Disusun Oleh :
LISMAWATI SIANTURI
2018.1420.1001
Tingkat IV / Semester VIII
S1 KEPERAWATAN
STIKes NAULI HUSADA SIBOLGA
TAHUN 2021 / 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Hipoglikemia adalah keadaan kadar gula darah di bawah nilai normal ( < 45 – 50 mg / dL).
Hipoglikemia perlu dicegah pada pasien diabetes yang mendapatkan terapi pengendalian kadar
glukosa darah karena dapatmenyebabkan kematian apabila kadar gula darah tidak segera
ditingkatkan.
Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi yang dihadapi oleh penderita diabetes melitus. Tidak
seperti nefropati diabetik ataupun retinopati diabetik yang berlangsung secara kronis, hipoglikemia
dapat
terjadi secara akut dan tiba – tiba dan dapat mengancam nyawa. Hal tersebut disebabkan karena
glukosa adalah satu – satunya sumber energi otak dan hanya dapat diperoleh dari sirkulasi darah
karena jaringan otak tidak memiliki cadangan glukosa. Kadar gula darah yang rendah pada kondisi
hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan sel – sel otak. Kondisi inilah yang menyebabkan
hipoglikemia memiliki efek yang fatal bagi penyandang diabetes melitus, di mana 2% – 4%
kematian penderita diabetes melitus disebabkan oleh hipoglikemia.
Gejala yang muncul saat terjadi hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai gejala neuroglikopenik
dan neurogenik (otonom). Gejala neuroglikopenik merupakan dampak langsung dari defisit glukosa
pada sel – kejang, kehilangan kesadaran, dan apabila hipoglikemia berlangsung lebih lama dapat
mengakibatkan terjadinya kematian. Gejala neurogenik (otonom) meliputi berdebar – debar, tremor,
dan anxietas (gejala adrenergik) dan berkeringat, rasa lapar, dan paresthesia (gejala kolinergik).
Gejala – gejala yang dialami pada kejadian hipoglikemia pada penderita diabetes bukan hanya
mengganggu kesehatan pasien, namun juga mengganggu kehidupan psikososial dari pasien tersebut.
Hipoglikemia dapat dialami oleh semua penderita diabetes melitus (DM) dalam terapi pengendalian
kadar gula darah, di mana pasien DM tipe 1 dapat lebih sering mengalami hipoglikemia
dibandingkan dengan pasien DM tipe 2. Pasien DM Tipe 1 dapat mengalami 2 episode
hipoglikemia asimptomatis dalam 1 minggu dan mengalami 1 kali serangan hipoglikemia berat
setiap tahun. Pada DM tipe 2 didapatkan kejadian hipoglikemia berat terjadi 3 – 72 episode per 100
pasien per tahun 2,4 Hipoglikemia merupakan faktor penyulit dalam pengendalian kadar gula darah
penderita diabetes melitus. Jumlah penderita hipoglikemia pada diabetes di Indonesia senada
dengan prevalensi diabetes di Indonesia yaitu 1,1% secara nasional dan 5,7% pada penduduk
perkotaan di Indonesia. Prevalensi diabetes tersebut berbeda – beda di berbagai provinsi dan
prevalensi diabetes di daerah perkotaan di Jawa Tengah sebesar 7,8%.sel neuron sistem saraf pusat,
meliputi perubahan perilaku, pusing, lemas,
Indonesia menempati peringkat ke tujuh di dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di
dunia bersama dengan china,india ,amerika serikat ,brazil,rusia dan meksiko dengan jumlah
estimasi orang dengan diabetes sebesar 10 juta (International Diabetes Federation,
2017),Sedangkanditahun 2017, Atlas Edisi Ke- 8 International Diabetes Federation (IDF)
menyatakan bahwa jumlah penderita DM di dunia masih tinggi yaitu mencapai 425 juta jiwa.
Kejadian DM pada usia 20 -79 tahun sebesar 8,8% (total pupulasi dunia: 4,84 miliar) pada tahun
2017 dan diprediksi meningkat menjadi 9,9% (total populasi dunia: 6,37 miliar) pada tahun 2045
dan kematian akibat DM pada tahun 2015 sebanyak 4 juta jiwa (total penderita diabetes: 424,9
juta)(International Diabetes Federation, 2017).Di Indonesia tercatat sebagai
Negara dengan pasien DM yang menduduki peringkat keenam dari sepuluh besar
Negara di dunia yang penduduknya sudah terdiagnosis DM,pada tahun 2017
tercatat sekitar 10,3 juta penduduk Indonesia yang menderita DM. B erdasarkan
presentase kematian akibat diabetes di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua
setelah SriLangka ,prevalensi orang dengan diabetes di Indonesia menunjukkan
cenderung meningkat yaitu dari 5,7% (2007) menjadi 6,9 % (2013) (Kementerian
Kesehatan RI, 2013b).Prevalensi DM di Provinsi Bali sebesar 1,3 % dari total
penduduk usia ≥ 15 tahun (Infodatin Kemenkes RI, 2013), sedangkan tahun 2018
menurut Riskesdas prevalensi DM di Provinsi Bali sebesar 1,8 %.Prevalensi
penderita DM di Kabupaten Gianyar pada 2018 se banyak 2,764 jiwa (Dinas
Kesehatan Gianyar, 2018). Hasil laporan UPT Kesmas Gianyar 1 pada tahun 2018
menunjukkan jumlah penderita DM yaitu 2.633 jiwa (UPT Kesmas Gianyar 1,
2018). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian DM tinggi dan akan terus meningkat
bila penatalaksanaanya kurang baik. Jenis DM yang paling sering dijumpai
sebanyak 90-95% dari seluruh kasus DM adalah DM tipe II (American Diabetes
Association, 2017)
Data dari Riskesdas dalam angka Provinsi Sumatera Utara tahun 2013,
prevalensi DM pada umur ≥15 tahun di Sumatera Utara yang terdiagnosis sebesar
1,8%. Prevalensi yang tertinggi terdapat di Kabupaten Deli Serdang (2,9%) dan
diikuti oleh Kota Medan (2,7%), Kota Pematang Siantar (2,2%), Kabupaten Asahan
(2,1%) serta Kota Gunungsitoli (2,1%). Prevalensi terendah terdapat di Kabupaten
Mandailing Natal (0,3%)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl
( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak
seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia apabila gula darah
< 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun
gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg
%,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999).
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
berikut :
adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan
bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai
dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar
gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula
darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan
obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan
makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah
raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan
menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes
pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat
misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap
beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal
ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang
kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna
untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa
waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan
C. PATOFISIOLOGI
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa
untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh
glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.
Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara
terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat
dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa
darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
1. dehidrasi
2. kehilangan elektrolit
3. asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula,
di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan
menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam
tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat
dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada
keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan
asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor,
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di
deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,
sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).
Pathway Hipoglikemia
D. MANIFESTASI KLINIK
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan
rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan
melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang
berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala
yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun
secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat
hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada
pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan
olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-
waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus
sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat,
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak,
gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan
motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain :
Adrenergik Neuroglikopenia
Pucat Bingung
Gelisah Kejang
Sakit kepala
Mengantuk
E. PENATALAKSANAAN
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10- 20
gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml
minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat
manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada
jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila
pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat,
pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia
dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15
menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien
sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok
makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27
menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang
panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi
40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10
% 6 kolf/jam.
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi
gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas
susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya
selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula
yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula
melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu
membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu
5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan,
diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan
penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan
hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut,
hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis
sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan
dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara abnormal (jevon,
2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
Pengkajian Primer
1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang
Suction
Guedel Airway
Instubasi Trakea
2. Breathing
Beri oksigen
3. Circulation
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau
sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler,
esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan
Pengkajian sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose
sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
o ANC
o Perinatal
o Post natal
o Imunisasi
o Enteral feeding
o Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
o Nyeri kepala
o Sering menguap
o Irritabel
Data obyektif:
o Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
o Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat
penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-
obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat
antihiperglikemik oral.
Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan
aktifitasLetargi/disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas,
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
d. Eliminasi
(infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning,
poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut,
bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif
(diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/
karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi,
lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma),
g. Nyeri/kenyamanan
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya
meningkat
i. Keamana
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat,
penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang
sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c
menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin
tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya
komplikasi.
I. PERENCANAAN
keperluan. 4. Mengoptimalkan
4. Anjurkan keseimbangan
cairan membantu
adekuat mengencerkan
Intervensi keluarkan.
kolaborasi : 5. Fisioterapi
pemberian nafas.
memenuhi
kebutuhan oksigen
serta memenuhi
kebutuhan oksigen
dalam tubuh.
7. Broncodilator
meningkatkan
ukuran lumen
percabangan
trakeobronkial
sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara.
Gangguan 1. Agar pasien lebih
2. perfusi jaringan Setelah dilakukan Intervensi mandiri:
kooperatif
serebral b.d 1. Jelaskan kepada
tindakan
disfungsi 2. Perubahan tekanan
pasien tentang
system saraf keperawatan CSS merupakan potensi
tindakan yang akan
pusat akibat resiko herniasi batang otak
selama…x24 jam dilakukan
hipoglikemia 3. aktivitas seperti ini
2. Pertahankan
diharapkan
akan meningkatkan intra
posisi tirah baring
gangguan perfusi thorak dan abdomen yang
dengan posisi kepala
jaringan cerebral dapat meningkatkan TIK
head up
4. Pengkajian
normal dengan 3. Bantu pasien
kecenderungan adanya
untuk berkemih,
kriteria hasil : perubahan tingkat
membatasi batuk,
1.Tingkat kesadaran dan potensial
muntah, mengejan,
kesadaran peningkatan TIK sangat
anjurkan pasien
komposmentis berguna dalam
napas dalam selama
2. 2 .Disorientasi pergerakan
menentukan lokalisasi
tempat, waktu, 4. Pantau status 5. Perubahan pada
orang secara tepat neurologis dengan frekuensi jantung
3. 3. TTV dalam teratur mencerminkan
batas normal 5. Pantau TTV trauma/tekanan batang
(suhu 35,5ºC – otak
37,5ºC, nadi 60-
100 x/menit,
tekanan darah
120/80 mmHg)
menentukan
jumlah kalori
dibutuhkan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA