DEFINISI
Pressure (Interface Pressure) is the force per unit area that acts perpendicularly between the
body and the support surface (AHCPR, 1994).
It is affected by the stiffness and thickness of the support surface, the composition of the
body tissue, and the geometry of the body being supported (AHCPR, 1994).
A pressure ulcer (PU) is an area of localized damage to the skin and underlying tissue caused
by pressure, shear, friction, and/or a combination of these. (EPUAP,1999)
Atau
Luka Decubitus adalah suati area yang terlokalisir dengan jaringan yang mengalami nekrosis
yang biasanya terjadi pada bagian permukaan tulang yangmenonjol sebagai akibat dari
tekanan dalam janka waktu lama sehingga menyebabkan penekanan pada kapiler.
ETIOLOGI
Penyebab Luka decubitus dapat bagi menjadi dua yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik.
Adapun faktor ekstrinsik adalah sebagai berikut: (Braden and Bergstrom, 2000);
1. Tekanan
Faktor tekanan pada tulang-tulang yang menonjol dalam jangka waktu lama sehingga
menyebabkan terjadi iskemik pada jaringan dan akhirnya menyebabkan kematian
jaringan. (Lihat gambar di bawah ini)
2. Pergesekan dan Pergeseran
Gaya gesekan adalah sebagai faktor yang menyebabkan iskemik (Reichel 1958).
Keadaan ini dapat terjadi pasien di tempat tidur yang kemudian pasien merosot dan kulit
sering kali mengalami regangan dan tekanan yang mengakibatkan terjadinya iskemik
jaringan pada daerah yang mengalamai gesekan dan pergerseran tersebut.
3. Kelembaban
Kondisi kulit pasien yang sering mengalami kelembaban yang tinggi akan menyebabkan
terjadinya maserasi kemudian dengan adanya gesekan dan pergeseran sehingga
memudahkan terjadinya kerusakan pada kulit tersebut. Kelembaban ini terjadi akibat
inkontinensia, drain luka, banyak keringat dan lain sebagainya.
FAKTOR INTRINSIK
1. Usia
Usia dapat mempengaruhi terjadinya luka Dekubitus, karena bertambahnya usia
sepertiusia lanjut mudah sekali untuk terjadinya decubitus, karena pada usia lanjut terjadi
penurunan atau perubahan kualitas kulit yaitu elastitas kulit menurun dan berkurangnya
sirkulasi pada daerah kulit (dermis).
2. Suhu
Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan suu akan berpengaruh pada kondisi
jaringan. Peningkatan suhu ini akan berisiko terjadinya iskemik jaringan. Selian itu juga
terjadinya penurunan elastisitas kulit yang mengakibatkan tidak toleran terhadap adanya
gesekan dan pergeseran sehinggga akan mudah mengalami kerusakan pada kulit tersebut.
Menurut Bergstrom N and Braden 1992, Suriadi dkk 2003 menjelaskan bahwa Adanya
hubungan yang bermakna antara peningkatan suhu tubuh dengan resiko terjadinya
decubitus.
3. Nutrisi
Nutrisi merupakan faktor yang dapat berkontribusi terjadinya luka decubitus. Pada
penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara
pasien yang mengalami decubitus dengan malnutrisi. Hal ini disebabkan karena kadar
albumin serum yang rendah di dalam darah pasien yang berkontribusi dengan
perkembangan terjadinya luka decubitus. Penelitian yang dilakukan Bergstrom, Norvel,
and Braden 1988, Allman et all, 1986) menjelaskan bahwa hypoalbunemia berhubungan
dengan luka pada pasien yang di rawat.
Ada beberapa faktor lain yang dapat berkontribusi terjadinya decubitus yaitu menurunnya
persepsi sensoris, immobilisasi dan atau keterbatasan fisik. Ketiga faktor ini meruapakan
dampak dari lama tekanan interface dan intensitas tekanan pada tulang yang menonjol (Bony
prominance).
Gambar-gambar di bawah ini merupakan akibat dari Dekubitus:
PATOFISIOLOGI
Luka decubitus merupakan dampak dari tekanan antar permukaan antara tubuh (tulang-tulang
yang menonjol) dengan permukaan tempat tidur sehingga menyebabkan terjadinya
penekanan pada pembuluh darah mengakibatkan berkurangnya suplai atau sirkulasi darah
pada area tersebut, sehingga lama kelamaan jaringan setempat terjadi iskemik, hipoksia, dan
berkembang menjadi nekrosis. Tekanan normal pada kapiler adalah 32 mmHg. Apabila
tekanan kapiler melebihi dari tekanan darah dan struktur pembuluh darah pada kulit, maka
akan terjadi kolaps. Kolapsnya pembuluh darah akan menghambat proses oksigenasi dan
nutrisi ke jaringan dan aliran darah menjadi terhambat. Adanya peningkatan tekanan arteri
akan terjadi perpindahan cairan ke kapiler, hal ini akan menyokong terjadinya edema dan
konsekuensinya terjadi autolysis. Faktor lain juga menyebabkan aliran limpatik menurun dan
hal ini juga menyokong terjadinya edema dan berkontribusi untuk terjadinya nekrosis pada
jaringan.
PENGKAJIAN
S.S Scale
Total score
Braden Scale
No Factor Result
1 Sensory perception: 3. Slightly limited
1. Completely limited 4. No impairment
2. Very limited
2 Moisture: 3. Occasionally
1. Constantly moist 4. Rarely moist
2. Very moist
3 Mobility: 3. Slightly limited
1. Completely immobile 4. No limitation
2. Very limited
4 Activity: 3. Walks occasionally
1. Bedfast 4. Walks frequently
2. Chair fast
5 Nutrition: 3. Adequate
1. Very poor 4. Excellent
2. Probability inadequate
6 Friction and Shear: 2. Potential problem
1. Problem 3. No apparent problem
Total
Skala Braden Versi Indonesia
Skala Braden
Pengkajian untuk Memprediksi Risiko Luka Dekubitus
Faktor Deskripsi
Persepsi sensori 1. Keterbatasan penuh
Tidak ada respon (tidak mengerang, menyentak atau
Kemampuan untuk menggenggam) terhadap rangsangan nyeri karena menurunnya
merespon secara tingkat kesadaran atau sedasi, atau terbatasnya kemampuan untuk
tepat terhadap rasa merasakan nyeri yang sebagain besar pada permukaan tubuh.
tidak nyaman yang
berhubungan dengan 2. Sangat terbatas
tekanan. Hanya dapat merespon terhadap rangsangan nyeri. Namun tidak
dapat menyampaikan rasa tidak nyaman kecuali dengan
mengerang atau sikap gelisah, atau mempunyai ganggujan sensori
yang menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk merasakan
nyeri atau tidak nyaman pada lebih dari ½ bagian tubuh.
3. Keterbatasan ringan
Dapat merespon panggilan tetapi tidak selalu dapat
menyampaikan respon rasa tidak nyaman atau keinginan untuk
merubah posisi badan. Memiliki beberapa gangguan sensori yang
membatasinya untuk dapat merasakan nyeri atau tidak nyaman
pada satu atau kedua ekstrimitas.
3. Kadang-kadang lembab
Kulit kadang-kadang lembab. Penggantian pakaian pasien dan
atau alas tempat tidur sehingga jadual rutin, perlu diganti minimal
satu kali sehari.
4. Jarang lembab
Kulit biasanya dalam keadaan kering, pakaian pakaian dan atau
alas tempat tidur diganti sesuai dengan jadual rutin penggantian.
Mobilitas 1. Tidak mampu bergerak sama sekali
Tidak dapat merubah posisi badan atau ekstrimitas bahkan posisi
Kemampuan untuk yang ringan sekaligus tanpa adanya bantuan.
merubah dan
mengatur posisi 2. Sangat terbatas
Kadang-kadang merubah posisi badan atau ekstrimitas, akan tetapi
tidak dapat merubah posisi sesering mungkin atau bergerak secara
aktif (merubah posisi badan terhadap tekanan) secara mandiri.
3. Tidak ada masalah/Keterbatasan ringan
Bergerak secara mandiri baik di kursi maupun di atas tempat tidur
dan memiliki kekuatan otot yang cukup untuk menjaga posisi
badan sepenuhnya selama bergerak. Dapat mengatur posisi yang
baik di temapt tidur ataupun di kursi kapan saja.
4. Tanpa keterbatasan
Dapat merubah posisi badan secara tepat dan sering mengatur
posisi badan tanpa adanya bantuan.
3. Berjalan kadang-kadang
Selama siang hari kadang-kadang dapat berjalan, tetapi jaraknya
sangat dekat saja dengan atau tanpa bantuan. Lebih banyak
menghabiskan waktunya di atas tempat tidur atau di kursi pada
setiap pergantian dinas.
4. Dpaat berjalan
Berjalan keluar ruangan sedikitnya 2 (dua) kali sehari dan berjalan
di dalam ruangan sedikitnya sekali setiap 2 jam selama waktu
terjaga.
2. Kurang mencukupi
Jarang sekali menghabiskan makanan dan biasanya hanya
mengahbiskan kira-kira ½ porsi makanan yang diberikan.
Pemasukan makanan yang mengandung protein hanya tiga porsi
setiap harinya. Kadang-kadang mengkonsumsi makanan suplemen
atau mendapatkan makanan cairan atau selang NGT dengan
jumlah yang kurang dari kebutuhan optimum per hari.
3. Mencukupi
Satu hari makan tiga kali. Setiap makan mengkonsumsi lebih dari
½ porsi. Mengkonsumsi sebanyak 4 porsi makanan yang
mengandung protein setiap harinya. Kadang menolak untuk
makan, tapi biasanya mengkonsumsi makanan suplemen bila
diberikan atau mendapatkan makanan melalui selang NGT atau
cairan infuse berkalori tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi.
4. Sangat baik
Menghabiskan setiap makanan yang diberikan. Tidak pernah
meolak. Mengkonsumsi 4 porsi atau lebih menu protein. Kadang
mengemil, tidak
memerlukan makanan suplemen.
2. Potensial bermasalah
Bergerak lemah atau memerlukan bantuan minimal. Selama
bergerak kulit kemungkinan bergesekan dengan alas tempat tidur,
kursi, sabuk pengekangan atau alat bantu lain. Hampir selalu
menjaga badan dengan cukup baik di kursi ataupun di tempat
tidur, namun kadang-kadang merosot ke bawah.
3. Keterbatasan ringan
Dapat merubah posisi badan atau ekstrimitas secara mandiri
meskipun dengan gerakan ringan.
@Barbara Braden dan Nancy Bergstrom, (1988), Penerjemah Suriadi, S.Kp, 2002.
WOUND ASSESSMENT DESIGN-R
Patient name : ……… (year),……(month)……(date)
Depth (Kedalaman)
0 No particular skin lesion and no redness 3 Lesion extends into the subcutaneous tissue
(Tidak ada tanda lesi dan kemerahan pada kulit) (Lesi mencapai jaringan subkutan)
1 Persistent redness 4 Lesion extends to muscle, tendon and bone
(Kemerahan menetap) (Lesi mencapai otot, tendon dan tulang)
2 Lesion extends into dermis 5 Lesion extends into the articular or body cavity, or it
d (Lesi mencapai dermis) D is impossible to measure the depth
(Lesi mencapai artikular atau rongga tubuh, atau
tidak mungkin diukur
U No understand
(Tidak diketahui)
Exudate (Keluaran)
0 None (Tidak ada) Heavy (Banyak): requires dressing change more than
1 Slight:does not require daily dressing change twice a day
e (Tidak perlu mengganti dressing setiap hari) E 6 (Perlu mengganti dressing lebih dari 2x sehari
3 Moderate (Sedang): Perlu mengganti dressing setiap hari
Size (Ukuran)
0 None (Tidak ada)
3 Smaller than 4 cm2 (Lebih kecil dari 4 cm²
6 4 cm2 or larger, but smaller than 16 cm²
4 cm2 atau lebih, tapi lebih kecil dari 16 cm²
s 8 16 cm2 or larger, but smaller than 36 cm² S 15 100 cm² or larger
16 cm2 atau lebih, tapi lebih kecil dari 36 cm² 100 cm² atau lebih
9 36 cm2 or larger, but smaller than 64 cm²
36 cm2 atau lebih, tapi lebih kecil dari 64 cm²
12 64 cm2 or larger, but smaller than 100 cm²
64 cm2 atau lebih, tapi lebih kecil dari 100 cm²
Inflammation/Infection (Infeksi)
0 None (Tidak ada) Clear signs of local infection (inflammation, pus and
3 foul smell)
Ada tanda-tanda infeksi lokal
i 1 Signs of inflammation (fever, redness, swelling, and pain around the I 9 Systemic impact such as fever (Sistemik seperti
wound) Ada tanda-tanda inflamasi (demam, kemerahan, bengkak, dan demam)
nyeri sekitar luka)
Granulation (Granulasi)
Granulation cannot assessed because the wound is healed or too shallow Healthy granulation tissue occupies 10% or more but
0 (Granulasi tidak bias dikaji karena luka sembuh) 4 less than 50%
(Jaringan granulasi sehat mencapai 10% atau lebih)
tapi kurang 50%
Healthy granulation tissue occupies 90% or more Healthy granulation tissue occupies less than 10%
g 1 (Jaringan granulasi sehat mencapai 90% atau lebih) G 5 (Jaringan granulasi sehat kurang dari 10%)
Healthy granulation tissue occupies 50% or more, but less than 90% No healthy granulation tissue exists
3 (Jaringan granulasi sehat mencapai 90% atau lebih tapi kurang 90% 6 (Tidak ada jaringan granulasi)
Balutan Hidrokoloid:
1. Tegasorb
2. Comfeel
3. Duoderm
4. Restore
5. Dll
Alginat:
1. Curasorb
2. Algiderm
3. Sorbsan
4. Algosteril
5. dll
Balutan Foam:
1. Flexzan
2. Curafoam
3. Mepilex
4. dll
Suspected Deep Tissue Area berwarna ungu atau 1. Kulit yang utuh: berikan
Injury (SDTI) merah tua pada kulit utuh pelinung kelembaban
yang memucat atau area atau pelindung kulit.
dengan lepuh yang berisi Observasi setiap hari.
darah akibat kerusakan 2. Lepuh yang berisi darah:
jaringan lunak di bawahnya jaga kulit lepuhan tetap
karena tertekan dan/atau utuh, penggunaan
gesekan. pelembab kulit dapat
bermanfaat.
Pertimbangkan
pemberian balutan untuk
melindungi. Observasi
setiap hari.
Balutan ANTIMIKROBA yang dibaluri dengan perak (silver) atau kadeksomer; untuk luka
yang terinfeksi:
1. Acticoat
2. Allevyn Ag.
3. Aquacel Ag
4. Iodosorb
5. dll
Definition of evidence level
B: Results of two or more controlled clinical trials on pressure ulcers in humans provide
support, or when appropriate, results of two or more controlled trials in an animal
model provide indirect support.
C: This rating requires one or more of the following: (1) results of one controlled trial;
(2) results of at least two case series/descriptive studies on pressure ulcers in humans; or
(3) expert opinion.
Bed- and chair-bound individuals or those with impaired ability to reposition should be
assessed for additional factors that increase risk for developing pressure ulcers.
These factors include immobility, incontinence, nutritional factors such as inadequate dietary
intake and impaired nutritional status, and altered level of consciousness. Individuals should
be assessed on admission to acute care and rehabilitation hospitals, nursing homes, home care
programs, and other health care facilities. A systematic risk assessment can be accomplished
by using a validated risk assessment tool such as the Braden Scale or Norton Scale. Pressure
ulcer risk should be reassessed at periodic intervals. (Strength of Evidence = A.) All
assessments of risk should be documented. (Strength of Evidence = C.)
Skin Inspection
All individuals at risk should have a systematic skin inspection at least once a day, paying
particular attention to the bony prominences. Results of skin inspection should be
documented. (Strength of Evidence = C.)
Skin Cleansing
Skin cleansing should occur at the time of soiling and at routine intervals. The frequency of
skin cleansing should be individualized according to need and/or patient preference. Avoid
hot water, and use a mild cleansing agent that minimizes irritation and dryness of the skin.
During the cleansing process, care should be utilized to minimize the force and friction
applied to the skin. (Strength of Evidence = C.)
Dry Skin
Minimize environmental factors leading to skin drying, such as low humidity (less than 40
percent) and exposure to cold. Dry skin should be treated with moisturizers. (Strength of
Evidence = C.)
Massage
Exposure to Moisture
Skin injury due to friction and shear forces should be minimized through proper positioning,
transferring, and turning techniques. In addition, friction injuries may be reduced by the use
of lubricants (such as corn starch, and creams), protective films (such as transparent film
dressings, and skin sealants), protective dressings (such as hydrocolloids), and protective
padding. (Strength of Evidence = C.)
Nutrition
If potential for improving mobility and activity status exists, rehabilitation efforts should be
instituted if consistent with the overall goals of therapy. Maintaining current activity level,
mobility, and range of motion is an appropriate goal for most individuals. (Strength of
Evidence = C.)
Documentation
Protect against the adverse effects of external mechanical forces: pressure, friction, and
shear.
Repositioning
Any individual in bed who is assessed to be at risk for developing pressure ulcers should be
repositioned at least every 2 hours if consistent with overall patient goals. A written schedule
for systematically turning and repositioning the individual should be used. (Strength of
Evidence = B.)
Documentation
Positioning Devices
For individuals in bed, positioning devices such as pillows or foam wedges should be used to
keep bony prominences (for example, knees or ankles) from direct contact with one another,
according to a written plan. (Strength of Evidence = C.)
Individuals in bed who are completely immobile should have a care plan that includes the use
of devices that totally relieve pressure on the heels, most commonly by raising the heels off
the bed. Do not use donut-type devices. (Strength of Evidence = C.)
Side-lying Positions
When the side-lying position is used in bed, avoid positioning directly on the trochanter.
(Strength of Evidence = C.)
Bed Positioning
Maintain the head of the bed at the lowest degree of elevation consistent with medical
conditions and other restrictions. Limit the amount of time the head of the bed is elevated.
(Strength of Evidence=C.)
Lifting Devices
Use lifting devices such as a trapeze or bed linen to move (rather than drag) individuals in
bed who cannot assist during transfers and position changes. (Strength of Evidence = C.)
Pressure-Reducing Devices for Beds
Any individual assessed to be at risk for developing pressure ulcers should be placed when
lying in bed on a pressure-reducing device, such as foam, static air, alternating air, gel, or
water mattresses. (Strength of Evidence = B.)
Pressure from Sitting Any person at risk for developing a pressure ulcer should avoid
uninterrupted sitting in a chair or wheelchair. The individual should be repositioned, shifting
the points under pressure at least every hour or be put back to bed if consistent with overall
patient management goals. Individuals who are able should be taught to shift weight every 15
minutes. (Strength of Evidence = C.)
For chair-bound individuals, the use of a pressure-reducing device such as those made of
foam, gel, air, or a combination is indicated. Do not use donut-type devices. (Strength of
Evidence = C.)
Postural Alignment
A written plan for the use of positioning devices and schedules may be helpful for chair-
bound individuals. (Strength of Evidence=C.)
Education
Scope
Educational programs for the prevention of pressure ulcers should be structured, organized,
and comprehensive and directed at all levels of health care providers, patients, and family or
caregivers. (Strength of Evidence = A.)
Topics
The educational program for prevention of pressure ulcers should include information on the
following items (Strength of Evidence = B):
Skin assessment.
Selection and/or use of support surfaces.
The educational program should identify those responsible for pressure ulcer prevention,
describe each person's role, and be appropriate to the audience in terms of level of
information presented and expected participation. The educational program should be
updated on a regular basis to incorporate new and existing techniques or technologies.
(Strength of Evidence = C.)
Sumber:
NPUAP dan Hopkins Tracey (2011) Terjemahan; Intisari Medikal Bedah; Buku
Praktik Klinik, EGC, Jakarta.
Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR). Pressure ulcers in adults:
prediction and prevention. Rockville (MD): U.S. Department of Health and Human
Services, Public Health Service, AHCPR; 1992 May. 63 p. (Clinical practice guideline;
no. 3).