. Merupakan kasus yang paling sering terjadi.
Kelemahan pada dinding pembuluh darah ini menyebabkan bagian pembuluh yang tipis tidak
mampu menahan tekanan darah yang relatif tinggi sehingga akan menggelembung.
· Hipertensi (tekanan darah tinggi). Risiko ini menjadi semakin tinggi pada orang dengan tingkat stres
tinggi maupun perokok.
· Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah arteri) dapat juga menyebabkan
pertumbuhan dan pecahnya aneurisma.
· Tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Gelembung semula kecil, dengan bertambahnya usia dan
penurunan kekuatan pembuluh, dapat menjadi semakin besar hingga akhirnya pecah.
· Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai pembuluh darah.
Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan kelainan pada
pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata.
· Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terkena aneurisma yang meliputi tekanan darah tinggi,
aterosklerosis, tingkat tinggi serum kolesterol, trauma atau cedera, merokok dan penggunaan
tembakau, infeksi darah, usia tua, penyakit ginjal polikistik, alkoholisme, diabetes, dan riwayat
keluarga
2.3 TANDA DAN GEJALA
a) Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:
– Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada lengan. Normalnya,
TD pada paha lebih tinggi dari lengan
c) Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa terhadap
struktur intratorakal) :
– Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan pada posisi terlentang.
Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana pemisah berlanjut
2.4 KLASIFIKASI
1. Aneurisma Sakular atau Fusiform adalah aneurisma mirip kantong menonjol dan berhubungan
dengan dinding arteri melalui suatu leher yang sempit. Apabila seluruh segmen arteri mengalami
dilatasi, maka terjadilah Aneurisma fusiform.
2. Aneurisma Mikotik adalah aneurisma yang disebabkan oleh infeksi lokal. Aneurisma jenis ini
jarang ditemukan.
3. Aneurisma Palsu adalah akumulasi darah ekstravaskuler disertai disrupsi dari ketiga lapisan
dinding arteri. Dinding dari aneurisma palsu adalah trombus dan jaringan yang berdekatan.
Selain berdasarkan bentuk Aneurisma juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempatnya antara
lain :
Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyerang mulai dari bawah arteri renalis dan
meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arteri iliaka. Aneurisma ini jarang meluas
keatas ke arteri renalis, melibatkan cabang-cabang visera mayor dari aorta. Aneurisma ini sering
terjadi pada penderita tekanan darah tinggi, ukurannya lebih besar dari 7,5 cm dan bisa
pecah. (Diameter normal dari aorta adalah 1,8-2,5 cm).
Aneurisma aorta torakalis adalah pelebaran atau dilatasi pembuluh darah aorta yang
biasanya menyerang aorta torasika desendens dibawah arteri subklavia kiri, aorta asendens diatas
katup aorta, dan arkus aorta. Aorta desendens paling sering terserang. Pada salah satu bentuk
aneurisma torakalis yang khusus, pelebaran aorta terjadi di tempatnya keluar dari jantung.
Pelebaran ini bisa menyebabkan kelainan fungsi katup antara jantung dan aorta (katup aorta),
sehingga pada saat katup menutup, darah kembali merembes ke jantung. Aneurisma aorta torakalis
sebanyak kurang dari 10% dari seluruh aneurisma aorta. Aneurisma aorta torakalis paling lazim
diakibatkan oleh regenerasi dinding media; sifilis merupakan penyebab yang paling jarang. Vaskulitis
dan nekrosis dinding medial kistik, seperti terjadi pada sindroma Marfan, juga dapat mengakibatkan
aneurisma aorta. Aneurisma traumatik dapat terjadi di ligamentum arteriosus di atas arteri subklavia
ketika dinding aorta terputar secara tidak lengkap sebagai akibat kecelakaan deselerasi cepat.
3. Aneurisma Intrakanial
Aneurisma intrakranial (serebral) adalah dilatasi dinding arteri serebral yang berkembang
sebagai hasil dari kelemahan dinding arteri.
2.5 PATOFISIOLOGI
Pada aneurisma ditemukan suatu kelainan pada lapisan pembuluh darah yang terdiri dari
tiga lapisan, yaitu lapisan tunika intima, media dan adventitia. Pada aneurisma terdapat penipisan
tunika media dan tunika intima menjadi lebih elastis hal ini mengakibatkan kelemahan pada
pembuluh darah di daerah aneurisma sehingga pembuluh darah membentuk tonjolan akibat
tekanan pembuluh darah.
Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, truma atau proses penyakit. Apabila timbul
aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar ukurannya. Faktor resiko meliputi
prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh penderita mengalami hipertensi.
Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan pada
intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma diseksi sering
dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi disebabkan oleh ruptur
lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan media. Ruptur dapat terjadi melalui
adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan intima, sehingga memungkinkan darah masuk
kembali ke jalur utamanya, mengakibatkan diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan
oklusi cabang-cabang aorta. Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar.
2.6 PENATALAKSANAAN
· Farmako terapi :
– Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan menurunkan
kontraktilitas miokard.
- Bata Bloker untuk mengurangi denyut jantung dan tekanan darah sehingga mengurangi resiko
pecahnya aneurisma.
· Pembedahan dilakukan bila terapi obat gagal dan lebar aneurisma sudah mencapai 7,5 cm untuk
mencegah pembesaran aneurisma atau pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan
meliputi eksisi dan pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk
memperbaiki kontinuitas vaskular.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi utama berkenaan dengan aneurisma adalah ruptur, yang menimbulkan hemoragi
dan kemungkinan kematian. Hipertensi berat meningkatkan resiko ruptur.
A. Pengkajian
1. Biodata
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
Pada kasus aneurisma, ditemukan keluhan utama adanya nyeri dada yang menjalar ke
punggung.
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari
keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
S Savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, jelaskan skala nyeri dan frekuensi. Apakah
disertai dengan gejala seperti ( mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek,
sesak, tanda vital yang abnormal)
T Timing; kapan mulai nyeri, apakan konstan atau kadang – kadang, bagaimana lama, tiba
– tiba atau bertahap, apakah mulai setelah anda makan, frekuensi.
Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya, tanyakan pula
pola hidup, makanan yang dikonsumsi. Makanan yang tinggi lemak adalah faktor predisposisi
tertinggi dari aneurisma.
Saat dikaji, tanyakan adakah kelainan bawaan seperti sindroma marfan (dinding pembuluh
darah yang tipis) dan penyakit hipertensi yang diturunkan.
· Kaji apakah klien mempunyai bakat atau bawaan lemahnya pembuluh darah
3. Pola Eliminasi
· Kaji apakah klien ada merasakan nyeri dan di daerah mana nyeri tersebut
· Kaji apakah klien membutuhkan bantuan orang lain saat melakukan , aktivitas sehari-hari
· Detensi vena-vena superfisial pada dada, leher, atau lengan (menunjukkan tekanan pada vena kava
superior)
5. Pola Tidur dan Istirahat
· Kaji apakah klien ada menggunakan alat bantu pendegaran, penglihatan, cek terakhir?
· Kaji apakah klien mengalami perubahan atau masalah yang berhubungan dengan penyakit yang di
derita klien
· Kaji adakah gangguan penyesuain diri terhadap lingkugan dan situasi baru
· Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.
3. Pemeriksaan Fisik
c. Dada : Inspeksi kesimetrisan dada, palpasi dada adakah pembesaran atau masa
berdenyut (pulsatil mass), perkusi, auskultasi suara nafas dan area aorta biasanya mengalami
turbulensi aliran darah.
edema.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan CT scan : menunjukkan area dan luas pembuluh darah yang mengalami aneurisma
v Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
3. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri
INTERVENSI RASIONAL
Propanolol (inderal)
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS SEMU
Tn.A usia 50 tahun dengan alamat Pulo Jombang MRS di Rumah Sakit Moejidto pada tanggal 20
November 2014 dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada yang menyebar ke punggung sejak 3
hari yang lalu. Setalah dilakukan pengkajian, didapatkan TTV klien : tekanan darah 160/110 mmHg,
nadi 110x/menit, RR 25x/menit, suhu 37⁰C, ekspresi wajah tampak kesakitan dan skala nyeri
menunjukkan angka 7. Pasien mengatakan keadaannya lemah dan merasa pusing. Pasien
mempunyai riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kolesterol
pasien : 280g/dl. Dari pemeriksaan laboratorium menyebutkan bahwa pasien didiagnosa mengalami
aneurisma aorta torakalis.
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Riwayat Keperawatan
Riwayat MRS : Tn.A usia 50 tahun MRS pada tanggal 20 November 2014 dengan keluhan sesak
nafas dan nyeri dada yang menyebar ke punggung sejak 3 hari yang lalu. Setalah dilakukan
pengkajian, didapatkan TTV klien tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 110x/menit, RR 25x/menit,
suhu 37⁰C, ekspresi wajah tampak kesakitan dan skala nyeri menunjukkan angka 7. Pasien
mengatakan keadaannya lemah dan merasa pusing. Pasien mempunyai riwayat hipertensi. Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kolesterol pasien : 280 g/dl. Dari pemeriksaan
laboratorium menyebutkan bahwa pasien didiagnosa mengalami aneurisma aorta torakalis.
· Riwayat Penyakit Dahulu : Klien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Klien
mengatakan sebelumnya sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol.
· Riwayat Penyakit Keluarga : Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi, tetapi keluarga klien
tidak ada yang mempunyai penyakit pembuluh darah.
Nadi : 110x/mnt
RR : 25x/mnt
Suhu : 370C
d) Kepala
Simetris, kulit kepala bersih, tak ada lesi, konjungtiva mata merah muda.
Hidung simetris dan tak ada lesi ataupun benjolan, oral hygiene baik, telinga simetris, tidak ada
benjolan tetapi ada sedikit serumen.
e) Leher :
Tidak ada lesi ataupun nyeri tekan dan tak ada benjolan abnormal. Tidak ada bendungan vena
jugularis.
f) Dada
· Paru-paru : Inspeksi dada simetris, ada tarikan inter costae saat bernafas, perkusi paru
terdengar sonor, tidak ada edema saat dipalpasi dan fokal fremitus sama antara paru kanan dan kiri,
auskultasi paru tidak ada bunyi nafas tambahan, tetapi pasien mengalami sesak nafas.
· Jantung : Inspeksi dada simetris, adanya pulsatil mass (masa yang berdenyut) saat di palpasi dan
terasa nyeri, bunyi pekak saat diperkusi, adanya bruitz (turbulansi aliran darah) saat di auskultasi
area aorta.
· Abdomen
Tidak ada benjolan abnormal, bising usus normal 15x/menit, Tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi.
MASALAH 1
ANALISA DATA
TD : 160/110 mmHg,
Nadi : 110x/menit.
DIAGNOSA
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (Aneurisma) yang ditandai dengan :
DS : Pasien mengeluh nyeri dada yang menyebar ke punggung.
R: Nyeri dada menyebar ke punggung, nyeri bertambah bila tidur terlentang dan akan berkurang
dengan posisi setengah duduk(semi fowler).
DO : Ekspresi wajah tampak kesakitan, TD : 160/110 mmHg, Nadi 110x/menit, RR : 25x/menit, suhu :
37⁰C.
INTERVENSI
-Analgesik
(narkotik/non
narkotik)
-Simvastastatin
IMPLEMENTASI
5. Mengobservasi TTV
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
5. Mengobservasi TTV
EVALUASI
Skala nyeri = 3
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
MASALAH 2:
ANALISA DATA
RR : 25x/menit,
DIAGNOSA :
RR : 25x/menit,
TD :160/110 mmHg
nadi 110x/menit
suhu 37⁰C .
INTERVENSI :
Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian
terapi obat atau
terapi medis
yang lainnya.
Tanggal Tindakan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat atau terapi medis yang lainnya.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat atau terapi medis yang lainnya.
IMPLEMENTASI
V. EVALUASI
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
MASALAH 3:
ANALISA DATA
DO : TD= 160/110
mmHg
Nadi : 110x/menit.
DIAGNOSA
Resiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri yang
ditandai dengan :
INTERVENSI
Kadar kolesterol
berkurang 20-30 Propanolol
g/dl dari kadar (inderal) -Obat
awal. antihipertensi
dapat
menurunkan
tekanan darah
Beta Bloker
sehingga resiko
penurunan
perfusi tidak
terjadi.
- Untuk
menurunkan
kekuatan pulsasi
dalam aorta
dengan
menurunkan
kontraktilitas
miokard
-Untuk
mengurangi
denyut jantung
dan tekanan
darah sehingga
mengurangi
resiko pecahnya
aneurisma.
IMPLEMENTASI
Tanggal Tindakan
2. Memberikan health education kepada pasien untuk menghindari makanan yang bersifat asin, da
dan makanan yang berlemak.
2. Memberikan health education kepada pasien untuk menghindari makanan yang bersifat asin, da
dan makanan yang berlemak.
EVALUASI
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN KESENJANGAN
Dalam pembahasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan aneurisma
aorta torakalis diatas, didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus sebagai berikut :
A. Pengkajian
Pada proses pengkajian tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan studi kasus.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan secara teori maupun kasus tidak ada kesenjangan. Berikut ini
merupakan diagnose keperawatan yang terdapat pada askep teori maupun studi kasus:
3. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri.
C. Perencanaan
Patokan penulis dalam tahap perencananan baik askep teori maupun studi kasus adalah sesuai
teori Doenges pada tahun 1999.
D. Implementasi
Ø Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Implementasi dalam makalah ini hanya terdapat pada studi kasus.
E. Evaluasi
Seperti halnya implementasi, evaluasi keperawatan hanya tercantum pada studi kasus.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marilynn E,dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Baradero, Mary; Dayrit; Mary Wilfrid; Siswadi, Yabokus.2005.Klien Gangguan Kardiovaskuler Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.