PEMBAHASAN
A. Definisi Hipoglikemi
B. Etiologi Hipoglikemi
1. Dosis pemberian insulin yang kurang tepat Pengobatan diabetes di pergunakan untuk mengatur
kadar gula darah tetap baik sehingga membuat pasien akan merasa nyaman dan menghindari
terjadinya Hipoglikemi, di perlukan kerja sama yang baik antara pasien dan dokter dalam
menurunkan resiko terjadinya komplikasi diabetes. Kombinasi yang di lakukan dalam pemberian
penyediaan insulin sangatlah penting untuk kita dapat lebih memperhatikan ketepatan dalam
pemberian insulin sesuai dengan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi gula darah yang di alami.
3. Konsumsi alkohol Pada kondisi tubuh yang normal, lever merupakan bagian organ
yang menyimpan dan mensekresi glukosa ke dalam sel-sel tubuh sebagai penopang saat
seseorang sedang tidak makan. Lever juga berfungsi dalam membersihkan tubuh dari
racun (detoksifikasi). Lever tidak bisa mensekresi glukosa dan membersihkan racun
secara bersamaan. Jadi ketika keadaan lever melakukan detoksifikasi, organ tersebut
akan berhenti mensekresi glukosa. Organ lain seperti pankreas di dalam tubuh kita juga
dapat memproduksi hormon insulin, hormon yang dimana dapat mengendalikan kadar
gula darah dan mengubahnya menjadi sumber energi bagi tubuh. Jika fungsi kegunaan
pada pankreas terganggu, maka produksi insulin bisa tidak maksimal dan membuat kadar
gula darah menjadi kacau.
Menurut (Price dan Wilson, 2019) pasien dengan diabetes tipe 2 sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya di buat berdasarkan pemeriksaan
darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Gejala dan tanda-tanda DM
dapat di golongkan menjadi yaitu :
Keadaan tersebut, jika tidak segera di obati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat
(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan
timbul rasa mual.
2) Gejala kronik penyakit DM Gejala kronik yang sering di alami oleh penderita DM
adalah :
a. Kesemutan
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
k. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan,
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg
D. Patofisiologi Hipoglikemi
Menurut (Ubaidillah, 2018) konsentrasi glukosa yang dimiliki dalam darah yang
normal berjumlah 70-110 mg/dl. Penurunan jumlah kadar glukosa dalam darah akan
memicu respon pada tubuh, dimana ketika tubuh mengalami penurunan kadar gula dalam
darah akan memicu terjadinya penurunan konsentrasi insulin secara fisiologis, serta akan
membuat tubuh kehilangan kesadaran. Oleh karena itu, jika jumlah kadar gula yang di
suplai oleh darah mengalami penurunan , tentunya akan mempengaruhi fungsi kerja otak.
Saat tubuh ingin melakukan aktivitas yang banyak, otak akan sangat bergantung pada
suplai glukosa yang akan di berikan secara terus-menerus dari dalam jaringan system
saraf pusat. Di saat otak ke hilangan suplai glukosa yang di butuhkan, tubuh akan
merespon dan secara berlanjut akan terjadi penurunan kesadaran sehingga
mengakibatkan terjadinya pola nafas tidak efektif. Ketergantungan yang dimiliki otak
pada setiap menit suplai glukosa yang dimiliki melalui sirkulasi di akibatkan karena ke
tidak mampuan otak dalam pemenuhan kadar cadangan glukosa sebagai glikogen di
dalam otak. Selain itu juga otak tidak dapat mencampurkan glukosa dan hanya dapat
menyimpan 9 cadangan glukosa dalam bentuk glikogen namun dalam jumlah yang kecil.
Oleh karena itu, fungsi kerja otak yang normal akan sangat bergantung pada konsentrasi
asupan glukosa dan sirkulasi.
E. Komplikasi Hipoglikemi
F. Penatalaksanaan di Gadar
Hipoglikemia Ringan-Sedang
Pemberian karbohidrat sebanyak 15 gram dalam bentuk tablet atau larutan glukosa
maupun sukrosa diperlukan sebagai pertolongan pertama hipoglikemia ringan hingga
sedang pada orang dewasa. Terapi awal ini cukup untuk memicu kenaikan glukosa darah
hingga 38 mg/dL dalam 20 menit dan perbaikan gejala pada sebagian besar individu
dengan hipoglikemia ringan-sedang. Pilihan rejimen terapi awal lainnya seperti susu dan
jus jeruk kurang cepat dalam menaikkan kadar glukosa darah dan memperbaiki gejala.
Apabila pasien memiliki riwayat DM, pengukuran kadar glukosa dilakukan dalam 15
menit sejak pemberian terapi glukosa awal. Jika kadar glukosa darah masih di bawah 70
mg/dL, pemberian 15 gram glukosa atau sukrosa dapat diulang. Apabila tablet glukosa
tidak tersedia, sediaan karbohidrat 15 gram oral lainnya yang ekivalen adalah 15 mL gula
pasir yang dilarutkan dalam air, 5 kubus kecil gula, dan 15 mL madu.
Hipoglikemia Berat
Apabila pasien mengalami hipoglikemia berat namun masih sadar penuh dan
memiliki riwayat diabetes, pemberian karbohidrat oral 20 gram dilakukan dalam bentuk
glukosa tablet dan sediaan lain yang ekivalen. kadar glukosa darah kemudian diperiksa
dalam kurun waktu 15 menit setelah pemberian terapi glukosa awal. Pemberian glukosa
15 gram dapat diulang apabila kadar glukosa darah masih < 70 md/dL.
Jika pasien mengalami hipoglikemia berat dan tidak sadarkan diri, pemberian 10-25 gram
glukosa atau 20-50 mL dekstrosa 50% dalam air (D50W) dapat diberikan secara intravena
selama 1-3 menit apabila pasien memiliki akses intravena. Jika pasien tidak memiliki
akses intravena, 1 mg glukagon dapat diberikan secara subkutan atau intramuskular.
Pedoman klinis di Amerika Serikat dan Kanada menyarankan agar pasien dengan DM
dan keluarga yang merawat memiliki sediaan glukagon serta mampu memberikan obat
tersebut sesuai indikasi. Namun, sediaan glukagon saat ini belum tersedia di Indonesia
dan bahkan di negara maju harganya masih sangat mahal.
Apabila sampel untuk pemeriksaan laboratorium kritis guna melacak penyebab dasar
hipoglikemia telah diambil, pemberian bolus kecil dekstrosa 0,2 gram/kgBB dapat
diberikan melalui infus intravena selama 1 menit (dekstrosa 10% 2 mL/kgBB).
Kemudian, infus intravena kontinu dekstrosa 10% dengan dosis 8 mg/kg/menit dapat
dimulai. Kadar glukosa darah perlu diperiksa 15 menit setelah dilakukan bolus kecil di
awal dan selama pemberian infus dekstrosa rumatan masih berlangsung.
Apabila hipoglikemia berulang, pemberian bolus intravena dekstrosa dapat diberikan
pada dosis 0,5 gram/kgBB atau sebanyak 5 mL/kgBB dekstrosa 10% yang dilanjutkan
dengan peningkatan jumlah glukosa melalui infus rumatan hingga 25%-50%. Sebagai
alternatif terhadap glukosa intravena, pemberian berulang gula sublingual 0,2 gram/kg
merupakan pilihan yang cukup efektif bagi anak-anak dengan hipoglikemia yang berusia
6 bulan hingga 15 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Kedia,2016. https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jsscr/article/download/4575/2276
Ubaidillah,2018.https://eprints.umm.ac.id/97467/1/Ubaidillah%20Sari%20Mashfufa%20%E
2%80%93%20Hypoglycemia%20Factors%20Type%202%20Diabetes%20Mellitus.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/hipoglikemia/penatalaksanaan