Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KONSEP PERTOLONGAN KEGAWATAN PENYAKIT


HIPOGLIKEMI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu : Ns.Dody Setyawan,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 7 :

1. Dewi Arshanti A.W (20101440121017)


2. Riska Meilinda P (20101440121058)
3. Wahyu Arasyid R (20101440121078)

PRODI D-III KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1

PEMBAHASAN

A. Definisi Hipoglikemi

Menurut (Rudi,2017) Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kondisi seseorang


mengalami penurunan pada kadar gula dalam darah dibawah normal. Dapat dikatakan
jumlah gula dalam darah mengalami penurunan saat dilakukannya cek GDS dimana
didapatkan jumlah dibawah 60 mg/dl atau dibawah 80 mg/dl dengan gejala klinis. Saat
tubuh mengalami penurunan gula darah, tubuh akan merespon yang dimana ditandai
dengan gejala klinis diantaranya klien akan merasakan pusing, tubuh lemas dan
gemetaran, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang klien bisa sampai hilang kesadaran. Keadaan seperti ini akan
dapat terjadi apabila dalam pemberian obat dan insulin diberikan dalam jumlah yang tidak
tepat atau tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, mengkonsumsi makanan yang terlalu
sedikit ataupun karena sering melalukan aktivitas yang berat. Pada keadaan hipoglikemi
berat dimana jumlah kadar gula dalam darah berada dibawah 10 mg/dl, akibat yang akan
dialami oleh tubuh dapat mengalami kejang hingga dapat terjadinya koma.

B. Etiologi Hipoglikemi

Etiologi Hipoglikemi Penyebab terjadinya Hipoglikemi menurut (Kedia, 2018) :

1. Dosis pemberian insulin yang kurang tepat Pengobatan diabetes di pergunakan untuk mengatur
kadar gula darah tetap baik sehingga membuat pasien akan merasa nyaman dan menghindari
terjadinya Hipoglikemi, di perlukan kerja sama yang baik antara pasien dan dokter dalam
menurunkan resiko terjadinya komplikasi diabetes. Kombinasi yang di lakukan dalam pemberian
penyediaan insulin sangatlah penting untuk kita dapat lebih memperhatikan ketepatan dalam
pemberian insulin sesuai dengan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi gula darah yang di alami.

2. Kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan Menunda


sarapan bagi penderita diabetes dalam jangka waktu yang lama di pagi hari dapat
menyebabkan terjadinya Hipoglikemi atau kadar glukosa darah menjadi terlalu rendah.
Lupa atau membiarkan diri terlalu sibuk hingga melewatkan waktu makan bisa
berbahaya bagi penderita diabetes. Lupa makan akan menyebabkan kadar glukosa dalam
darah menjadi terlalu rendah, jika di biarkan tanpa penanganan lebih lanjut pada keadaan
Hipoglikemi maka kondisi ini akan menjadi parah, menyebabkan rasa linglung dan
pingsan. Hipoglikemi yang semakin parah dapat menimbulkan terjadinya kejang, koma,
hingga kematian. Kadar insulin yang di dapatkan untuk gula dalam darah haruslah
seimbang dengan makanan yang akan di konsumsi, namun jika makanan yang di
konsumsi kurang dan tidak bisa menyeimbangi dosis insulin yang di dapatkan maka akan
terjadi keadaan dimana ke seimbangan di dalam tubuh akan terganggu dan
mengakibatkan kadar gula semakin rendah.

3. Konsumsi alkohol Pada kondisi tubuh yang normal, lever merupakan bagian organ
yang menyimpan dan mensekresi glukosa ke dalam sel-sel tubuh sebagai penopang saat
seseorang sedang tidak makan. Lever juga berfungsi dalam membersihkan tubuh dari
racun (detoksifikasi). Lever tidak bisa mensekresi glukosa dan membersihkan racun
secara bersamaan. Jadi ketika keadaan lever melakukan detoksifikasi, organ tersebut
akan berhenti mensekresi glukosa. Organ lain seperti pankreas di dalam tubuh kita juga
dapat memproduksi hormon insulin, hormon yang dimana dapat mengendalikan kadar
gula darah dan mengubahnya menjadi sumber energi bagi tubuh. Jika fungsi kegunaan
pada pankreas terganggu, maka produksi insulin bisa tidak maksimal dan membuat kadar
gula darah menjadi kacau.

4. Peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan


Aktivitas fisik dan olahraga sangat penting dalam mengontrol diabetes. Namun, jika
olahraga yang di lakukan terlalu berlebihan, olahraga juga dapat menurunkan kadar gula
darah hingga di bawah batas normal. Olahraga sedang hingga berat bisa menyebabkan
kadar gula darah turun selama 24 jam setelah olahraga. Tubuh menggunakan dua bahan
bakar, yaitu gula dan lemak dalam memperoleh energi, gula yang di gunakan berasal dari
darah, hati dan otot. Gula tersimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.
Olahraga bisa menurunkan kadar gula darah dan glikogen yang tersimpan, tubuh
memang dapat mengisi kembali penyimpanan glikogen tersebut. Namun, prosesnya
membutuhkan waktu yang tidak singkat 4 - 6 jam, bahkan 12 - 24 jam jika aktivitas yang
di lakukan terlalu berat. Selama pengisian atau pengembalian penyimpanan glikogen
tersebut klien diabetes memiliki risiko tinggi mengalami penurunan kadar gula dalam
darah.
C. Manifestasi Klinis Hipoglikemi

Menurut (Price dan Wilson, 2019) pasien dengan diabetes tipe 2 sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya di buat berdasarkan pemeriksaan
darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Gejala dan tanda-tanda DM
dapat di golongkan menjadi yaitu :

1) Gejala akut penyakit DM Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita,


bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan
gejala yang di tunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu:

a. Banyak makan (poliphagi).

b. Banyak minum (polidipsi) .

c. dan banyak kencing (poliuri).

Keadaan tersebut, jika tidak segera di obati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat
(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan
timbul rasa mual.

2) Gejala kronik penyakit DM Gejala kronik yang sering di alami oleh penderita DM
adalah :

a. Kesemutan

b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum

c. Rasa tebal di kulit

d. Kram

e. Mudah mengantuk

f. Mata kabur

g. Biasanya sering ganti kacamata

h. Gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita

i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas


j. Kemampuan seksual menurun

k. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan,
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg

D. Patofisiologi Hipoglikemi

Menurut (Kedia,2016) pada Diabetes Mellitus type 2, Hipoglikemi terjadi akibat


adanya kelebihan insulin dan juga terjadinya gangguan pertahanan fisiologis yaitu
terdapat penurunan pada plasma glukosa. Glukosa sendiri merupakan bagian terpenting
di dalam tubuh sebagai bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Terjadinya
penurunan kadar gula dalam darah akan berkaitan pada system saraf pusat, sistem
pencernaan dan sistem peredaran darah.

Menurut (Ubaidillah, 2018) konsentrasi glukosa yang dimiliki dalam darah yang
normal berjumlah 70-110 mg/dl. Penurunan jumlah kadar glukosa dalam darah akan
memicu respon pada tubuh, dimana ketika tubuh mengalami penurunan kadar gula dalam
darah akan memicu terjadinya penurunan konsentrasi insulin secara fisiologis, serta akan
membuat tubuh kehilangan kesadaran. Oleh karena itu, jika jumlah kadar gula yang di
suplai oleh darah mengalami penurunan , tentunya akan mempengaruhi fungsi kerja otak.
Saat tubuh ingin melakukan aktivitas yang banyak, otak akan sangat bergantung pada
suplai glukosa yang akan di berikan secara terus-menerus dari dalam jaringan system
saraf pusat. Di saat otak ke hilangan suplai glukosa yang di butuhkan, tubuh akan
merespon dan secara berlanjut akan terjadi penurunan kesadaran sehingga
mengakibatkan terjadinya pola nafas tidak efektif. Ketergantungan yang dimiliki otak
pada setiap menit suplai glukosa yang dimiliki melalui sirkulasi di akibatkan karena ke
tidak mampuan otak dalam pemenuhan kadar cadangan glukosa sebagai glikogen di
dalam otak. Selain itu juga otak tidak dapat mencampurkan glukosa dan hanya dapat
menyimpan 9 cadangan glukosa dalam bentuk glikogen namun dalam jumlah yang kecil.
Oleh karena itu, fungsi kerja otak yang normal akan sangat bergantung pada konsentrasi
asupan glukosa dan sirkulasi.
E. Komplikasi Hipoglikemi

Menurut teori (Jevon,2020) Hipoglikemia merupakan gangguan tingkat kesadaran


yang dapat berubah kapan saja yang dimana dapat menyebabkan gangguan pernafasan,
selain itu Hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia
yang berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis,
sampai dengan terjadinya gangguan neuropsikologis berat karena efek Hipoglikemi
berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya di tandai oleh perilaku dan pola bicara
yang abnormal dan menurut Hipoglikemi yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, Hipoglikemi juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian.

F. Penatalaksanaan di Gadar

 Penatalaksanaan Hipoglikemia pada Orang Dewasa

Penatalaksanaan hipoglikemia pada dewasa dapat dibedakan sesuai derajat


hipoglikemia,yaitu:

 Hipoglikemia Ringan-Sedang
Pemberian karbohidrat sebanyak 15 gram dalam bentuk tablet atau larutan glukosa
maupun sukrosa diperlukan sebagai pertolongan pertama hipoglikemia ringan hingga
sedang pada orang dewasa. Terapi awal ini cukup untuk memicu kenaikan glukosa darah
hingga 38 mg/dL dalam 20 menit dan perbaikan gejala pada sebagian besar individu
dengan hipoglikemia ringan-sedang. Pilihan rejimen terapi awal lainnya seperti susu dan
jus jeruk kurang cepat dalam menaikkan kadar glukosa darah dan memperbaiki gejala.
Apabila pasien memiliki riwayat DM, pengukuran kadar glukosa dilakukan dalam 15
menit sejak pemberian terapi glukosa awal. Jika kadar glukosa darah masih di bawah 70
mg/dL, pemberian 15 gram glukosa atau sukrosa dapat diulang. Apabila tablet glukosa
tidak tersedia, sediaan karbohidrat 15 gram oral lainnya yang ekivalen adalah 15 mL gula
pasir yang dilarutkan dalam air, 5 kubus kecil gula, dan 15 mL madu.

 Hipoglikemia Berat
Apabila pasien mengalami hipoglikemia berat namun masih sadar penuh dan
memiliki riwayat diabetes, pemberian karbohidrat oral 20 gram dilakukan dalam bentuk
glukosa tablet dan sediaan lain yang ekivalen. kadar glukosa darah kemudian diperiksa
dalam kurun waktu 15 menit setelah pemberian terapi glukosa awal. Pemberian glukosa
15 gram dapat diulang apabila kadar glukosa darah masih < 70 md/dL.
Jika pasien mengalami hipoglikemia berat dan tidak sadarkan diri, pemberian 10-25 gram
glukosa atau 20-50 mL dekstrosa 50% dalam air (D50W) dapat diberikan secara intravena
selama 1-3 menit apabila pasien memiliki akses intravena. Jika pasien tidak memiliki
akses intravena, 1 mg glukagon dapat diberikan secara subkutan atau intramuskular.
Pedoman klinis di Amerika Serikat dan Kanada menyarankan agar pasien dengan DM
dan keluarga yang merawat memiliki sediaan glukagon serta mampu memberikan obat
tersebut sesuai indikasi. Namun, sediaan glukagon saat ini belum tersedia di Indonesia
dan bahkan di negara maju harganya masih sangat mahal.

 Jika Hipoglikemia telah Teratasi


Apabila hipoglikemia telah teratasi, pasien harus mendapatkan makanan atau kudapan
yang semestinya dia dapatkan sesuai jadwal makan harian guna mencegah hipoglikemia
berulang. Apabila jadwal makan lebih dari 1 jam sejak kejadian hipoglikemia, kudapan
(termasuk karbohidrat 15 gram dan protein) perlu diberikan bagi pasien.

 Penatalaksanaan Hipoglikemia pada Anak-anak

Apabila sampel untuk pemeriksaan laboratorium kritis guna melacak penyebab dasar
hipoglikemia telah diambil, pemberian bolus kecil dekstrosa 0,2 gram/kgBB dapat
diberikan melalui infus intravena selama 1 menit (dekstrosa 10% 2 mL/kgBB).
Kemudian, infus intravena kontinu dekstrosa 10% dengan dosis 8 mg/kg/menit dapat
dimulai. Kadar glukosa darah perlu diperiksa 15 menit setelah dilakukan bolus kecil di
awal dan selama pemberian infus dekstrosa rumatan masih berlangsung.
Apabila hipoglikemia berulang, pemberian bolus intravena dekstrosa dapat diberikan
pada dosis 0,5 gram/kgBB atau sebanyak 5 mL/kgBB dekstrosa 10% yang dilanjutkan
dengan peningkatan jumlah glukosa melalui infus rumatan hingga 25%-50%. Sebagai
alternatif terhadap glukosa intravena, pemberian berulang gula sublingual 0,2 gram/kg
merupakan pilihan yang cukup efektif bagi anak-anak dengan hipoglikemia yang berusia
6 bulan hingga 15 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Rudi 2017. file:///C:/Users/USER/Downloads/BAB%20II%20(1).pdf.

Kedia 2018. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/NLJ/article/download/3840/2994/

Price dan Wilson, 2019.S.Y.A.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Penyakit


Hipoglikemia (1st).DepKes

Kedia,2016. https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jsscr/article/download/4575/2276

Ubaidillah,2018.https://eprints.umm.ac.id/97467/1/Ubaidillah%20Sari%20Mashfufa%20%E
2%80%93%20Hypoglycemia%20Factors%20Type%202%20Diabetes%20Mellitus.pdf

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/hipoglikemia/penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai