Anda di halaman 1dari 5

Nama : Noval Ardiansah

NPM : 09210000055

I. Definisi
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan sindrom yang ditandai
oleh peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler terhadap air, larutan dan
protein plasma di sertai kerusakan alveolar difus dan akumulasi cairan dalam perenkim
paru yang mengandung protein.Sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif
kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cidera serius (Brunner &
suddarth,2001).Kondisi paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,biasanya
terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab
pulmonal dan non pulmonal (Hudak & gallo,1997)
Merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permabililitas membrane
alveolar kapiler terhadap air,larutan, dan protein plasma disertai kerusakan alvoler difus
dan akumulasi cairan dalam parenkim paru yang mengandung protein (Aru W,dkk,2006)
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2)
dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin
T, 1997)

II. Etiologi

a. Depresi Sistem Saraf Pusat


Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernapasan yang
mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga
pernafasan lambat dan dangkal

b. Kelainan primer neurologis


Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernapasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf
spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan
medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi  pada
pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.

c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks


Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi
paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura
atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.

d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari
hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada
gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.

e. Penyakit akut paru


Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia
diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat
asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa
kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

III. Manifestasi Klinis


Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
a. Penurunan kesadaran mental
b. Dispnea serta takipnea yang berat akibat hipoksemia
c. Terdapat retraksi interoksa
d. Sianosis
e. Hipoksemia
f. Auskultasi paru: ronkhi basah,krekels, wheezing
g. Hipotensi
IV. Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman dengan segera
antara lain :
a. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara potensial
mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit paru-paru tampak toleran
dengan oksigen 100% selama 24-27 jam tanpa abnormalitas fisiologis yang spesifik.
b. Vetilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi modalitas ini
bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai integritas membran
alveolakapiler kembali mmebaik. Dua tujuan tambahan adalah :
1) Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selema periode kritis hipoksemia berat.
2) Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress pernafasan.
c. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan tekanan
dan kemampuan alira yang tinggi, dimana PEEB dapat di tambahkan .positif and
expiratory breathing (PEEB) dipertahankan dalam alveoli melalui siklus pernafasan
untuk mecegah alveoli kolaps pada akhir ekpirasi.Komplikasi utama PEEB adalah
penurunan curah jantung da barotrauma. Hal tersebut seringkali terjadi jika pasien
diventilasi dengan tidal volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan
selang dada torakstomi darurat harus siap sedia.

d. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat


Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah menurun. Sebagian
akibat efek ventilasi mekanik PEEB pengukuran seri hemoglobin perlu dilakukan untuk
kalkulasi kandungan oksigen yang akan menetukan kebutuha untuk ttarnsfusi sel darah
mearah.

e. Terapi farmakologi
Penggunaan kortisteroid untuk terapi masih kontroversial. Tapi sebealumnya terapi
antibiotik diberikan untuk profilaksis, tetapi pengalaman menujukkan bahwa hal ini tidak
dapat mencegah sepsis gram negatife yang berbahaya. Akhirnnya antibiotik profilaksis
tidak lagi digunakan.

f. Pemeliharaan jalan nafas


Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya sebagai jalan
nafas, tetapi juga melindungi jalan nafas ( dengan cuff utuh), memberikan dukuga
ventilasi kontiu dan memberikan konsentrasi oksigen terus-menerus. Pemeliharaan jalan
nafas meliputi: menatahui waktu penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat,
pencegahan nekrosis tekanan nasal dsan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran
konstan terhadap jalan nafas bagian atas.

g. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadapa sekresipada saluran pernafasan bagian atas dan bawah
serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang tealh dilakukan. Infeksi
nosocomial adalah infeksi yang disapatkan di rumah sakit.

h. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalh umu pada paseien dengan masalah kritis. Nutrisi
parental total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian makanan melalui selang dapat
memperbaiki malnutrisi dan kemungkinan pasien untuk menghindari gagal nafas
sehubugan dengan nutrisi buruk pada otot inspirsi.

i. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi


Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejala sisa saat penyembuhan.
Prognosis jangka panjag baik. Abnormalitas obstruksif terbatas, defek difusi sedang dan
hipoksemia selama latihan.
V. Daftar Pustaka

Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi VIII. Vol. 1. EGC.
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai