Dosen Pengampu :
Hj.Ainun Sajidah,S.Kep,.Ns,.M.Biomed
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Identifikasi Pasien Dalam Pasien Safety”.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi serta bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusanan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha
kita.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek
atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien
yang dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/ kamar/
lokasi dirumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2011).
Perawat memiliki peran dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan mampu mengatasi
masalah–masalah yang timbul akibat dari kesalahan dalam proses identifikasi pasien. Kepatuhan
perawat dalam mematuhi prosedur identifikasi pasien berpengaruh dalam keselamatan pasien.
Sasaran keselamatan pasien (SKP) menjelaskan bahwa proses identifikasi bertujuan untuk
melakukan dua kali pengecekan yaitu untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan dan penyesuaian antara pelayanan atau pengobatan yang
diberikan terhadap individu tersebut (World Health Organization, 2007).
Dalam menjalankan perannya, perawat mungkin melakukan kesalahan. Nursing error adalah
kegagalan merencanakan tindakan menjadi lengkap seperti yang diharapkan atau penggunaan
rencana keperawatan yang salah untuk mencpai tujuan. (Institute of Medicine, 1999 cit. Silveira,
2008).Menurut Kozier at al. (1995) Nursing Error meliputi kegagalan mengidentifikasi label
obat, kesalahan membaca dan menghitung dosis, kesalahan mengidentifikasi klien, kesalahan
dalam mengencerkan konsentrasi obat, kesalahan rute atau cara pemberian obat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aulawi (2006) tentang tujuh kriteria yang disebut
Nursing error meliputi kesalahan memberikan obat, atau menghitung dosis atau pasien atau
waktu atau cara pemberian, pasien jatuh, cairan infuse kehabisan, salah mempersiapkan pasien
untuk suatu tindakan, tidak melakukan suatu pengobatan atau tindakan sesuai yang direncanakan
,mengambil sampel pemeriksaan salah pasien, melakukan pengobatan atau tindakan salah pasien.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni 2015, peneliti masih
menemukan 7 perawat ketika akan memberikan tindakan kepada pasien masih ada yang tidak
melakukan identifikasi pasien. Alasannya masih juga sama dengan observasi sebelumnya yaitu
karena kebiasaan dan bisa menggunakan nomer kamar, padahal terkait pengetahuan perawat
tentang identifikasi pasien, rumah sakit sudah melakukan penyuluhan kepada perawat terkait
patient safety termasuk juga identifikasi pasien sehingga perawat sudah mengetahui tentang
identifikasi pasien. Akan tetapi dalam pelaksanaannya perawat masih ada yang tidak melakukan
tindakan identifikasi pasien.
Hasil penelitian yang dilakukan Azim (2014) tentang gambaran penerapan identifikasi pasien
di bangsal rawat inap KPU Muhammadiyah Bantul yaitu menyebutkan bahwa penerapan
identifikasi pasien yang dilakukan perawat 92% dalam kategori kurang, dan 7,9% cukup,
sedangkan yang baik tidak ada. Penelitian yang juga memberikan saran kepada peneliti
selanjutnya untuk menghubungkan pengetahuan perawat terkait identifikasi pasien dengan
pelaksanaan identifikasi yang dilakukan perawat.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Identifikasi merupakan proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu
kelas sesuai dengan karateristik tertentu (Bachtiar, 2012). Poerwadarminta (2007) berpendapat
bahwa identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas seseorang atau benda.
Identifikasi adalah penerapan atau penentu ciri-ciri atau keterangan lengkap seseorang
(Hamzah, 2008). Menurut Hardawinati (2003) identifikasi adalah tanda pengenal diri, penentu
atau penetapan identitas seseorang dan pengenalan tanda-tanda atau karateristik suatu hal
berdasarkan pada tanda pengenal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi adalah
penempatan atau penentu identitas seseorang atau benda pada suatu saat tertentu. Sedangkan
identifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengecekan ulang data pasien sebelum
melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan pada pasien untuk kepentingan masa perawatan
selama di rumah sakit.
Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti
nama, nomor identifikasi, tanggal lahir atau gelang berkode. Dalam hal ini nomor kamar atau
lokasi tidak digunakan.
Gelang identifikasi dibedakan dalam beberapa warna dengan tujuan yang berbeda-beda,
yaitu :
Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien(biru dan pink) untuk mengidentifikasi
pasien, yaitu : nama lengkap pasien, tanggal lahir dan nomor rekam medis. Sedangkan untuk
gelang alergi (merah) ada 4 hal yang wajib dicantumkan, yaitu: nama lengkap, umur, nomor
rekam medis dan jenis alergi pasien.
Kegagalan yang sering terjadi pada saat melakukan identifikasi pasien secara benar akan
mengarah kepada tindakan dalam pemberian obat, pelaksanaan prosedur, pemeriksaan klinis
pada orang yang salah. Dalam rangka meminimalkan resiko tersebut WHO Collaborating Center
for Patient Safety Solutions menerbitkan 9 solusi keselamatan Pasien Rumah Sakit (World
Health Organization et al., 2007), di mana pada solusi yang kedua adalah identifikasi pasien.
Strategi yang ditawarkan dalam identifikasi pasien tersebut adalah :
2) Memasukkan ke dalam program pelatihan atau orientasi tenaga kesehatan tentang prosedur
pemeriksaan/verifikasi identitas pasien.
3) Mendidik pasien tentang pentingnya dan relevansi identifikasi pasien yang benar dengan cara
yang positif yang juga menghormati kekhawatiran untuk privasi.
Menurut Anggraini et al. (2014), ada 3 hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan
identifikasi, yaitu :
1) Kesalahan dalam penulisan meliputi labeling dan kesalahan dalam pengisian data yang
umumnya terjadi pada petugas registrasi.
2) Kesalahan dalam verifikasi Kesalahan dalam hal verifikasi ini misalnya prosedur verifikasi
tidak ada dan prosedur verifikasi tidak dilaksanakan
3) Masalah dalam komunikasi Permasalahan yang terkait dengan hambatan komunikasi adalah
hambatan bahasa komunikasi, kondisi pasien serta kegagalan serah terima tugas
Pendapat yang sama juga disampaikan dari laporan Departemen Kesehatan Autralia Barat,
bahwa hal yang berkontribusi dalam kesalahan identifikasi adalah masalah komunikasi, kurang
disiplin penerapan prosedur/checklist operasi dan kegagalan dalam penerapan prosedur
pemeriksaan yang benar (Snowball, 2014).
Prinsip pencegahan kesalahan yang dapat dilakukan meliputi (Anggraini et al., 2014):
3) Melibatkan secara aktif pasien dan keluarga dengan cara memberikan edukasi tentang resiko.
a. Pasien mendapatkan standar pelayanan dan pengobatan yang benar dan tepat sesuai
kebutuhan / instruksi medis
b. Pasien terhindar dari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam memberikan pelayanan
c. Pasien merasa aman dan nyaman serta dapat bekerjasama dalam menjalani perawatan
atau prosedur layanan di Rumah Sakit.
a. Prosedur identifikasi pasien dilaksanakan secara seragam, benar dan tepat di seluruh unit
pelayanan
b. Kemudahan registrasi pasien, sehingga mempercepat pelayanan kepada pasien dan
mengurangi antrian pasien.
c. Menjamin keselamatan pasien Rumah Sakit dengan mencegah terjadinya kesalahan
identifikasi pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan.
d. Sebagai sarana publikasi Rumah Sakit yang peduli akan kesehatan dan keselamatan
pasien.
3) Variasi proses di mana mungkin ada fasilitas regional dikelola oleh praktisi yang sama
(misalnya colour code band18 pergelangan tangan dengan arti yang berbeda dalam berbagai
organisasi)
6) Persepsi penyedia layanan kesehatan dengan pasien terganggu oleh verifikasi diulang identitas
pasien
7) Solusi teknologi yang gagal untuk mempertimbangkan realitas pengaturan perawatan klinis
8) Peningkatan beban kerja staf dan waktu yang dihabiskan yang bukan untuk perawatan pasien
9) Kesalahan mengetik dan memasukkan data pasien saat mendaftar pasien dalam system
komputerisasi
11) Kurangnya penelitian data alas an ekonomi mengenai analisis biaya manfaat atau laba
investasi (ROI) untuk melaksanakan rekomendasi tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu perlu dilakukannya untuk menentukan identifikasi lebih
sering,agar dapat meminimkan suatu kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi di saat kita
menentukan suatu identifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6418/BAB%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/mengidentifikasi-pasien-dengan-benar
file:///C:/Users/USER/Downloads/Documents/BAB%20II.pdf
https://identitaspasien.arata.co.id/profil-arata/manfaat/