Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

PENGARUH PEMBERIAN ISOMETRIC HANDGRIP EXERCISE


TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABUAPI

OLEH
BAIQ DWI FITRA SULISTYA
173STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan kondisi seseorang memiliki tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih

dari 90 mmHg. Hipertensi menjadi salah satu penyakit yang berbahaya

karena hipertensi merupakan factor risiko yang mengarah kepada

penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung,

stroke, gagal ginjal bahkan berujung pada kematian (Yuliaji Siswanto,

2021 dalam Irdaniati, 2022).

Word Health Organization (WHO) tahun 2019 menunjukkan

bahwa diperkirakan sebanyak 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79

tahun diseluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua

pertiga) tinggal di negara dengan penghasilan rendah dan menengah

(Musa, 2021). Word Health Organization (WHO) mengestimasi saat ini

pravelensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total jumlah

penduduk dunia. Pravelensi Hipertensi tertinggi sebesar 27% terdapat

di 2 Wilayah Afrika dan Asia Tenggara berada pada posisi ke-3

dengan pravelensi sebesar 25% dari keseluruhan total penduduk

(WHO, 2019).

Berdasarkan hasil Riskesdas terbaru tahun 2018, prevalensi

kejadian hipertensi sebesar 34.1%. Angka ini meningkat cukup tinggi

dibandingkan hasil RISKESDAS tahun 2013. Dan dari riset yang

terbaru pada tahun 2018 mengalami peningkatan yang cukup


signifikan menjadi 13.2% pada usia 18-24 tahun, 20,1% di usia 25-34

tahun, dan 31,6% pada kelompok usia 25-44 tahun. Berdasarkan data-

data yang diperoleh menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia

menempati urutan pertama jenis penyakit kronis tidak menular yang

dialami pada kelompok usia dewasa, yaitu sebesar 26,5%.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat

(NTB) tahun 2019 menunjukkan penyakit yang menempati peringkat

kedua terbanyak di Provinsi NTB adalah hipertensi. Tercatat pasien

hipertensi yang berusia ≥15 tahun di Provinsi NTB tahun 2021

sebanyak 146,053 jiwa. Prevalensi hipertensi di Provinsi NTB dengan

tingkat kejadian tertinggi ada di Lombok Tengah yaitu sebanyak

58.136 jiwa kemudian diikuti oleh Lombok Barat sebanyak 34.928 jiwa,

Lombok Timur 20.112 jiwa, Bima sebanyak 8.884 jiwa, Lombok Utara

8.069 jiwa, Kota Bima sebanyak 7.776 jiwa, Dompu sebanyak 3.681,

Sumbawa Barat 1.961, Kota Mataram sebanyak 2.889 jiwa dan yang

terendah ada di Sumbawa yaitu sebanyak 1.018 jiwa (Dinas

Kesehatan Provinsi NTB, 2020).

Data Dinas Kesehatan Lombok Barat tahun 2018 tercatat

jumlah penderita hipertensi sebanyak 25.851 orang (DIKES Lombok

Barat, 2018). Data kunjungan hipertensi menempati peringkat keenam

dari 10 penyakit tertinggi di Puskesmas Labuapi (Profil Puskesmas

Labuapi, 2022).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan

perawat Puskesmas Labuapi pada tanggal 18 Oktober 2022 diperoleh


informasi yaitu pernah dilaksanakan penyuluhan (edukasi) dan senam

pada penderita hipertensi. Sementara itu, penanganan hipertensi yang

dilakukan dengan pemberian obat-obatan penurun tekanan darah

masih belum cukup untuk membantu penderita hipertensi dalam

mengendalikan tekanan darah yang meningkat.

Upaya yang sudah dilakukan dari pihak Puskesmas Labuapi

yaitu edukasi untuk mengatur pola makan, tidak merokok, rajin aktifitas

dan tidak mengkonsumsi alcohol, tetapi belum pernah dilakukan

sebelumnya terkait dengan isometric Handgrip Exercise.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sri Choirillaily, 2020)

menunjukkan bahwa setelah dilakukan selama 5 hari dengan 1 kali

intervensi setiap harinya. Setiap intervensi masing-masing tangan

mendapatkan 2 kali kontraksi dengan durasi 45 detik. Gerakan

melepaskan handgrip dilakukan selama 15 detik diantara 2 kontraksi

tangan ada efektivitas terhadap tekanan darah sistolik dan diastolic,

sehingga intervensi Latihan isometric handgrip exercise dapat

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dian Anggriyanti,

2022) menunjukkan bahwa dari uji pairet t-test tekanan darah sebelum

dan sesudah pemberian terapi isometric handgrip exercise dimana

nilai mean 4,034 dengan std.devitiation 1,267 dengan tingkat

kepercayaan 95% yang nilai a 0,05 dari nilai signifikan 2 tiled 0,000

atau 0,000 < 0,05 dengan demikian dapat di simpulkan bahwa adanya

pengaruh pemberian terapi isometric handgrip exercise terhadap


penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Batang Kuis.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Isometric Handgrip Exercise

Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Labuapi Tahun 2022“

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang rumusan

masalah penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pemberian

Isometric Handgrip Exercise terhadap penurunan tekanan darah

pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Labuapi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian Isometric

Handgrip Exercise terhadap tekanan darah pasien hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Labuapi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi

sebelum diberikan Isometric Handgrip Exercise di wilayah

kerja Puskesmas Labuapi.

2. Mengindentifikasi hasil tekanan darah pada pasien

hipertensi sesudah diberikan Isometric Handgrip Exercise di

wilayah kerja Puskesmas Labuapi.


3. Menganalisa pengaruh pemberian Isometric Handgrip

Exercise terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Labuapi.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Pelayanan dan masyarakat

Menjadi masukan bagi institusi pelayanan kesehatan sebagai

bahan pertimbangan dalam memberikan terapi komplementer pada

pasien dengan Hipertensi dan dapat dijadikan salah satu solusi yang

dapat digunakan dalam mengontrol tekanan darah pada penderita

hipertensi dengan memberikan latihan Isometric Handgrip Exercise

dan sebagai terapi komplementer yang mudah untuk dilakukan

secara mandiri.

b. Pendidikan keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan perawat, serta sebagai bahan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian khususnya dalam bidang keperawatan.

c. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam pengaruh pemberian Isometric Handgrip

Excercise terhadap tekanan darah pasien hipertensi.

d. Peneliti Selanjutnya

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap peneliti seputar latihan isometric handgrip exercise yang

berhubungan dengan perubahan tekanan darah pada penderita


hipertensi. Semoga penelitian ini dapat memperkaya penelitian

ilmiah tentang latihan isometric handgrip exercise di Indonesia.

1.5 Ruang lingkup penelitian

Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh


pemberian Latihan Isometric Handgrip Exercise terhadap tekanan
darah pada pasien hipertensi. Penelitian ini akan di laksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Labuapi Lombok Barat.
1.6 Keaslian penelitian

Tabel 1 Keaslian penelitian:

NO JUDUL METODE PENELITIAN HASIL


1. Pengaruh Terapi Penelitian ini menggunakan dari uji pairet t-test
Isometric Handgrip metode kuantitatif bersifat tekanan darah
Exercise terhadap quasi eksperimen dengan sebelum dan sesudah
tekanan darah menggunakan desain pre- pemberian terapi
pada penderita test-post-test dengan jumlah isometric handgrip
hipertensi diwilay sampel 29 orang exercise dimana nilai
kerja Puskesmas mean 4,034 dengan
Batang Kuis std.devitiation 1,267
dengan tingkat
kepercayaan 95%
yang nilai a 0,05 dari
nilai signifikan 2 tiled
0,000 atau 0,000 <
0,05 dengan demikian
dapat di simpulkan
bahwa adanya
pengaruh pemberian
terapi isometric
handgrip exercise
terhadap penurunan
tekanan darah pada
penderita hipertensi di
wilayah kerja
Puskesmas Batang
Kuis.

2. Latihan Penelitian ini menggunakan setelah dilakukan


menggenggam desain penelitian quasi selama 5 hari dengan
alat Handgrip experimental pre dan post 1 kali intervensi setiap
menurunkan test dengan satu kelompok harinya. Setiap
tekanan darah intervensi intervensi masing-
pasien hipertensi masing tangan
mendapatkan 2 kali
kontraksi dengan
durasi 45 detik.
Gerakan melepaskan
handgrip dilakukan
selama 15 detik
diantara 2 kontraksi
tangan ada efektivitas
terhadap tekanan
darah sistolik dan
diastolic, sehingga
intervensi Latihan
isometric handgrip
exercise dapat
menurunkan tekanan
darah pada penderita
hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis

Ketika tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih

meningkat. Kondisi ini dikenal dengan “pembunuh diam-diam”

karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara

mengetahui apakah seseorang itu memiliki hipertensi adalah

dengan melakukan pengukuran tekanan darah (Anies, 2018).

Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah

seseorang di atas normal yang dapat mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan dan angka kematian (Sumartini,

Zulkifli, dan Aditya, 2019).

2.1.2 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi di bedakan menjadi:

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat di

hubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain

penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini

berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika

tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang


menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.

Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis.

Dalam buku (Nanda NIC-NOC, 2015) pada kasus

hipertensi berat gejala yang di alami pasien antara lain:

a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun.

2.1.3 Etiologi

Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya,

hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi

dewasa antara 90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki

penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga

kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013;

Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014). Hipertensi

primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol


dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, factor genetik

mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi

primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung

berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun (Bell,

Twiggs, & Olin, 2015).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan

tekanan darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti

penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan

penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat

menjadi akut, yang menandakan bahwa adanya perubahan

pada curah jantung (Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).

2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medula di otak.

Dari pusat vasomotor ini bermula jarak saraf sympatis yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia sympati di

thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui sistem saraf simpatys ke ganglisa sympatis (Stanley,

2012)

Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin

yang akan merangsang serabut syaraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin


mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperi kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Stanley,

2012). Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin

yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan

pelepasan renin (Stanley, 2012).

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor

kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler (Stanley, 2012).

2.1.5 Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya, dikenal dua jenis hipertensi, yaitu

hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi

primer (esensial) tidak diketahui penyebabnya dan mencakup

95% kasus hipertensi. Yogiantoro dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa hipertensi esensial merupakan penyakit


multifaktorial yang timbul akibat interaksi beberapa faktor resiko,

meliputi :

1) Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas,

aktivitas fisik, dan stress.

2) Faktor genetik dan usia.

3) Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan

hipertensi yang penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10%

dari kasus-kasus hipertensi. Hampir semua hipertensi sekunder

berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi

ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain

penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,

hiperaldsteronisme primer, sindroma cushing, feokromositoma,

dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya

hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan

penatalaksanaan penyebabnya secara tepat.

Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga

golongan, yaitu hipertensi diastolik, hipertensi sistolik, dan

hipertensi campuran. Hipertensi diastolik yaitu peningkatan

tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik.

Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

Hipertensi sistolik yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa

diikuti peningkatan tekanan diastoik. Biasanya ditemukan pada


usia lanjut. Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan

darah pada sistolik dan juga diastolik.

Klasifikasi hipertensi menurut perjalanan penyakitnya

dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi benigna dan hipertensi

maligna. Hipertensi benigna adalah keadaan hipertensi yang

tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat

penderita check up. Sedangkan hipertensi maligna adalah

keadaan hipertensi yang membahayakan, biasanya disertai

keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada organ-

organ seperti otak, jantung dan ginjal.

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health

Organization - International Society of Hypertension), dan ESH-

ESC (European Society of Hypertension - European Society of

Cardiology), 2014.

Tabel 2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH

Tekanan darah Tekanan darah


Klasifikasi sistolik (mmHg) diastolik
Tekanan Darah (mmHg)
WHO- ESH- WHO- ESH-
ISH ESC ISH ESC
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi kelas 1 140-159 140-159 90-99 90-99
(ringan)
Cabang : 140-149 - 90-94 -
perbatasan
Hipertensi kelas 2 160-179 160-179 100-109 100-
(sedang) 109
Hipertensi kelas 3 ≥180 ≥180 ≥110 ≥110
(berat)
Menurut American Heart Association, dan Joint National
Comitte VIII (AHA & JNC VIII, 2014) , klasifikasi hipertensi
yaitu:
Tabel 3 Klasifikasi Hipertensi Menurut AHA & JNC VIII, 2014

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik Diastolik (mmHg)
(mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 ≥160 ≥100
Hipertensi krisis >180 >110
(Bope & Kellerman, 2017)

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia (2016) :

Tabel 4 Kategori Tekanan Darah menurut KEMENKES RI

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal tinggi 130-139 89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Hipertensi derajat 3 >180 >110
(Depkes, 2016)

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi

adalah mengendalikan tekanan darah untuk mencegah

terjadinya komplikasi. Secara umum pengobatan hipertensi

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tanpa obat-obatan

(nonfarmakologi) dan dengan obat-obatan (farmakologi).


1. Farmakologi

Obat-obatan farmakologi yang digunakan pada hipertensi

adalah:

a) Diuretik, contoh : furosemide, triamferena, spironolacton.

b) Beta blockers, contoh : metaprolol, atenolol, trimolol.

c) ACE-inhibitor, contoh : lisinopril, captopril, quinapril.

d) Alpha-blockers, contoh : prazosin, terazosin.

e) Angiotensin reseptor antagonis, contoh : losartan.

f) Vasodilator-direct, contoh : minixidil, mitralazine.

g) Antagonis kalsium, contoh : ditiazem, aamlodipine,

nifedipine.

h) False-neurotransmiter, contoh : clodine, metildopa,

guanabens.

2. Non Farmakologi

Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam

rangka pengendalian faktor risiko, yaitu :

a) Turunkan berat badan pada obesitas.

b) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat

HCT).

c) Hentikan konsumsi alkohol.

d) Hentikan merokok dan olahraga teratur.

e) Pola makan yang sehat.

f) Istirahat cukup dan hindari stress.

g) Olahraga / aktivitas fisik.


h) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)

diet hipertensi.

2.2 Konsep Isometric Handgrip Exercise

2.2.1 Definisi Isometric Handgrip Exercise

Latihan isometrik handgrip exercise adalah bentuk latihan

statis yang mengkontraksikan otot dan menghasilkan tahanan

tanpa perubahan panjang otot dan tanpa gerakan sendi melalui

gerakan menggenggam (Kisner & Colby, 2007 ; Millar, et al,

2013).

2.2.2 Manfaat Isometric Handgrip Exercise

Manfaat Latihan Isometrik Handgrip :

1. Menurunkan tekanan darah

2. Memperbaiki massa otot, kekuatan tubuh bagian atas dan

bawah,

3. Meningkatkan kepadatan tulang

4. Mengurangi resiko fraktur tulang (Chrysant, 2010).

2.2.3 Keuntungan Isometric Handgrip Exercise

Latihan isometrik handgrip memiliki beberapa keuntungan,

diantaranya :

1. Memiliki risiko injuri lebih kecil dibandingkan latihan lain,

2. Memerlukan waktu yang minimal sehingga mengefisiensi

waktu, dapat dilakukan dimana saja asalkan ruang gerak

cukup,

3. Alat yang digunakan sedikit atau tidak ada,


4. Serta membantu penderita/klien untuk meningkatkan rentang

kontraksi statis (Fair, 2011; Pearl, 2005)

5. Melakukan latihan isometrik handgrip dalam waktu pendek

secara kontinyu (3-10 menit), menyebabkan tekanan darah

dan denyut jantung mencapai nilai yang stabil.

2.2.4 Pengaruh Isometric Handgrip Exercise Terhadap Tekanan

Darah

Meta analisis yang dilakukan oleh Kelley Ga dan Kelley KS

pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa latihan isometrik

handgrip berkhasiat mengurangi tekanan darah sistolik dan

diastolik saat istirahat pada orang dewasa (J Hypertens,2010).

Meskipun mekanisme yang mendasari penurunan tekanan darah

pasca latihan isometrik handgrip masih belum jelas, penurunan

tekanan darah ini dapat disebabkan oleh adanya adaptasi sistem

pembuluh darah yang menurunkan resistensi perifer total yang

dapat mempengaruhi cardiac output. Mekanisme lain yang

menyebabkan latihan isometrik dapat menurunkan tekanan

darah, antara lain :

1. Mekanisme neural mengakibatkan adaptasi yang

mempengaruhi aliran darah (Gowan, et al, 2007).

2. Latihan isometrik handgrip juga menurunkan reaktivitas

kardiovaskuler terhadap stressor psikofisiologis pada orang

dengan tekanan darah tinggi (Badrov, et al, 2013).


3. Mekanisme lain yang dapat terjadi adalah perubahan pada

sistem saraf yaitu menurunkan aktivitas sistem saraf simpatik

(Gowan, et al, 2007).

4. Penelitian terkini menunjukkan adanya efek hipotensi yang

signifikan pada tekanan darah sistolik 5 menit setelah

menyelesaikan satu set kontraksi bilateral handgrip. Hasil ini

penting untuk meningkatkan adaptasi tekanan darah jangka

Panjang (Millar et al, 2009).

5. Pada penelitian, 5 menit setelah satu kali kontraksi bilateral

handgrip nadi meningkat yang dapat diinterpretasikan sebagai

perubahan keseimbangan neurokardiak yaitu peningkatan

respon vagal dan/atau penurunan modulasi simpatik (Millar, et

al, 2009). Terdapat efek yang menguntungkan dari kontraksi

handgrip bilateral akut pada reaktivasi vagal setelah latihan.

Terjadinya perbaikan pada modulasi otonom kardiak

meningkatkan aktivasi gagal.

6. Latihan isometrik handgrip meningkatkan kontrol neurokardiak

dan menyeimbangkan sistem simpatovagal (Millar, et al 2009).

Peningkatan respon vagal memperlambat kontraksi jantung dan

menurunkan fungsi sirkulasi, sedangkan penurunan modulasi

saraf.

7. Simpatik mengakibatkan penurunan kerja jantung dan

pembuluh darah.
8. Latihan isometrik handgrip mengakibatkan penekanan otot

pada pembuluh darah sehingga menghasilkan stimulus

iskemik dan menstimulasi mekanisme shear stress (Guyton &

Hall, 2006). Stimulus iskemik menginduksi peningkatan aliran

arteri brakialis untuk menurunkan efek langsung iskemia pada

pembuluh darah tersebut. Ketika tekanan dilepaskan, aliran

darah pembuluh darah lengan bawah membesar dikarenakan

dilatasi pembuluh darah distal yang menginduksi stimulus.

Shear stress pada arteri brakialis (McGowan, at al, 2007).

9. Mekanisme shear stress menimbulkan pelepasan turunan

NOendotelium, vasodilator potensial (McGowan, et al, 2007).

10. Penemuan terbaru menemukan bahwa terjadi peningkatan

kapasitas istirahat pada sistem produksi, pelepasan dan/atau

penggunaan NO-dilator memiliki kontribusi pada penurunan

tekanan darah sistolik setelah latihan. Selain itu stimulus

hiperemia reaktif berkontribusi dalam pelepasan substansi

vasodilator lain termasuk prostasiklin dan metabolit iskemik

(Gowan, et al, 2007). 10) Respon reaktivitas puncak aliran

darah dari keadaan dasar menghasilkan peningkatan

akumulasi metabolit (misalnya asam laktat) yang berespon

dalam melawan iskemia. Latihan kronik akan

menyeimbangkan metabolisme aerob dan anaerob yang

mendorong, pengurangan produksi metabolit dalam

merespon terhadap stimulus iskemik yang sama. Hal ini


menghasilkan penurunan kebutuhan aliran darah ke jaringan

lengan bawah (Gowan, et al, 2007).

11. Selain itu, dalam latihan, kekuatan tekanan akibat sumbatan

pada pembuluh darah, meningkatkan perfusi dan pasokan

oksigen selama oklusi pembuluh darah sehingga

menurunkan stimulus aliran. Jadi, penurunan puncak

reaktivitas aliran darah hiperemia dapat mempengaruhi

perubahan fungsi otot polos pembuluh darah & mendasari

perubahan struktur pembuluh darah sehingga menyebabkan

penurunan resistensi perifer (Gowan, et al, 2007)

2.2.5 Cara Melakukan Isometric Handgrip Exercise

Berikut merupakan langkah-langkah melakukan Isometric

Handgrip Exercise menurut ( Mortimer & Mckune, 2011 ) :

1. Gerakan pertama, posisikan pasien dalam keadaan duduk,

melakukan kontraksi isometric (menggenggam handgrip)

dengan satu tangan selama 45 detik.

Keterangan
gambar :
1. Pasien duduk
dengan posisi
kaki bersila.
2. Menggenggam
2
handgrip dengan
1
1 tangan selama
45 detik.

Gambar 1 : Posisi pasien dalam keadaan duduk, genggam


handgrip dengan satu tangan selama 45 detik
2. Gerakan kedua, buka genggaman handgrip dan istirahat selama

30 detik.

Keterangan gambar :
1. Pasien duduk
dengan posisi kaki
bersila
2. Buka genggaman
1
handgrip, istirahat
selama 30 detik.
2

Gambar 2 : Buka genggaman handgrip, istirahat selama 30


detik
3. Gerakan ketiga, kembali lakukan kontraksi isometric dengan

tangan yang lain selama 45 detik (prosedur diulang, sehingga

masing-masing tangan mendapat 2 kali kontraksi, jumlah total

durasi selama latihan sebanyak 180 detik atau 3 menit).

Keterangan
gambar :
1. Pasien duduk
dengan posisi
kaki bersila
2 2. Kembali lakukan
kontrasi
1 isometric dengan
tangan yang lain.
3. Ulangi prosedur,
sehingga setiap
tangan
mendapat 2 kali
kontrasi

Gambar 3 : Lakukan kontraksi isometric dengan tangan yang


lain selama 45 detik.
4. Gerakan keempat, pada saat melakukan genggaman disertai

dengan latihan mengambil nafas dan menghembuskan secara

teratur. Tidak ada efek samping yang dilaporkan responden

ketika dilakukan isometic handgrip exercise. Alat handgrip

sebaiknya tidak direkomendasikan pada responden dengan,

sindrom cepar tunnel, atau sindrom nyeri lainnya, dimana alat

tersebur dapat memicu timbulnya nyeri pada mereka dengan

aneurisme atau masalah katur mitral, dimana kenaikan awal

tekanan darah dapat memicu dengan pengunaan alat bisa sangat

berbahaya.

Keterangan :
1. Pasien duduk
dengan posisi
kaki bersila
2
2. Latihan handgrip
disertai dengan
latihan
mengambil nafas
dan
menghembuskan
secara teratur
1

Gambar 4 : Latihan handgrip disertai dengan latihan mengambil


nafas dan menghembuskan secara teratur
5. Setelah procedure selesai istirahatkan pasien selama 10-15

menit.
Keterangan gambar :
1. Pasien istirahat selama 10-15
menit

Gambar 5 : Istirahatkan pasien selama 5-10 menit.

2.2.6 Kerangka Teori Isometric Handgrip Exercise

Isometric Handgrip
Exercise

1. Pre Hipertensi
Lansia Hipertensi 2. Hipertensi Stage 1
3. Hipertensi Stage 2

Factor Resiko :
1. Merokok
2. Garam berlebihan
3. Obesitas
4. Aktifitas fisik
5. Stress
6. Genetic dan usia
System saraf simpatis

Gambar 6 : Kerangka Teori Pengaruh Pemberian Isometric Handgrip


Exercise Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Labuapi Tahun 2022.
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep


Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang
hubungan atau kaitan anatara konsep-konsep atau variabel-variabel
yang akan di amati atau di ukur melalui penelitian yang akan di
lakukan (Notoatmojo, 2012). Kerangka konsep pada penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :

Isometric Handgrip Tekanan Darah


Exercise

Faktor perancu:
1. Obesitas
2. Jenis kelamin
3. Factor genetik
4. Factor usia
5. Kualitas tidur
6. Merokok

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti

Gambar 7 : Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Isometric


Handgrip Exercise Terhadap Tekanan Darah
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Labuapi”Tahun 2022.
3.2 Hipotesa
Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Hipotesis (H0)

Tidak Ada Pengaruh Pemberian Isometric Handgrip Exercise

Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Labuapi Tahun 2022.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh Pemberian Isometric Handgrip Exercise

Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Labuapi Tahun 2022.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

desain quasi eksperimental yang merupakan desain ekperimen yang

melakukan control terhadap beberapa variable non eksperimental dan

ada kelompok komparatif untuk memahami pengaruh dari perlakuan

yang diberikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pemberian Isometric Handgrip Exercise.

Rancangan yang digunakan adalah rancangan pretest-posttest

design with control group (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini

ada dua kelompok yaitu kelompok control dan kelompok intervensi.

Kelompok perlakuan mendapatkan perlakuan berupa pemberian

Isometric Handgrip Exercise selama 1 minggu sebanyak 3 kali

tindakan. Setelah diberikan perlakuan, tekanan darah kedua kelompok

diukur ulang. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2 kali,

yaitu sebelum dan sesudah diberikan Tindakan Isometric Handgrip

Exercise.

4.2 Tempat dan waktu penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah meneliti pengaruh pemberian

Isometric Handgrip Exercise terhadap tekanan darah pasien hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Labuapi.


a. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja

Puskesmas Labuapi, di Desa Labuapi, Kabupaten Lombok Barat,

Nusa Tenggara Barat.

b. Waktu Penelitiian

Penyusunan proposal dimulai bulan September 2022 sampai

dengan bulan November 2022. Penelitian akan dilaksanakan pada

bulan Desember 2022

4.3 Populasi, sampel dan tehnik sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah subyek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2015). Populasi merupakan

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien hipertensi yang berada di Desa Labuapi yang

merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Labuapi yaitu

sebanyak 127 responden.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Menurut

Nursalam (2015), sampel adalah bagian dari populasi terjangkau


yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui

sampling.

1. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita

hipertensi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Labuapi

selama pelaksanaan penelitian dan memenuhi kriteria inklusi.

2. Besar Sampel

Besar sampel adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dianggap mewakili populasi

(Nursalam, 2016). Besar sampel dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rumus (Lameshow dalam Nursalam

2017) dibawah ini :

n = N Z2 . p.q

d (N-1) + Z2 .p.q

Keterangan :

n : Besar sample

N : Besar Populasi

d : Tingkat Ketepatan = 0,05

p : porposi = 0,5

q : 1-p = 1-0,5 = 0,5

Z : SD normal = 1,96

n = N Z2 . p.q

d (N-1) + Z2 .p.q

n = 127 (1,96)2 . 0,5. 0,5


(0,05). (127-1). (1,96)2 .0,5. 0,5

n= 127. 3,84 . 0,5 . 0,5

0,05 . 126 . 3,84 . 0,5 . 0,5

n= 121,92

6,048

n = 20

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Sampel
Kriteria sampel dalam penelitian ini dibedakan

menjadi :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau

dan akan diteliti (Nursalam, 2015). Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah :

a) Pasien yang berada di Desa Labuapi

b) Bersedia menjadi responden penelitian

c) Memiliki riwayat hipertensi hingga hipertensi

stadium 1

d) Pasien hipertensi yang berusia rentang 45-55

tahun.

e) Mampu melakukan aktivitas fisik.

2) Kriteria eksklusi
Kriteria ekskusi adalah menghilang atau

mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi

dan studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2015).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Pasien yang hipertensi dengan komplikasi

b) Pasien hipertensi yang tidak bersedia menjadi

responden penelitian.

4.3.3 Teknik sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi

dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2016).

Sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive

Sampling, dimana suatu metode pemilihan sampel yang

dilakukan berdasarkan maksud dan tujuan tertentu yang

ditentukan oleh penelitian (Dharma, 2011).

4.4 Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Independent) adalah suatu stimulus aktivitas yang

di manipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada

dependen variabel. Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas

biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang

diberikan kepada klien unutk mempengaharui tingkah laku

(Nursalam, 2017). Adapun variabel Independent dalam penelitian ini

adalah Latihan Isometric Handgrip Exercise.


b. Variabel Terikat (Dependen) Variabel dependen merupakan variabel

yang diobservasi atau diukur. Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah tekanan darah pasien hipertensi.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik


yang diamati dari sesuatu yang di definisikan tersebut. Karakteristik
yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci defenisi
operasional (Nursalam, 2014 dalam Sitorus, 2019)

Variabel/Sub Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Variabel Operasional Data
Indepen Latihan - Pasien dalam - Sop Isometric
dent : isometric keadaan duduk Handgrip
Latihan handgrip - Menggenggam Exercise
Isometric exercise handgrip - Hand grip
Handgrip adalah latihan dengan satu
Exercise menggenggam tangan
dengan - Lakukan
mengguna selama 45 detik
kan handgrip - Buka
bergantian genggaman,
pada kedua istirahatkan 30
tangan, detik.
dilakukan - Kembali
selama 3 kali lakukan dengan
dalam tangan yang
seminggu lain
dengan durasi - Ulangi
3 menit. prosedur,
setiap tangan 2
kali kontraksi,
total durasi 180
detik
- Setiap latihan
disertai dengan
mengambil
nafas dan
menghembusk
an nafas
- Istirahatkan
pasien 15 menit
setelah latihan
selesai.
Dependen : Tekanan Dilakukan Spygmomanometer Tekanan a.Pre
tekanan darah adalah sebelum dan dan stetoskop darah Hipertensi
darah hasil sesudah : 130-
pengukuran melakukan 139/80-89
kemampuan Isometric mmHg
darah yang Handgrip b. hipertensi
dipompa Exercise stage 1: 140-
jantung 159/90-99
melalui dinding mmHg
pembuluh c. hipertensi
darah arteri stage 2 :
keseluruh >160/>100
tubuh yang mmHg
terdiri dari
tekanan darah
sistolik dan
diastolic.

Tabel 5 : Definisi Operasional Pengaruh Pengaruh pemberian


Isometric Handgrip Exercise Terhadap Tekanan Darah Pasien
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Labuapi tahun 2022
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati (Amsini, 2019).

1. Alat dan bahan

a. Stetoskop

4 Keterangan gambar :
1. Earpieces
2. Tubing
3
3. Diaphragma
4. Bell
1
2
Gambar 8 : Stetoskop
(Sumber: Wikipedia.com, 2020)
b. Sphygmomanometer

Keterangan gambar :
1
1. Cuff
2. Tube
3
3. Gauge
4 4. Bulb
2 5. Valve
5

Gambar 9 : Sphygmomanometer
(Sumber: WordPress.com, 2019)

c. Handgrip

1 Keterangan gambar :

1. Spring
2. Easy turn to adjust
resistence
3. Lengthened handle
3
2

Gambar 10 : Handgrip
(Sumber: WordPress.com, 2019)
2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
a. Kumpulkan lansia hipertensi yang berada di Desa Labuapi yang
merupakan salah satu Wilayah Kerja Puskesmas Labuapi (Jika
memungkinkan di masa pendemi ini). Bila tidak bisa dapat
dilakukan dengan cara mendatangi rumah pasien penderita
hipertensi/door to door dengan memperhatikan protokol
kesehatan.
b. Menentukan sampel sesuai dengan hasil perhitungan peneliti
yaitu sampel sebanyak 20 orang.
c. Jelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan prosedur
penelitian.
d. Jelaskan tentang pelaksanaan isometric handgrip exercise yang
akan diberikan sebanyak 3 kali dalam seminggu dengan durasi
latihan selama 3 menit.
e. Jelaskan kepada responden mengenai tujuan dan manfaat
isometric handgrip exercise serta tahap intervensi yang akan
dilakukan.
f. Selanjutnya minta persetujuan untuk menjadi responden
dengan menandatangi lembar inform concent.
g. Ukur tekanan darah responden sebelum diberikan isometric
handgrip.
h. Posisikan pasien dalam keadaan duduk, melakukan kontraksi
isometric (menggenggam handgrip) dengan satu tangan selama
45 detik.
i. Buka genggaman handgrip dan istirahat selama 30 detik.
j. Selanjutnya, kembali lakukan kontraksi isometric dengan tangan
yang lain selama 45 detik (prosedur diulang, sehingga masing-
masing tangan mendapat 2 kali kontraksi, jumlah total durasi
selama latihan sebanyak 180 detik atau 3 menit).
k. Pada saat melakukan genggaman disertai dengan latihan
mengambil nafas dan menghembuskan secara teratur.
l. Setelah prosedur selesai istirahatkan pasien selama 5-10 menit.
m.Ukur tekanan darah setelah diberikan latihan isometric handgrip.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas
Uji validitas berasal dari validity yang mempunyai arti sejauh

mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi

pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang


tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan

gambaran mengenai variabel yang diukur seperti yang dikehendaki

oleh tujuan pengukuran tersebut. Akurat dalam hal ini berarti tepat

dan cermat sehingga apabila tes menghasilkan data yang tidak

relevan dengan tujuan pengukuran, maka dikatakan sebagai

pengukuran yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2012 dalam

Sudirman, 2014). Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(Sugiyono, 2012 dalam Sudirman, 2014).

2. Reliabilitas
Reabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability.
Suatu pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki
tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel
(reliable). Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
proses pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2012 dalam Sudirman,
2014). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama (Sudirman, 2014).

4.8 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak

boleh bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam

artian hak responden harus dilindungi. Pada penelitian ini, peneliti

mendapat pengantar dari Stikes Yarsi Mataram. Kemudian dalam

melakukan penelitian, peneliti menggunakan permohonan ijin kepada

kepala Puskesmas Labuapi untuk mendapatkan persetujuan, baru


melakukan penelitian dengan menekankan kepada masalah etik yang

meliputi :

1. Lembar persetujuan (informed consent)


Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan

diteliti, tujuannya adalah agar responden mengetahui maksud dan

tujuan peneliti serta dampak yang diteliti, maka harus

menandatangani persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati keputusan

responden.

2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti
tidak akan mencantumkan mana responden pada lembar
pengumpulan data (kuesioner), yang diisi oleh responden pada
lembar tersebut hanya nomor kode ataupun inisial namanya.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.9 Analisa Data

Untuk menganalisa perbedaan tekanan darah sebelum dan


sesudah pemberian Isometric Handgrip Exercise dan setelah
dilakukan uji normalitas , data berdistribusi secara normal maka data
di Analisa menggunakan uji statistic uji T . Uji T test digunakan untuk
menguji tingkat signifikan perbedaan nilai tekanan darah responden
sebelum dan sesudah diberikan intervensi Isometric Handgrip
Exercise dengan penentuan nilai p (value) lebih kecil dari <0,05 maka
Ha diterima dan H0 ditolak (terdapat pengaruh antara variable yang
diuji). Sedangkan jika nilai p (value) lebih besar dari >0,05 maka Ha
ditolak dan H0 diterima (tidak terdapat pengaaruh yang bermakna
antara variable yang di uji).

Anda mungkin juga menyukai