Anda di halaman 1dari 7

3.

2 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MK

1. DS: klien mengeluh Urolithiasis Nyeri Akut


nyeri pada pinggang
(S) menjalar sampai
meatus uretra Obstruksi pada traktus urinarius
DO: wajah klien
meringis kesakitan.
Tekanan hidrostatik meningkat
P: nyeri timbul karena
adanya distensi pada
ureter Distensi pada ureter proksimal
Q: nyeri kolik

R: pinggang (S) sampai Frekuensi kontraksi ureter


meatus uretra meningkat
S: skala nyeri 7 (dari 0-  
10) wajah meringis
kesakitan dan lutut
menekuk untuk
menahan sakit Peningkatan tekanan pada dinding
T: nyeri hilang timbul ureter
dan nyeri hebat saat  
berkemih

Trauma

Terputusnya saraf

Melepaskan reseptor nyeri

Nyeri

2. DS: klien mengatakan Obstruksi pada traktus urinarius Retensi Urin


sulit BAK dan hanya
 
keluar sedikit serta
sering BAK malam hari

DO:
Penurunan reabsorbsi dan sekresi
1.    BAK output 1000
cc/hari berwarna turbulensi ginjal
kuning jernih dan
 
intake cairan 1500
cc/hari.

2.    Distensi abdomen
bagian bawah (daerah Gangguan fungsi ginjal
simpisis)
 
3.    Disuria

4.    Hesistensi

5.    Retensi urin Penurunan produksi urin

(tertahan di kandung kemih)

3.3 Diagnosa Keperawatan

1.    Nyeri akut b.d peningkatan frekuensi dorongan dan gesekan pada saluran kemih

2.    Retensi urin b.d obstruksi saluran kemih

3.    Risiko infeksi b.d prosedur invasif (Sistoskopi atau penggunaan kateter)

3.3 Intervensi

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan

1.        Nyeri akut b.d  Tujuan: MANAJEMEN NYERI (KONTROL


peningkatan frekuensi NYERI)
Setelah dilakukan perawatan
dorongan gesekan
2x24 jam klien melaporkan nyeri 1.   Kaji nyeri secara komprehensif
pada saluran kemih
berkurang atau hilang.  meliputi lokasi, karakteristik,
onset, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan
Kriteria hasil: faktor presipitasi

1.    Nyeri terkontrol yang dilihat 2.   Observasi ekspresi klien


dari indikator: secara non verbal agar
mengetahui tingkat nyeri
1)   Klien menuliskan gejala nyeri
berkurang (skala 1-5) 3.   Kolaborasi pemberian
2)   Klien dapat menjelaskan analgesik sesuai advis dokter dan
faktor penyebab nyeri monitoring respon klien

3)   Klien dapat mengetahui 4.   Kaji pengetahuan dan


intervensi yang dilakukan untuk perasaan klien mengenai nyerinya
mengurangi nyeri (farmaka dan
5.   Kaji dampak nyeri terhadap
non farmaka)
kualitas hidup klien (ADL)
4)   Klien melaporkan perubahan
6.   Ajak klien untuk mengkaji
gejala nyeri yang terkontrol
faktor yang dapat memperburuk
pada tim medis
nyeri
5)   Klien mengetahui onset nyeri
7.   Kontrol faktor lingkungan
2.    Level nyeri yang dapat mempengaruhi
ketidaknyamanan klien
1)  Laporan nyeri
8.   Ajarkan teknik
2)  Durasi nyeri
nonfarmakologi (relaksasi, terapi
3)  Ekspresi wajah klien musik, distraksi, terapi aktifitas,
masase) 
4)  Tidak terjadi diaporesis

3.    TTV dalam batas normal


(TD: 120/80 mmHg, Nadi: 16-
20x/menit)

4)       

2.        Retensi urin b.d Tujuan: 1.   Urinary Retention Care


obstruksi saluran
Setelah dilakukan tindakan 1)      Monitor intake dan output
kemih
keperawatan 3x24 jam retensi
2)      Monitor penggunaan obat
urin klien dapat teratasi.
antikolinergik

3)      Monitor derajat distensi


Kriteria Hasil: bladder

1.     Kandung kemih kosong 4)      Instruksikan pada klien dan


secara penuh keluarga untuk mencatat output
urine
2.     Tidak ada residu urin >100-
200 cc 5)      Sediakan privasi untuk
eliminasi
3.     Intake cairan dalam rentang
normal 6)      Stimulasi refleks bladder
dengan kompres dingin pada
4.     Bebas dari ISK
abdomen.
5.     Tidak ada spasme bladder
7)      Kateterisaai jika perlu
6.    Balance cairan seimbang
8)      Monitor tanda dan gejala
7.    Level nyeri ISK (panas, hematuria, perubahan
bau dan konsistensi urine)
1)  Laporan nyeri 2.   Monitoring kadar albumin,
protein total
2)  Durasi nyeri
3.   Lakukan perawatan perineal
3)  Ekspresi wajah klien
dan perawatan selang kateter
4)  Tidak terjadi diaporesis
4.   Dorong klien untuk berkemih
8.  Eliminasi urin optimal dilihat tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dari indikator: dirasakan.

1)  Pola berkemih 5.   Ajarkan serta demonstrasikan


kepada klien dan anggota
2)  Jumlah urin keluarga tentang teknik berkemih
3)  Warna urin yang akan digunakan di rumah.
Sehingga klien dan keluarga
4)  Intake cairan mampu melakukannya dengan
5)  Kejernihan urin mandiri.

6)  Bau urin 6.   Kolaborasikan obat diuretik

3.        Risiko infeksi b.d Tujuan: KONTROL INFEKSI


prosedur invasif
Setelah dilakukan tindakan 1.   Pertahankan teknik aseptif
(Sistoskopi atau
keperawatan selama 1x24
penggunaan kateter) 2.   Cuci tangan setiap sebelum
jam infeksi pada klien dapat
dan sesudah tindakan
terkontrol
keperawatan
Faktor-faktor
3.     Gunakan baju, sarung tangan
risiko : Kriteria Hasil: sebagai alat pelindung

1. Prosedur 1.     Klien bebas dari tanda dan 4.     Gunakan kateter intermiten


gejala infeksi (tumor, dolor, untuk menurunkan infeksi
Invasif
rubor, kolor, fungsio laesa) kandung kemih
2. Inadekuat
2.     Menunjukkan kemampuan 5.     Tingkatkan intake nutrisi
pertahanan sekunder
untuk mencegah timbulnya
6.     Dorong klien untuk
(penurunan Hb, infeksi
memenuhi intake cairan
Leukopenia,
3.     Jumlah leukosit dalam batas
7.     Berikan terapi antibiotik
penekanan respon normal (4000 10.000/mm3)
inflamasi)
4.     Status imunitas baik dilihat
c)        dari indikator: PROTEKSI TERHADAP INFEKSI
1)      Suhu tubuh 1.  Monitoring tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2)      Fungsi respirasi
2.   Inspeksi kulit dan membran
3)      Fungsi gastrointestinal
mukosa terhadap kemerahan,
4)      Fungsi genitourinaria panas, drainase

5)      Integritas kulit 3.  Monitoring adanya luka


6)      Integritas mukosa 4.  Batasi pengunjung bila perlu

5.  Dorong klien untuk istirahat

6.  Ajarkan klien dan keluarga


tanda dan gejala infeksi

7.  Kaji suhu badan pada klien


neutropenia setiap 4 jam

8.  Laporkan kecurigaan infeksi


BAB 4

Penutup

4.1 Kesimpulan

Urolithiasis merupakan penyakit batu saluran kemih sedangkan nefrolithiasis merujuk pada  penyakit
batu ginjal. Urolithiasis merujuk pada adanya batu dalam system perkemihan.

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan
metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).  Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obsrtuksi, infeksi, dan edema

Untuk penatalaksanaan Urolithiasis  menggunakan beberapa teori, yaitu Konserfatif, terapi


farmakologi dan terapi kimiawi

Daftar Pustaka

Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions 7 Classification 2015-2017 Tenth Edition. UK


NANDA International, Inc.

Borley, P. A. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga

Bulecheck G. et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth Edition. Elsevier: Saunders

Chang, Esther. 2009. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta: EGC

Moorhead et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) Fifth Edition. Elsevier: Saunders

Nursalam .2006. Sistem Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika

Pearl, MS., Nakada, SY. 2009. Medical and Surgical Management of Urolithiasis. Informa: UK

Purnomo, Basuki.2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto

Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Vol.
2. Jakarta: EGC
Stoller ML Bolton DM Urinary Stone Disease In: Tanagho EA, Mc Aninch JW Smith’s General
Urology,ed.5. New York: Mc Graw-Hill Companie, 2000, 291-316.

Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media

Syaifuddin,H. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi ke  tiga. Jakarta :EGC

Umamy, V. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga by Pierce A. Grace & Neil R. Borley. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai