PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Bab ini memberikan ulasan dan bahasan mengenai asuhan keperawatan yang
gukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin akibat Diabetes Militus Tipe
pandang dari sudut konsep dan terori. Pembahasan difokuskan pada aspek
evaluasi.
1. Pengkajian
itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
2014).
melakukan bina hubungan saling percaya terlebih dahulu terhadap klien, baru
klien sebagai manusia yang bio, psiko, sosio, dan spiritual. Dalam
auto anamnesa penulis melakukan wawancara pada dena keluarga atau orang
terdekat klien dan melakukan pengkajian terhadap klien (Ny. D). Setelah
saat ini adalah klien mengatakan merasakan pusing, leher tegang, dan selalu
ingin buang air kecil. Klien mengatakan bahwa sakit yang di deritanya datang
menanyakan hasilnya dan hasil dari Rumah Sakit tersebut didapatkan hasil
Dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 01 April 2020 sampai
pendukung dari pengkajian ini adalah kerjasama dan hubungan yang baik
antara klien dan perawat. Sehingga penulis tidak banyak mengalami kesulitan
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan dari teori pada literatur yang ada, perumusan diagnosa pada
klien dengan Diabetes Militus tipe II (DM Tipe II) terdapat 7 diagnosa
keperawatan menurut SDKI, 2016 yaitu: Nyeri akut berhubungan dengan agen
Militus Tipe II dan hipertensi, risiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan
dengan hipertensi.
beberapa diagnosa keperawatan yang tidak bisa diangkat sebab data terkait
dengan kondisi klien yang didapat dilapangan ada yang kurang mednukung
untuk diangkat sebagai diagnosa pada asuhan keperawatan pada Ny. D dengan
dibahas dengan kasus yang ada dilapangan. Antara lain, Nyeri akut
sirkulasi.
Adapun diagnosa yang tidak diangkat pada kasus ini adalah kekurangan
penulis mengankat prioritas sesuai dengan kondisi klien pada saat itu yakni
ketidakstabilan kadar glukosa darah, hal ini disebabkan karena variasi kadar
3. Perencanaan
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah & Walid, 2014).
keperawatan yang memiliki kriteria yang akan dicapai oleh penulis. Kegiatan
Perencanaan disusun sesuai apa yang ingin dicapai agar lebih terarah dan
4. Pelaksanaan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah &
Walid, 2014).
pasien, menepati janji, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainya yaitu,
sampai dengan 04 April 2020, yang mengacu pada keperawatan yang telah
yang dapat dilakukan dengan baik oleh penulis, namun ada beberapa tindakan
keperawatan yang sudah disusun. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
setiap sistem manajemen kualitas yang baik selalu didasari oleh SOP
pasien dari setiap tindakan yang sudah diberikan, dan evaluasi hasil
prilaku pada pasien. Tahap evaluasi ini merupakan penilaian hasil dari tujuan
dengan hipertensi, dan ada 1 diagnosa yang teratasi yaitu defisit pengetahuan
resistensi insulin teratasi sebagian dilihat dari pernyataan klien yang dilakukan
pada saat evaluasi klien mengatakan Klien mengatakan pusing, sering buang
air kecil, leher tegang, lemah. klien mengatakan masih melakukan terapi
insulin setiap hari dan klien tampak lemah, klien tampak lelah atau lesu,
glukosa dalam darah tinggi =278 mg/dl, nyeri akut dianggap masalah teratasi
mengatakan klien mengatakan masih terasa nyeri pada kakinya P: karna klien
terdapat oedem, Q: Klien mengatakan seperti tertekan, R: terdapat didua belah kaki
klien S: skala 3, T: Klien mengatakan terjadinya nyeri saat klien berjalan sehingga
klien merasakan nyeri pada bagian kaki yang oedem, klien masih tampak lemah,
memilih latihan apa saja yang dilakukan untuk mengurangi sakitnya (Diabetes
Militus Tipe II), diagnosa selanjutnya yaitu gangguan mobilitas fisik masalah
teratasi sebagian dilihat dari evaluasi pada pasien yang mengatakan aktivitas
pada diagnosa ini masalah juga teratasi sebagian dilihat dari tahap evaluasi
yang dilakukan pada pasien dan pasien mengatakan Klien mengatakan masih
sedikit pusing, leher masih rerasa sedikit tegang, TTV: TD 190/90 mmHg N:
pendukung dan faktor panghambat dalam tahap evaluasi ini, adapun faktor
serta sarana dan prasarana yang sangat mendukung dalam melakukan tindakan
didapatkan dari klien karena studi kasus dilakukan dirumah klien, jadi tidak ada
informasi baik itu dari perawat maupun buku rekam medis, persediaan alat untuk
melakukan pengkajian, sehingga intervensi belum dalam terealisasikan secara