Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPOGLIKEMIA

Disusun Oleh :

LISMAWATI SIANTURI
2018.1420.1001
Tingkat IV / Semester VIII

S1 KEPERAWATAN
STIKes NAULI HUSADA SIBOLGA
TAHUN 2021 / 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipoglikemia adalah keadaan kadar gula darah di bawah nilai normal ( < 45 – 50 mg / dL).
Hipoglikemia perlu dicegah pada pasien diabetes yang mendapatkan terapi pengendalian kadar
glukosa darah karena dapatmenyebabkan kematian apabila kadar gula darah tidak segera
ditingkatkan.

Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi yang dihadapi oleh penderita diabetes melitus. Tidak
seperti nefropati diabetik ataupun retinopati diabetik yang berlangsung secara kronis, hipoglikemia
dapat
terjadi secara akut dan tiba – tiba dan dapat mengancam nyawa. Hal tersebut disebabkan karena
glukosa adalah satu – satunya sumber energi otak dan hanya dapat diperoleh dari sirkulasi darah
karena jaringan otak tidak memiliki cadangan glukosa. Kadar gula darah yang rendah pada kondisi
hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan sel – sel otak. Kondisi inilah yang menyebabkan
hipoglikemia memiliki efek yang fatal bagi penyandang diabetes melitus, di mana 2% – 4%
kematian penderita diabetes melitus disebabkan oleh hipoglikemia.

Gejala yang muncul saat terjadi hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai gejala neuroglikopenik
dan neurogenik (otonom). Gejala neuroglikopenik merupakan dampak langsung dari defisit glukosa
pada sel – kejang, kehilangan kesadaran, dan apabila hipoglikemia berlangsung lebih lama dapat
mengakibatkan terjadinya kematian. Gejala neurogenik (otonom) meliputi berdebar – debar, tremor,
dan anxietas (gejala adrenergik) dan berkeringat, rasa lapar, dan paresthesia (gejala kolinergik).
Gejala – gejala yang dialami pada kejadian hipoglikemia pada penderita diabetes bukan hanya
mengganggu kesehatan pasien, namun juga mengganggu kehidupan psikososial dari pasien tersebut.

Hipoglikemia dapat dialami oleh semua penderita diabetes melitus (DM) dalam terapi pengendalian
kadar gula darah, di mana pasien DM tipe 1 dapat lebih sering mengalami hipoglikemia
dibandingkan dengan pasien DM tipe 2. Pasien DM Tipe 1 dapat mengalami 2 episode
hipoglikemia asimptomatis dalam 1 minggu dan mengalami 1 kali serangan hipoglikemia berat
setiap tahun. Pada DM tipe 2 didapatkan kejadian hipoglikemia berat terjadi 3 – 72 episode per 100
pasien per tahun 2,4 Hipoglikemia merupakan faktor penyulit dalam pengendalian kadar gula darah
penderita diabetes melitus. Jumlah penderita hipoglikemia pada diabetes di Indonesia senada
dengan prevalensi diabetes di Indonesia yaitu 1,1% secara nasional dan 5,7% pada penduduk
perkotaan di Indonesia. Prevalensi diabetes tersebut berbeda – beda di berbagai provinsi dan
prevalensi diabetes di daerah perkotaan di Jawa Tengah sebesar 7,8%.sel neuron sistem saraf pusat,
meliputi perubahan perilaku, pusing, lemas,

Prevalensi Diabetes mellitus terus meningkat setiap tahunnya.


International Diabetes Federation (2013) mengatakan bahwa 382 juta penduduk
dunia menderita diabetes mellitus. Pada tahun 2014 IDF mengatakan jumlah
penderita diabetes mellitus didunia sebanyak 415 juta jiwa dan diperkirakan
akan meningkat 642 juta jiwa di tahun 2040. Pada tahun yang sama juga
ditemukan fakta bahwa 1 dari 11 orang dewasa didunia menderita diabetes
mellitus dan setiap 6 detik satu orang meninggal karena diabetes mellitus (IDF,
2014).Pada tahun 2015.

Indonesia menempati peringkat ke tujuh di dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di
dunia bersama dengan china,india ,amerika serikat ,brazil,rusia dan meksiko dengan jumlah
estimasi orang dengan diabetes sebesar 10 juta (International Diabetes Federation,
2017),Sedangkanditahun 2017, Atlas Edisi Ke- 8 International Diabetes Federation (IDF)
menyatakan bahwa jumlah penderita DM di dunia masih tinggi yaitu mencapai 425 juta jiwa.
Kejadian DM pada usia 20 -79 tahun sebesar 8,8% (total pupulasi dunia: 4,84 miliar) pada tahun
2017 dan diprediksi meningkat menjadi 9,9% (total populasi dunia: 6,37 miliar) pada tahun 2045
dan kematian akibat DM pada tahun 2015 sebanyak 4 juta jiwa (total penderita diabetes: 424,9
juta)(International Diabetes Federation, 2017).Di Indonesia tercatat sebagai
Negara dengan pasien DM yang menduduki peringkat keenam dari sepuluh besar
Negara di dunia yang penduduknya sudah terdiagnosis DM,pada tahun 2017
tercatat sekitar 10,3 juta penduduk Indonesia yang menderita DM. B erdasarkan
presentase kematian akibat diabetes di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua
setelah SriLangka ,prevalensi orang dengan diabetes di Indonesia menunjukkan
cenderung meningkat yaitu dari 5,7% (2007) menjadi 6,9 % (2013) (Kementerian
Kesehatan RI, 2013b).Prevalensi DM di Provinsi Bali sebesar 1,3 % dari total
penduduk usia ≥ 15 tahun (Infodatin Kemenkes RI, 2013), sedangkan tahun 2018
menurut Riskesdas prevalensi DM di Provinsi Bali sebesar 1,8 %.Prevalensi
penderita DM di Kabupaten Gianyar pada 2018 se banyak 2,764 jiwa (Dinas
Kesehatan Gianyar, 2018). Hasil laporan UPT Kesmas Gianyar 1 pada tahun 2018
menunjukkan jumlah penderita DM yaitu 2.633 jiwa (UPT Kesmas Gianyar 1,
2018). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian DM tinggi dan akan terus meningkat
bila penatalaksanaanya kurang baik. Jenis DM yang paling sering dijumpai
sebanyak 90-95% dari seluruh kasus DM adalah DM tipe II (American Diabetes
Association, 2017)

Data dari Riskesdas dalam angka Provinsi Sumatera Utara tahun 2013,
prevalensi DM pada umur ≥15 tahun di Sumatera Utara yang terdiagnosis sebesar
1,8%. Prevalensi yang tertinggi terdapat di Kabupaten Deli Serdang (2,9%) dan
diikuti oleh Kota Medan (2,7%), Kota Pematang Siantar (2,2%), Kabupaten Asahan
(2,1%) serta Kota Gunungsitoli (2,1%). Prevalensi terendah terdapat di Kabupaten
Mandailing Natal (0,3%)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl
( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak
seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia apabila gula darah
< 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun
gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg
%,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999).

Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:

1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun

normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.

2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami

malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.

3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi

peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.


4. Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme

Menurut Setyohadi(2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)


Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan

adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan

dan rasa lapar.

Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)


Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk

bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup

keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara

pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.

Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)


Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain

untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit

dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.


B. ETIOLOGI

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas

b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita

diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :

1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai

dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar

gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula

darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki

monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.

Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan

obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan

makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini

terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

3. Aktifitas terlalu berat.

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah

raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan

menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa

darah tanpa menggunakan insulin.


4. Minum alkohol tanpa disertai makan.

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.

5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes

pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat

misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda

akan mengalami hipoglikemia.

6. Penebalan di lokasi suntikan.

Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap

beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan

penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.

7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.

Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus

mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga

kadar glukosa darah menjadi seimbang.

8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal

ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang

kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru

menggantikannya.

9. Gangguan hormonal.

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna

untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah

menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.

11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa

waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan

mengalami hipoglikemia lagi.

C. PATOFISIOLOGI

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa

untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh

glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.

Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara

terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf

di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan

mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat

dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa

darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak

berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin

yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,

ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.

1. dehidrasi

2. kehilangan elektrolit

3. asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula,

di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan

menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam

tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan

kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan

menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat

dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida

selama periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam

lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada

keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari

kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton

bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan

asidosis metabolic.

Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan

terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor,

takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak

memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada

sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi,

penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak

terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan

perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi

pada hipoglikemia sedang.


Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat,

sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di

deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,

sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

Pathway Hipoglikemia
D. MANIFESTASI KLINIK

Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan

rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala

hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.

Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan

melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin

merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang

menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung

berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan

berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,

perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.

Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala

yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun

secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat

hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada

pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan

olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-

waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:

1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus

sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat,

tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.)

2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak,

gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan

motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain :

Adrenergik Neuroglikopenia
Pucat Bingung

Keringat dingin Bicara tidak jelas

Takikardi Perubahan sikap perilaku


Gemetar Lemah
Lapar Disorientasi
Cemas Penurunan kesadaran

Gelisah Kejang

Sakit kepala

Mengantuk
E. PENATALAKSANAAN

1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10- 20

gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml

minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat

manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada

jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila

pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat,

pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.

2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10

menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang

pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia

dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15

menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien

sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok

makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti

crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27

menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang

panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.

Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi

3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi

40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10

% 6 kolf/jam.

PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA

Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi
gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas
susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya
selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula
yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula
melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu
membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu
5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan,
diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan
penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan
hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut,
hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis
sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan
dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara abnormal (jevon,
2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.

G. PENGKAJIAN PADA HIPOGLIKEMIA

Pengkajian Primer

1. Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang

menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :

Chin lift/ Jaw thrust

Suction

Guedel Airway

Instubasi Trakea

2. Breathing

Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :

Beri oksigen

Posisikan semi Flower

3. Circulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah

Cek capillary refill

Auskultasi adanya suara nafas tambahan

Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.


Cek Frekuensi Pernafasan

Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan

Cek tekanan darah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

4. Disability

Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau

sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler,

esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan

kebutuhan, atau instruksi dokter.

Pengkajian sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :

1. Keluhan utama :

sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose
sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.

2. Riwayat :

o ANC

o Perinatal

o Post natal

o Imunisasi

o Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga

o Pemakaian parenteral nutrition


o Sepsis

o Enteral feeding

o Pemakaian Corticosteroid therapi

o Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika

o Kanker

3. Data fokus

Data Subyektif:

o Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas

o Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin

o Rasa lapar (bayi sering nangis)

o Nyeri kepala

o Sering menguap

o Irritabel

Data obyektif:

o Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,

o Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat

dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma

o Plasma glukosa < 50 gr/

Pengkajian head to toe


Data subyektif :

1. Riwayat penyakit dahulu

2. Riwayat penyakit sekarang


3. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-

penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-

obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat

antihiperglikemik oral.

Data Obyektif

a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan

istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau

aktifitasLetargi/disorientasi, koma.

b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas,

ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural,

hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas,

kering, dan kemerahan, bola mata cekung

c. Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi

Tanda : Ansietas, peka rangsang

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih

(infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning,

poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut,
bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif

(diare)

e. Nutrisi/Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/

karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik

(Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah,

pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau

halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)

f. Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi,

gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap

lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma),

aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi,

tampak sangat berhati-hati

h. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya

infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan

meningkat

i. Keamana

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,

menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot

pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)

j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita

k. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat,

penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat

meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai

pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit,

pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.


PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA

1. Gula darah puasa

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan

nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.

2. Gula darah 2 jam post prandial

Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam

3. HBA1c

Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang

sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c

menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin

tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya

komplikasi.

4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.

5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.


H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan nafas
2. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat hipoglikemia
3. Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang b.d perubahan metabolisme,
dan kurang asupan makanan.

I. PERENCANAAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN


N
KEPERAWATA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O
N HASIL

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Intervensi mandiri: 1. Adanya bunyi

bersihan jalan tindakan 1. Auskultasi ronchi

nafas b.d keperawatan… bunyi nafas menandakan

inflamasi, X24 jam tambahan : terdapat

obstruksi jalan diharapkan jalan ronchi, penumpukan secret

nafas nafas normal wheezing. berlebihan di jalan

dengan kriteria 2. Berikan nafas.

hasil : posisi 2. Posisi

1. Frekuensi dan nyaman memaksimalkan

irama nafas untuk ekspansi paru dan

dalam batas mengurangi menurunkan upaya

normal (16- dispnea. pernapasan.


20x/mnt) 3. Bersihkan 3. Mencegah obtruksi

2. Tidak ada secret dari atau aspirasi.

sputum mulut dan Penghisapan dapat

3. Klien mampu trakea : diperlukan bila

mengeluarkan lakukan klien tak mampu

sputum secara penghisapan mengeluarkan

efektif sesuai sekret sendiri.

keperluan. 4. Mengoptimalkan

4. Anjurkan keseimbangan

asupan cairan dan

cairan membantu

adekuat mengencerkan

5. Ajarkan secret sehingga

batuk efektif mudah di

Intervensi keluarkan.

kolaborasi : 5. Fisioterapi

6 .kolaborasi dada/back massage

pemberian dapat membantu

oksigen menjatuhkan secret

7. kolaborasi yang ada di jalan

pemberian nafas.

broncodilator 6. Meringankan kerja

sesuai indikasi. paru untuk

memenuhi

kebutuhan oksigen
serta memenuhi

kebutuhan oksigen

dalam tubuh.

7. Broncodilator

meningkatkan

ukuran lumen

percabangan

trakeobronkial

sehingga

menurunkan

tahanan terhadap

aliran udara.
Gangguan 1. Agar pasien lebih
2. perfusi jaringan Setelah dilakukan Intervensi mandiri:
kooperatif
serebral b.d 1. Jelaskan kepada
tindakan
disfungsi 2. Perubahan tekanan
pasien tentang
system saraf keperawatan CSS merupakan potensi
tindakan yang akan
pusat akibat resiko herniasi batang otak
selama…x24 jam dilakukan
hipoglikemia 3. aktivitas seperti ini
2. Pertahankan
diharapkan
akan meningkatkan intra
posisi tirah baring
gangguan perfusi thorak dan abdomen yang
dengan posisi kepala
jaringan cerebral dapat meningkatkan TIK
head up
4. Pengkajian
normal dengan 3. Bantu pasien
kecenderungan adanya
untuk berkemih,
kriteria hasil : perubahan tingkat
membatasi batuk,
1.Tingkat kesadaran dan potensial
muntah, mengejan,
kesadaran peningkatan TIK sangat
anjurkan pasien
komposmentis berguna dalam
napas dalam selama
2. 2 .Disorientasi pergerakan
menentukan lokalisasi
tempat, waktu, 4. Pantau status 5. Perubahan pada
orang secara tepat neurologis dengan frekuensi jantung
3. 3. TTV dalam teratur mencerminkan
batas normal 5. Pantau TTV trauma/tekanan batang
(suhu 35,5ºC – otak
37,5ºC, nadi 60-
100 x/menit,
tekanan darah
120/80 mmHg)

3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan Intervensi 1. Untuk mengetahui

kurang dari tindakan Mandiri: status nutrisi pasien

kebutuhan tubuh keperawatan 1. Kaji status saat ini

yang b.d selama…x24jam nutrisi pasien 2. Untuk memberikan

perubahan diharapkan 2. Jaga kebersihan rasa nyaman klien dan

metabolism, dan perubahan nutrisi mulut, anjurkan meningkatkan nafsu

kurang asupan kurang dari untukmelakuka makan.

makanan kebutuhan tubuh n oral hygiene 3. Untuk mengetahui

dapat teratasi 3. Kaji makanan makanan yang disukai

dengan krireria kesukaan dan klien agar klien mau

hasil : makanan yg makan

1. Intake nutrisi tidak disukai 4. Untuk mengetahui

tercukupi klien adanya penurunan dan

2. Makan habis 1 4. Monitor berat kenaikan berat badan

porsi badan klien klien.

3. BB normal secara rutin. 5. Nutrisi yang tepat

Intervensi sesuai anjuran ahli gizi

kolaborasi : dapat memenuhi


5. Kolaborasi kebutuhan asupan yang
dengan ahli gizi dibutuhkan tubuh
untuk

menentukan

jumlah kalori

dan nutrisi yang

dibutuhkan

pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental
Practice. Inggris: Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an
Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute Care
of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS
WITH DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY HOSPITAL. Naskah
publikasi UMS.pdf

Anda mungkin juga menyukai