Puji Syukur kita panjatjan kehadirat Allah SWT karena berkah dan hidayah-Nya, BUKU SAKU
AKREDITASI RSUD MAJENANG dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Buku Saku ini berisi tentang penjelasan yang berkaitan dengan Sistem Pelayanan di RSUD
Majenang, sehingga dapat diharapkan menjadi pedoman dalam penyelenggaran pelayanan. Buku saku ini
juga diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan secara ringkas tentang
Sistem Pelayanan terkait Standar Akreditasi yang telah dan harus dilaksanakan oleh seluruh karyawan
RSUD Majenang.
Dengan menerapkan isi buku saku ini, setiap pegawai dan peserta didik yang praktik lapangan di
RSUD Majenang dapat bekerja sama untuk mewujudkan RSUD Majenang sebagai rumah sakit bertaraf
internasional yang menjamin mutu dan keselamatan pasien.
Terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkonstribusi aktif
dalam penyusunan buku ini. Kesungguhan Saudara sangat membantu upaya kita dalam upaya
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
Majenang,
Direktur RSUD Majenang
drg.Hj.Dewi Marhenny, MM
NIP. 19590716 198703 2 005
Visi, Misi, dan Budaya Kerja
RSUD Majenang
VISI
“Rumah Sakit yang mengutamakan kepuasan pasien, sejahtera dan berdaya saing”
MISI
1. Menciptakan kepuasan pelayanan bagi pasien.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan di semua instalasi sesuai dengan protap dan professional.
3. Melaksanakan pelayanan dengan cepat, tepat ,murah dan berkualitas.
4. Meningkatkan Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana sehingga mempunyai daya saing.
BUDAYA KERJA
1 RSUD Majenang mempunyai Budaya organisasi atau Budaya kerja yang telah
disepakati oleh semua karyawan, yaitu 5 S dan 1.E
1. Senyum
2. Salam
3. Sapa
4. Sopan
5. Santun, dan Empati
3
Akreditasi Rumah Sakit
Standar Akreditasi Nasional terangkum dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit, sedangkan
Standar Akreditasi Internasional terangkum pada edisi keempat Joint Commission
International Accreditation Standards for Hospital.
1
administrasi, biaya, serta penggunaan sumber daya menjadi lebih efisien
Proses
Menciptakan lingkungan internal RS yang kondusif untuk penyembuhan dan pengobatan pasien
Mendengarkan pasien dan keluarga, menghargai hak-hak mereka serta melibatkan mereka dalam
proses perawatan
Menciptakan budaya mau belajar dari insiden agar insiden yang sama tidak terjadi pada
kesempatan dan tempat yang lain
Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat
Standar-Standar Akreditasi
I. Standar-standar yang Berfokus Pasien
1. Akses Ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK)
2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3. Assesment Pasien (AP)
4. Pelayanan Pasien (PP)
5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
6. Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)
7. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
2
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
Sasaran 1 : Ketepatan Identifikasi Pasien
Gunakan 3 (tiga) Identitas Utama Warna Gelang Identitas :
Nama a. Biru untuk pasen laki-laki
Tanggal Lahir (Umur) b. Merah muda untuk perempuan
Nomor Rekam Medis Warna stiker gelang identitas :
Proses identifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi a. Merah untuk alergi
Pasien pada saat : b. Kuning untuk risiko jatuh
Pemberian obat, c. Ungu untuk pasien DNR (Do Not
Resucitation)
Pemberian darah, dan produk dara
Pengambilan darah / spesimen pemeriksaan Pita Kuning
Pasien rawat jalan yang terpasang pita
Sebelum melakukan tindakan / prosedur pelayanan kuning berarti berisiko jatuh.
Pasien diminta menyebutkan Nama dan Tanggal Lahir
(Umur) sebelum dilakukan tindakan
dengan pertanyaan terbuka sambil melihat secara visual pada gelang identitas.
Misal : “Tolong sebutkan nama dan tanggal lahir Ibu”
Bila pasien tidak dapat menyebutkan identitas, dapat ditanyakan kepada Penunggu /
Keluarga Pasien
Penggunaan 3 (Tiga) Identitas Utama
Jenis Pasien Jenis Identitas Media
1. Pasien Rawat Inap Nama
2. Pasien HD Rawat Jalan Tanggal lahir Gelang Pengenal
3. Pasien IGD Label Kuning dan Merah (Umur)
Nomor Rekam
1. Pasien Rawat Jalan Nama Verifikasi kepada pasien dan atau
Medis
2. Pasien IGD Label Hijau Tanggal lahir keluarga
(Umur)
Nomor Rekam
Pasien Tidak Dikenal dan Tidak Sadar “Tidak Dikenal”
Medis Gelang Pengenal
Tanggal dan Jam
Datang
Nomer Register
3
Sasaran 2 : Peningkatan Komunikasi Efektif
KOMUNIKASI EFEKTIF VIA TELEPON ( untuk umum )
1. Ucapkan Salam
2. Perkenalkan diri dengan sebutkan nama dan ruang / bagian
3. Tawarkan bantuan
4. Akhiri pembicaraan dengan terima kasih dan salam
KOMUNIKASI EFEKTIF VIA TELEPON
1. SBAR ( Situasi, Background, Assesment, rekomendasi )
2. TBK ( Tulis, Baca Konfirmasi )
Jam 20.15
− S : Situation
Apa yang terjadi pada pasien?
“Selamat malam dokter…,saya…perawat dari ruang anggrek mau melaporkan pasien baru dari IGD tadi malam. Ny. G. 69 tahun dikamar 2
sekarang mengeluh kesakitan dipinggul kanan dengan skala 8, kaki kanan juga susah digerakan. Sudah dapat ketorolac injeksi tadi jam 18.00”
- B : Background
Hal-hal apa yang melatar belakangi kondisi klinis pasien?
“Riwayatnya pasien jatuh dikamar mandi, punya riwayat stroke lama. Telah terpasang spalk di kaki kanan di IGD, dan dilakukan rontgen
femur tapi belum ada hasil bacaan. Laborat telah diambil sampel tapi belum ada hasil, TD 140/90, Nadi 76x / menit”
- A : Assesment, Vital Sign : TD, N, S, R ( terbaru sebelum konsul )
Apakah problemnya ?
“Diagnosis sementara fraktur femur, kemungkinan ada fraktur pelvis juga dokter?
- R : Recommendation
Apa yang saya lakukan untuk memperbaiki kondisi ini?
“Adakah terapi tambahan untuk meredakan nyerinya? Adakah pemeriksaan tambahan dok?
Kira-kira kapan dokter bisa datang ke ruangan untuk melihat pasiennya?”
Bila konsul via telpon ke dokter jaga / DPJP walaupun tidak memberikan advice ( dokter datang
langsung / dokter minta nunggu /datang beberpa menit kemudian ) tetap harus dengan SBAR -TBK.
Pelaporan nilai kritis laboratorium dilakukan dengan sistem TBK dari pelapor ke penerima laporan.
6
Sasaran 5 : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Ada 2 macam :
1. Hand RUB (Kebersihan tangan dengan cairan berbasis alkohol) waktu 20-30 detik
2. Hand WASH (Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun) waktu 40-60 detik
7
Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK)
Skrining
Skrining dilakukan pada kontak pertama di Instalasi Gawat Darurat dan unit rawat jalan atau di
luar RS untuk menentukan apakah pasien dapat dilayani di RSUD Majenang
Skrining dilakukan dengan
Proses triase
Evaluasi visual
Pemeriksaan fisik, atau
Hasil-hasil pemeriksaan (psikologis, laboratorium, dan pencintraan diagnostik
Jika pasien tidak dapat dilayani di RS maka pasien ditransfer ke pelayanan kesehatan lain yang
sesuai dengan kebutuhan pasien
Triase
RSUD Majenang menerapkan sistem triase di Instalasi Gawat Darurat dengan 4 label warna, yaitu :
Merah
Harus mendapatkan penanganan segera
Ditangani di ruang label merah oleh tim Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dengan
DPJP Utama oleh Dokter Spesialis Anestesi
Kuning
Memerlukan pengawasan ketat dan dalam waktu maksimal 30 menit harus sudah ditangani
Ditangan di ruang label kuning oleh DPJP yang sesuai berdasarkan Assesmen medis yang
dilakukan oleh dokter triase
Hijau
Pasien tidak gawat dan tidak darurat
Ditangani di ruang label hijau oleh DPJP
8
Penomoran Rekam Medis
Setiap Pasien yang berkunjung pertama kali di unit rawat jalan, rawat darurat dan rawat
inap RSUD Majenang diberikan satu nomor rekam medis yang berlaku selamanya
Pada setiap kali kunjungan ke unit pelayanan baik di unit rawat jalan, rawat darurat, rawat
inap, maupun pemeriksaan penunjang, pasien diberikan satu nomor register yang berlaku
untuk saat itu di masing-masing unit.
Identitas pasien ditulis sesuai dengan yang tertera pada kartu identitas resmi pasien (KTP, KK, SIM)
Informasi kepada Pasien
Saat pasien akan dirawat inap, pasien harus diberi informasi tentang :
Perawatan yang direncanakan
Perkiraan hasil yang diharapkan dari perawatan
Perkiraan biaya perawatan
Jika terjadi penundaan pelayanan, pasien harus diberi informasi tentang :
Alasan penundaan
Alternatif pelayanan yang sesuai dengan keadaan klinis pasien
Konsekuensi dari penundaan
Hambatan dalam Pelayanan
Dalam pemberian pelayanan, petugas harus mengidentifikasi kendala/hambatan yang dapat
mengganggu proses pelayanan, seperti kendala fisik (tuna netra, tuna daksa, tuna rungu, tuna wicara),
bahasa (bahasa asing atau bahasa daerah) dan budaya
9
Transfer Pasien
Transfer Internal adalah memindahkan pasien dari satu unit pelayanan ke unit pelayanan lain di dalam RSUD
Majenang
Transfer Eksternal adalah memindahkan pasien dari RSUD Majenang ke rumah sakit lain atau fasilitas kesehatan lain
di luar RSUD Majenang, transfer ini meliputi rujukan dan pindah rawat
Pasien/keluarga diberitahu tentang transfer dan tujuan transfer.
Pasien yang akan ditransfer harus dalam keadaan stabil. Kondisi pasien harus dinilai dan dipantau selama proses
transfer
Gunakan Form Transfer Pasien yang diisi oleh petugas yang bertanggung jawab dalam transfer
Selama transfer, pasien didampingi dan menjadi tanggung jawab petugas yang sesuai dengan kriteria pasien transfer
Tempat tujuan transfer harus sudah dihubungi dan dipastikan kesiapannya untuk menerima pasien
Pada saat pasien dilakukan transfer antar unit (transfer internal) dalam RS, dokumen rekam medis pasien dan form
Dalam
transferhal pasien mendapat perawatan lanjutan ke rumah sakit lain (transfer eksternal), berkas rekam medis pasien
diikutsertakan
tidak boleh diikutsertakan cukup diberikan surat rujukan, ringkasan pulang dan form transfer pasien
Untuk transfer ICU ( Kriteria masuk ICU dan Keluar ICU ), Kriteria masuk sesuai dengan prioritas pasien :
Prioritas 1 : Theapi intensif (Penggunaan ventilator) dan terapi intensif lainnya
Prioritas 2 : Pemantauan (contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru,
gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pebedahan major )
Prioritas 3 : Tidak bisa disembuhkan (Contoh pasien ini antara lain pasien dengan metastik disertai penyulit infeksi,
Pericardial tamponade,sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal
disertai komplikasi Penyakit akut berat )
Prioritas 4 : Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa , dan atas persetujuan kepala instalasi rawat intensif, indikasi masuk pada beberapa
Golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus
bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3.
Contoh pasien dalam keadaan vegetatif permanen, pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak
( pasien-pasien seperti itu dapat dimasukan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan
donor organ)
Dalam hal pasien mendapat perawatan lanjutan ke rmah sakit lain (transfer external) berkas rekam medis pasien tidak
boleh diikutsertakan cukup diberikan surat rujukan, ringkasan pulang dan form transfer pasien antar rumah sakit. 10
Level dan Kategori pasien Transfer serta Kualifikasi Petugas Pendamping :
Transfer Internal
11
Transfer Antar Rumah Sakit
12
Pemulangan Pasien
Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Ringkasan pasien pulang berisi hal-hal berikut :
HakPasien
Rencana pemulangan pasien (discharge planning) dibuat oleh DPJP bersama dengan petugas lainnya dengan
melibatkan keluarga pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien masuk ruang rawat inap
RSUD Majenang
Setiap pasienbertanggung
pulang rawat jawab
inap,untuk
DPJP melindungi
berkewajibandan mengedepankan
membuat hak pasien
ringkasan asuhan dan
keperawatan (ringkasan
keluarga sesuai
pulang) UU RI
sebelum No 44pulang
pasien Tahundari2009rumah
tentang Rumah
sakit. Sakit, yaitu
Ringkasan pasien: pulang dibuat rangkap tiga , lembar
pertama untuk
1. Memperoleh rekam medis
informasi (warnatata
mengenai putih), lembar
tertib kedua untuk
dan peraturan pasien
yang (warna
berlaku dipink),
Rumah dan lembar ketiga untuk
Sakit
bagian keuangan (warna kuning)
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
Ringkasan pasien pulang berisi hal-hal berikut:
3. Memperoleh layanan
Identitas yang manusiawi,
pasien,tanggal masuk danadil, jujur,
keluar dan tanpa
RS, DPJP, diskriminasi
ruangan yang ditempati dan indikasi di rawat inap
4. Memperoleh layanan
(Indikasi masukkesehatan
rumah sakit) yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional
Anamnesa (ringkasan penyakit dan keluhan utama)
Hasil pemeriksaan
5. Memperoleh layanan yang fisik dan hal-hal
efektif signifikan
dan efisien lain yang
sehingga ditemukan
pasien selama
terhindar dari rawat inapfisik dan
kerugian
Terapi atau Tindakan medis yang telah dilakukan
materi
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
Diagnosis kerja, diagnosis akhir, dan tindakan / Prosedur diagnostik dan prosedur terapi yang
7. Memilihdilakukan
dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginanya dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit Diit Pasien
Riwayat
Kondisi
8. Meminta dan status
konsultasi pasien
tentang pada saat
penyakit yangpemulangan
dideritanyadankepada
cara pulang pasien
dokter lain yang mempunya
Obat-obatan yang penting termasuk obat yang harus
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit dibawa pulang
Perintah atau intruksi selanjutnya
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya
Pemulangan pasien ada 4 kondisi :
10.Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
Pemulangan
tindakan dengantindakan,
medis, alternatif persetujuan DPJPdan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
risiko
prognosis terhadap APS
Pemulangan tindakan yang dilakukan
(atas permintaan serta perkiraan biaya pengobatan
sendiri)
11.Memberikan persetujuan
Pemulangan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
Cuti sementara
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
Pemulangan karena Rujuk
12.Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13.Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya
13
14
14.Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit
15.Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya
16.Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya
17.Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana
18.Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik dengan ketentuan perundang-undangan
Dalam Rangka menghargai hak pasien dan keluarga RSUD Majenang melaksanakan hal-hal
berikut ini :
1. Menjelaskan hak pasien dan keluarga ketika pertama kali masuk untuk dirawat di RSUD
Majenang
2. Memberikan informasi tata tertib dan peraturan yang berlaku di RS
3. RS memberikan kebebasan kepada pasien dalam memilih dokter yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
4. RS memberikan kesempatan kepada pasien untuk mendapatkan second opinion kepada
dokter lain selain dokter yang merawatnya seperti yang diatur dalam kebijakan second
opinion dan SPO second opiniom
5. RS menjamin privasi pasien dan kerahasiaan data-data medis pasien (SPO Perlindungan
Kebutuhan Privasi Pasien)
6. Pasien berhak menolak pengobatan/tindakan termasuk tindakan resusitasi yang disarankan
dokter. Penolakan tindakan resusitasi (do not resuscitate – DNR) didokumentasikan dalam
rekam medis dan pasien diberi penanda berupa gelang warna ungu
7. RS memberikan kebebasan beribadah kepada pasien dan keluarganya (SPO Pelayanan
Kerohanian)
15
8. RS menjamin keamanan dan keselamatan pasien serta keluarganya di lingkungan RS (SPO
Perlindungan Barang Milik Pasien dan SPO Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik)
9. RS memberikan fasilitas kotak saran bagi pasien dan keluarganya untuk mengajukan usul dan
saran demi kemajuan RS untuk menyampaikan keluhan terhadap pelayanan yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan (SPO Penyampaian Komplain)
10.Pasien dapat menyampaikan keluhan secara langsung melalui SMS Center di
luar jam kerja
Informed Consent
Informed Consent diberikan sebelum dilakukan tindakan operasi, anestesi, penggunaan darah
dan tindakan lain yang berisiko tinggi
Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan dan atau keluarga pasien setelh
mendapat penjelasn yang cukup berkaitan dengan tindakan tersebut dari DPJP
Surat persetujuan tersebut harus diisi lengkap sebelum dilakukan tindakan pada pasien atau
sebelum pasien diantar ke Kamar Operasi
Sebelum pasien memberikan persetujuan tindakan, pasien diberikan informasi mengenai :
1. Diagnosis
2. Tata cara tindakan medis
3. Tujuan tindakan medis
4. Alternatif tindakan
5. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
6. Prognosis
7. Perkiraan biaya perawatan/tindakan
16
Alur proses penyelesaian komplain Alur proses pelayanan kerohanian
17
Assesmen Pasien (AP)
Assesmen Pasien
Setiap Pasien di RSUD Majenang memiliki DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) dan
PPJP (Perawat Penanggung Jawab Pelayanan)
Assesmen Pasien
Assesmen Awal
~ Dilakukan di IGD, unit rawat jalan dan rawat inap
~ Berisi pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, psikologis, sosial ekonomi,
skrining nutrisi, nyeri, dan risiko jatuh
~ Menentukan apakah dibutuhkan Assesmen khusus atau tidak
~ Menghasilkan diagnosis kerja
~ Assesmen awal pasien rawat inap, baik medis maupun keperawatan, diselesaikan dalam 24
jam sejak pasien masuk ke ruang rawat inap
Assesmen Ulang
~ Dilakukan pada interval tertentu (setiap visite harian dokter dan setiap shift untuk Assesmen
keperawatan), apabila terjadi perubahan kondisi pasien serta pada setiap perubahan
diagnosis dan perubahan rencana perawatan
~ Untuk menentukan keberhasilan pengobatan atau memulangkan pasien
Assesmen tambahan atau khusus dilakukan sesuai kebutuhan pasien
~ Kebutuhan medis pasien rawat inap dianalisis dan diintegrasikan berdasarkan hasil Assesmen
oleh semua staf pemberi pelayanan
~ Semua yang dilakukan dalam Assesmen dan selama perawatan pasien didokumentasikan di
dalam rekam medis pasien
Skrining Risiko Jatuh
~ Skrining menggunakan Skala Morse, Timed Up and Go atau Humpty Dumpty
Discarge planning dilakukan sesegera mungkin / 2x24jam
Diisi oleh DPJP
Pasien yang kritis mendapat discharge planning 18
laboraorium
Pelaporan nllai kritis : a. ditulis di CPPT, tulis tanggal, Jam, Hasil Lab, nama pelapor dan penerima
b. Penerima lapor DPJP langsung
Periksa lab.CITO di formulir permintaan ditulis CITO
Dari petugas Rawat Inap / IGD mengirimkan sample dan formulir yang sudah lengkap
Jika ada pemeriksaan lab yang dirujuk ke luar RS harus memberitahukan ke pasien / keluarga pasien.
Sample Pemeriksaan lab pakai label
Formulir permintaan lab harus ada TTD Dokter
Radiologi
Formulir permintaan Radiologi harus di tanda tangani oleh Dokter dan Nama
Pemeriksaan USG harus dengan persiapan
Pemeriksaan Radiologi BNO harus dengan persiapan BNO
1. Persiapan BNO (Blass Nier Oversicht) :
Satu hari sebelum pemeriksaan : makan makanan lunak dan bebas serat (bubur kecap / bubur sumsum,juice atau
minum air putih )
Malam sebelum pemeriksaan : setelah makan malam ± jam 20.00 WIB, minum dulcolax 5mg sebanyak 5 tablet
Kemudian puasa makan hinggaselesai pemeriksaan, pantang makan, merokok, dan kurangi bicara, dianjurkan
hanya minum air putih.
Pada pagi hari sebelum pemeriksaan ± jam 05.00 WIB pasien diberi dulcolax supp 10mg dimasukan kelubang
dubur.
Pukul 08.00 masih dalam keadaan puasa datang ke radiologi untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Persiapan pemeriksaan USG lower upper abdomen
Untuk USG abdomen pasien puasa minimal 6 jam sebelum pemeriksaan. Pasien banak minum air putih dan tidak boleh
buang air kecil (tahan kencing) 1 jam sebelum pemeriksaan dilakukan.
3. Persiapan pemeriksaan USG Traktis Urinarius :
Vesika uranaria diupayakan terisi penuh. Pasien disuruh banyak minum air putih.
Usus bersih dari sisa fekal material maupun udara yang berlebihan.
4. Persiapan pemeriksaan USG genitalia sama dengan persiapan pemeriksaan USG Traktus Urinarius.
19
Pelayanan Pasien (PP)
Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan jaringan yang sedang atau akan
terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan
Salah satu HAK Pasien adalah TERBEBAS dari rasa NYERI
SKRINING nyeri wajib dilakukan saat kontak pertama dengan pasien. Apabila di temukan adanya nyeri, maka
di lanjutkan dengan asessment nyeri
Assesment nyeri menggunakan metode Numeric VAS (Visual Analog Servis), Skala Wajah Wong Baker, NIPS
( neonatus ), FLACC ( anak 1-3 tahun), CPOT / Comfort scale utuk pasien yang tidak sadar atau tidak kompeten.
Evaluasi (Asesmen ulang ) nyeri dilakukan secara berkala
Untuk nyeri cardial dilakukan 5 menit setelah pemberian nitrat / obat – obat intravena
Untuk nyeri yang lain dengan tindakan non farmakologis dilakukan setelah 30 menit, dengan tindakan
farmakologis preparat parenteral setelah 30 menit dan untuk preparat oral setelah 1 jam.
Setiap kali melakukan pemeriksaan fisik dan mengukur tanda-tanda vital
Pasien mengeluh nyeri
Pasien yang menjalani prosedur menyakitkan
Sebelum pasien pulang dari rumah sakit
Assesmen serta pengelolaan nyeri yang tepat merupakan hak semua pasien, untukitu RSUD Majenang menerapkan
hal-hal berikut untuk menilai dan mengelola nyeri :
Melalukan skrining nyeri kepada seluruh pasien
Melakukan pengelolaan nyeri berdasarkan panduan dan SPO pengelolaan nyeri :
Skala 0-3 : Dilaksanakan oleh PPA (Profesional Pemberi Asuhan ) dengan melakukan tindakan non
farmakologis.
Skala 4-6 : Dilaksanakan oleh dokter umum atau dokter DPJP (kolaborasi dengan dokter jaga hanya apabila
diluar jam kerja).
Skala 7-8 : Dilaksanakan oleh dokter DPJP.
Skala 9-10 : Konsul dengan Tim Nyeri Rumah Sakit.
Untuk menghubungi tim nyeri, perawat bangsal terlebih dahulu menghubungi dokter jaga. Selanjutnya
dokter jaga bangsal / ICU yang menghubungi tim nyeri rumah sakit
Melakukan monitoring berkala skor nyeri untuk memantau perkembangan nyeri pasien.
Memberikan edukasi nyeri kepada pasien/keluarga dalam konteks keyakinan pribadi, budaya, dan agama.
20
PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI
Siapakah pasien resiko tinggi / rentan ?
Pasien Emergensi ( Gawat Darurat )
Pasien yang membutuhkan pelayanan Resusitasi ( Code Blue ) di seluruh Unit dengan cara mengaktifkan
code blue di nomor 888
Pasien yang membutuhkan penanganan, penggunaan dan pemberian darah dan komponen darah.
Pasien yang membutuhkan peralatan bantu hidup ( koma), lakukan screning decubitus dengan metode
NORTON
Pasien dengan penyakit menular dan daya tahan rendah ( TB, HIV )
Pasien Hemodialisa
Pasien yang membutuhkan pengekakangan ( Restraint )
Restrain adalah suatu tindakan untuk menghambat / mencegah seseorang melakukan sesuatu
tindakan.
Lakukan assesment kebutuhan restrain
Lakukan inform-consent jika akan dilakukan tindakan restrain
Evaluasi tindakan restrain secara berkala
Pasien usia lanjut, cacat, anak-anak, dan populasi yang beresiko disiksa.
Pasien yang mendapat kemoterapi atau terapi risiko tinggi.
Perawatan khusus apa yang diberikan bagi pasien yang beresiko tinggi / rentan tersebut ?
Perawatan khusus yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Perlindungan keselamatan selama perawatan : ruang khusus, peralatan penunjang khusus, pengelolaan
resiko jatuh dll.
Perlindungan keamanan selama perawatan : CCTV, penempatan petugas keamanan, dll
21
RSUD Majenang menyusun proses-proses untuk mengelola pasien terminal, yaitu :
Setelah pasien dinyatakan dalam tahap terminal/ stadium akhir/ paliatif oleh DPJP, perawat
melakukan assesment akhir hayat untuk menetukan kebutuhan pelayanan pasien.
Dokter dan Perawat akan :
Memastikan bahwa gejala apapun akan dikaji dan ditangani oleh unit pelayanan dengan
tepat dan terintegrasi.
Merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik untuk mengelola gejala-gejala itu.
Memastikan bahwa pasien yang mendapat pelayanan paliatif akan diperlakukan secara
terhormat dan bermartabat.
Mengedukasi keluarga pasien dan staf RSUD Majenang mengenai bagaimana mengelola gejala-
gejala yang dialami pasien.
PELAYANAN GIZI
Pelayanan gizi diberikan sesuai kebutuhan nutrisi pasien
Skirining Nutrisi
Skrinning menggunakan metode MST ( Malnutrisi Screening Tool )
Dilakukan pada semua pasien
Pasien dengan hasil skrinning skor ≥ 2, pasien beresiko malnutrisi.
Pasien boleh mengkonsumsi makanan dari luar setelah dijelaskan makanan yang dianjurkan dan
menjelaskan perlunya pembatasan apabila menggunakan makanan dari luar.
Makanan disiapkan, disimpan dan didistribusikan dengan prinsip-prinsip mengurangi risiko kontaminasi
dan mencegah kerusakan.
Makanan disajikan tepat waktu kepada pasien.
Proses perencanaan, pemberian dan pemantauan pelayanan gizi dicatat dalam rekam medis.
22
Resusitasi Jantung dan Paru
1. Untuk Tenaga Kesehatan 2. Untuk Orang Awam
1 Lakukan
Lakukan 3A
3A (Aman
(Aman diri/penolong,
diri/penolong, Aman
Amanlingkungan
lingkungan, ,
Aman
Aman penderita
penderita ))
3
Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Jika penderita tidak ada respon hubungi di no telepon 888
atau cari bantuan perawat primer terdekat / teriak CODE
BLUE
1. LAPORAN OPERASI
4 Sambil menunggu Pencatatan medis
bantuan datang terhadap
periksa nadi keadaan
karotis (5-pasien dilakukan setelah tindakan operasi.
Diisi
10 detik), jika tidak oleh
teraba DPJP RJP dengan cara
lakukan
2. LAPORAN ANESTESI
kompresi 100x/menit. Lakukan RJP LOKAL
sampai ada respon
penderita ataubantuan
Tindakan
datanganestesi yangtiap
(dievaluasi dilakukan
2 menit/ dengan
5 memasukan obat lokal anestesi kedaerah yang akan di
siklus ). bedah, anestesi permukaan, infiltrasi.
Diisi oleh DPJP.
5 3. respon
Jika ada PERSETUJUAN TINDAKAN/PENOLAKAN
hentikan RJP, cek ulang kesadaran OPERASI
dengan memanggil / menepuk
Suatu proses penderita
tindakan/pemberian
merangsang informasi dan persetujuan/penolakan dari pasien atau keluarga
nyeri untuk dilakukan tindakan operasi.
Diisi lengkap pada waktu sebelum operasi dimulai dirawat inap dan rawat jalan.
6 Jika sadar atur posisi aman / pemulihan
24
4. PERSETUJUAN TINDAKAN/PENOLAKAN ANESTESI
Suatu proses tindakan pemberian informasi dan persetujuan/penolakan dari pasien atau keluarga
untuk dilakukan tindakan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam.
Diisi lengkap pada waktu sebelum operasi dimulai dirawat inap dan rawat jalan.
5. ASSESMEN PRA BEDAH
Sebagai pedoman dalam pelayanan pelaksanaan assesmen sebelum tindakan bedah.
Diisi lengkap pada waktu sebelum operasi dimulai dirawat inap dan rawat jalan pada waktu DPJP
visit.
Tandai gambar lokasi operasi pada gambar di form tersebut dengan melibatkan pasien dengan
bukti tanda tangan pasien dan juga pada tubuh pasien yang akan dioperasi dengan tanda
6. ASSESMEN PRASEDASI / PRA ANESTESI
Sebagai pedoman dalam pelayanan pelaksanaan assesmen sebelum tindakan sedasi.
Diisi lengkap pada waktu sebelum operasi dimulai dirawat inap pada waktu DPJP visite.
7. SURGICAL CHEKLIST
Tata cara pemeriksaan identitas pasien yang akan dioperasi oleh perawat kamar operasi.
Diisi di rawat inap dan IBS.
Perawat ruangan melukan serah terima pasien dengan perawat kamar operasi.
8. FORM SIGN IN, TIME OUT, SIGN OUT (SURGICAL SAFETY )
Sign In : verikasi pertama saat pasien masuk di ruang terima atau ruang persiapan IBS dan dilakukan
sebelum induksi.( Dilakukan oleh perawat IBS dan tim anestesi ).
Time Out : Verifikasi dilakukan pada saat pasien di atas meja operasi, sudah dalam keadaan terbius, tim
anestesi sudah dalam keadaan siaga, tim operasi dalam keadaan steril.( Dilakukan oleh perawat sirkuler ).
Sign Out : Verifikasi yang dilakukan pada saat pasien akan ditutup rongga tubuh pada operasi. ( Dilakukan
oleh perawat IBS, operator dan tim anestesi ).
9. LAPORAN ANESTESI
Untuk memantau keadaan pasien pada saat dan setelah operasi dilakukan.
10. MONITORING PELAYANAN SEDASI
Tindakan yang dilakukan oleh dokter anestesi dan atau perawat anestesi selama tindakan anestesi, baik
anestesi umum maupun regional ( spinal, epidural ).
11. PERINTAH POST ANESTESI
Keputusan tindak lanjut pasien pasca anestesi.
Serah terima pasien pasca operasi antara perawat RR dengan perawat rawat inap.
12. REKAMAN ASKEP PASCA OPERATIF
Penatalaksanaan pasien setelah menjalani tindakan pembedahan
25
Manajemen dan Penggunaan Obat(MPO)
Distribusi
Untuk pasien rawat inap menggunakan sistem Oneday Doses Dispensing (ODD) melalui
kartu obat
Pasien rawat jalan menggunakan lembar resep
Penyiapan obat khusus seperti narkotika, high alert medication, look-alike-soun-alike (LASA)
dan penyiapan obat yang berdasarkan berat badan seperti untuk anak-anak harus dilakukan
dengan double check
26
Peresepan
Resep ditulis hanya oleh Dokter dengan huruf yang jelas dan terbaca
Resep hanya ditulis pada kartu obat atau resep RSUD Majenang yang berlaku
Formulir resep rangkap tiga untuk pasien rawat jalan
Kartu obat pasien (KOP) untuk pasien rawat inap
Kelengkapan penulisan resep meliputi :
Tanggal penulisan rsep
Nama dan alamat pasien
Nomor register
Status pasien
Nama dan alamat dokter
Nama obat, kekuataan sediaan obat, dan signa jelas
Riwayat alergi (jika ada alergi ditulis nama obat yang menyebabkan alergi, jika tidak ada
diberi tanda strip (-)
Penulisan resep mengacu pada formularium RSUD Majenang yang berlaku
Resep yang telah dilayani disimpan selama tiga thaun, setelah itu dapat dimusnahkan
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dilaporkan jika ditemukan keadaan efek samping
yang diduga akibat pemakaian obat
perawat segera melaporkan ke IFRS dalam jangka waktu 2 x 24 jam untuk dilakukan assesmen
dan tindak lanjut
27
Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
Edukasi pasien dan keluarga tercakup dalam Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Tujuan edukasi adalam membantu pasiem berpartisipasi lebih baik dalam perawatan yang diberikan
dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang perawatannya
28
c. Pemberi edukasi adalah Petugas Kesehatan yang terlibat dalam asuhan pasien, diantaranya
Dokter, Perawat, Farmasis, Nutrisionis, Terapis
Dengan Persyaratan :
Memiliki keahlian di bidangnya
Bertanggung jawab terhadap program pengobatan/perawatan bagi pasien tersebut
Memiliki waktu yang cukup untuk melakukan edukasi
Memiliki ketrampilan dalam berkomunikasi
c. Verifikasi terhadap pasien dan keluarga pasien bahwa mereka telah paham apa yang
disampaikan
d. Edukasi pasien dan keluarga harus tercatat di rekam medik pasien (Form Pengkajian dan
Perencanaan Edukasi Pasien & Keluarga Pasien, Catatan Edukasi Pasien)
Siapa yang memberikan edukasi
Kapan pelaksanaan edukasi
Sasaran edukasi (pasien saja, keluarga pasien saja, atau pasien dan keluarga)
Cara edukasi (diskusi, demonstrasi, brosur)
Metode evaluasi (mampu menjelaskan atau mendemonstrasikan)
29
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Indikator Mutu
Strategi untuk meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Majenang
1) Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu pelayanan di
RSUD Majenang sehingga dapat menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu di
masing-masing unit kerjanya
2) Menciptakan budaya mutu di RSUD Majenang termasuk di dalamnya menyusun program
mutu RSUD Majenang dengan pendekatan PDCA Cycle (Plan-Do-Check-Action)
RSUD Majenang mempunyai indikator mutu yang terdiri atas :
1) Indikator Area Klinis/IAK (11 indikator, di RSUD Majenang hanya 10 indikator
karena RS non pendidikan)
2) Indikator Area Manajemen/IAM (9 indikator)
3) International Library Measure/ILM (5 indikator)
4) Indikator Sasaran Keselamatan Pasien/ISKP (6 indikator)
5) Indikator Mutu Unit/Penilaian Kinerja Unit
Masing-masing unit memiliki indikator mutu unit
Indikator mutu utama berasal dari indikator mutu unit/permasalahan yang
ada di unit setelah dilakukan scoring
30
Indikator Area Klinik RSUD Majenang
No Area Indikator Indikator Standar Instalasi/unit
1. Assesmen pasien Angka kelengkapan Assesmen awal medis 100 % Rawat Inap
rawat inap
2. Pelayanan laboratorium Angka ketepatan waktu pemeriksaan 90% Laboratorium
laboratorium hematologi rutin dan kimia
darah pasien rawat inap
3. Pelayanan radiologi Angka ketepatan waktu pemeriksaan thorax 90% Radiologi
foto pasien rawat jalan
4. Prosedur bedah Kejadian tidak dilakukan 0 IBS
penandaan/marking sebelum operasi pada
bagian tubuh yang mempunyai 2 sisi
5. Penggunaan antibiotika dan Angka penulisan resep sesuai formularium 90 % Farmasi
obat lainnya RS
6. Kesalahan medis (medication Angka tidak terbacanya tulisan resep 2% Farmasi
error) dan Kejadian Nyaris
Cedera (KNC)
7. Anestesi dan penggunaan Angka kelengkapan Assesmen pre anestesi 100% IBS
sedasi
8. Penggunaan darah dan Angka tidak digunakannya darah yang 0% Laboratorium
produk darah diminta
9. Ketersediaan, isi dan Angka kelengkapan pengisian ringkasan 100% Rekam medis
penggunaan catatan medic pulang
10. Pencegahan dan control Angka infeksi jarum infus (Phlebitis) 5‰ PPI
infeksi, surveilans dan
pelaporan
31
Indikator Area Manajemen RSUD Majenang
No Area Indikator Indikator Standar Instalasi/unit
1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan Kejadian ketidaktersediaan obat 0 Farmasi
obat untuk memenuhi kebutuhan pasien dan alkes emergensi di IGD
2. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh Kejadian keterlambatan 0 Rekam Medis
peraturan perundang-undangan Pengiriman Laporan Bulanan
(dipantau oleh sekretariat) DHF Ke Dinkes Kabupaten
32
Indikator Sasaran Keselamatan Pasien RSUD Majenang
No Area Indikator Indikator Standar Instalasi/unit
1. Ketepatan Identifikasi Pasien Kejadian pasien rawat inap tanpa gelang 0 Rawat inap
identitas
2. Peningkatan komunikasi yang Angka ketidaklengkapan konfirmasi 0% Rawat inap
efektif read back process
3. Peningkatan Keamanan Obat Kejadian tidak terpasangnya label high 0 Rawat Inap,
yang Perlu diwaspadai alert pada obat high alert ICU
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Angka ketidaklengkapan formulir 0% IBS
Prosedur, Tepat Pasien Operasi surgical safety checklist
5. Pengurangan Risiko Infeksi Angka kepatuhan hand hygiene dokter 100% PPI
Terkait Pelayanan Kesehatan sebelum melakukan pemeriksaan pasien
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh Angka tidak dilaksanakannya assesmen 0% Rawat Inap
risiko pasien jatuh pasien rawat inap
Clinical Pathway
Merupakan sebuah rencana yang menyediakan secara detail setiap tahap penting dari pelayanan
kesehatan, bagi sebagian besar pasien dengan masalah klinis (diagnosis dan prosedur) tertentu, berikut
dengan hasil yang diharapkan.
Tujuan implementasi Clinical Pathway adalah untuk menstandarisasi proses perawatan klinis,
mengurangi risiko yang muncul dalam proses perawatan, menyediakan perawatan klinis secara
tepat waktu dan efektif dengan sumber daya yang ada secara efisien dan menyediakan perawatan
bermutu dengan menggunakan praktik-praktik yang sudah terbukti
Setiap tahun rumah sakit menetapkan setidaknya 5 (lima) bidang prioritas
Clinical Pathway di RSUD Majenang:
1. Kejang Demam Sederhana
2. TB dengan Hemoptoe
3. Apendicitis Acute Simple
4. Hernia Inguinalis Reponibilis
5. Pre Eklamsi 33
Keselamatan Pasien
Suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih aman, yang terdiri dari : (1)
Assesmen resiko (2) identifikasi pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien (3)
pelporan dan analisis insiden (4) kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta (5)
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Kesalahan Medis (Medical Errors)
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. Dapat terjadi akibat melaksanakan suatu tindakan (commision)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (comission).
Insiden Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident) yaitu setiap kejadian yang tidak disengaja
dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien.
1. Kejadian Sentinel
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Kejadian
sentinel meliputi keadaan sebagai berikut :
a. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya
b. Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan perjalanan
alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya, organ terpotong
c. Kesalahan lokasi, salah prosedur, salah pasien dalam tindakan pembedahan
d. Kejadian penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang
tuanya
34
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Adverse Event)
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindak yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya
atau kondisi pasien.
Contoh:
a. Reaksi tranfusi di rumah sakit
b. Kesalahan obat yang signifikan dan efek obat yang tidak diharapkan
c. Kesalahan medis (medical error) yang menyebabkan kecacatan dan perpanjangan hari rawat
d. Ketidakcocokkan yang besar (major) antara diagnosis pre operasi dan pasca operasi
e. Kejadian tidak diharapkan pada pemberian sedasi moderat dan anestesi
f. Kejadian lain misalnya wabah penyakit infeksi
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) (Near Miss)
Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Insiden yang tidak menyebabkan cedera
pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission). Dapat terjadi karena keberuntungan, pencegahan dan peringanan.
Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian atau bahaya, akan tetapi karena faktor keberuntungan
hal tersebut tidak terjadi. KNC meliputi keadaan sebagai berikut :
Kejadian yang berpotensi menyebabkan cidera yang berkaitan dengan pelayanan kepada pasien
tetapi dapat dihindari / dicegah dan perlu dilaporkan kepada sub komite keselamatan pasien.
Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian / bahaya yang tidak berkaitan langsung dengan
pelayanan kepada pasien tetapi dapat dihindari / dicegah dan perlu dilaporkan kepada tim
keselamatan pasien RSUD tetapi dapat diselesaikan oleh unit terkait.
35
Contoh KNC:
1) Kejadian yang berkaitan dengan administrasi keuangan
2) Kejadian kehilangan barang milik pasien / keluarga pasien
3) Kejadian komplain pasien / keluarga pasien
4) Penulisan resep tidak terbaca
5) Informasi yang terlewat saat hand over shift
6) Pemberian obat kontra indikasi tetapi tidak muncul reaksi obat
7) Obat overdosis lethal yang akan diberikan, tapi staf lain tahu & membatalkan sebelum obat diberikan
8) Kejadian kesalahan penulisan resep obat setelah telaah yang berdampak adverse effect
9) Kejadian kesalahan golongan darah dan jenis darah
4. Kejadian Tidak Cedera
Kejadian Tidak Cidera merupakan insiden yang sudah terpapar kepada pasien tapi tidak menimbulkan cedera.
Beberapa diantaranya yaitu adalah:
a. Obat overdosis lethal sudah diberikan, tapi diketahui secara dini lalu diberikan anti dotum
b. Pasien jatuh, tidak cedera
c. Tanpa skin tes, tidak alergi obat
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC)
Adalah Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera tetapi belum terjadi insiden.
Apabila terjadi suatu insiden, maka petugas diwajibkan segera menindak lanjuti untuk
mengurangi dampak/akibat yang tidak diharapkan. Laporkan semua kejadian, termasuk yang
nyaris terjadi, sesegera mungkin dengan membuat laporan ada form pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien
36
Alur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
37
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit merupakan
tanggung jawab bersama, sedangkan pengawasan dilakukan oleh Tim PPI. Program PPI adalah upaya
memutus siklus penularan penyakit dan melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan.
Cuci Tangan
Ada 2 macam cuci tangan:
1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir (Hand Wash),
durasi 40 sd 60 detik,
2. Cuci tangan dengan menggunakan cairan berbasis alkohol (Hand Rub),
Durasi 20 sd 30 detik. Kecepatan: 100 X/menit
Praktek 6 Langkah Cuci Tangan
38
Cuci Tangan Dengan Sabun dan Air Mengalir
39
Cuci Tangan Dengan Antiseptik Berbasis Alkohol
40
Algoritma Penggunaan Sarung Tangan
Indikasi untuk mencuci tangan lainnya:
Segera setelah masuk di Rumah Sakit
Sebelum makan
Setelah dari kamar kecil
Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan
Sebelum meninggalkan Rumah Sakit
Jenis-Jenis APD:
- Sarung Tangan; sarung tangan steril, sarung tangan bersih, sarung tangan rumah tangga.
- Masker; Masker bedah dan masker respiratori(N95) , harus menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu,
dan rambut pada wajah,
- Alat pelindung mata : kacamata bening, kacamata pengaman, pelindung wajah, visor
- Topi, penutup kepala
- Gaun pelindung; Apron, celemek
- Pelindung kaki/sepatu
Catatan;
Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai hand scoon
Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai tindakan, untuk menghindari kontaminasi terhadap;
lingkungan, pasien dan petugas
Pilih APD sesuai dengan indikasi, perkiraan resiko terjadinya paparan
Area/unit resiko tinggi memakai APD lengkap, seperti; ruang HD, Laundry, Rg. dekontaminasi ,CSSD, VK,
IPJ.
41
42
Etika Batuk dan Bersin:
Dekontaminasi Peralatan
Tutup hidung dan mulut dengan tisu /sapu tangan, atau lengan dalam baju. Segera buang tisu yang telah
terpakai ke adalam tempat sampah. Jangan menutup mulut dan hidung dengan tangan langsung.
Lakukan cuci tangan, Hand.Wash / Hand. Rub
Gunakan masker jika sedang sakit atau ada yang sakit di sekitar Anda
Tidak sembarangan membuang dahak atau ludah setelah batuk
Pengelolaan Linen:
Linen kotor tidak infeksius dimasukkan dalam kantong plastik hitam, untuk linen kotor infeksius
(terkontaminasi cairan tubuh ) dimasukkan ke kantong plastik kuning, tersimpan dalam wadah /ember
tertutup.
Jangan mengkibas-kibaskan linen kotor untuk menghindari kontaminasi udara
Semua bahan pada linen kotor (misalnya feses) harus dihilangkan (buang ke dalam toilet).
Penanganan limbah/sampah
Untuk pelaksanaan
Jenis-jenis dekontaminasi
tempat peralatan
pembuangan KRITIKAL dan SEMI KRITIKAL dilakukan di CSSD.
sampah:
Plastik terkena
Penanganan kuningPajanan
untuk Jarum
sampah : infeksius, patologi, anatomi (spt; kassa perban, kapas, hand scoon, masker habis
pakai,
Segerajaringan,
swab lukadll)
tusuk dengan alkohol
Cuci luka
Plastik dengan
hitam sabunsampah
untuk antiseptik dan air
biasa mengalir
(kertas, pembungkus makanan, plastik pembungkus & plabot cairan, dll)
Luka jangan
Plastik ungu dipencet
untuk bahan yang terkontaminasi pada pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi
Lapor kepada
Safety box untuk kepala ruang dan
limbah bendaTimtajam
PPI (jarum suntik, jarum infus, pisau, silet, ampul obat, dll)
43
44
Penanganan Tumpahan Cairan Tubuh/Infeksius:
1. Siapkan Spill Kit
2. Pasang tanda/ lokalisir di area tumpahan
3. Siapkan kantong plastik warna kuning
4. Cuci tangan
5. Pakai APD lengkap; apron, masker, kacamata, sarung tangan rumah tangga.
6. Siram tumpahan infeksius dengan cairan klorin 0,5 % dengan perlahan dan hati-hati.
7. Tutup dengan kain penyerap/under pad
8. Tunggu sd 10 menit
9. Bersihkan luka dengan kain under pad dan penjepit, masukkan ke kantong dalam kuning, ikat rapat.
10. Lepaskan APD
11. Bersihkan area tumpahan dengan lap pel dan deterjen.
12. Cuci tangan
45
Bundle ISK (Infeksi Saluran Kencing) :
Alur
KajiLuka Tusuk Jarum
kebutuhan
Kebersihan tangan
Tehnik insersi
Catheter Maintenance/pemeliharaan kateter
Catheter Care/perawatan kateter
Pelepasan kateter
CATATAN LAINNYA:
Pakai APD sesuai indikasi,
- Jangan pakai sarung tangan Cuma sebelah/ satu tangan saja
- Pemakaian sarung tangan satu pasang sarung tangan untuk satu pasien
- Lepas APD setelah tindakan selesai.
- APD tidak boleh dibawa keluar ruangan
- Tidak boleh menggantungkan masker di leher
Dekontaminasi ruang perawatan pasien
Bersihkan permukaan tempat tidur dan meja dengan cairan desinfektan (Klorin 0,5 % atau alkohol 70 %, setiap pasien
pulang.
Urin bag, kantong/botol drain, dan selang tidak boleh menyentuh lantai.
- Urinbag tidak boleh diletakkan di atas t. Tidur.
Pembuangan cairan tubuh infeksius(darah, pus, cairan WSD) di toilet spoelhock (terhubung sal. IPAL), kmd
disiram/dibilas dengan cairan desinfektan / klorin 0,5 %
46
47
Alur Pengelolaan Instrumen Kotor
48
Alur Pengelolan Linen Laundry
49
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan ( MFK )
Yang Perlu Di Ingat :
Kode Bencana ( Disaster Code)
1. Code Red : Kejadian Kebakaran
2. Code Blue : Kejadian Kedaruratan /Rjp
3. Code Pink : Kejadian Pencurian Bayi
4. Code Black : Kejadian Ledakan Bom
5. Code Grey : Kejadian Bencana Alam
Warna Apd (Helm) Untuk Kejadian Kebakaran
1. Helm Merah : Petugas Pemadaman Kebakaran
2. Helm Kuning : Petugas Evakuasi
3. Helm Biru : Petugas Penyelamatan Dokumen
4. Helm Putih : Petugas Penyelamatan Alat Kesehatan
Catatan : Tiap Ruangan Sudah Ada Tempat Helm Dan Daftar Piket Petugas, Mohon Untuk
Diisi Daftar Piket Petugas Spo/ Cara Menggunakan Alat Untuk Dipasang Didekat Alat
Kebakaran :
Apabila Melihat Kebakaran Di Rumah Sakit, Segera Melakukan Tindakan :
1. Hubungi /Telepon Nomor “888” Laporkan Code Red
(Terjadi Kebakaran Dibagian/Ruang Mana ?)
2. Lakukan Usaha Pemadaman Api Dengan Apar* Terdekat
3. Cara Mengunakan Apar Dengan Pass
4. Bantu Evakuasi Pasien Dan Selamatkan Diri Melalui Jalur Evakuasi Ke Titik Kumpul
5. Kenali Titik Kumpul Terdekat Anda
Jangan Dilakukan ?
1. Meninggalkan Peralatan Sudah Tidak Dipakai Dalam Keadaan Menyala/Hidup (Komputer, Ac,
Lampu, Dll)
2. Menghalangi/ Menutup Jalan Keluar / Emergency Exit, Hidrant, Apar Dengan Barang/Benda
Apapun;
4. Cuci tangan
5. Pakai APD lengkap; apron, masker, kacamata, sarung tangan rumah tangga.
6. - Taburkan pasir absorben pada tumpahan B3 cair dengan perlahan dan hati-hati, tunggu sd
-, cairan terserap pasir, kmd bersihkan pasir dengan serok dan sapu kecil, masukkan ke dalam
51
Prosedure Keamanan (Security Procedure);
1. Semua Pegawai, Penunggu Pasien Dan Tamu Harus Memakai Tanda Pengenal Yang Sah / Dari
Rsud Majenang Disaat Berada Dilingkungan Rsud Majenang;
2. Laporkan Pada Petugas Keamanan Atau Telp. 888 Jika Melihat “ Orang Dan Atau Barang-Barang
Yang Mencurigakan”;
TKK
Tempat Kejadian Informasi Satpam Bagian Umum Direktur
Kebakaran Telp No 888
Mengumumkan
terjadi Code Red
Di ruang petugas
piket sesuai Damkar
tugasnya bergegas
ke TKK
Lapor/telepon
52
Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
Kredensial Keperawatan
1. Perawat atau bidan yang sudah diterima sebagai Pegawai di RSUD Majenang, mengajukan
permohonan kredensial kepada Komite keperawatan melalui Kepala Ruang untuk dilakukan
verifikasi
2. Pemohon dan atau Kepala Ruang menyerahkan dokumen kredensial kepada sekretaris Komite
Keperawatan
3. Ketua Komite Keperawatan menugaskan Ketua Sub Komite Kredensial untuk melakukan kredensial
pada tenaga keperawatan tersebut
4. Sub Komite Kredensial menyususn jadwal kredensialing
5. Ketua Sub komite Kredensial bersama mitra bestari keperawatan melakukan proses kredensial
keperawatan
6. Sub Komite Kredensial bersama mitra bestari melakukan review, verifikasi dan evaluasi dokumen
atau portofolio kredensial
7. Sub Komite Kredensial bersama mitra bestari keperawatan membuat rekomendasi hasil (keputusan)
kredensial untuk selanjutnya diserahkan kepada Sekretaris Komite Keperawatan.
8. Sekretaris Komite Kemite Keperawatan menginformasikan hasil kredensialing kepada pemohon.
9. Sub Komite Kredensial membuat laporan seluruh proses kredensial kepada Ketua Komite
Keperawatan untuk diteruskan kepada Direktur RSUD Majenang sebagai rekomendasi
dterbitkannya SPK RKK.
10. Direktur RSUD Majenang menerbitkan Surat Penugasan Klinis dan Rincian Kewenangan Kilinis
(SPK-RKK)
11. Pemohon menerima SPK RKK
53
Alur Proses Kredensial dan Re-Kredensial Bagi Perawat dan Bidan
KEPALA RUANGAN
ACC
1. Permohonan
PEMOHON 2. Ijajah Perawat
3. STR menyerahkan dokumen
Perawat 4. SIP ke
5. Hasil Assesmen kompetensi SEKRETARIS KOM.WAT
(sertifikat)
6. Sertifikat PELATIHAN/CPD
7. Log Book
PROSES
SEKERTARIS KOMITE KREDENSIALING
mengimformasikan hasil (Rapat Adhoc)
ke Perawat pemohon KOMITE & MITRA
BESTARI
PERAWAT
Menerima SPKK , RKK 54
ALUR PELAKSANAAN PENERIMAAN PEGAWAI NON PNS BLUD RSUD MAJENANG
ALUR Kredensial Komite Medik
KETERANGAN :
1. Pelamar menyerahkan surat lamaran di Sub Bagian Umum dan Kepegawaian RSUD
Majenang;
2. Petugas / Tim melakukan seleksi administrasi berkas lamaran;
3. Berkas yang dinyatakan lolos dipanggil oleh tim untuk dilakukan test tertulis dan tes
wawancara;
4. Peserta yang lulus tes di lakukan kredensial (khusus untuk tenaga fungsional tertentu);
5. Peserta melaksanakan orientasi/ percobaan masa kerja
6. Penanda tanganan kontrak kerja dan Pakta Integritas;
7. Penetapan Surat Keputusan Direktur menjadi Tenaga Kontrak RSUD Majenang.
55
56
Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
ALUR Kredensial Komite Penunjang
Penyelenggaraan Rekam Medis
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
medis.
2. Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.
3. Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
4. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan
dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberi pelayanan kesehatan secara
langsung.
5. Dalam hal terjadi kesalahan penulisan pada rekam medis dapat dilakukan pembetulan.
6. Pembetulan hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang
dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
bersangkutan.
7. Dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan atau
dokumen yang dibuat pada rekam medis.
57
Tips Umum Saat Penilaian Survei Akreditasi
Yang dimaksud dengan peneliti adalah:
• Dokter yang mengikuti pendidikan spesialis
• Dokter spesialis
• Mahasiswa D3 Rekam Medis yang telah disumpah menurut peraturan
• Mahasiswa lain yang telah disumpah menurut peraturan
• Peneliti lain yang telah disumpah menurut peraturan:
1. Verifikator Internal, verifikator independent dan petugas administrasi klaim harus
mengangkat sumpah menurut peraturan sebelum menjalankan tugasnya
2. Mahasiswa kedokteran dan mahasiswa kesehatan lainnya dapat mengakses berkas
rekam medis setelah disumpah menurut peraturan
58
A. Lakukan (Do’s) Selama Survey Berlangsung
C. Hak Surveyor
1. Selalu siap untuk
1. Berbicara ditanya
dengan ataupersonel
semua dilakukan penilaian
dan Dokter. apapun. Sambutlan Surveyor dengan
ramah dan senyum. tentang Kebijakan dan atau permasalahan.
2. Mendiskusikan
2. Percaya diri, ramah,
3. Melakukan dan tenang.
observasi pelaksanaan prosedur dan memastikan bagaimana personel peduli
3. Jawablah hanya apa yang ditanya
dan berkomunikasi dengan pasien dan apa
danyang anda ketahui. Anda tidak harus tahu
keluarganya.
segalanya. Gunakan
4. Meninjau pasienSPO
dariyang ada sebagai dasar untuk menjawab.
dekat.
4. Cari
5. konfirmasi kepadayang
Menemui pasien orang yang tepat
diijinkan jikadiwawancarai.
untuk anda tidak tahu.
6. anda
5. Jika Mereka mungkin
tidak akan memberikan
yakin dalam bertanya tentang bagaimana
jawaban, tindakan
Anda dapat yang dilakukan
membuka dan
catatan, dokumen,
pelayanannya.
file atau tanyakan kepada Atasan Anda (Kepala Ruang, Koordinator, Kepala Instalasi) atau
mencari sumber-sumber informasi Rumah Sakit.
6. Ketika memberikan laporan kepada Surveyor, pastikan laporan atau dokumentasi tersebut
benar dan memadai.
59
7. Ingat bahwa Surveyor itu ada disini untuk membantu kita.
Terima Kasih
60