Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS

“KOMA DIABETIKUM”

Dosen pengampuh : Dr.Hotma Rumahoba.,SKp.,M.Epid

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
PUTRI AGESTI (020)
INTAN PERMATA SARI (023)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM
yang menyita banyak perhatian adalah Diabetes Melitus (DM). Diabetes adalah
penyakit ganggguan metabolisme glukosa dimana tubuh gagal atau kurang baik
dalam mengontrol glukosa yang masuk dari makanan, sehingga kadar gula
darah tinggi (Aji,2013).
Penyakit diabetes disebabkan oleh produksi hormon insulin yang
kurang karena ketidakmampuan organ pankreas memproduksinya dengan baik.
Maka, kadar gula (glukosa) di dalam darah akan meningkat dan tidak
terkendali. Kadar gula darah yang tinggi terus menerus akan meracuni tubuh
termasuk organ-organ lainnya (Helmawati,2014). Penyakit diabetes terdiri dari
2 tipe, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan diabetes tipe 2 (tidak
tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang biasa
disebut diabetes gestasional (Khotimah,2014).
Jika Diabetes melitus tidak segera ditangani, akan menimbulkan
berbagai komplikasi organ tubuh seperti ginjal,mata,jantung, dan ekstermitas
serta dapat menyebabkan kematian (Aji,2013). Global status report on NCD
World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60%
penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. DM menduduki
peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal
akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun.
Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab
kematian dunia. Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030
akan memiliki penyandang DM (diabetes melitus) sebanyak 21,3 juta jiwa.
sekitar 422 juta orang penyandang diabetes  seluruh dunia atau 8,5% dari
penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan Diabetes tidak tahu bahwa dia
penyandang Diabetes. Oleh karena itu, sering ditemukan penderita Diabetes
pada tahap  lanjut dengan  komplikasi seperti; serangan jantung, stroke, infeksi
kaki yang berat dan berisiko  amputasi, serta  gagal ginjal stadium akhir
(Depkes,2016).
Data Riskesdas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
Diabetes di Indonesia dari 5,7%  tahun 2007 menjadi 6,9%  atau sekitar  sekitar
9,1 juta pada tahun 2013.
Data International Diabetes Federation tahun  2015  menyatakan jumlah
estimasi penyandang Diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta.
Seperti kondisi di dunia, Diabetes kini menjadi salah satu penyebab kematian
terbesar di Indonesia.  Data Sample Registration Survey tahun  2014
menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3
di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke (21,1%) dan
penyakit Jantung Koroner (12,9%). Bila tak ditanggulangi, Kondisi ini dapat
menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitias,  dan  kematian dini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu koma diabetikum?
2. Bagaimana Etiologi dari koma diabetikum?
3. Apa saja manifestasi klinis dari koma diabetikum?
4. Apa saja faktor risiko dari koma diabetikum?
5. Apa saja tes laboratoriom dari koma diabetikum?
6. Apa saja komplikasi dari koma diabetikum?
7. Bagaimana penatalaksanaan pasien koma diabetikum?
8. Apa saja tindakkan terapi yang harus dilakukan pada pasien koma
diabetikum?
9. Bagaimana penanganan terhadap pasien koma diabetikum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu koma diabetikum
2. Untuk mengetahui etiologi dari koma diabetikum
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari koma diabetikum
4. Untuk mengetahui faktor risiko dari koma diabetikum
5. Untuk mengetahui tes laboratoriom dari koma diabetikum
6. Untuk mengetahui komplikasi dari koma diabetikum
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien koma diabetikum
8. Untuk mengetahui tindakkan terapi yang harus dilakukan pada pasien koma
diabetikum
9. Untuk mengetahui penanganan terhadap pasien koma diabetikum
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
1. Definisi Koma Diabetikum
Koma diabetes merupakan kondisi dimana penderita diabetes
kehilangan kesadaran. Koma diabetes terjadi ketika kadar gula darah
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Sel-sel di dalam tubuh membutuhkan
glukosa atau gula agar dapat memiliki energi dan bisa menjalankan
fungsinya. Namun, kadar gula darah tinggi atau hiperglikemia maupun
kadar gula darah rendah atau hipoglikemia bisa membuat penderita
kehilangan kesadaran dan koma.
Kondisi koma juga bisa terjadi akibat ketoasidosis diabetik (DKA).
DKA merupakan penumpukan zat kimia yang disebut keton, di dalam
darah. Semua kondisi ini dapat dialami penderita diabetes tipe 1 maupun
tipe 2. 

2. Definisi tingkat kesadaran


Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat
reaksi pasien yang wajar terhadap stimulus visual, auditor maupun taktil.
Seseorang yang sadar dapat tertidur, tapi segera terbangun bila dirangsang.
Bila perlu, tingkat kesadaran dapat diperiksa dengan memberikan rangsang
nyeri.
Tingkat Kesadaran
1. Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan baik.
2. Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya.
3. Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan
siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi dan meronta-ronta.
4. Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk
yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila dirangsang
berhenti, pasien akan tertidur kembali.
5. Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih
dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri,
tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan
jawaban verbal yang baik.
6. Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respon terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat
dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik.
Respon terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.
7. Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan
spontan dan tidak ada respon terhadap rangsang nyeri.

B. ETIOLOGI
Kadar gula darah ekstrim yang berkepanjangan (gula darah yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah dalam jangka lama) dapat menyebabkan koma
diabetikum.
Berikut adalah beberapa penyebab koma diabetikum:
1. Ketoasidosis diabetikum (diabetic ketoacidosis)
Saat sel-sel otot membutuhkan energi, tubuh akan merespon dengan
memecah timbunan lemak. Proses ini membentuk asam beracun yang
dikenal sebagai keton. Jika tidak diobati, ketoasidosis bisa menyebabkan
koma diabetikum. Ketoasidosis diabetikum paling umum terjadi pada orang
yang memiliki diabetes tipe-1, tetapi juga dapat memengaruhi orang-orang
yang memiliki diabetes tipe-2 atau gestational diabetes.
2. Sindrom hiperosmolar diabetikum (diabetic hyperosmolar syndrome)
Saat kadar gula darah puncak terukur sebesar 600 mg/dL atau 33
mmol/L, kondisi ini dikenal sebagai sindrom hiperosmolar diabetikum.
Ketika gula darah mencapai level ini, darah menjadi kental dan manis.
Kelebihan gula lantas dibuang ke dalam air seni yang memicu pembuangan
jumlah besar cairan dari tubuh. Jika tidak ditangani, sindrom hiperosmolar
diabetes dapat menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan koma. Sindrom
hiperosmolar diabetikum umum terjadi pada penderita paruh baya yang
memiliki diabetes tipe-2.
3. Hipoglikemia
Otak perlu glukosa untuk berfungsi normal. Level gula darah yang
rendah dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Hipoglikemia dapat
disebabkan karena kadar insulin terlalu tinggi atau terlalu sedikit makan.
Berolahraga terlalu keras atau minum alkohol terlalu banyak dapat pula
menjadi penyebab.

C. PATHWAY
D. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang bisa mengarah ke koma
diabetes, yaitu :
 Hipoglikemia, ditandai gejala sakit kepala, kelelahan hebat, pusing,
tubuh bergetar, kebingungan, palpitasi jantung.
 Hiperglikemia, ditandai merasa haus berlebihan, selalu ingin buang air
kecil, jika dilakukan tes darah hasilnya menunjukkan kadar gula darah
yang tinggi di aliran darah. Tes urin juga bisa menunjukkan tingginya
kadar gula darah.
 DKA. Gejalanya meliputi rasa haus yang berlebihan dan keinginan untuk
terus buang air kecil. Gejala lainnya adalah rasa lelah, sakit perut, serta
kulit kering dan memerah.
Koma diabetes merupakan kondisi yang sangat berbahaya, dan bisa
menyebabkan kerusakan otak, jika tidak segera ditangani. 

E. FAKTOR RISIKO
Pada kasus koma diabetikum, baik pada panderita diabetes tipe 1 mau
diabetes tipe 2 memiliki faktor risiko terhadap terjadinya koma diabetikum,
pada penderita diabetes tipe 1 faktor risiko terjadi koma diabetikum dapat
disebabkan oleh :
 Gula darah rendah (hypoglycemia)
 Diabetic ketoacidosis
Sedangkan pada penderita diabetes tipe 2, faktor risiko terjadi koma
diabetikum dapat disebabkan oleh :
 Diabetic hyperosmolar syndrome
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko koma diabetikum,
antara lain:
 Masalah pada Insulin. kurangnya insulin cepat dapat menyebabkan
ketoasidosis diabetes yang dapat berisiko terjadinya koma diabetikum.
 Suatu penyakit, trauma atau operasi. Kondisi medis ini dapat menyebabkan
memicu terjadinya ketoasidosis sehingga dapat beresiko terjadinya koma
diabetikum. Kondisi medis lainnya, seperti gagal jantung kongestif atau
penyakit ginjal, dapat meningkatkan risiko sindrom hiperosmolar diabetes.
 Manajemen diabetes yang kurang baik akan berdampak pada risiko jangka
panjang seperti terkena komplikasi selain itu dapat memiliki risiko yang
lebih tinggi terjadinya koma diabetikum.
 Deliberately skipping insulin. Terkadang pada penderita diabetes yang
memiliki gangguan makan, memilih untuk tidak menggunakan insulin
mereka sebagai diarahkan dengan harapan menurunkan berat badan. Hal ini
dapat berakibat mengancam jiwa dengan meningkatkan risiko diabetes
koma.
 Minum alkohol. Alkohol memiliki efek yang tak terduga pada gula darah,
terkadang dapat menurunkan kadar gula darah selama satu atau dua hari
setelah alkohol tersebut dikonsumsi. Hal ini dapat meningkatkan resiko dari
koma diabetes yang disebabkan oleh hipoglikemia.
 Illegal drug use. Obatan ilegal, seperti kokain dan ekstasi, dapat
meningkatkan risiko berat kadar gula darah tinggi, serta resiko diabetes
koma.

F. TES LABORATORIUM KOMA DIABETIKUM


Pasien yang memiliki risiko mengalami koma diabetikum (diabetic
coma) perlu mendapatkan diagnosa yang tepat. Pasien koma diabetikum perlu
menjalani berbagai tes laboratorium untuk mengukur :
 Tingkat gula darah
 Tingkat keton
 Jumlah nitrogen atau kreatinin dalam darah
 Jumlah kalium, fosfat, dan natrium dalam darah

G. KOMPLIKASI
Jika tidak diobati, koma diabetikum dapat mengakibatkan :
 Permanent brain damage
 Kematian

H. PENATALAKSANAAN PASIEN KOMA DIABETIKUM


Penatalaksaan pada pasien koma diabetikum adalah mengembalikan
kadar gula darah ke normal, serta mengembalikan kesadaran penderita
diabetes dengan cepat. Penanganan cepat adalah kunci pengobatan koma
diabetes.  
1. Terapi harus dimulai dengan segera jika diagnosis telah pasti.
2. Ambil darah untuk pemeriksaan cito parameter yang diatas.
3. Pasang infus lini,  lebih baik juga digunakan dengan kateter vena (jika
tersedia) untuk mengukur tekanan vena sentral untuk memudahkan
pemberian cairan dan terapi lainnya.
4. Gunakan lembar tindakan Khusus Semua tindakan, hasil test urine dan
laboratorium lainnya, masukkan cairan, curah urine, dan tanda-tanda vital
dan perkembangan pasien harus dicatat  oleh perawat secara kronologis
dalam lembar tindakan khusus tersebut.
5. Hindari kateterisasi jika tidak sangat diperlukan. Jika diperlukan gunakan
satu kateter saja. Jika terpaksa digunakan kateter dauer, maka berikan
antibiotik urinari.
6. Pasang NGT (nasogastrik tube), jika pasien koma dan kembung.
7. Periksa pasien lebih lanjut untuk mencari kemungkinan adanya penyakit
pencetus jika terapi ketoasidosis diabetik telah dilakukan dengan baik.
8. Hitung Osmolalitas Serum dan Anion Gap dengan rumus
OSM efektif = [2 x Na terukur (mEq/l)] + [KGD (mg/dl)/18] ]
Anion Gap = [(Na terkoreksi +K) + (Cl+HCO3) – 17] mEq/l.

I. TINDAKAN TERAPI
 Atasi dehidrasi dengan pemberian cairan NaCl 0,9% atau 0,45%  jika
osmolalitas serum tinggi
 30 menit pertama sebanyak 1000 ml (250 tetes/menit)
 30 menit kedua sampai keempat  sebanyak 500 ml/30 menit.,
 Jam ketiga dan keempat 500 ml/jam.
 dokter jaga harus menilai keadaan klinis pasien untuk menentukan jumlah
dan kecepatan tetesan cairan yang diperlukan pasien.
 Atasi asidosis metabolik dengan gangguan keseimbangan elektrolit yang
ditemukan
 Jika pH darah < 7,00, hipotensi, atau keadaan pasien sakit berat, berikan
bikarbonat: satu ampul meylon (50 mEq/l) masukkan ke dalam 100 ml
NaCl 0,45% IV sampai pH darah mencapai 7,00. Selanjutnya 1 ampul
Meylon 1000 ml NaCl 0,45% diberikan perlahan-lahan sampai pH
mencapai 7,2 atau lebih. Kemudian kecepatan tetesan diturunkan.
 Pantau pernafasan Kussmaul: menghilang jika asidosis teratasi.
 Perhatikan kemungkinan terjadinya edema otak (kesadaran membaik,
kemudian mundur lagi)
 Berikan insulin reguler atau Actrapid atau Humulin netral (insulin jernih).
 Dosis awal 20 Unit atau 0,3 U/kg BB. IV atau IM (tidak boleh jika pasien
hipotensi).
 Berikan [50 U + NaCl 0,9%] dengan tetesan 12 – 14 tetes per menit
 Pantau KGD setiap jam: jika KGD mencapai 250 mg.dl stop infus insulin
(umumnya pasien mulai sadar)
 Pantau pH atau kadar bikarbonat serum, dan kadar  K + setiap 2 jam.
 Laporkan hasil dan perkembangan penyakit pasien kepada dokter jaga.
 Berikan antibiotik yang sesuai, jika ada kecurigaan terhadap infeksi
sebagai pencetus terjadinya koma ketoasidosis diabetik.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan data
Anamnese didapat :
a. Identifikasi klien
b. Keluhan utama klien :
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu :
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat psikososial
2) Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda : Lapar udara, batuk
dengan/tanpa sputum purulen Frekuensi pernapasan meningkat.
b. B2 (Blood)
- Tachicardi
- Disritmia
c. B3 (Bladder) :
Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri dan anuri
d. B4 (Brain)
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parestesia.
Gangguan penglihatan, tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi,
stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, aktifitas kejang
(tahap lanjut dari DKA)
e. B5 (Bowel)
- Distensi abdomen
- Bising usus menurun
f. B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istrahat/tidur.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat
hiperglikema, pengeluaran cairan berlebihan: diare, muntah, pembatasan
intake akibat mual, kacau mental
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik
3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Defisit volume cairan NOC NIC
berhubungan dengan àFluid balance 1. Pertahankan catatan intake
dieresis osmotik akibat àHydration dan output yang akurat
hiperglikema, àNutritional Status : 2. Monitor status hidrasi
pengeluaran cairan Food and Fluid Intake (kelembaban membran
berlebihan: diare, Kriteria Hasil : mukosa, nadi adekuat,
muntah, pembatasan - Mempertahankan tekanan darah ortostatik),
intake akibat mual, urine output sesuai jika diperlukan
kacau mental dengan usia dan BB, BJ 3. Monitor vital sign
Batasan Karakteristik : urine normal, HT 4. Monitor masukan makanan /
- Kelemahan normal cairan dan hitung intake
-Penurunan turgor -Tekanan darah, nadi, kalori harian
kulit/lidah, suhu tubuh dalam batas 5. Kolaborasikan pemberian
-Membran normal cairan IV
mukosa/kulit kering -Tidak ada tanda tanda 6. Monitor status nutrisi
-Peningkatan denyut dehidrasi, Elastisitas 7. Berikan cairan IV pada suhu
nadi, penurunan turgor kulit baik, ruangan
tekanan darah, membran mukosa 8. Dorong masukan oral
penurunan lembab, tidak ada rasa 9. Berikan penggantian
volume/tekanan nadi haus yang berlebihan nasogatrik sesuai output
-Temperatur tubuh 10. Dorong keluarga untuk
meningkat membantu pasien makan
11. Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
12. Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
13. Atur kemungkinan tranfusi
14. Persiapan untuk tranfusi
2. Pola nafas tidak efektif NOC : NIC :
berhubungan dengan  Respiratory status : Airway Management
kompensasi asidosis Ventilation 1. Buka jalan nafas, guanakan
metabolikBatasan  Respiratory status : teknik chin lift atau jaw
karakteristik Airway patency thrust bila perlu
:-Penurunan tekanan  Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk
inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
-Menggunakan otot - 3. Identifikasi pasien perlunya
pernafasan tambahan Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas
-Dyspnea batuk efektif dan buatan
-Orthopnea suara nafas yang 4. Pasang mayo bila perlu
-Kedalaman bersih, tidak ada 5. Lakukan fisioterapi dada jika
pernafasan sianosis dan perlu
dyspneu (mampu 6. Keluarkan sekret dengan
mengeluarkan batuk atau suction
sputum, mampu 7. Auskultasi suara nafas, catat
bernafas dengan adanya suara tambahan
mudah, tidak ada 8. Lakukan suction pada mayo
pursed lips) 9. Berikan bronkodilator bila
- Menunjukkan jalan perlu
nafas yang paten 10. Berikan pelembab udara
(klien tidak merasa Kassa basah NaCl Lembab
tercekik, irama 11. Atur intake untuk cairan
nafas, frekuensi mengoptimalkan
pernafasan dalam keseimbangan.
rentang normal, 12. Monitor respirasi dan
tidak ada suara nafas status O2
abnormal)
- Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
3. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi : kurang dari  Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan food and Fluid 1. Kaji
berhubungan dengan Intake adanya alergi makanan
ketidak cukupan  Nutritional Status : 2.
insulin, penurunan nutrient Intake Kolaborasi dengan ahli gizi
masukan oral, status Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah
hipermetabolisme -Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
Batasan karakteristik : berat badan sesuai dibutuhkan pasien.
-Berat badan 20 % dengan tujuan 3. Anjurkan
atau lebih di bawah -Berat badan ideal pasien untuk meningkatkan
Ideal sesuai dengan tinggi intake Fe
-Membran mukosa badan 4. Anjurkan
dan konjungtiva pucat -Mampu pasien untuk meningkatkan
-Kelemahan otot yang mengidentifikasi protein dan vitamin C
digunakan untuk kebutuhan nutrisi 5. Berikan
menelan/mengunyah -Tidak ada tanda tanda substansi gula
-Tonus otot jelek malnutrisi- 6. Yakinkan
Menunjukkan diet yang dimakan
peningkatan fungsi mengandung tinggi serat
pengecapan dari untuk mencegah konstipasi
menelan 7. Berikan
-Tidak terjadi makanan yang terpilih (sudah
penurunan berat badan dikonsultasikan dengan ahli
yang berarti gizi)
8. Ajarkan
pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
9. Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
10. Berikan
informasi tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji
kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

IV. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan
pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi)
dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan
daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh,
pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis
serta mengupayakan rasa aman, nyaman , dan keselamatan pasien.

V. EVALUASI
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Koma diabetikum merupakan komplikasi diabetes yang menyebabkan
ketidaksadaran dan dapat mengancam jiwa. Penderita diabetes yang memiliki
kadar gula darah sangat tinggi (hiperglikemia) atau gula darah sangat rendah
(hipoglikemia) bisa mengalami koma diabetikum. Selain itu, Kondisi koma juga
bisa terjadi akibat dari ketoasidosis diabetik (DKA).
Oleh karena itu, diperlukannya penatalaksaan serta tindakkan yang tepat
terhadap pasien koma diabetikum, salah satunya yaitu dengan mengembalikan
kadar gula darah ke normal, serta mengembalikan kesadaran penderita diabetes
dengan cepat. Penanganan cepat adalah kunci pengobatan koma diabetes.  
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizaeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic coma .


http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au.

Gotera W, Budiyasa DGA. Penatalaksanaan Koma Diabetik . J Peny Dalam. 2011; 11


(2) : 126-138

Kitabchi AE, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher Jn. Hyperglycemic crises in adult
patient with diabetes. Diabetes Care. 2009; 32(7) : 1335-1343

Marilynn E, Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. jakarta:


EGC
Mansjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selakta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Moorhead, S.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of Health


ͪ dition. Missouri : Elseiver Saunder
Outcomes. 5 ͭ E

Nanda Internasional.2015. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017


(10 ͭ ͪEd). Jakarta : EGC

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2015.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-


ProsesPenyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC

Sudoyo, Aru. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4,Jjilid III. Jakarta:
FKUI

Anda mungkin juga menyukai