Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN


PADA BY. NY . D DENGAN DIAGNOSA HIPOGLIKEMIA

DISUSUN OLEH :
SRI REJEKI
1490123045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

A. Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). Hipoglikemia =
Hipoglikemia murni = True hypoglicemy = gejala hipoglikemia apabila gula darah < 60
mg/dl (Nabyl, 2009).
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi
glukosa darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang
disertai gejala neurologis dan gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa,
tetapi kerusakan otak masih mungkin terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Pada
hipoglikemia berat gejala menyarupai asfiksia. Pada bai baru lahir dengan kejang atau
jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix berulang.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi
serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).

B. Etiologi Hipoglikemia
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula
darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua
kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik
untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah
akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi
obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan
dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa
darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon
ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
12. Faktor resiko hipoglikemia
a. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
b. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
c. Bayi prematur dan lebih bulan
d. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati
dan lemak tubuh
e. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi
cadangan kalori
f. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
g. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
h. Neonatus puasa
i. Neonatus dengan polisitemia
j. Neonatus dengan eritroblastosis
k. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker
C. Fisiologi Hipoglikemia
Fisiologi pengaturan pada glukosa plasma
Cryer (2012) mengungkapkan bahwa terdapat mekanisme pertahankan tubuh untuk
mempertahankan nilai glukosa plasma dalam batas normal. Mekanisme tersebut dikenal
dengan mekanisme fisiologis dan behavior (Philip & Cryer, 2013).
Terdapat tiga tahapan mekanisme pertahanan fisiologis (Cryer, 2007). Pada tahap
awal, sel beta pankreas menurunkan sekresi insulin, sedangkan sel hepatic dan ginjal
meningkatkan produksi glukosa melalui mekanisme gluconeogenesis. Tahap ke dua, sel
alfa pankreas meningkatkan sekresi glukagon dan meningkatkan produksi glucosa hepati.
Tahap ke tiga, kelenjar medulo adrenal meningkatkan sekresi epinefrin yang
menstimulasi perubahan hemodinamik, yang ditandai dengan peningkatan denyut nadi,
peningkatan tekanan darah sistol, penurunan tekanan darah sentral dan resistensi arteri
perifer, meningkatkan kontraksi miokardium, meningkatkan stroke volume dan
meningkatkan cardiac output, dimana mekanisme ini bertujuan untuk meningkatkan
glukosa plasma yang dikenal dengan array mechanism. Mekanisme pertahanan behavior
bekerja dengan cara meningkatkan stimulus otak yang mempengaruhi kesadaran untuk
mengkonsumsi karbohdrat (glukosa). Mekanisme ini bekerja jika mekanisme pertahanan
fisiologis gagal dilakukan. Namun jika mekanisme pertahanan fisiologis dan behavior ini
gagal, maka tubuh akan mengalami kondisi hipoglikemia (Shafiee et al., 2012).

D. Manifestasi Klinik
Kalra et al., (2013) mengklasifikasikan manifestasi klinis hipoglikemia menjadi 3
kriteria, antara lain:
1 Hipoglikemia ringan ditandai gejala autonomic symptom yaitu manifestasi
klinis yang disebabkan karena aktivasi sistem saraf simpatis. Manifestasi
klinis ini terdiri dari gemetar, palpitasi, berkeringat, cemas, haus, nausea,
dan perasaan tidak nyaman. Pada kondisi ini pasien masih mampu
melakukan penanganan sendiri
2 Hipoglikemia sedang ditandai adanya gejala autonomic symptom serta
neuroglycopenic symptom yaitu manifestasi klinis terkait penurunan level
glukosa darah di otak. Manifestasi klinis ini meliputi kesulitan konsentrasi,
pusing, lemah, mengantuk, gangguan penglihatan, kesulitan bicara, nyeri
kepala, kejang dan kelelahan. Pada kondisi ini pasien juga masih mampu
melakukan penanganan sendiri.
3 Hipoglikemia berat ditandai adanya penurunan kesadaran sampai koma.
Pada kondisi ini pasien membutuhkan pertolongan segera..

E. Patofisiologi Hipoglikemia
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang
telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM).
Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar
neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.
- Dehidrasi
- Kehilangan elektrolit
- Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh
urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan
sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh
hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai
akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan
tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan
keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi,
sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di
samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2001).
Pathway Hipoglikemia
F. Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

G. Penatalaksanaan Hipoglikemia
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet,
jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan
nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat
mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan
tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan
dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa
lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam
hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian
glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan
pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40
gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya
8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi
insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau
hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai
infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

H. Penanganan Kegawatdaruratan Hipoglikemia


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah,
air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama
penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat
timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun
bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk
memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk
mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami
episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah
hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan
sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia
dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.
Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan,
diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid).
Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari
serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

I. Pengkajian Primer Hipoglikemia


1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah
ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
a. Chin lift/ Jaw thrust
b. Suction
c. Guedel Airway
d. Instubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
- Beri oksigen
- Posisikan semi Flower
3. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
- Cek capillary refill
- Auskultasi adanya suara nafas tambahan
- Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
- Cek Frekuensi Pernafasan
- Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
- Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan
pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.
Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

J. Pengkajian Sekunder Hipoglikemia


Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan
diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang,
sepsis.
2. Riwayat :
 ANC
 Perinatal
 Post natal
 Imunisasi
 Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
 Pemakaian parenteral nutrition
 Sepsis
 Enteral feeding
 Pemakaian Corticosteroid therapi
 Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
 Kanker
3. Data fokus
4. Data Subyektif:
 Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
 Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
 Rasa lapar (bayi sering nangis)
 Nyeri kepala
 Sering menguap
 Irritabel
5. Data obyektif:
 Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
 Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler,
keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
 Plasma glukosa < 50 gr
6. Pengkajian head toe
Data subyektif :
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit sekarang
 Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lain yang mempengaruhi glikosa
darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,
Letargi/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak
ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah,
pemb esaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma),
aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan
meningkat
i. Kenyamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan
umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadapglukosa darah.

K. Data-Data Laboratorium Hipoglikemia


Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan gula darah, urea darah,
serum creatinin (BUN), mikoro albumunurea, dan glikohemoglobin (Hb) Ph dan bagian
tekanan dari karbon dioksida (PCO2). tabel 51-1 menjelaskan bahwa rasional peningkatan
dari studi ini. Periksa bagian urinary menunjukkan adanya pemeriksaan.tabel 51-2
menunjukkan gula darah normal, penjelasan mengenai interprestasi yang tidak normal pada
keadaan koma, perawat memberi perawatan sampai pemeriksaan gula darah selanjutnya.

L. Diagnosa dan Rencana Keperawatan


Diagnose keperawatan menurut SDKI
1. Ikterus Neonatus b.d neonatus mengalami kesulitan transisi kehidupan ekstra uterin,
keterlambatan pengeluaran meconium, penurunan berat badan tidak terdeteksi, pola
makan tidak tepat dan usia ≤ 7 hari
o Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam, maka didapatkan
kriteria:
a. Adaptasi bayi baru lahir warna kulit, mata bersih, kadar bilirubin
b. Organisasi (pengelolaan)bayi premature, warna kulit, fungsi hati, resiko
gangguan, pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal
c. Ttv bayi dalam batas normal
o Intervensi
a. Observasi
Identifikasi fototerapi, monitor tanda vital
b. Terapeutik
Kaji ulang Riwayat maternal, observasi tanda-tanda warna (kuning),
periksa kadar serum bilirubin, tutup mata bayi, ubah posisi bayi
c. Edukasi
Anjurkan mencatat warna kuning pada bayi, kaji ulang Riwayat
maternal dan bayi mengenai adanya faktor risiko terjadinya
hiperbilirubin, anjurkan menutup mata bayi, anjurkan untuk
menghindari penekanan yang berlebih, anjurkan mengubah posisi bayi
setiap 4 jam sekali
d. Kolaborasi
2. Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi
o Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan hipotermi membaik,
dengan kriteria hasil:
a. Dapat berkeringat
b. Tingkat pernafasan membaik
c. Teridentifikasinya tanda dan gejala
o Intervensi
Observasi
1) Monitor suhu, rr, nadi
2) Sesuaikan suhu pada tubuh pasien
3) Tingkatkan cairan dan nutrisi
Terapeutik
1) Lakukan pemeriksaan suhu, nadi, rr
2) Lakukan penyesuaian suhu terhadap kebutuhan pasien
3) Lakukan peningkatan nutrisi dan cairan
4) Berikan mandi dengan air hangat

Edukasi
1) Ajarkan diet yang diprogramkan seperti pada bayi adalah ASI
Kolaborasi
1) Berikan antipiretik jika perlu
3. Risiko infeksi b.d proses invasive
o Tujuan
Setelah dilakukan Tindakan selama 3x24 jam masalah risiko infeksi dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
a. Faktor interfeksi teridentifikasi
o Intervensi
Observasi
1) Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Gunakan sabun anti mikroba
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
4) Pertahankan tehnik aseptic pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Anjurkan untuk peningkatan nutrisi
3) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1) Berikan terapi antibiotic bila perlu yang mengandung infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
4. Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, efek fototerapi
dan diare
o Tujuan
Setalah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan risiko
kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Intake dan output cairan seimbang
b. Turgor kulit membaik
o Intervensi
Observasi
1) Monitor BB
2) Monitor pernafasan
3) Monitor status hidrasi
Terapeutik
1) Berikan ASI yang cukup
2) Anjurkan pemberian intake dan output yang akurat
Edukasi
1) Jelaskan pemberian nutrisi dengan baik dan seimbang
2) Jelaskan pemberian intake dan output yang akurat
Kolaborasi
Berikan cairan yang sesuai
5. Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubin dan diare
o Tujuan
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan risiko
kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Faktor resiko teridentifikasi
b. Faktor resiko lingkungan termonitor
o Intervensi
Observasi
1) Monitor BB
2) Monitor intake dan output cairan
3) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
4) Monitor adanya kemerahan
Edukasi
1) Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang longgar
2) Hindari kerutan pada tempat tidur
3) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4) Mobilisasi (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
Kolaborasi
Berikan cairan yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Herdman. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta. ECG
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Nining. 2009. Koma Hipoglikemia. Dimuat dalam 2010. Askep Hipoglikemia. Dimuat
dalam http://blog.ilmukeperawatan.com/askep-hipoglikemia.html
Vivian Nanny (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai